• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

25 BAB III

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

3.1 Letak, Luas Dan Batas Daerah Penelitian

Kecamatan Wonosari secara Geografis berdasarkan Peta Topografi lembar Klaten, Boyolali skala 1 : 150.000 yang di terbitkan oleh Ditop TNI AD tahun 1991 terletak antara 70 35’ 25’’ LS – 70 39’ 44,5’’ LS dan 1100 41’ 42,4’’

BT – 1100 47’ 25,8’’ BT dengan luas wilayah 3114,8 Ha. Secara Administratif

Kecamatan Wonosari terletak di wilayah Kabupaten Klaten yang berjarak 30 km dari pusat Kota Klaten.

Secara Fisiografis Kecamatan Wonosari yang merupakan bagian dari dataran Kaki Gunung Api Merapi dengan Morfologi Datar.

Secara Administrasi Kecamatan Wonosari berbatasan dengan :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Gatak dan Kecamatan Baki. - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan

Grogol.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Juwiring. - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Delanggu.

Kecamatan Wonosari terbagi menjadi 18 desa dan memilki kelurahan pada masing-masing desa di Kecamatan Wonosari dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini :

(2)

26

(3)

27

Tabel 3.1 Luas Wilayah Tiap Desa dan Kelurahan di Kecamatan Wonosari Tahun 2015

No Desa Luas (Km2) 1 Wadung Getas 1.27 2 Boto 1.575 3 Bulan 1.84 4 Ngreden 2.143 5 Jelobo 2.32 6 Gunting 1.835 7 Sidowarno 2.776 8 Bener 1.581 9 Kingkang 2.173 10 Teloyo 1.82 11 Pandanan 1.89 12 Lumbung Kerep 1.79 13 Bentangan 1.52 14 Duwet 1.774 15 Sekaran 1.3 16 Sukorejo 1.02 17 Tegalgondo 1.241 18 Bolali 1.28 Jumlah 31.148

Sumber :BPS, Kecamatan Wonosari Dalam Angka Tahun 2017 Berdasarkan tabel 3.1, di atas dapat di ketahui Desa Sidowarno merupakan desa dari 18 desa di Kecamatan Wonosari yang memiliki luas wilayah paling luas sebesar 2.776 km2. sehingga Penggunaan lahan di Desa Sidowarno digunakan

untuk lahan pertanian, sedangkan yang memiliki luas wilayah paling kecil sebesar 1.27 km2 adalah Desa Wadung getas.

3.2 Geologi

Daerah penelitian menurut Peta Geologi lembar Surakarta skala 1 : 100.000 mempunyai dua macam batuan yaitu Breksi dan Batuan Tuff. Batuan breksi berukuran butir besar dari 2 mm, dengan frakmen yang menyudut, umumnya terdiri dari frakmen batuan (hasil rombakan), dalam masa dasar yang lebih halus atau tersemenkan. Bahan penyususn juga dapat berupa bahan dan proses Vulkanisme

(4)

28

(Breksi Vulkanik). Batuan Tuff berasal dari bahan abu dari letusan gunung berapi yang tersemenkan (sedimen). Batuan ini tersebar diseluruh daerah penilitian.

3.3 Geomorfologi

Menurut panekeok (1949) Fisiografis Pulau Jawa terletak pada jalur geosinklinal dengan orogenetik muda dengan vulkanisme kuat sehingga Pulau Jawa berbentuk panjang dan sempit. Oleh karena itu pulau Jawa mempunyai zone-zone yang terdiri dari tiga Zone memanjang di Jawa Tengah, Zone-Zone ini menjadi kurang jelas bahkan di ujung Jawa Barat kurang lebih menjadi satu. Adapun ketiga zone tersebut antara lain :

a. Zone selatan : zone ini merupakan pegunungan plato, miring ke arah selatan. b. Zone tengah : zone ini untuk Jawa Timur dan Jawa Barat merupakan suatu depresi yang terdapat gunung-gunung berapi yang tinggi, di Jawa Tengah ditempati rangkaian gunung api dan pegunungan.

c. Zone timur : zone ini merupakan rangkaian perbukitan selatan dan pegunungan lipatan yang diselingi oleh beberapa gunung berapi.

Berdasarkan pembagian Zone-Zone Fisiografis di Jawa oleh (Panekeok 1949), maka Kecamatan Wonosari terletak pada zone tengah pulau Jawa, merupakan suatu yang tertutup oleh seri gunung-gunung berapi yang tinggi. Salah satu gunung berapi tersebut adalah Gunung Merapi. Pada zone ini terdapat gerakan orogenetik pertengahan Miosen muda yang tersebar selama beberapa waktu pada pertengahan Plestosen, aktivitas tektonik-tektonik terjadi dengan turunnya zone selatan dan diikuti terbaurnya zone tengah sepanjang patahan besar yang menggambarkan eskarpmen besar yang masih dapat kita lihat sampai sekarang. Bentuk lahan daerah penelitian merupakan dataran alluvial dan perbukitan denudasional dengan proses geomorfologi berupa pengendapan, pelapukan, dan erosi meliputi erosi lembar, alur, dan parit.

(5)

29 3.4 Iklim

Iklim merupakan rata-rata keadaan cuaca dalam satu periode tertentu. Parameter iklim yang berkaitan dalam penelitian ini adalah curah hujan dan temperature. Data klimatologi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data curah hujan dari tahun 2006-2016 seperti pada tabel 3.2.

3.4.1 Curah Hujan

Periode hujan umumnya mulai dari Oktober dan berakhir sekitar April sampai dengan Mei, Periode kering mulai dari Mei sampai dengan September. Bulan-bulan tertentu terjadi hujan dengan intensitas tinggi umumnya terjadi pada bulan Januari dan Febuari. Penentuan bulan kering dan bulan basah berdasarkan kriteria yang dibuat oleh Mohr dinyatakan bulan kering bila curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm, bulan basah apabila hujan dalam satu bulan berkisar antara 60 mm hingga 100 mm. Data curah hujan diambil dari Dinas Pertanian dan Dinas Pekerja Umum Bidang Sumberdaya Air Kabupaten Klaten selama 10 tahun yaitu antara tahun 2006-2016. Berdasarkan data curah hujan dari tahun 2006-2016 diperoleh keterangan bahwa rata-rata curah hujan sekitar 2142.9 mm. Rerata curah hujan bulanan dan tahunan dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.2 Data Curah Hujan Rata-rata Bulanan Tahun 2006-2016

Bulan Tahun Jumlah Rata-Rata

(mm) 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Januari 511 149 149 149 422 438 472 497 512 704 244 4.247 427.7 Februari 570 215 215 215 0 296 452 430 461 194 422 3.470 247 M aret 189 291 291 291 395 421 546 145 466 381 381 3.797 279.7 April 164 385 385 385 0 221 350 295 377 248 320 3.130 313 M ei 0 0 0 0 216 229 184 108 214 103 120 1.174 117.4 Juni 0 0 0 0 2 95 0 15 0 117 14 243 23.4 Juli 0 0 0 0 0 42 0 0 0 0 0 42 42 Agustus 0 0 0 0 0 111 0 0 0 0 0 111 11.1 September 0 0 0 0 0 317 0 0 0 0 0 317 31.7 Oktober 0 77 77 77 41 285 182 24 82 18 0 863 86.3 November 0 141 141 141 114 310 230 24 130 97 72 1.400 140 Desember 494 690 690 690 0 356 271 271 201 287 286 4.236 423.6 Jumlah 21.429 2142.9 BB 5 7 7 7 4 11 8 6 8 8 7 78 7.8 BK 7 5 5 5 8 1 4 6 4 4 5 54 5.4

(6)

30

Tipe curah hujan daerah penelitian ini jika didasarkan pada sistem Schmidt dan Ferguson yang didasarkan pada nisbah rata-rata jumlah bulan kering yaitu apabila curah hujan kurang dari 60 mm dan rata-rata bulan basah apabila curah hujan lebih dari 100 mm dengan menggunakan rumus berikut :

Q = Jumlah Bulan Kering Rata−rata

Jumlah Bulan Basah Rata−rata × 100%

Rata-rata jumlah bulan kering adalah 5,4 dan rata-rata jumlah bulan basah adalah 7,8. Selanjutnya untuk mengetahui tipe iklim daerah penelitian dapat ditentukan berdasarkan nilai Quotient (Q). sehingga menurut perhitungan Schmidt dan Ferguson daerah penelitian mempunyai nilai Q = 125,4 %, dengan tipe hujan E atau agak kering. Untuk penentuan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson disajikan pada gambar 3.2.

Q = Jumlah Bulan Kering Rata−rata

Jumlah Bulan Basah Rata−rata × 100% = 5,4

7,8× 100 % = 69,22

Gambar 3.2 Tipe Iklim Menurut Schmidt & Ferguson di Kecamatan Wonosari 6 5 4 3 12 11 10 9 8 7 2 1 0 H 700% G 300% F 167% E 100% D 60% Q = 125, 4% C 33,3% B 14,3% A 0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 5,4 Jum la h B ul an K er ing

Jumlah Bulan Basah

= Tipe Iklim Daerah Penelitian

7,8

(7)

31

Berdasarkan besarnya nilai Q, Schmidt dan Ferguson membagi tipe curah hujan digolongkan pada perbandingan antara rata-rata bulan basah dan bulan kering sebagai berikut:

Tabel 3.3 Tipe Iklim Berdasarkan Besar Kecilnya Nilai Q Menurut Schmidt dan Ferguson

Tipe Nilai Q (%) Tipe Hujan

A 0 ≤ Q < 14,3 Sangat Basah B 14,3 ≤ Q < 33,3 Basah C 33,3 ≤ Q < 60 Agak Basah D 60 ≤ Q < 100 Sedang E 100 ≤ Q < 167 Agak Kering F 167 ≤ Q < 300 Kering G 300 ≤ Q < 700 Sangat Kering

H Q ≤ 700 Luar Biasa Kering

Sumber : Schmidt dan Ferguson

Berdasarkan data yang di peroleh dari data dinas PU kabupaten klaten dengan kurun waktu 10 tahun memiliki rata-rata bulan kering yang mencapai 5,4 mm dan pada bulan kering mencapai 7,8 mm. maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus Schmidt dan Ferguson Kecamatan Wonosari memiliki tipe Iklim sedang dimana data curah hujan menujukkan angka 69.22% pertahun.

3.4.2 Temperatur

Ketinggian tempat daerah penelitian berdasarkan analisis Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000 adalah 100 mdpal hingga 120 mdpal. Untuk mendapatkan temperature rata-rata tahunan daerah penelitian dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Schmidt dan Ferguson (Yuli Priyana, 1998) sebagai berikut :

T = 32,3 – 0,6 (H) Dimana :

T = Temperatur rata-rata tahunan

(8)

32

Temperatur rata-rata tahunan pada daerah atau tempat terendah dapat dihitung sebagai berikut :

T100 = 32,3 – 0,6 (100/100)o C

= 32,3 – 0,6oC = 31,7o C

Sedangkan temperature rata-rata tahunan pada daerah tertinggi adalah sebagai berikut :

T120 = 32,3 – 0,6 (120/100)o C

= 32,3 – 3oC = 29,3o C

Perhitungan diatas maka temperature rata-rata tahunan di daerah penelitian berkisar anatara 29,3o C sampai dengan 31,7o C.

3.5 Tanah

Tanah sebagai bagian dari tubuh alam tiga dimensi merupakan salah satu bentang alam (Landscape) dimana merupakan lapisan bumi yang terbentuk akibat atau hasil dari proses pelapukan secara alami maupun disengaja oleh manusia. Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat-sifat sebagai akibat dari pengaruh Iklim dan jasad hidup terhadap batuan induk dalam relief tertentu selama jangka waktu tertentu (Isa Darmawijaya, 1980 dalam skripsi Evendi Akhmad, 2009). Terbentuknya tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : Faktor Iklim, Topografi, Organisme, Batuan Induk, dan serta waktu).

Berdasarkan Peta jenis tanah Kabupaten Klaten skala 1 : 50.000, maka jenis tanah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu Tanah Regosol dan Grumosol Kelabu.

1. Tanah Regosol

Tanah jenis regosol adalah jenis tanah yang masih muda belum mengalami deferensiasi horison, tekstur pasir, stuktur berbutir tunggal, konsistensi lepas berasl dari bahan induk materil vulkanis piroklastik.Permeabilitas sedang

(9)

33

sampai cepat, serta peka terhadap erosi. Penyebaran tanah regosol di daerah penelitian terdapat di Desa Wadunggetas, Boto, Bulan, Ngreden, Jelobo, Gunting, Bener, Kingkang, Teloyo, Pandanan, Lumbungkerep, Bentangan, Duwet, Sekaran, Sukorejo, Tegalgondo Dan Bolali.

2. Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kekelabuan

Tanah Aluvial hanya meliputi lahan yang sering atau baru saja mengalami banjir, sehingga dapat dianggap masih muda dan belum ada diferensiasi horison. Endapan aluvial yang sudah tua dan menampakkan akibat pengaruh iklim, di Desa Sidowarno memiliki tanah yang bersifat alluvial kelabu lahan daerah sekitar merupakan lahan banjir Sungai Bengawan Solo Purba. (Hardjowigeno.2003)

3.6 Hidrologi

Kondisi hidrologi daerah penelitian meliputi kondisi air permukaan yang dijelaskan pada kondisi fisik sungai dan kondisi air tanahnya.

3.6.1 Kondisi Fisik Sungai

Di daerah penelitian terdapat sungai bengawan solo dan sungai irigasi yang berasal dari umbul cokro tulung. Ditinjau dari keberadaan kedua sungai memiliki konsistensi yang sama besar untuk irigasi pertanian, pada musim kemarau keduanya masih mengalirkan air, meskipun dengan debit yang tidak sebesar dibandingkan musim penghujan. Hulu sungai berawal di umbul cokro tulung dan Hilir akhir sungai berada di sungai bengawan solo.

3.6.2 Kondisi Air Tanah

Kondisi air tanah ditentukan oleh keadaan topografi, struktur batuan, sifat kelolosan material, keterdapatan air dalam pori-pori dan kemampuan dalam mengikat air pada daerah datar air tanah dijumpai pada kedalaman 5 – 8 meter pada musim kemarau kedalaman air tanah bisa mencapai 9 meter.Dengan kedalaman air tanah yang hanya berkisar 5–8 meter tersebut maka penduduk sangat mudah mendapatkan air tanah.

(10)

34 3.7 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan merupakan alternative kegiatan usaha atau pemanfaatan lahan. Pemanfaatan lahan umumnya dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup atau keperluan tertentu. Penggunaan lahan sering mencerminkan secara keseluruhan kemampuan dari tanah dan iklim suatu daerah. Populasi wilayah yang padat, pola penggunaan lahan biasanya merupakan fungsi dari tekanan penduduk atau ketersediaan air. Pada daerah penelitian terdapat empat penggunaan lahan yaitu : Sawah, Tegalan, dan Bangunan/Pemukiman dan lain-lain. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penggunaan lahan di Kecamatan Wonosari sampai akhir tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Wonosari Tahun 2016

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persen (%)

1 Bangunan/Pemukiman 716 22.99

2 Tegalan 14.3 0.46

3 Sawah 2223.5 71.39

4 Lainnya 161 5.17

Jumlah 3114.8 100

Sumber : BPS, Kecamatan Wonosari Dalam Angka Tahun 2016

Berikut penjelasan luas masing-masing wilayah berdasarkan penggunaan lahan Kecamatan Wonosari Kaputaten Klaten tahun 2016 sebagai berikut ;

1. Bangunan/Pemukiman

Hampir sebagian besar daerah penelitian banyak dijumpai pemukiman penduduk. Pola persebaran pemukiman pada daerah penelitian adalah menyebar. Pada umumnya penyebaran lahan permukiman ini mengikuti jalur jalan sebagai tempat yang dianggap oleh penduduk sebagai tempat yang memiliki aksesibilitas strategis, daerah subur, dan produktif. Luas pemukiman 716 Ha atau 22,99 % dari luas daerah penelitian.

2. Tegalan

Lahan yang digunakan untuk tegalan penyebarannya tidak merata pada penelitian. Penggunaan lahan tegalan yang cukup luas terdapat bentuk lahan,

(11)

35

yaitu tepatnya pada Desa Ngreden dan Desa Tegalgondo luas lahan yang tertinggi. Luas Penggunaan lahan tegalan sekitar 14,3 Ha atau 0,46 % dari luas penelitian. Jenis tanaman yang ada di lahan tegalan pada daerah penelitian sangat bervariasi seperti Jagung, Timun, Ketela Pohon, Kacang Tanah, dan Kedelai.

3. Sawah

Penggunaan Lahan Sawah adalah Penggunaan Lahan Pertanian yang memerlukan keadaan tertentu. Pada daerah yang beririgasi baik (terhubung dengan sumber air) lahan dapat di fungsikan sebagai sawah, namun di daerah penelitian pada musim kemarau saluran irigasi menjadi tidak berfungsi dengan baik, Dikarenakan semakin minimnya air dari irigasi yang masuk ke daerah penelitian. Dilihat irigasi yang menggunakan sistem tadah hujan tertinggi di Desa Sidowarno mencapai 2,5 ha. Sawah merupakan penggunaan lahan yang secara periodik di tanami padi sawah dengan luas area sekitar 2223,5 Ha atau 71.39% dari luas daerah penelitian. Data diatas sebagian besar wilayah di Kecamatan wonosari adalah area persawahan dengan luas wilayah yang hampir 71,39%, Bahwa mayoritas masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai petani.

4. Lain-lain

Penggunaan lahan ini yaitu berupa lahan kosong. Luas penggunaan lahan ini sekitar 161Ha atau 5,17% Luas daerah penelitian. Menujukkan bahwa di Kecamatan Wonosari masih terdapat lahan kosong yang belum diolah sesuai dengan apa yang diperuntungkan seperti area pertanian dan permukiman dll.

3.8 Kependudukan

Kependudukan daerah penelitian sangat memegang peranan penting sebagai faktor yang mempengaruhi atau sebaliknya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan wilayah yang ditempati.

(12)

36 3.8.1 Jumlah, Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Wonosari pada Tahun 2012, sebanyak 62801 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 32.895 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 29.915 jiwa, sedangkan pada Tahun 2016 sebanyak 58473 jiwa dengan jumlah penduduk Penduduk Laki-Laki sebanyak 28.784jiwa dan Penduduk Perempuan sebanyak 29.689jiwa.

Tren laju pertumbuhan penduduk di masing-masing daerah dapat menyebabkan jumlah penduduk meningkat dengan cepat dalam kurun waktu 5–10 tahun (Mantra, 2003). Berikut adalah distribusi jumlah pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada tabel 3.5 sebagai berikut :

Tabel 3.5 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Wonosari Tahun 2012 dan 2016

No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Pertumbuhan Tahun 2012 Tahun 2016 (%) 1 Wadung Getas 4361 5121 3.2 2 Boto 3029 2023 -8 3 Bulan 3232 3448 1.29 4 Ngreden 2974 4729 9.2 5 Jelobo 4563 4056 -2.3 6 Gunting 3941 3218 -4 7 Sidowarno 4403 2623 -10.3 8 Bener 2227 2896 5.2 9 Kingkang 5239 2642 -13.8 10 Teloyo 4614 4012 -2.7 11 Pandanan 3158 3457 1.8 12 Lumbung Kerep 3455 2226 -8.7 13 Bentangan 3368 1621 -14.6 14 Duwet 4027 1814 -15.9 15 Sekaran 2013 3153 8.9 16 Sukorejo 1821 4067 16 17 Tegalgondo 3883 2901 5.83 18 Bolali 2493 4466 11.6 Jumlah 62801 58473 -0.96

(13)

37

Tabel 3.5 Menunjukkan Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Wonosari pada tahun 2012 dan 2016 mengalami penurunan sebesar -0,97 %. Ada beberapa desa yang mengalami penurunan pertumbuhan penduduk yang tinggi, yaitu Desa Wadung Getas dan Desa Bolali. dimana Desa Duwet tingkat Pertumbuhan Penduduk yang teredah sebesar -15,9% angka tersebut diperoleh dari jumlah penduduk yang mengalami penurunan tiap tahunnya, hal ini di sebabkan semakin sedikitnya permukiman dan banyaknya angka kelahiran bayi yang sedikit dan angka kematian bayi yang banyak sehingga dapat mempegaruhi angka pertumbuhan penduduk setiap tahunya. Dan Desa Bentangan mengalami penurunan penduduk yang mencapai -14,34%, hal ini dikeranakan kurangnnya fasilitas kesehatan sehingga angka kematian bayi yang tinggi sehingga dapat mempengaruhi angka pertumbuhan penduduk di Kecamatan Wonosari, namun migrasi keluar juga mempengaruhi angka pertumbuhan penduduk.

Tabel 3.6 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Wonosari Tahun 2012 dan 2016

No Desa Luas (Km2) Kepadatan

Tahun 2012 Tahun 2016 1 Wadung Getas 1.27 3434 4032 2 Boto 1.575 1917 1280 3 Bulan 1.84 1757 1874 4 Ngreden 2.143 1390 2210 5 Jelobo 2.32 1967 1748 6 Gunting 1.835 2154 1758 7 Sidowarno 2.776 1584 944 8 Bener 1.581 1409 1833 9 Kingkang 2.173 2414 1218 10 Teloyo 1.82 2535 2204 11 Pandanan 1.89 1671 1829 12 Lumbung Kerep 1.79 1930 1244 13 Bentangan 1.52 2230 1074 14 Duwet 1.774 2275 1025 15 Sekaran 1.3 1537 2407 16 Sukorejo 1.02 1785 3987 17 Tegalgondo 1.241 3131 2340 18 Bolali 1.28 1948 3489

(14)

38

Jumlah Kepadatan Penduduk di Kecamatan Wonosari di sajikan dalam tabel 3.6, Dari tabel tersebut berarti bahwa semakin luas wilayah tidak dapat diketahui tinggi jumlah penduduknya dan setiap wilayah memiliki jumlah penduduk yang berbeda dan tidak berdasarkan luas wilayah. Sebagai contoh dilihat dari masing-masing desa yang memiliki luas wilayah paling luas adalah Desa Sidowarno sebesar 2.776 km2 dengan jumlah Kepadatan Penduduk tahun 2012

sebesar 1.584 jiwa dan jumlah kepadatan penduduk tahun 2016 sebesar 944 jiwa, sedangkan desa dengan jumlah kepadatan penduduk yang paling tinggi adalah Desa wadung getas sebesar 1.27 km2 dengan jumlah kepadatan penduduk tahun 2012

sebesar 3.434 jiwa dan jumlah kepadatan penduduk tahun 2016 sebesar 4.032 jiwa. Menurut Sukamto, 1981 (dalam skripsi Ratna Kartikawati, 2014). Klasifikasi kepadatan penduduk menjadi tiga golongan yaitu :

1. Kepadatan Penduduk tinggi > 1.000 jiwa/km2

2. Kepadatan Penduduk sedang 500 – 1.000 jiwa/km2

3. Kepadatan Penduduk rendah < 300 jiwa/km2

Berdasarkan klasifikasi di atas Kecamatan Wonosari ternyata Kepadatan Penduduk tergolong sedang pada tahun 2016 yaitu kurang dari 1000 yaitu 944 jiwa/km2.

3.8.2 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi Penduduk adalah pengelompokkan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang sama (Said Rusli, 1983 dalam Mantra, 2003). Bermacam-macam komposisi penduduk dibuat salah satunya adalah komposisi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin.

Komposisi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin merupakan Variabel terpenting dalam Demografi. Komposisi Penduduk berdasarkan umur dapat di jadikan acuan untuk mengetahui seberapa jumlah penduduk yang produktif dan penduduk non produktif yang dapat di gunakan untuk menghitung angka beban

(15)

39

ketergantungan (Dependency Ratio) serta Sex Ratio. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kecamatan Wonosari dapat di lihat pada tabel 3.7 sebagai berikut:

Tabel 3.7 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Wonosari Tahun 2016

No

Kelompok Umur (Tahun)

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jiwa % 1 0 – 4 2335 2186 4521 7.73 2 5 – 9 2297 2162 4459 7.63 3 10 – 14 2136 1995 4131 7.06 4 15 – 19 2426 2169 4595 7.86 5 20 – 24 2217 2136 4353 7.44 6 25 – 29 2117 2126 4243 7.26 7 30 – 34 2121 2166 4287 7.33 8 35 – 39 2140 2220 4360 7.46 9 40 – 44 2118 2304 4422 7.56 10 45 – 49 1893 2174 4067 6.96 11 50 – 54 1728 1857 3585 6.13 12 55 – 59 1478 1707 3185 5.45 13 60 – 64 1285 1364 2649 4.53 14 65 + 2493 3123 5616 9.60 Jumlah 28784 29689 58473 100.00

Sumber : BPS, Kecamatan Wonosari Dalam Angka Tahun 2016

Beban Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang tidak aktif secara ekonomi dengan jumlah penduduk yang aktif secara ekonomi dapat dinyatakan kedalam bentuk prosentase. Dengan Mengetahui Jumlah Penduduk berdasarkan kelompok umur, agar dapat mengetahui struktur penduduk pada suatu wilayah, sehingga angka beban ketergantugan penduduk dapat diketahui.

Penduduk di Kecamatan Wonosari menurut umur/usia di kelompokkan menjadi dua yaitu produktif antara 15 – 64 tahun sebanyak 39.746 jiwa. serta usia non produktif dimana usia kurang dari 15 dan penduduk berusia lebih dari 64 tahun sebanyak 18.727 jiwa.

(16)

40

Perhitungan beban ketergantungan (DR) di Kecamatan Wonosari adalah

sebagai berikut : DR = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 <15+𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 >64 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 15 −64 × 100% = 18.727 39.746× 100% = 0.4711 × 100% = 47,11 % = 47 %

Hasil dari perhitungan beban ketergantungan Kecamatan Wonosari memiliki nilai 47%, artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 47 penduduk usia tidak produktif. Menurut JF Ismail, 1981 (dalam Skripsi Feri Arditia, 2013). Dependency Ratio dapat di klasifikaskan menjadi tiga, yaitu :

< 60 % = dependency ratio rendah 60 – 90 % = dependency ratio sedang > 90 % = Idependency ratio tinggi

Dari ketiga tren tersebut Kecamatan Wonosari termasuk dalam Dependency Ratio masuk dalam kelas rendah. Dimana komposisi penduduk dapat digunakan untuk menghitung Sex Ratio Laki-Laki dan Perempuan sebagai berikut:

SR = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝐿𝑎𝑘𝑖 −𝑙𝑎𝑘𝑖 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 × 100% = 28784 29.689× 100% = 0,9695× 100% = 96,95 = 97 %

Perhitungan di atas diketahui Sex Ratio sebesar 97%, Bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki.

3.8.3 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan diukur dari jumlah penduduk umur 10 tahun ke atas menurut status tamat sekolah. Tamat sekolah dapat di definisikan sebagai telah selesainya seseorang mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi suatu jenjang sekolah

(17)

41

sampai akhir dengan mendapatkan Tanda Tamat Belajar atau Ijazah, baik dari Sekolah Negeri atau pun Swasta. Dengan demikian tingkat pendidikan berdasarkan pada sukses tidaknya Pendidikan/Sekolah. Adapun jumlah penduduk berdasarkan tingkat Pendidikan dapat di lihat pada Tabel 3.8 sebagai berikut :

Tabel 3.8 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Wonosari Tahun 2016

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) (%)

1 Tidak Tamat SD 7.45 23,6

2 Tamat SD 8.698 27,6

3 Tamat SLTP 6.536 20,7

4 Tamat SLTA 7.16 22,7

5 Tamat Perguruan Tinggi 1.637 5,1

Jumlah 31.481 100

Sumber : Monografi Kecamatan Wonosari Tahun 2016

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang paling banyak adalah yang mempunyai tingkat pendidikan SD yaitu 8.698 atau 27,6%. Menurut Dirjen Pembangunan Masyarakat Desa tahun 1973, tingkat pendidikan penduduk pada suatu daerah dapat di golongkan menjadi tiga, yaitu:

1. Rendah, jika penduduk yang tamat SD ke atas jumlahnya < 50% 2. Sedang, jika penduduk yang tamat SD ke atas jumlahnya 60–90% 3. Tinggi, jika penduduk yang tamat SD ke atas jumlahnya > 90%

Klasifikasi tersebut maka tingkat pendidikan penduduk di daerah penelitian sebagai berikut : Tingkat Pendidikan = 𝑇𝑎𝑚𝑎 𝑡 𝑆𝐷 𝑘𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ × 100 % = 24.031 31.481× 100 % = 76,3 %

Jadi berdasarkan data tersebut tingkat pendidikan penduduk di daerah penelitian termasuk dalam kelas sedang. Sehingga angka akan buta huruf di Kecamatan Wonosari pada tahun 2012 dan tahun 2016 mengalami peningkatan yang sangat pesat yang mencapai 76,3%.

(18)

42 3.8.4 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk yang ada di daerah penelitian sangat bervariasi. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat memberikan gambaran mengenai pola perekonomian wilayah dan secara umum dapat menggambarkan berbagai jenis kegiatan perekonomian penduduk. Berdasarkan data yang ada mata pencaharian di daerah penelitian antara lain petani/penggarap, buruh tani, buruh industry, pengusaha industry, buruh bangunan, pedagang, pengakutan, PNS/ABRI, dan pensiunan PNS/ABRI. Adapun jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat di lihat pada Tabel 3.9 sebagai berikut:

Tabel 3.9 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Wonosari Tahun 2016

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah

(Jiwa) (%) 1 PNS/ABRI 5609 23.62 2 Swasta 5013 21.11 3 Pedagang 2169 9.13 4 Petani 4509 18.99 5 Pertukangan 1684 7.09 6 Buruh Tani 3925 16.53 7 Pensiun 668 2.81 8 Pemulung 39 0.16 9 Jasa 129 0.54 Jumlah 23745 100.00

Sumber : Monografi Kecamatan Wonosari Tahun 2016

Berdasarkan data di atas bahwa jumlah penduduk yang bekerja jadi Pegawai PNS/ABRI yang ada di daerah penelitian mempunyai jumlah terbanyak, yaitu sebesar 5.609 jiwa atau 0,24%, hal ini berarti di daerah penelitian merupakan daerah yang mengalami perkembangan baik dalam Fasilitas Sosial maupun Ekonomi di Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. Sedangkan jumlah penduduk yang bekerja di sektor jasa yang ada di daerah penelitian mempunyai jumlah sedikit, yaitu sebesar 129 jiwa atau 1,00%, hal ini berarti bahwa kebanyakan

(19)

43

penduduk lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan menggunakan jasa pengakutan.

3.9 Transportasi

Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat dan perkembangan wilayah baik itu daerah perdesaan maupun daerah yang lainnya. Transportasi juga dapat membantu masyarakat untuk melakukan mobilitas, Karena dengan adanya transportasi yang baik maka jarak antara daerah satu ke daerah lain akan menjadi dekat. Berikut sarana transportasi yang di miliki penduduk di Kecamatan Wonosari dapat di lihat dalam tabel 3.10 sebagai berikut:

Tabel 3.10 Sarana Transportasi di Kecamatan Wonosari Tahun 2016

No Jenis Transportasi Jumlah

(Buah) (%) 1 Sepeda 5.583 32.93 2 Sepeda Motor 10.792 63.66 3 Becak 91 0.54 4 Mobil Pribadi 408 2.41 5 Bus Umum 3 0.02 6 Truk 58 0.34 7 Delman/ Dokar 2 0.01 8 Gerobak Sapi 15 0.09 Jumlah 16.952 100

Sumber : Monografi Kecamatan Wonosari Tahun 2016

Data di atas menunjukkan bahwa alat transportasi yang paling banyak dimiliki penduduk adalah sepeda Motor sebanyak 10.792 buah atau 63,66%. Tingginya prosentase pemakaian transportasi berupa Sepeda Motor karena mengingat bahwa sarana transportasi ini yang Dapat di jangkau dari segi harganya oleh semua penduduk dan dapat digunakan oleh semua warga masyarakat untuk kepentigan sehar- hari baik keperluan kerja, sekolah dan lain-lain.

Gambar

Tabel  3.2 Data  Curah  Hujan  Rata-rata  Bulanan  Tahun  2006-2016
Tabel  3.3 Tipe  Iklim  Berdasarkan  Besar  Kecilnya  Nilai  Q  Menurut  Schmidt  dan  Ferguson
Tabel  3.4 Luas  Penggunaan  Lahan  di Kecamatan  Wonosari  Tahun  2016  No   Jenis  Penggunaan  Lahan  Luas  (Ha)  Persen  (%)
Tabel  3.5 Jumlah  dan Laju  Pertumbuhan  Penduduk  di Kecamatan  Wonosari  Tahun  2012 dan 2016
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan 10% alga Euchema cottoni pada pakan memberikan pengaruh yang terbaik terhadap kualitas kandungan

Berdasarkan penjelasan diatas, hasil penelitian ini nantinya akan dikaji lebih lanjut untuk digunakan sebagai sumber belajar berupa jurnal ilmiah, untuk mempermudah

Desa Jaring Halus dipilih sebagai lokasi penelitian berdasarkan informasi awal dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara bahwa masyarakat di Desa

BERE : Dipakai oleh laki-laki (dan isterinya) untuk panggilan anak laki-laki dan perempuan dari saudara perempuannya, untuk menantu laki-laki dari saudara perempuannya (IBEBERE),

Setelah diadakan simulasi dan penelitian, maka pergerakan kerumunan manusia yang tersebar didalam area evakuasi, dengan menggunakan algoritma boids dan A Star dapat menghindari

3.3.6 Siswa mampu membuat laporan hasil dari kegiatan jual-beli yang berkaitan dengan satuan berat.!.

Data tersebut selanjutkan diolah dan ditampilkan dalam bentuk profil kedalaman laut perairan Selat Lirung, profil kecepatan arus secara vertikal untuk setiap kedalaman kolom air,

Pengertian hak tanggungan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Ayat 1 UUHT adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5