• Tidak ada hasil yang ditemukan

Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin Jl. Adiyaksa No. 2 Kayu Tangi Banjarmasin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin Jl. Adiyaksa No. 2 Kayu Tangi Banjarmasin"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KELAYAKAN USAHA PENANGKAR BIBIT KARET

DI DESA SUNGUP KECAMATAN PULAU LAUT TENGAH

KABUPATEN KOTABARU

(Studi Kasus CV. Cahaya Borneo)

(analysis of business feasibility interests of rubber seeds in the village

sungup

districts

island

of the middle seasdistrict kotabaru (

Case study

CV. Cahaya Borneo))

Heryadi Rahman1, Ilhamiyah2dan Inda Ilma Ifada2

1Mahasiswa Program Studi Agribisnis, 2Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin

Jl. Adiyaksa No. 2 Kayu Tangi Banjarmasin Email : heryadirahman1981@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini mengetahui teknis pembuatan/penyediaan bibit karet yang unggul, menganalisa biaya, penerimaan, keuntungan dan kelayakan usaha penangkar bibit karet dan mengetahui masalah yang dihadapi pada usaha penangkar bibit karet. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sungup Kecamatan Pulau Laut Tengah Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan pada CV. Cahaya Borneo selama 8 tahun. Pembuatan bibit karet unggul yang dilakukan CV. Cahaya Borneo di bagi menjadi tiga tahap yaitu pembangunan kebun entres, pembangunan kebun batang bawah dan pengolahan bibit karet payung satu. Biaya yang dikeluarkan Biaya Investasi Awal Rp. 95.800.000, Biaya Variabel dari tahun 2010 sampai dengan 2007 Rp. 451.032.500, Biaya Tetap Rp. 1.670.565.000, Biaya Penyusutan Alat Rp. 125.588.000, Penerimaan pada tahun 2010 sampai dengan 2017 bibit karet yang terjual 440.000 dengan penerimaan Rp. 2.790.000.000, Keuntungan Penangkar bibit karet CV. Cahaya Borneo pada tahun 2010 belum mendapatkan keuntungan Rp. (- 118.712.500) tahun 2011 sampai dengan 2017 diperoleh keuntungan Rp. 512.921.500. jadi total keuntungan Rp. 478.957.500. Kelayakan NPV dengan df 15 % diperoleh NPV sebesar Rp. 211.672.396 usaha dikatakan layak Diketahui dari hasil perhitungan dengan discount factor (df) 15 % diperoleh Net b/c sebesar 3.05 usaha tersebut dikatakan layak karena nilai Net b/c lebih dari 0 dan PBP selama 6 bulan 12 hari.

Keywords : Kelayakan Usaha, Penangkar Bibit, Karet, Kebun entres, Kebun Batang Bawah, Bibit Karet

Payung Satu.

ABSTRACT

The purpose of this study is to know the technicalities of making / supplying superior rubber seeds, analyzing the costs, revenues, profits and feasibility of rubber seed breeder business and knowing the problems faced in the business of rubber seedling breeding. This research was carried out in Sungup Village, Pulau Laut Tengah District, Kotabaru Regency, South Kalimantan Province on CV. Cahaya Borneo for 8 years. Making superior rubber seeds carried out by CV. Cahaya Borneo is divided into three stages, namely the construction of entres gardens, the construction of lower trunk gardens and the processing of one umbrella rubber seedlings. Costs incurred initial investment costs Rp. 95,800,000, Variable Costs from 2010 to 2007 Rp. 451,032,500, Fixed Cost of Rp. 1,670,565,000, Depreciation Cost of Tools Rp. 125,588,000, Receipts from 2010 to 2017 rubber seeds sold 440,000 with revenue of Rp. 2,790,000,000, Advantages of CV. Cahaya Borneo in 2010 has not received a profit of Rp. (- 118,712,500) in 2011 to 2017 obtained a profit of Rp. 512,921,500. so the total profit is Rp. 478,957,500. Feasibility of NPV with df 15% obtained NPV of Rp. 211,672,396 businesses are said to be known from the results of calculations with discount factor (df) 15% obtained by Net b / c of 3.05 said business is feasible because the Net b / c value is more than 0 and PBP for 6 months 12 days.

Keywords : Business Feasibility, Seed Breeders, Rubber, Entres Garden, Lower Stem Garden, One Umbrella Rubber Seedlings.

(2)

PENDAHULUAN

Karet (Hevea brasilliensis) merupakan tanaman tahunan dengan siklus hidup relatif lama 25-30 tahun (Lasminingsih. M. dan Sipayung H.

H,2012). Pemilihan bahan tanam harus

dipertimbangkan secara cermat karena adanya kekeliruan dalam pemilihan bahan tanam akan berdampak negatif. Apabila terjadi kesalahan dalam memilih bibit dapat mengalami kegagalan satu siklus hidupnya. Bibit karet yang baik umumnya berupa perpaduan antara batang bawah dan batang atas yang berkualitas baik dan telah memenuhi persaratan tertentu. Sementara itu, batang atas berupa klon karet anjuran yang disiapkan sesuai standar.

Taksonomi dan morfologi tanaman karet struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut : Divisi : Spematophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea

Spesies : Hevea brassilliensis

Dalam genus Hevea, hanya species Hevea brasiliensis Muell Arg. Yang dapat menghasilkan latek unggul dimana sebanyak 90 % karet alam dihasilkanoleh spesies tersebut (Budiman. H. 2012).

Okulasi merupakan cara mengembangkan bibit karet yang baik pada saat ini adapun yang perlu diperhatian seperti memilih entres, entras adalah calon bagian atas atau tajuk tanaman yang dikemudian hari akan menghasilkan tanaman berkualitas unggul yang asal usul klonnya harus bersertifikat yang sudah dilakukan pemuliaan, selain entres ada juga bagian yang tak kalah penting yaitu memililih biji karet untuk kebun batang bawah yaitu biji diperoleh dari kebun klon anjuran untuk batang bawah, kebun benih harus membuat pembatas agar tidak tercampur dengan jenis klon lain jarak pembatas minimal 100 meter dari jenis klonlain, biji yang dianjurkan untuk batang bawah minimal berumur10 tahun dan sudah disertifikasi dari kementrian pertanian untuk wilayah Kalimantan selatan yang ditunjuk yaitu Desa Bentok Darat Kecamatan Bati - Bati Kabupaten Tanah Laut, Desa Tanah Habang Kecamatan Batang Alai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Desa Badalungga Kecamatan Awayan Desa Hukai, Kecamatan Juai Kabupaten

Balangan Kabupaten Balangan (Dinas

Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan, 2015). CV. Cahaya Borneo adalah satu-satunya Perusahaan resmi yang berada di Kabupaten Kotabaru CV. Cahaya Borneo yang menyediakan bibit seperti bibit karet, kelapa sawit dan kakao baik untuk keperluan pemerintah, perusahaan dan

masyarakat yang bertempat di Desa Sungup Kecamatan Pulau Laut Tengah. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha penangkar bibit karet tersebut yang dilihat dari segi teknis dan ekonomi serta masalah yang dihadapi.

METODE PENELTIAN Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sungup Kecamatan Pulau Laut Tengah Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan selama 2 (dua) bulan, yaitu dari bulan Oktober sampai bulan Nopember 2017.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan adalah data kegiatan analisis usaha penangkar bibit karet pada CV. Cahaya Borneo. Pengumpulan data primer diperoleh dari wawancara kepada pemilik perusahaan dibantu dengan kuisioner, sedangkan data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait dan sumber lain yang berhubungan dengan penelitian.

Analisis Data

Untuk menjawab tujuan dari pelaksanaan penelitian menggunakan analisis deskriftif yaitu gambaran teknis penangkar bibit karet di CV. Cahaya Borneo di Desa Sungup Kecamatan Pulau Laut Tengah dengan melakukan pengamatan tentang kegiatan bibit karet.

Tujuan kedua untuk menganalisis besarnya biaya yang dikeluarkan, penerimaan, keuntungan dan kelayakan usaha menggunakan analisis dengan kriteria investasi.

Total biaya adalah penjumlahan antara biaya total tetap dengan biaya total variabel.

TC = TFC + TVC

Ket. : TC = Total Biaya

TFC = Total Biaya Tetap TVC =Total Biaya Variabel

Analisis Investasi yang digunakan dengan menghitung nilai :

1. Net Present Value (NPV) .

Kriteria :

NPV 0 (nol) usaha/proyek layak untuk dilaksanakan

NPV< 0 (nol) usaha / proyek tidak layak untuk dilaksanakan ∑ ∑ ∑ ∑ atau atau

(3)

NPV = 0 (nol) usaha / proyek berada dalam keadaan BEP dimana TR = TC dalam bentuk Present value (Sukartawi 1995). 2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

3. Pay Back Period (PBP)

PBP adalah jangka waktu tertentu yang menunjukan terjadinya arus penerima (cash in flows) yang secara komulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present velue. PBP digunakan untuk mengetahui berapa lama proyek dapat mengembalikan investasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan bibit karet unggul yang dilakukan CV. Cahaya Borneo di bagi menjadi 3 tahapan yaitu:

a. Pembangunan kebun entres

Kebun entres disebut juga dengan kebun kayu okulasi (KKO). Kebun entres adalah merupakan kebun penghasil mata tunas yang akan digunakan sebagai batang atas dalam perbanyakan tanaman karet secara okulasi (Siagian. N. 2015). Rekomendasi klon

karet 2010-2014 disusun dengan

memperhatikan kepentingan konsumen untuk mengembangkan agribisnis karet baik dari segi latek maupun kayu. Rekomendasi dikelompokkan menjadi tiga kelompok klon penghasil latek, kelompok penghasil lateks kayu, dan benih anjuran untuk batang bawah. Klon ysng merupakan anjuran komersial untuk penanaman skala luas disebut sebagai benih bina, dengan komposisi anjuran sebagai berikut :

a. Klon penghasil lateks terdiri atas IRR 104, IRR 112, IRR 118, IRR 220, BPM 24, PB 260, PB330 DAN PB 340.

b. Klon penghasil lateks kayu terdiri atas IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 107, IRR 119, dan rric 100. (Amypalupy. K., 2010). Tahapan pembangunan kebun entres yang dilakukan CV. Cahaya Borneo :

1. Pembersihan Lahan 2. Memasang Ajir 3. Pembuat Lobang 4. Penanaman

5. Pemangkasan dan Pewiwilan.

6. Pemupukan

7. Pengendalian Penyakit 8. Penyiraman

9. Pemurnian Kebun Entres

b. Pembangunan kebun batang bawah

Bibit okulasi sebagai perbaikan klon karet yang sudah ada memerlukan Batang

bawah yang diperoleh dari pembiakan

tanaman secara generatif (pembiakan dari biji) (Tim Penulis PS. 2011).

Langkah pertama kegiatan pembibitan karet adalah menyiapkan batang bawah yang berasal dari biji tanaman karet. Penyiapan batang bawah ini meliputi seleksi biji, pengecambahan dan penyemaian. (Heru D, dan Andoko .A. 2008).

Tahapan pembangunan kebun batang bawah yang dilakukan CV. Cahaya Borneo 1. Pembersihan Lahan 2. Pengolahan Tanah 3. Pembuatan Bedengan 4. Seleksi Biji 5. Penyemaian Biji 6. Penyiraman dibedengan 7. Penyiraman dilapangan 8. Memancang 9. Memasang Ajir 10. Menanam kecambah/bibit 11. Menyulam 12. Pengendalian Penyakit 13. Pemupukan

c. Pengolahan bibit karet payung satu.

Bibit karet payung satu adalah hasil dari penggabungan antara batang bawah dengan pengambilan mata entres dari batang atas yeng diberikan perlakuan secara khusus dengan cara okulasi sampai dengan muncul tunas dan memiliki daun satu rumpun. Okulasi adalah menempel dan menumbuhkan mata/tunas dari tanaman unggul (sebagai batang atas) pada tanaman unggul lain (sebagai batang bawah). Cara okulasi ini akan memberikan suatu keuntungan yakni penggabungan sifat-sifat

baik dari dua tanaman (pertumbuhan,

produksi, ketahanan terhadap penyakit, dan lain-lain) dalam waktu relative pendek

disamping itu akan memperlihatkan

pertumbuhan pohon karet yang seragam (homogeny) sebab berasal dari bahan tanaman

yang saman (Suryadi 2010). Tahapan

pembangunan Pengolahan bibit karet payung satu yang dilakukan CV. Cahaya Borneo :.

1. Pembersihan Lahan

2. Pembuatan Bedengan dan Naungan 3. Mengisi Polybag

4. Memotong Entres 5. Mengokulasi. 6. Menanam Stum

7. Pemupukan (Pupuk NPK)

8. Pemupukan (Pupuk Pelengkap Cair / Zat Pengatur Tumbuh) ∑ Net B/C =

(

Dibagi

(Sukartawi 1995.)

(4)

9. Penyemprotan Menggunakan Herbisida / Pemeliharaan

10. Penyemprotan dengan Fungisida 11. Seleksi Bibit

12. Pelabelan

13. Pengangkut dan penyusunan 14. Pengiriman

Aspek Ekonomi

1. Biaya Investasi Awal.

Biaya investasi awal yang dikeluarkan CV. Cahaya Borneo yaitu pembelian lahan 4 Ha Rp. 50.000.000 pembuatan pondok kerja Rp. 15.000.000 dan pembelian bibit entres batang atas Rp. 28.000.000

2. Biaya Variabel

Biaya variabel penangkar bibit karet pada CV. Cahaya Bornea yang dikeluarkan yaitu pembelian ajir entres, fungisida, pupuk, pupuk pelengkap cair, herbisida, BBM, oli mobil, oli kendaraan, kayu untuk membuat bedengan, kawat, paku, biji karet, polybag, pisau okulasi, kain lap, plastik okulasi dan legalitas dari tahun 2010 sampai dengan 2007 Rp. 451.032.500.

3. Biaya Tetap

Biaya tetap yang dikeluarkan oleh CV. Cahaya Borneo selama 8 tahun dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2017 adalah upah pembersihan lahan, pengolahan tanah,

penyemprotan dengan herbisida,

pemangkasan dan pewiwilan, pemupukan,

pemupukan (pupuk pelengkap cair),

pengendalian penyakit, penyiraman,

pembuatan bedengan dan naungan, seleksi biji, menyemai biji dibedengan, menyulam bibit batang bawah, mengisi polybag dan

menyusun polybag, memotong entres,

mengokulasi, memeriksa hasil okulasi, memotong bibit yang sudah di okulasi, pembongkaran, pembersihan akar, menanam stum, seleksi bibit, angkut bibit dari bedengan kemobil dan penyusunan bibit dimobil, truk mengangkut bibit kepembeli.

biaya total yang dikeluarkan Rp.

1.670.565.000. 4. Biaya Penyusutan Alat

Biaya penyusutan alat yang

dikeluarkan oleh CV. Cahaya Borneo selama 8 tahun dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2017 adalah Pembelian paranet, palu, gergaji, cangkul, parang, hand sprayer, hand sprayer mesin, pompa air, kendaraan roda 2, kendaraan roda 4, artco, slang air, gunting potong, batu asahan, tendon air, linggis Rp.125.588.000.

5. Penerimaan

Pada tahun 2010 sampai dengan 2017 bibit karet yang terjual 440.000. dengan penerimaan Rp. 2.790.000.000.

6. Keuntungan

Penangkar bibit karet CV. Cahaya Borneo pada tahun 2010 belum mendapatkan keuntungan Rp. (- 118.712.500) tahun 2011 sampai dengan 2017 diperoleh keuntungan Rp. 597.674.000. jadi total keuntungan Rp. 478.961.500.

7. Kelayakan Usaha

a. Net Present Value (NPV)

Diketahui dari hasil perhitungan dengan discount factor (df) 15 % diperoleh NPV sebesar Rp. 211.672.396 Usahakan tersebut dikatakan layak karena nilai NPV lebih dari 0

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Diketahui dari hasil perhitungan dengan discount factor (df) 15 % diperoleh Net b/c sebesar 1,38 usaha tersebut dikatakan layak karena nilai Net b/c lebih dari 1. c. Pay Back Period (PBP)

Berdasarkan hasil perhitungan usaha penangkar bibit karet CV. Cahaya Borneo memiliki periode pengembalian modal (PBP) selama 6 bulan 12 hari.

Permasalahan yang dihadapi :

1. Tanaman karet sangat rentan terhadap serang penyakit jamur akar putih (JAP) maka harus rajin melakukan penyemprotan terhadap bibit karet menggunakan fungisida.

2. Penangkar bibit karet mengeluhkan

Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 328/Kpts/KB.020/10/2015 tanggal 30 Oktober 2015 tentang pedoman produksi, sertifikasi, peredaran, dan pengawasan benih tanaman karet polybag yang dianjurkan berukuran 15 cm x 35 cm

sebelumnya polybag yang digunakan

berukuran 12 cm x 17 cm sehingga berdampak upah pengisian polibek naik, kebutuhan tanah meningkat, jumlah muatan di dalam truk berkurang biasanya dimuat dari 3.500 batang sampai dengan 4.000 batang sekarang cuma bisa diisi 3.000 batang saja. 3. Harga getah karet yang takpernah stabil

mengakibatkan permintaan bibit karet di CV. Cahaya Borneo tidak menentu pada saat harga getah karet naik maka banyak permintaan bibit karet pada saat harga getah karet tirun permintaan bibit karet sangat kurang. Pada tahun 2015 puncak dari penjualan bibit karet mencapai 100.000 batang per tahun dan pada saat tahun 2017 penjualan bibit karet menurun 10.000 batang per tahun.

Kesimpulan

1. Pembuatan bibit karet unggul yang dilakukan CV. Cahaya Borneo di bagi menjadi 3 tahapan yaitu:

a. Pembangunan kebun entres b. Pembangunan kebun batang bawah c. Pengolahan bibit karet payung

(5)

2. Dalam usaha penangkar bibit karet diketahui :

a. Biaya total dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2017 Rp. 2.539.847.500. b. Penerimaan dari tahun 2010 sampai

dengan tahun 2017 Rp. 2.790.000.000 c. Keuntungan dari tahun 2010 sampai

dengan tahun 2017 Rp. 250.152.500. d. Kelayakan Usaha 1,24

3. Permasalahan yang dihadapi :

a. Serangan Jamur Akar Putih (JAP) b. Ukuran polybag terlalu besar sesuai

Keputusan Menteri Pertanian Republik

Indonesia Nomor

328/Kpts/KB.020/10/2015 tanggal 30

Oktober 2015 tentang pedoman

produksi, sertifikasi, peredaran, dan

pengawasan benih tanaman karet

sehingga menambah pengeluaran biaya upah pengisian polybag dan upah angkutan bibit karet.

c. Harga getah karet tidak menentu

sehingga permintaan bibit karet

menurun.

Saran

a. Tanaman karet sangat rentan terhadap serang penyakit jamur akar putih (JAP) sebaiknya dilakukan pencegahan dini seperti membuang bekas potongan akar, ranting kayu dan dedaunan yang tercampur dengan tanah yang dibuat kedalam polibek karna dari situlah jamur akar putih berkembang hal ini akan merugikan petani yang membudidayakan tanaman karet.

b. Pengusaha tetap menggunakan polibek

berukuran 15 cm x 35 cm karna keputusan pemerintah pasti berdasarkan hasil penelitian selain itu spesifikasi lelang bibit karet yang dilaksanakan pemerintah yang dikeluarkan pemerintah pasti berdasarkan aturang yang berlaku pada saat ini.

c. Sebaiknya pembuatan bibit karet dikurangi dan dialihkan kepembibitan komoditi lain yang menjanjikan.

DAFTAR PUSTAKA

Amypalupy. K., 2010, Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Cetakan keempat. Balai Penelitian Sembawa, Palembang. 61 halaman. Budiman. H. 2012. Budidaya Karet Unggul

Prospek Jitu Investasi Masa Depan. Cetakan pertama. Penerbit Pustaka Baru Press. Bantul, Yogyakart. 239 halaman. Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan,

2015. Kebun penghasil biji yang ada di Kalimantan Selata.

Heru D, dan Andoko .A. 2008. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet Catakan Pertama.

PT. Agro Media Pustaka. Jakarta Selatan. 165 halaman.

Keputusan Mentri Pertanian Republik Indonesia

Nomor 328/Kpts/KB.020/10/2015.

Tentang Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran dan Pengawasan Benih Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mull). 28 halaman.

Lasminingsih. M. dan Sipayung H. H, 2012. Petunjuk Praktis Pembibitan Karet. Cetakan Pertama. Penerbit PT. Agro Media Pustaka. Jakarta Selatan. 58 halaman. Siagian. N. 2015. Cara Moderen Mendongkrak

Produktivitas Tanaman Karet. Cetakan Pertama PT. Agro Media Pustaka. Jakarta Selatan. 181 halaman.

Sukartawi 1995. Analisis Usaha Tani cetakan 2006 Universitas Indonesia 110 halaman. Suryadi 2010, Boerhendhy I, Nancy C dan

Ambarwati R. 2010. Pedoman Perbenihan Karet. 59 halaman.

Tim Penulis PS, 2011. Panduan Lengkap Karet. Cetakan keempat. Penerbit Swadaya. Jakarta. 235 halaman.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penguatan identitas merek atau brand identity apa saja yang dilakukan oleh radio The All New Bahana Jakarta

Peran Bystander dalam Siklus Bullying Hasil yang tidak sesuai dengan ekspektasi dari intervensi-intervensi yang telah dikembangkan tersebut menunjukkan adanya kebutuhan

Pada pasal 5 (b) sebagaimana dikutip oleh Hasbullah, menetapkan bahwa “madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah suatu alat dan sumber pendidikan dan

1036 Muhammad Edya Rosadi Dosen Universitas Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin www.dicoding.com/users/302584 1037 Muhammad Eka Purbaya Dosen

Kualitas sperma pasca thawing, seperti motilitas, membrane integrity dan plasma membrane merupakan faktor yang penting dalam rangka keberhasilannya untuk menembus oocit pada

Hume menandaskan bahwa tidak ada dasar yang padanya kita bisa pindah dari persepsi-persepsi dan pengalaman akan dunia kepada mengatakan sesuatu tentang

Hasil penelitian ini menunjukan bentuk kegiatan yang dilakukan guru bimbingan dan konseling dalam menerapkan minat membaca siswa melalui semua layanan-layanan yang

Beberapa faktor penyebab adanya pengaruh menggunakan model pembelajaran class-wide peer tutoring, media permainan joepardy serta interaksi antara model class-wide