1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fenomena ekonomi dunia yang ada sekarang ini membuat banyak negara, termasuk Indonesia, dituntut untuk mengikuti kecenderungan arus globalisasi yang mengarah pada penduniaan dalam arti “peringkasan atau “perapatan” dunia
(compression of the world)di bidang ekonomi. Seiring dengan itu, globalisasi ekonomi akhir-akhir ini semakin dikembangkan pula oleh prinsip liberalisasi perdagangan (trade liberalization) atau perdagangan bebas (free trade) lainnya telah mempengaruhi hukum setiap negara, terutama pada negara-negara yang terlibat dalam perdagangan bebas tersebut. Boleh dikatakan bahwa arus globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas yang terjadi sekarang ini sangat sulit
untuk ditolak kehadirannya dan harus diikuti.4
Implikasi globalisasi ekonomi terhadap hukum tidak bisa dihindarkan. Pranata hukum suatu negara “tidak bisa tidak” harus mengikuti arus globalisasi ekonomi, dalam arti, substansi menyebar melewati batas-batas negara (cross-border). Sehingga tepatlah pandangan Lawrence M. Friedman, yang mengatakan bahwa hukum itu tidak bersifat otonom, tetapi sebaliknya hukum bersifat terbuka
setiap waktu terhadap pengaruh luar.5
Keadaan investasi di Indonesia sekarang ini menurun tajam dibandingkan dengan masa sebelumnya. Penurunan investasi tidak terlepas dari keadaan hukum
4
Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi 1 (Bandung:Books Terrace & library, 2009), hlm 28
5
dan peraturan perudang-undangan yang belum kondusif untuk mendukung jalannya investasi tersebut. Keadaan yang demikian akan dapat menghambat niat investor dalam dan luar negeri untuk segera berinvestasi di Indonesia. Untuk itu, perlu pembenahan undang-undang di bidang investasi karena hal itu menjadi
prasyarat bagi meningkatnya kegiatan investasi di Indonesia.6
Kesejahteraan masyarakat merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi oleh negara dimana kesejahteraan tersebut harus tersirat secara langsung dalam norma dan prinsip dari negara itu sendiri. Negara Indonesia merupakan sebuah negara
berkembang yang masih membutuhkan beberapa alternatif untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas terterntu. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dibangun sebagai suatu wilayah dimana berbagai jenis industri dapat dibangun, tumbuh, dan berkembang.KEK berperan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang menggerakkan sebuah wilayah, dan bahkan bisa berpengaruh secara nasional.Selain itu, KEK juga biasanya menjadi wilayah yang menyerap cukup banyak tenaga kerja. Karena sebagai wilayah yang penting untuk pertumbuhan ekonomi, maka KEK merupakan magnet tersendiri bagi investor, khususnya mereka yang ingin berinvestasi di daerah yang sedang berkembang. Bahkan pada rentang tertentu, KEK mampu meningkatkan perkembangan infrastruktur Indonesia.
KEK dapat memberikan solusi bagi pengembangan dan peningkatan industri sehingga mampu meningkatkan ekspor nasional. Selain itu, kawasan ini juga sangat penting untuk peningkatan ekonomi daerah.
6
Apabila dilihat dari sisi perdagangan, KEK dapat menjadi pusat industri hilir untuk hinterland dalam skala besar karena lokasinya yang strategis. Artinya, ia dapat menjadi pusat pengolahan bahan baku baik di tingkat nasional maupun internasional.
Dalam paket kebijakan ekonomi VI yang diumumkan awal November lalu, pemerintah rencananya akan memudahkan sejumlah insentif berupa fasilitas khusus untuk KEK. Ini adalah salah satu fokus dari paket kebijakan ekonomi. Di antaranya adalah fasilitas kemudahan izin usaha dan insentif pajak berupa tax
holiday, tax allowence, serta pembebasan PPh.7
Pada dasarnya KEK adalah kawasan industri khusus. KEK sebagai kawasan industri, tidak berbeda dengan kawasan industri yang telah ada, yaitu berisi sekumpulan perusahaan yang relatif sejenis. Sehingga dalam konteks ini, KEK tidak berbeda dengan kawasan industri tradisional, kawasan berikat, kawasan ekonomi terpadu, kawasan industri estate, Free Economic Zones, Free Trade Zones, Enterprise Free Zones, Enterprise Trade Zones, Export Processing Zones, Free Ports, Foreign Trade Zones, New Export Distribution Centers; dan Regional Foreign Trade Zones. Walaupun dibeberapa negara seperti India, kawasan industrinya kemudian dikonversi menjadi kawasan ekonomi khusus
(KEK) atau special economic zone (SEZ) setelah adanya UU tentang KEK.8
7
Swaonline, Tom Lembong: Ini Manfaat Kawasan Ekonomi Khusus,
http://swa.co.id/swa/trends/management/tom-lembong-ini-manfaat-kawasan-ekonomi-khusus, diunggah pada 30 November 2015, (diakses pada hari rabu tanggal 12 April 2017)
8
Joubert Barens Maramis, Sejarah, definisi, Keuntungan dan Kelemahan KEK, http://joubertbmaramis.blogspot.co.id/2013/02/sejarah-defenisi-keuntungan-dan.html, diupload pada tanggal 13 Februari 2013 (diakses pada hari selasa tanggal 28 Februari 2017)
Aspek khusus disini karena KEK diberikan fasilitas kemudahan, insentif dan infrastruktur yang relatif lebih lengkap (kepabeanan (custom and excise), perpajakan, perijinan (licensing) one stop service, keimigrasian serta ketenagakerjaan). Disamping itu di dalam UU RI No 39/2009, tentang KEK, ditambah dengan batas-batas yang jelas (batas buatan misalnya : pagar atau batas alamiah seperti sungai atau pegunungan atau laut).
Defenisi ini sama dengan defenisi menurut Kementerian Perindustrian, KEK (special economic zone / SEZ) adalah kawasan industri yang diberikan fasilitas kemudahan dan insentif serta infrastruktur yang memadai. Atau KEKI (Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia) adalah kawasan tertentu yang didalamnya diberlakukan ketentuan khusus di bidang: kepabeanan (custom and excise), perpajakan, perijinan (licensing) one stop service, keimigrasian serta ketenagakerjaan. KEKI adalah suatu kawasan khusus yang memperoleh
perlakukan berbeda dari daerah lain.9
KEK adalah kawasan-kawasan yang memiliki keunggulan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, import serta kegiatan ekonomi lainnya yang memiliki nilai ekonomi dan value added yang tinggi. Departemen Perindustrian, kawasan industri khusus (KIK) didefenisikan sebagai pembangunan sarana baru yang diperuntukan untuk industri tertentu (sesuai dengan keunggulan daerah) yang mempu untuk industri tertentu (sesuai dengan keunggulan daerah) yang mampu menyediakan infrastruktur untuk membantu pengembangan dan operasional industri termasuk perumahan bagi para pekerjanya dengan segala
9
Joubert Barens Maramis, Sejarah, definisi, Keuntungan dan Kelemahan KEK, http://joubertbmaramis.blogspot.co.id/2013/02/sejarah-defenisi-keuntungan-dan.html, diupload pada tanggal 13 Februari 2013 (diakses pada hari selasa tanggal 28 Februari 2017)
fasilitas pendukungnya (sekolah, universitas, akademi, rumah sakit, tempat beribadah, termasuk sarana / tempat komersial yang mendorong tumbuhnya
industri baru (convention centre, exhibition center, tempat pameran dll).10
KEK dengan fungsi perekonomian, mengandung makna bahwa pembentukan KEK haruslah mempertimbangkan keunggulan pada aspek sumber-sumber daya ekonomi dan lokasi yang strategis dalam konteks perekonomian nasional dan global. Artinya keberadaan KEK haruslah menjadi basis perdagangan Internasional bagi daerah yang akan dibentuk KEK. Dengan harapan KEK dapat memicu terjadinya percepatan ekonomi diwilayah /daerah dimana KEK berada secara khusus dan memicu terjadinya percepatan ekonomi secara nasional. Untuk itu pada UU 39/2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus, pasal 2, dikatakan bahwa KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.
Dengan pertimbangan tersebut, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memfokuskan diri untuk mendorong pertumbuhan investasi melalui layanan investasi di kawasan KEK.Hasilnya, integrasi perizinan KEK merupakan langkah BKPM yang selanjutnya setelah integrasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu pusat dan daerah.Dengan menginisiasi integrasi perizinan KEK, BKPM selangkah lebih maju untuk memudahkan investasi di Indonesia.
10
Joubert Barens Maramis, Sejarah, definisi, Keuntungan dan Kelemahan KEK, http://joubertbmaramis.blogspot.co.id/2013/02/sejarah-defenisi-keuntungan-dan.html, diupload pada tanggal 13 Februari 2013 (diakses pada hari selasa tanggal 28 Februari 2017)
Selama ini, BKPM merasa bahwa kebijakan dan peraturan-peraturan di KEK sering kali tidak mendukung investasi, tapi malah menghambatnya.Sebut saja pengurusan izin-izin pembangunan industri yang harus dipenuhi investor sebelum mulai untuk membangun konstruksi pabrik ataupun infrastruktur produksi.Banyak dari izin tersebut yang membutuhkan waktu hingga bulanan atau tahunan agar dapat terselesaikan.
Dengan adanya kemudahan tersebut, diharapkan masalah perizinan yang berlarut-larut untuk KEK tersebut bisa dihilangkan dalam memulai investasi.Jika dulu sebelum memulai konstruksi investor harus memenuhi seluruh perizinan, kini cukup dengan izin prinsip saja terlebih dahulu, maka investor sudah bisa membangun pabriknya. Izin lain bisa dilengkapi sembari proses konstruksi berjalan. Contoh paling mudah adalah soal perizinan AMDAL. Di KEK, logikanya seluruh kawasan sudah diuji AMDAL sebelumnya, jadi untuk mendapatkan izin tersebut, tidak perlu menunggu diuji dulu. Berbeda dengan wilayah KEK yang kondisi lingkungannya berbeda-beda, di wilayah non-KEK AMDAL harus keluar dahulu sebelum memulai konstruksi.
Selain kemudahan perizinan, pada bulan Juni 2016 beberapa waktu lalu, pemerintah mengadakan sosialisasi terkait fokus mereka pada KEK untuk meningkatkan investasi melalui kemudahan di bidang perpajakan, kepabeanan, dan cukai. Bukan cuma itu saja, pemerintah juga memberikan jaminan mengenai ketersediaan tenaga kerja. Kemudian kemudahan dalam proses keimigrasian, pertanahan, serta perizinan dan nonperizinan. Hingga saat ini, terdapat 9 KEK yang telah disetujui oleh pemerintah untuk dapat memberikan kemudahan kepada
para investor. Kesembilan KEK tersebut yaitu: KEK Tanjung Kelayang, KEK Tanjung Lesung, KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan, KEK Sei Mangkei, KEK Mandalika, KEK Morotai, KEK Bitung, KEK Tanjung Api-Api, dan KEK Palu.
Di dalam kawasan KEK tersebut investor bisa mendapatkan kemudahan perizinan yang ditawarkan pemerintah. Jika seandainya para investor mendapatkan masalah saat hendak melakukan penanaman modal di Indonesia, ada fasilitas terbaru dari pemerintah untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Disebut sebagai Help Desk, terobosan baru dari Dewan KEK ini akan membantu investor mengatasi masalah mereka, dan memfasilitasi agar mereka mendapatkan kemudahan sebagaimana yang telah dijanjikan oleh pemerintah jika mereka berinvestasi di dalam wilayah KEK.
Terakhir, untuk mendukung fokus pemerintah dalam meningkatkan penanaman modal di wilayah KEK ini, BKPM juga telah menjanjikan pelayanan super cepat hanya dalam waktu 3 jam saja untuk para investor KEK. Lewat pelayanan 3 jam ini, investor akan mendapatkan kepastian untuk bisa memulai usaha, kepastian mendapatkan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan mereka, serta kepastian untuk mendapat kemudahan impor mesin produksi. Bahkan jika dibutuhkan, BKPM menyediakan informasi ketersediaan lahan bagi para investor secara akurat. Dengan berbagai upaya tersebut, pemerintah berharap agar investasi asing di Indonesia bisa ditingkatkan secara maksimal, pembangunan infrastruktur
Indonesia makin pesat, dan kemajuan ekonomi bisa ditingkatkan.11
11
BKPM, Mendorong Investasi Melalui Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), http://www.bkpm.go.id/id/artikel-investasi/readmore/mendorong-investasi-melalui-kawasan-ekonomi-khusus-kek (diakses pada 12 desember 2016, pukul 15.00 WIB)
Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan
Kombinasi faktor geoekonomi dan geostrategi yang baik, akan memberikan dampak keberlanjutan atas existing KEK di masa depan. Menurut penjelasan UU 39/2009, yang dimaksud dengan “geoekonomi” adalah kombinasi
factor ekonomi dan geografi dalam perdagangan internasional. Sedangkan “geostrategi” adalah kombinasi factor geopolitik (pengaruh faktor geografi, ekonomi, dan demografi dalam politik luar negeri suatu negara) dan strategi yang memberikan peran tertentu pada suatu kawasan geografis.
Pembentukan KEK, didasari pada konsep cluster, atau zoning. Zona adalah area di dalam KEK dengan batas tertentu yang pemanfaatannya sesuai dengan peruntukannya. Oleh karena bersifat zoning maka dibutuhkan peraturan untuk mengaturnya. Menurut penjelasan UU 39/2009, Yang dimaksudkan dengan “peraturan zonasi” adalah ketentuan yang mengatur persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap Zona peruntukkan yang penetapan Zonanya dilakukan dengan rencana rinci tata ruang. Menurut UU
39/2009, pasal 3, bahwa aspek zoning dalam KEK dapat diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh) zona, yaitu:
1. pengolahan ekspor; 2. logistik; 3. industri; 4. pengembangan teknologi; 5. pariwisata; 6. energi; dan/atau 7. ekonomi lain.12
“Zona pengolahan ekspor” adalah area yang diperuntukkan bagi kegiatan logistik dan industry yang produksinya ditujukan untuk ekspor. “Zona logistik” adalah area yang diperuntukkan bagi kegiatan penyimpanan, perakitan, penyortiran, pengepakan, pendistribusian, perbaikan, dan perekondisian permesinan dari dalam negeri dan dari luar negeri.
“Zona industri” adalah area yang diperuntukkan bagi kegiatan industri yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi, serta agroindustri dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri yang produksinya untuk ekspor dan/atau untuk dalam negeri.
“Zona pengembangan teknologi” adalah area yang diperuntukkan bagi kegiatan riset dan teknologi, rancang bangun dan rekayasa, teknologi terapan, pengembangan perangkat lunak, serta jasa di bidang teknologi informasi. “Zona
12
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
pariwisata” adalah area yang diperuntukkan bagi kegiatan usaha pariwisata untuk mendukung penyelenggaraan hiburan dan rekreasi, pertemuan, perjalanan insentif dan pameran, serta kegiatan yang terkait.
“Zona energi” adalah area yang diperuntukkan antara lain untuk kegiatan pengembangan energi alternatif, energi terbarukan, teknologi hemat energi, dan pengolahan energi primer. Dan “Zona ekonomi lain” antara lain dapat berupa
Zona industri kreatif dan Zona olahraga.13
Dan KEK dapat terdiri atas satu atau beberapa Zona, didalam kawasan KEK, harus ada fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Dan di dalam setiap KEK disediakan lokasi untuk usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), dan koperasi, baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai pendukung kegiatan perusahaan yang berada di dalam KEK.
Secara umum, Tujuan pengembangan KEK adalah : 1. Peningkatan investasi
2. Penyerapan tenaga kerja
3. Penerimaan devisa sebagai hasil dari peningkatan eksport 4. Meningkatkan keunggulan kompetitif produk eksport
5. Meningkatkan pemanfaaatan sumberdaya local,pelayanan dan modal bagi peningkatan eksport
6. Mendorong terjadinya peningkatan kualitas SDM melaui transfer teknologi Sedangkan maksud pengembangan KEK antara lain :
13
Republik Indonesia, Penjelasan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
1. Memberikan peluang bagi peningkatan investasi melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan dan siap menampung kegiatan industry, eksport import serta kegiatan ekonomi yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
2. Meningkatkan pendapatan devisa bagi Negara melalui perdagangan internasional.
3. Meningkatkan kesempatan kerja, kepariwisataan dan investasi.14
Pengembangan kawasan ekonomi di Indonesia bukanlah hal yang asing. Pasalnya pada tahun 1970 Indonesia berhasil mengembangkan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dan Pelabuhan Bebas melalui Undang-undang Nomor 4 Tahun 1970, dilanjutkan pada tahun 1972 dikembangkan pula Kawasan Berikat (Bounded Warehouse), kemudian tahun 1989 dikembangkan
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), dan terakhir
pengembangan KEK pada tahun 2009.15
Pembentukan KEK merupakan fenomena global yang sulit dihindari, karena KEK merupakan salah satu bentuk baru kerjasma internasional dalam bidang perdagangan sebagai konsekuensi masuknya Indonesia menjadi anggota berbagai organisasi perjanjian perdagangan internasional baik GATT/WTO,
APEC, AFTA maupun IMT-GT.16
14
Joubert Barens Maris, Sejarah, Defenisi, Keuntungan Dan Kelemahan Kek, http://joubertbmaramis.blogspot.co.id/2013/02/sejarah-defenisi-keuntungan-dan.html, diupload tanggal 13 Februari 2013 (diakses pada 12 desember 2016, pukul 15.30 WIB)
15 Donny Prakoso,”Mengenal Kawasan Ekonomi Khusus”,
https://www.academia.edu/14422785/Mengenal_Kawasan_Ekonomi_Khusus, Tahun 2017 (diakses pada 24 Januari 2017, pukul 13:38 WIB)
16
Hasim Purba, Jurnal Equality, “Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Fenomena Global: Suatu Kajian Aspek Hukum, Nomor 2, Agustus 2008 (Medan: FH USU, 2008), hlm 123
Ada beberapa lembaga terkait keberlangsungan kawasan ekonomi khusus yaitu Dewan Nasional, Dewan Kawasan, Administrator KEK, dan Badan Penyelenggaraan. Dewan Nasional dibentuk dengan keputusan Presiden dan bertanggungjawab pada presiden. Dewan nasional diketuai oleh menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang perekonomian dan beranggotakan menteri dan kepala lembaga pemerintah nonkementerian.
Ada beberapa tugas yang diemban oleh dewan nasional. Salah satu yang menjadi tugas dewan nasional adalah memantau dan mengevaluasi bagaimana keberlangsungan dari kawasan ekonomi khusus.
Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas, penulis mengkaji dan meneliti secara mendalam yang hasilnya dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Tinjauan Yuridis Mengenai Tugas Dewan Nasional Dalam Memantau dan Mengevaluasi Keberlangsungan Kawasan Ekonomi Khusus Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaturan kawasan ekonomi khusus ditinjau dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus?
2. Bagaimana kelembagaan dalam kawasan ekonomi khusus?
3. Bagaimana tugas Dewan Nasional dalam memantau dan mengevaluasi keberlangsungan kawasan ekonomi khusus?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain :
1. Memberikan gambaran umum pengaturan kawasan ekonomi khusus ditinjau dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
2. Mengetahui kelembagaan yang ada dalam kawasan ekonomi khusus
3. Memahami tugas Dewan Nasional dalam memantau dan mengevaluasi keberlangsungan kawasan ekonomi khusus
Penelitian merupakan penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan. Seseorang akan yakin bahwa ada sebab bagi setiap akibat dari setiap gejala yang tampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah. Penelitian bersikap obyektif, karena kesimpulan yang diperoleh hanya akan ditarik apabila dilandasi dengan bukti-bukti yang, meyakinkan dan dikumpulkan melalui prosedur yang
jelas, sistematis, dan terkontrol.17
Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk
memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan18, sehingga
harapan penulis agar penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca , adapun manfaat tersebut antara lain :
17
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) hlm 32
18
1. Manfaat teoritis
Untuk memberikan gambaran umum mengenai tugas dewan nasional dalam kawasan ekonomi khusus, khususnya dalam hal memantau dan mengevaluasi keberlangsungan kawasan ekonomi khusus.
2. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan, sumber referensi bagi para pihak yang berkepentingan terhadap penelitian ini.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi tentang kelembagaan yang ada dalam kawasan ekonomi khusus
c. Untuk meningkatkan pemahaman tentang tinjauan yuridis terhadap tugas dewan nasional dalam memantau dan mengevaluasi keberlangsungan kawasan ekonomi khusus
D. Keaslian Penulisan
Beberapa hasil penelitian tentang kawasan ekonomi khusus telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu yang dilakukan oleh Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang bernama Stevia Amelia Tambunan yang berjudul “Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia. Tulisan tersebut membahas tentang pemberian fasilitas dan kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus yang bertujuan untuk meningkatkan penanaman modal di Kawasan Ekonomi Khusus serta menunjang pembangunan ekonomi nasional di wilayah tertentu.
Kemudian penelitian yang dilakukan Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang bernama Dwi Susilawati yang berjudul “Analisis Hukum Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Dimana penelitian tersebut membahas tentang pelaksanaan pembangunan kawasan ekonomi khusus dan mengenai pengoperasian kawasan ekonomi khusus dengan memberikan pilihan-pilihan tata cara pembangunan dan penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus.
Ada juga penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang bernama Eduard Novelly Purba dengan nudul “Analisis Yuridis Terhadap Fungsi Pengawasan Direktorat Bea dan Cukai Dalam Kawasan Ekonomi Khusus”. Penelitian tersebut membahas tentang aspek hukum pengawasan terhadap penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dan Fungsi Pengawasan Direktorat Bea dan Cukai Terhadap penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.
Perbedaan dengan penelitian ini yaitu bahwa dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan permasalahan tentang tugas dewan nasional dalam memantau dan mengevaluasi keberlangsungan kawasan ekonomi khusus.
Pembahasan skripsi ini berjudul“Tinjauan Yuridis Mengenai Tugas Dewan Nasional Dalam Memantau dan Mengevaluasi Keberlangsungan Kawasan Ekonomi Khusus Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus”.
Penulis telah melakukan pemeriksaan pada Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sehubungan dengan sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini belum pernah ada yang membahasnya atau meneliti. Berdasarkan penelusuran di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ditemukan beberapa judul penelitian seputar kawasan ekonomi khusus. Meskipun demikian, substansi permasalahan dan penyajian dari penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut. Penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan apabila dikemudian hari ada bukti bahwa penelitian ini plagiat atau duplikasi.
E. Tinjauan Kepustakaan 1. Kawasan Ekonomi Khusus
Menurut Joubert B. Maramis, KEK diartikan sebagai sebuah kawasan industri khusus, dikatakan aspek khusus karena KEK pada hal ini diberikan
berbagai fasilitas kemudahan, insentif, dan infrastruktur yang lebih lengkap.19
Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 merumuskan Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh
fasilitas tertentu.20
Istilah KEK atau special economic zone (SEZ) sebagai suatu industrial park diperkenalkan di Puerto Rico di tahun 947. KEK saat itu dibangun dengan
19
Joubert Barens Maramis, Sejarah, Defenisi, Keuntungan Dan Kelemahan Kek, http://joubertbmaramis.blogspot.co.id/2013/02/sejarah-defenisi-keuntungan-dan.html, diupload tanggal 13 Februari 2013 (diakses pada hari minggu tanggal 26 Februari 2017)
20
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
tujuan menangkap peluang investasi dari daratan Amerika Serikat. Salah satu hal yang memicu perkembangan KEK yaitu adanya globalisasi ekonomi yang diiringi dengan masuknya FDI (Foreign Direct Investment), khususnya dari negara maju
ke negara-negara industri baru seperti Taiwan dan China, diawal tahun 1990.21
Special economic zone memiliki pengertian yang menurut Masami Ishida merupakan sebagai wilayah geografis tertentu dengan hukum ekonomi liberal daripada hukum ekonomi sebuah negara. Sedangkan menurut Wei Ge, dari perspektif luas, special economic zone dapat dicirikan yang secara umum, sebagai daerah geografis dalam wilayah sebuah negara dimana kegiatan ekonomi jenis tertentu dipromosikan oleh seperangkat instrumen kebijakan yang tidak umum
berlaku ke seluruh negara.22
Selain itu fungsi dari diadakannya KEK, antara lain:
a. Menjadi pusat kegiatan ekonomi dan terkait dengan wilayah pengembangan lainnya
b. Harus mampu memberikan manfaat bagi kawasan lain
c. KEK bukan merupakan kawasan tertutup sehingga memberikan efek ganda terhadap perekonomian lokal
d. Harus dapat mendorong pertumbuhan industri pendukung di sekitar
kawasan.23
21
Joubert Barens Maramis, Sejarah, Defenisi, Keuntungan Dan Kelemahan Kek, http://joubertbmaramis.blogspot.co.id/2013/02/sejarah-defenisi-keuntungan-dan.html, diupload tanggal 13 Februari 2013 (diakses pada hari minggu tanggal 26 Februari 2017)
22
Bresly Sihite, Perbedaan FTZ dan KEK (SEZ),
http://engineering4read.blogspot.co.id/2016/03/perbedaan-ftz-dan-kek-sez.html, diupload tanggal 16 Maret 2016 pukul 15.15 (diakses pada hari jumat tanggal 24 februari 2017)
23
Ryan Angga Dinata, Permasalahan di Seputar Kawasan Ekonomi Khusus,
http://belajarhukumbisnis.blogspot.co.id/2012/05/permasalahan-di-seputar-kawasan-Pelaku usaha di dalam KEK yang merupakan perusahaan yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha orang perseorangan yang melakukan kegiatan usaha di KEK.
2. Dewan Nasional
Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 merumuskan Dewan Nasional adalah dewan yang dibentuk di tingkat nasional untuk menyelenggarakan KEK. Dewan Nasional dibentuk dengan Keputusan Presiden dan bertanggungjawab pada Presiden.
Dewan Nasional diketuai oleh menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang perekonomian dan beranggotakan menteri dan kepala
lembaga pemerintah nonkementerian.24
3. Penanaman Modal
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dijelaskan istilah penanaman modal berarti pertama, penanaman uang atau modal di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan; dan kedua, jumlah
uang atau modal yang ditanam.25
Penanaman modal menurut Haming dan Basalamah ialah pengeluaran pada saat sekarang untuk membeli aktiva real (tanah, rumah, mobil, dan lain-lain) atau juga aktiva keuangan mempunyai tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar lagi dimasa yang mendatang, selanjutnya dikatakan juga investasi ialah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber
ekonomi.html, diupload tanggal 30 Mei 2014 pukul 16.51 (diakses pada hari jumat tanggal 24 Februari 2017)
24
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
25
(dana) yang digunakan untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal tersebut akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang
akan datang.26
Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 merumuskan Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
Penanaman modal terbagi atas dua yaitu penanaman modl dalam negeri dan penanaman modal asing. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam
modal dalam negeri.27
United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) mendefenisikan PMA sebagai investasi yang dilakukan suatu perusahaan di suatu negara kepada perusahaan di negara lain dengan tujuan mengendalikan operasi perusahaan di negara lain tersebut. Jadi dalam PMA terjalin hubungan
26
Parta Setiawan, 10 Pengertian Dan Definisi Investasi Menurut Ahli Ekonomi, http://www.gurupendidikan.com/10-pengertian-dan-devinisi-investasi-menurut-ahli-ekonomi/, diupload tanggal 7 Februari 2015 (diakses pada hari jumat tanggal 24 Februari 2017)
27
antarperusahaan indukdengan perusahaan afiliansinya di negara lain, yang secara
keseluruhan disebut sebagai Transnational Corporations(TNC).28
Berdasarkan bentuknya Penanaman modal dapat dikelompokkan menjadi 3 macam :
a. Direct Investment/Penanaman Modal Langsung
Penanaman modal memberi kewenangan kepada Investor untuk secara langsung mengontrol jalannya perusahaan dimana modlanya ditanam dan langsung pula menanggung resiko atau untung rugi dari penanaman modal itu. b. Porto Folio Investment
Penanaman modal yang tidak memberi kewenangan kepada pemilik modal untuk mengontrol jalannya perusahaan tetapi yang bersangkutan secara langsung menanggung resiko atau untung rugi dari penanaman modal itu.
Porto Folio Invesment ini dilakukan dengan cara membeli saham suatu perusahaan kurang dari 50 % sehingga yang bersangkutan tidak memegang suara mayoritas di dalam RUPS misalnya dengan membeli saham di bursa saham suatu perusahaan yang go public hanya menjual sahamnya kurang dari 25 % sehingga pemilik perusahaan yang asli tetap memegang suara mayoritas agar kendali perusahan nya tidak pindah kepada pihak lain namun demikian dalam bidang usaha tertentu berdasarkan perjanjian tertentu dapat saja pemegang saham mayoritas di beri hak control terhadap jalannya perusahaan.
c. Indirect Invesment/Penanaman Modal Tidak Langsung
28
Penanaman modal yang dilakukan dengan pembelian kredit sehingga si penanam modal atau kreditur pada asasnya tidak mengontrol jalannya perusahaan dan tidak pula menanggung resiko atas untung ruginya perusaaan itu pihak kreditur sebagai investor hanya menghrapkan si debitur mengembalikan kredit pada waktunya beserta bunganya, kreditur tidak mau tahu apakah kegiatan usaha milik debitur memperoleh keuntungan atau tidak walaupun debitur menggalami kerugian di dalam usahanya kreditur tetap ankan menagih kredit yang telah
diberikan beserta bunganya.29
F. Metode Penelitian
Metodologi penelitian merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada di
dalam suatu penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,30 untuk itu
diperlukan suatu metode penelitian sebagai suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh gambaran data keterangan dari suatu obyek yang diteliti. Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi adalah sebagai berikut:
1. Jenis, sifat dan pendekatan penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dengan penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan yang dalam hal ini meliputi: UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, UU No. 25 tahun 2007, Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2011 tentang
29
Notaris dan PPAT, Jenis penanaman Modal/Investasi,
https://www.notarisdanppat.com/jenis-penanaman-modalinvestasi/, diupload tanggal 3 Februari 2016 (diakses pada hari jumat tanggal 24 Februari 2017)
30
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus,dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Sifat penelitian yang melekat pada penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti Penelitian ini bersifat deskriptif. Deskriptif berarti bahwa penelitian ini menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia terkait Tugas dewan nasional dalam memantau dan mengevaluasi keberlangsungan
kawasan ekonomi khusus. 31
Pendekatan penelitian yang dilakukan terhadap permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan Yuridis Normatif, yaitu dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.
2. Data Penelitian
Lazimnya dalam penelitian, dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis data sekunder sebagai data utama. Data sekunder merupakan data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Penulisan mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara dan metode, baik secara komersial dan non-komersial.
Adapun data sekunder yang dipakai penulis adalah sebagai berikut:
31
a. Bahan hukum primer, berupa peraturan perundang-undangan terkait seperti Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, Undang-undang 39 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, Undang-undang 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus; Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus; Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua
Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Nomor :
Per-07/M.Ekon/08/2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus;
b. Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, dan sebagainya yang diperoleh baik melalui media cetak dan elektronik. c. Bahan hukum tersier, mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk
dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu seperti kamus hukum, jurnal ilmiah, dan bahan-bahan lain yang berkaitan dan dapat dipergunakan untuk memperlengkapi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka (literature research) dan juga melalui bantuan media elektronik yaitu Internet,
selanjutnya penulis mengumpulkan, memadukan menafsirkan dan membandingkan buku-buku dan bacaan tersebut dengan setiap permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini.
4. Analisis data
Dalam penelitian ini dibahas mengenai tugas dewan nasional dalam memantau dan mengevaluasi keberlangsungan kawasan ekonomi khusus. Penulis menelaah data sekunder sekaligus menganalisanya dan metode analisis data
dilakukan secara kualitatif.32 Kemudian akan dilakukan studi terhadap data
tersebut sehingga dari hasil analisa tersebut dapat ditarik kesimpulan yang dikaitkan dengan teori-teori, konsep yang mempunyai relevansi untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka akan diberikan gambaran secara ringkas mengenai uraian dari bab ke bab yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :
Bab I Pendahuluan, Pada bab ini digambarkan secara umum tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan yang akan berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.
Bab II Pengaturan kawasan ekonomi khusus ditinjau dari undang-udang nomor 39 tahun 2009 tentang kawasan ekonomi khusus, Pada bab ini digambarkan secara umum tentang bentuk dan kriteria suatu daerah ditetapkan
32
sebagai kawasan ekonomi khusus, pembentukan dan pengusulan kawasan ekonomi khusus, proses penetepan kawasan ekonomi khusus, pembangunan dan pengoperasian kawasan ekonomi khusus, kelembagaan di kawasan ekonomi khusus, fasilitas dan kemudahan di kawasan ekonomi khusus, ketenagakerjaan di kawasan ekonomi khusus.
Bab III Kelembagaan dalam kawasan ekonomi khusus, Pada bab ini diuraikan tentang kelembagaan dalam kawasan ekonomi khusus, koordinasi anatar lembaga dalam kawasan ekonomi khusus, dan peran pemerintah daerah dalam kawasan ekonomi khusus.
Bab IV Tugas Dewan Nasional dalam memantau dan mengevaluasi keberlangsungan kawasan ekonomi khusus, Pada bab ini dijelaskan secara mendalam tentang perkembangan kawasan ekonomi khusus di Indonesia, pelaksanaan kawasan ekonomi khusus dari awal pembentukan hingga saat ini, tugas dewan nasional di kawasan ekonomi khusus, tugas dewan nasional dalam memantau dan mengevaluasi keberlangsungan kawasan ekonomi khusus.
Bab V Kesimpulan dan saran, Bab ini merupakan penutup dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan permasalahan pokok dalam penulisan ini dan diakhiri dengan saran yang merupakan masukan penulis pribadi untuk permasalahan yang diangkat.