• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR KEBIJAKAN PENANGANAN PEMELIHARAAN PRASARANA JALAN KABUPATENBANGGAI KEPULAUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR KEBIJAKAN PENANGANAN PEMELIHARAAN PRASARANA JALAN KABUPATENBANGGAI KEPULAUAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR KEBIJAKAN PENANGANAN PEMELIHARAAN PRASARANA JALAN

KABUPATENBANGGAI KEPULAUAN

ROAD DAMAGE LEVELS AS BASIC POLICYMAINTENANCE DISTRICT ROAD MANAGEMENTBANGGAI KEPULAUAN

Yorim Mbolian, Yamin Jinca, Tahir Kasnawi

Program Teknik Perencanaan Prasarana Fakultas Terknik Universitas Hasanuddin

Alamat Koresponden:

Teknik Perencanaan Prasarana Universitas Hasanuddin Makassar 90245

Hp.081243758626

(2)

Abstrak

Prasarana jalan merupakan barang publik yang harus dapat dirasakan keberadaannya oleh seluruh lapisan masyarakat maka sebagai konsekuensinya hak penguasaan dan wewenang pengadaan prasarana jalan umumnya dilakukan oleh pemerintah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) jenis dan penyebab terjadinya kerusakan konstruksi perkerasan jalan, (2) kekuatan struktur perkerasan jalan terhadap beban lalu lintas pada ruas jalan, dan (3) kebijakan penanganan pemeliharaan prasarana jalan dalam keterbatasan dana. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Banggai Kepulauan pada ruas jalan Salakan-Sambiut, Bulagi-Sabang dan Alakasing Saiyong. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survei kondisi jalan dan mewawancarai stakeholder yang memiliki kompetensi dalam penanganan pemeliharaan jalan. Pengolahan data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Hasil penelitian menunjukan bahwa luas total kerusakan konstruksi perkerasan jalan yang terjadi yaitu 8936,94 m2 dengan rincian kerusakan fungsional sebesar 6717,12 m2 atau 80% dan kerusakan struktural sebesar 1679,82 m2 atau 20%. Kondisi konstruksi perkerasan jalan mengalami penurunan rata-rata sebesar 28,26% setiap tahun sehingga hanya mampu bertahan hingga 3,54 tahun untuk kegiatan pemeliharaan jalan dan 7,08 tahun untuk kegiatan peningkatan jalan. Program penanganan jalan yang dilakukan selama ini dilaksanakan berdasarkan pagu anggaran sebab keterbatasan alokasi pembiayaan pemeliharaan jalan.Kebijakan dari pemerintah dibutuhkan untuk melakukan pemeliharaan, baik dalam pemeliharaan rutin maupun pemeliharaan berkala yang sistematik dan berkesinambungan.

Kata kunci: Kerusakan, kebijakan, Pemeliharaan, Jalan

Abstract

Road infrastructure is a public good that should be felt by the whole society existence as a consequence the right to control and authorize the procurement of road infrastructure is generally carried out by the government. The aim of the study was to determine (1) the type and cause of the damage to the road pavement construction, (2) the strength of the pavement structure of the traffic load on the roads, and (3) the maintenance of road infrastructure management policies within the limits of funds. The study was conducted in Banggai Kepulauan regency of joint road segment Salakan-Sambiut, Bulagi-Sabang and Alakasing-Saiyong. The method used in the study is a survey road conditions and interviewed stakeholders who have competence in the handling of road maintenance. Treatment data were analyzed using descriptive qualitative and quantitative fit with the purpose to be achieved. The results indicate that the total damage that occurs of road pavement construction is 8936.94 m2 with details of the functional damage of 6717.12 m2 or 80% and structural damage of 1679.82 m2 or 20%. Conditions pavement construction decreased by an average of 28.26% per year so that can only last up to 3.54 years for the maintenance of roads and 7.08 years for the improvements of roads. Road management program conducted during the budget cap is implemented based on the allocation because funding limitations of road maintenance. Government policies are needed to perform maintenance, both in routine maintenance and periodic maintenance of systematic and continuous.

(3)

PENDAHULUAN

Transportasi merupakan komponen utama berfungsinya suatu kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan politik masyarakat, dimana tingkat mobilitas dan perekonomian serta pola kehidupan masyarakat erat kaitannya dengan ketersediaan fasilitas transportasi yang cukup.Jasa transportasi yang cepat, murah dan aman adalah sangat penting dan diutamakan dalam kehidupan modern, dan usaha penyempurnaan tersebut dapat mempengaruhi perkembangan standar kehidupan masyarakat. Pertumbuhan fasilitas transportasi, baik prasarana jalan maupun sarana transportasi telah memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat dan mempengaruhi semua aspek kehidupan manusia, (Jinca.M.Ydkk.,2007).

Prasarana jalan merupakan barang publik yang harus dapat dirasakan keberadaannya oleh seluruh lapisan masyarakat maka sebagai konsekuensinya hak penguasaan dan wewenang pengadaan prasarana jalan umumnya dilakukan oleh pemerintah, dan diharapkan setiap daerah mampu mengembangkan sistem penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat yang lebih akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat setempat.

Mempertahankan keberlanjutan pemanfaatan prasarana jalan sesuai dengan rencana pembangunan, perlu dilakukan usaha-usaha pengelolaan operasi, pemeliharaan dan penanganan yang harus direncanakan dengan baik terhadap ruas-ruas jalan yang ada, sehingga mampu berfungsi secara optimal dalam mempermudah arus transportasi orang, barang dan jasa, untuk itu dalam mendukung pencapaian tersebut diharapkan kualitas konstruksi perkerasan jalan selalu memberikan lapis permukaan yang rata sehingga dapat menjamin kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan selama masa pelayanan (umur rencana).

Penyebab terjadinya kerusakan dini pada ruas-ruas jalan di berbagai daerah masih menjadi bahan perdebatan.Terlepas dari mutu komponen perkerasan dan pelaksanaan pekerjaan yang mungkin kurang baik, iklim dan kondisi tanah dasar, juga distribusi beban kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut, (Saodang, H. 2009).

Kabupaten Banggai Kepulauan juga tidak terlepas dari masalah penurunan kemampuan pelayanan konstruksi perkerasan jalan, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya prasarana jalan yang mengalami kerusakan. Pada akhir tahun 2012 panjang total jaringan jalan dalam wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan adalah 1317,21 km dan di antaranya 470,79 km atau 35,74% mengalami rusak dan rusak berat, bahkan sebagian ruas jalan tersebut mengalami kerusakan sebelum masa pelayanan (umur rencana) tercapai.

(4)

Terjadinya kerusakan jalan akan memerlukan biaya penanganan yang tinggi, hal ini membutuhkan penerapan efisiensi sesuai dengan tingkat manfaat yang diterima atau tingkat kerusakan yang terjadi. Penanganan pemeliharaan prasarana jalan yang dibutuhkan oleh masyarakat Kabupaten Banggai Kepulauan tidak mungkin semua terpenuhi karena keterbatasan anggaran, sehingga pemerintah daerah mengarahkan penentuan skala prioritas menjadi syarat awal penyusunan suatu kegiatan yang dapat dinilai dari urgensitasnya, segi pemanfaatan, cakupan masyarakat yang mendapatkan manfaat dari kegiatan itu, dan kemampuan sumber daya, yang diharapkan berorientasi pada tujuan dan manfaat yang dikehendaki masyarakat, dengan mempertimbangkan nilai ekonomi, efisiensi, dan efektivitas penggunaan anggaran, dengan kriteria eksisting kondisi jalan, lalu lintas harian rata-rata, potensi ekonomi komoditi unggulan, manfaat pemakai jalan, penduduk pengguna ruas jalan, peran serta masyarakat, fasilitas umum dan moda transportasi.

Kebijakan penanganan pemeliharaan yang sesuai standar akan mencegah percepatan penurunan tingkat pelayanan prasarana jalan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilaksanakan evaluasi atau penelitian terhadap jenis dan penyebab terjadinya kerusakan, baik beban lalulintas yang melebihi kapasitas (overloaded) maupun faktor lingkungan dan juga mutu awal pelaksanaan perkerasan jalan yang kurang memenuhi standar perencanaan, guna mengetahui pengaruh kerusakan dan langkah penanganan selanjutnya.Tujua penelitian ini adalah Untuk menjelaskan jenis dan penyebab terjadinya kerusakan konstruksi perkerasan jalan di Kabupaten Banggai Kepulauan.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan, menggambarkan kondisi atau situasi yang menjadi objek penelitian berdasarkan kondisi di lokasi pengamatan dengan kajian pustaka atau teori serta standar yang ditetapkan.Adapun kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi berbagai data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk menghasilkan suatu usulan atau alternatif dalam menyelesaikan masalah, (Sugiyono, 2009).

Desain penelitian yang dilaksanakan adalah dengan metode survei atau melihat langsung ke lokasi penelitian dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai volume lalu lintas, tebal lapis perkerasan, kekuatan tanah dasar dan semua jenis kerusakan yang ada. Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian ini, maka desain penelitian dilakukan

(5)

dengan cara analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif antara kondisi (existing) dengan kajian pustaka serta standar yang ditetapkan.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.Data primer adalah yang diperoleh melalui survei di lokasi penelitian dan wawancara atau interview dengan stakeholder yang memiliki kompetensi dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan di Kabupaten Banggai Kepulauan.Data sekunderMerupakan data yang diperoleh dari instansi yang terkait tentang pembangunan, pemeliharaan dan pengawasan jalan dalam wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan survei kondisi jalan, pengamatan langsung di lokasi penelitian dan wawancara dengan stakeholder yang memiliki kompetensi dalam penanganan pemeliharaan jalan dalam wilayah kabupaten Banggai Kepulauan.

Teknik Analisis Data

Pengolahan data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan tujuan yang akan dicapai yaitu: (1). Untuk menjawab rumusan masalah pertama mengenai jenis dan penyebab terjadinya kerusakan konstruksi perkerasan jalan di kabupaten Banggai Kepulauan dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan data primer dan data sekunder. Untuk menjawab tujuan kedua penelitian ini dilakukan dengan cara analisis kuantitatif terhadap keseimbangan antara beban lalulintas dengan luas daerah tegangan dengan persamaan di bawah ini :

W = ½P = F F = ( x r2 x Tt) (15) h = r = jari-jari lingkaran

h = D1 + D2 + D3 (total tebal lapis perkerasan) ½P = 𝜋x r2 x Ft

½P = 𝜋x h2 x Tt h2 = ½P = P 𝜋x Tt 2𝜋 x Tt

Berdasarkan persamaan tersebut sehingga: µP

(6)

HASIL

Data hasil survai yang dilaksanakan dengan cara pengamatan langsung pada ruas jalan yang menjadi target penelitian terhadap semua jenis kerusakan dengan cara mengukur volume atau luasan jenis kerusakan.

Pada gambar 1 memperlihatkan jenis Kerusakan Jalan konstruksi perkerasan jalan di Kabupaten Banggai Kepulauan selain membahayakan pengguna jalan, juga menambah biaya operasional dan perawatan kendaraan. Kerusakan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor lingkungan yang secara teknis kemudian akan merubah kualitas struktur tanah dasar akibat menurunnya nilai CBR, jumlah muatan kendaraan yang melebihi kapasitas kelas jalan.

Pada gambar 2 memperlihatkanKerusakan jalan dalam wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan seperti ditunjukan pada grafik tersebut dikelompokkan dalam dua kategori yaitu kerusakan struktural dan kerusakan fungsional.Kerusakan struktural dikategorikan sebagai kerusakan yang terjadi pada konstruksi perkerasan jalan berupa perubahan bentuk dan cacat tepi perkerasan, sedangkan kerusakan fungsional dikategorikan sebagai kerusakan yang terjadi pada lapis permukaan jalan seperti retak dan cacat permukaan.

Pada table 1 memperlihatkan bahwa Tidak seimbangnya antara kekuatan lapis perkerasan dengan beban lalu lintas yang bekerja di atasnya disebabkan oleh meningkatnya volume dan beban lalu lintas dan menurunnya kekuatan lapis perkerasan disebabkan oleh penggunaan material pada saat pelaksanaan konstruksi tidak sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi seperti penggunaan aspal pada pekerjaan lapen yang kurang dari yang dipersyaratkan (101,92 kg/m3). Berdasarkan data sekunder penggunaan aspal dalam pelaksanaan konstruksi jalan dalam wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan adalah rata-rata 95,49 kg/m3.

PEMBAHASAN

Faktor penyebab kerusakan perkerasan jalan dalam wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan pada umumnya disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor lalu lintas dan faktor non lalu lintas.Faktor non lalu lintas termasuk di dalamnya pelaksanaan konstruksi yang tidak sesuai dengan perencanaan dan spesifikasi teknis.

Kerusakan struktural adalah kerusakan pada struktur jalan, sebagian atau seluruhnya, yang menyebabkan perkerasan jalan tidak lagi mampu menahan beban yang bekerja di atasnya. Untuk itu perlu adanya perkuatan struktur dari perkerasan dengan cara pemberian

(7)

pelapisan ulang (overlay) atau perbaikan lapisan perkerasan yang ada, (Dirjen Bina Marga, 2008).

Kerusakan pada konstruksi jalan terutama disebabkan oleh lalu lintas.Faktor lalu lintas tersebut ditentukan oleh beban kendaraan, distribusi beban kendaraan pada lebar perkerasan, pengulangan beban lalu lintas. Moda transportasi dalam wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan khususnya jenis angkutan yang menggunakan kendaraan berat atau angkutan barang yang walaupun jumlahnya terbatas, tetapi dengan adanya pertambahan volume beban lalu lintas yang ekponensial tersebut maka mempercepat terjadinya kerusakan dan umur rencana dari perkerasan jalan tidak dapat tercapai., (Dirjen Bina Marga, 2008).

Kelas jalan dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan, kelancaran lalu lintas angkutan jalan dan spesifikasi penyediaan prasaran jalan yang diatur sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006 tentang jalan.Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan dikelompokan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang dan jalan kecil, (Dirjen Bina Marga.1990).

Klasifikasi kelas jalan berkaitan dengan fungsi dan intensitas lalu lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan dan daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat (MST) dan dimensi kendaraan bermotor sebagaimana diatur dalam Undang-Undang RI No.22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, (Dirjen Perhubungan Darat, 2009).

Menurut Adisasmita (2011), secara umum fungsi jalan dapat digolongkan dalam 2 kelompok besar, yakni: (1). Sebagai media pergerakan lalu lintas dalam mengakomodasikan kebutuhan mobilitas (traffic function), dan (2). Sebagai tempat akses keluar masuk pada penggunaan fasilitas atau tata guna lahan yang ada di sekitar ruas jalan (land function).

Menurut Sukirman (2010), daya dukung lapis tanah dasar sebagai perletakan struktur perkerasan jalan sangat menentukan ketahanan struktur dalam menerima beban lalulintas selama masa pelayanan. Berdasarkan elevasi muka tanah dimana struktur perkerasan jalan diletakkan lapis tanah dasar dibedakan, yaitu lapis tanah dasar asli, lapis tanah dasar tanah urug atau tanah timbunan, dan lapis tanah dasar tanah galian, dengan tingkat kepadatan yang diharapkan.

Menurut JICA (2005), daya dukung tanah dasar diperhitungkan berdasarkan pengukuran nilai California Bearing Ratio (CBR). Nilai CBR adalah nilai yang menyatakan kualitas suatu bahan dibandingkan dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR 100%.CBR ini menunjukan nilai relatif kekuatan tanah.Selain penentuan nilai

(8)

Daya Dukung Tanah (DDT), dengan menggunakan nilai CBR, dapat pula ditentukan berdasarkan indeks kelompok (group index).

Lapisan permukaan adalah lapisan teratas dari struktur perkerasan jalan yang langsung berhubungan dengan roda kendaraan dan kondisi lingkungan.Pada perkerasan lentur dengan bahan pengikat aspal, lapisan ini kedap air, memiliki stabilitas dan tingkat keawetan yang tinggi dibandingkan dengan tanpa bahan pengikat aspal. Berdasarkan fungsinya, jenis lapis permukaan dengan bahan pengikat aspal dibedakan atas lapis permukaan yang berfungsi sebagai lapis aus (wearing course) dimana lapisan ini kedap air yang ditujuhkan untuk menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu dan umumnya bersifat non struktural; dan lapisan permukaan yang berfungsi sebagai lapis antara (binder course) dan lebih bersifat struktural yang berfungsi sebagai lapis penahan dan menyebarkan beban roda selama masa pelayanannya.

Menurut Sukirman (2010), lapisan permukaan non struktural berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air yang dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu, sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan.

Perubahan bentuk (deformation), Kerusakan ini menyebabkan perubahan bentuk permukaan perkerasan dari bentuk aslinya. Deformasi dapat dibedakan atas: alur (rutting), keriting (corrugation), sungkur (shoving), amblas (depression), dan jembul (upheaval). Kerusakan perubahan bentuk dikenal juga dengan istilah distorsion, terjadi akibat kekuatan lapis perkerasan tidak seimbang dengan beban kendaraan yang melintas, kerusakan tersebut didahului dengan kerusakan yang bentuknya alur (rutting) pada lintasan roda kendaraan. Akibat beban kendaraan yang melebihi kapasitas akan menyebabkan terjadinya kerusakan yang bentuknya amblas (depression) dengan kedalaman antara 2 cm hingga 4 cm, dan jika tidak dilakukan perbaikan akan menyebabkan kerusakan yang jenisnya sungkur (shoving) atau kerusakan yang membentuk jembulan ke atas pada lapisan permukaan.

Cacat tepi perkerasan, Kerusakan ini terjadi pada pertemuan tepi permukaan perkerasan dengan bahu jalan tanah (bahu tidak beraspal) atau juga pada tepi bahu jalan beraspal dengan tanah sekitarnya.Bentuk kerusakan cacat tepi permukaan dibedakan atas gerusan tepi (edge break) dan penurunan tepi (edge drop). Sesuai dengan hasil pengamatan secara visual di lokasi penelitian, menunjukkan bahwa kerusakan lapis perkerasan jalan dengan tipe cacat tepi perkersan, pada umumnya terjadi pada ruas jalan yang belum dilindungi dengan pasangan batu talud, hal ini disebabkan gerusan air akibat material bahu jalan tidak tahan terhadap erosi, akibat material bahu jalan yang digunakan pada umumnya adalah material tanah urugan pilihan yang tidak terstabilisasi dengan rumput.

(9)

Kualitas suatu konstruksi perkerasan jalan merupakan hasil pengaruh dari kualitas pelaksanaannya. Penyimpangan dalam proses pelaksanaan konstruksi seperti pengurangan tebal lapis perkerasan, penggunaan material yang tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan jalan pada konstruksi perkerasan jalan lebih awal dari umur teknis yang telah ditetapkan.

Pengendalian pelaksanaan pembangunan jalan adalah hal yang sangat membutuhkan perhatian pihak pemerintah sebagai pemilik, konsultan supervisi dan penyedia jasa konstruksi karena mutu produk pekerjaan tergantung kepada stakeholder tersebut, disamping itu pembangunan jalan harus pula didukung dengan spesifikasi teknis yang mengacu terhadap berbagai standar seperti AASTHO, Asphalt Institute, atau SNI dengan berbagai kegiatan diantaranya perbaikan daya dukung tanah, pelaksanaan lapis pondasi dan lapis penutup.

KESIMPULAN DAN SARAN

Penyebab kerusakan konstruksi perkerasan jalan adalah sebagai berikut: (a). Tebal lapis perkerasan jalan yang tidak mampu lagi menahan beban lalu lintas, (b). Kegagalan dalam proses pelaksanaan seperti penggunaan material yang tidak sesuai dengan spesifikasi, (c). Pemadatan yang kurang sempurna, dan (d). Tidak adanya drainase atau sistem drainase yang kurang berfungsi.Perlunya Penugasan pengawas lapangan agar disesuaikan dengan kompetensi dan disiplin ilmu yang dimiliki agar pengendalian pelaksanaan pekerjaan dapat terlaksana tepat biaya, tepat mutu dan tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, S.A. (2011). Jaringan transportasi, Yogyakarta: Graha ilmu

Dirjen Bina Marga.(1990). Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penyusunan Program Jalan Kabupaten.Surat Keputusan No.77/KPTS/Db/1990,Jakarta: Dinas Pekerjaan Umum RI Dirjen Bina Marga, (2008). Modul Jalan Kabupaten Bagian A,Jakarta: Dinas Pekerjaan

Umum RI.

Dirjen Bina Marga, (2008). Modul Jalan Kabupaten Bagian B,Jakarta: Dinas Pekerjaan Umum RI.

Dirjen Perhubungan Darat, (2009).Tentang Lalu lintas Jalan. Undang-Undang Republik Indonesia No.22, Th.2009, Jakarta: Departemen Perhubungan RI.

JICA, (2005), Panduan Pemeliharaan Jalan Kabupaten edisi I, Puslitbang Prasarana Transportasi ISBN: 979-95959-5-9 Balitbang Dep. Pekerjaan Umum, Bandung.

Jinca.M.Y dan Lindasari, (2007). Dasar-Dasar Transportasi, Pusdiklat Aparatur Departemen Perhubungan

Saodang, H. (2009). Struktur & Konstruksi Jalan Raya, Nova, Bandung Sugiyono, (2009).Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung: Alfabeta

(10)

Gambar 1. Grafik jenis kerusakan jalan

Salakan-Sambiut Bulagi-Sabang Alakasing -Saiyong

Perubahan Bentuk 236.72 852.36 30.44

Cacat Tepi Permukaan 363.96 147.55 48.79

Retak 2938.44 216.15 58.62 Cacat Permukaan 2633.46 784.59 85.86 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

(11)

Kerusakan Fungsional Kerusakan Struktural

Jalan Salakan -Sambiut

Jalan Bulagi - Sabang

Jalan Alakasing - Saiyong Gambar 2. Jenis kerusakan perkerasan jalan

(12)

Tabel 1. Jenis kerusakan struktural konstruksi jalan

RUAS JALAN

Perubahan Bentuk Cacat Tepi Permukaan Keriting (m2) Amblas (m2) Sungkur (m2) Alur (m2) Gerusan tepi (m2) Penurunan tepi (m2) Salakan – Sambiut Salakan - Kautu Kautu - Palam Palam - Sambiut - - - 21,44 142,50 14,20 - - - 16,26 31,50 10,82 46,80 112,42 32,70 51,38 86,00 34,66 Jumlah - 178,14 - 58,58 191,92 172,04 Bulagi - Sabang Bulagi - Bangunemo Bangunemo - Sambulangan Sambulangan - Sabang - - - 17,50 82,50 703,15 - 11,55 8,90 11,66 17,10 26,88 15,14 30.41 27,56 16,34 31,22 Jumlah - 803,15 11,55 37,66 72,43 75,12 Alakasing - Saiyong Alakasing - Manggalai Manggalai - Saiyong - - 12,24 - - - 9,82 8,36 14,66 10,80 10,55 12,78 Jumlah - 12,24 - 18,20 25,46 23,33

Gambar

Gambar 1. Grafik jenis kerusakan jalan

Referensi

Dokumen terkait

Pada tugas akhir ini akan membahas tentang pola arus dan laju sedimen setelah direklamasi dengan bantuan program Delft3D untuk pemodelan nummerisnya dan juga dapat

Selanjutnya, untuk melihat seberapa jauh pengaruh pemberian treatmen terhadap hasil belajar mahasiswa, maka dilakukan tes yang ketiga, dimana kepada kelas kontrol juga

Indnesia !erupakan sala# satu Negara yang !e!punyai 1eraneka raga! su!1er daya ala! yang 1erptensi 1esar2 Diantaranya adala# !inyak 1u!i7 gas ala! dan panas 1u!i2Se1agai sala#

Rheme pada gambar ini adalah karena Pawan memiliki sikap manusiawi dan halus dalam bertingkah laku serta beadab maka dia memberikan minum dan makanan kepada Sahida,

Arboretum Sumber Brantas ASB yang merupakan ekosistem alami terdapat banyak jenis serangga aerial yang berperan sebagai predator antara lain adalah dari ordo Coleoptera, Hymenoptera

Meskipun penelitian ini dirancang dengan sebaik-baiknya oleh peneliti, namun masih terdapat beberapa keterbatasan yaitu keterbatasan dalam penelitian ini meliputi kuesioner yang

motorik kasar anak di di PAUD TAAM Muhajirin Palembang tahun 2019, hal ini terbukti bahwa sebelum dilakukan penelitian kemampuan motorik kasar pada anak belum

Abstrak: Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan pembelajaran IPA yang diadakan di kelas IV SDN Kramattemenggung II Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh