• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENELUSURI PERSEPSI PELAKU USAHA MIKRO KECIL MENENGAH ATAS PENGGUNAAN LAPORAN KEUANGAN LILLY ANGGRAYNI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENELUSURI PERSEPSI PELAKU USAHA MIKRO KECIL MENENGAH ATAS PENGGUNAAN LAPORAN KEUANGAN LILLY ANGGRAYNI SKRIPSI"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

i

MENELUSURI PERSEPSI PELAKU USAHA MIKRO KECIL MENENGAH ATAS PENGGUNAAN LAPORAN KEUANGAN

(SEBUAH STUDI INTERPRETATIF PADA UMKM DI KOTA GORONTALO) LILLY ANGGRAYNI

921 410 173 SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Sarjana Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UNG

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

Lilly Anggrayni, 921 410 173, Program Studi S1 Akuntansi Jurusa Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo. 2013. “Persepsi Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah atas Penggunaan Laporan Keuangan (Sebuah Studi Interpretatif pada UMKM di Kota Gorontalo)”. Skripsi ini dibawah bimbingan Sahmin Noholo, SE, MM dan Zulkifli Bokiu,SE.Ak,M.Si.

Usaha kecil mempunyai peran yang sangat penting di dalam bidang ekonomi terutama dari aspek penambahan tenaga kerja, pemerataan pendapatan, perkembangan ekonomi, dan penambahan eksport non gas/minyak. Data Dinas Koperasi UMKM Perdagangan dan perindustrian Provinsi Gorontalo, jumlah UMKM yang ada di Provinsi Gorontalo pada tahun 2010 mencapai 58.904 UMKM.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan interpretatif. Interpretatif menurut Neuman (dalam Efferin 2008) beranggapan bahwa pemahaman atas fenomena sosial dapat diperoleh dengan mempelajari suatu teks secara mendetil dimana teks disini dapat diartikan sebagai suatu pembicaraan, tulisan, atau gambar. Pendekatan ini lebih menekankan pada keterlibatan peneliti secara langsung dan intensif dalam kasus yang menjadi objek studinya untuk menemukan makna yang paling dalam dari suatu fenomena..

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai persepsi pelaku UMKM atas penggunaan laporan keuangan di Kota Gorontalo serta pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi pelaku UMKM atas penggunaan laporan keuangan adalah umumnya belum memahami laporan keuangan, laporan keuangan berfungsi sebagai bahan untuk melihat perkembangan usaha serta mengontrol usaha mereka, laporan keuangan adalah salah satu syarat untuk mendapatkan dana kredit atau dana hibah dari lembaga tertentu, pencatatan keuangan sederhana sebagai alternative pengganti laporan keuangan, UMKM yang ada di Kota Gorontalo belum bisa memisahkan antara keungan pribadi dan keuangan milik perusahaan.

Kata kunci: Persepsi, Pelaku UMKM, Penggunaan, Laporan keuangan

(8)

viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“dan jika kamu berbuat kebaikan, maka kamu berbuat kebaikan untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka kamu sendiri yang akan menderita (Q.S. Al.Isra: 7)” “dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain dari apa

yang telah diusahakannya (Q.S An,najm: 39)”

“Air yang Mengalir Jernih Tak Akan Keruh Menggenang” Persembahan

Allah SWT yang telah menciptakan aku dan keluargaku dalam keadaan Islam hingga akhir hayat.

Sholawat serta salam kepada baginda nabi Muhamad SAW yang telah membawa perubahan kebaikan kepada umat manusia

Setulus-tulusnya skripsi ini kupersembahkan kepada

1. Kedua orang tuaku tercinta (Jumadi Cokro Wijoyo dan Siane Pesik)

yang tulus ikhlas membesarkan, memberikan kasih sayang, membiayai studiku serta mendo’akan keberhasilanku dan adik-adikku tercinta Tity Farida Yruningsih dan Abdul Gani Nurhakim yang selalu mendukung untuk menyelesaikan studi ini

2. Keluarga besarku tercinta

3. Orang yang akan kubhaktikan diriku padanya kelak (calon pendamping hidupku)

ALMAMATERKU TERCINTA TEMPATKU MENIMBA ILMU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Dengan segala ucapan puji syukur tiada terkira kehadirat Ilahi

Robby akhirnya peneliti berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul

“menelusuri persepsi pelaku usaha mikro kecil dan menengah atas penggunaan laporan keuangan” . skripsi ini disusun sebagai persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Gorontalo (UNG) khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Program Studi S1 Akuntansi

Setiap cita-cita pada dasarnya tidak diperoleh dengan cara gratis tanpa perjuangan apapun. Akan ada pengorbanan yang harus ditorehkan untuk setiap perjuangan itu. Demikian pula yang telah dialami peneliti dalam penyusunan skripsi, namun berkat petunjuk Allah dan untaian do’a dari orang tua akhirnya peneliti mampu menyelesaikannya.

Dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada

Melalui kesempatan ini peneliti menyampaikan pula terima kasih kepada:

1. Bapak DR. H. Syamsu Qamar Badu, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Gorontalo.

2. Bapak Prof. Dr. H. Sarson W Dj. Pomalato, M.Pd, selaku Pembantu Rektor Bidang I, Bapak Eduart Wolok, ST, MT, selaku Pembantu Rektor Bidang II, Bapak Dr. Fence M Wantu, SH, MH, selaku Pembantu Rektor Bidang III, Bapak Prof. DR. H. Hasanudin Fatsa, M.Hum, selaku Pembantu Rektor Bidang IV.

(10)

x

3. Bapak Imran R. Hambali, S.Pd., SE., MSA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo, sekaligus sebagai penguji I

4. Bapak Raflin Hinelo, S.Pd., M.Si, selaku Pembantu Dekan I, Bapak Supardi Nani, SE., M.Si, selaku Pembantu Dekan II, Bapak Irwan Yantu, S.Pd., M.Si, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo.

5. Bapak Sahmin Naholo, SE., MM, selaku Ketua Jurusan Akuntansi, sekaligus sebagai pembimbing I, Ibu Hartati Tuli, SE., Ak., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi, Bapak Zulkifli Bokiu, SE., Ak., M.Si, selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo, sekaligus sebagai pembimbing II

6. Ibu Nilawaty Yusuf, SE., Ak., M.Si, Penguji II.

7. Staf Dosen dan Pegawai Administrasi di Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Negeri Gorontalo.

8. Pimpinan dan seluruh Pegawai Dinas Koperasi UMKM Industri dan Perdagangan yang telah meluangkan waktu untuk mendukung dan membantu dalam penelitian ini.

9. Mama dan Papa yang selalu mendukung dan mendo’akan.

10. My Beloved brother Hamzah. J. M. Hulopi, yang selalu mendukung studi saya selama di Gorontalo serta tidak henti-hentinya mengingatkan agar wisuda tepat waktu.

(11)

xi

12. Saudara-saudara di asrama Berprestasi UNG, K’ Huda, K’ umi, K’ Nova, K’ Vana, Jejet, Susan, Ike.

13. Teman-teman KKN-PPM DP2M DIKTI UNG 2013 di Botupingge, kenangan bersama kalian tidak akan pernah saya lupakan.

14. Teman-teman alumni Pelatihan Pemimpin Bangsa Nasional ke 6. 15. Teman-teman First English Camp, teman-teman Mawapres Tingkat

Universitas Tahun 2012, teman-teman MTQ Nasional Kafilah UNG 2013, Teman-teman JOSSEA 2013, you are inspired me.

16. Adik-adik alumni asrama Rusunawa Berpresatasi UNG mulai dari angkatan 2011 sampai angkatan 2014, berbagi ilmu dengan kalian sangatlah indah.

17. Operator Program Studi (K’ Titi).

18. Teman-teman seperjuangan s1 Akuntansi 2010 khususnya kelas c. 19. Serta para informan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

diwawancarai.

Akhirnya semoga bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak insyaAllah berolaeh balasan yang baik disisi Allah SWT. Amin

Wassalamu’Alaikum Wr.Wb

Gorontalo, 2014

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN LOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

PERSETUJUAN ... iv

PENGESAHAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

PERNYATAAN ... vii

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... xi

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Fokus Penelitian ... 12 1.3. Rumusan Masalah ... 12 1.4. Tujuan Penelitian ... 12 1.5. Manfaat Penelitian ... 13 1.5.1. Manfaat Teoretis ... 13 1.5.2. Manfaat Praktis ... 13

BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Persepsi ... 14

2.1.1. Definisi Persepsi ... 14

2.1.2. Proses Persepsi ... 14

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 19

2.2. UKMM ... 21

2.2.1. Definisi UMKM ... 21

(13)

xiii

2.2.3. Peran UMKM Dalam Industri ... 25

2.3. Akuntansi Sebagai Bahasa Bisnis ... 26

2.3.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 28

2.3.2. Kegunaan Laporan keuangan ... 29

2.3.3. Tujuan Laporan Keuangan ... 32

2.3.4. Asumsi Dasar ... 32

2.3.5. Karakteristik laporan keuangan ... 33

2.3.6. Laporan Keuangan Sebagai Hasil dari Siklus Akuntansi35 2.3.7. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan ... 68

2.3.8. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan ... 68

2.3.9. Konsep pemeliharaan Modal ... 69

2.4. Penelitian Terdahulu ... 69

2.5. Kerangka Pemikiran ... 74

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 75

3.2 Kehadiran Peneliti ... 77

3.3 Lokasi Penelitian ... 78

3.4 Sumber Data ... 78

3.5 Prosedur Pengumpulan Data ... 79

3.6 Analisis Data ... 81

3.7 Pengecekan Keabsahan Data ... 82

3.8 Tahap-Tahap Penelitian ... 83

BAB IV PERSEPSI PELAKU UMKM ATAS PENGGUNAAN LAPORAN KEUANGAN 1.1. Deskripsi Informan ... 86

1.2. Pemahaman Pelaku UMKM atas Penggunaan Laporan keuangan ... 95

1.3. Laporan Keuangan sebagai Bahan Untuk Mengetahui Perkembangan Usaha dan Mengontrol Usaha ... 101

(14)

xiv

1.4. Laporan Keuangan Hanya untuk mendapatkan dana dari lembaga yang memberikan bantuan dana kredit maupun dana hibah ... 103 4.5. Laporan keuangan Itu Rumit dan membuang-buang waktu ... 104 4.7. Catatan Keuangan Sederhana sebagai Alternatif pengganti laporan keuangan ... 106 4.8. Konsep Entitas Akuntansi ... 107

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pemahaman Pelaku UMKM atas Penggunaan Laporan

keuangan ... 112 5.1.1. Laporan Keuangan sebagai Bahan Untuk

Mengetahui Perkembangan Usaha dan

Mengontrol Usaha ... 115 5.1.2. Laporan Keuangan Hanya untuk mendapatkan dana

dari lembaga yang memberikan bantuan dana kredit maupun dana hibah ... 117 5.1.3 Laporan keuangan Itu Rumit dan membuang-buang

waktu ... 118 5.1.4 Catatan Keuangan Sederhana sebagai Alternatif pengganti laporan keuangan ... 120 5.1.5 Konsep Entitas Akuntansi ... 122 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 127

6.2. Saran ... 128 DAFTAR PUSTAKA ... 130 LAMPIRAN

Pedoman Wawancara ... xix Dokumentasi ... xxxiii Curricullum Vitae/Daftar Riwayat Hidup ... xxxvi

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah UMKM Provinsi Gorontalo Tahun 200 s/d 2010 ... 3 Tabel 2 Jumlah UMKM Kota Gorontalo Tahun 2012 ... 76 Tabel 2 Jadwal Pelaksanaan Wawancara Informan Kunci dan

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 21

Gambar 2 Contoh Bentuk Jurnal Umum ... 39

Gambar 3 Saldo Normal Akun ... 40

(17)

xvii

(18)

xviii

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Usaha kecil mempunyai peran yang sangat penting di dalam bidang ekonomi terutama dari aspek penambahan tenaga kerja, pemerataan pendapatan, perkembangan ekonomi, dan penambahan eksport non gas/minyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Tambunan mengenai UMKM (Small Business) (dalam Haryani 2012:6), yakni sebagai berikut.

“Small business plays a very important role in Indonesia's economy, particularly in aspects increased employment, income generating, economic development and non-oil exports increasing” (Tambunan, 2009).

Pada saat yang sama juga, menurut Basuki (dalam Haryani, 2012:6), di Asia Pasifik sekitar 60 % pekerja berasal dari Bisnis kecil dalam hal ini usaha kecil dan menengah. Hanya sekitar 10 % dari total perusahaan yang ada di Asia Pasifik yang tergolong Usaha Besar (UB), sisanya adalah usaha kecil dan menengah.

“Facts in the Asia Pacific region revealed that Small and Medium Enterprises (SMEs) employ about 60 percent of the workforce. Only 10 percent of the total companies in AsiaPacific which is a big business, the rest are SMEs”. (Basuki, 2009).

Kuswantoro (2012:8) mengatakan bahwa pada tahun 2009 jumlah UMKM yang ada di Indonesia sekitar 52.7 juta UMKM atau 99,9 persen dari total usaha yang ada di Indonesia. Banyak dari masyarakat Indonesia kini yang mulai mengembangkan usaha industry kecil (home industry), kemudian berkembang menjadi usaha kecil, naik tingkat lagi menjadi usaha menengah dan akhirnya menjadi usaha besar. Fenomena ini bisa kita lihat bersama dengan hadirnya banyak home industry di Kota Gorontalo, terutama

(20)

karawo, meubel, olahan makanan dari bahan baku yang bahannya banyak tersedia di Gorontalo seperti jagung, kelapa, ikan, jasa, pertanian, dan lain sebagainya.

Peraturan mengenai UMKM itu sendiri telah ditetapkan dalam Peraturan pemerintah Indonesia No. 17 tahun 2013 tentang pelaksanaan undang-undang (UU) No. 20 tahun 2008, tentang usaha mikro, kecil dan menengah. Undang-undang ini, menitik beratkan pada pemberdayaan dan pembinaan UMKM, sebagai langkah nyata untuk membangun kemandirian ekonomi rakyat. Menurut Undang-Undang ini, UMKM dapat dikembangkan melalui bentuk koperasi, sentra, klaster serta kelompok.

Data Dinas Koperasi UMKM Perdagangan dan perindustrian Provinsi Gorontalo, jumlah UMKM yang ada di Provinsi Gorontalo pada tahun 2010 mencapai 58.904 UMKM, pada tahun 2009 berjumlah 55.891 UMKM dan pada tahun 2008 berjumlah 51.332 UMKM. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1: Jumlah UMKM Provinsi Gorontalo tahun 2008 s/d 2010

UMKM T A H U N 2008 % 2009 % 2010 % Menengah 219 0.43 193 0.34 280 0.53 Kecil 3,303 6.43 7,409 13.26 7,879 13.41 Mikro 47,810 93.14 48,289 86.4 50,745 86.06 Jumlah 51,332 100 55,891 100 58,904 100 Sumber: KOMPERINDAG Provinsi Gorontalo 2012.

Karena perkembangan dan keunggulan dari UMKM tersebut, maka sector yang satu ini kemudian mengundang perhatian pemerintah. Dalam tulisan Mansyur (2012:3), beliau mengatakan bahwa bentuk perhatian pemerintah terhadap UMKM itu sendiri dibuktikan dengan hadirnya UU NO. 20 tahun 2008 tentang Usaha Kecil dan Menengah. Dalam wawancara yang dilakukan pra peneletian di Dinas KOMPERINDAG

(21)

Provinsi Gorontalo, salah satu staf KOMPERINDAG menegaskan bahwa pemerintah telah mendirikan BUMN khusus untuk menangani UMKM, di antaranya perum JAMKERINDO yang bergerak dalam bidang penjaminan kredit dalam UMKM, serta PT. Askrindo yang bergerak dalam bidang asuransi kredit bagi UMKM. Dalam tulisannya Mansyur (2012:3) juga menambahkan bahwa perhatian yang besar terhadap UMKM tersebut sangat mendukung kegiatan UMKM masyarakat, utamanya dari sisi pemberian bantuan modal.

Anoraga, menuliskan dalam bukunya bahwa:

“secara umum sektor usaha kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Sistem pembukuan yang relative sederhana dan cenderung tidak mengikuti aturan pembukuan administrasi. Kadangkala pembukuan tidak di up-to date, sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya.

2. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi.

3. Modal terbatas

4. Pengalaman manejerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas.

5. Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengaharapkan untuk mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.

6. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas.

7. Kemampuan untuk memperoleh dana dari pasar modal sangat rendah, mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana dari pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standard dan harus transparan.

Karakteristik yang dimiliki oleh usaha kecil dan menengah menyebabkan masalah internal terutama yang berkaitan dengan pendanaan tampaknya sulit untuk mendapatkan solusi yang jelas.” (Anoraga, 2011:59)

Namun hal yang harus diketahui oleh masyarakat adalah, tidak hanya modal yang sangat berperan dalam keberlangsungan usaha suatu entitas namun juga dari sisi pengelolaan modal, agar usaha tersebut berjalan secara baik, efisien dan maksimal. Sehingga nantinya melalui pengelolaan modal yang baik tersebut maka akan menghasilkan kinerja yang baik, kinerja yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan, baik itu peningkatan nilai dari sisi financial maupun non financial.

(22)

Informasi mengenai pengelolaan modal itu sendiri, dapat diketahui melalui informasi keuangan atau informasi akuntansi yang disajikan oleh perusahaan dalam laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan yang tuliskan oleh Mansyur dalam tulisannya mengenai pengelolaan modal. Mansyur mengatakan bahwa:

“Untuk mengetahui sejauh mana perusahaan menjalankan kinerjanya dalam mengelola modal usaha yang ada, dapat diamati berdasarkan informasi akuntansi yang disajikan yang tertuang dalam laporan keuangan perusahaan”.(Mansyur, 2012:7)

Seperti yang dikatakan Ediraras (2012:153) bahwa informasi akuntansi memang sangat dibutuhkan oleh usaha kecil dan menengah karena akuntansi merupakan kunci indikator kinerja usaha yang berfungsi dalam pengambilan keputusan agar perusahaan dapat mempertahakan kelangsungan dan perkembangan usaha. Selain itu, menurut sebuah literatur yang dikemukakan oleh Suharli (2006), informasi akuntansi atau laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan ekonomi, yaitu keputusan kredit dan investasi, dapat digunakan untuk memperkirakan kas di masa depan, serta menampilkan sumber daya perusahaan.

Menurut pendapat Martani (2012:9), informasi akuntansi menyediakan informasi yang relevan dan andal bagi pemakai yang dapat digunakan untuk menilai kinerja suatu entitas atau unit usaha. Martani menambahkan, berdasarkan informasi tersebut, kreditur dapat menyalurkan kreditnya pada entitas-entitas yang dapat mengembalikan dananya dan memberikan imbalan bunga. Martani (2012:9) juga menambahkan bahwa bagi pemegang saham, informasi akuntansi dapat digunakan untuk menilai entitas sehingga pemegang saham dapat mengalokasikan dananya pada entitas yang memberikan prospek bagus di masa mendatang.

(23)

Dengan menelaah beberapa pendapat di atas, sudah merupakan suatu keharusan bagi setiap entitas usaha untuk membuat dan menyajikan laporan keuangan. Prastowo (2011:4) mengemukakan bahwa laporan keuangan berguna untuk memberikan informasi kepada Investor, Kreditur, Pemasok, Shareholders, Pelanggan, Pemerintah, Karyawan, serta Masyarakat.

Faisal 2010 (dalam Mansyur, 2012:8) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan bagi lembaga yang mencari laba antara lain:

“1. Memberikan informasi yang berguna untuk investor, kreditur, dan pemakai lainnya.

2. Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon kreditur dan pemakai lainya untuk menilai jumlah, waktu, dan prospek penerimaan kas. 3. Memberikan informasi tentang sumber ekonomi perusahaan dan klaim

terhadap kekayaan.

4. Memberikan informasi tentang prestasi keuangan perusahaan selama satu periode.

5. Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan mendapatkan dan membelanjakan kas serta peminjaman dan pengembaliannya.

6. Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaannya kepada pemilik atas penggunaan sumber kekayaan yang dipercayakan kepadanya.

7. Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik perusahaan.”

Martani (2012;15) mengatakan bahwa laporan keuangan memberikan informasi kepada pemilik perusahaan mengenai kelangsungan perusahaan yang dilaporkan oleh manejemen perusahaan. Martani (2012:16) mengemukakan juga bahwa untuk pihak interen dalam hal ini pengelola (manejer) laporan keuangan dapat membantu untuk menentukan keputusan demi kelangsungan usaha kedepannya.

Pada tahun 2009 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) mulai efektif di gunakan untuk laporan keuangan. Martani (2012:15) mengatakan bahwa SAK ETAP digunakan untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum

(24)

(general purpose financial statement). Standar ini, mengadopsi IFRS untuk small and medium enterprise (SME) dengan beberapa penyederhanaan. Dalam hal penggunaannya SAK ETAP memudahkan entitas yang tidak memiliki akuntabilitas public signifikan untuk menyusun laporan keuangan karena SAK ETAP lebih mudah dan sederhana. Entitas yang memenuhi kriteria untuk menggunakan ETAP pada tahun 2011 harus memilih menggunakan SAK ETAP atau PSAK. Jika pada tahun 2011 tetap menggunakan PSAK maka pada tahun berikutnya harus konsisten menggunakan PSAK dan tidak boleh berubah menggunakan SAK ETAP.

Seiring dengan membuminya pelaku UMKM, kemudian didukung oleh perhatian pemerintah, serta adanya peraturan mengenai penyajian laporan keuangan untuk UMKM itu sendiri, tenyata dari sisi aplikatifnya, masyarakat masih sering menemui kesulitan dalam hal pencatatan keuangan. Hal ini sesuai dengan literature yang dikutip dari Anoraga (2011:60), beliau mengemukakan bahwa:

“Pengusaha kecil umumnya belum mampu melakukan pemisahan manejemen keuangan perusahaan dan rumah tangga. Kondisi ini mengakibatkan pengusaha kecil sulit melakukan perhitungan-perhitungan hasil kegiatan usaha secara akurat dan akhirnya akan menghambat proses pembentukan modal usaha untuk menunjang pengembangan usaha. Selain itu, pengusaha kecil umumnya belum melakukan perencanaan, pencatatan serta pelaporan keuangan yang rutin dan tersusun baik. Hal ini menyebabkan perusahaan tidak mempunyai dokumentasi informasi kegiatan usaha dengan baik. Akibatnya, pada saat perusahaan harus berhubungan dengan pihak luar, misalnya pengajuan kredit, tidak dapat menunjukkan data perkembangan perusahaan. Kalaupun pengusaha sudah melakukan pencatatan, cara dan sistem pencatatannya tidak sesuai dengan standar sistem pencatatan.

Tak jauh berbeda, Wirawan (dalam Mansyur, 2012:10) menyatakan bahwa pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan. Selanjutnya Wirawan (dalam mansyur,2012:10) menegaskan bahwa dalam menjalankan aktivitas usaha seringkali orang merasa kesulitan dalam melakukan

(25)

pencatatan terhadap apa yang terjadi di perusahaan. Lebih lanjut Wirawan (dalam Mansyur, 2012:10) mengemukakan bahwa kesulitan itu menyangkut aktivitas dan penilaian atas hasil yang dicapai oleh setiap usaha. Apalagi kalau harus dilakukan pengukuran dan penilaian atas aktivitas yang terjadi dalam kegiatan usaha. Pencatatan dilakukan hanya dengan melihat berapa uang yang masuk diselisihkan dengan uang yang keluar, tanpa melihat pengeluaran uang itu untuk atau dari alokasi kegiatan usaha ataupun non usaha. Seringkali dalam skala usaha kecil menengah hasil usaha dikatakan bagus jika pendapatan sekarang lebih tinggi dibanding dengan pendapatan sebelumnya. Padahal indikator dari keberhasilan tidak hanya diukur dari pendapatan saja. Wirawan (dalam Mansur, 2012:10) menegaskan pula bahwa diperlukan pengukuran atas transaksi atau kegiatan yang terjadi, perlu pengelompokan, serta perlu pengikhtisaran transaksi-transaksi tersebut. Dengan demikian setiap aktivitas yang berhubungan dengan usaha perusahaan dapat dicatat dan dilaporkan dengan benar.

Kondisi di atas juga dialami oleh pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang ada di Kota Gorontalo. Menurut wawancara pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa UMKM, peneliti mendapatkan informasi bahwa biasanya pelaku UMKM membuat laporan keuangan hanya pada saat mengajukan proposal bantuan dana kredit dari Bank pelaksana pemberi pinjaman dana kredit. Karena laporan keuangan merupakan syarat utama untuk mendapatkan bantuan dana kredit dari Bank. Namun, seiring berjalannya waktu ketika usaha sudah berjalan, ternyata laporan keuangan tersebut tidak dibuat lagi, padahal dana kredit untuk modal yang digulirkan oleh Bank begitu besar. Selain itu pelaku usaha biasanya tidak melakukan pencatatan secara teratur ketika terjadi transaksi. Contohnya ketika terjadi piutang usaha, maka pelaku

(26)

UMKM tersebut tidak mencatatnya dalam catatan khusus mereka. Umumnya, para pelaku hanya mengandalkan daya ingat mereka saja. Padahal dalam prinsip pengakuan pendapatan, pelaku usaha harus harus mengakui pendapatan pada saat pendapatan tersebut terjadi. Hal yang paling memperihatinkan lagi, ternyata para pengusaha UMKM ini belum mengerti akan adanya konsep entitas usaha, dimana mereka belum bisa membedakan ataupun memisahkan antara harta milik perusahaan dan entitas ekonomi lain atau rumah tangga mereka. Terkadang pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga mereka diambil dari pendapatan usaha yang mereka jalankan, tanpa mencatatnya dalam buku pengeluaran.

Padahal seharusnya pelaku usaha harus memahami bahwa entitas atau usaha yang mereka jalankan adalah sebuah unit akuntansi tersendiri dan memiliki hak serta kewajiban yang terpisah secara tegas dari entitas ekonomi yang lain. (suharli, 2006:35). Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai persepsi masyarakat utamanya pelaku UMKM dalam memandang laporan keuangan. Masalah yang menarik untuk di angkat diantaranya usaha yang sudah dijalankan oleh pengusaha selama bertahun-tahun ternyata tidak pernah dicatat dalam laporan keuangan ataupun catatan akuntansi yang paling sederhana. Kalaupun ada apakah sudah digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan atau hanya sekedar formalitas untuk mendapatkan kucuran dana pinjaman dari Bank. Peneliti ingin menggali lebih dalam lagi penyebab tidak dibuatnya laporan keuangan oleh pelaku UMKM, serta pandangan pelaku UMKM terhadap penggunaan laporan keuangan terhadap usaha yang dijalankan.

(27)

Menelusuri dalam kamus Bahasa Inggris-Indonesia disebut dengan “search” yang artinya mencari atau menyelidiki, memeriksa. (Echols, 2005: 507) Persepsi atau perception adalah pandangan, tanggapan atau daya memahami (kamus Inggris-Indonesia, 2005: 424). Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui cara pandang serta pemahaman masyarakat khususnya pelaku usaha mikro kecil dan menengah yang ada di Kota Gorontalo sebagai informannya terhadap penggunaan laporan keuangan. Alasan peneliti menambahkan kata menelusuri dalam judul penelitian ini adalah untuk menegaskan bahwa peneliti ingin menyelidiki dan meneliti (agar menjadi jelas) apa persepsi pelaku UMKM atas penggunaan laporan keuangan.

Penelitian ini mengacu kepada penelitian Mansyur. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh Mansyur, dapat disimpulkan bahwa (1) Pelaku UMKM mitra binaan PT.Telkom Makassar memiliki persepsi negatif atas penggunaan laporan keuangan. (2) Tidak terdapat pengaruh kondisi lingkungan terhadap persepsi atas penggunaan laporan keuangan. (3) Terdapat pengaruh pengalaman masa lalu terhadap persepsi atas penggunaan laporan keuangan. (4) Tidak terdapat pengaruh positif kebutuhan dan keinginan terhadap persepsi atas penggunaan laporan keuangan. (5) Secara simultan terdapat pengaruh kondisi lingkungan, pengalaman masa lalu, serta kebutuhan dan keinginan terhadap persepsi atas penggunaan laporan keuangan.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah objek penelitian ini yaitu masyarakat Kota Gorontalo khususnya pelaku UMKM yang ada di Kota Gorontalo. Selain itu, metode penelitian yang digunakan juga berbeda. Pada penelitian sebelumnya Mansyur menggunakan metode kuantitatif namun pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif. Karena penelitian kualitatif

(28)

menganggap permasalahan yang diteliti cukup kompleks dan dinamis sehingga data yang diperoleh dari para narasumber dapat dijaring dengan metode yang lebih alamiah yakni interview langsung dengan para narasumber, sehingga didapatkan jawaban yang alamiah. (Jumingan,2012:39). Selain itu peneliti bermaksud untuk memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan dan memahami keadaan social secara interpretative sehingga peneliti dapat menerjemahkan pandangan pelaku UMKM atas penggunaan laporan keuangan secara langsung dan alamiah. (Basrowi,2008:188).

Penelitian ini berjudul “Menelusuri Persepsi Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah Atas Penggunaan Laporan Keuangan (Sebuah Studi Interpretatif pada UMKM di Kota Gorontalo)”.

1.2. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah persepsi pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) di Kota Gorontalo atas penggunaan laporan keuangan.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana persepsi pelaku usaha kecil menengah mengenai penggunaan laporan keuangan?

2. Bagaimana pemahaman implementasi akuntansi atau laporan keuangan pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ?

(29)

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menelusuri persepsi pelaku UMKM atas penggunaan laporan keuangan.

2. Untuk memahami konsep dan implementasi laporan keuangan menurut pemahaman pelaku usaha kecil dan menengah yang ada di Provinsi Gorontalo.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan usaha kecil dan menengah, khususnya mengenai pemahaman mengenai penggunaan laporan keuangan.

b. Sebagai bahan acuan/referensi bagi penelitian sejenis atau yang berhubungan dengan masalah ini.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, masukan dan informasi yang berguna bagi usaha kecil dan menengah, dalam menjalankan usahanya terutama dalam penyusunan laporan keuangan bagi usaha mereka.

(30)

BAB II

KAJIAN TEORETIS 1.1. Persepsi

1.1.1. Definisi Persepsi

Persepsi adalah langkah terakhir yang merupakan pengamatan actual terhadap sesuatu kenyataan.(Fudiyartanta, 2011:184). Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti, (Kotler dan Keller, 2009: 228).

Mengutip tulisan Ardi, dalam jurnal psikolog 2012, beliau mengatakan bahwa.

“Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah: (1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera, (2) Kesadaran dari proses-proses organis, (3) (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu, (4) variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta menge-nai sesuatu (Chaplin, 2008).”

Menurut kamus Oxford Learner’s pocket dictionary, persepsi atau perception adalah sebagai berikut.

”perception is ability to perceive or way seeing or understanding.”

( Oxford Learner’s pocket dictionary, 2011:317)

Kamus Inggris Indonesia juga menyebutkan bahwa. Perception adalah penglihatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi. (Echols, 2005:424). Ardi juga berpendapat mengenai persepsi, manusia dan interaksinya dengan lingkungan dan pengalaman pribadinya. Berikut kutipan pendapatnya

“Persepsi adalah proses pengolahan informasi dari lingkungan yang berupa stimulus, yang diterima melalui alat indera dan diteruskan ke otak untuk diseleksi, diorganisasikan sehingga menimbulkan penafsiran atau

(31)

penginterpretasian yang berupa penilaian dari penginderaan atau pengalaman sebelumnya. Persepsi merupakan hasil interaksi antara dunia luar individu (lingkungan) dengan pengalaman individu yang sudah diinternalisasi dengan sistem sensorik alat indera sebagai penghubung, dan dinterpretasikan oleh system syaraf di otak.” (Ardi, 2012:157)

Fudyartanta (2011: 184-185) juga menambahkan bahwa persepsi adalah suatu kegiatan psikologis yang menunjukkan suatu proses untuk memperoleh pengetahuan dari lingkungan sekitar dengan perantaraan alat indra. Atau dengan perkataan lain persepsi adalah proses untuk mengetahui objek dan kenyataan objektif atas dasar adanya perangsangan atau stimulti dari objek-objek yang mengenai atau memengaruhi alat indra manusia. Di dalam persepsi dan mengetahui itulah terjadi hubungan yang aktif, member dan menerima antara subjek dan objek, antara si pengamat dan lingkungan sekitar. Subjek yang merupakan organism yang menghadapi lingkungan sekitar ataupun lingkungan sekitar yang memberikan stimulus terhadap subjek sehingga di dalam diri subjek itu timbullah suatu proses yang akhirnya dapat menimbulkan suatu reaksi atau resposns.

Jadi berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah pandangan atau tanggapan seseorang terhadap sesuatu yang diterima dan diolah oleh alat inderanya, tanggapan tersebut bergantung terhadap apa yang dialaminya atau dilaluinya sebagai hasil dari interaksi dirinya sendiri dengan dunia luar (lingkungannya). Jadi biasanya orang mempersepsikan sesuatu berdasarkan pengalaman yang telah dialaminya, baik itu melalui pengalaman aktivitas belajar, pengalamannya dalam dunia usaha, maupun pengalamannya dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan hal-hal lainnya.

(32)

1.1.2. Proses Persepsi

Menurut Fudyartanta (2011:188 – 194), secara skematis proses pengamatan sebelum menghasilkan persepsi dapat ditunjukkan dengan bagan sebagai berikut: L-S-O1-R-L. Dari symbol-simbol ini dapat diartikan: L senagai lingkungan sekitar; S sebagai representasi perangsang atau stimuli; O1 sebagai representasi organism (subjek) yang menghadapi lingkungan sekitar; R sebagai represntasi reaksi atau respons; sedangkan hubungan-hubungan itu merupakan hubungan yang aktif. Artinya, bahwa lingkungan sekitar yang inkongkretnya merupakan suatu objek yang pada suatu ketika siap memberikan jawaban terhadap stimuli kepada subjek dan subjek itu siap pula memberikan jawaban terhadap stimuli tadi dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan yang jelas dari arti simulti itu dan akhirnya dapat mengetahui dengan pasti terhadap objek yang memberikan simulti tadi. Jadi objek dan fakta-fakta objektif itu dapat diperoleh dengan perantaraan stimulasi objektif yang dapat diterima dan diartikan oleh subjek.

Terjadinya proses persepsi menurut Kotler dan Keller (2009: 228-230) ,(dalam Thalib, 2013:9-12) sebagai berikut:

1. Perhatian Selektif

Orang mengalami sangat banyak rangsangan setiap hari. Kebanyakan orang dapat dibanjiri oleh lebih dari 1.500 iklan per hari. Karena seseorang tidak mungkin dapat menanggapi semua rangsangan itu, kebanyakan rangsangan akan disaring-proses yang dinamakan perhatian selektif. Menurut Thoha (2010: 149-156), selektivas persepsi ini dapat dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam.

1.) Faktor perhatian luar

(33)

a. Intensitas, prinsip intensitas dari suatu perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin besar intensitas stimuli dari luar, layaknya semakin besar pula hal-hal itu dapat dipahami (to be perceived).

b. Ukuran, faktor ini menyatakan bahwa semakin besar ukuran suatu objek, maka semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.

c. Keberlawanan atau kontras, prinsip keberlawanan ini menyatakan bahwa stimuli luar yang penampilannya berlawanan dengan latar belakangnya atau sekelilingnya sangkaan orang banyak, akan menarik banyak perhatian.

d. Pengulangan (repetition), dalam prinsip ini dikemukakan bahwa stimuli dari luar yang diulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan yang sekali dilihat.

e. Gerakan (moving), prinsip gerakan ini antaranya menyatakan bahwa orang memberikan banyak perhatian terhadap objek yang bergerak dalam jangkauan pandangan dibandingkan dari objek yang diam.

f. Baru dan familier, prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat digunakan sebagai penarik perhatian 2.) Faktor perhatian dalam

a. Belajar atau pemahaman learning dan persepsi, semua faktor-faktor dari dalam membentuk adanya perhatian kepada suatu objek sehingga menimbulkan adanya persepsi adalah didasarkan dari kekomplekan kejiwaan. Kekomplekan kejiwaan ini selaras dengan proses pemahaman atau belajar (learning) dan motivasi yang dipunyai oleh masing-masing orang.

(34)

b. Motivasi dan persepsi, selain proses belajar dapat menimbulkan persepsi, faktor dari dalam lainnya yang juga menentukan terjadinya persepsi antara lain motivasi dan kepribadian. Walaupun motivasi dan kepribadian tidak bisa dipisahkan dari proses belajar, tetapi keduanya juga mempunyai dampak yang amat penting dalam proses penilaian persepsi.

c. Motivasi sekunder juga memainkan peranan yang amat penting di dalam mengembangkan rangkaian persepsi. Seseorang yang haus akan kekuasaan, butuh afiiasi dan memerlukan pencapaian hasil akan lebih besar perhatiannya pada variable-variabel situasi yang relevan.

d. Kepribadian dan persepsi. Dalam membentuk persepsi unsur ini amat erat hubungannya dengan proses belajar dan motivasi yang dibicarakan di atas, yang mempunyai akibat tentang apa yang diperhatikan dalam menghadiri suatu situasi.

2. Distorsi Selektif

Distorsi selektif adalah kecenderungan menafsirkan informasi sehingga menjadi konsisten dengan keyakinan awal mereka atas merek dan produk.

3. Ingatan Selektif

Orang akan melupakan banyak hal yang mereka pelajari, tetapi cenderung mengingat informasi yang mendukung pandangan dan keyakinan mereka karena adanya ingatan selektif

(35)

Mengutip literature yang termuat dalam jurnal psikolog yang ditulis oleh Ardi 2012, Ardi mengatakan bahwa.

“Menurut Rakhmat, Krech dan Crutchfield (dalam Sobur, 2005), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat dikategorikan menjadi:

• Faktor fungsional

Faktor fungsional dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati), pelayanan, dan pengalaman masa lalu seseorang individu. • Faktor-faktor struktural

Faktor-faktor struktural berarti bahwa faktor-faktor tersebut timbul atau dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari sistem syaraf individu.

• Faktor-faktor situasional

Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik adalah beberapa dari faktor situasional yang mempengaruhi persepsi. • Faktor personal

Faktor personal ini terdiri atas pengalaman, motivasi dan kepribadian.”

Menurut Lubis (2010: 98), (dalam Thalib 2013:14) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi sebagimana ditunjukan pada gambar 1 berikut:

Gambar 1: Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Faktor Pada Pemersepsi 1. Sikap 2. Motif 3. Kepentingan 4. Pengalaman 5. Pengharapan

(36)

Sumber: Lubis (2010: 98) (dalam Thalib: 2012)

1.2. Usaha Kecil Menengah (UMKM) 1.2.1. Definisi UMKM

Usaha Kecil Menengah adalah jenis usaha yang jumlahnya paling banyak di Indonesia, tetapi saat ini batasan mengenai kriteria usaha kecil masih beragam. Pengertian mengenai UMKM juga masih relatif. Sehingga adanya batasan diperlukan agar dapat menimbulkan definisi-definisi dari berbagai segi. Hal tersebut dikatakan Hutagaol dalam jurnal mahasiswa akuntansi vol.1 No. 2 tahun 2012.

Dalam jurnal yang dibuat oleh Narsa, yang dimuat dalam majalah ekonomi (2012:205), terdapat beberapa pengertian UMKM yang didefinisikan oleh lembaga dan individu yang berbeda, diantaranya

Kementrian Koperasi dan UMKM menggolongkanUMKM sebagai berikut:

1. Usaha kecil adalah suatu usaha yang memiliki omset kurang dari Rp. 1 milyar pertahun.

Faktor dalam situasi - Waktu

- Keadaan/tempat - Keadaan sosial

Persepsi

Faktor pada target - Hal baru - Gerakan - Bunyi - Ukuran - Latar belakang - kedekatan

(37)

2. Untuk Usaha menengah, batasannya adalah usaha yang memiliki omset antara Rp. 1 milyar sampai Rp. 50 milyar pertahun.

Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja, seperti dalam tabel dibawah ini:

Tabel Klasifikasi Usaha menurut Jumlah Tenaga Kerja

No Kategori Jumlah Tenaga Kerja

1. Usaha Rumah Tangga (Mikro) ≤ 4 orang

2. Usaha Kecil 5-19 orang

3. Usaha Menengah 20-20 orang

4. Usaha Besar ≤ 100 orang

Sumber: Biro Pusat Statistik

Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008 Usaha Kecil dan Menengah adalah 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha

perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

(38)

Dalam jurnal internasional tersebut juga, Haryani memuat pengelompokkan usaha kecil, usaha skala menengah, dan usaha skala mikro menurut peraturan UMKM tahun 2008.

“Under the law of Micro, Small and Medium Enterprises (2008), definition of SMEs in Indonesia is explained bythe table below. Based on the definition, the research object is categorized as a small business”.

Definition of SMEs in Indonesia

Sumber: Haryani, 2012:1

Dari table diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, usaha mikro adalah usaha yang jumlah pekerjanya adalah dibawah 4 orang dengan penjualan atau pendapatan selama setahun berjumlah lebih kecil atau sama dengan 300 juta dan memiliki total asset sebesar kurang dari atau sama dengan 50 juta. Untuk skala usaha kecil, jumlah pekerja sebanyak lima sampai 9 orang, dengan pendapatan/penjualan setahun minimal diatas 300 juta sampai 2.500 juta dan total asset sebesar 50 juta sampai dengan 500 juta. Selanjutnya, untuk usaha skala menengah, jumlah pekerja sebanyak 20 sampai 99 orang, dengan pendapatan sebanyak 2.500 juta sampai 50 miliyar serta memiliki total asset sebesar 500 juta sampai dengan 10 miliyar rupiah. Pengelompokkan usaha mikro, kecil dan menengah diatas sudah sesuai dengan Undang-Undang mengenai UMKM tahun 2008.

(39)

Arif Rahmana (dalam Raselawati, 2009:15-16), mengemukakan UMKM diklasifikasikan ke dalam 4 golongan, diantaranya:

1. Livelihood activities yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari

nafkah, yang lebih umum dikenal dengan sektor informal. Contohnya, pedagang kaki lima.

2. Micro Enterprise, merupakan UMKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum

memiliki sifat kewirausahaan.

3. Small Dynamic Enterprise merupakan UMKM yang memiliki sufat kewirausahaan

dan mampu menerima permintaan subkontrak dan ekspor.

4. Fast Moving Enterprise merupakan UMKM yang memiliki jiwa kewirausahaan dan

akan melakukan transformasi menjadi usaha besar atau UB.

1.2.3. Peran UMKM dalam dunia Industri

Asian Development Bank (2001) (dalam Sholeh 2012), mengatakan bahwa peran UMKM penting bagi restrukturisasi industri karena :

1. UMKM memberikan kontribusi bagi pertumbuhan lapangan kerja dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan besar, dan dalam jangka panjang UMKM dapat menyediakan porsi yang signifikan bagi lapangan kerja secara keseluruhan

2. UMKM dapat menolong dalam restrukturisasi dan perampingan (streamlining) dari perusahaan besar milik pemerintah dengan cara memungkinkan mereka untuk melepaskan atau menjual aktivitas produk yang bukan inti dan dengan menyerap tenaga kerja yang berlebihan.

(40)

3. UMKM menyediakan perekonomian dengan fleksibilitas yang lebih baik

dalam menyediakan jasa dan pembuatan variasi barang kebutuhankonsumen.

4. UMKM meningkatkan daya saing dari marketplace dan mencegah posisi monopolistik dari berbagai perusahaan besar. UMKM bertindak sebagai tempat pengembangan kemampuan wirausaha dan inovasi. UMKM memainkan peran penting penyediaan jasa bagi komunitas masyarakat dan UMKM memberkan kontribusi penting bagi program pengembangan regional.

Dalam International Journal of Bussiness, Humanties and Technology, vol.2 No:4, tahun 2012, Kuswantoro mengatakan bahwa pada tahun 2009 jumlah UMKM yang ada di Indonesia sekitar 52.7 juta UMKM atau 99,9 persen dari total usaha yang ada di Indonesia.

1.3. Akuntansi dan Laporan Keuangan sebagai Bahasa Bisnis

Dalam bukunya Martani (2012:4) menjelaskan bahwa akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi adalah bahasa bisnis. Akuntansi menghasilkan informasi yang menjelaskan kinerja keuangan entitas dalam suatu periode tertentu dan kondisi keuangan entitas padatanggal tertentu. Informasi akuntansi tersebut digunakn oleh para pemakai agar dapat membantu dalam membuat prediksi kinerja dimasa mendatang. Berdasarkan informasi akuntansi tersebut barbagai pihak dapat mengambil keputusan. Martani juga menambahkan bahwa intinya akuntansi terdiri atas empat hal penting, yakni sebagai berikut.

1. Input (masukan) akuntansi adalah transaksi yaitu peristiwa bisnis yang bersifat keuangan suatu transaksi dapat dicatat dan dibukukan ketika ada bukti yang

(41)

menyertainya. Tanpa ada bukti yang autentik, maka suatu transaksi tidak dapat dicatat dan dibukukan oleh akuntansi.

2. Proses, merupakan erangkaian kegiatan untuk merangkum transaksi menjadi laporan. Kegiatan ini terdiri dari dari proses identifikasi apakh kejadian merupakan transaksi, pencatatan transaksi, penggolongan transaksi, dan pengikhtisaran transaksi menjadi laporan keuangan. Kejadian dalam suatu entitas harus diidentifikasi pengaruh transaksi tersebut terhadap laporan keuangan. Setelah diidentifikasi, transaksi tersebut dicatat dalam jurnal. Transaksi setelah dijurnal kemudian digolongkan sesuai dengan jenis akun, dalam akuntansi proses ini disebut sebagai posting. Dengan proses ini saldo akun akan mencerminkan kondisi keuangan terkini, misalnya kas akan menunjukkan saldo kas terkini. Setiap akhir periode pelaporan, catatan dalam jurnal yang telah diposting dalam akun akan diringkaskan dalam bentuk laporan keuangan. Pada saat laporan keuangan tersebut disusun, basis yang digunakan untuk mencatat adalah basis akrual sehingga perlu jurnal penyesuaian pada akhir periode pelaporan.

3. Output (keluaran) akuntansi adalah informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan yang dihasilkan dari proses akuntansi menurut Standar Akuntansi Keuangan adalah Laporan Keuangan (Neraca), Laporan Laba Rugi Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Kelima laporan tersebut disusun, disajikan, dan pengungkapannya harus sesuai dengan standar akuntansi yang digunakan.

(42)

Akuntansi menghasilkan informasi keuangan tentang sebuah entitas. Informasi keuangan yang dihasilkan oleh proses akuntansi disebut laporan keuangan. Laporan keuangan dapat digunakan untuk tujuan umum maupun tujuan khusus. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar merupakan bentuk laporan keuangan untuk tujuan umum. Penyusunan laporan keuangan untuk tujuan umum ditujukan untuk pihak eksternal, dan merupakan bagian dari akuntansi keuangan.

Laporan keuangan atau akuntansi merupakan bahasa bisnis yang digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Sejak sebuah bisnis berdiri sampai dibubarkan, informasi dari proses akuntansi diperlukan oleh para pengambil keputusan. (Suharli, 2006:1).

American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), mendefinisikan akuntansi sebagai suatu seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu, yang dinyatakan dalam uang, transaksi, dan peristiwa, paling tidak mengenai karakter ekuangan dan penafsiran hasilnya. (Suharli, 2006:2)

Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi adalah bahasa bisnis. Akuntansi menghasilkan informasi yang menjelaskan kinerja keuangan entitas dalam satu periode tertentu dan kondisi keuangan entitas pada tanggal tertentu. Informasi akuntansi tersebut digunakan oleh para pemakai informasi agar dapat membantu dalam membuat prediksi kinerja dimasa mendatang. Berdasarkan informasi tersebut, berbagai pihak dapat mengambil keputusan terkait dengan entitas. Akuntansi merangkum transaksi yang terjadi dalam sebuah entitas kemudian memproses dan menyajikannya dalam bentuk laporan yang diberikan kepada para pengguna. (Martani, 2012:4)

(43)

2.3.2. Kegunaan dan Pengguna Laporan Keuangan

Kegunaan laporan keuangan bagi dunia usaha menurut Suharli (2006:3-4) antara lain untuk:

1. Menyediakan informasi ekonomis suatu perusahaan yang relevan untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit yang tepat;

2. Menjadi media komunikasi bisnis antara manejemen dan pengguna eksternal mengenai posisi keuangan, perubahan posisi keuangan, dan arus kas

perusahaan;

3. Memberikan potret yang dapat diandalkan mengenai kemampuan menghasilkan laba dan arus kas perusahaan;

4. Menjadi bentuk pertanggung jawaban manejemen (stewardship) kepada para pemilik perusahaan;

5. Menjadi gambaran kondisi perusahaan dari satu period eke periode berikut

mengenai pertumbuhan/kemunduran, dan memungkinkan untuk diperbandingkan dengan perusahaan lain pada industry sejenis.

Pemakai laporan keuangan meliputi para investor dan calon investor, kreditor (pemberi pinjaman), pemasok, kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, pemerintah dab lembaga lainnya, karyawan dan masyarakat, dan shareholders (para pemegang saham).

Prastowo (2011:3-4) menjabarkan bahwa pemakai laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda, yang meliputi:

(44)

1. Investor

Para investor (dan penasihatnya) berkepentingan terhadpa resiko yang melekat dan hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan dan menjual investasi tersebut.

2. Kreditor (Pemberi pinjaman)

Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

3. Pemasok dan kreditor usaha lainnya.

Pemasok dan kreditor lainnya tertarik dnegan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek disbanding kreditor.

4. Shareholders (para pemegang saham)

Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh, dan penambahan modal untuk

business plan selanjutnya.

5. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan.

(45)

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oeh karenanya berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.

7. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.

8. Masyarakat

Perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti pemberian kontribusi pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestik.

2.3.3. Tujuan Laporan keuangan

Martani (2012:33) mengatakan dalam tulisannya, bahwa menurut kerangka konseptual IFRS, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sebagian besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Lebih lanjut Maratani (2012:33) menegaskan pula bahwa laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggung jawaban manejemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Secara umum tujuan laporan keuangan adalah untuk:

(46)

1. Memberikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi;

2. Menunjukkan apa yang telah dilakukan manejemen (stewardship) dan pertanggungjawaban sumber daya yang dipercayakannya;

3. Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai; 4. Menyediakan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.

2.3.4. Asumsi dasar

Asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan digunakan sebagai konsep dasar yang melandasi penyusunan laporan keuangan. Berdasarkan asumsi ini laporan keuangan disusun dan diharapkan dapat memenuhi tujuan laporang keuangan.

Martani (2012:35) mengatakan basis akrual merupakan asumsi yang mendasari penyusunan laporan keuangan. Berdasarakan prinsip akrual, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat terjadinya (bukan pada saat kas diterima atau dibayarkan). Lanjutnya, beliau menambahkan bahwa konsep akrual lebih mencerminkan substansi ekonomi suatu transaksi. Berdasarkan asumsi ini, entitas tidak hanya mengakui kas yang diterima tetapi juga mengakui klaim kepada pihak lain (piutang), liabilitas kepada pihak lain (utang), mengakui asset selain kas. Penggunaan basis akrual akan membuat transaksi lebih netral terhadap kebijakan entitas untuk menunda atau mempercepat pembayaran.

Kelangsungan usaha mengsumsikan bahwa entitas tidak akan melanjutkan usahanya dimasa mendatang. Entitas tidak bermasud untuk melikuidasi atau

(47)

mengurangi skala usahanya.( Prastowo, 2011:7). Jadi intinya ada dua asumsi yang berlaku dalam laporan keuangan, pertama dasar akrual dan yang kedua adalah kelangsungan usaha.

2.3.5. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Laporan keuangan berisikan informasi keeuangan yang pada hakikatnya adalah informasi kunatitatif. Agar informasi tersebut berguna bagi pemakai informasi tersebut harus memenuhi karakteristik kualitatif. Dengan karakteristik kualitatif, informasi kuantitatif dalam laporan keuangan dapat memenuhi kebutuhan pamakai. (Martani, 2012:36)

Prastowo (2011:7) juga menambahkan bahwa karakteristik laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik laporan keuangan anataralain:

1. Dapat dipahami

Laporan keuangan harus dapat dipahami oleh para pemakai agar dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Untuk dapat dipahami, laporan keuangan diasumsikan memiliki pengetahuna yang memadai tentang aktivitas ekonomi, bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi.

2. Relevan

Relevan berhubungan dengan kegunaan informasi tersebut dalam pengambilan keputusan. Informasi diakatan relevan jika informasi tersebut mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai sehingga dengan membantu mengevaluasi eristiwa

(48)

masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi dimasa lalu.

3. Keandalan

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus datu jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4. Dapat dibandingkan

Untuk dapat menghasilkan tren kinerja entitas dan melihat posisi entitas dalam lingkungan usaha, pemakai perlu membandingkan laporan keuangan entitas antar periode dan membandingkannya dengan entitas lain.

2.3.6. Laporan Keuangan sebagai hasil dari Siklus Akuntansi

Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transasksi dan peristiwa lain yang terjadi dalam satu entitas. Unsur laporan keuangan diklasifikasikan dalam beberapa kelompok menurut karakteristik ekonominya. Unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi kopmrehensif adalah penghasilan dan beban. Penyajian dalam neraca dan laporan laba rugi komprehensif memerlukan proses subklasifikasi lebih detail tergantung kebutuhan pengguna dalam pengambilan keputusan. (Martani, 2012:41).

Menurut Martani (2012:60) suatu perusahaan, apakah sebesar Markplus Inc. dalam ilustrasi pembuka, perusahaan kecil yang masuk kategori UMKM, atau bahkan perusahaan skala mikro seperti toko kelontong memerlukan suatu sistem yang memungkinkan pengumpulan dan pengorganisasian data-data, pengolahan data untuk

(49)

menjadi informasi, dan penyajian laporan. Dalam bidang akutansi sistem tersebut disebut sebagai Sistem Informsi Akiutansi (SIA). Dalam bentuk yang sederhana hingga yang canggih, secara umum SIA mmbantu manajemen perusahaan untuk mengumpulkan data-data keuangan, menglolahnya menjadi informasi yang bermanfaat bagi penggunaan, dan menghasilkan laporan keuangan.

SIA yang baik dan efektif memampukan manajemen perusahaan dan para pihak yang berkepentingan mendapatkan informasi secara cepat dan akurat mengenai perusahaan, seperti dalam hal:

1. Besarnya kas yang dimiliki perusahaan;

2. Besarnya saldo utang yang harus di lunasi perusahaan; (poin a dan b adalah

informasi untuk menjawab aspek likuiditas perusahaan)

3. Banyaknya aset yang dimiliki perusahaan;

4. Besarnya laba yang dihasilkan perusahaan; (poin c dan d adalah informasi untuk

utilitasi dan profitabilitas perusahaan)

5. Besarnya dividen yang bisa dibagikan kepada perusahaan; 6. Kinerja oprasional perusahaan.

Untuk perusahaan berskala kecil, SIA dapat membetuk pencatatan manual ataun semi manual dengan menggunakan program computer seperti MS Excel. Untuk perusahaan besar, implementasi SIA memerlukan program dan manajemen basis data (database) khusus yang biasanya memerlukan dukungan dari perusahan piranti lunak (software) seperti Oracle SA. Meski demikian, dasar-dasar akuntansi yang perlu dipahami adalah sama, yaitu berawal dari persamaan dasar akutansi dan siklus akutansi.

(50)

Ketika melakukan pencataan akutansi, ada istilah yang sering disebut, yaitu ‘debit’ dan ‘kredit’. Secara harafiah, Debit (sering disingkat sebagai Dr) berasal dari kata

debere, yang berarti sisi kiri; sedangkan Kredit (atau Cr) berasal dari kata credere yang

berarti sisi kanan.Debit atau kredit tidaklah bermakna kenaikan atau penurunan. Istilah kredit berarti dicatat disebelah kiri; sebaliknya kredit di catat disebelah kanan.

Pencatatan penggunaan akun, yaitu klafikasi umum yang digunakan dalam sisitem akutansi untuk merujuk pada sifat yang sama. Akun-akun tersebut bisa dikelompokkan menjadi lima bagian besar:

1. Asset;

Aset adalah harta perusahaan yang terbagi atas kas, piutang usaha , perlengkapan kantor, peralatan kantor dan lain-lain.

2. Liabilitas;

Liabilitas adalah harta perusahaan biasanya terdiri atas utang usaha, pendapatan jasa diterima dimuka, beban upah yang harus dibayar, utang modal kerja, dan lain-lain.

3. Ekuitas;

Ekuitas adalah Modal perusahaan yang biasanya terdiri atas saldo laba dan modal.

4. Pendapatan;

Pendapatan adalah seluruh pendapatan yang didapat selama periode tersebut 5. Beban.

(51)

Beban adalah seluruh beban yang hadir akibat adanya kegiatan operasional perusahaan. Diantaranya beban gaji, beban sewa, beban iklan, beban perlengkapan kantor, serta beban upah.

Selanjutnya sistem pencatatan akutansi yang digunakan secara umum oleh perusahaan adalah sistem pembukuan ganda (double-entry system), yaitu apabila ada suatu pencatatan yang dibuat perusahaan, maka aka nada dampak ganda, yaitu minimal sutu pencatatan di sisi debit dan minimal satu pencatatan di sisi kredit. Dalam sistem pembukuan ganda tidaklah mungkin terdapat pencatatan yang berdampak hanya pada satu sisi (debit saja atau kredit saja).

Keterkaitan antara akun-akun tersebut antara laian Asset = Liabilities + Ekuitas. Seluruh akun tersebut setelah diklasifikasikan dan diolah dalam sistem akuntansi menjadi informasi yang dilaporkan melalui laporan keuangan. Silkus akuntansi suatu entitas secara umum dapat diringkas sebagai berikut.

1. Pencatatan Transaksi Melalui Jurnal

Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi peristiwa dan pencatatan transaksi. Setiap harinya transaksi atau kejadian atau event yang dilakukan oleh entitas , seperti rekrutmen karyawan, pembayaran gaji karyawan, pengangkatan karyawan tetap, pelatihan, kunjungan, dan sebagainya. Dari sekian banyak transaksi tersebut, terdapat peristiwa yang berdampak eksternal dan internal, dan ada yang menimbulkan konsekuensi keuangan secara langsung. Peristiwa yang berdampak eksternal dan internal, dan ada yang menimbulkan konsekuensi keuangan dikenal sebagai transaksi. Jadi, transaksi merupakan peristiwa atau kejadian dalam perusahaan yang memiliki dampak moneter atau

(52)

konsekuensi keuangan. Proses rekruitmen karyawan adalah peristiwa, namun bukanlah transaksi. Namun pembayaran honor untuk konsultans SDM yang terlibat dalam proses rekruitmen tersebut adalah transaksi karena adanya dampak moneter yang timbul, yaitu nilai pembayaran dan adanya pengurangan kas yang dimiliki. Pencatatan transaksi harian dilakukan melalui jurnal umum (selanjutnya disebut sebagai jurnal) secara kronologis berdasarkan tanggal.

Gambar 2 Contoh Bentuk Jurnal Umum Tanggal Akun dan Penjelasan Ref Debit Kredit

1 Juni Beban Gaji 500 Rp.XXX .

Kas 101 Rp.XXX

Sumber: Martani, 2012:66

Penentuan apakah suatu akun akan ditempatkan pada sisi debet atau sisi kredit disesuaikan dengan saldo normal yang berlaku. Sebagai contoh akun beban mempunyai saldo normal di sebelah debet. Maka ketika beban gaji bertambah atau meningkat, maka akun tersebut ditempatkan disebelah debet dan begitu juga dengan akun kas, akun kas termasuk dalam akun asset yang ketika saldonya bertambah maka akan dicatat disebelah debet dan ketika berkurang maka akan dicatat disebelah kredit. Ketika melakukan pembayaran beban gaji, maka saldo kas berkurang. Hal tersebut mengakibatkan saldo kas dicatat disebelah kredit. Berikut saldo normal setiap akun.

Gambar 3 Saldo Normal Akun

Nama Akun Debit Kredit

Akun Aset Meningkat (+) Menurun (-) Akun Liabilitas Menurun (-) Meningkat (+)

(53)

Akun Ekuitas Menurun (-) Meningkat (+) Akun Pendapatan Menurun (-) Meningkat (+) Akun Beban Meningkat (+) Menurun (-)

Sumber: Martani, 2012:61

Posisi yang dicatat pada saat transaksi yang menunjukkan peningkatan menjadi indicator saldo normal dari masing-masing akun. Dengan demikian, saldo normal akun asset adalah debit, sedangkan akun liabilitas dan ekuitas adalah kredit. 2. Pemindahan kedalam buku besar

Tahap berikutnya adalah pemindahbukuan atau sering disebut dengan istilah

posting yang merupakan langkah untuk melakukan klasifikasi akun-akun yang

sesuai didalam buku besar (ledger). Langkah-langkah untuk melakukan posting adalah sebagai berikut.

1.) Mengidentifikasi nama akun yang terkait dan memindahkan jumlah pada kolom debit/kredit pada akun dibuku besar.

2.) Menuliskan kode nomor akun pada kolom referensi di jurnal dan halaman pada kolom referensi akun dibuku besar.

3.) Setelah proses pemindahbukuan selesai, saldo akhir masing-masing akun dalam buku besar ditentukan dan nantinya dipindahkan ke buku besar.

3. Penyusunan neraca saldo

Neraca saldo (trial balance) berisi saldo akhir kumpulan akun pada akhir periode. Penyusunan neraca saldo disusun berdasarkan saldo normal akun debit dan kredit, dimulai dari akun asset , liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban. Neraca saldo tidak dimaksudkan untuk memastikan bahwa seluruh transaksi dan posting kebuku besar telah dilakukan dengan benar. Sebaliknya, sesuai dengan nama (trial balance), saldo debit dan kredit neraca saldo harus seimbang (balance).

(54)

Neraca saldo bermanfaat untuk mendeteksi kesalahan dalam proses jurnal dan posting.

4. Penyusunan ayat jurnal penyesuaian dan pemindahan kedalam buku besar Salah satu konsekuensi entitas menerapkan prinsip akrual adalah pengakuan pendapatan dan beban harus dilakukan pada periode saat terjadinya pendapatan atau beban tersebut. Karenanya entitas harus melakukan proses penyesuaian untuk memenuhi prinsip pengakuan pendapatan dan penandingan. Secara umum, ayat jurnal penyesuaian dialkukan terhadap dua kategori akun, yaitu pembayaran dimuka dan akrual. Hal yang yang termasuk dalam kategori pembayaran dimuka adalah sebagai berikut.

1.) Beban dibayar dimuka (prepaid expenses), yaitu seluruh beban yang telah dibayar secara tunai, namun masih belum dimanfaatkan atau digunakan, dan dicatat sebagai asset.

2.) Pendapatan diterima dimuka (Unearned revenues), yaitu seluruh pendapatan yang diterima secara tunai, namun jasa atau barang masih belum diserahkan, dan dicatat sebagai liabilitas.

Sedangkan akrual meliputi sebagai berikut.

1.) Pendapatan yang belum diterima (accrued revenues), yaitu seluruh pendapatan yang telah diselesaikan penyerahan jasa atau barang terkait, namun belum diterima pembayaran tunainya atau bahkan belum dicatat. 2.) Beban yang belum dibayar atau beban yang harus dibayar, yaitu seluruh beban yang sudah terjadi (dimanfaatkan atau digunakan), namun belum

Gambar

Tabel 1: Jumlah UMKM Provinsi Gorontalo tahun 2008 s/d 2010
Gambar 3: Kerangka pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: secara parsial, variabel kondisi lingkungan serta kebutuhan dan keinginan berpengaruh positif dans ignifikan terhadap persepsi atas

Dengan demikian H1 yang menyatakan terdapat pengaruh secara simultan kondisi lingkungan, pengalaman masa lalu, serta kebutuhan dan keinginan terhadap persepsi

Dari hasil pengujian pengaruh pengetahuan akuntansi pelaku usaha kecil dan menengah atas penggunaan informasi akuntansi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

Dengan diterbitkannya SAK EMKM diharapkan para pelaku UMKM dapat menyusun laporan keuangan sesuai standar akuntansi keuangan, sehingga EMKM dapat menyadiakan

“Persepsi Pengelola Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tentang Penyajian Laporan Keuangan Berbasis SAK EMKM (Studi Empiris pada UMKM di Kecamatan Medan

Pada tingkat ekstrapolasi dapat dilihat dari kemampuan pemahaman pelaku UMKM dalam melakukan pencatatan keuangan yang sesuai dengan laporan keuangan pada umumnya.. Masih

Oleh sebab itu periset tertarik buat melaksanakan pencatatan atas laporan keuangan yang sudah terbuat oleh owner UMKM Kerajinan Kayu Tohu Srijaya tercatat,

Dari hasil analisis data diperoleh Adjusted R Square sebesar 0,251 yang berarti Persepsi Atas Tujuan Laporan Keuangan dan Pengetahuan Akuntansi Pelaku Usaha secara