• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PELAKU UMKM ATAS PENGGUNAAN LAPORAN KEUANGAN Pada bab IV ini peneliti akan mendeskripsikan dan menjelaskan sejumlah hasil

1. Deskripsi Identitas Key Informan

1.2. Pemahaman Pelaku UMKM atas Penggunaan Laporan Keuangan

Ketika berbincang-bincang dengan seorang pengusaha stik jagung bernama sefia, peneliti menyempatkan diri untuk bertanya mengenai persepsi sefia mengenai laporan keuangan. Sefia, sudah menjalani usahanya selama satu setengah tahun dengan jumlah pekerja 4 orang, usaha ini tergolong usaha mikro. Laporan keuangan dibuat oleh Sefia untuk usahanya setiap periode enam bulan sekali, mengingat pihak Bank Indonesia selaku pemberi dana bantuan dana hibah untuk usahanya sering mengevaluasi kinerja usahanya termasuk juga laporan keuangannya. Disamping itu juga, sekitar dua tahun yang lalu Sefia berperan sebagai pendamping bagi UMKM yang

tugasnya adalah membina UMKM terutama memberikan pengetahuan serta melatih para UMKM untuk membuat laporan keuangan. Berikut ini penuturan K’ sefia (panggilan akrab sefia) mengenai laporan keuangan.

“laporan yang menyajikan alur pemasukan dan pengeluaran uang dalam perusahaan , yang bisa juga menilai kinerja perusahaan, dan laporan itu ada tiga laba rugi, neraca, perubahan modal sama satu lagi arus kas.”(Sefia).

Sefia mempersepsikan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan alur masuk dan keluar uang dalam suatu perusahaan, yang bermanfaat untuk digunakan sebagai bahan untuk menilai kinerja perusahaan, laporan keuangan juga memiliki empat elemen utama yaitu, laporan laba rugi, laporan neraca, laporan perubahan modal, laporan arus kas.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Ibu Titik Budiarsih, pengusaha rumah makan Mas Joko sari laut 99, ketika ditanya mengenai persepsi beliau tentang laporan keuangan beliau mengatakan bahwa laporan keuangan berfungsi untuk memastikan keadaan perusahaan apakah mengalami kerugian atau mendapat keuntungan. Berikut penuturan lengkap dari beliau.

“Laporan keuangan, ya disitu kan mengetahui untung ruginya suatu usahakan, jadi disitu diperhitungkan pendapatan usaha.”

Jadi, menurut pendapat Ibu Titik, gambaran mengenai pendapatan usaha yang sebenarnya dapat diperoleh dari informasi keuangan yang disajikan lewat laporan keuangan. Informan berikutnya yang penulis temui adalah Pak Efendi, seorang penjual aksesoris, Pak Efendi menjalani usahanya sudah sekitar dua puluh tujuh tahun, pak Efendi juga mempersepsikan pendapat yang sama dengan pendapat ibu Titik, berikut persepsi pak Effendi mengenai laporan keuangan.

Jadi, Pak Efendi berpendapat bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menggamabarkan hasil penjualan yang diperoleh dalam suatu usaha. Informan selanjutnya yang penulis menemui adalah Ko’ Rick setelah terlebih dahulu mengkonfirmasi jadwal wawancara beberapa hari sebelumnya dengan beliau. Untuk Ko’ Rick peneliti mewawancarai beliau menggunakan pendekatan tersendiri, peneliti menggunakan Bahasa yang senang digunakan oleh Ko’ Rick ketika bertemu dengan peneliti yaitu Bahasa Inggris. Hal tersebut sengaja peneliti lakukan agar terjalin keakraban diantara peneliti dengan beliau, sehingga memudahkan peneliti mendapatkan informasi dari beliau. Penulis masih menanyakan persepsi ko’ Rick seputar laporan keuangan. Berikut ini pernyataan beliau mengenai laporan keuangan.

“ financial report are ballance sheet, income statement, capital statement, and cash flow.”

Intinya ko’ rick beropini bahwa laporan keuangan yaitu laporan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan cash flow. Hal yang senada juga diutarakan oleh informan yang peneliti temui di hari berikutnya yaitu Ibu selvi, seorang pengusaha kue basah. Ketika ditanyai opini Ibu Selvi mengenai Laporan Keuangan, beliau berujar bahwa

“ laporan keuangan untuk UMKM mengenai kitorang pe pendapatan, modal, baru mo bekeng neraca, mo bekeng laba rugi bagitu.”

Laporan keuangan menurut pandangan ibu Selvi adalah laporan yang dapat menjelaskan mengenai pendapatan dan modal yang dibuat dalam bentuk neraca dan laporan laba rugi.

Informasi yang hampir senada yang diberikan oleh Ko’ Rick dan ‘ Sefia, pada intinya memiliki kesamaan. Olehnya itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa, laporan

keuangan menurut pandangan keduanya haruslah lengkap dan terdiri dari empat komponen utama yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal serta arus kas. Sedangkan opini yang didapatkan dari Ibu Titik, Pak Efendy dan Ibu Selvi adalah memang senada, yaitu laporan keuangan sebagai bahan untuk mengetahui gambaran pendapatan dari usaha mereka, termasuk didalamnya tentu mencantumkan laba dan rugi dari usaha mereka.

Laporan keuangan adalah yang penting bagi kelangsungan suatu usaha, sebab dengan laporan keuangan, pihak manejer bisa dengan mudah mengevaluasi kinerja keuangan dalam usaha yang mereka jalankan, serta untuk pemilik sendiri dapat memudahkan pemilik untuk melihat posisi pendapatan perusahaan, apakah mendapatkan keuntungan atau kerugian. Hal inilah yang diutarakan oleh Ko’ Rick ketika diwawancarai oleh peneliti, peneliti menanyakan pada beliau apakah laporan keuangan itu penting untuk usaha yang dijalankan oleh seorang wirausaha. Sambil tersenyum beliau menjawab pertanyaan peneliti dengan opini berikut ini.

“In my opinion some people especially enterpreneur, should make simple report, because when I make the report I can control my bussines.”

Ko’ Rick juga menambahkan bahwa, terkadang apabila kita butuh untuk mengetahui berapa dana yang keluar dari usahanya, maka kita harus membuat catate keuangan, meskipun hanya catatan sederhana yang bisa kita pahami dengan mudah, contohnya dana untuk listrik, dana untuk pembayaran air, dana untuk sewa gedung, dan beban lain-lain, yang tidak mungkin disebutkan disini. Berikut penuturan tambahan dari Ko’ Rick.

“sometimes when you want to know how big the budget, you must make the simple notes example the budgets for the electricity, for the water, for the place, thre are too many cost.”

Senada dengan apa yang diutarakan oleh Ko’ Rick, Sefia mengatakan bahwa laporan keuangan sangatlah penting, terutama untuk mengetahui aliran dana yang dikelarkan oleh kebutuhan usahanya. Berikut pernyataan Sefia terkait hal tersebut.

“kan dapa tau depe aliran kalo uang itu kemana-kemana, tapi kalo membuat so tau no, kalo uangnya itu ada kemana-kemana.”

Laporan keuangan dapat digunakan juga untuk menetapkan perencanaan pos pos dana yang akan dikeluarkan dimasa mendatang, misalnya perencanaan pembelian bahan baku, tenaga kerja, serta untuk mengtahui total biaya yagg dibutuhkan. Berikut ini pernyataan Sefia, mengenai hal tersebut.

“itu uang yang didapat untuk penjualan hari ini so untung berapa, baru so ad perencanaan misalnya beli bahan baku sekian, untuk tenaga kerja, sotabagi-bagi, kalo misalnya so ada dpe laporan kan lebih mudah mengetahui dpe biaya.” Ada juga UMKM yang membuat laporan keuangan secara tidak rutin atau hanya sesekali saja, yaitu pada saat momen tertentu, misalnya pada saat dimintai oleh dinas terkait maka laporan keuangan tersebut akan segera di susun. Hal ini terjadi pada UMKM Putra Kusuma milik Ibu Lilik Suryani ketika ditanyai oleh peneliti mengenai periode pelaporan keuangan. Berikut ini jawaban Ibu Lilik.

“nanti di perlukan, pokoknya diperlukan baru mo susun, kalo tidak diperlukan ya tidak. Kalo rutin tidak ada. Dinas, kalo dorang ada program , dinas itu proyek-proyek, kan kalo ada proyek-proyek bagitu pasti ba minta laporan keuangan, lomba, itu dapa-dapa juara itu harus ada laporan keuangan.”

Ibu Lilik mengakui bahwa pencatatan rutin tidak dilakukan olehnya, hanya saja jika ada permintaan oleh lembaga tertentu maka akan segera dibuatkannya. Bahkan Ibu Lilik ketika dimintai laporan keuangan oleh lembaga tertentu, diakuinya bahwa karena ketidak tahuannya menyusun laporan keuangan, beliau hanya mengganti tahun

laporan keuangannya, tahun lalu menjadi tahun ini. Inilah pengakuan seorang Ibu Lilik selaku pemilik Pia Putra Kusuma.

“Laporan keuangan itu, Cuma yang 2011 lalu itu diganti dengan 2012, pokoknya tinggal saya ganti di tahun, yang penting terbayarkan abis perkara. Bagiman mo bekeng tidak tau neraca-neraca .”

Ibu Lilik juga melanjutkan pengakuannya, bahwa biasanya beliau hanya melakukan pencatatan laporan keuangan menggunakan asumsi saja, mengingat catatan transaksi yang tidak lengkap dilakukannya. Berikut pernyataan ibu Lilik terkait hal tersebut.

“depe laba rugi, neraca, tapi cuman asusmi semua, ini kan tidak lengkap pencatatannya, jadi asumsi itu, misalnya cuman ambe satu bulan, baru kali berapa, atau tidak yang satu semester punya, karena ini tidak dicatat rutin kan.”

1.3. Laporan Keuangan sebagai bahan untuk mengetahui perkembangan usaha

Dokumen terkait