• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PUPUK KANDANG, ZEOLIT DAN SKIM LATEKS TERHADAP BERBAGAI SIFAT FISIK TANAH LATOSOL DARMAGA PRIMIANA IKA KUSUMA PUTRI A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PUPUK KANDANG, ZEOLIT DAN SKIM LATEKS TERHADAP BERBAGAI SIFAT FISIK TANAH LATOSOL DARMAGA PRIMIANA IKA KUSUMA PUTRI A"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PUPUK KANDANG, ZEOLIT DAN SKIM

LATEKS TERHADAP BERBAGAI SIFAT FISIK TANAH

LATOSOL DARMAGA

PRIMIANA IKA KUSUMA PUTRI

A24103042

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

PENGARUH PUPUK KANDANG, ZEOLIT DAN SKIM

LATEKS TERHADAP BERBAGAI SIFAT FISIK TANAH

LATOSOL DARMAGA

PRIMIANA IKA KUSUMA PUTRI

A24103042

Skripsi

Sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(3)

ABSTRACT

PRIMIANA IKA KUSUMA PUTRI. The Effect of Organic Manure, Zeolit and Skim Latex on soil physical characteristics of Latosol Darmaga. Under guidance of OTENG HARIDJAJA and ENNI DWI WAHJUNIE.

Latosol Darmaga formed in areas with precipitation more than 3000 mm/year and high temperatures which can result in soil erosion by the raindrop impacts that can damage the soil physical properties. Therefore, the action needs to be done that can improve the physical properties of soil. Improving the physical properties of soil can be done with the addition of manure, zeolites, and skim latex.

The purpose of this research is to study the influence of the addition manure, the mineral zeolite, skim latex, and there combinations to changes some soil physical properties of Latosol Darmaga and corn production. Research conducted at the Cikabayan garden and Soil and Water Conservation Laboratory since February 2007 until August 2007. The treatment given is A (control), B (manure), C (zeolite), D (manure + zeolite), E (manure + skim latex), F (zeolite + skim latex), and G (manure+zeolit + skim latex). The dose given was 4.5 kg / plot.

The results showed that bulk density after the manure, zeolites, skim latex and there combination showed an increase, aggregate stability of treatments G (manure + zeolite + skim latex) significantly more stable compared with treatment A (control), B (manure) , C (zeolite), D (manure + zeolite), E (manure + skim latex), and F (zeolite + skim latex) in the amount of 58.83. Fast drainage pores in treatment B (manure) more high significantly than A (control) and treatment D (manure + zeolite). The addition of manure, zeolites, skim latex and there combination tends to increase the number of slow drainage pores, available water pores and the mean weight diameter (MWD) of 4.76 mm, while the mean weight diameter (MWD) 2.83 mm was decreased.

From this research, suggested that addition soil conditioner to the good soil physical properties need to be done in order to conserve the land to avoid degradation.

Key words: manure, zeolites, skim latex, soil physical properties.

(4)

RINGKASAN

PRIMIANA IKA KUSUMA PUTRI. Pengaruh Pupuk Kandang, Zeolit, dan Skim Lateks Terhadap Berbagai Sifat Fisik Tanah Latosol Darmaga. Di bawah bimbingan OTENG HARIDJAJA dan ENNI DWI WAHJUNIE.

Latosol Darmaga terbentuk di daerah dengan curah hujan lebih dari 3000 mm/th dan suhu tinggi sehingga dapat menyebabkan terjadinya pengikisan tanah oleh butiran-butiran air hujan yang bisa merusak sifat-sifat fisik tanah. Karena itu perlu dilakukan tindakan yang dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah. Perbaikan sifat-sifat fisik tanah dapat dilakukan dengan penambahan pupuk kandang, zeolit, dan skim lateks.

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh penambahan pupuk kandang, mineral zeolit, skim lateks, dan kombinasinya terhadap perubahan beberapa sifat fisik tanah Latosol Darmaga dan produksi tanaman jagung. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan dan Laboratorium Konservasi Tanah dan Air sejak bulan Februari 2007 sampai dengan bulan Agustus 2007. Perlakuan yang diberikan adalah A (kontrol), B (pupuk kandang), C (zeolit), D (pupuk kandang+zeolit), E (pupuk kandang+skim lateks), F (zeolit+skim lateks), dan G (pupuk kandang+zeolit+skim lateks). Dosis yang diberikan adalah 4,5 kg/petak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bobot isi setelah pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks dan kombinasinya menunjukkan peningkatan, stabilitas agregat perlakuan G (pupuk kandang+zeolit+skim lateks) nyata lebih stabil dibandingkan dengan perlakuan A (kontrol), B (pupuk kandang), C (zeolit), D (pupuk kandang+zeolit), E (pupuk kandang+skim lateks), dan F (zeolit+skim lateks) yaitu sebesar 58,83. Pori drainase cepat menunjukkan bahwa perlakuan B (pupuk kandang) nyata lebih tinggi dibanding A (kontrol) dan perlakuan D (pupuk kandang+zeolit), pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks dan kombinasinya yang diberikan cenderung menaikkan jumlah nilai pori drainase lambat, pori air tersedia dan diameter massa rataan 4,76 mm; sedangkan pada diameter massa rataan 2,83 mm mengalami penurunan.

Dari kenyataan ini, disarankan agar pemberian bahan-bahan pembenah tanah terhadap tanah-tanah yang memiliki sifat-sifat fisik tanah baik perlu dilakukan dalam rangka mengkonservasi tanah tersebut agar tidak terjadi degradasi.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tegal, Jawa Tengah pada tanggal 22 Oktober 1985. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Ryno Soehedi dan Nurhayati. Pendidikan penulis dimulai pada tahun 1991 di SD Negeri Sindang III dan lulus pada tahun 1997, kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri I Slawi dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri I Slawi, lulus pada tahun 2003. Pendidikan perguruan tinggi ditempuh penulis di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) tahun 2003. Penulis terpilih masuk Departemen llmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota HMIT, asisten mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah dan Kartografi pada tahun ajaran 2006/2007 dan menerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) IPB pada tahun 2004/2005, 2005/2006 dan 2006/2007.

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Sembah dan bakti penulis sampaikan kepada Ayahanda Ryno Soehedi dan Ibunda Nurhayati, serta adikku tercinta Tiara Anggun Kusuma Putri terimalah persembahan amal bakti Ananda buah dari perjuangan dan kesungguhan dalam menuntut ilmu untuk mendapat Ridho-Nya.

Terima kasih banyak kepada Dr. Ir. Oteng Haridjaja, MSc dan Dr. Ir. Enni Dwi Wahjunie, Msi selaku dosen pembimbing yang telah sabar memberikan saran, bimbingan, dan motivasi sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Teruntuk Keluarga Besar Soil 40, Griya Agriyati (mba Mala, mba Ida, Luluk, Suci dan Martca), Hendra 40, Firman 40, Kopral, Adit, Embong, Syakur , Rudi, Dhani suraj 39 dan sahabat-sahabatku (Nani, Wina, Sinta, Nisa, Dheni, Vani, dan Panggah), penulis ucapkan terima kasih atas dukungan, kebersamaan, motivasi dan kasih sayang selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini. Nadya dan keluarga, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan motivasi yang selalu diberikan. Segenap staf, laboran, dan pengawas Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Bapak Maspadin, dan Bapak Syaiful yang telah banyak memberikan masukan dan bantuannya selama penelitian. Last but not least terima kasih yang tak terhingga kepada Budhie yang selalu sabar, dan selalu memberikan curahan cinta, kasih sayang, semangat serta perhatian sehingga memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semuanya.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian dengan judul ”Pengaruh Pupuk Kandang, Zeolit, dan Skim Lateks terhadap Berbagai Sifat Fisik Tanah Latosol Darmaga” yang disajikan dalam skripsi ini memuat mengenai berbagai macam bahan yang digunakan sebagai bahan pembenah tanah (soil conditioner) dan membandingkan bahan mana yang paling bagus memperbaiki sifat fisik tanah. Tanah Latosol Darmaga yang terbentuk di bawah keadaaan iklim dengan curah hujan tinggi sehingga memungkinkan terjadinya pencucian unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan terjadinya pengikisan tanah oleh butiran-butiran air hujan yang bisa merusak struktur dan agregat tanah, sehingga menyebabkan erosi. Untuk menghindari hal itu dibutuhkan bahan pembenah tanah (soil conditioner) yang bisa memperbaiki sifat-sifat tanah baik sifat fisik maupun kimia tanah.

Penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Januari 2010

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI...ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA... 3

2. 1. Kondisi Umum Latosol Darmaga ... 3

2. 2. Peranan Pupuk Kandang ... 3

2. 3. Peranan Zeolit ... 4

2. 4. Peranan Skim Lateks... 4

2. 5. Bobot Isi ... 5

2. 6. Permeabilitas ... 6

2. 7. Stabilitas Agregat ... 6

2. 8. Pori Drainase Cepat dan Pori Drainase Lambat... 7

2. 9. Pori Air Tersedia ... 7

2.10. Jagung ... 8

III. METODE PENELITIAN ... 9

3. 1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 9

3. 2. Bahan dan Alat ... 9

3. 3. Metode Penelitian... 9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 13

4. 1. Analisis Sifat Fisik Awal ... 13

(9)

4. 3. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang, Zeolit, Skim Lateks dan

Kombinasinya terhadap Sifat Fisik Tanah ... 20

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

5.1. Kesimpulan ... 25

5.2. Saran... 25

VI. DAFTAR PUSTAKA ... 27

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1 Dosis Pemberian Soil Conditioner ... 10

2 Analisis Sifat Fisik Tanah ... 12

3 Nilai Awal Sifat Fisik Tanah Latosol Darmaga... 13

4 Nilai Rataan Sebelum dan Sesudah Perlakuan Parameter Bobot Isi... 14

5 Nilai rataan Sebelum dan Sesudah Perlakuan Parameter Stabilitas Agregat..15

6 Nilai Rataan Sebelum dan Sesudah Perlakuan Parameter Diameter Pengayakan……….. 16

7 Nilai Rataan Sebelum dan Sesudah Perlakuan Parameter Pori Drainase Cepat………... ... 17

8 Nilai Rataan Sebelum dan Sesudah Perlakuan Parameter Pori Drainase Lambat………... ... 17

9 Nilai Rataan Sebelum dan Sesudah Perlakuan Parameter Pori Air Tersedia…..………... 18

10 Nilai Rataan Sebelum dan Sesudah Perlakuan Parameter Permeabilitas... 19

11 Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang, Zeolit, Skim Lateks dan Kombinasinya terhadap Sifat Fisik Tanah…...……….. 20

12 Uji Duncan Indeks Stabilitas Agregat Pada Tanah Latosol Darmaga ... 21

13 Uji Duncan Pori Drainase Cepat pada tanah Latosol Darmaga ... 22

Lampiran 1 Hasil Analisis Awal Sifat Fisik Tanah Latosol Darmaga ... 32

2 Berat Agregat Pada Beberapa Diameter Ayakan (Analisis Awal) ... 33

3 Hasil Analisis Akhir Sifat Fisik Tanah Latosol Darmaga... 34

4 Berat Agregat Pada Beberapa Diameter Ayakan (Analisis Akhir)... 35

5 Bobot basah dan bobot pipilan kering jagung... 36

6 Analisis ragam awal pengaruh blok terhadap sifat fisik tanah Latosol Darmaga, ... 37

7 Analisis ragam akhir pengaruh perlakuan terhadap sifat fisik tanah Latosol Darmaga, ... 38

8 Hasil Uji T pengaruh perlakuan terhadap sifat fisik tanah Latosol Darmaga, ... 39

9 Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi jagung ... 40

10 Klasifikasi indeks stabilitas agregat,... 41

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Lampiran

(12)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah Kabupaten Bogor terletak pada 106o20’-107o31’ Bujur Timur dan 6o19’-6o47’ Lintang Selatan. Hampir 75% wilayah Kabupaten Bogor didominasi oleh tanah Latosol cokelat (Yusmandhany, 2004) atau setara dengan Dystrudepts (Soil Survey Staff, 1998). Curah hujan di wilayah Darmaga rata-rata tahunan berkisar antara 3337-3655 mm (Kantor Statistik Kabupaten Bogor, 2006). Pada dasarnya Latosol Darmaga memiliki sifat-sifat fisik yang baik, tetapi curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya pengikisan tanah oleh butiran-butiran air hujan yang bisa merusak sifat-sifat fisik tanah. Karena itu perlu dilakukan tindakan yang dapat mempertahankan dan memperbaiki sifat-sifat fisik tanah supaya tetap baik.

Salah satu tindakan untuk mempertahankan dan memperbaiki sifat-sifat fisik tanah adalah dengan penambahan pupuk kandang, zeolit, skim lateks maupun bahan pembenah tanah (soil conditioner) yang lain (Dariah, 2007). Pupuk kandang mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan pupuk anorganik, antara lain dapat menurunkan berat volume tanah, meningkatkan permeabilitas, menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi tanah, meningkatkan stabilitas agregat, meningkatkan kemampuan tanah memegang air, menjaga kelembaban dan suhu tanah, mengurangi energi kinetik langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah (Oades, 1989; Elliott, 1986; Puget et al., 1995; Jastrow et al., 1996; Heinonen, 1985 dalam Suriadi, A dan M. Nazam). Zeolit sebagai bahan amelioran yang mempunyai KTK tinggi diharapkan dapat meningkatkan daya ikat tanah terhadap hara. Selain itu, menurut Suwardi dan Astiana (1999) penambahan zeolit pada tanah bertekstur liat dapat memperbaiki struktur tanah sehingga meningkatkan pori-pori udara tanah. Pada tanah berpasir, zeolit dapat meningkatkan daya pegang tanah terhadap air.

Hasil penelitian Gabriels (1976) dalam Nurfianti (1996), menyimpulkan bahwa polyacryamide dan rubber emulsion (emulsi lateks) pada konsentrasi yang tinggi cukup efektif untuk mengurangi tanah yang hilang karena erosi, yaitu sebanyak 40-50 % selama enam bulan pertama dengan curah hujan 200

(13)

mm/bulan. Keberhasilan penggunaan bahan tersebut antara lain karena mudah larut dalam air sehingga mudah untuk diaplikasikan ke dalam tanah sebagai emulsi.

Penggunaan mineral zeolit, pupuk kandang dan skim latek secara bersamaan diharapkan dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah dan saling menunjang pertumbuhan serta memberikan hasil yang lebih baik bagi produksi tanaman.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan pupuk kandang, mineral zeolit, skim lateks, dan kombinasinya terhadap perubahan beberapa sifat fisika tanah pada Latosol Darmaga dan produksi tanaman jagung.

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kondisi Umum Latosol Darmaga

Latosol Darmaga terbentuk dari bahan volkanik yang bersusunan andesit yang berkembang di bawah iklim tropika basah. Dalam sistem Taksonomi Tanah (USDA, 1998), Latosol Darmaga dikategorikan ke dalam tanah Typic Dystrudepts. Tekstur Latosol Darmaga didominasi oleh liat (> 60%) pada setiap horisonnya. Warna tanah Latosol Darmaga berkisar pada hue 7,5 YR, value antara 4 sampai 6, dan kroma antara 6 sampai 8 (warna merah sampai coklat). Bobot isinya rata-rata sekitar 0,95 gcm-3. Struktur tanah Latosol Darmaga umumnya berbentuk gumpal, ukurannya halus, tingkat perkembangannya sedang, konsistensinya gembur, lekat, dan plastis, sedangkan kedalaman horisonnya sekitar 1 sampai 1,5 meter. Pori air tersedia rendah (9,66-14,03 %), permeabilitas agak lambat sampai sedang (1,25-3,59 cmjam-1), pori drainase cepat berkisar antara 10,71-16,32 %, dan pori drainase lambat berkisar antara 2,60-3,90 % (Sudarmo, 1995).

Kemasaman Latosol Darmaga berkisar pada pH 4,6 sampai 4,9. Kandungan alumuniumnya relatif tinggi, begitu juga dengan kadar Fe, Cu, Zn, dan Mn. KTK dari tanah ini rendah, dengan kadar Ca, Mg, K, Na, dan bahan organik yang juga masih rendah (Suwardi dan Wiranegara, 1998).

2.2. Peranan Pupuk Kandang

Bahan organik mampu memperbaiki sifat fisik tanah seperti menurunkan berat volume tanah, meningkatkan permeabilitas, menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi tanah, meningkatkan stabilitas agregat, meningkatkan kemampuan tanah memegang air, menjaga kelembaban dan suhu tanah, mengurangi energi kinetik langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah (Oades, 1989; Elliott, 1986; Puget et al., 1995; Jastrow et al., 1996; Heinonen, 1985 dalam Suriadi, A dan M. Nazam). Pupuk organik dapat meningkatkan kadar air tersedia bagi tanaman (Curtis and Claassen, 2005).

(15)

Penambahan pupuk kandang memberikan perbaikan dan perubahan terhadap stabilitas dan agregasi tanah, kerapatan massa tanah, sifat-sifat retensi tanah dan kapasitas pemegangan air, serta porositas tanah. (Armon, 1991).

2.3. Peranan Zeolit

Zeolit diklasifikasikan menjadi 2 kelompok besar yaitu zeolit alam dan zeolit sintesis. Zeolit alam terbentuk karena adanya proses perubahan alam dari batuan vulkanik tuff, sedangkan zeolit sintesis direkayasa oleh manusia secara kimia. Dari beberapa jenis zeolit hanya ada 5 jenis zeolit yang bisa digunakan untuk pertanian, yaitu klinoptilolit, moredrit, erionit, kabasit, dan philipsit (Suwardi, 2002).

Menurut Astiana (1993), kemampuan zeolit sebagai penyerap molekul dan penukar ion dapat digunakan dalam bidang pertanian, antara lain untuk meningkatkan efisiensi pemupukan, meningkatkan KTK tanah, meningkatkan ketersediaan ion Ca, K, dan P, menurunkan kandungan Al, menahan mineral-mineral yang berguna untuk tanaman, dan menyerap air untuk menjaga kelembaban tanah. Sifat fisik berongga dari zeolit menyebabkan penambahan zeolit pada tanah bertekstur liat dapat memperbaiki struktur tanah sehingga meningkatkan pori-pori udara tanah. (Suwardi dan Astiana, 1999).

Kentungan menggunakan zeolit, antara lain dapat meningkatkan ketersediaaan unsur hara (N, P, K, Ca, Mg, dll) yang dapat diserap langsung oleh perakaran tanaman, meningkatkan efisiensi pemupukan anorganik terutama urea (N) dan SP-36, biaya murah dan ketersediaan mudah, serta tidak merusak lingkungan (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2001).

2.4. Peranan Skim Lateks

Pemakaian bahan lateks alam (natural rubber) merupakan salah satu bahan yang biasa digunakan sebagai bahan pemantap tanah dalam usaha konservasi tanah dan air secara kimia, yang dikenal sebagai soil conditioner. Sifat dari skim lateks yaitu menyelimuti atau merekatkan partikel-partikel tanah menjadi lebih mantap, tetapi tidak menyerap atau sulit dilalui air apalagi kalau penggunannya melebihi batas pemakaian (Dariah, 2007).

(16)

Hasil penelitian Gabriels (1976) dalam Nurfianti (2003), menyimpulkan bahwa polyacrylamide dan rubber emulsion (emulsi lateks) pada konsentrasi yang tinggi adalah efektif untuk mengurangi tanah yang hilang karena erosi, yaitu sebanyak 40-50 % selama enam bulan pertama dengan curah hujan 200 mm/bulan. Keberhasilan penggunaan bahan tersebut antara lain karena bahan polimer ini mudah larut dalam air untuk diaplikasikan ke dalam tanah sebagai emulsi.

Prayoto dan Herudjito (1989) dalam Armon (1991) menyebutkan bahwa pemberian skim lateks dapat meningkatkan pori total dan indeks stabilitas agregat, serta menurunkan bobot isi tanah. Kemudian Fahrunsyah (2000) menambahkan bahwa penambahan skim lateks dapat memperbaiki sifat fisik tanah yaitu dapat meningkatkan indeks stabilitas agregat, pori aerasi, ruang pori total, serta dapat menurunkan bobot isi.

Air limbah karet pusingan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman setelah diolah. Berdasarkan penelitian, unsur N, P,K dan Mg ternyata terdapat di dalam limbah. Pengolahan limbah juga memungkinkan air sisa pengolahan memiliki nilai BOD dan COD yang lebih rendah serta pH yang mendekati normal (Tim Penulis PS, 1999).

2.5. Bobot Isi

Bobot isi adalah berat kering suatu volume bahan dalam keadaan utuh dinyatakan dalam g/cm3, sehingga volume bahan disini merupakan volume padatan dan isi ruang diantaranya (ruang pori). (Hanafiah, 2005)

Nilai bobot isi dapat diturunkan melalui pembentukan senyawa-senyawa seperti getah (gum), lilin, dan rasin dari bahan organik yang diuraikan oleh mikroorganisme. Senyawa-senyawa itu dengan mycelia, lendir (mucus), dan lumpur (slime) yang dihasilkan oleh mikroorganisme, membantu melekatkan partikel-partikel tanah membentuk granular atau agregat. Dengan terbentuknya agregat-agregat itu tanah menjadi berpori-pori, sehingga tanah menjadi gembur. (Darliana, 2005)

(17)

2.6. Permeabilitas

Permeabilitas diartikan sebagai kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media berpori dalam keadaan jenuh, dalam hal ini sebagai cairan adalah air dan sebagai media berpori adalah tanah (Sitorus et al, 1981 dalam Soedarmo, 1995).

Beberapa faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah diantaranya tekstur, struktur, stabilitas agregat, distribusi ukuran pori, dan kandungan bahan organik (Hillel, 1980 dalam Armon, 1991)

Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan menurunkan laju air larian. (Pasaribu, 2006).

2.7. Stabilitas Agregat

Indeks Stabilitas adalah suatu ukuran kemantapan agregat tanah yang besarnya adalah selisih rata-rata diameter tertimbang hasil pengayakan kering dikurangi hasil pengayakan basah. Kemantapan agregat tanah merupakan sifat yang penting dalam pertanian, karena sangat erat hubungannya dengan ketersediaan air bagi tanaman, perkembangan perakaran, erosi tanah, dan juga pengolahan tanah. Tanah yang bagus adalah tanah yang mempunyai kemantapan agregat yang tinggi.

Agregat tanah terdiri dari pengelompokan erat sejumlah butir-butir primer tanah. Pembentukan agregat tergantung pada terdapatnya butir-butir primer yang dapat beragregasi, pengumpulan dan penjonjotan butir-butir tanah, serta sementasi dari bahan-bahan yang menggumpal menjadi agregat yang stabil (Handayani, 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan agregat adalah tekstur, bahan organik, kation-kation pada kompleks jerapan, kelembaban, faktor biotik, dan pengolahan tanah.

Baver et al. (1972) dalam Handayani (2002) menyatakan bahwa pembentukan agregat yang mantap memerlukan ikatan yang lebih kuat antar partikel atau jonjot sehingga tidak mudah terdispersi kembali dalam air. Stabilitas agregat tanah tergantung dari kekuatan pelaku penyemen dalam menghadapi gaya perusak yang berasal dari luar.

(18)

2.8. Pori Drainase Cepat dan Pori Drainase Lambat

Soedarmo dan Djojoprawiro (1984) mengadakan pembagian ukuran pori dengan batas ukuran pori dan tegangannya atas dasar kemampuan tanaman menghisap air, kemampuan tanah menahan dan melalukan air. Diantaranya adalah pori drainase dengan diameter > 8,6 µm terdiri dari pori drainase cepat yang berdiameter > 28,8 µm dengan asumsi bahwa 28,8 µm adalah diameter pori pada tegangan 10 - 100 cm H2O atau 1/10 bar tension (pF 1,00 – pF 2,00) dan pori

drainase lambat yang berdiameter antara 8,6 – 28,8 µm merupakan batas atas pori-pori terisi air pada kapasitas lapang atau tegangan 100 – 345 cm H2O atau 0,337

bar tension.

2.8. Pori Air Tersedia

Air yang tersedia untuk tanaman pada tekstur lempung sampai lempung berliat termasuk tinggi, namun total air yang menguap meningkat menurut kandungan liat, karena liat mempunyai total pori untuk mengikat air tinggi, tetapi pori -porinya sangat kecil sehingga air yang dipegangnya sangat kuat untuk diserap tanaman (Rachmiati, 2008).

Pasir mempunyai total ruang pori yang lebih sedikit untuk mengikat air, tetapi banyak air yang terikat dapat tersedia bagi tanaman. Penguapan air dari tanah-tanah berpasir lebih cepat dibandingkan tanah-tanah-tanah-tanah berliat, sehingga tanah-tanah berpasir lebih cepat kering setelah hujan, dan tanaman yang tumbuh di atasnya menunjukkan pengaruh akibat kekeringan dibanding dengan tanaman pada tanah-tanah yang teksturnya lebih halus (Rachmiati, 2008).

Air tersedia dalam keadaan cukup, maka pertumbuhan dan produktivitas tanaman berlangsung secara optimal bahkan maksimal. Namun bila air kelebihan atau sebaliknya akan berakibat buruk bagi pertumbuhan dan produktivitas tanaman atau organisme yang diusahakan pada umumnya. (Rahim, 2007).

2.9. Jagung

Tanaman jagung dapat tumbuh baik hampir di semua jenis tanah. Akan tetapi tanaman jagung akan tumbuh baik pada tanah gembur dan kaya humus (Suprapto, 1991). Menurut Muhadjir (1998), sebagai tanaman golongan C4, jagung

(19)

beradaptasi pada intensitas radiasi surya tinggi dengan suhu siang dan malam tinggi, curah hujan rendah dengan cahaya musiman tinggi serta kesuburan tanah relatif rendah. Sifat ini menguntungkan tanaman jagung antara lain aktifitas fotosintesis pada keadaan normal tinggi, fotorespirasi sangat rendah, transpirasi rendah dan efisien dalam penggunaan air.

Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: Andosol (tanah berasal dari gunung berapi), Latosol, Grumosol, dan tanah berpasir. Pada tanah-tanah bertekstur berat (Grumosol) dengan pengolahan tanah secara baik masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu, yang terbaik adalah untuk pertumbuhannya. Jagung dapat tumbuh pada temperatur berkisar antara 16 sampai 32 oC dan curah hujan berkisar antara 500 sampai 5.000 mm/th. Sedangkan untuk tumbuh optimum dibutuhkan temperatur antara 20 sampai 26 oC dan curah hujan antara 1.000 sampai 1.500 mm/th. Tanah yang dibutuhkan tanaman jagung adalah tanah dengan konsistensi gembur, permeabilitas sedang, drainase agak baik sampai baik, tingkat kesuburan sedang, tekstur lempung dan lempung berdebu dengan kandungan humus sedang, reaksi tanah (pH) berkisar antara 5,2 – 8,5 dan yang optimum antara 5,8 – 7,8 (DEPTAN, 1997).

Ciri-ciri varietas jagung hibrida antara lain tanggap terhadap pemupukan, umur pendek, berdaya hasil tinggi, toleran atau tahan terhadap penyakit dan hama penting, beradaptasi baik pada berbagai lingkungan, serta tegap dan tahan rebah (Suprapto, 1991).

(20)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di lapangan dan di Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB. Sedangkan untuk kegiatan pengambilan data lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Darmaga IPB. Penelitian dimulai sejak bulan Februari 2007 sampai dengan Agustus 2007.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ring sample, oven, cawan, alat tulis, timbangan, pipet, buret, gelas ukur, tabung reaksi, corong, kertas saring, Pressure Plate Apparatus, Pressure Membrane Apparatus, alat penetapan permeabilitas.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh tanah Latosol dari Kebun Percobaan Cikabayan, benih/bibit jagung, pupuk Urea, SP-36, KCl, pupuk kandang, zeolit, dan skim lateks.

3.3. Metode Penelitian

Percobaan ini menggunakan RAK (Rancangan Acak Kelompok) yang terdiri dari tujuh perlakuan dan empat ulangan yang juga sebagai kelompok/blok dengan dosis soil conditioner 3 ton ha-1saperti ditampilkan pada Tabel 1.

Model persamaan matematikanya adalah sebagai berikut : Yijk = µ + Bi + Pj + Eij

i = 1, 2, 3, 4

j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 Keterangan :

Yijk = respon sifat fisik tanah akibat pengaruh Blok ke i dan Perlakuan ke j

µ = nilai tengah umum

Bi = pengaruh kelompok/ulangan ke-i Pj = pengaruh jenis perlakuan ke-j Eij = galat

(21)

Tabel 1. Dosis pemberian soil conditioner

Dosis

Pupuk kandang Zeolit Skim Lateks

Perlakuan ...(kg/petak)... Kontrol (A) 0,00 0,00 0,00 Pupuk Kandang(B) 4,50 0,00 0,00 Zeolit (C) 0,00 4,50 0,00 Pukan+Zeolit (D) 4,05 0,45 0,00 Pukan+Skim Lateks (E) 4,45 0,00 0,05* Zeolit+Skim Lateks (F) 0,00 4,45 0,05* Pukan+Zeolit+ Skim Lateks (G) 4,00 0,45 0,05* *) 0.05 kg = 2.2 liter 3.3.1. Persiapan Lahan

Tanggal 31 Januari 2007 dilakukan pengambilan contoh tanah utuh untuk analisis sifat fisik tanah awal yang terdiri dari BD (bulk density), ruang pori total (RPT), Kadar air pada pF 1,00; 2,00; 2,54 dan 4,20, stabilitas agregat, dan permeabilitas. Setelah itu dilakukan persiapan lahan, yaitu membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur. Selanjutnya dibuat petak dengan ukuran 3 m x 5 m sebanyak 28 petak untuk 7 perlakuan dan 4 ulangan. Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan.

3.3.2. Penanaman

Tanaman yang digunakan adalah jagung hibrida varietas Pioneer 12 (P-12) dengan jarak tanam 25 cm x 75 cm. Satu hari sebelum tanam yaitu tanggal 8 Februari 2007 terlebih dahulu dilakukan pemberian bahan pembenah tanah (soil conditioner) sesuai dengan takaran yang telah ditentukan. Dosis soil conditioner dapat dilihat pada Tabel 1. Pemberian soil conditioner dilakukan dengan cara dibenamkan sedalam 10 cm dari permukaan tanah kemudian diaduk rata dengan cara dicangkul. Tanggal 9 Februari 2007 dilakukan penanaman, dengan satu lubang diisi oleh 1 benih jagung.

(22)

3.3.3. Pemupukan

Dosis pupuk dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,45 kg Urea/petak, 0,15 kg SP-36/petak dan 0,15 kg KCl/petak. Pupuk dasar diberikan dengan cara dibenamkan di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm dengan jarak 10 cm dari tanaman jagung. Pada saat penanaman, tanaman jagung ini diberi pupuk dasar masing-masing 35% Urea, 100% SP-36, 100% KCl, sedangkan urea sisanya diberikan pada saat tanaman berumur 35 hari dan 45 hari setelah tanam.

3.3.5. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan meliputi : Penyulaman, yaitu penanaman kembali benih yang tidak tumbuh, dilakukan pada umur 7 hingga 14 HST. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan waktu penanaman. Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma), dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda biasanya dilakukan dengan tangan atau cangkul kecil agar tidak mengganggu perakaran tanaman. Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. Pembersihan saluran dan pembumbunan (pembuatan parit antar barisan yang berguna sebagai saluran pengairan atau drainase), dengan cara barisan tanaman diuruk dengan tanah dari kanan dan kiri barisan tanaman. Dengan cara ini terbentuk guludan yang memanjang.

3.3.5. Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada tanggal 10 Mei 2007, ketika tongkol sudah masak (jagung sudah tua), yaitu pada 100 HST. Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar tongkol beserta kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung. Data yang diambil adalah bobot jagung dan daun basah, bobot jagung + klobot dan daun kering, bobot jagung kering, bobot jagung pipilan, dan bobot tongkol. Tanggal 14 Mei dilakukan pengambilan contoh tanah untuk analisis akhir sifat fisik tanah (BD (bulk density), ruang pori total (RPT), kadar air pada pF 1,00; 2,00; 2,54 dan 4,20, stabilitas agregat dan permebilitas).

(23)

3.3.6. Analisis Sifat Fisik Tanah

Contoh tanah utuh yang diambil setelah pemanenan, dianalisis di Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah pada tanggal 17 Mei 2007 sampai dengan 4 Juli 2007. Macam analisis sifat fisik tanah awal dan setelah panen beserta metodenya ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis sifat fisik tanah

No Macam Analisis Satuan Metode Analisis

1 Bobot isi (BI) g cm-3 Gravimetrik (ring

sampel) 2 Distribusi ukuran pori ( pori

drainase cepat, pori drainase lambat, dan pori air tersedia)

% Kurva pF

3 Pembentukan agregat dan stabilitas agregat

- Pengayakan

kering dan pengayakan basah 4 Kemampuan tanah mengikat air Atmosfer (atm) Pressure plate

apparatus

5 Kadar air tanah % Gravimetrik

6 Permeabilitas cm jam-1

-3.3.7. Produksi Tanaman

Data produksi tanaman yang diambil adalah bobot jagung dan daun basah, bobot jagung beserta klobot dan daun kering, bobot jagung kering, bobot jagung pipilan, dan bobot tongkol.

3.3.8. Analisis data

Analisis data dilakukan untuk membandingkan pengaruh perlakuan terhadap sifat-sifat fisik tanah maupun membandingkan antara sifat-sifat fisik tanah sebelum dan setelah perlakuan. Pengaruh perlakuan terhadap sifat-sifat fisik tanah dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan bagi parameter yang mendapatkan hasil berbeda nyata, sedangkan perbandingan antara sifat-sifat fisik tanah sebelum dan setelah perlakuan dianalisis dengan menggunakan uji T.

(24)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Sifat Fisik Awal

Tanah Latosol yang di ambil dari lahan percobaan IPB Cikabayan Darmaga memiliki bobot isi 0,86 gram cm-3, pori air tersedia < 20%, pori drainase cepat < 20%, pori drainase lambat < 20%, pori drainase total > 20%, kelas permeabilitas sangat cepat (Tabel 3 dan Tabel Lampiran 1), stabilitas agregat termasuk tidak stabil (Tabel 3 dan Tabel Lampiran 1).

Tabel 3. Nilai awal sifat fisik tanah Latosol Darmaga

Sifat-sifat tanah Nilai Kelas

Bobot Isi (g cm-3) 0,86

-Permeabilitas (cm jam-1) 29,74 sangat cepat

Stabilitas Agregat 39,58 tidak stabil

Diameter Massa Rataan (DMR)

4,76 mm (gram) 11,08

-Diameter Massa Rataan (DMR)

2,83 mm (gram) 82,06

-Diameter Massa Rataan (DMR)

2,00 mm (gram) 41,60

-Pori Drainase Cepat (% volume) 12,61

-Pori Drainase Lambat (% volume) 4,98

-Pori Air Tersedia (% volume) 1,82

-Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai stabilitas agregat tanah Latosol Darmaga termasuk mudah tererosi. Hal ini berkaitan dengan erodobilitas atanah, yaitu kemampuan tanah untuk tererosi. Semakin stabil stabilitas agregat tanah maka erodibilitas tanah semakin kecil, maka semakin sulit tanah bisa tererosi, begitu pula jika semakin tidak stabil tanah akan semakin besar nilai erodibilitas tanah, dan tanah akan semakin mudah tererosi (Arsyad, 2000). Jika dibandingkan dengan data yang diperoleh oleh Soedarmo (1995) yaitu bobot isinya rata-rata sekitar 0,95 g cm-3, nilai ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian penulis, pori air tersedia (9,66-14,03 %), jauh lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian, permeabilitas agak lambat sampai sedang

(25)

(1,25-3,59 cm jam-1), pori drainase cepat berkisar antara 10,71-16,32 %, dan pori drainase lambat berkisar antara 2,60-3,90 %.

4.2. Perbandingan Antara Sifat-sifat Fisik Sebelum dan Setelah Perlakuan 4.2.1. Bobot Isi

Bobot isi setelah pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks dan kombinasinya menunjukkan peningkatan dibandingkan sebelum pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks dan kombinasinya (Tabel 4). Namun peningkatan bobot isi tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Lampiran 8).

Tabel 4. Nilai bobot isi sebelum dan sesudah perlakuan

Perlakuan Sebelum Sesudah

A (Kontrol) 0,97

B (pupuk kandang) 0,97

C (zeolit) 0,93

D (pupuk kandang+zeolit) 1,00

E (pupuk kandang+skim lateks) 0,94

F (zeolit+skim lateks) 0,97

G (pupuk kandang+zeolit+skim lateks)

0,86

0,99

Pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks dan kombinasinya belum secara nyata dapat menstimulasi pembentukan agregat pada lahan percobaan. Hal ini karena adanya pengolahan tanah sebelum penanaman dan diikuti oleh pemadatan akibat tumbukan butir hujan terhadap tanah yang menyebabkan tanah terdispersi yang bisa menutup pori-pori tanah dan tanah pun menjadi lebih padat, sehingga mengakibatkan bobot isi setelah perlakuan lebih besar dibandingkan sebelum perlakuan.

Berdasarkan data pada Tabel 4 tersebut terlihat bahwa pengolahan tanah tidak selalu diperlukan pada awal tanam. Tabel 4 tersebut menunjukkan bahwa pengolahan tanahpada tanah-tanah yang telah memiliki sifat-sifat fisik baik tidak diperlukan, dalam hal ini pengolahan tanah cukup dilakukan secara minimum (minimum tillage), dimana hanya dilakukan pada barisan tanaman.

4.2.2. Indeks Stabilitas Agregat Tanah

Nilai stabilitas agregat sebelum dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5, sedangkan rinciannya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1, 3, dan Tabel

(26)

Lampiran 8. Jika dilihat dari Tabel 5, stabilitas agregat tanah Latosol Darmaga sebelum diberi perlakuan termasuk ke dalam kelas tidak stabil, tetapi setelah diberi perlakuan termasuk ke dalam kelas tidak stabil sampai agak stabil.

Pemberian pupuk kandang (B), zeolit (C), pupuk kandang+skim lateks (E), dan zeolit+skim lateks (F) serta kontrol menunjukkan kecenderungan menurunkan stabilitas agregat dibanding kondisi awal. Penurunan stabilitas agregat tertinggi terjadi pada tanah yang tidak diberi perlakuan (kontrol). Hal ini menunjukkan bahwa pengolahan dan pengadukan tanah telah menghancurkan agregat dan belum terbentuk agregat yang lebih kuat dibanding kondisi awal.

Tabel 5. Nilai stabilitas agregat sebelum dan sesudah perlakuan

Perlakuan Sebelum Sesudah

A (Kontrol) 35,42

B (pupuk kandang) 37,50

C (zeolit) 37,50

D (pupuk kandang+zeolit) 45,83

E (pupuk kandang+skim lateks) 27,08

F (zeolit+skim lateks) 37,50

G (pupuk kandang+zeolit+skim lateks)

39,58

58,33

Perlakuan D (pupuk kandang+zeolit) dan G (pupuk kandang+zeolit+skim lateks) cenderung meningkatkan indeks stabilitas agregat (Tabel 5). Peningkatan nilai stabilitas agregat disebabkan adanya sifat pupuk kandang yang dapat membantu agregasi tanah, dan mengurangi kepekaan tanah terhadap pengikisan tanah oleh air, dan dapat berfungsi sebagai pengikat butir-butir tanah. Produk dekomposisi bahan organik merupakan agen penting untuk mengikat bersama partikel-partikel tanah dalam suatu agregat tanah (Atmojo, 2003). Sifat fisik zeolit yang berongga menyebabkan penambahan zeolit pada tanah yang bertekstur liat dapat memperbaiki struktur tanah (Suwardi dan Astiana, 1999). Sifat lateks yang lengket dapat dipercaya bisa menjadi perekat agregat-agregat tanah sehingga stabilitas agregat tanah menjadi stabil.

4.2.3. Diameter Massa Rataan Pengayakan Kering

Nilai diameter massa rataan pengayakan kering sebelum dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6, sedangkan rinciannya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2, 4, dan Tabel Lampiran 8. Dilihat dari nilai-nilai yang

(27)

diperoleh, jumlah tanah (gram) yang diperoleh diameter massa rataan 4,76 mm mengalami kenaikan, sedangkan pada diameter massa rataan 2,83 mm mengalami penurunan. Ini berarti cenderung terjadi pembentukan agregat tanah ke ukuran yang lebih besar.

Tabel 6. Nilai bobot diameter pengayakan sebelum dan sesudah perlakuan

Sebelum Sesudah Perlakuan 4,76 mm 2,83 mm 2,00 mm 4,76 mm 2,83 mm 2,00 mm A(Kontrol) 229,06 32,18 34,46 B(pupuk kandang) 232,33 23,65 34,70 C(zeolit) 218,42 28,07 36,33 D(pupuk kandang+zeolit) 227,09 26,69 35,95 E(pupukkandang+skim lateks) 226,24 28,36 39,27 F(zeolit+skim lateks) 239,93 25,39 33,97 G(pupuk kandang+zeolit+skim latek) 111,08 82,06 41,60 224,03 28,73 36,79

Pembentukan agregat tanah ke ukuran yang lebih besar ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah pengaruh bahan organik. Bahan organik merupakan bahan pengikat, yang memungkinkan zarah lepas diikat menjadi agregat yang besar sehingga diperoleh kesarangan yang diperlukan tanah. Akar tumbuhan melalui jalinan perakaran dan bagian-bagian akar yang membusuk dapat membantu granulasi (Atmojo, 2003).

4.2.4. Pori Drainase Cepat

Nilai pori drainase cepat sebelum dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7, sedangkan rinciannya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1, 3, dan Tabel Lampiran 8. Nilai pori drainase cepat sebelum perlakuan 12,61 %, dan nilai sesudah perlakuan berkisar antara 9,68 sampai 15,94 % (Tabel 7).

Perlakuan pemberian zeolit (C), pupuk kandang+zeolit (D), pupuk kandang+skim lateks (E), dan pupuk kandang+zeolit+skim lateks (G) cenderung menurunkan nilai pori drainase cepat (Tabel 7). Penurunan nilai pori drainase cepat tersebut dikarenakan belum terbentuknya agregat yang menciptakan pori drainase cepat, sedangkan perlakuan pemberian pupuk kandang (B) dan pemberian zeolit+skim lateks (F) cenderung menaikkan nilai pori drainase cepat (Tabel 7). Kenaikan nilai pori drainase cepat pada pemberian pupuk kandang (B)

(28)

dan zeolit+skim lateks (F) diduga telah dapat menciptakan agregat tanah yang dapat menciptakan pori drainse cepat. Dari Tabel 6 terlihat bahwa agregat yang besar (DMR 4,76 mm) telah dapat tercipta pada perlakuan pemberian pupuk kandang (B) dan zeolit+skim lateks (F) dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

Tabel 7. Nilai pori drainase cepat sebelum dan sesudah perlakuan

Perlakuan Sebelum Sesudah

A (Kontrol) 9,74

B (pupuk kandang) 15,94

C (zeolit) 12,58

D (pupuk kandang+zeolit) 9,68

E (pupuk kandang+skim lateks) 11,79

F (zeolit+skim lateks) 13,44

G (pupuk kandang+zeolit+skim lateks)

12,61

12,59

4.2.5. Pori Drainase Lambat

Nilai pori drainase lambat sebelum dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8, sedangkan rinciannya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1, 3, dan Tabel Lampiran 8. Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai pori drainase lambat sebelum perlakuan 4,98 %, dan sesudah perlakuan berkisar antara 5,33 sampai 8,28 %.

Tabel 8. Nilai pori drainase lambat sebelum dan sesudah perlakuan

Perlakuan Sebelum Sesudah

A (Kontrol) 8,28

B (pupuk kandang) 5,97

C (zeolit) 5,71

D (pupuk kandang+zeolit) 5,93

E (pupuk kandang+skim lateks) 5,49

F (zeolit+skim lateks) 5,33

G (pupuk kandang+zeolit+skim lateks)

4,98

5,54

Pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks dan kombinasinya yang diberikan cenderung menaikkan jumlah nilai pori drainase lambat (Tabel 8). Peningkatan nilai pori drainase lambat dapat terjadi akibat terbentuknya agregat-agregat tanah yang dapat menciptakan pori drainase lambat. Dari Tabel 6 terlihat bahwa agregat yang besar (DMR 4,76 mm) telah dapat tercipta pada perlakuan pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks dan kombinasinya.

(29)

Bertambahnya pori drainase lambat (Tabel 8) dan berkurangnya pori drainase cepat (Tabel 7) menunjukkan bahwa pengolahan tanah telah dapat menghancurkan agregat sehingga proporsi pori makro berkurang dan pori mikro bertambah.

4.2.6. Pori Air Tersedia

Air tersedia merupakan selisih antara kandungan air tanah kapasitas lapang (setara dengan kandungan air tanah pada hisapan matriks pF 2,54) dengan kandungan air tanah pada kondisi titik layu permanen (setara dengan kandungan air tanah pada hisapan matriks pF 4,20), dan dinyatakan dalam persen isi. Nilai air tersedia dapat digunakan untuk penetapan kebutuhan air irigasi. Kelembaban tanah berhubungan dengan luas permukaan partikel tanah dan volume ruang pori, sehingga kelembaban tanah berhubungan dengan tekstur dan struktur tanah. Secara umum tekstur, struktur dan kadar bahan organik tanah mempengaruhi jumlah air tersedia

Makin banyak pori air tersedia maka akan semakin banyak air yang tersedia bagi tanaman. Tanah yang bagus jika pori kapiler sama dengan pori non- kapiler , karena tanah tersebut akan mempunyai aerasi, permeabilitas dan air tersedia yang optimal untuk pertumbuhan tanaman.

Tabel 9. Nilai pori air tersedia sebelum dan sesudah perlakuan

Perlakuan Sebelum Sesudah

A (Kontrol) 12,91

B (pupuk kandang) 15,34

C (zeolit) 15,12

D (pupuk kandang+zeolit) 14,14

E (pupuk kandang+skim lateks) 11,77

F (zeolit+skim lateks) 11,62

G (pupuk kandang+zeolit+skim lateks)

1,82

15,16

Nilai pori air tersedia sebelum dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9, sedangkan rinciannya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1, 3, dan Tabel Lampiran 8. Tabel 9 menunjukkan jumlah pori air tersedia naik setelah diberi perlakuan. Kenaikan pori air tersedia menunjukkan bahwa adanya pengaruh perlakuan dalam proses agregasi tanah yang dimulai dengan pembentukan agregat-agregat kecil dengan ruang pori air tersedia di dalam dan di antara agregat

(30)

yang terbentuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Curtis dan Claassen (2005) yaitu pemberian bahan organik dapat meningkatkan kadar air tersedia bagi tanaman.

Seperti halnya pori drainase lambat (Tabel 8), pori air tersedia mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam pembentukan agregat tanah oleh pembenah tanah, agregat mikro terbentuk terlebih dahulu sehingga menciptakan pori-pori di dalam dan di antara agregat tanah. Oleh karena itu, dibandingkan dengan kondisi awal, pembentukan pori air tersedia lebih besar daripada pori drainase lambat dan pori drainase lambat lebih besar daripada pori drainase cepat.

4.2.7. Permeabilitas

Permeabilitas tanah antara sebelum dan setelah pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks dan kombinasinya tidak berbeda nyata secara statistik (Tabel 10 dan Tabel Lampiran 8). Tidak berbedanya sebelum dan sesudah perlakuan tersebut disebabkan oleh variabilitas faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah seperti distribusi pori dan kepadatan tanah. Seperti telah disebutkan di depan bahwa bobot isi tanah dan distribusi pori juga tidak menunjukkan perbedaan antara sebelum dan sesudah pemberian soil conditioner.

Tabel 10. Nilai permeabilitas sebelum dan sesudah perlakuan

Perlakuan Sebelum Sesudah

A (Kontrol) 10,66

B (pupuk kandang) 15,64

C (zeolit) 57,79

D (pupuk kandang+zeolit) 5,10

E (pupuk kandang+skim lateks) 37,01

F (zeolit+skim lateks) 37,83

G (pupuk kandang+zeolit+skim lateks)

29,74

59,04

Namun dari Tabel 10 terlihat bahwa pemberian zeolit (C), pupuk kandang+skim lateks (E), zeolit+skim lateks (F) dan pupuk kandang+zeolit+skim lateks (G) menunjukkan kecenderungan peningkatan permeabilitas tanah dibanding kondisi awal. Seperti telah disebutkan oleh Suwardi dan Astiana (1999) bahwa sifat zeolit yang porous dan skim lateks yang dapat mengikat partikel-partikel tanah menjadi agregat stabil (Fahrunsyah, 2000) sehingga dapat menciptakan rongga-rongga di antara partikel-partikel tanah. Oleh karena itu,

(31)

pemberian zeolit (C), pupuk kandang+skim lateks (E), zeolit+skim lateks (F) dan pupuk kandang+zeolit+skim lateks (G) dapat mempercepat pergerakan air.

Pemadatan tanah dan pemutusan pori berkesinambungan dapat menurunkan permeabilitas tanah, seperti terlihat pada perlakuan kontrol (Tabel 10).

4.3. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang, Zeolit, Skim Lateks dan Kombinasinya Terhadap Sifat Fisik Tanah.

Pengaruh pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks, dan kombinasinya terhadap bobot isi (BI), indeks stabilitas agregat (ISA), diameter massa rataan (DMR), pori drainase cepat (PDC), pori drainase lambat (PDL), pori air tersedia (PAT), dan permeabilitas disajikan pada Tabel 11. Hasil analisis statistiknya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 7.

Hasil analisis statistik (Tabel Lampiran 7) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks, dan kombinasinya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot isi, permeabilitas, diameter massa rataan, pori drainase lambat, dan pori air tersedia, tetapi berpengaruh nyata terhadap stabilitas agregat dan pori drainase cepat.

Tabel 11. Pengaruh pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks, dan kombinasinya terhadap sifat fisik tanah.

DMR Perlakuan BI SA 4,76 2,83 2,00 PDC PDL PAT Permeabilitas A (Kontrol) 0,97 35,42 229,06 32,18 34,46 9,74 8,28 12,91 10,66 B (pupuk kandang) 0,97 37,50 232,33 23,65 34,70 15,94 5,97 15,34 15,64 C (zeolit) 0,93 37,50 218,42 28,07 36,33 12,58 5,71 15,12 57,79 D(pupuk kandang+zeolit) 1,00 45,83 227,09 26,69 35,95 9,68 5,93 14,14 5,10 E(pupuk kandang+skim lateks) 0,94 27,08 226,24 28,36 39,27 11,79 5,49 11,77 37,01 F(zeolit+skim lateks) 0,97 37,50 239,93 25,39 33,97 13,44 5,33 11,62 37,83 G(pupukkandang +zeolit+skimm lateks) 0,99 58,33 224,03 28,73 36,79 12,59 5,54 15,16 59,04

Tabel 11 menunjukkan bobot isi tanah yang memperolah perlakuan pupuk kandang+zeolit (D) menghasilkan nilai bobot isi yang lebih tinggi dibandingkan

(32)

dengan perlakuan yang lain. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Hartatik dan Setyorini (2008), yang menyatakan bahwa penambahan pupuk kandang dapat menurunkan bobot isi. Adanya kenaikan nilai bobot isi tersebut dikarenakan adanya pengolahan tanah waktu awal tanam dan adanya curah hujan yang tinggi menyebabkan tanah terdispersi yang bisa menutup pori-pori tanah sehingga mengakibatkan pemadatan tanah, serta perlakuan yang diberikan belum mampu menciptakan agregat yang sarang sehingga menurunkan bobot isi secara nyata. (Arsyad, 2000).

Dari hasil analisis statistik (Tabel lampiran 7) ternyata bahwa pengaruh pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks, dan kombinasinya nyata terhadap indeks stabilitas agregat. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian perlakuan memberikan pengaruh yang tidak sama terhadap indek stabilitas agregat. Hasil uji dengan metode Duncan indeks stabilitas agregat disajikan pada Tabel 12. Petak yang mendapat perlakuan G berbeda nyata dengan perlakuan-perlakuan yang lain. Perlakuan G mempunyai indeks stabilitas agregat paling stabil yaitu 58,33 dibandingkan petak yang mendapatkan perlakuan lain (Tabel 12). Nilai tersebut termasuk dalam klasifikasi agak stabil.

Tabel 12. Uji Duncan indeks stabilitas agregat pada tanah Latosol Darmaga.

Perlakuan Rataan

Kontrol (A) 35,42a

Pupuk kandang (B) 37,50a

Zeolit (C) 37,50a

Pupuk kandang + Zeolit (D) 45,83a

Pupuk kandang + Skim lateks (E) 27,08a

Zeolit + Skim Lateks (F) 37,50a

Pupuk kandang + Zeolit + Skim lateks (G) 58,83b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama pada setiap parameter tidak berbeda nyata menurut uji Duncan taraf 5%.

Perlakuan G yaitu pemberian pupuk kandang, mineral zeolit, dan skim lateks secara bersamaan dapat meningkatkan kestabilan agregat tanah dikarenakan sifat pupuk kandang yang dapat membantu agregasi tanah, dan mengurangi kepekaan tanah terhadap pengikisan tanah oleh air, dan dapat berfungsi sebagai pengikat tanah. Produk dekomposisi bahan organik merupakan agen penting untuk mengikat bersama partikel-partikel tanah dalam suatu agregat tanah (Atmojo,

(33)

2003). Sifat fisik zeolit yang berongga menyebabkan penambahan zeolit pada tanah yang bertekstur liat dapat memperbaiki struktur tanah (Suwardi dan Astiana, 1999). Sifat lateks yang lengket dapat dipercaya bisa menjadi perekat agregat-agregat tanah sehingga stabilitas agregat-agregat tanah menjadi stabil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Brata (1990) dalam Sudarmo (1995) dan Fahrunsyah (2000). Brata (1990) dalam Sudarmo (1995) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara stabilitas agregat dengan kandungan C organik, polisakarida, dan senyawa humik di dalam tanah. Adapun Fahrunsyah (2000) menyatakan bahwa penambahan skim lateks dapat memperbaiki sifat fisik tanah yaitu dapat meningkatkan indeks stabilitas agregat. Tabel 11 menunjukkan berat tanah pada diameter massa rataan 4,76 mm mempunyai jumlah yang paling besar, ini berarti pembentukan agregat tanah yang terjadi semakin mantap.

Tabel 13. Uji Duncan pori drainase cepat pada tanah Latosol Darmaga.

Perlakuan Rataan

Kontrol (A) 9,74a

Pupuk kandang (B) 15,94b

Zeolit (C) 12,58ab

Pupuk kandang + Zeolit (D) 9,68a

Pupuk kandang + Skim lateks (E) 11,79ab

Zeolit + Skim Lateks (F) 13,44ab

Pupuk kandang + Zeolit + Skim lateks (G) 12,59ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama pada setiap parameter tidak berbeda nyata menurut uji Duncan taraf 5%.

Dari hasil analisis statistik (Tabel lampiran 7) menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks, dan kombinasinya nyata terhadap pori drainase cepat. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian bahan pembenah tanah berpengaruh tidak sama terhadap pori drainase cepat. Hasil uji Duncan pada Tabel 13 menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks dan kombinasinya terhadap pori drainase cepat berbeda nyata. Perlakuan B (pupuk kandang) nyata menaikkan pori drainase cepat dibandingkan dengan perlakuan A (kontrol) dan perlakuan D (pupuk kandang + zeolit). Dari hasil uji statistik yang berbeda nyata hanya perlakuan B terhadap perlakuan A dan D, sedangkan terhadap perlakuan yang lainnya nilainya tidak berbeda nyata.

(34)

Dari data Tabel 13 terlihat bahwa pemberian bahan pembenah tanah pupuk kandang, zeolit, skim lateks, dan kombinasinya memberikan pengaruh terhadap pori drainase cepat yang sangat bervariasi. Variabilitas data sifat fisik, dalam hal ini pori drainase cepat yang sangat tinggi akibat pemberian bahan pembenah tanah dapat disebabkan oleh penghancuran dan pengolahan tanah, serta pencampuran bahan pembenah terjadi kurang merata, sehingga proses agregasi dan pembentukan pori-pori diantaranya juga kurang homogen.

Nilai pori air tersedia (PAT) pada tanah Latosol Darmaga disajikan pada Tabel 11. Hasil analisis statistika pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa antar perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata. Namun demikian dengan melihat nilai rata-rata perlakuan pada Tabel 11 terlihat perlakuan B (pupuk kandang) menunjukkan jumlah pori air tersedia di dalam tanah paling besar. Peningkatan nilai pori air tersedia disebabkan sudah terbentuknya agregat-agregat tanah yang dapat menciptakan pori air tersedia. Dari Tabel 11 terlihat bahwa agregat yang besar (DMR 4,76 mm) telah dapat tercipta pada perlakuan pemberian pupuk kandang dibandingkan perlakuan yang lain.

Pada penelitian ini pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks, dan kombinasinya tidak memperlihatkan adanya pengaruh yang nyata terhadap permeabilitas tanah (Tabel Lampiran 7). Hal ini dikarenakan adanya variabilitas faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah seperti distribusi pori dan kepadatan tanah. Seperti telah disebutkan di depan bahwa bobot isi tanah dan distribusi pori juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

4.4. Produksi Jagung Setelah Perlakuan

Hasil analisis statistik parameter bobot tongkol basah, bobot pipilan kering dan tinggi tanaman (9 MST) dapat dilihat pada Lampiran 9. Tabel Lampiran 9 menunjukkan bahwa pemberian soil conditioner terhadap tanah Latosol Darmaga tidak memberikan pengaruh yang nyata pada bobot tongkol basah, bobot pipilan kering dan tinggi tanaman umur 9 MST. Meskipun pada pengukuran beberapa sifat fisik tanah berbeda nyata, tetapi ternyata tidak berpengaruh terhadap produksi jagung. Hasil yang di peroleh di lahan Kebun Percobaan Cikabayan adalah 5,8 ton ha-1, dimana hampir sama dengan produksi normal jagung di

(35)

provinsi Jawa Barat tahun 2008 yaitu 5,3 ton ha-1 (www.bps.go.id). Hal ini menunjukkan bahwa perubahan sebagian sifat fisik pada tanah Latosol Darmaga belum bisa mempengaruhi pertumbuhan dan produksi jagung, karena pemberian soil conditioner lebih berpengaruh terhadap perbaikan sifat fisik dan kimia tanah. Tanaman lebih berespon terhadap pupuk dasar yang diberikan, bukan terhadap bahan pembenah tanah yang diberikan.

(36)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Bobot isi setelah pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks dan

kombinasinya menunjukkan peningkatan dibandingkan sebelum pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks dan kombinasinya.

2. Stabilitas agregat tanah Latosol Darmaga sebelum diberi perlakuan termasuk ke dalam kelas tidak stabil, tetapi setelah diberi perlakuan termasuk ke dalam kelas tidak stabil sampai agak stabil.

3. Jumlah tanah (gram) yang diperoleh diameter massa rataan 4,76 mm mengalami kenaikan, sedangkan pada diameter massa rataan 2,83 mm mengalami penurunan. Ini berarti cenderung terjadi pembentukan agregat tanah ke ukuran yang lebih besar.

4. Perlakuan pemberian zeolit (C), pupuk kandang+zeolit (D), pupuk kandang+skim lateks (E), dan pupuk kandang+zeolit+skim lateks (G) cenderung menurunkan nilai pori drainase cepat, sedangkan pemberian pupuk kandang (B) dan pemberian zeolit+skim lateks (F) cenderung menaikkan nilai pori drainase cepat.

5. Pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks dan kombinasinya yang diberikan cenderung menaikkan jumlah nilai pori drainase lambat.

6. Jumlah pori air tersedia naik setelah pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks dan kombinasinya.

5.2. Saran

1. Tanah Latosol Darmaga dikenal sebagai tanah yang mempunyai sifat fisik yang tergolong bagus tetapi kesuburan tanahnya rendah, sehingga perbaikan terhadap sifat fisik tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi jagung. Karena itu penelitian yang sejenis perlu dilakukan terhadap tanah-tanah yang mempunyai sifat fisik tergolong jelek, misalnya tanah Podsolik maupun tanah Regosol.

(37)

2. Melihat kondisi hasil penelitian yang tidak nyata maka tanah tersebut tidak perlu mendapatkan pengolahan tanah berikutnya. Jadi kita bisa lakukan tanpa olah tanah (TOT) setelah pengolahan tanah sebelumnya.

3. Pemberian bahan-bahan pembenah tanah terhadap tanah-tanah yang memiliki sifat-sifat fisik tanah baik perlu dilakukan dalam rangka mengkonservasi tanah tersebut agar tidak terjadi degradasi. Bahan-bahan yang perlu ditambahkan pada tanah Latosol Darmaga terutama adalah bahan organik. Penambahan bahan organik tanah dapat dilakukan dengan mengembalikan serasah hasil panen, dengan menggunakan pupuk kompos dan kotoran ternak.

(38)

VI. DAFTAR PUSTAKA

Armon, N. 1991. Pengaruh pupuk kandang dan emulsi lateks terhadap sifat fisika tanah psamment dan produksi tanaman kedele (Glycine max L merr.). Tesis S2. Program Pascasarjana. KPK IPB-UNAND.

Arsyad, S. 2000. Konservasi tanah dan air. IPB Press. Bogor.

Astiana, S. 1993. Perilaku mineral zeolit dan pengaruhnya terhadap perkembangan tanah. Disertasi S3. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Atmojo, S. W. 2003. Peranan bahan organik terhadap kesuburan tanah dan upaya pengelolaannya.www.suntoro.staff.uns.ac.id. (20 Desember 2009).

Badan Pusat Statistik. 2008. Food crops statistics.www.bps.go.id. (17 Desember 2008).

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2001. Zeolit untuk pertanian. Lembar informasi pertanian (Liptan). Departemen Pertanian.

Curtis, M. J and Claassen, V. P. 2005. Compost incorporation increases plant available water in a drastically disturbed serpentine soils. Soil science. 170:939-953.

Dariah, A. 2007. Bahan pembenah tanah : prospek dan kendala pemanfaatannya.

www.litbang.deptan.go.id. (18 Desember 2009).

Darliana. 2005. Pengaruh jenis bokashi terhadap bobot isi, C-organik, dan KTK tanah, serta hasil daun teh pada Andosol asal Gambung.www.p4tkipa.org. (27 Agustus 2008).

Departemen Pertanian. 1997. Kriteria kesesuaian tanah dan iklim tanaman pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.

Eddy, H. R. 2007. Potensi dan pemanfaatan zeolit di Provinsi Jawa Barat dan Banten.www.dim.esdm.go.id. (14 Agustus 2008).

Fahrunsyah. 2000. Pengaruh lateks alam terhadap berbagai sifat fisika tanah ultisol. Jurnal budidaya pertanian. www.pustaka-deptan.go.id. ( 20 Desember 2009).

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Divisi Buku Perguruan Tinggi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. www.dasar2ilmutanah.blogspot.com. (4 januari 2010).

Handayani, S. 2002. Kajian struktur tanah lapis olah : II. Stabilitas agregat.

(39)

Hartatik, W dan D. Setyorini. 2008. Monitoring perubahan sifat-sifat tanah dalam sistem budidaya sayuran organik. Prosiding seminar dan kongres nasional MKTI VI. Jakarta.

Suprapto, Hs. 1991. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kantor Statistik Kabupaten Bogor. 2006. Data curah hujan bulanan Kabupaten Bogor. Kantor Statistik kabupaten Bogor. Bogor.

Muhadjir, F. 1998. Karakteristik tanaman jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. Bogor. p 33-48.

Murtilaksono, K dan E.D. Wahyuni. 2004. Hubungan ketersediaan air tanah dan sifat-sifat dasar fisika tanah. Jurnal Tanah dan Lingkungan 6:46-50.

Nurfianti. 2003. Pencirian limbah dan karet hasil pengolahan lateks skim. Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. Bogor.

Pasaribu, M. 2006. Permeabilitas profil tanah. http://rimbaraya.blogspot.com . (16 Agustus 2008).

Rachmiati, Y. 2008. Hubungan iklim dan tanah. www.ritc.or.id. (27 Agustus 2008).

Rahim, S. E. 2007. Tanah secara fisik merupakan gudang kekayaan.

www.suplirahim.multiply.com. (27 Agustus 2008).

Soedarmo, D. H. dan P. Djojoprawiro. 1984. Fisika tanah dasar. Jurusan Konservasi Tanah dan Air. Fakultas Pertanian. Bogor.

Soekarno, I. dan D. Rohmat. 2006. Efek sifat fisik terhadap permeabilitas dan suction head tanah (kajian empirik untuk meningkatkan laju infiltrasi.

www.resources.unpad.ac.id. (17 Desember 2008).

Soil Survey Staff. 1998. Keys to soil taxonomy. Eight Edition. United States Department of Agryculture. Natural Resources Conservation Service. Washington DC. p 206-386.

Sudarmo. 1995. Peningkatan kualitas sifat fisik Podsolik Merah kuning (Hapludult) Gajrug dan Latosol (Dystropept) Darmaga dengan pemanfaatan cacing tanah. Tesis S2. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Suriadi, A, dan M. Nazam. 2007. Penilaian kualitas tanah berdasarkan kandungan bahan organik (kasus di Kabupaten Bima). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB.

(40)

Suwardi dan A. Sastiono. 1999. Pemanfaatan zeolit alam untuk meningkatkan kesuburan tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suwardi dan H. Wiranegara. 1998. Penuntun praktikum morfologi dan klasifikasi

tanah. Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian. 79h.

Suwardi. 2002. Pemanfaatan zeolit untuk meningkatkan produksi tanaman pangan, peternakan, dan perikanan. Makalah Seminar Teknologi Aplikasi Pertanian. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Syukur, A. 2005. Penyerapan boron oleh tanaman Jagung di tanah pasir pantai Bugel dalam kaitannya dengan tingkat frekuensi penyiraman dan pemberian bahan organik. www. Soilfaperta.ugm.ac.id.pdf. (20 Agustus 2008).

Tim Penulis PS. 1999. Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.

Torii, K. 2007. Utilization of natural zeolites In Japan. National Industrial Research Institute. Japan.

USDA. 1998. Kunci Taksonomi Tanah. edisi kedua bahasa Indonesia. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Yusmandhany, E. S. 2004. Kemampuan potensial tanah menahan air hujan dan aliran permukaan berdasarkan tipe penggunaan lahan di daerah Bogor bagian tengah. Buletin Teknik Pertanian Vol 9 No 1. p 26-29.

(41)
(42)

U

Ulangan 1 D E A G F B C Ulangan 2 B D G A C F E Ulangan 3 C A D F G E B Ulangan 4 G F B C E D A Keterangan : A = Kontrol B = Pupuk Kandang C = Zeolit

D = Pupuk Kandang + Zeolit E = Pupuk Kandang + Skim Lateks F = Zeolit + Skim Lateks

G = Pupuk Kandang + Zeolit + Skim Lateks Gambar 1. Denah petak percobaan

(43)

Tabel lampiran 1. Hasil analisis awal sifat fisik tanah Latosol Darmaga Blok Ulangan Bobot Isi (g cm-3) Permeabilitas (cm jam-1) Stabilitas Agregat Pori Drainase Cepat (%) Pori Drainase Lambat (%) Pori Air Tersedia (%) 1 1 0,83 52,21 50 11,31 1,95 4,50 1 2 0,89 5,38 50 18,34 3,15 1,63 1 3 0,94 5,91 33,33 7,03 6,36 0,13 1 4 0,78 75,79 25 11,22 2,96 1,84 1 5 0,91 10,06 33,33 18,39 3,89 1,66 1 6 0,86 24,93 33,33 10,04 4,85 0,27 1 7 0,90 16,88 50 17,12 2,40 3,04 Rata-rata 0,87 27,31 39,28 11,56 6,13 17,29 2 1 1,02 1,51 33,33 19,59 5,01 2,22 2 2 0,83 35,98 50 8,71 1,49 2,78 2 3 0,87 57,68 3333 11,47 3,93 0,65 2 4 0,86 34,06 33,33 18,23 5,63 ,05 2 5 0,86 18,69 33,33 16,02 3,83 0,24 2 6 0,82 33,20 33,33 11,95 4,17 0,51 2 7 0,80 14,41 50 10,64 5,29 0,465 Rata-rata 0,87 27,93 38,09 13,24 5,78 13,66 3 1 0,90 17,67 50 12,67 3,68 0,07 3 2 0,93 20,84 33,33 10,61 4,09 1,23 3 3 0,77 5,38 33,33 12,89 3,70 1,09 3 4 0,86 30,64 50 10,76 3,86 2,36 3 5 0,84 65,91 25 14,14 1,61 2,58 3 6 0,75 8,61 50 12,81 4,71 0,42 3 7 0,84 48,40 50 15,47 4,69 1,26 Rata-rata 0,84 28,21 41,67 10,21 6,93 11,53 4 1 1,03 20,33 50 9,36 7,23 0,05 4 2 0,83 31,87 33,33 21,05 9,09 0,04 4 3 1,04 53,08 25 7,25 9,79 7,89 4 4 0,68 0,79 33,33 0,31 15,22 3,70 4 5 0,74 26,50 33,33 13,95 4,61 0,80 4 6 0,88 70,51 50 18,95 3,45 0,38 4 7 0,83 45,52 50 2,75 8,67 5,93 Rata-rata 0,86 35,51 39,28 14,00 5,30 12,07

(44)

Tabel lampiran 2. Berat agregat pada beberapa diameter ayakan (analisis awal) Diameter massa rataan

Blok Ulangan

4,76 (gram) 2,83 (gram) 2 (gram)

1 1 110,08 72,99 51,94 1 2 107,70 61,90 43,08 1 3 128,35 81,93 38,56 1 4 116,80 102,69 47,53 1 5 100,62 92,01 52,60 1 6 164,73 73,97 37,80 1 7 97,79 90,98 43,53 Rata-rata 103,72 82,35 45,01 2 1 81,51 92,13 49,66 2 2 141,23 125,05 18,88 2 3 155,30 68,35 36,43 2 4 9,06 74,38 44,50 2 5 76,34 55,97 29,12 2 6 104,25 94,33 46,04 2 7 104,22 99,74 52,31 Rata-rata 108,84 87,14 39,56 3 1 80,56 68,46 46,04 3 2 154,11 69,59 39,60 3 3 138,15 87,89 39,32 3 4 102,27 62,60 33,21 3 5 76,66 62,94 38,62 3 6 91,63 94,32 50,40 3 7 96,11 75,20 49,76 Rata-rata 105,64 74,43 42,42 4 1 165,62 48,22 31,16 4 2 109,34 60,42 40,64 4 3 91,27 80,37 47,53 4 4 133,33 97,90 40,39 4 5 80,62 63,89 38,12 4 6 105,24 101,22 45,18 4 7 105,23 138,26 32,46 Rata-rata 107,24 84,33 39,35

(45)

Tabel lampiran 3. Hasil analisis akhir sifat fisik tanah Latosol Darmaga Perlakuan Ulangan Bobot Isi (g cm-3) Permeabilitas (cm jam-1) Stabilitas Agregat Pori Drainase Cepat (%) Pori Drainase Lambat (%) Pori Air Tersedia (%) A 1 0,99 0,41 33,33 12,63 5,53 16,21 A 2 0,86 14,90 50,00 10,85 7,29 15,41 A 3 1,05 24,71 33,33 1,60 14,66 11,25 A 4 0,98 2,62 25,00 13,89 5,63 8,77 Rata-rata 0,97 10,66 35,42 9,74 8,28 12,91 B 1 1,01 16,38 33,33 16,96 5,93 20,56 B 2 1,00 6,96 50,00 15,02 7,10 12,72 B 3 0,91 23,28 33,33 15,07 5,45 11,77 B 4 0,95 15,92 33,33 16,72 5,39 16,31 Rata-rata 0,97 15,64 37,50 15,94 5,97 15,34 C 1 1,06 55,60 50,00 1,78 6,77 20,16 C 2 0,82 65,71 50,00 11,10 5,61 12,59 C 3 0,90 107,96 25,00 13,52 5,08 15,61 C 4 0,93 1,88 25,00 14,93 5,39 12,13 Rata-rata 0,93 57,79 37,50 12,58 5,71 15,12 D 1 1,05 4,58 33,33 7,21 5,47 17,57 D 2 0,91 7,90 50,00 12,60 4,49 17,35 D 3 1,04 4,99 50,00 3,88 8,76 8,23 D 4 0,98 2,91 50,00 15,03 5,00 13,41 Rata-rata 1,00 5,10 45,83 9,68 5,93 14,14 E 1 0,98 45,57 33,33 12,55 6,46 10,65 E 2 0,97 64,56 25,00 13,60 5,22 14,74 E 3 0,92 26,97 25,00 12,25 5,63 9,07 E 4 0,90 10,93 25,00 15,03 4,65 10,22 Rata-rata 0,94 37,01 27,08 11,79 5,49 11,77 F 1 0,98 42,57 33,33 13,71 4,61 19,08 F 2 0,93 63,15 50,00 14,72 5,35 9,14 F 3 0,99 41,36 33,33 9,09 5,40 14,59 F 4 0,98 4,22 33,33 16,24 5,94 3,67 Rata-rata 0,97 37,83 37,50 13,44 5,33 11,62 G 1 1,10 14,55 50,00 7,09 8,13 16,79 G 2 0,84 218,18 100,00 14,82 5,38 13,64 G 3 1,00 1,40 33,33 16,05 3,52 10,21 G 4 1,02 2,04 50,00 12,40 5,13 20,00 Rata-rata 0,99 59,04 58,33 12,59 5,54 15,16

(46)

Tabel lampiran 4. Berat agregat hasil perlakuan pada beberapa diameter ayakan Diameter massa rataan

Perlakuan Ulangan

4,76 (gram) 2,83 (gram) 2 (gram)

A 1 221,50 28,89 34,32 A 2 240,27 30,26 34,23 A 3 249,58 38,76 29,75 A 4 204,90 30,82 39,53 Rata-rata 229,06 32,18 34,46 B 1 237,21 22,67 41,18 B 2 220,62 32,60 33,54 B 3 233,23 19,46 33,23 B 4 238,25 19,88 30,84 Rata-rata 232,33 23,65 34,70 C 1 250,54 27,07 35,85 C 2 183,94 35,26 44,07 C 3 199,46 24,58 28,59 C 4 239,75 25,35 36,81 Rata-rata 218,42 28,07 36,33 D 1 225,33 36,46 39,17 D 2 246,70 19,70 29,80 D 3 201,90 26,81 37,89 D 4 234,41 23,80 36,95 Rata-rata 227,09 26,69 35,95 E 1 217,58 33,89 42,81 E 2 225,95 28,46 34,80 E 3 225,37 27,65 42,21 E 4 236,04 23,44 37,26 Rata-rata 226,24 28,36 39,27 F 1 248,57 29,92 40,71 F 2 250,90 16,75 25,56 F 3 230,75 31,10 38,36 F 4 229,49 23,80 31,25 Rata-rata 239,93 25,39 33,97 G 1 251,77 34,56 34,23 G 2 231,95 21,75 33,60 G 3 225,23 25,94 34,39 G 4 187,15 32,68 44,94 Rata-rata 224,03 28,73 36,79

(47)

Tabel lampiran 5. Bobot basah dan bobot pipilan kering jagung

Perlakuan Ulangan Bobot Basah (kg) Bobot Pipilan Kering (kg)

A 1 1,75 0,40 A 2 1,95 0,50 A 3 1,50 0,50 A 4 1,90 0,60 Rata-rata 1,78 0,50 B 1 1,75 0,70 B 2 1,85 0,50 B 3 1,75 0,60 B 4 1,83 0,50 Rata-rata 1,80 0,6 C 1 1,40 0,50 C 2 1,45 0,50 C 3 1,90 0,60 C 4 1,90 0,60 Rata-rata 1,66 0,55 D 1 1,45 0,60 D 2 1,35 0,50 D 3 1,80 0,70 D 4 1,70 0,60 Rata-rata 1,58 0,60 E 1 1,50 0,60 E 2 1,30 0,50 E 3 1,80 0,60 E 4 1,90 0,70 Rata-rata 1,63 0,60 F 1 1,85 0,60 F 2 1,45 0,50 F 3 1,70 0,60 F 4 1,73 0,70 Rata-rata 1,68 0,60 G 1 1,65 0,70 G 2 1,60 0,60 G 3 1,50 0,60 G 4 1,75 0,50 Rata-rata 1,63 0,6

(48)

Tabel lampiran 6. Analisis ragam awal pengaruh blok terhadap sifat fisik tanah Latosol Darmaga F-tabel Sumber Keragaman db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F-hitung α≤ 0,01 α≤0,05 Bobot Isi Blok 3 1345,3 448,440 0,670 4,72 3,01 Galat 24 12733,4 707,411 Total 27 17432,1 Permeabilitas Blok 3 314,000 105,000 0,200 4,72 3,01 Galat 24 12372,000 516,000 Total 27 12687,000 Stabilitas Agregat Blok 3 47,000 16,000 0,160 4,72 3,01 Galat 24 2401,000 100,000 Total 27 2448,000

Pori Drainase Cepat

Blok 3 70,000 23,300 0,580 4,72 3,01

Galat 24 575,000 24,000

Total 27 645,000

Pori Drainase Lambat

Blok 3 103,950 34,650 6,870** 4,72 3,01

Galat 24 121,130 5,050

Total 27 225,090

Pori Air Tersedia

Blok 3 10,400 3,470 0,750 4,72 3,01 Galat 24 86,310 3,600 Total 27 96,700 Diameter Ayakan 4,76 Blok 3 101,000 34,000 0,260 4,72 3,01 Galat 24 19218,000 801,000 Total 27 19319,000 Diameter Ayakan 2,83 Perlakuan 3 624,550 208,180 0,460 4,72 3,01 Galat 18 10913,000 455,000 Total 27 11538,000 Diameter Ayakan 2 Perlakuan 3 150,310 50,100 0,770 4,72 3,01 Galat 18 1556,100 64,800 Total 27 1706,400

Keterangan: * = Berbeda nyata

(49)

Tabel lampiran 7. Analisis setelah perlakuan terhadap sifat fisik tanah Latosol Darmaga. F-tabel Sumber Keragaman db Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah F-hitung

α≤ 0,01 α≤0,05 Bobot Isi Perlakuan 6 0,014 0,002 0,710 4,01 2,66 Ulangan 3 0,051 0,017 5,150 Galat 18 0,059 0,003 Total 27 0,124 Permeabilitas Perlakuan 6 11609,03 1934,95 1,099 4,01 2,66 Ulangan 3 11845,32 3948,44 2,243 Galat 18 3169,68 1760,70 Total 27 55147,03 Stabilitas Agregat Perlakuan 6 2306,630 384,438 3,010* 4,01 2,66 Ulangan 3 1835,620 611,874 4,800 Galat 18 2296,720 127,596 Total 27 6438,970

Pori Drainase Cepat

Perlakuan 6 6,239 1039875957 2,930* 4,01 2,66

Ulangan 3 3,198 1065869886 3,000

Galat 18 6,397 355371273

Total 27 1,583

Pori Drainase Lambat

Perlakuan 6 24,43 4,07 0,690 4,01 2,66

Ulangan 3 11,20 3,73 0,280

Galat 18 72,85 4,05

Total 27 1136,45

Pori Air Tersedia

Perlakuan 6 73,449 12,242 0,892 4,01 2,66 Ulangan 3 141,458 47,153 3,437 Galat 18 246,937 13,719 Total 27 461,845 Diameter Ayakan 4,76 Perlakuan 6 1093,740 182,290 0,430 4,01 2,66 Ulangan 3 687,410 229,135 0,550 Galat 18 7561,710 420,095 Total 27 9342,850 Diameter Ayakan 2,83 Perlakuan 6 177,412 29,569 0,900 4,01 2,66 Ulangan 3 94,697 31,566 0,960 Galat 18 594,445 33,025 Total 27 866,554 Diameter Ayakan 2 Perlakuan 6 78,337 13,056 0,500 4,01 2,66 Ulangan 3 88,733 29,578 1,130 Galat 18 469,790 26,099 Total 27 636,860

Keterangan: * = Berbeda nyata ** = Sangat berbeda nyata

Gambar

Tabel 11. Pengaruh pemberian pupuk kandang, zeolit, skim lateks, dan kombinasinya terhadap sifat fisik tanah.

Referensi

Dokumen terkait

dengan penambahan nutrien sintetis, dengan lama waktu kultivasi dari hari ke-0 sampai hari ke-11, pertumbuhan paling tinggi terjadi pada hari ke-9 dengan OD (optical density) 0,487,

The research instruments that used for this study includes observation, documentation, questionnaire, and interview. The observation is used to observe the teaching

Jika laju suara di udara 340 m/s, berapakah frekuensi yang didengar pendengar dalam mobil. Bagaimana jika mobil menjauhi pabrik dengan laju

(2) Pemanfaatan arsip statis sebagai obyek pariwisata, sejarah, dan budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Lembaga Kearsipan berkoordinasi dengan

Terdapat pendapat lain yang mengaskan perlunya independensi akuntan publik, sebagaimana pendapat Quantadora (2008:3) juga menegaskan bahwa akuntan publik atau

Penulis terobsesi dengan gagasan Samuel Huntington yang berhasil merumuskan teori ‘benturan antar peradaban’ dan Francis Fukuyama yang muncul dengan gagasan ‘berakhirnya

Dalam laporan skripsi yang berjudul “ANALISIS, PERANCANGAN DAN PENGEM BANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEBSITE UNTUK PENANGGULANAGN BAHAYA KEBAKARAN DI JAKARTA

Zat-zat organik yang berasal dari air bilasan ruang bedah dan otopsi apabila tidak dikelola dengan baik, atau langsung dibuang ke saluran pembuangan umum akan sangat berbahaya