• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman dan potensi daya tarik burung diurnal di siring sungai martapura, Banjarmasin. Azhar F N Bangiel. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keanekaragaman dan potensi daya tarik burung diurnal di siring sungai martapura, Banjarmasin. Azhar F N Bangiel. Abstrak"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Keanekaragaman dan potensi daya tarik burung diurnal di siring sungai martapura, Banjarmasin

Azhar F N Bangiel Abstrak

Burung merupakan salah satu indikator biologis terhadap kerusakan suatu ekosistem dan sebagai pembantu dalam proses penyerbukan dan pemencar biji, selain itu burung memiliki daya tarik dari suara dan warna burung itu sendiri yang menarik perhatian pengamat burung bahkan dapat berinteraksi dengan manusia ketika diberi makanan. Siring di sungai Martapura merupakan salah satu lokasi taman kota yang dibuat pemerintah daerah sebagai lokasi wisata sungai baik untuk orang dalam daerah maupun luar daerah. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui tingkat keanekaragaman burung diurnal dan potensi daya tariknya yang ada disekitar taman siring sungai Martapura. Dari hasil observasi, ditemukan 13 jenis burung, tingkat keanekaragaman yang sedang dengan nilai indeks Shannon-wiener 1,89. Salah satu burung yang memiliki daya tarik adalah burung elang bondol (Haliastur indus) yang sedang mencari makan di sekitar lokasi observasi yang merupakan burung yang dilindungi oleh pemerintah.

Kata kunci: keanekaragaman, burung diurnal, daya tarik, taman siring sungai martapura.

Abstract

Birds are one of the biological indicators for the destruction of an ecosystem and as aids in the pollination and seed dispersal process, besides birds have the appeal of the sound and color of the bird itself that attracts the attention of bird watchers even can interact with humans when fed. Siring in the Martapura river is one of the city park location made by the local government as a good river tourist location for people in the region and outside the region. The purpose of this observation is to know the diurnal diversity of diurnal birds and the potential of its attraction around the siring park of the Martapura River. From the observation, found 13 species of birds, moderate levels of diversity with the value of Shannon-wiener is 1.89. One of the birds that has the attraction is the elang bondol (Haliastur indus) that are looking for food around the observation location which is a bird protected by the government. Keywords: diversity, diurnal birds, attraction, siring river Martapura park.

Pendahuluan

Taman kota siring sungai martapura merupakan salah satu taman kota wisata sungai yang dibuat oleh pemerintah daerah, jauh lebih baik dari sebelum adanya taman tersebut, saat ini taman siring menjadi salah satu lokasi primadona wisata

(2)

sungai baik untuk penduduk setempat maupun dari luar daerah dan sebagai lokasi aktifitas olah raga maupun hanya bersantai baik di pagi maupun sore hari, bahkan hingga malam yang masih terlihat orang-orang yang sedang memancing dan bersantai. Dekatnya taman siring dengan mesjid Sabilal Muhtadin yang merupakan salah satu mesjid terluas di asia tenggara menjadi penambah daya tarik tersendiri, selain itu ditambah dengan adanya sajian kuliner lesehan, tugu air mancur Bekantan sebagai ikon kota Banjarmasin, menara pandang yang membuat pengunjung dapat melihat panorama sekitar sungai bahkan sebagian kota Banjarmasin dari atas, ada juga wisata air menggunakan kelotok. Pohon-pohon peneduh disekitar taman siring dan keberadaan burung-burung disekitar menambah kenikmatan untuk bersantai dari panasnya kota Banjarmasin.

Penelitian tentang burung di kota Banjarmasin masih jarang dilakukan baik itu tentang inventarisasi maupun kondisi ekologis dan langkah konservasinya selain itu ketersediaan publikasi online yang masih terbatas, salah satu penelitian yang ada adalah kajian keanekaragaman jenis burung pada berbagai macam habitat di Banjarmasin (Dewi, 1998 dalam Husain, 2010), Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah jenis burung diurnal yang ada di Banjarmasin sebanyak 48 jenis, yang dapat dikelompokkan ke dalam 12 marga, 26 suku, dan 40 bangsa. Bangsa jenis terbanyak adalah Passeriformes dan suku jenis terbanyak adalah Ploceidae dan Nectarinidae.

Burung merupakan satwa liar yang memiliki kemampuan hidup di hampir semua tipe habitat yang memiliki peran ekologis yang penting, beberapa diantaranya adalah sebagai indikator kerusakan suatu ekosistem, penyeimbang rantai makanan, sebagai pembantu dalam proses penyerbukan (pollinator), pemencar biji dan predator terhadap hama tanaman seperti serangga dan tikus. Selain dari peran tersebut burung memiliki daya tarik bagi para pengamat burung, pencinta burung dan menjadi daya tarik pengunjung di lokasi wisata maupun taman kota.

Habitat burung di hutan yang masih asri khususnya di Kalimantan Selatan masih terancam, penyusutan ini dikarenakan oleh aktifitas manusia seperti, perburuan burung, pembukaan lahan untuk pertambangan baik legal maupun ilegal dan masih tersisanya lahan bekas bukaan tambang yang belum di hijaukan kembali, perkebunan besar monokultur seperti sawit yang sudah marak terjadi serta industri, selain itu akibat dari penebangan kayu liar yang masih belum terkendali. Begitu juga dengan habitat burung yang ada di dalam kota yang terpengaruh oleh pembangunan, sehingga menyebabkan penyusutan tingkat keanekaragaman dan persebaran karena berkurangnya pohon tempat bersarang dan sumber makanan, padahal pemerintah pusat sudah mencanangkan untuk pembangunan di daerah dan kota serta tata ruang kota yang ramah lingkungan (Go Green) dengan menyediakan ruang terbuka hijau yang luas dan banyak, karena memiliki manfaat yang banyak dan sudah termuat dalam UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan dokumen Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2015-2020 (BAPPENAS, 2016).

(3)

Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman burung yang ada di taman kota siring sungai Martapura dan potensi daya tariknya terhadap pengunjung.

Metode

Pengamatan ini dilakukan pada tanggal 29 Juni – 2 Juli 2017. Metode yang digunakan adalah metode garis transek (line transect) dan rapid assesment survey. Garis transek berada di dua sisi siring sungai Martapura yang merupakan lokasi taman kota dan di lokasi sekitar taman mesjid Sabilal Muhtadin. Pengamatan dilakukan pada pagi dan sore hari. Identifikasi menggunakan buku panduan lapangan burung.

Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di sekitar taman kota siring sungai Martapura ditemukan 10 Famili dan 13 jenis burung yang disajikan pada tabel 1.

Tabel. 1. Jenis burung yang ditemukan di lokasi pengamatan.

No Famili Nama Latin Nama Lokal

1 Apodidae Collocalia esculenta Walet sapi

2 Apodidae Apus affinis Kapinis rumah

3 Accipitridae Haliastur indus Elang bondol 4 Alcedinidae Todiramphus chloris Cekakak sungai 5 Cisticolidae Orthotomus ruficeps Cinenen kelabu

6 Columbidae Columba livia Merpati batu

7 Columbidae Streptopelia chinensis Tekukur biasa

8 Dicaedae Dicaeum trochileum Cabai jawa

9 Dicaedae D. c.nigrimentum Cabai merah

10 Nectariniidae Nectarinia jugularis Burung madu sriganti

11 Passeridae Passer montanus Burung gereja

12 Pycnonotidae Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang 13 Zosteropidae Zosterops palpebrosus Kacamata biasa

Berdasarkan hasil pengamatan, tingkat keanekaragaman burung yang ada di lokasi pengamatan didapatkan nilai indeks Margalef (DMG) 2,13 dan nilai indeks Shannon-wiener (H’) 1,89, hasil ini tergolong dalam kategori tingkat keanekaragaman sedang (Odum, 1979). Burung yang paling dominan ditemukan adalah burung gereja, karena selain termasuk burung yang mudah berinteraksi juga banyak sumber makanan dari sisa sampah yang para pengunjung. Burung yang ditemukan termasuk dalam kategori least concern (beresiko rendah) menurut kategori IUCN, namun dari beberapa burung tersebut ada burung yang dilindungi

(4)

oleh pemerintah menurut PP No.7 Tahun 1999 yaitu elang Bondol, burung madu Sriganti dan Cekakak sungai.

Pohon yang ditemukan disekitar lokasi pengamatan umumnya adalah pohon peneduh seperti pohon trembesi (Albizia saman) dan pohon ketapang (Terminalia catappa), pohon trembesi adalah pohon dominan yang ada dilokasi tersebut, selain itu pohon yang ditemukan adalah pohon cengkeh (Syzygium aromaticum), pohon galam (Melaleuca leucadendra), pohon palem raja (Roystonea regia) dan pohon dadap (Erythrina variegata). Dari komposisi pohon tersebut sangat jelas bahwa pohon yang dominan terdapat di lokasi taman siring adalah jenis-jenis pohon peneduh dan pohon hias, yang memang ditujukan untuk memberikan manfaat kepada pengunjung untuk bisa berteduh dan bersantai di taman tersebut. Namun hal ini yang menyebabkan kurangnya keanekaragaman dan jumlah jenis burung yang ada, yang lebih sering ditemukan adalah burung gereja. Alangkah lebih baik jika komposisi penanaman pohon yang ada di taman tersebut lebih bervarian dan berselang, selain jenis pohon peneduh dan pohon hias, diantaranya juga ditanamai jenis pohon buah yang dapat menarik jenis-jenis burung pemakan buah dan madu, beberapa diantaranya adalah pohon kersen (Muntingia calabura), pohon soka (Ixora javanica) dan pohon beringin (Ficus benjamina). Sehingga pohon peneduh yang tinggi dan banyak ranting dapat menjadi tempat burung bersarang dan pohon buah dapat menjadi sumber makanan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan keanekaragaman dan jumlah jenis burung yang ada disekitar lokasi taman siring sungai Martapura.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa pengunjung, menurut mereka keberadaan burung menjadikan suasana disekitar taman lebih hidup, karena dari adanya kicuan dan warna tubuh mereka yang menarik. Burung gereja sering dilihat, namun burung yang lain lebih menarik selain dari warna yang cerah juga kicauan dari beberapa burung tersebut enak untuk didengar, apalagi saat melihat burung elang Bondol yang sedang mencari makan di sungai bagus sekali, apalagi kalau bisa memberi makan burung langsung ditangan, menarik sekali. Apalagi baru mengetahui peran pentingnya di lingkungan selain hanya jadi burung yang ada disangkar, dulu banyak burung liar sekarang sudah mulai berkurang (Asrul, 2017). Memberikan makan burung secara langsung bisa memberikan rekreasi menarik di alam, namun masih ada pengkajian lebih lanjut terkait dengan populasi burung terdomestikasi yang berlebihan yang dapat mengganggu kenyamanan di taman kota (Dubois, 2013) Hal ini dapat memberikan informasi bahwa pengunjung selain pengamat burung juga merasa tertarik dengan keberadaan burung yang beraneka ragam sehingga membuat taman kota siring sungai Martapura keberadaannya lebih hidup selain itu pemerintah daerah juga dapat menjalankan perannya sebagai pemerintah yang melayani dan mengedukasi masyarakat serta juga mendukung dalam menjaga keanekaragaman biodiversitas daerah khususnya keanekaragaman burung apalagi terdapatnya jenis burung yang dilindungi oleh pemerintah. Sehingga perlu adanya langkah konservasi untuk kekayaan hayati yang ada, apalagi sudah

(5)

adanya buku Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2015-2020, yang mengharuskan baik pemerintah pusat maupun daerah untuk menjaga dan meningkatkan jumlah kekayaan hayati yang dimiliki. Menurut daftar redlist IUCN (www.iucnredlist.org, 2017) pohon kasturi (Mangifera casturi) pohon endemik yang hanya terdapat di Kalimantan Selatan saat ini sudah dinyatakan punah di alam (Extinct in the Wild) ini menjadi salah satu kekurangan pemerintah daerah dalam menjaga kehati yang dimiliki, yang mengunggulkan kasturi sebagai ikon khas daerahnya ternyata sudah punah, sungguh tidak bisa dibanggakan walaupun beberapa perkebunan sudah melakukan penanaman kembali.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa:

1. Jenis-jenis burung yang ditemukan disekitar taman kota siring sungai Martapura, Banjarmasin sebanyak 10 famili dan 13 jenis burung, dengan tingkat keanekaragaman yang sedang, H’ sebesar 1,89.

2. Burung dilindungi pemerintah yang ditemukan adalah elang Bondol (Haliastur indus), burung madi Sriganti (Nectarinia jugularis) dan Cekakak sungai (Todiramphus chloris).

3. Pohon dominan yang ada dilokasi adalah jenis pohon peneduh dan hias seperti pohon trembesi (Albazia saman), pohon ketapang (Terminalia catappa), palem raja (Roystonea regia), masih sedikit jenis pohon berbuah yang dapat menjadi sumber pakan burung.

4. Pengunjung merasa tertarik dengan keberadaan burung yang ada disekitar taman kota siring sungai Martapura, Banjarmasin. Karena bisa menjadi lebih oleh keramaian dan kicuan burung dan warna cerahnya yang menarik. Apalagi setelah mengetahui peran pentingnya dalam suatu ekosistem.

Saran

1. Perlu dilakukan kajian dan pengawasan lebih lanjut tentang keanekaragaman burung dan daya tariknya dilokasi yang sama.

2. Perlunya dilakukan penanaman pohon berseling antara pohon peneduh yang dapat menjadi lokasi burung bersarang dan pohon berbuah yang menjadi sumber pakan burung.

3. Perlu adanya peran pemerintah daerah antar lembaga dan peneliti dalam menjaga dan mengontrol kekayaan hayati yang dimiliki sehingga tidak akan mengalami kepunahan, baik yang punah di alam maupun punah sebenarnya. 4. Pemerintah daerah khususnya Kalimantan Selatan perlu melakukan kerjasama

dengan peneliti terkait inventarisasi kekayaan hayati dan tindak lanjut konservasi yang ada di Kalimantan Selatan umumnya dan kota Banjarmasin khususnya.

(6)

Senarai

Bibby, C. J., Jones, M. and Marsden, S. 1998. Expedition Field Techniques - Bird Survey. Royal Geographical Society. London.

[BAPPENAS] Badan Perencanaan Perencanaan Nasional. 2016. Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2015-2020. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS. Jakarta

Dubois, S. and Fraser, D. 2013. A Framework to Evaluate Wildlife Feeding in Research, Wildlife Management, Tourism and Recreation. Animals Vol.3 2013. University of British Columbia. Vancouver.

[IUCN] International Union of Conservation and Nature. 2017. 2017 IUCN red list of threatened species. IUCN Publications Service Units. Gland, Switzerland. Available at: http://www.iucnredlist.org/.

Husain, Z., Dharmono, dan Kaspul. 2010. Jenis dan kerapatan burung di kawasan

agropolitan kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala. Jurnal wahana-bio volume IV

Desember 2010. Banjarmasin.

MacKinnon, J., K.Philipps, dan B. Van Balen. 2010. Seri Panduan Lapangan Burung-Burung

di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Buku. LIPI. Bogor.

Magurran, A.E. 1988. Ecological diversity and its measurement. Princeton University Press, New Jersey.

Noerdjito, M. & I. Maryanto. 2001. Jenis-jenis Hayati yang Dilindungi Perundang-undangan Indonesia. Edisi ke 2. Balitbang Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriense) Puslitbang Biologi LIPI & The Nature Conservancy. Cibinong.

Odum, P.E. 1979. Fundamentals of Ecology. Dr. Samuel J. Mc. Naughton and Larry L. Wolf. Pub., Georgia.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan perilaku pemberian suplementasi Vitamin A tertinggi pada kelompok I dengan intervensi flipchart sebesar 81,3% kemudian kelompok kontrol

Baik kita perempuan sebagai istri, sebagai ibu, sebagai Pengurus PKP maupun sebagai anggota PKP, mari kita melayani dengan penuh kerendahan hati, melayani dengan

Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

(2011) telah meneroka faktor-faktor yang menyumbang kepada hasrat penyertaan penduduk dalam pengurusan ekopelancongan dan mencadangkan hubungan antara struktur hasrat

Tabel 6. Dengan kata lain pertanyaan A1, E3 dan F1 untuk menu pindah jadwal tidak cocok atau tidak tepat untuk alat ukur yang dirancang dan pertanyaan A1, E3 dan F1 bisa

Halaman home mahasiswa adalah halaman yang menampilkan halaman home, profil fakultas, struktur organisasi, visi dan misi, logout, mahasiswa bisa melakukan entry

Selaras dengan aktivitas dan kegiatannya yaitu Marching Band yang merupakan harmoni dari komposisi musik sekelompok orang/pemain musik yang keanggotaannya berasal

petugas kesehatan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan memperhatikan berbagai aspek tidak hanya intervensi secara fisik dalam menurunkan nyeri pada pasien