BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tumbuh Kembang Anak Prasekolah 1. Defenisi Tumbuh Kembang
1.1 Defenisi Pertumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua kata yang berbeda, namun
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pertumbuhan (growth) merupakan
peningkatan jumlah dan ukuran sel pada membelah diri dan sintesis protein baru,
menghasilkan peningkatan ukurandan berat seluruh atau sebagian sel (Wong,
2008, hlm.109).
1.2 Defenisi Perkembangan
Perkembangan (development) merupakan perubahan dan perluasan secara
bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari dari yang lebih rendah ke yang
lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui
pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran (Wong,2008, hlm.109).
1.3 Pertumbuhan Anak Prasekolah
Pertumbuhan masa prasekolah pada anak yaitu pada pertumbuhan fisik,
khususnya berat badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg,
kelihatan kurus, akan tetapi aktivitas motoriknya tinggi, dimana sistem tubuh
sudah mencapai kematangan, seperti berjalan, melompat, dan lain-lain.
Sedangkan pada pertumbuhan tinggi badan anak kenaikannya rata-rata akan
1.4 Konsep Perkembangan Anak Prasekolah
Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti. Masa
prasekolah merupakan fase perkembangan individu dapat usia 2-6 tahun,
perkembangan pada masa ini merupakan masa perkembangan yang pendek
tetapi merupakan masa yang sangat penting (Fikriyanti, 2013, hlm.18). 2. Teori-Teori Perkembangan
2.1 Teori Perkembangan kognitif (Jean Piaget)
Perkembangan kognitif menurut Piaget merupakan perubahan-perubahan
yang terkait usia yang terjadi dalam aktifitas mental. Ia juga menyebutkan
bahwa kesuksesan perkembangan kognitif mengikuti prosses yang urutannya
melewati empat fase, yaitu fase sensorimotorik (0-2 tahun), fase pra-operasional
(2-7 tahun), fase operasional (7-11 tahun) dan fase operasional formal (>11
tahun) (Wong, 2008, hlm 118).
Dalam teori perkembangan ini anak prasekolah termasuk dalam fase
pra-operasional, fase pra-operasional anak belum mampu mengoperasionalisasikan
apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak (Wong, 2008, hlm
119).
2.2.Teori Perkembangan Psikososial (Erikson)
Menurut Santrock (2011), Teori perkembangan ini dikemukakan oleh
Erikson yang mengemukakan bahwa perkembangan anak selalu dipengaruhi
oleh motivasi sosial dan mencerminkan suatu keinginan untuk berhubungan
dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan kepribadian psikososial anak
harus melewati beberapa tahap yaitu : tahap percaya dan tidak percaya (1-3
rasa bersalah (3-6 tahun), tahap terampil versus minder (6-12 tahun), tahap
identidas versus kebingungan peran (12-18 tahun) (Wong, 2008, hlm 117).
Dalam teori perkembangan psikososial anak prasekolah termasuk dalam
tahap perkembangan inisiatif versus rasa bersalah. Pada tahap ini anak mulai
mencari pengalaman baru secara aktif. Apabila anak menapat dukungan dari
orang tuanya untuk mengekplorasikan keingintahuannya maka anak akan
mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan, tetapi bila
dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak
(Wong, 2008, hlm 118).
2.3. Teori Perkembangan Psikoseksual (Freud)
Teori perkembangan psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh Sigmun
Freud, ia menggunakan istilah psikoseksual untuk menjelaskan segala
kesenangan seksual. Selama masa kanak-kanak bagian-bagian tubuh tertentu
memiliki makna psikologik yang menonjol sebagai sumber kesenangan baru dan
konflik baru yang secara bertahap bergeser dari satu bagian tubuh ke bagian
tubuh lain pada tahap-tahap perkembangan tertentu. Dalam perkembangan
psikoseksual anak dapat melalui tahapan yaitu: tahap oral (0-1 tahun), tahap anal
(1-3 tahun), tahap falik (3-6 tahun), tahap laten (6-12 tahun), dan tahap genital
(>12 tahun) ((Wong, 2008, hlm 117).
Dalam teori perkembangan psikoseksual anak prasekolah termasuk dalam
tahap phalilc, dalam tahap ini genital menjadi area tubuh yang menarik dan
sensitif anak mulai mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu
2.4.Teori Perkembangan Moral (Kohlberg)
Teori perkembangan moral dikemukakan oleh Kohlberg dengan
memandang tumbuh kembang anak ditinjau dari segi moralitas anak dalam
menghadapi kehidupan, tahapan perkembangan moral yaitu: tahap
prakonvensional (orientasi pada hukum dan kepatuhan), tahap prakonvensional
(orientasi instrumental bijak), tahap konvensional, tahap pasca konvensional
(orientasi kontak sosial) (Wong, 2008, hlm 119).
Dalam teori perkembangan moral anak prasekolah termasuk dalam tahap
prakonvensional, dalam tahap perkembangan ini anak terorientasi secara budaya
dengan label baik atau buruk, anak-anak menetapkan baik atau buruknya suatu
tindakan dari konsekuensi tindakan tersebut. Dalam tahap ini anak tidak
memiliki konsep tatanan moral, mereka menentukan prilaku yang benar terdiri
atas sesuatu yang memuaskan kebutuhan mereka sendiri meskipun terkadang
kebutuhan orang lain. Hal tersebut diinterprestasikan dengan cara yang sangat
konkrit tanpa kesetiaan, rasa terimakasih atau keadilan (Wong, 2008, hlm. 120) 3. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut Santrock (2011), Perkembangan dan pertumbuhan mengikuti prinsip
cephalocaudal dan proximodistal. Prinsip cephalocaudal merupakan rangkaian
dimana pertumbuhan yang tercepat selalu terjadi diatas, yaitu di kepala.
Pertumbuhan fisik dan ukuran secara bertahap bekerja dari atas kebawah,
perkembangan sensorik dan motorik juga berkembang menurut prinsip ini,
contohnya bayi biasanya menggunakan tubuh bagian atas sebelum meeraka
menggunakan tubuh bagian bawahnya.
Prinsip proximodistal (dari dalam keluar) yaitu pertumbuhan dan
mengembangkan kemampuan tangan dan kaki bagian atas ( yang lebih dekat
dengan bagian tengah tubuh) abru kemudian bagian yang lebih jauh, dilanjutkan
dengan kemampuan menggunakan telapak tangan dan kaki dan akhirnya jari-jari
tangan dan kaki ( Papalia, dkk, 2010, hlm 170)
4. Aspek–Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan
3.1 Aspek Pertumbuhan
Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran antropometri,
pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan
(panjang badan), lingkar kepala.
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau
penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, pengukuran tinggi badan
digunakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik
sedangkan pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan
otak. Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) menunjukkan adanya reterdasi
mental, apabila otaknya besar (volume kepala meningkat) terjadi akibat
penyumbatan cairan serebrospinal (Hidayat, 2011, hlm 37).
3.2 Aspek perkembangan
a. Motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan yang meliputi
aktivitas otot yang besar seperti gerakan lengan dan berjalan (Santrock,
2011, hlm 210). Perkembangan motorik kasar pada masa prasekolah,
diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5
detik, melompat dengan satu kaki, membuat posisi merangkak dan lain-lain
(Hidayat, 2009, hlm.25).
b. Motorik halus (fine motor Skills) merupakan keterampilan fisik yang
koordinasi yang cermat (Papilia, Old & Feldman, 2010, hlm. 316).
Perkembangan motorik halus mulai memiliki kemampuan menggoyangkan
jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, menggambar orang,
mampu menjepit benda, melambaikan tangan dan sebagainya (Hidayat,
2009, hlm.26).
c. Bahasa (language) adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap
suara, mengkuti perintah dan dan berbicara spontan. Pada perkembangan
bahasa diawali mampu menyebut hingga empat gambar, menyebut satu
hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan
dua kata, meniru berbagai bunyi, mengerti larangan dan sebagainya
(Hidayat, 2009, hlm.26).
d. Prilaku sosial (personal social) adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Perkembangan adaptasi sosial pada anak prasekolah yaitu dapat berrmain
dengan permainan sederhana, mengenali anggota keluarganya, menangis
jika dimarahi, membuat permintaan yang sederhana dengan gaya tubuh,
menunjukan peningkatan kecemasan terhadapa perpisahan dan sebagainya
(Hidayat, 2009, hlm.26)
Untuk menilai perkembangan anak yang dapat dilakukan adalah dengan
wawancara tentang faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam
perkembangan, kemudian melakukan tes skrining perkembangan anak (Hidayat,
2009, hlm. 38).
5. Tahap Perkembangan Anak Prasekolah
Menurut Wong (2008), priode prasekolah dimulai dari usia 3-6 tahun periode
sekolah, dicirikan dengan aktivitas yang tinggi. Pada masa ini merupakan
perkembangan fisik dan kepribadian yang pesat, kemampuan interaksi sosial lebih
luas, memulai konsep diri, perkembangan motorik berlangsung terus menerus
ditandai keterampilan motorik seperti berjalan, berlari dan melompat.
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Prasekolah
Menurut Hidayat (2009) Proses Percepatan dan Perlambatan Tumbuh kembang
anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
a. Faktor Herediter
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar
dalam mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk faktor herediter adalah
bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa.
Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan alam
pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhaap rangsangan, umur
puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal, lingkungan
postnatal, dan faktor hormonal. Faktor pranatal merupakan lingkungan dalam
kandungan, mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu
hamil, posisi janin, pengunaan obat-obatan , alkohol atau kebiasaan merokok.
Faktor lingkungan pasca lahir yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi, keluarga. nutrisi, posisi anak dalam
keluarga dan status kesehatan.
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain. somatotrofin (growth Hormon) yang berperan alam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, dengan menstimulasi terjadinya poliferasi sel kartigo dan sistem skeletal. Hormon tiroid menstimulasi metabolisme tubuh, glukokartikoid
menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya hormon tersebut menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya.
B. Stimulasi, Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Prasekolah 1. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Prasekolah
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak 0-6 tahun agar
anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapatkan
stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.
Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah atau yang
merupakan orang terdekat anak (Depkes, 2012, hlm.15).
Perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai pola yang tetap dan
berlangsung secara berurutan, dengan demikian stimulasi yang diberikan kepada
anak dalam rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat
diberikan orang tua atau keluarga sesuai dengan pembagian kelompok umur
stimulasi (Depkes, 2012, hlm.15).
Tabel 2.1. Kelompok umur stimulasi anak (Depkes, 2012, hlm. 15).
No. Priode Tumbuh Kembang Kelompok Umur
Stimulasi
1. Masa pranatal, janin dalam kandungan Masa prenatal
2. Masa bayi 0-12bulan Umur 0-3 bulan
Umur 3-6 bulan Umur 6-9 bulan Umur 9-12 bulan
3. Masa anak balita 12-60 hari Umur 12-15 bulan
Umur 15-18 bulan Umur 18-24 bulan Umur 24-36 bulan Umur 361-48 bulan Umur 48-60 bulan
Kemampuan anak prasekolah dirangsang dengan stimulasi terarah pada
kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa
serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.Stimulasi yang dilakukan pada
kemampuan gerak kasar pada anak prasekolah misalnya dengan mendorong anak
untuk bermain bola bersama temannya, permainan menjaga keseimbangan tubuh,
belari, melompat dengan satu kaki, diajari bermain sepeda, dan sebagainya
(Depkes, 2012, hlm.37).
Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan gerak halus pada anak prasekolah
misalnya menulis namanya, menulis angka-angka, menggambar, berhitung,
berlatih mengingat, membuat sesuatu dari tanah liat atau lilin, bermain berjualan,
belajar mengukur dan lain-lain (Depkes, 2012, hlm.37).
Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan bicara dan bahasa pada anak
prasekolah misalnya bermain tebak-tebakan, berlatih mengingat-ingat, menjawab
pertanyaan “mengapa?”, mengenal uang logam, mengamati atau meneliti keadaan
sekitanya dan lain-lain (Depkes, 2012, hlm.38).
Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan bersosialisasi dan kemandirian
pada anak prasekolah misalnya mendorong anak untuk berpakaian sendiri,
menyimpan mainan tanpa bantuan, ajak berbicara tentang apa yang dirasakan,
berkomunikasi dengan anak, berteman dan bergaul, mematuhi peraturan keluarga
dan lain-lain (Depkes, 2012, hlm.39).
2. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Prasekolah
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan
anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah
juga mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan yang tepat terutama
untuk melibatkan ibu dan keluarga (Depkes, 2012, hlm. 40).
Kegiatan stimulasi deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang balita yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam
bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga
lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat)
dan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial) (Depkes, 2012,
hlm.1).
Melalui kegiatan SDIDTK kondisi terparah dari penyimpangan pertumbuhan
anak seperti gizi buruk dapat dicegah, karena sebelum anak jatuh dalam kondisi
gizi buruk, penyimpangan pertumbuhan yang terjadi pada anak dapat terdeteksi
melalui kegiatan SDIDTK. Selain mencegah terjadinya penyimpangan
pertumbuhan, kegiatan SDIDTK juga mencegah terjadinya penyimpangan
perkembangan dan penyimpangan mental emosional (Hermawan, 2011).
Menurut Depkes RI (2012) ada 3 jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya berupa deteksi dini
penyimpangan pertumbuhan, deteksi penyimpangan perkembangan dan deteksi
penyimpangan mental emosional.
Adapun jadwal kegiatan dan jenis skrining atau deteksi dini penyimpangan
Tabel.2.2. Jadwal dan Jenis Kegiatan Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Balita dan Anak Pra Sekolah (Depkes, 2012, hlm.40).
Umur Jenis Kegiatan Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan Perkembangan Mental Emosional
BB /TB LK KPSP TDD TDL KMME CHAT GPPH 0 bln √ √ 3 bln √ √ √ √ 6 bln √ √ √ √ 9 bln √ √ √ √ 12 bln √ √ √ √ 15 bln √ √ 18 bln √ √ √ √ √ 21 bln √ √ √ 24 bln √ √ √ √ √ 30 bln √ √ √ √ 36 bln √ √ √ √ √ √ √ 42 bln √ √ √ √ √ 48 bln √ √ √ √ √ √ 54 bln √ √ √ √ √ 60 bln √ √ √ √ √ √ 66 bln √ √ √ √ √ 72 bln √ √ √ √ √ √ Keterangan :
BB / TB : Berat Badan terhadap Tinggi Badan
LK : Lingkar Kepala
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
TDD : Tes Daya Dengar
TDL : Tes Daya Lihat
KMME : Kuesioner Masalah Mental Emosional
CHAT : Ceklist for Autism in Toddler
Jadwal dan jenis deteksi dini tumbuh kembang dapat berubah sewaktu-waktu
pada keadaan kasus rujukan, ada dicurigai anak mempunyai penyimpangan
pertumbuhan, dan jika ada keluhan anak mempunyai masalah tumbuh kembang.
1) Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui atau
menemukan status gizi kurang atau buruk dan mikro atau makrosefali. Jenis
kegiatan yang dilaksanakan meliputi pengukuran berat badan terhadap tinggi
badan (BB/TB) dan pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA) (Depkes, 2012,
hlm.41).
Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan dilakukan di semua tingkat
pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan sebagai berikut :
Tabel 2.3. Pelaksana dan alat yang digunakan dalam Deteksi Dini Penyimpangan
Pertumbuhan (Depkes, 2012, hlm.41).
Tingkat pelayanan Pelaksana Alat yang digunakan
Keluarga dan masyarakat
- orang tua - kader kesehatan
- petugas PAUD, BKB, TPA dan guru TK
- KMS - Timbangan Dacin Puskesmas - Dokter - Bidan - Perawat - Ahli Gizi - Peugas lainnya - Tabel BB/TB - Grafik LK - Timbangan
- Alat Ukur tinggi Badan
- Pita pengukur lingkar kepala
1.1.Pengukuran Tinggi badan terhadap tinggi badan
Tujuan pengukuran BB/ TB adalah untuk menemukan status gizi anak,
normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan
tenaga kesehatan terlatih. Pengukuran BB/TB pada anak prasekolah menggunakan
timbangan injak.
Cara penimbangannya yaitu:
1. Letakkan timbangan dilantai yang datar. Lihat posisi jarum atau angka harus
menunjukkan angka 0. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari, tidak
memakai jaket, alas kaki, topi, jam tangan, dan tidak memegang sesuatu.
2. Anak berdiri diatas timbangan tampa dipegangi.
3. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
(Depkes, 2012, hlm 42).
Cara pengukuran Tinggi badan yaitu :
1. Anak tidak memakai sandal atau sepatu saat diukur tinggi badannya,
kemudian anak berdiri tegak menghadap kedepan, punggung, pantat dan tumit
menempel pada tiang pengukur,
2. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
3. Baca angka pada batas tersebut (Depkes, 2012, hlm 42).
Penggunaan Tabel BB/ TB untuk menentukan status gizi anak yaitu dengan
amelakukan pengukuran tinggi badan anak sesuai cara diatas, lihat kolom tinggi
badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran, pilih kolom untuk beratbadan
berdasarkan jenis kelamin anak, cari berat badan yang terdekat dengan berat badan
anak. dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui
angka Standar Deviasi (SD) (Depkes, 2012, hlm 42).
1.2. Pengukuran Lingkar Kepala Anak
Tujuan pengukuran lingkar kepala anak adalah untuk mengetahui batas
lingkar kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal. Jadwal
dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar, umur 12-72 bulan,
pengukuran dilakukan setiap 6 bulan. pengukuran dan penilaian lingkar kepala
anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih (Depkes, 2012, hlm. 50).
Cara mengukur lingkar kepala yaitu alat pengukur lingkar kepala anak
mengenai dahi, menutupi alais mata, diatas diua telinga, dan bagian kepala yang
menonjol, tarik agak kencang. Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
Tanyakan tanggal lahir anak, hitung umur anak. Hasil pengukuran dicatat pada
grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis kelamin anak kemudian buat
garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang
(Depkes, 2012, hlm. 50).
Interpretasi hasil pengukuran yaitu bila ukuran lingkar kepala anak berada
didalam “jalur hijau” maka lingkar kepala anak normal. Bila ukuran lingkaran
kepala anak berada diluar “jalur hijau” maka lingkaran kepala anak tidak normal.
Lingkar kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu makrosepal bila berada
diatas “jalur hijau” dan mikrosefal bila berada di bawah “jalur hijau”. Intervensi
yang dilakukan bila detemukan makrosefal ataupun mikrosefal segera rujuk
2) Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, dan
gangguan daya dengar. Jenis kegiatan yang dilaksanakan meliputi skrining atau
pemeriksaan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Tes
Daya Lihat (TDL) dan Tes Daya Dengar ( TDD). Deteksi Dini Penyimpangan
Pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan (Depkes, 2012, hlm.52).
Tabel 2.4. Pelaksana dan alat yang digunakan dalam Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan (Depkes, 2012, hlm.52).
Tingkat pelayanan Pelaksana Alat yang digunakan
Keluarga dan masyarakat - orang tua - kader kesehatan, BKB, TPA Buku KIA
- Petugas PAUD terlatih - Guru TK terlatih - KPSP - TDL - TDD Puskesmas - Dokter - Bidan - Perawat - KPSP - TDL - TDD Keterangan:
Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu Dan Anak
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
TDL : Tes Daya Lihat
TDD : Tes Daya Dengar
BKB : Bina Keluarga Balita
TPA : Tempat Penitipan Anak
Pusat PAUD : Pusat Pendidikan Anak Usia Dini
2.1.Skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP
adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur
3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan. Skrining atau
pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PAUD
terlatih. alat atau instrumen yang digunakan adalah formulir KPSP menurut
umur, alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola tenis, bola besar dan
kubus (Depkes, 2012, hlm 52).
Cara penggunaan KPSP yaitu :
a. Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak harus dibawa.
b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir.
Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan jadi 1 bulan.
c. setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
d. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan yang dijawab oleh
ibu atau pengasuh anak, dan perintah kepada ibu atau pengasuh anak untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP . Tanyakan pertanyaan secara
berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau
Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir tersebut. Teliti kembali apakah
semua pertanyaan telah terjawab (Depkes, 2012, hlm 52).
Interpretasi hasil KPSP yaitu dengan menghitung jawaban YA, bila ibu
atau pengasuh anak menjawab :anak bisa atau pernah atau sering atau
kadang-kadang melakukan nya. sedangkan jawaban TIDAK, bila ibu atau pengasuh
pengsuh tidak tahu. Jumlah jawaban “Ya“ = 9 atau 10, perkembangan anak
sesuai dengan tahap perkembangan (S). Jumlah jawaban “Ya“ =7 atau 8,
perkembangan anak meragukan (M). Jumlah jawaban “Ya“ = 6 atau kurang,
kemungkinan ada penyimpangan (P). Untuk Jawaban TIDAK , perlu
diperincikan jumlah jawaban Tidak menurut jenis keterlambatan (gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian) (Depkes, 2012, hlm
53).
Intervensi hasil pemeriksaan KPSP yaitu bila perkembangan anak sesuai
umur (S) maka beri pujian pada ibu atau pengasuh, teruskan pola asuh anak
sesuai dengan tahap perkembangan anak, berikan stimulsi sesering mungkin,
sesuai dengan tahap perkembangan anak dan lakukan pemeriksaan atau skrining
rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak yang kurang dari 24 bulan
dan setiap 6 bulan untuk anak umur 24 sampai 72 bulan (Depkes, 2012, hlm
53).
Bila perkembangan anak meragukan meragukan (M), beri petunjuk pada
ibu untuk melakukan stimulasi perkembangan anak lebih sering lagi, ajari ibu
melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan atau mengejar ketertinggalannya. Lakukan pemeriksan
kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan perkembangan anak. lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu
kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
Jika hasil KPSP ulang “Ya“ tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada
penyimpangan (P) (Depkes, 2012, hlm 53).
Bila tahap perkembangan terjadi penyimpangan (P), maka rujuk ke rumah
kasar, gerakan halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian) (Depkes,
2012, hlm 53).
Tabel 2.5 KPSP Pada Anak Umur 60 Bulan (Depkes, 2012, hlm. 67). 1. Isilah titik dibawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali mengulang pertanyaan.
“Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?”……….. “Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”……….. “Apa yang kamu lakukakn jika kamu lelah?”………
Jawab “Ya” bila anak menjawab 3 pertanyaan dengan benar, bukan dengan gerakan atau isyarat. Jika dingin jawaban yang benar adalah “menggigil”, “pakai mantel”, atau “masuk kedalam rumah” Jika lapar jawaban yang benar adalah “makan”
Jika lelah jawaban yang benar adalah “mengantuk”, “tidur”, “berbaring atau tidur-tiduran”, “istirahat” atau “diam sejenak”
Bicara & bahasa
Ya Tidak
2. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka? Sosialisasi & kemandirian
Ya Tidak 3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan, jika perlu tunjukan caranya, dan beri anak kesempatan
melakukannya 3 kali. Dapatkah anak mempertahanakn keseimbangannya selama 6 detik atau lebih ?
Gerak kasar Ya Tidak 4. Jangan mengoreksi atau membantu anak. jangan mennyebut “lebih panjang”. Perhatikan dua garis ini pada
anak.
Tanyakan : “mana garis yang panjang” Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang,
setelah anak menunjuk putar lembar ini dan ulangi pertanyaan tersebut. Setelah anak menunjuk putar lagi dan ulangi pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis sebanyak 3 kali dengan benar?
Gerak halus Ya Tidak
5. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini dikertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan .
Apakah anak dapat mendapat menggambar seperti contoh ini
Jawaban : Ya
Jawaban : Tidak
Gerak halus Ya Tidak
6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat memberi perintah berikut ini:
“Letakkan kertas di atas lantai” “ Letakkan kertas ini di bawah kursi” “Letakkan kertas ini di depan kamu” “Letakkan kertas ini dibelakang kamu”
Jawaban Ya hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “dibawah”, “didepan”, dan “dibelakang”.
Bicara & bahasa
Ya Tidak
7. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau menggelayut pada anda) pada saat anda meninggalkannya
Sosialisasi & kemandirian
Ya Tidak 8. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan katakan pada anak:
“Tunjuk segi empat merah” “ Tunjuk segi empat kuning” “Tunjuk segi empat biru” “Tunjuk segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat gambar tersebut dengan benar?
Bicara & bahasa
Ya Tidak
9. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai).
Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?
Gerak kasar Ya Tidak
10. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan? Sosialisasi & kemandirian
Tabel 2.6 KPSP Pada anak umur 66 Bulan (Depkes, 2012, hlm. 68).
1. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak
menggambar seperti contoh ini dikertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan Apakah anak dapat mendapat menggambar seperti contoh ini
Jawaban : Ya
Jawaban : Tidak
Gerakan halus Ya Tidak
2. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat memberi perintah berikut ini:
“Letakkan kertas di atas lantai” “ Letakkan kertas ini di bawah kursi” “Letakkan kertas ini di depan kamu” “Letakkan kertas ini dibelakang kamu”
Jawaban Ya hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “dibawah”, “didepan”, dan “dibelakang”.
Bicara & Bahasa
Ya Tidak
3. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau menggelayut pada anda) pada saat anda meninggalkannya
Sosialisasi & Kemandirian
Ya Tidak 4. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan katakan pada anak:
“Tunjuk segi empat merah” “ Tunjuk segi empat kuning” “Tunjuk segi empat biru” “Tunjuk segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat gambar tersebut dengan benar?
Bicara & Bahasa
Ya Tidak
5. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai).
Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?
Gerak kasar Ya Tidak
6. dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan? Ya Tidak 7. Suruh anak menggambar ditempat kosong yang tersedia. Katakan kepadanya : “Buatlah
gambar orang”.
Jangan memberi perintah lebih dari itu. jangan bertanya atau mengingatkan anak bila ada bagian yang belum tergambar. Dalam memberi nilai, hitunglah berapa bagian tubuh yang tergambar,. Untuk bagian tubuh yang berpasangan seperti mata, telinga, tangan dan kai dinilai satu bagian. dapatkah anak sedikitnya menggambar 3 bagian tubuh?
Gerak halus Ya Tidak
8. Pada gambar orang ayang dibuat pada nomor 7, dapatkah anak setidaknya menggambar sedikitnya 6 bagian tubuh ?
Gerak Halus Ya Tidak 9. Tulis apa yang dikatakan anak pada kalimat-kalimat yang belum selesai ini, jangan
membantu kecuali mengulang pertanyaan:
“ Jika kuda besar maka tikus………..” “Jika api panas maka es………..” “ Jika ibu seorang wanita maka ayah seorang …………”
Apakah anak menjawab dengan benar (tikus kecil, es dingin, ayah seorang pria)?
Bicara & bahasa Ya Tidak
10. Apakah anak anda dapat menangkap bola kecil sebesar bola tenis atau bola kasti hanya dengan menggunakan kedua tangannya?
(bola besar tidak ikut dinilai)”
Tabel 2.7 KPSP Pada Anak Umur 72 Bulan (Depkes, 2012, hlm. 69). 1. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan katakan pada anak:
“Tunjuk segi empat merah” “ Tunjuk segi empat kuning” “Tunjuk segi empat biru” “Tunjuk segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat gambar tersebut dengan benar?
Bicara & Bahasa Ya Tidak
2. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai).
Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?
Gerak kasar Ya Tidak
3. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan? Sosialisasi & kemandirian
Ya Tidak 4. Suruh anak menggambar ditempat kosong yang tersedia. Katakan kepadanya : “Buatlah
gambar orang”.
Jangan memberi perintah lebih dari itu. jangan bertanya atau mengingatkan anak bila ada bagian yang belum tergambar. Dalam memberi nilai, hitunglah berapa bagian tubuh yang tergambar. Untuk bagian tubuh yang berpasangan seperti mata, telinga, tangan dan kaki dinilai satu bagian. dapatkah anak sedikitnya menggambar 3 bagian tubuh?
Gerak halus Ya Tidak
5. Pada gambar orang ayang dibuat pada nomor 7, dapatkah anak setidaknya menggambar sedikitnya 6 bagian tubuh ?
Gerak halus Ya Tidak 6. Tulis apa yang dikatakan anak pada kalimat-kalimat yang belum selesai ini, jangan membantu
kecuali mengulang pertanyaan:
“ Jika kuda besar maka tikus………..” “Jika api panas maka es………..” “ Jika ibu seorang wanita maka ayah seorang …………”
Apakah anak menjawab dengan benar (tikus kecil, es dingin, ayah seorang pria)?
Sosialisasi & kemandirian
Ya Tidak
7. Apakah anak anda dapat menangkap bola kecil sebesar bola tenis atau bola kasti hanya dengan menggunakan kedua tangannya?
(bola besar tidak ikut dinilai)”
Gerak kasar Ya Tidak
8. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan, jika perlu tunjukan caranya, dan beri anak kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah anak mempertahanakn keseimbangannya selama 11 detik atau lebih ?
Gerak kasar Ya Tidak
9. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan.
Apakah anak menggambar seperti contoh ini?
Jawaban : “ YA” Jawaban : “ Tidak”
Gerak halus Ya Tidak
10. Isilah titik dibawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali mengulang pertanyaan samapi 3 kali bila anak menanyakan.
“Sendok dibuat dari apa?”………. “Sepatu dibuat dari apa?”……….. “Pintu dibuat dari apa?” ……… Apakah anak dapat menjawab 3 pertanyaan tersebut dengan benar? Sendok dibuat dari besi , baja, plastik, kayu.
Sepatu dibuat dari kulit, karet, kain, plastik, kayu. Pintu dibuat dari kayu, besi, kaca
2.2 Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak
dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya
dengar dan bicara anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur
kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih.
Alat yang diperlukan adalah instrumen TDD menurut umur anak, gambar
binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia, mainan (boneka, kubus, sendok,
cangkir, bola) (Depkes, 2012. hlm. 70).
Cara melakukan TDD :
a. Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan.
b. Pilih daftar pertanaan TDD yang sesuai denga umur anak.
c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan semua pertanyaan dijabab oleh orang
tua atau pengasuh anak. Bacakan pertanyaan dengan lambat dan jelaskan,
tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh anak. jawaban YA jika menurut
orang tua atau pengasuh, anak dapat melakukannya adlam sebulan terakhir.
Jawaban TIDAK jika menurut orang tua atau pengasuh anak tidak dapt
melakukannya dalam sebulan terakhir.
d. Pada anak umur 24 bulan atau lebih, pertanyaan-pertanyaan berupa perintah
melalui orang tua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh anak. Amati
kemampuan anak dalam melakukan perintah orang tua atau pengasuh.
Jawaban YA jika ank dapat melakukan perintah orang tua atau pengasuh.
Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah
Interpretasi yaitu hasil pemeriksaan TDD yaitu bila ada satu atau lebih
jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran.
Intervensinya dengan melakukan tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman
atau rujuk bila tidak dapat diatanggulangi (Depkes, 2012. hlm. 70).
Tabel 2.8 Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur Anak UMUR LEBIH DARI 3 TAHUN
1. Perhatikan benda-benda disekeliling anak seperti sendok, cangkir, bola, bunga dan sebagainya. Suruh anak
menyebutkan nam benda tersebut. Apakah anak dapat menyebut nama benda-benda tersebut dengan benar?
Ya Tidak
2. Suruh anak duduk, anda duduk dalam jarak 3 meter didepan anak. suruh naka mengulangi angka-angka yang telah anda ucapkan : “Empat, “satu”, “delapan”, atau meniru dengan jari tangannya. kemudian tutup mulut anda dengan
buk/kertas, ucap empat angka yang berlainan. Apakah anak dapat mengulangi atau meniru ucapan anda dengan
menggunakan jati tangannya? ( anda dapat mengulanginya dengan suara yang lebih keras
Ya Tidak
2.3 Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya
lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat
dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan.
Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas terlatih. Alat atau
sarana yang diperlukan yaitu dua buah kursi, poster E atau snellen chart (Depkes,
Cara melakukan tes daya lihat :
a. Pilih ruangan yang bersih dan nyaman
b. Gantung poster E atau snellen chart setinggi mata anak pada posisi duduk
c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster E atau snellen chart,
menghadap ke poster E atau snellen chart .
d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster E atau snellen chart untuk
pemeriksa.
e. Pemeriksa memberikan kartu E pada anak, latih anak dalam mengarahkan
kartu E yang ada ditangannya mengahadap atas, bawah, kanan, kiri, sesuai
petunjuk pada poster E atau snellen chart. lakukan hal ini dengan benar sampai
anak dapat mengarah kan kartu E dengan benar.
f. Selanjutnya anak diminta menutup mata dengan kertas atau buku, dengan alat
penunjuk, tunjuk huruf E pada poster E atau snellen chart, satu persatu, mulai
baris pertama sampai baris keempat atau baris E terecil yang masih dapat
dilihat. Puji anak setiap kali dapat mencocokkan kartu E yang ada di
tangannya dengan yang ada di poster E atau snellen chart. Ulangi pemeriksaan
tersebut pada mata yang belum diperiksa dengan cara yang sama.
g. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah
tersediakan: Mata kanan :………. Mata kiri:………
Interpretasi hasil pemeriksaan TDL yaitu bila kedua mata anak tidak dapat
melihat baris ketiga poster E atau snellen chart, artinya anak tidak dapat
mencocokkan arah kartu E yang dipegangnya dengan yang ada pada poster E
atau snellen chart pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa. kemungkinan
anak mengalami gengguan daya lihat. Intervensi yang dilakukan bila
lagi untuk pemeriksaan ulang, bila pada peameriksaan berikutnya anak tidak
dapat melihat sampai baris yang sama maka rujuk kerumah sakit dengan
menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya)
(Depkes, 2012, hlm 70).
3) Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional Pada Anak Prasekolah
Deteksi Dini Penyimpangan mental Emosional adalah kegiatan atau
Pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional,
autisme gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat
segera dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional
terlambat diketahui , maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Jenis kegiatan yang dilaksanakan
meliputi : Deteksi dini masalah mental emosional pada anak prasekolah
menggunakan Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME), deteksi dini
autis pada anak prasekolah menggunakan ceklist for Autism in Todlers (CHAT)
dan deteksi dini gangguan pemusatan parhatian dan Hiperaktivitas pada anak pra
sekolah menggunakan kuesioner Gangguan Pemusatan Perhatian Dan
Hiperaktivitas (GPPH) (Depkes, 2012, hlm.74).
a) Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Pada Anak Prasekolah
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau
masalah mentah pada anak pra sekolah. Jadwal deteksi dini masalah mental
emosional rutin dilakukan setiap 6 bulan pada anak umur 36 bulan sampai 72
bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining atau pemeriksaan perkembangan
anak. Alat yang digunakan adalah KMME (Kuesioner Masalah Mental
Emosional) yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali masalah mental
emosional umur 36 bulan-72 bulan. (Depkes, 2012, hlm.74).
Cara melakukan Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Pada Anak yaitu
tanyakan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu prilaku yang tertulis
pada KMME pada orang tua atau pengsuh anak. Catat jawaban YA kemudian
Interpretasi hasil pemeriksaan KMEE yaitu apabila ada jawaban YA, maka
kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional. Intervensi yang
dilakukan bila ada jawaban YA hanya 1 (satu), maka lakukan konseling pada ibu
dan lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila anak tidak ada perubahan maka rujuk
kerumah sakit. bila Jawaban YA ditemukan 2 atau lebih maka rujuk anak
kerumah sakit yang memiliki fasilitas tumbuh kembang atau kejiwaan. Rujukan
harus disertai informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang
Tabel 2.9 Kuesioner Masalah Mental Emosional
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anak anda sering terlihat marah tanpa sebab yang jelas ?
(seperti banyak menangis, mudah tersinggung, atau bereaksi berlebihan terhadap hal-hal yang sudah biasa dihadapinya)
2. Apakah anak anda tampak mengindar dari teman-temanya atau anggota keluarganya? (seperti ingin merasa sendirian, menyendiri atau metrasa sedih sepanjang waktu, kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasa dinikmatinya)
3. Apakah anak anda terlihat berprilaku merusak an menentang terhadap lingkungn sekitarnya?
Seperti melanggar peraturan yang ada, mencuri, seringkali melakukan perbuatan yang berbahaya bagi dirinya, atau menyiksa binatang atau anak –anak lainya)
Dan tampak tidak peduli terhadap nasihat-nasihat yang sudah diberikan kepadanya? 4. Apakah anak anda memperlihatkan adanya rasa ketakutan atau kecemasan yang
berlebihan yang tidak dapat dijelaskan asalnya dan tidak sebnding dengan anak lain yang seusianya?
5. Apakah anak anda mengalami keterbatasan oleh karena adanya konsentrasi yang buruk atau muah teralihkan perhatiannya. sehingga mengalami penurunan dalam aktivitas sehari-hari atau prestasi belajarnya?
6. Apakah anak anda menunjukkan prilaku kebingungan sehingga mengalami kesulitan dalam komunikasi dan membuat keputusan?
7. Apakah anak anda menunjukan perubahan pola tidur ? (seperti sulit tidur sepanjang waktu, terjaga sepanjang hari, sering terbangun saat tidur malam oleh karena mimpi buruk, mengigau).
8. Apakah anak anda mengalami perubangan pola makan? (seperti ekhilangan nafsu makan, makan berlebihan atau tidak mau makan sama sekali)
9. Apakah anak anda seringkali mengeluh sakit kepala, sakit perut, atau keluhan-keluhan fisik lainnya?
10. Apakah anak anda sering mengeluh sering putus asa atau berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya?
11. Apakah anak anda menunjukkan adanya kemunduran prilaku atau kemampuan yang dimilikanya? (seperti ngompol kembali, menghisap jempol, atau tidak mau berpisah dengan orang tua atau pengasuhnya
12. Apakah anak anda melakukan perbuatan yang berulang-ulang tanpa alasan yang jelas?
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak
umur 18-36 bulan. Jadwal deteksi dini autis pada anak prasekolah dilakukan atas
indikasi atau bila ada keluhan dari ibu atau pengasuh atau ada kecurigaan tenaga
kesehatan , kader, BKB, petugas PAUD , Pengelola TPA, dan guru TK. Keluhan
tersebut dapat berupa keterlambatan berbicara, gangguan komunikasi atau
interaksi sosial, prilaku yang berulang-ulang. Alat yang digunakan adalah CHAT
(checklist for Autim in Toddlers). Dalam CHAT ada 2 jenis pertanyaan yaitu : 9
pertanyaan yang ditanyakan pada orang tua atau pengasuh anak, dan 5 perintah
bagi anak untuk menjelaskan tugas yang tertulis pada CHAT. Bila setelah
diperiksa anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan
perkembangan, rujuk kerumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau
tumbuh kembang anak (Depkes, 2012, hlm.76).
c) Deteksi Dini Gangguan Pemusatan perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Pada
Anak Prasekolah
Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini adanya gangguan
pemusatan perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak 36 bulan keatas.
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila
ada keluhan dari ibu atau pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan ,
kader, BKB, petugas PAUD, Pengelola TPA, dan guru TK, keluhannya dapat
berupa anak tidak bisa duduk tenang, anak selalu bergerak atnpa tujuan dan tidak
mengenal lelah, perubahan suasana hati yang mendadak atau impulsive (Depkes,
2012, hlm.78).
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini gangguan pemusatan
ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak atauguru TK dan pertanyaan
yang perlu pengamatan pemeriksa.
Cara menggunakan Formulir deteksi dini GPPH yaitu:
a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, stu persatu prilaku
yang tertulis pada formulir GPPH
b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi dini GPPH.
c. Keadaan yang ditanyakan atau diamati ada pada anak dimanapun anak
berada, misal ketika dirumah, disekolah, pasar, toko, dll) setiap saat dan
ketika anak dengan siapa saja.
d. Catat jawaban dan hasil pengamatan prilaku anak selama dilakukan
pemeriksaaan.
Interpretasi hasil pemeriksaan GPPH yaitu dengan memberi nilai
masing-masing jawaban sesuai dengan bobot nilai, nilai 0 bila keadaan tersebut tidak
ditemukan pada anak, nilai 1 bila keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan
pada anak, nilai 2 jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak. nilai 3 bila
keadaan tersebut selalu ada pada anak. Bila nilai total 13 atau lebih,
kemungkinan anak dengan GPPH. Intervensi yang dilakukan jika jumlah nilai
terbesar anak berkemungkinan dengan GPPH perlu dirujuk kerumah sakit yang
memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak untuk konsultasi
Tabel 2.10 Formulir Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktif (GPPH)(Abbreviated Conner Ratting Scale)
NO. KEGIATAN YANG DIAMATI 0 1 2 3
1. Tidak kenal lelah atau aktifitas yang berlebihan
2. Mudah menjadi gembira atau impulsive
3. Mengganggu anak-anak lain
4. Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai, rentang perhatian pendek
5. Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara terus menerus
6. Kurang perhatian, mudah teralihkan
7. Permintaannya harus segera terpenuhi, mudah menjadi frustasi
8. Sering dan mudah menangis
9. Suasana hatinya mudah berubah dengan cepatdan drastic 10. Ledakan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga
Jumlah
Nilai total :
3. Intervensi Dan Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
Depkes (2012), menyatakan tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan
adalah anak adalah untuk mengoreksi, memperbaiki, dan mengatasi masalah atau
penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai dengan potensinya, waktu yang paling tepat untuk melakukan
intervensi dan rujukan penyimpangan perkembangan anak adalah sesegera mungkin
ketika usia anak masih dibawah lima tahun.
a. Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan
Intervensi dini penyimpangan perkembangan dalah tindakan tertentu pada
lebih kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar, gerak hamus, bicara dan
bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian anak (Depkes, 2012, hlm.80).
Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah
yang dilakukan secara intensif di rumah selama dua minggu, yang diikuti dengan
evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan. Intervensi perkembangan anak
dilakukan atas indikasi, yaitu:
1. Perkembangan anak meragukan (M) artinya kemampuan anak tidak sesui
dengan yang seharusnya dimiliki anak, yaitu bila pada umur skrining 3,6,9,
12,15,18 bulan dan seterusnya, pemeriksaan KPSP jawaban “YA”= 7 atau 8.
Contoh tindakan intervensi yang dilakukan pada anak prasekolah misalnya
seorang anak umur 42 bulan belum bisa menggambar “lingkaran”, maka
tindakan intervensi yang dilakukan adalah membantu anak memegang pensil
dengan benar, ajak anak melihat dan memperhatikan cara menggambar
“lingkaran”. Beri kesempatan anak untuk meniru menggambar “lingkaran”
berulang-ulang. Pujilah anak bisa menggambar “lingkaran” (Depkes, 2012,
hlm.81).
2. Bila seorang anak mempunyai masalah atau penyimpangan perkembangan,
sedangkan umur anak saat itu bukan pada jadwal umur skrining, maka lakukan
intervensi perkembangan sesuai dengan masalah yang ada.
Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar 3-4 jam,
selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi
dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel maka intervensi diberhentikan
dahulu, dan dilanjutkan bila anak sudah dapat diintervensi lagi (Depkes, 2012,
Setelah orang tua dan keluarga telah melakukan intervensi perkembangan
secara intensif selama dua minggu, maka anak perlu dievaluasi apakah ada
kemajuan atau perkembangan atau tidak (Depkes, 2012, hlm.82).
a. Rujukan dini penyimpangan perkembangan anak
Menurut Depkes RI (2012), Rujukan diperlukan jika masalah atau
penyimpangan perkembangan anak tidak dapat ditangani meskipun sudah
dilakukan tindakan intervensi dini. Rujukan penyimpangan tumbuh kembang
dilakukan secara berjenjang, sebagai berikut :
1. Tingkat keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya, dan kader)
dianjurkan untuk membawa anaknya ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan
jaringan atau Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan
pemantauan tumbuh kembang buku KIA (Depkes, 2012, hlm.83).
2. Tingkat Puskesmas dan jaringannya
Pada rujukan dini bidan dan perawat di Posyandu, Polindes, Pustu,
termasuk Puskeling melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku pedoman. Bila
kasus penyimpangan tersebut ternyata memerlukan penanganan lanjut, maka
dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas (dokter, bidan, perawat,
nutrisionis, dan tenaga kesehatan yang terlatih lainnya) (Depkes, 2012,
hlm.83).
3. Tingkat Rumah Sakit Rujukan
Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat ditangani di tingkat Puskesmas
atau memerlukan tindakan yang khusus maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit
kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta laboraturium atau
pemeriksaan penunjang diagnostik. Rumah Sakit Provinsi sebagai tempat
rujukan skunder diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak yang
didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata,
THT, rehabilitasi medik, ahli terapi (fisioterapi, terapis bicara, dan sebagainya)
ahli gizi dan psikolog (Depkes, 2012, hlm.83). C. Dasar Penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian dilakukan oleh dewi maritalia
(2009) tentang analisis pelaksanaan program Simulasi, deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang (SDIDTK) balita dan anak prasekolah di puskesmas kota semarang
tahun 2009.Adapun perbedaan penelitian perbedaan penelitian ini dengan penelitian
yang dilakukan dewi adalah penelitian ini bertujuan mengidentifikasi status
pertumbuhandan perkembangan, masalah mental emosional, dan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktif pada anak prasekolah berdasarkan pelaksanaan
SDIDTK di TK Wilayah Kerja Puskesmas Rantang. Sedangkan penelitian lain
bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan program SDIDTK balita dan anak pra
sekolah di Puskesmas Kota Semarang.
Penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional..
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak prasekolah umur 5-6 tahunyang ada
diwilayah Kerja Puskesmas Rantang sebanyak 65 orang menggunakan teknik total
sampling . adapun variabel yang diteliti adalah pertubuhan anak prasekolah yang
meliputi berat badan, Tinggi badan, dan lingkar kepala. Aspek perkembangan dinilai
mengguanakan KPSP berdasaran umur, Aspek Masalah mental emosional
menggunakan Kuesionee masalah mental emosional (KMME), Aspek gangguan
Penelitian yang sama dilakukan oleh Patemah, dkk (2013) Faktor Determinan
Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
oleh Kader di Wilayah Puskesmas di Kota Malang. adapun perbedaan penelitian
terdapat pada Tujuan penelitian, tempat penelitian, jumlah populasi dan sampel,
teknik pengambilan sampel, cara pengumpulan data, variabel penelitian, dan desain
penelitian. Variabel bebas dalam penelitian Patemah adalah karakteristik kader
(umur, pendidikan, pekerjaan, lama menjadi kader), pengetahuan, sikap, fasilitas dan
sarana prasarana, dukungan masyarakat,dukungan bidan,dan pelatihan. Variabel
terikat adalah pelaksanaan SDIDTK sedangkan variabel dalam penelitian ini deteksi
dini tumbuh kembang anak prasekolah yang merupakan salah satu kegiatan dari
pelaksanaan SDIDTK dan variabel bebasnya adalah Deteksi dini penyimpangan
pertumbuhan, deteksi dini penyimpangan perkembangan, deteksi dini masalah
mental emosional, deteksi gangguan pemusatan perhatian.