• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori-Teori Dasar / Umum

2.1.1 Pengertian Pembelajaran

Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 20, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Menurut pendapat Iskandar (dalam M.sobry Sutikno, 2005: p27), pembelajaran adalah suatu upaya untuk membelajarkan Karyawan.

Menurut http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Definisi pembelajaran menurut Gagne dan Briggs (dalam

(2)

membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.

Berdasarkan analisis teori-teori diatas, yang dimaksud dengan pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar dan proses pertukaran informasi pada diri peserta didik.

2.1.2 Pengertian Learning Management System (LMS) Menurut

http://en.wikipedia.org/wiki/Learning_Management_System, Learning

Management System (LMS) adalah software yang dibuat untuk

pembelajaran yang melibatkan user.

Berdasarkan http://safarmoonlight.multiply.com/journal/item/1,

Learning Management System (LMS) adalah sebuah paket software

dimana seluruh kegiatan manajemen dan penyampaian kegiatan belajar dilakukan secara on-line.

Definisi Learning Management System (LMS) menurut http://romisatriawahono.net/category/elearning, adalah aplikasi yang mengotomasi dan mem-virtualisasi proses belajar mengajar secara elektronik.

Berdasarkan http://zulharman79.wordpress.com/2008/01/03/59,

(3)

menejemen proses pembelajaran seperti menyimpan, mengelola dan mendistribusikan berbagai informasi pendidikan.

Menurut pendapat Muhammad Jukadi yang menjabat e-learning Manager BNI. LMS adalah software pembelajaran yang diberikan perusahaan untuk akses yang lebih mudah.

Berdasarkan analisis teori diatas yang dimaksud dengan Learning

Management System (LMS) adalah sebuah software atau aplikasi yang

mengotomasi dan mem-virtualisasi proses belajar mengajar secara elektronik atau on-line.

2.1.3 Pengertian Sistem

Definisi sistem menurut Gondodiyoto,sanyoto dan Hendarti (2006, p94) adalah kumpulan elemen atau sumber daya yang saling berkaitan secara terpadu, terintegrasi dalam suatu hubungan hirarkis tertentu.

Berdasarkan pendapat O’Brein (2005,p29) definisi sistem adalah sekumpulan komponen masukan dan menghasilkan keluaran dalam suatu transformasi yang terorganisir.

Menurut Raymond Mc Leod jr. dan George Schell (8th edition,p9) definisi sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terintegrasi untuk mencapai tujuan yang sama.

Sistem mempunyai tiga komponen dasar yang saling berintegrasi, yaitu :

(4)

1. Input (masukan), meliputi menangkap dan mengumpulkan elemen

yang memasuki sistem untuk dapat diproses.

2. Processing (proses), meliputi proses perubahan yang merubah input menjadi output.

3. Output (keluaran atau hasil), tujuan yang merupakan hasil akhir dari suatu proses perubahan. Setelah data diproses, maka hasil akhir yang dihasilkan disebut dengan output yang berupa informasi.

Menurut http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi.

Berdasarkan

http://blog.persimpangan.com/blog/2007/08/06/pengertian-dan-ciri-ciri-pendekatan-sistem/. Sistem adalah berbagai komponen (unsur), berbagai kegiatan, adanya saling hubungan serta ketergantungan antar komponen, adanya keterpaduan antar komponen, adanya keluasan sistem, dan gerak dinamis semua fungsi dari semua komponen tersebut mengarah ke pencapaian tujuan sistem yang telah ditetapkan lebih dahulu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen – komponen terkait yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan dengan menerima masukan (input) dalam suatu proses (process) dan menghasilkan keluaran (output) transformasi yang terorganisir.

(5)

2.1.4 Pengertian Informasi

Menurut pendapat Gondodiyoto, Sanyoto dan Hendarti (2006,p96), informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna, lebih bermanfaat dan lebih berarti bagi yang menerimanya.

Definisi informasi menurut Ralph Stair dan George Reynold (2006,p5), informasi adalah sekumpulan data yang terorganisasi yang dimana data tersebut mempunyai nilai lebih dibanding data yang lain.

Berdasarkan pendapat Mukhtar (1999,p4) ciri – ciri atau karakteristik suatu informasi yang baik dan lengkap adalah sebagai berikut :

1. Reliable (dapat dipercaya)

Informasi haruslah bebas dari kesalahan dan haruslah akurat dalam mempresentasikan suatu kejadian atau kegiatan dari suatu organisasi. 2. Relevant (cocok atau sesuai)

Informasi yang relevan harus berguna bagi user. Informasi ini dapat mengurangi ketidakpastian dan dapat meningkatkan nilai dari suatu kepastian serta hasil yang keluaran sesuai fakta.

3. Timely (tepat waktu)

Informasi yang disajikan haruslah cepat pada saat yang dibutuhkan (tepat waktu) dan bisa mempengaruhi proses pengambilan keputusan. 4. Complete (lengkap)

(6)

Informasi yang disajikan lengkap termasuk di dalamnya semua data-data yang relevan dan tidak mengabaikan kepentingan yang diharapkan pembuat keputusan. Lengkap dalam penelitian ini adalah

Understandable (dapat dimengerti)

Informasi yang disajikan hendaknya dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh karyawan.

Berdasarkan http://id.wikipedia.org/wiki/Informasi, Informasi adalah hasil pemrosesan, manipulasi dan pengorganisasian/penataan dari sekelompok data yang mempunyai nilai pengetahuan (knowledge) bagi penggunanya.

Menurut http://informasi-sistem.blogspot.com/2007/06/sistem-informasi.html. Informasi adalah hasil pengolahan data sehingga menjadi bahan yang bernilai untuk pengambilan keputusan. Sedang data itu sendiri mempunyai arti informasi yang mempunyai arti kemudian diolah sehingga menghasilkan informasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data mentah yang diolah sehingga dapat lebih berguna, bermanfaat dan berarti bagi yang menerimanya, dimana ciri-ciri dari informasi yang baik yaitu : (1)

Realiabel, yang meliputi bebas dari kesalahan dan akurat; (2) Relevan,

yang meliputi berguna dan nilai, (3) Timely, yang meliputi cepat, (4)

Complete, yang meliputi lengkap, dan (5) Understandable, yang meliputi

(7)

Berdasarkan analisis teori diatas indikator dari Pembembelajaran

Learning Management System (LMS) adalah : (1) Interaksi, karena

karyawan dengan karyawan atau karyawan dengan moderator melalui forum untuk berdiskusi sekitar dunia perbankan dan jika terdapat pertanyaan dari karyawan karena tidak mengerti tentang courseware yang karyawan pelajari, maka karyawan dapat menanyakannya melalui forum; (2) Proses Belajar, karena karyawan sebagai peserta didik, instruktur atau media tutorial sebagai pengajar dan courseware sebagai bahan ajar. Forum merupakan media untuk bertanya jawab dan berdiskusi antara karyawan dengan moderator; (3) Software, karena Learning Management

System, yang digunakan untuk belajar karyawan BNI dan karyawan dapat

lebih efektif belajar dengan menggunkan sistem informasi LMS; (4) Akses, karena karyawan hanya dapat menggunakan di kantor saja dan karyawan hanya dapat melihat courseware diatas jam 4 sore; (5) Terintegrasi, karena penggabungan antara pembelajaran klasikal dan pembelajaran LMS untuk memperdalam materi perbankan dan pelayanan perbankan. Karyawan memadukan dua pelatihan (klasikal dan LMS) unutk belajar; (6) Input, karena karyawan memasukkan NIK atau Nomor Induk Karyawan dan Password lalu menekan tombol Login untuk masuk ke dalam pembelajaran LMS karyawan akan mendapatkan warning apabila mereka salah memasukkan NIK atau Password; (7) Process, karena karyawan masuk ke dalam menu Learner Home dengan mengklik

(8)

CourseWare atau materi pembelajaran yang tersedia dan karyawan dapat

memposting jawaban ujian pada pertengahan dan akhir bulan; (8)

Output, karena karyawan dapat memperoleh tampilan informasi tentang

budaya kerja dari courseware dan karyawan mendapatkan tampilan jawaban tentang perbankan melalui forum atas pertanyaan yang ditanyakan; (9) Akurat, karena setelah karyawan membuka learner home akan tampil courseware yang tersedia, karyawan membuka forum dan langsung berdiskusi; (10) Berguna, karena karyawan dapat belajar tentang perbankan secara on-line tanpa harus bertatap muka. Karyawan dapat dengan mudah bertanya jawab dengan menggunakan forum dan karyawan lain dapat ikut bergabung didalamnya; (11) Cepat, karena Karyawan dapat melogin LMS dalam hitungan detik dan mengakses

courseware dalam waktu yang singkat; (12) Lengkap, karena karyawan

dapat mengakses materi pembelajaran perbankan dari LMS, karyawan dapat memperoleh courseware pembelajaran dengan countain yang detail; (13) Mudah dimengerti, karena pada saat pembelajaran LMS, karyawan mendapatkan informasi atau penjelasan tentang fitur-fitur yang ada dalam pembelajaran LMS dan tampilan aplikasi LMS dapat mudah dimengerti (user friendly) oleh karyawan.

2.1.5 Sintesis Variabel Pembelajaran Learning Management System (LMS) Berdasarkan analisis dari teori-teori tersebut, yang dimaksud dengan pembelajaran LMS adalah proses interaksi antara pendidik

(9)

dengan peserta didik secara on-line yang meliputi indikator sebagai berikut: (1) Interaksi, (2) Proses belajar, (3) Software, (4) Akses, (5) Terintegrasi, (6) Input, (7) Process, (8) Output, (9) akurat, (10) Berguna, (11) Cepat, (12) Lengkap, dan (13) Mudah Dimengerti.

2.1.6 Konstruk Variabel Pembelajaran Learning Management System (LMS)

Berdasarkan sintesis dari teori-teori tersebut diatas yang dimaksud dengan Pembelajaran LMS adalah proses interaksi pembelajaran dan pengembangan kemampuan antara karyawan dengan instruktur secara

on-line pada PT.Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk yang meliputi

indikator sebagai berikut : (1) Interaksi, (2) Proses belajar, (3) Software, (4) Akses, (5) Terintegrasi, (6) Input, (7) Process, (8) Output, (9) akurat, (10) Berguna, (11) Cepat, (12) Lengkap, dan (13) Mudah Dimengerti. 2.1.7 Pengertian Kinerja

Menurut Lindsay (2004, p.37) kinerja sebagai perilaku didefinisikan sebagai penyelesaian yang spesifik, diharapkan, atau bersifat normal oleh masing-masing anggota organisasi.

Definisi kinerja menurut Schuler (1991, p1), dalam suatu organisasi yang terdiri dari berbagai tanggung jawab, kinerja didefinisikan sebagai apa yang harus dilakukan seseorang, bukan apa yang dihasilkan.

(10)

Berdasarkan pendapat Gomes (2003, p142), penilaian prestasi kerja dapat dilakukan berdasarkan deskripsi perilaku yang spesifik yaitu : 1. Quantity of work, jumlah pekerjaan yang dilakukan dalam suatu

periode waktu yang ditentukan.

2. Quality of work, kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.

3. Job knowledge, luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilan.

4. Creativeness, keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.

5. Cooperation, kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain.

6. Dependability, kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian pekerjaan.

7. Initiative, semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya.

Menurut http://www.1.bkppenabur.or.id, kinerja adalah suatu hal yang dapat meningkatkan fungsi motivasi secara terus menerus. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: 1) Keterampilan yang dimiki, 2) Kemampuan dasar atau ability, 3) Usaha yang dilakukan harus didukung oleh alat, teknologi yang tersedia atau sarana, 4) Adanya

(11)

insentif (penghargaan atau pujian yang diberikan), 5) Lingkungan kerja yang mendukung, dan 6) Adanya motivasi terus menerus.

Definisi kinerja berdasarkan http://id.wikipedia.org/wiki/Kinerja, kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja" yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi, bisa pula berarti hasil kerja.

Jadi dapat disimpulkan kinerja adalah suatu hal yang dapat meningkatkan fungsi motivasi secara terus menerus dan apa yang harus dilakukan seseorang, bukan apa yang dihasilkan.

2.1.8 Pengertian User

User yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karyawan

PT.Bank Negara Indonesia, Tbk (Persero) yang menggunakan Learning

Management System (LMS).

Definisi user menurut O’Brien (2003,p11) adalah seseorang yang menggunakan sistem informasi atau informasi yang dihasilkan.

Berdasarkan buku yang ditulis Long (2002,p24) definisi user adalah seseorang yang menggunakan komputer.

Menurut Senn (1998, p72), User adalah orang yang menggunakan tekhnologi informasi dalam pekerjaan mereka maupun dalam kehidupannya.

Berdasarkan http://id.wikipedia.org/wiki/Multi-user User adalah istilah dalam sistem operasi atau perangkat lunak aplikasi yang

(12)

memperbolehkan akses oleh pengguna ke sistem operasi atau aplikasi tersebut setiap saat.

Menurut http://www.total.or.id/info.php?kk=User. User adalah seseorang yang menggunakan suatu sistem komputer, program, atau stasiun/terminal dalam jaringan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa user adalah seseorang yang menggunakan sistem informasi dan tekhnologi informasi dalam pekerjaan mereka maupun dalam kehidupannya. User yang menggunakan sistem informasi dan tekhnologi informasi dalam pembelajaran LMS adalah karyawan BNI.

Berdasarkan analisis teori diatas indikator dari Kinerja Karyawan adalah : (1) Pengetahuan, karena karyawan memperoleh wawasan tentang perbankan melalui aplikasi LMS dan selain itu karyawan dapat menambah wawasan tentang dunia perbankan melalui berbagai media; (2) Keterampilan, karena karyawan mempunyai keahlian dasar dalam mengoperasikan operational sistem komputer. Karyawan menguasai

software standar kerja, yaitu : Ms Word dan Ms Excel; (3) Perilaku,

karena karyawan dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan budaya kerja dan lingkungan kerja di BNI; (4) Tanggung Jawab, karena karyawan menyelesaikan pekerjaanya sesuai dengan waktu yang dijadwalkan, dengan dibantu aplikasi LMS. karyawan selalu memposting jawaban pada Coursware setiap pertengahan dan akhir bulan; (5) Kreatif,

(13)

karena karyawan dapat mencari hal-hal yang baru dan karyawan dapat menacari jalan keluar dari kesalahan yang terjadi dengan menggunakan LMS dan internet; (6) Kerjasama, karena karyawan berdikusi dengan teman sekerja saat mengalami kesulitan dalam bekerja dengan menggunakan forum yang tersedia dalam LMS. karyawan dapat membantu menyelesaikan permasalahan karyawan lain melalui forum yang terdapat didalam LMS; (7) Inisiatif, karena karyawan dapat mencari pengertian dan menggali informasi dari LMS untuk mempercepat menemukan jalan keluar yang lebih sederhana dan mempercepat penyelesaian pekerjaannya; (8) Motivasi, karena dorongan atau keinginan dari dalam diri karyawan untuk mau menggunakan fasilitas pembelajaran LMS yang diberikan BNI kepada karyawan, untuk menambah kemampuan karyawan dibidang perbankan. Seperti : karyawan bagian pengembangan SDM mengakses modul dari aplikasi LMS yang berjudul pelatihan dan pengembangan SDM.

2.1.9 Sintesis Variabel Kinerja Karyawan

Berdasarkan analisis teori-teori tersebut diatas, yang dimaksud dengan kinerja karyawan adalah suatu kondisi untuk mencapai tujuan organisasi secara terperinci yang dilakukan oleh karyawan dengan didukung teknologi informasi, dengan indikator sebagai berikut : (1) Pengetahuan, (2) Keterampilan, (3) Perilaku, (4) Tanggung Jawab, (5) Kreatif, (6) Kerjasama, (7) Inisiatif, dan (8) Motivasi.

(14)

2.1.10 Konstruk Variabel Kinerja Karyawan

Berdasarkan sintesis dari teori-teori tersebut diatas, yang dimaksud dengan kinerja karyawan adalah suatu kondisi karyawan untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh karyawan dengan didukung

Learning Management System (LMS) pada PT.Bank Negara Indonesia

(Persero),Tbk , dengan indikator sebagai berikut : (1) Pengetahuan, (2) Keterampilan, (3) Perilaku, (4) Tanggung Jawab, (5) Kreatif, (6) Kerjasama, (7) Inisiatif, dan (8) Motivasi.

(15)

2.1.11 Tabel Kisi-kisi Variabel, Dimensi, dan Indikator Penelitian

Tabel 2.1

Tabel Kisi-kisi Variabel, Dimensi, dan Indikator Penelitian

No. Variabel Penelitian Dimensi Indikator (1) Interaksi (2) Proses Belajar (3) Software (4) Akses (5) Terintegrasi (6) Input (7) Process (8) Output (1) Realible (9) Akurat (2) Relevant (10) Berguna (3) Timely (11) Cepat (4) Complete (12) Lengkap 1. Pembelajaran Learning Management System (LMS)

(5) Understanble (13) Mudah Dimengerti (1) Pengetahuan

(2) Keterampilan

(3) Perilaku

2. Kinerja Karyawan

(16)

(5) Kreatif (6) Kerjasama (7) Inisiatif (8) Motivasi 2.1.12 Kerangka Berpikir

Berdasarkan konstruk dari teori-teori tersebut diatas, yang dimaksud dengan pembelajaran LMS adalah adalah proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik secara online yang meliputi indikator sebagai berikut: (1) Interaksi, (2) Proses belajar, (3) Software, (4) Akses, (5) Terintegrasi, (6) Input, (7) Process, (8) Output, (9) akurat, (10) Berguna, (11) Cepat, (12) Lengkap, dan (13) Mudah Dimengerti.

Berdasarkan konstruk dari teori-teori tersebut diatas, yang dimaksud dengan kinerja karyawan BNI adalah suatu kondisi karyawan untuk mencapai tujuan dari BNI yang dilakukan oleh karyawan dengan didukung Learning Management System (LMS), dengan indikator sebagai berikut : (1) Pengetahuan, (2) Keterampilan, (3) Perilaku, (4) Tanggung Jawab, (5) Kreatif, (6) Kerjasama, (7) Inisiatif, dan (8) Motivasi.

Berdasarkan kedua pengertian diatas, maka diketahui semakin baik Pembelajaran Learning Management System (LMS) yang diterapkan BNI maka kinerja karyawan akan semakin meningkat, sehingga diduga

(17)

terdapat Korelasi antara Pembelajaran Learning Management System (LMS) dengan Kinerja Karyawan PT.Bank Negara Indonesia , (persero) Tbk.

2.1.13 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, pernyataan hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut : “Terdapat hubungan antara Pembelajaran

Learning Management System (LMS) dengan Kinerja Karyawan”

Statistik penelitian yang digunakan adalah hipotesis asosiatif. Dalam penelitian ini akan mencari hubungan antara 2 variabel yaitu pembelajaran Learning Management System (LMS) sebagai variabel bebas dan Kinerja Karyawan sebagai variable terikat.

Perumusannya adalah sebagai berikut :

Sumber : Sudjana, Metode Statistika, (Tarsito: Bandung 1996) hal.379 Keterangan :

ρ = Nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan H0 = Hipotesis nol

H1 = Hipotesis alternative H0 : ρ1 = 0 H1 : ρ1 > 0

(18)

2.2 Teori – Teori Khusus

2.2.1 Metodologi Penelitian

Menurut Sugiyono (2007, p.1), metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau dengan penalaran manusia.

Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Data yang diperoleh melalui penelitian adalah data empris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid. Valid menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.

Sistematis berarti proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Menurut Sugiyono (2007, p.14), data penelitian dibagi menjadi 2 bagian yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan.

(19)

Data kuantitatif terdiri dari dua data, yaitu data diskrit/nominal dan data kontinum. Data nominal adalah data yang hanya dapat digolongkan secara terpisah. Data kontinum terdiri dari data ordinal,

interval dan ratio.

2.2.2 Variabel Penelitian

Menurut Sugiono (2007,p32) variable penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi ;

1. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sering disebut juga sebagai variabel stimulus, prediktor dan antecedent.

2. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variable bebas. Sering disebut juga sebagai variable output, kriteria dan konsekuen.

3. Variable Moderator/variabel independen ke dua adalah yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen.

(20)

4. Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis

mempengaruhi (memperlemah dan memperkuat) hubungan antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur.

5. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.

2.2.3 Populasi Dan Sampel

Menurut Sugiyono (20007, p72) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan menurut Uma Sekaran (2003) populasi adalah hal – hal yang berkaitan dengan seluruh kelompok orang, peristiwa, atau benda yang menjadi pusat perhatian peneliti untuk diteliti.

Sedangkan menurut Hasan (2002, p58) populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas, lengkap yang akan diteliti.

Menurut Sugiyono (2007, p73) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi

(21)

besar, dan peneliti tidak mungkin mengajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

representative (mewakili).

2.2.4 Teknik Sampling

Menurut Uma Sekaran (2000, p.53) sampling acak adalah

sampling dimana setiap elemen populasi memiliki kesempatan yang sama

untuk dipilih sebagai subjek.

Sedangkan menurut Sugiyono (2007, p73) Teknik sampling adalah merupakan teknik pengembilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik

sampling yang digunakan. Pada dasarnya teknik sampling dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1. Probability Sampling

Probability Sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan

sampel) yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara ini juga sering disebut dengan Random Sampling. Dalam mencari sampel, para ahli biasanya menggunakan probability sampling. Ada beberapa teknik probability sampling antara lain:

(22)

a. Simple Random Sampling

Yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Hal ini di lakukan karena anggota populasi dianggap Homogen.

b. Proportionate Strafied Random Sampling

Yaitu tehnik pengambilan sampel apabila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogeny dan berstrata secara proposional.

c. Disproportionate Stratified Random sampling

Yaitu tehnik pengambilan sampel apabila populasi mempunyai anggota yang tidak homogeny yang tidak berstrata tidak secara proposional.

d. Cluster Sampling

Tehnik sampling daerah digunakan untuk menggunakan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk suatu Negara, Propinsi, Kabupaten,. Teknik

sampling daerah ini sering digunaakan melalui dua tahap yaitu

tahap pertama menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada daerah pada secara sampling juga.

(23)

2. Nonprobability Sampling

Nonprobability Sampling adalah tehnik pengambilan sampel yang

tidak memberi peluang / kesempatan sama bagi unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Terdapat beberapa teknik sampel yaitu:

a. Sampling Sistematis

Adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.

b. Sampling Kuota

Adalah tehnik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

c. Sampling Aksidental

Adalah tehnik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja secara kebetulan bertemu dengan penelitian dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

d. Sampling Purposive

Adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. e. Sampling Jenuh

Adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

(24)

f. Snowball Sampling (bola salju)

Adalah teknik penentuan sampel yang mula - mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Semakin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).

Berikut rumus Isacc dan Micheal untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya yaitu sebagai berikut:

Sumber : Sugiono, Metode Penelitian Bisnis (2007,P79) Keterangan :

S = Jumlah Sampel

λ² dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5%, 10% N = Jumlah Populasi P = Q = 0,5 d = 0,05 λ².N.P.Q S = d² (N - 1) + λ².P.Q

(25)

Tabel 2.2 Tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan

taraf kesalahan 1%, 5% dan 10%

S S S N 1% 5% 10% N 1% 5% 10% N 1% 5% 10% 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 110 120 130 140 150 160 10 15 19 24 29 33 38 42 47 51 55 59 63 67 71 75 79 83 87 94 102 109 116 122 129 10 14 19 23 28 32 36 40 44 48 51 55 58 62 65 68 72 75 78 84 89 95 100 105 110 10 14 19 23 27 31 35 39 42 46 49 53 56 59 62 65 68 71 73 78 83 88 92 97 101 280 290 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000 1100 1200 197 202 207 216 225 234 242 250 257 265 272 279 285 301 315 329 341 352 363 373 382 391 399 414 427 155 158 161 167 172 177 182 186 191 195 198 202 205 213 221 227 233 238 243 247 251 255 258 265 270 138 140 143 147 151 155 158 162 165 168 171 173 176 182 187 191 195 199 202 205 208 211 213 217 221 2800 3000 3500 4000 4500 5000 6000 7000 8000 9000 10000 15000 20000 30000 40000 50000 75000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000 537 543 558 569 578 586 598 606 613 618 622 635 642 649 563 655 658 659 661 661 662 662 662 662 663 310 312 317 320 323 326 329 332 334 335 336 340 342 344 345 346 346 347 347 347 348 348 348 348 348 247 248 251 254 255 257 259 261 263 263 263 266 267 268 269 269 270 270 270 270 270 270 270 270 270

(26)

170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 135 142 148 154 160 165 171 176 182 187 192 114 119 123 127 131 135 139 142 146 149 152 105 108 112 115 118 122 125 127 130 133 135 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2200 2400 2600 440 450 460 469 477 485 492 498 510 520 529 275 279 283 286 289 292 294 297 301 304 307 224 227 229 232 234 235 237 238 241 243 245 500000 550000 600000 650000 700000 750000 800000 850000 900000 950000 1000000 ∞ 663 663 663 663 663 663 663 663 663 663 663 664 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 349 270 270 270 270 270 270 271 271 271 271 271 272 Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (CV.Alfabeta: Jakarta 2007), p.81 Keterangan :

N : Populasi

S : Jumlah sampel

(27)

2.2.5 Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.

Berbagai skala yang dapat digunakan untuk penelitian bisnis antara lain yaitu :

1. Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item – item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata – kata antara lain:

No Pernyataan Skor 1 Sangat setuju/ Selalu/ Sangat positif 5

2 Setuju/ Sering/ Positif 4

3 Ragu – ragu/ Kadang – kadang/ netral 3 4 Tidak Setuju/ Hampir tidak pernah/ Negatif 2 5 Sangat tidak setuju/ Tidak pernah/ Sangat positif 1

(28)

2. Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas yaitu “ya-tidak”; “benar-salah”; “pernah-tidak pernah”; “positif-negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau dikhotomi (dua alternatif). Penelitian menggunakan skala Guttman bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol.

3. Semantic Deferential

Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu baris kontinum yang jawabannya sangat positifnya terletak dibagian kanan garis dan jawabannya sangat negative terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap / karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.

4. Rating Scale

Dari ketiga skala pengukuran yang telah dikemukakan diatas, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian di kuantitatifkan. Tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian

(29)

kualitatif. Yang penting bagi penyusun instrument dengan rating

scale harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada

alternative jawaban pada setiap item instrument. 2.2.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam buku Sugiyono (2007, p.129) dikatakan bahwa pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Pengumpulan data dapat menggunakan sumber

primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan sumber

sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data.

Teknik pengumpulan data bila dilihat dari segi teknik atau cara pengumpulannya dapat dilakukan dengan cara kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan keduanya.

Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyatan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengetahui dengan pasti variabel yang akan diukur dan atau apa yang bisa diharapkan dari responden.

Beberapa prinsip penting dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu :

(30)

1. Prinsip Penulisan Angket

Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu: isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan mudah, pertanyaan tertutup terbuka negatif positif, pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahkan, panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan.

2. Prinsip Pengukuran

Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Instrumen angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Supaya diperoleh data yang penelitian yang valid dan reliabel, maka perlu diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Instrumen yang tidak valid dan reliabel bila digunakan untuk mengumpulkan data, akan menghasilkan data yang tidak valid dan reliabel.

3. Penampilan Fisik

Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpulan data akan mempengaruhi respon atau keseluruhan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat di kertas buram, akan mendapat respon yang kurang menarik bagi responden, bila dibandingkan angket yang tercetak di kertas bagus dan berwarna.

(31)

Menurut Uma Sekaran (2000, p.46), kuesioner merupakan sekumpulan pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan, dimana responden menjawab dengan banyak alternatif.

Menurut Suharsimi Arikunto (1996, p.227) sebelum kuesioner disusun harus melalui beberapa prosedur, antara lain:

1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.

2. Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner. 3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub variabel yang lebih spesifik

dan tunggal.

4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya.

2.2.7 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2007, p97) Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamati. Instrument digunakan untuk mengukur nilai variable yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrument akan tergantung pada jumlah variable yang diteliti.

Menurut Uma (2004, p52), langkah-langkah penyusunan instrument yang baik adalah sebagai berikut :

1. Tentukan variabel-variabel yang terpakai dalam penelitian. Variable-variabel ini dapat tercermin pada judul penelitian.

(32)

2. Variable-variabel tadi dicari jabarannya dalam bentuk subvariable

yang diketahui dari teori atau peneliti terdahulu

3. Subvariabel dicarikan jabarnnya dalam bentuk indikator-indikator, jika ada.

4. Indikator dicarikan jabarannya dalam bentuk subindikator, jika ada. 5. Lalu, jika subindikator masih dapat dibagi lagi menjadi komponen

terkecil, maka komponen ini dijadikan sebagai butir-butir pertanyaan atau pernyataan.

6. Seluruh butir-butir pertanyaan yang telah selesai ditentukan pada gilirannya akan ditempatkan pada lembaran instrument seperti angket (kuesioner).

2.2.7.1 Uji Validitas

Menurut Arikunto (1996, p158), Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sah mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Validitas berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan validitas internal.

(33)

Instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel penelitian yang dimaksud. Validitas instrumen diuji dengan menggunakan koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total (r hitung). Hasil pengujian validitas kemudian akan dibandingkan dengan r tabel. Dari pengambilan uji validitas ini adalah:

a. Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid.

b. Jika hasil r tidak positif, serta r hasil < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid.

Untuk mengukur validitas butir, maka digunakan rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson dan dikenal dengan rumus korelasi Product Moment, yaitu :

Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2007), p.182

Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2007), p.182

∑xy rxy =

√ (∑x²) (∑y²)

n∑XiYi – (∑Xi) (∑Yi) r XY =

(34)

Keterangan :

r : Koefisien korelasi n : Jumlah sampel ∑X : Jumlah variabel X ∑Y : Jumlah varibel Y

Setiap nilai korelasi mengandung tiga makna, yaitu : 1. Ada tidaknya korelasi, ditunjukkan oleh besarnya angka

yang terdapat dibelakang koma.

2. Arah korelasi menunjukkan kesejajaran antara nilai variabel X dengan nilai variabel Y. Arah dari korelasi ini ditunjukkan oleh tanda hitung yang ada di depan indeks. Jika tandanya plus (+), maka arah korelasinya positif, jika tandanya minus (-) maka arah korelasinya negatif.

3. Besarnya korelasi, besarnya angka yang menunjukan kuat dan tidaknya, atau mantap tidaknya kesejajaran antara dua variabel yang diukur korelasinya. Dalam hal yang menentukan besarnya korelasi ini kita tidak perlu memperhatikan tanda hitung yang terdapat di depan indeks.

(35)

Tabel 2.3

Nilai–nilai r Product Moment

Taraf Signif Taraf Signif N Taraf Signif N 5% 1% N 5% 1% 5% 1% 3 0,997 0,999 27 0,381 0,487 55 0,266 0,345 4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 60 0,254 0,330 5 0,878 0,959 29 0,367 0,470 65 0,244 0,317 6 0,811 0,917 30 0,361 0,463 70 0,235 0,306 7 0,754 0,874 31 0,355 0,456 75 0,227 0,296 8 0,707 0,834 32 0,349 0,449 80 0,220 0,286 9 0,666 0,798 33 0,344 0,442 85 0,213 0,278 10 0,632 0,765 34 0,339 0,436 90 0,207 0,270 11 0,602 0,735 35 0,344 0,430 95 0,202 0,263 12 0,576 0,708 36 0,329 0,424 100 0,195 0,256 13 0,553 0,684 37 0,325 0,418 125 0,176 0,230 14 0,532 0,661 38 0,320 0,413 150 0,159 0,210 15 0,514 0,614 39 0,316 0,408 175 0,148 0,194 16 0,497 0,623 40 0,312 0,403 200 0,138 0,181 17 0,482 0,606 41 0,308 0,398 300 0,113 0,148 18 0,468 0,590 42 0,304 0,393 400 0,098 0,128 19 0,456 0,575 43 0,301 0,389 500 0,088 0,115

(36)

Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2007), p.3.1

Dalam buku Sugiyono (2007, p.183), untuk dapat memberikan interpretasi terhadap kuatnya hubungan antara variabel X dan Y, maka digunkaan pedoman koefisien korelasi sebagai berikut :

Tabel : 2.4

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2007), p.183

2. Validitas Internal

Dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. 20 0,444 0,561 44 0,297 0,384 600 0,080 0,105 21 0,433 0,549 45 0,294 0,380 700 0,074 0,097 22 0,423 0,537 46 0,291 0,376 800 0,070 0,091 23 0,413 0,526 47 0,288 0,372 900 0,065 0,086 24 0,404 0,515 48 0,284 0,368 1000 1000 0,081

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat

(37)

Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung ”misi” instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari variabel yang dimaksud. Validitas internal instrumen yang berupa test harus memenuhi construct validity (validitas konstruksi) dan content validity (validitas isi).

a. Validitas Konstruksi

Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts).

b. Validitas Isi

Instrumen yang harus mempunyai validitas isi adalah instrumen yang berebentuk test yang sering digunakan untuk mengukur variabel.

2.2.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat ketepatan, ketelitian atau keakuratan sebuah instrumen. Jadi reliabilitas menunjukkan apakah instrumen tersebut secara konsisten memberikan hasil ukuran yang sama tentang sesuatu yang diukur pada waktu yang berlainan.

Menurut Sugiyono (2004, p.110), reliabilitas adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, maka akan menghasilkan data yang sama.

(38)

Menurut Uma Sekaran (2004, p.44), reliabilitas merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk pengukuran suatu konsep ditunjukkan oleh seberapa jauh instrumen tersebut bebas dari kesalahan.

Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan :

a. Test-retest

Dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya yang berbeda.

b. Ekuivalen

Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan dengan bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Pengujian reliabilitas dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama, dan instrumen berbeda.

c. Gabungan

Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen itu beberapa kali, pada

(39)

responden yang sama. Cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua.

d. Internal Consistency

Dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu.

Suatu instrumen dapat dikatakan andal (reliabel) bila memiliki koefesien keandalan reliabilitas sebesar 0,6 atau lebih untuk menentukan kriteria indeks reliabilitas adalah sebagai berikut :

Tabel 2.5 Indeks Reliabilitas

1. < 0,20 Hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan 2. 0,20 - < 0,40 Hubungan yang kecil (tidak erat)

3. 0,40 - < 0,70 Hubungan yang cukup erat 4. 0,70 - < 0,90 Hubungan yang erat (reliabel)

5. 0,90 - < 1,00 Hubungan yang sangat erat (sangat reliabel) 6. 1,00 Hubungan yang sempurna

(40)

Mencari rumus dengan Alpha:

Sumber: Prof. Dr. Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, 1998, p.193 Keterangan:

r11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ σb2 : Jumlah varians butir

σt : Varians total

Sebelum mencari reliabilitas dengan rumus Alpha

Cronbach, maka terlebih dahulu dicari variansnya dengan

sebagai berikut:

Sumber : Sudjana, Metode Statistika (Tarsito, Bandung 1996), p.94 Keterangan :

n : Jumlah peserta uji coba (sampel) σ² : Varians butir

xi : Skor butir 2.2.8 Statistik

Menurut J. Supranto (2000, p.11) dalam arti sempit, statistik berarti data ringkasan berbentuk angka (kuantitatif), sedangkan dalam arti luas statistik berarti suatu ilmu yang mempelajari cara pengumpulan,

n ∑Xi² - (∑Xi)² σ² = n (n - 1) K ∑ σb² r = 1 – K – 1 σt²

(41)

pengolahan, penyajian, dan analisis data serta cara pengambilan keputusan secara umum berdasarkan hasil penelitian yang tidak menyeluruh.

Menurut Sugiyono (2007, p.142), teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu :

1. Statistik Deskriptif dan Statistik Inferensial

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan generalisasi. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.

Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel itu dilakukan dengan secara random.

2. Statistik Parametris dan Statistik Non-Parametris.

Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data

(42)

sampel. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio.

Penelitian ini menggunakan statistik parametris, karena sampel diambil dari populasi. Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Dalam statistik, pengujian parameter melalui statistik (data sampel) tersebut dinamakan uji hipotesis statistik. Oleh karena itu, penelitian yang berhipotesis statistik adalah penelitian yang menggunakan sampel. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio. Dan statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu tes mengharuskan data homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi linearitas.

Stastistik non-parametris tidak menguji parameter populasi, tetapi menguji distribusi. Statistik non-parametris tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi. Oleh karena itu. Statistik non-parametris sering disebut “distribusi free” (bebas distribusi). Statistik non-parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal dan ordinal.

(43)

Menurut Sudjana (1996, p.2), statistik dipakai untuk menyatakan kumpulan data. Bilangan maupun non-bilangan yang disusun dalam tabel dan atau diagram, yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan. Statistika merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan atau penganalisisannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan.

2.2.9 Hipotesis

Berdasarkan Sugiyono (2007, p.156), hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Secara statistik, hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian (statistik). Jadi maksudnya adalah taksiran keadaan populasi melalui data sampel. Oleh karena itu dalam statistik yang diuji adalah hipotetsis nol. Jadi hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik (data sampel).

Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif, yang menyatakan ada perbedaan antara parameter dan statistik. Hipotesis nol diberi notasi Ho dan hipotesis alternatif diberi notasi Ha.

(44)

Konsep dasar pengujian hipotesis terdiri dari :

1. Taraf Kesalahan

Pada dasarnya menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara menaksir yaitu, a point estimate dan interval estimate. A point

estimate (titik taksiran) adalah suatu taksiran parameter populasi

berdasarkan satu nilai dari rata-rata data sampel. Sedangkan interval

estimate (taksiran interval) adalah suatu parameter populasi

berdasarkan nilai interval rata-rata data sampel. Makin besar interval taksirannya maka akan semakin kecil kesalahannya.

2. Dua Kesalahan dalam Menguji Hipotesis

Dalam menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel, kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu :

a. Kesalahan tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan α (baca alpha).

b. Kesalahan tipe II adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan untuk dinyatakan dengan β (baca betha).

Berdasarkan hal tersebut, maka hubungan antara keputusan menolak atau menerima hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut :

(45)

1. Keputusan menerima hipotesis nol yang benar, berarti tidak membuat

kesalahan.

2. Keputusan menerima hipotesis nol yang salah, berarti terjadi kesalahan tipe II (β).

3. Membuat keputusan menolak hipotetsis nol yang benar, berarti terjadi kesalahan tipe I (α).

4. Membuat menolak hipotesis nol yang salah, berarti tidak membuat kesalahan.

Menurut Sudjana (2005, p.219), hipotesis merupakan asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. Setiap hipotesis bisa benar atau tidak benar oleh karena itu perlu diadakan penelitian sebelum hipotesis itu diterima atau ditolak. Langkah atau prosedur untuk menentukan apakah menerima atau menolak hipotesis disebut pengujian hipotesis.

2.2.10 Pengujian Persyaratan Analisis

Pengujian normalitas dan homogenitas merupakan persyaratan yang harus dipenuhi agar regresi linear dapat digunakan untuk menguji hipotesis. Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji kenormalan distribusi galat taksiran (Ү-Ŷ):

Menurut Sudjana (2005, p.466) pengujian normalitas yang digunakan dikenal dengan nama uji Liliefors. Sedangkan pengujian

(46)

homogenitas yang dilakukan menggunakan uji Bartlett. Pengujian dilakukan untuk menguji kesamaan varians dari pasangan variabel Y-X. 2.2.11 Teknik Regresi Linier Sederhana

Dalam buku Sugiyono (2007, p.204), regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen.

Persamaan umum regresi linier sederhana adalah :

Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2004), p.204 Dimana :

Ý = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

Selain itu harga a dan b dapat dicari dengan rumus :

Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2007), p.206 Ý = a + bX

( ∑Yi ) ( ∑Xi² ) – ( ∑Xi ) (∑Xi Yi ) a =

(47)

Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2007), p.206

Keterangan :

a : Harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b : Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Nilai b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

X : Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. Y : Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan.

Xi : Variabel bebas X yang ke-i Yi : Variabel terikat Y yang ke-i 2.2.12 Analisis Korelasi Sederhana

Menurut Sugiyono (2007, p.182), koefisien korelasi dapat dicari menggunakan metode korelasi Product Moment, yaitu:

Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2007), p.182

Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2007), p.182 ∑ X Y

r =

√ (∑ X²) (∑ Y²)

n ∑XiYi – ( ∑Xi ) ( ∑Yi ) r =

√ (n ∑Xi² - ( ∑Xi ) ²) (n ∑Yi ² - ( ∑Yi)²) n ∑Xi Yi - ( ∑Xi ) ( ∑Yi ) b =

(48)

Keterangan :

r : Koefisien korelasi n : Jumlah sampel ∑X : Jumlah variabel X ∑Y : Jumlah varibel Y

Menurut Sudjana (2005, p47), Product Moment lebih sering digunakan karena :

a. Perhitungannya sederhana dan besar-besaran yang diperlukan bisa langsung diperoleh dari besar-besaran yang ada pada saat menentukan regresi Y atas X.

b. Kekeliruan yang terjadi pada hasil akhir r sangat kecil karena lebih sering terlibat dalam bentuk data asli.

c. Tanda untuk r, positif atau negatif bisa langsung diperoleh.

d. Mudah untuk dibuat program perhitungan apabila menggunakan bantuan komputer.

Dalam buku Sugiyono (2007, p.183), untuk dapat memberikan interpretasi terhadap kuatnya hubungan antara variabel X dan Y, maka digunakaan pedoman koefisien korelasi sebagai berikut :

(49)

Tabel : 2.6

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2007), p.183

Gambar

Tabel 2.5   Indeks Reliabilitas

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

www.aidilakbar.com | Bila Anda tidak ingin membayar premi asuransi setelah masa tenggang waktu, perusahaan asuransi secara otomatis akan membayar premi asuransi

Target penerimaan perpajakan pada APBN tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp1.193,0 triliun, terdiri atas pendapatan pajak dalam negeri sebesar Rp1.134,3 triliun

Penelitian yang akan dilakukan adalah terfokus pada implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/MENKES/PER/X/2011 Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik

Kesulitan lain yang ditemukan adalah kemampuan dalam mengembangkan indikator pencapaian kompetensi; materi yang disusun hanya dari buku guru saja; sulit mencapai

Maka dari itu perlu adanya dukungan dari keluarga dan orang tua kepada anak untuk terus memotivasi agar dapat berprestasi disekolah maupun diluar sekolah karena dukungan

24 Penelitian yang dilakukan adalah penelitian terhadap putusan hakim dalam menjatuhkan vonis terhadap pelaku tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang

Jadi, persepsi terhadap kepemimpinan transformasional adalah cara pandang karyawan pramuniaga terhadap kemampuan pemimpin toko buku Gramedia Padang dalam mengubah

Pada pelaksanaanya ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan agar sistem pendidikan (pembelajaran) jarak jauh dapat berjalan dengan baik yaitu tingkat perhatian