• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL | Hafulyon | JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL | Hafulyon | JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

* Penulis adalah Lektor dalam Mata Kuliah Dasar-Dasar Manajemen STAIN Batusangkar 133

Oleh: Hafulyon*

Abstract: Countries in the world face different forms of economic developments in the field of

regional trade, domestic and international, the United States dollar increase in events that coincide with the occurrence of a deficit in trade balance and current transactions, result in unemployment accompanied by high inflation, a flexible exchange rate system is not able to stimulate the growth of global trade and a range of economic growth. This fact cannot be separated from some of the economic concept of development as the paradigm adopted in the design of economic policy because the experts were trying to trace back the development of economic concepts, which gave birth to a new paradigm that is different from the previous paradigm.

Kata kunci: ekonomi, global

PENDAHULUAN

egara maju maupun negara berkembang menghadapi ber-bagai perkembangan bentuk ekono-mi. Kenyataan ini dapat dilihat dalam bidang perdagangan do-mestik, regional dan internasional. Krisis ekonomi global yang terjadi beberapa waktu yang lalu, memang benar-benar memerosotkan iklim ekonomi di jagat raya ini, diantara-nya bermula dari bisnis perumahan (Subprime Morta-ge).Di Amerika Se-rikat sejak Juli 2007, dan krisis finan-sial lainnya yang ada di Amerika Se-rikat dengan cepat menyebar ke se-luruh dunia, hampir semua negara terkena implikasinya.

Kenyataan ini tidak dapat dilepaskan sama sekali dari

bebera-pa perkembangan konsep ekonomi sebagai paradigma yang dianut da-lam merancang kebijakan ekonomi. Dalam kaitan ini, para ahli telah mencoba menelusuri kembali bebe-rapa perkembangan konsep ekono-mi. Hasil-hasil pengkajian mereka melahirkan paradigma baru yang berbeda dari paradigma sebelum-nya.

(2)

dihadapi masyarakat hari ini yang semakin kompleks.

PERKEMBANGAN KONSEP EKONOMI

Dalam perkembangan sejarah, ternyata filsafat-filsafat yang melan-dasi konsep-konsep ekonomi silih berganti. Terjadinya perkembangan konsep baru menggantikan kon-sep yang lama karena sering mela-lui masa transisi yang cukup lama. Hal ini pada satu sisi disebabkan oleh orientasi kehidupan masyara-kat yang mengalami perubahan dan pada sisi lain diperkuat oleh tan-tangan-tantangan dan peluang-pe-luang baru yang timbul dalam ma-syarakat, yang menimbulkan bebera-pa konsep perkembangan ekonomi global.

Konsep Klasik Adam Smith

Dalam kajian ilmiah, ilmu eko-nomi diakui sebagai suatu disiplin ilmu pada abad XVIII, tepatnya sete-lah Adam Smith menerbitkan buku-nya "An Inguine Into the Nature and Causes Of The Wealth of Nation" pada 1776. Dasar pemikiran Adam Smith tentang masalah ekonomi berasal dari konsep-konsep ekonomi yang dikemu-kakan oleh para filusuf seperti Socra-tes, Plato dan Aristoteles. (Sukirno Sadono: 2005:3).

Pada awalmya, konsep ekonomi yang direkonstruksi oleh Adam Smith sangat diwarnai dimensi mo-ral dan etik, dengan menerbitkan bu-ku The Theory of Moral Sentiment kare-na buku ini selalu menghubungkan masalah ekonomi dengan moral, suai dengan bidangnya sebagai se-orang guru besar dalam filsafat

mo-ral pada University of Glasgow. Pada waktu itu ilmu ekonomi disebut dengan pollitical economy yang belum memisahkan diri dari filsafat, politik, hukum dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Gagasan yang dibangun oleh Adam Smith telah dilandasi oleh beberapa paradigma seperti economic freedom, self interest, competition dan laissez fai-re.Selain itu, dikemukakan pula sum-ber-sumber kemakmuran bangsa dan sebab musabab terjadinya kemiski-nan dalam suatu masyarakat. Hal ini mencerminkan bahwa pemikiran eko-nomi pada awalnya dilandasi oleh filosofi moral dan etik (Deliarnov, 1997 : 24).

Dalam permasalahan ekonomi Socrates berpijak pada nuansa moral dan etik. Itulah sebabnya ia menen-tang orientasi kehidupan materialis-tis. Sementara itu, Plato juga menen-tang jiwa komersialisme dan Aristote-les di pihak lain menentang bunga uang yang dianggap sebagai penda-patan yang dikecam secara etik (Mini, 1974). Konsep-konsep inilah yang dikembangkan kaum merkan-tilis dan fisiokrat, yang sistematis dan rasional oleh Adam Smith dan kawan-kawannya kaum klasik.

Dalam perkembangan berikutnya, Adam Smith mengembangkan dan membuat pemikiran untuk melakukan kesejahteraan umum melakukan sistem baru yang bernama kapitalisme Negara yang konsep sebelumnya sistem ka-pitalis murni, yang dipengaruhi Friedrich List (1789-1846) dan selan-jutnya muncul kapitalis campuran yang dipengaruhi oleh pemikiran Adolf Wagner (Peter F Drucker: 1989:159).

(3)

pe-lik dan complicated, tetapi justeru karena kesederhanaannya. Sistem ekonomi pasar tidak membutuh-kan perencanaan dan pengawasan dari pihak manapun. Jika banyak campur tangan pemerintah, pasar justeru akan mengalami distorsi, yang pada gilirannya akan mem-bahwa perekonomian pada ineffi-ciency dan ketidakseimbangan. Ajaran Perekonomian Liberal Smith menandai adanya peruba-han yang revolusioner dalam pe-mikiran ekonomi. Orang sering ke-liru menganggap bahwa sistem ekonomi liberal yang didasarkan pada paham individuallisme ini akan mengakibatkan terganggu-nya harmoni sosial. Akan tetapi Smith berpandangan sebaliknya. Walau tiap orang didorong untuk mengejar kepentingan masing-masing, adanya persaingan bebas akan menjamin bahwa masyarakat secara keseluruhan akan meneri-ma benefit. Negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar terbukti menikmati tingkat per-tumbuhan ekonomi yang tinggi, sedang negara-negara yang meng-abaikan kekuatan mekanisme pa-sar dalam mengalokasikan sumber daya dan mendistribusikan barang dan jasa tertatih-tatih dalam me-laksanakan pembangunan. Adam Smith menekankan invisible hand dalam mengatur pembagian sum-ber daya, oleh karenanya peran pemerintah menjadi sangat dibata-si karena akan mengganggu proses ini, konsep ini dipresentasikan se-bagai mekanisme pasar sese-bagai karya sebagai instrumen utama-nya. (Deliarnov, 1997 : 35-37).

Pengaruh Konsep Neo-Klasik dan Keynes

Hasil pemikirannya dalam lite-ratur sejarah perkembangan eko-nomi digolongkan dalam Aliran NeoKlasik. Tokohnya yang ter -kenal adalah Alfred Marshall dengan bukunya"Principles of Econo-mies"1890. Bila ditelusuri, pemikiran Marshall dan dibandi ng -k an deng an pemi -kiran awal Adam Smith, telah mulai terjadi per-geseran, baik dalam filosofi maupun ruang lingkup ilmu ekonomi itu sendiri.

(4)

kon-sep ilmu ekonomi, yakni dari filsafat moral etik ke filsafat mate-rialistik.

Dalam perkembangannya ternyata pemikiran ekonomi sampai sekarang masih diwarnai oleh logical positivism ini. Bila dikaitkan dengan hakikat dan tujuan kehidupan manusia, fakta tersebut sangat me-risaukan kita semua, Karena dasar filosofisnya sangat kering dari di-mensi moral dan etik. Dalam menga-nalisis fakta ekonomi perilaku ma-syarakat diabstraksikan untuk dinyatakan dalam bentuk mo -del-model eko nomi yang bersifat kuantitatif. Untuk memudahkan pengamatan, mula-mula faktor-faktor yang tidak relevan dike-luarkan dari kejadian yang sedang diamati. Dalam langkah selanjutnya faktor-faktor yang relevan tetapi ber-sifat non ekonomi juga dikeluarkan. Seluruh faktor yang dikeluarkan ter-sebut dianggap konstan.

Dasar filosofi materialistik dan individualistik menekankan bahwa setiap individu bebas melakukan aktivitas ekonomi dalam rangka me-maksimalkan pencapaian tujuannya. Logika berfikirnya diwar -nai oleh dimensi positif rasional, bukan lagi moral-etik. Dengan logi-ka berfikir yang demikian, hasil kerja manusia hanya dijustifikasi secara ekonomis dan terlepas sama sekali dari justifikasi moral dan etik. Dengan demikian, secara positif rasional, jual beli seks bisa diang-gap rasional karena bisnis ini merupakan jasa sebagaimana jasa -jasa lain yang dapat membuat kedua pihak menjadi better off. Fakta ini tidak mungk i n t e r j a d i j i k a l o g i k a b e r f i k i r masyarakat diwarnai oleh dimensi etik.

Dengan logika berfikir ini, ma-nusia dipagari oleh nilai-nilai bersama sebagai pembatas perilaku ekonomi masya-rakat.

Dalam Ekonomi Neo-klasik dikemukakan bahwa perkembang-an output merupakan fungsi dari sumber daya alam, tenaga kerja, dan stok kapital. Di antara keti-ga input produksi tersebut yang di-anggap sangat penting artinya dalam proses perkembangan output adalah faktor stok kapital (Mini, 1974 ; Roll, 1958 ; Lendreth, 1994). Dengan dasar berfikir demi -kian, sering dinyatakan bahwa pembangunan identik dengan per-kembangan ekonomi, sehingga bu-ku teks ekonomi pembangunan sebagian besar berisikan tentang perkembangan dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengannya (Jhingan, 1979).

(5)

pembangunan seolah-olah merupa-kan fungsi dari investasi, teknologi , orientasi pasar skala ekonomi, dan sumber daya ekonomi lainnya. Tan-pa mengendogenkan aspek ke-lembagaan dalam proses pem-bangunan, bukan tidak mungkin ter-jadi kemiskinan, pengangguran, ke-timpangan dan ketidakadilan'.

Me-ningkat sejalan dengan ekonomi se-perti yang banyak dialami oleh ne-gara berkembang dewasa i ni. Fakta yang dikemukakan di atas me-nunjukkan pendekatan mekanistik yang dianut oleh para ekonomi Neo-Klasik. Berdasarkan pendekatan ini, upaya memacu perkembangan eko-nomi hanya dilakukan dengan jalan mengotak atik variabel investasi dan teknologi. Dalam konteks ana-lisis kebijaksanaan, kerangka a n a l i t i k i n i h a n y a m e m e n u h i necessary condition dan tidak dapat memenuhisufficient condition.

Pada satu sisi, teknologi me-mang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas, namun pada sisi lain ditemukan pula permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar kita (pengangguran, kemiskinan, ketimpangan dan ketidakadilan) yang ternyata tidak dapat semata-mata diatasi oleh pengembangan teknol o g i . D e n g a n d e m i k i a n d a p a t dikatakan bahwa kelaparan/ kemiskinan bukan karakteristik dari komoditas melainkan karakteristik hubungan antara orang dengan orang lain terhadap komoditas. Implikasinya, peningkatan surplus pangan dengan sendirinya tidak da-pat menghilangkan kelaparan apabi-la kita memakai kerangka analitik yang bersifat mekanistik, dan lem-baga yang mengatur

interde-pendensi tidak cukup efektif dalam mendistribusikan pangan ke seluruh lapisan masyarakat.

Uraian di atas mengindikasikan pentingnya mengendogenkan aspek kelembagaan dalam kerangka analisis kebijaksanaan. Dasar fikirnya, setiap individu yang ber-perilaku rasional akan menggunakan sumber daya yang langka secara efisien. Proses pengambilan kepu-tusan oleh individu tersebut tidak di-buat pada dunia yang hampa me-lainkan dalam suatu sistem sosial budaya tertentu. Dalam sistem terse-but, masyarakat menganut nilai-nilai budaya tertentu yang dijadikan seba-gai pedoman perilaku. Atas dasar pemikiran ini, efisiensi bukan hanya ditentukan oleh kemam-puan individu dalam memilih alter-natif yang tersedia, akan tetapi juga ditentukan oleh kesempatan yang tersedia bagi setiap individu untuk melakukan pilihan. Mengingat sempatan merupakan fungsi dari ke-lembagaan, maka pendekatan yang bersifat mekanistik akan menimbul-kan dampak yang berbahaya dalam proses pembangunan. Oleh karena itu, dalam konteks analisis kebijaksanaan, kerangka analitik yang di -perlukan bukan hanya memperha-tikan sistem ekonomi sebagai sis-tem komoditas tapi juga sebagai sistem kelembagaan dan sistem. manusia. Istilah sistem menunjuk pada adanya interdependensi dalam dan antar sistem tersebut (Bromely, 1982).

(6)

oleh permintaan dan penawaran se-benarnya merupakan fungsi dari institusi yang berada di belakang konsumen, produsen, pemerin-tah dan partisipasi pasar lain-nya. Dengan demikian institusilah yang menentukan efisiensi bukan se-baliknya. Hal ini berarti bahwa setiap partisipan pasar, perilaku yang ditampilkan dalam melaku-kan transaksi sangat dipengaruhi oleh tatanan kelembagaan yang ada. A pakah tatanan kelembagaan se-suai dengan kondisi yang dapat melahirkan efisiensi atau sebalik-nya. Berdasarkan kerangka pemi-kiran ini konsep efis i e n s i y a n g r e l e v a n a d a l a h X - efficiency 2 bukanallocative-efficiency.

Persoalan lain yang dianggap mendasar dan perlu dikemukakan dalam tulisan ini adalah masa -lah initial resource endowmentdan ke-cenderungan negara-negara berkem-bang mengadopsi teori ekonomi ba-rat bagi pemecahan masalah eko-nomi mereka.

Bila dilihat dari sisi sistem eko-nomi sebagai sistem kelembaga-an maka mengadopsi teori ekonomi konvensional bagi pemecahan per-soalan ekonomi negara berkembang merupakan suatu hal yang sa-ngat riskan dan kurang relevan.

Struktur dan tatanan kelemba-gaan negara maju dan negara ber-kembang sangat berbeda. Tatanan kelembagaan negara maju lebih cen-derung dapat mendukung dan s e s u a i d e n g a n t u n t u t a n p e m -b a ngunan, sementara di negara - ber-kembang masih banyak ditemukan tatanan kelembagaan yang ti-dak sesuai dan merintangi proses pembangunan. Seperti ditemukan faktadualingualekonomi, sikap

men-tal penduduk yang tidak mendu-kung pembangunan, etos kerja dan motivasi kerja yang rendah, undang-undang dan aturan-aturan yang melahirkan distorsi pasar. Dilihat dari proses kelahiran dan proses perkembangannya, dalil-dalil dan postulatnya berpijak dari fakta ekonomi yang terjadi di negara barat. Oleh karena itu, ku-rang tepat dikatakan sebagai general theorytapispecial case theorysehingga ditemukan banyak keterbatasan un-tuk dapat diterapkan di negara ber-kembang. Negara maju sudah berha-sil mencapai sustained growth, perha-tian terutama sekali ditujukan pada pencapaian alokasi sumber daya yang optimum, full employment dan berupaya jangan sampai terjadi suatu secular stagnation. Sedangkan ekonomi negara berkemb a n g p a d a u m u m n y a b a r u a k a n mulai take off, masih mengutamakan perkembangan di samping re-distribusi pendapatan yang lebih merata. Hal ini bukan berarti teori ekonomi barat tidak relevan sama sekali bagi negara berkembang, namun dalam tahap implementa-si kebijaksanaan yang dirancang atas teori tersebut sangat diperlu-kan kreatifitas berfikir para ekono-mi negara berkembang dalam me-lakukan penyesuaian-penyesuaian dengan tatanan kelembagaan yang ada (kondisi sosial, politik, dan budaya).

(7)

alokasi dan pemanfaatan sumber daya ekonomi, sesuai dengan norma efisiensi Pareto. Pada gilirannya, secara makro hal tersebut dapat menciptakan social welfare yang opti-mal bagi seluruh lapisan masyarakat. Kondisi yang demikian dapat dicapai dengan anggapan bahwa se -tiap, perilaku ekonomi memiliki resource endowment yang sama baik dalam bentuk sumber daya fisik maupun dalam bentuk sum-ber daya non fisik (informasi dan power). Pasar akan dapat mencip-takan transaksi yang efisien dan adil apabila kondisi tersebut terpenuhi. Namun fakta yang demikian tidak ditemukan di negara berkembang. Dalam hal ini, kesen-jangan kepemilikan sumber daya di antara pelaku ekonomi merupa-kan fakta actual. Konsekuensinya, ekonomi pasar yang diprediksi-kan oleh ekonomi klasik mampu untuk menciptakan efisiensi, menga-lami kegagalan total. Bukan kemak-muran dan keadilan merata yang ditemukan di negara berkembang, melainkan semakin kentaranya keti-dakadilan, ketidak-. merataan dan pengangguran, walaupun pada sisi lain terjadi perkembangan ekonomi yang semakin meningkat. (Deliarnov, 1997 hal 97-111).

Berdasarkan konsep di atas, masalah kesenjangan kepemilikan sumber daya dapat dipandang seba-gai isu utama, dimana ekonomi pa-sar, dimana ekonomi pasar: dipan-dang gagal, dalam menangani masalah ini (market failure). Dari kenyataan ini tidak sedikit sis-tem ekonomi digerakkan atas dasar prinsip-prinsip ekonomi pasar yang justru memperburuk keadaan.

Depr esi ek onomi y ang melanda sebagian besar sistem per-ekonomian pada tahun 1930 me-rupakan bukti nyata kegagalan sistem ekonomi pasar. Dalam dekade terakhir ini, fakta terse-but juga muncul pada sebagian besar negara berkembang walaupun dengan warna yang agak berbeda se-perti pengangguran, kemiskinan, ketimpangan dan ketidakadi la n se -mak in k ent ar a se j ala n dengan perkem-bangan ekonomi. Hal ini mengindikasikan sekaligus memberi bukti nyata bahwa mekanisme pasar tidak dapat memecahkan masalah. Ketimpangan, ketidakadilan, kemis-kinan dan pengangguran, disamping masalah lain yang timbul sejalan dengan proses pembangunan seperti eksternalitas dan komoditas publik.

(8)

merupakan hal yang sangat krusial. Sementara dalam paradigma neo-klasik aspek inilah yang di-abaikan.

Kelemahan utama paradigma Neo-Klasik telah dikoreksi oleh ekonom terkenal berkebangsaan Inggris J. M. Keynes. Hasil koreksi-nya tersebut ditulis dalam. bukukoreksi-nya "Vie General Theory of Employment, In-terest, and Money"tahun 1936.

Konsep Keynes, perekonomian dunia pada 1930-an dinamakan The Great Depression disebabkan oleh kesalahan. penataan sistem ekonomi. Orang terlalu yakin dengan me-kanisme pasar sebagai pengatur alo-kasi sumber daya ekonomi sehingga ekonomi klasik menolak intervensi pemerintah kecuali dalam hal penye-diaan barang publik dan pertahanan keamanan. Revolusi yang dilan-carkan Keynes adalah menolak ke-rangka dasar ekonomi klasik.

Salah satu yang sangat men-dasar ialah mengen ai per lu ny a ca mp ur t a ng a n p e merintah da-lam mengendalikan sistem pereko-nomian. Keynes yakin sepenuhnya bahwa penyakit-penyakit ekonomi seperti pengang-guran, inflasi, ke-timpangan dan ketidakadilan ti-dak mungkin dapat diatasi melalui mekanisme pasar.

Dengan keyakinan tersebut pe-rekonomian perlu dikendalikan seca-ra aktif oleh pemerintah sehingga dapat menghasilkan performance yang perlu dikendalikan adalah aggreagate demand. Variabel inilah yang berkaitan dengan berkaitan langsung dengan masalah inflasi dan pengangguran.

Pada awalnya revolusi dari Keynes ini mendapat tantangan yang cukup keras dari ekonom, ka-rena telah menjungkirbalikkan

para-digma yang telah diyakini oleh masyarakat dalam waktu yang cukup lama. Na mun ber k at k e -t eg ar an dan k ey a kinan Keynes, dia berhasil mempengaruhi para ekonom, karena pada saat itu re-volusinya secara berangsur-angsur berhasil memulihkan perekonomian dunia dari keadaan depresi.

Dalam perkembangan beri-kutnya, teori Keynes pada akhirnya mengalami kegagalan karena adanya kelemahan yang melekat pada teori tersebut. Kegagalannya ditandai oleh terjadinya stagflasi pada awal 1970-an. Kebijaksanaan fiskal dan moneter ala Keynes tidak mampu mengatasi inflasi yang diikuti oleh pengangguran yang tinggi.

Fakta stagnasi terjadi karena konsep Keynes beranggapan bahwa pengangguran dan inflasi hanya di-sebabkan oleh rendahnya aggregate demand dalam perekonomian, pa-da hal fakta ekonorni yang terjadi pada 1970-an tersebut cukup berbeda dengan kondisi 1930-an. Pengangguran dalam dekade terakhir ini bukan hanya disebab-kan oleh lemahnya sisi permintaan, akan tetapi berkaitan dengan masa-lah struktural, tidak baiknya sistem insentif, adanya rintangan dan dis-torsi dalam pasar tenaga kerja. Semua gejala tersebut tidak ter-cakup dalam konsep Keynes. Kejadian ini telah memudarkan pa -mor pendekatan Keynes yang hanya berpijak pada sisi permin-taan.

(9)

kebijaksa-naan perekonomiannya diwarnai da-ri konsep Keynes. Namun adanya ke-lemahan lembaga pemerintah me-nyebabkan kebijaksanaan tersebut menimbulkan berbagai macam ben-tuk distorsi dalam perekonomian.

Tidak jarang ditemukan bahwa kebijaksanaan yang dirancang perintah sering meleset dan hanya me-wakili preferensi sekelompok kecil elite masyarakat, selain relatif ren-dahnya tingkat kehati-hatian peme-rintah dalam merancang kebijak-sanaan. Fakta ini, selain dikondi-sikan oleh kualitas aparat yang masih rendah, juga akibat konflik kepentingan antara interest groups, birokrat, dan masyarakat.

Konsekuensinya, kebijaksanaan pemerintah cenderung menimbul-kan distorsi dan tidak mengarah pada optimalitas Pareto. Maksud-nya bahwa akan timbul dengan su-bur isu adanya kelompok yang diun-tungkan dan kelompok yang dirugi-kan akibat adanya kebijaksanaan. Hal ini memberikan indikasi bah-wa pada abah-walnya kegagalan pasar menjustifikasi campur tangan peme-rintah, namun karena intervensinya terlalu jauh dan menganggap diri serba bisa dan netral, maka pada akhirnya juga menimbulkan kegaga-lan baru yang disebut dengan gover-ment failure.

Konsep Monetaris dan RATEX (Rational Experstation)

Permasalahan ekonomi yang berkepanjangan dengan ketidakber-hasilan ajaran Keynes melahirkan aliran baru yang dinamakan aliran monetaris. Aliran ini dipelopori oleh Milton Friedmant dan dia sangat mengecam aliran K e y

ne-sian. Pada dasarnya kelompok ini mengajukan proposisi bahwa per-kembangan moneter mer upak an unsur utama dalam menentukan perkembangan produksi, kesem-patan kerja, dan tingkat harga. Implikasinya adalah perkembangan jumlah uang beredar merupakan variabel utama yang harus di-kendalikan dalam rangka memeli-hara stabilitas ekonomi. Oleh karena itu, perkembangan jumlah uang ha-rus stabil dan tidak boleh mele-bihi perkembangan produksi.

Aliran monetaris telah menye-rang pendekatan Keynes dalam ba-nyak hal. Aliran ini mengem-balikan orientasi analisisnya pa-da konsep klasik, baik mengenai asumsi, struktur, metodologi maupun mengenai arti penting-nya uang dalam sistem pereko-nomian. (Deliarnov, 1997 : 172).

(10)

sistem komoditas. Di samping it u, Ratex mengasumsikan bah-wa setiap individu mempunyai ke-mampuan dan akses yang sama ter-hadap informasi. Berdasarkan infor-masi itu setiap individu memben-tuk ekspektasi mengenai keada-an masa datkeada-ang. Dengkeada-an asumsi ini, kebijaksanaan yang dilakukan pemerintah cenderung tidak men-capai sasaran sesuai dengan yang diinginkan. Oleh karena itu, Ratex menolak intervensi pemerintah. Bagi negara berkembang hal ini untuk 10 atau 20 tahun yang akan da -tang masih sukar diterapkan, meng-ingat masih terbelenggunya negara berkembang dalam aspek kelem-bagaan dan. struktual. Misalnya, masalah kualitas sumber daya ma-nusia yang masih rendah dan rela-tif tidak sama di antara Individu dalam masyarakat. Selanjutnya tim-bul isu bahwa kebijaksanaan pe-merintah sering tidak konsisten dan transparan, dan tidak tersedia-nya informasi ekonomi yang akurat dan kesempatan yang sama bagi setiap pelaku ekonomi untuk memperoleh informasi. hal ini pada gilirannya menimbulkan berbagai ma-cam bentuk distorsi dan intervensi dalam sistem perekonomian. Akibat-nya, sampai dekade ini, negara ber-kembang pada umumnya masih di-warnai oleh mashab konsep Keyne-sian dan monetaris dalam meran-cang kebijaksanaan ekonominya.

Walaupun kedua aliran pe-mikiran ini masih dihinggapi bebe-rapa penyakit kronis dan membaha-yakan dalam upaya peningkatan social welfare dalam artian yang se-sungguhnya.

KONSEP EKONOMI ISLAM

Ekonomi Islam berkembang se-cara bertahap sebagai suatu bidang ilmu interdisiplin yang menjadi bahan ka-jian para fuqaha', mufasir, filusuf, so-siolog, dan politikus. Sejumlah cen-dikiawan muslim terkemuka, seperti Abu Yusuf (w. 182 H), al-Syaibani (w.189 H), Abu Ubaid (w. 224 H), Yahya bin Umar (w. 289 H), al-Mawardi (w. 790 H), al-Ghazali (w. 505 H), Ibn Taimiyah (w. 728 H), al-Syatibi (w. 790 H), Ibn Khaldun (w. 808 H), dan lain-lain. (Adiwarman A Karim, 2004: VI), telah memberikan konstribusi yang besar terhadap ke-langsungan dan perkembangan pera-daban dunia, khususnya pemikiran ekonomi, melalui sebuah proses evo-lusi yang terjadi selama berabad-abad.

Latar belakang para cendikia-wan muslim tersebut bukan merupakan ekonomi murni. Pada masa itu, klasifi-kasi disiplin ilmu pengetahuan belum dilakukan. Mereka mempunyai keah-lian dalam berbagai bidang ilmu, mungkin faktor ini yang menyebab-kan mereka melakumenyebab-kan pendekatan interdisipli-ner antara ilmu ekonomi dan bidang ilmu yang mereka tekuni sebelumnya. Pendekatan ini mem-buat mereka tidak memfokuskan per-hatian hanya pada variabel-variabel ekonomi semata. Para cendikiawan ini menganggap kesejahteraan umat manusia merupakan hasil akhir dari interaksi panjang sejumlah faktor ekonomi dan faktor-faktor lain, seperti moral, sosial, demografi, dan politik. (Umer Chapra, 2001:150).

(11)

hasil interpretasi dari berbagai ajaran Islam yang bersifat abadi dan uni-versal, mengandung sejumlah perin-tah dan prinsip umum bagi perilaku individu dan masyarakat, serta men-dorong umatnya untuk menggunakan kekuatan akal pikiran mereka.

Selama 14 abad sejarah Islam, ter-dapat studi yang berkesinambungan tentang berbagai isu ekonomi dalam pandangan syariah. Sebahagian besar pembahasan isu-isu tersebut terkubur dalam berbagai literatur hukum Islam yang tentu saja tidak memberikan perhatian khusus terhadap analisis eko-nomi. Sekalipun demikian, apa yang diterapkan oleh pakar-pakar ekonomi Islam saat ini tidak terlepas dari pe-mikiran-pemikiran para cendikiawan terdahulu. Sehingga pada saat sekarang berkembangnya ekonomi syariah teru-tama dalam bentuk lembaga keuangan membawa angin segar untuk diterap-kannya ekonomi syariah secara keselu-ruhan. Karena sistem ekonomi Islam berkaitan langsung dalam membentuk masyarakat, karena sistem ini merupa-kan implementasi tanggung jawab pribadi manusia di hadapan Allah sebagai seorang hamba.

Sejak lahirnya perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua gera-kan renaissance Islam modern: neo-revivalis dan modernis. Upaya awal penerapan sistem profit dan loss sh ari n g t er c at at P ak i st a n da n Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu adanya upaya mengelola dana ja-maah haji secara nonkonvensional. Rintisan institusional lainnya adalah Islamic Rural Bank di desa Mil Ghamr pada tahun 1963 di Kairo Mesir (Antonio,2001: 18-19).

Setelah dua rintisan awal yang cukup sederhana itu, bank

Islam tumbuh dengan sangat pesat, hingga akhir 1999 tercatat lebih dari dua rates lembaga keuangan Islam yang bero perasi diseluruh du-nia, baik di negara-negara berpen-duduk muslim maupun di Eropa, Australia, maupun Amerika.

Selanjutnya isu saat ini banyak nama besar dalam dunia keuangan internasional seperti: Citibank, Jardine Flemming, ANZ, Chase-Chemical Bank, Goldman Sach, dan lain-lain telah membuka cabang dan subsidiories yang berdasarkan syariah.

Dari perkembangan bank-bank syariah secara global, Pakistan meru-pakan pelopor di bidang perbankan syariah dan sistem bunga diha-puskan pada Juli 1979. Pada tahun 1981 diberlakukan undang-undang perusahaan mudharabah dan muraba-hah, mulailah beroperasi bank-bank komersial dengan menggunakan sis-tem bagi hasil, dan pada tahun 1985 seluruh sistem perbankan Pakistan dikonversi dengan sistem p e r bankan syariah sejalan dengan negara-negara lain seperti Mesir, Siprus, Kuwait, Bahrain, Uni Emirat Arab, Malaysia, Iran dan Tur-ki.

KONSEP EKONOMI GLOBAL DAN KELEMBAGAANNYA

Pada kondisi sekarang, ke-raguan pihak baik di kalangan eko-nom s e n d i r i a pa l ag i i l m u w a n s o s i a l lainnya seperti para sosiolog dan antropolog sangat merisau-kan filosofi pemikiran ekonomi.

(12)

ekonomi yang dibangun sangat kering dari pijakan moral dan etik, terlepas sama sekali dari lingkung-an sosial budaya di mlingkung-ana masya-rakat berperilaku dalam menja-lankan aktivitas ekonomi. Dari beberapa perkembangan model-model ekonomi tersebut selain bersifat mekanistik dan didasari atas berfikir positif rasional, juga mengabaikan aspek kelembagaan di mana ia dibangun. Berdasarkan pen-dekatan model ekonomi ini tidak ada satupun yang tidak dapat diukur dan dinyatakan dalam mo-del-model ekonometrik.

Prinsip berfikir rasional telah mengiring proses pembangunan menjadi tidak berkesinambungan, kurang manusiawi dan kurang peduli pada aspek moral. Bagi kita orang Indonesia yang dike-nal sebagai masyarakat yang aga-mis, ekonomi syariah membiar-kan kondisi yang demikian terus berkembang dapat dikatakan se-bagai suatu hal yang sangat naif, karena semakin menjauhkan manu-sia dari hakekat kehidupan yang se-sungguhnya. Perilaku manusia cen-derung serakah dalam memaksimal-kan pencapaian tujuannya.

Fakta di atas menuntut semua kalangan terutama sekali kalangan ekonom untuk mengkonstruksi fi-losofi dan pendekatan berfikir yang holistik dan berpijak pada nilai-nilai moral dan etik yang dianut ma-syarakat, yang merupakan laboratorium bagi ilmu ekonomi da -lam artian yang sesungguhnya.

Perilaku manusia yang didasari atas pijakan moral dan etik selalu di-warnai oleh dimensi vertikal disam-ping dimensi horizontal. Mungkin sekali seseorang yang berbuat

etik tidak mendapat imbalan dari manusia lainnya atau negara. Senada dengan ini, seseorang yang berbuat tidak etik seperti korupsi, kolusi, merampas hak rakyat kecil akan lepas dar i huk um neg ara ber kat kekayaan, kedudukan, atau kekuasaanny a. Tapi dar i sisi dimensi vertikal, dia tidak akan le-pas dari hukuman Tuhan dan harus dipertanggungjawabkannya.

Sosok manusia yang diinginkan dengan alur berfikir ini ada -lah manusia etik bukan manusia ekonomi.

Berdasarkan logika berfikir di atas, konsep pemikiran ilmu ekonomi pada masa depan harus memb a n g u n c o n s tr u c t , b uk a n m o d e l (Gordon, 1976). Format ini-lah yang penulis anggap relevan ba-gi pengembangan ilmu ekonomi pada masa depan, karena dapat mengg am bar k an m an u si a et ik bu k a n manusia ekonomi.

(13)

dapat melahirkan manusia etik. Memperhatikan arus utama ekonomi yang telah menodai pemi-kiran sebagian besar para ekonom dewasa ini adalah suatu tantang-an ytantang-ang bersifat struktural dtantang-an lembagaan. Pada prinsipnya, ke-mauan keras dan tanggung ja-wab moral terletak pada ekonom senior. Pada pundak rnerekalah terletak upaya kelembagaan yang harus dilakukan. Upaya kelemba-gaan itu harus dimulai dari upaya merevisi kurikulum fakultas atau ju-rusan ekonomi pada setiap seko-lah, institut dan universitas, agar mengembangkan ekonomi islam dan perbankan syariah sudah harus dimasukkan disiplin ilmu sosial lain yang relatif dekat dengan ilmu ekonomi seperti sosiologi nomi, antropologi ekonomi, eko-nomi Islam, hukum ekoeko-nomi, islam, psikologi, agama dan politik, dan ekonomi institusi. Dengan format kurikulum yang de-mikian diharapkan dapat dihasilkan ekonom yang punya wawasan y ang r elat if ho list ik dan cende-rung tidak berfikir secara mekanis-tik, melainkan memiliki pola pikir komprehensif dan sistematik. Hal ini tidak berarti setiap ekonom harus menguasai seluruh sub di-siplin ilmu sosial, melainkan hanya penguasaan ilmu tersebut sepanjang ada hubungannya dengan i l m u ekonomi. Ini jelas merupakan tan-tangan berat dan memerlukan kreati-fitas berfikir dari kalangan eko-nom dan ilmuwan sosial lainnya.

PENUTUP

Dalam perkembangan konsep ekonomi telah terjadi pergese-ran yang utama dalam hal filosofi yang mendasari perkembangan konsep ekonomi tersebut. Pada awalnya konsep ekonomi didasari oleh filsafat moral etik. Periode ini berlangsung dari abad XV-XVIII. Namun dalam perkembangan berikutnya, periode abad XVIII sampai sekarang, pemikiran eko-nomi seolah terlepas dari pijakan filsafat moral-etik, lebih banyak diwarnai oleh filsafat positif rasional (logical positivsm)dan pendekatannya lebih bersifat mekanistik. Filsafat ini hanya memandang sistem ekonomi sebagai komoditas.

Berdasarkan konsep tersebut, model-model ekonomi dibang un dan dinyatakan secara teknis dan mekanistik dalam bentuk mo-del-model ekonometrik. Dalam model tersebut dikeluarkan fak-tor-faktor non ekonomi walaupun faktor tersebut sangat mempe-ngaruhi perilaku ekonomi masya-rakat.

(14)

Mandiri{BSM}, BNI Syariah, BRI Syariah dan Bukopin Syariah di Indonesia yang konsep ekonominya berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah, terbukti telah dapat menja -wab tantangan tersebut.

Konsep ilmu ekonomi yang di-inginkan pada masa datang adalah konsep yang melihat sistem ekonomi selain sebagai sistem komoditas, juga sebagai sistem kelembagaan. Dengan

konsep ini, yang dibangun bukan model-model, tetapi konstruk. Da-lam konstruk itu telah dimasukkan faktor-faktor non-ekonomi (sosial, politik, dan budaya) yang men -dasari perilaku unit ekonomi dalam masyarakat pada gilirannya hal ini diharapkan dapat menangkap selu-ruh fakta ekonomi masyarakat seca-ra komprehensif dan sistematik.

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafri.2001, Bank Syariah dari Teori ke Prak-tek,Jakarta:Gema Insani Press

Bromley, D.W. 1982. Land and Water Problems: an Instructional Per-spective. A JA E A.

Chapra, Umer. 2001. The Future of Economics. An Islamic Perspecti-ve. Jakarta: Shari'ah Econo-mics and Banking Institute.

Deliarnov, 1997,Perkembangan Pemiki-ran Ekonomi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Drucker, Peter F. 1989. The New Realities,Oxford.

Jhingan, M.L. 1979. The Economics of Development and Planning. Vikas Publishing House. New Delhi.

Landreth, H. dan David C. Colander. 1 9 9 4 . History of Economic Thought. Ho ug ht o n M ifflin Company. New Jersey.

Mini, Perro V. 1974. Philosophy and Economucs. The University Press of Florida. Gainesville.

Raharjo, Dawan. Islam dan Transfor-masi Sosial Ekonomi. Lembaga S t u d i A g a m a d a n F i l s a -f a t . Jakarta.

Sadono Sukirno, 2005,Mikro Ekonomi Teori Pengantar, PT. Raja Grafin-do Persada, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Terima kasih kepada zat kekal di alam sana yang telah memberi kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan proposal skripsi dengan judul TINGKAT PENGETAHUAN

Danang Wahyu Lisnawan (2005) dalam penelitiannya yang berjudul: “Analisa Keruangan Pasar Burung Depok di Kelurahan Manahan Kecamatan Banjarsari Surakarta”, bertujuan: 1)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran, dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

dikatakan bahwa ekstrak metanol isolat jamur tanah dari lima ekosistem yang berbeda beserta media pertumbuhannya tidak mempunyai efek sitotoksik terhadap sel kanker MCF-7.

Menurut anda, apakah cara pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara online itu berpengaruh terhadap disonansi yang terjadi setelah pembelian

Tujuan: Menentukan pengaruh Ekstrak Etanol Jamur Tiram (EEJT) dan residunya terhadap pencegahan penaikan kadar kolesterol dan terjadinya aterosklerosis pada tikus

Hulahula muna sian hulahula anak manjae dohot hulahula na burju dohot bona tulang dohot tulang bona ni ari. I ma di ulaonta sadarion, di bagasan las ni roha,.. na

memperoleh sumber daya, baik fisik maupun non fisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai