• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.1. Potensi Lokal Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku. Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan memiliki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "7.1. Potensi Lokal Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku. Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan memiliki"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

VII. KONEKTIVITAS SEKTOR-SEKTOR EKONOMI UNGGULAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU

7.1. Potensi Lokal Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku

Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan memiliki potensi sumberdaya alam yang heterogen dan berlimpah namun dari sisi percepatan pembangunan wilayah ini masih jauh tertinggal dari wilayah-wilayah lain di Indonesia. Keterbatasan dalam mengidentifikasi/menentukan sektor-sektor unggulan wilayah ini sangat tergantung dari arah dan strategi kebijakan serta tujuan pembangunan dan pengembangan wilayah Provinsi Maluku. Tujuan pembangunan pengembangan wilayah yang tidak terpusat pada satu pusat pertumbuhan dan pengembangan sektor-sektor unggulan wilayah kabupaten/kota belum menjadi prioritas utama dari tujuan pembangunan Provinsi Maluku. Dengan adanya tujuan pembangunan yang ingin dicapai dalam meningkatkan ekonomi wilayah dan menjadikan wilayah lain sebagai pusat pertumbuhan baru (new growth poles) maka pengembangan pembangunan wilayah sebaiknya di arahkan pada kapasitas wilayah yang berbasis bahari/maritim sebagai kekuatan potensi terbesar.

Penentuan arah dan strategi kebijakan pembangunan wilayah yang berbasis pada kapasistas atau potensi lokal (local spesific) wilayah harus mampu mengidentifikasi/ menemukenali dan mengembangkan sektor-sektor unggulan selain memiliki nilai tambah dan mampu memberikan efek pengganda (multiplier

effect) yang memiliki keterkaitan ke depan maupun ke belakang (linkages)

terhadap sektornya sendiri dan sektor-sektor lainnya. Percepatan dan pengembangan sektor-sektor unggulan menjadi dasar untuk meningkatkan PDRB.

(2)

184

Meningkatnya PDRB tidak dilihat dari sisi struktur output yang besar, nilai tambah bruto tetapi mampu meningkatkan nilai pengganda dari output, pendapatan, tenaga kerja dan memberikan keterkaitan (linkages) dengan sektor lainnya sebagai sektor pendorong utama (prime mover). Selain itu sektor unggulan tidak hanya didasarkan pada posisi relatifnya yang kuat karena hasil perhitungan mengindentifikasikan posisi unggul namun harus memperhatikan posisi relatif sektor yang lemah tetapi memiliki nilai strategis dengan mempertimbangkan kapasitas atau potensi lokal (local spesific) wilayah yang belum tergarap atau yang sudah tetapi belum dikelola secara optimal.

Hasil indentifikasi sektor-sektor ekonomi Provinsi Maluku

memperlihatkan beberapa sektor yang sangat berpengaruh dalam penentuan ekonomi wilayah. Sektor-sektor unggulan dimaksud dalam analisis penelitian dipahami sebagai sektor yang dapat berkembang serta mampu menggerakkan sistem perekonomian wilayah domestiknya maupun di luar wilayah tersebut. Dengan pemikiran di atas maka arah dan strategi kebijakan pembangunan Provinsi Maluku harus dikembangkan atas dasar kemampuan setiap wilayah atau pusat pengmebangan dalam mengembangkan sektor-sektor unggulan berbasis

local spesific.

Berkaitan dengan pemahaman tersebut pengembangan kawasan sentra produksi wilayah kepulauan Provinsi Maluku harus mampu memberi makna pada pengertian pengembangan kawasan itu sendiri. Bappeda Provinsi Maluku (1999) mendefenisikan kawasan sentra produksi sebagai wilayah yang dikembangkan atas dasar potensi wilayah tersebut yang secara geografis memiliki hubungan satu dengan lainnya sehingga secara keseluruhan dapat mempercepat akselerasi atau aksesbilitas pembangunan wilayahnya Pengembangan kawasan sentra produksi

(3)

185

yang di dasarkan pada potensi wilayah adalah bagian dari strategi kebijakan untuk menjawab berbagai tantangan seperti, letak geografis yang jauh atau relatif terpencil dan sulit dijangkau, potensi sumberdaya yang belum tergarap dan dikelola dengan baik, kualitas sumberdaya manusia yang relatif rendah, kegiatan investasi dan produksi yang rendah serta kondisi fasilitas pelayanan atau infrastruktur sosial ekonomi yang kurang memadai. Untuk itu dengan mengidentifikasi/menemukenali sektor-sektor unggulan berbasis potensi lokal (local spesific) akan mendorong percepatan pembangunan wilayah khususnya pada wilayah-wilayah yang karakteristik geografisnya adalah wilayah kepulauan (archipelago).

Pemanfaatan kapasitas atau potensi lokal wilayah harus mampu dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan di Provinsi Maluku. Berdasarkan hasil analisis maka perlu adanya percepatan pengembangan sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan wilayah. Berdasarkan studi tipologi kabupaten/kota (1999), dikatakan bahwa sektor unggulan adalah sektor yang mampu menggambarkan posisi relatif sektor tersebut terhadap perekonomian wilayah maupun nasional dengan kemampuannya sebagai sektor ungggulan dan mampu mendorong percepatan pembangunan wilayah. Untuk itu percepatan pengembangan sektor unggulan harus mampu menggerakkan roda perekonomian dan mempercepat proses penciptaan pusat pertumbuhan baru (new

growth poles) diwilayahnya dan tidak terpusat pada satu pusat pertumbuhan

(growth pole) saja.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa penentuan sektor unggulan harus didasari pada kapasitas dan potensi lokal (local spesific) wilayah sehingga menjadi acuan didalam penentuan tujuan perencanaan pembangunan

(4)

186

dengan arah dan strategi kebijakan pemerintah selain hasil analisis yang telah dilakukan saat ini. Perencanaan pembangunan wilayah yang sesuai dengan kapasitas atau potensi lokal wilayah dan menemukenali sektor unggulannya akan mampu dalam pengembangan wilayah kawasan sentra produksi. Didalam menunjang proses pembangunan berdasarkan konteks wilayah kepulauan seperti Provinsi Maluku, kawasan sentra produksi akan meningkatkan interaksi atau keterkaitan satu wilayah dengan wilayah lain baik secara spasial maupun fungsional. Arah dan strategi kebijakan pengembangan sektor-sektor ekonomi wilayah melalui identifikasi/menemukan sektor unggulannya dan dapat meningkatkan kawasan sentra produksinya akan menciptakan fungsi pusat pengembangan atau pertumbuhan baru di wilayah kepulauan Provinsi Maluku.

7.1.1. Konektivitas Keunggulan Sektoral Berdasarkan Kriteria Analisis Struktur Output dengan Nilai Tambah Bruto

Berdasarkan klasifikasi sepuluh sektor terbesar dari struktur output dengan nilai tambah bruto maka diperoleh sektor-sektor unggulan (key sector dan

leading sector). Key sector merupakan sektor unggulan yang memiliki nilai

struktur output maupun nilai tambah bruto tertinggi sedangkan leading sector adalah sektor pemimpin yang memiliki salah satu nilai tertinggi dari ke dua nilai tersebut yakni struktur output atau nilai tambah bruto dapat dilihat pada Tabel 26 di bawah ini:

(5)

187

Tabel 26. Sepuluh Sektor Terbesar dengan Kriteria Analisis Struktur Output dan Nilai Tambah Bruto di Provinsi Maluku, Tahun 2007

No Kode Uraian Sektor

Nilai Struktur

Output (Juta Rp)

No Kode Uraian Sektor

Nilai Tambah Bruto (Juta Rp) 1. 44 Perdagangan besar dan eceran 1 589 164 1 44 Perdagangan besar dan eceran 1 090 154 2. 21 Perikanan 1 167 713 2 21 Perikanan 902 204 3. 56 Pemerintahan umum dan pertahanan 937 168 3 56 Pemerintahan umum dan pertahanan 835 498

4. 43 Bangunan 251 136 4 3 Ubi kayu 181 755

5. 48 Angkutan Air 237 998 5 13 Cengkih 170 270

6. 34 Industri

penggergajian kayu 228 269 6 54 Sewa bangunan 161 294

7. 49 Angkutan udara 219 686 7 47 Angkutan darat 154 110

8. 13 Cengkih 214 141 8 48 Angkutan Air 143 136

9. 47 Angkutan darat 205 383 9 49 Angkutan udara 141 396

10. 54 Sewa bangunan 205 138 10 12 Kelapa 137 255

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah

Hasil konektivitas sepuluh sektor terbesar dari struktur output dan nilai tambah bruto terlihat hasil dari kedua nilai tersebut terdapat enam sektor unggulan (key sector) di Provinsi Maluku. Sektor-sektor yang termasuk dalam enam sektor unggulan tersebut antara lain: sektor perdagangan besar dan eceran (44), perikanan (21), pemerintahan umum dan pertahanan (56), angkutan air (48), angkutan darat (47) dan sewa bangunan (54). Dengan hasil konektivitas kedua kriteria analisis Input-Output yang dilakukan ternyata sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki sumbangan terbesar dalam pembentukan output secara keseluruhan dan memiliki nilai tambah bruto atau balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi yang dilakukan oleh sektor-sektor tersebut. Oleh sebab itu suatu sektor yang memiliki struktur output dan nilai tambah bruto yang besar menunjukkan bahwa sektor tersebut termasuk dalam sektor yang unggul bila dilihat dari konektivitas struktur output dan nilai tambah bruto. Hasil konektivitas untuk menentukan sektor-sektor unggulan (key

(6)

188

sector) dari analisis konektivitas yang dilakukan pada struktur output dan nilai

tambah bruto dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Konektivitas Sektor Unggulan Berdasarkan Kriteria Analisis Struktur Output dengan Nilai Tambah Bruto, Tahun 2007

No Kode Uraian Sektor

Nilai Struktur

Output (Juta Rp)

No Kode Uraian Sektor

Nilai Tambah Bruto (Juta Rp) 1. 44 Perdagangan besar dan eceran 1.589.164 1 44 Perdagangan

besar dan eceran 1.090.154

2. 21 Perikanan 1.167.713 2 21 Perikanan 902.204

3. 56 Pemerintahan umum dan pertahanan 937.168 3 56 Pemerintahan umum dan pertahanan

835.498

4. 48 Angkutan Air 237.998 4 48 Angkutan Air 143.136

5. 47 Angkutan darat 205.383 5 47 Angkutan darat 154.110

6. 54 Sewa bangunan 205.138 6 54 Sewa bangunan 161.294

Sumber: Tabel Inpuit-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah

7.1.2. Konektivitas Keunggulan Sektoral Berdasarkan Kriteria Analisis Multiplier Effect

Berdasarkan klasifikasi sepuluh sektor terbesar dari analisis multiplier

effect yakni pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja terlihat sektor-sektor

unggulan (key sector dan leading sector). Key sector merupakan sektor unggulan yang memiliki nilai pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja tertinggi sedangkan leading sector adalah sektor pemimpin yang memiliki salah satu nilai tertinggi dari ke tiga nilai pengganda tersebut. Sepuluh sektor terbesar tersebut dapat dilihat pada Tabel 28.

Sektor-sektor yang termasuk dalam kategori sektor unggulan dan memenuhi syarat sebagai sektor unggulan adalah sektor yang memilki nilai pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja tertinggi serta memiliki konektivitas diantara ke tiga nilai pengganda tersebut. Hasil analisis konektivitas pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja seperti terlihat pada Tabel 28. diperoleh sektor-sektor unggulan sebagai berikut: sektor industri kayu lapis (33),

(7)

189

Tabel 28. Sepuluh Sektor Terbesar dengan Kriteria Analisis Pengganda (Multiplier Effect), Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja, Tahun 2007

No Kode Uraian Sektor Nilai No Kode Uraian Sektor Nilai No Kode uraian sektor Nilai

1 35 Industri barang lain dari kayu dan hasil

hutan lainnya 2.0403 1 43 Bangunan 3.0279 1. 44 Pedagang besar eceran 16.5893

2 43 Bangunan 1.9565 2 35 Industri barang lain dari kayu dan hasil

lainnya 2.3251 2. 34 Industri penggergajian kayu 14.7396

3 33 Industri kayu lapis 1.8862 3 33 Industri kayu lapis 2.1812 3. 54 Sewa bangunan 14.7065

4 34 Industri penggergajian kayu 1.8311 4 34 Industri Penggergajian kayu 2.1081 4. 33 Industri kayu lapis 12.7934 5 28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya 1.6962 5 25 Industri penggilingan padi 1.8046 5. 49 Angkutan udara 5.5557 6 31 Industri kain tenun 1.6314 6 54 Sewa bangunan 1.8004 6. 28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya 4.9105 7 40 Industri lainnya 1.6309 7 28 Industri minyak hewan dan nabati 1.7871 7. 30 Industri makanan dan minuman lainnya 4.1120 8 30 Industri makanan dan minuman lainnya 1.6121 8 31 Industri kain tenun 1.7770 8. 57 Jasa sosial kemanusiaan 3.6553 9 37 Industri kertas dan barang cetakan 1.5537 9 29 Industri gula 1.7171 9. 25 Industri penggilingan padi 3.4125 10 25 Industri penggilingan padi 1.5377 10 30 Industri makanan dan minuman lainnya 1.7093 10. 35 Industri barang lain dari kayu dan hasil

hutan lainnya 3.0219

Sumber: Tabel Inpuit-Output Provinsi Maluku Updating,Tahun 2007. Data Diolah

Tabel 29. Konektivitas Sektor Unggulan Berdasarkan Kriteria Analisis Pengganda (Multiplier Effect), Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja, Tahun 2007

No Kode Uraian Sektor

Nilai

Output No Kode Uraian Sektor

Nilai

Pendapatan no Kode uraian sektor Nilai TK

1 33 Industri kayu lapis 1.8862 1 33 Industri kayu lapis 2.1812 1. 33 Industri kayu lapis 12.7934

2 28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya 1.6962 2 28 Industri minyak hewan dan

nabati 1.7871 2. 28

Industri roti, biskuit dan

sejenisnya 4.9105

3 30 Industri makanan dan minuman lainnya 1.6121 3 30 Industri makanan dan minuman

lainnya 1.7093 3. 30

Industri makanan dan minuman

lainnya 4.1120

4 25 Industri penggilingan padi 1.5377 4 25 Industri penggilingan padi 1.8046 4. 25 Industri penggilingan padi 3.4125

(8)

190

industri roti, biskuit dan sejenisnya (28), industri makanan dan minuman lainnya (30), serta industri penggilingan padi (25)

Sektor-sektor yang termasuk dalam sektor unggulan berdasarkan hasil konektivitas berdasarkan kriteria pengganda memperlihatkan bahwa ke empat sektor tersebut memiliki nilai pengganda output, pendapatan maupun tenaga kerja terbesar baik dari sisi pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja. Sektor-sektor unggulan dimaksud menujukkan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap sektor-sektor tersebut akan memberikan dampak yang positif terhadap output seluruh sektor, pendapatan masyarakat serta memiliki kemampuan didalam menciptakan kesempatan kerja pada seluruh sektor unggulan wilayah kepulauan di Provinsi Maluku.

(9)

191

7.1.3. Konektivitas Keunggulan Sektoral Berdasarkan Kriteria Analisis Keterkaitan Antarsektor

Salah satu keunggulan dari analisis keterkaitan antarsektor (Intersectoral

Linkages) yaitu dapat mengetahui seberapa besar tingkat hubungan atau

keterkaitan antarsektor ekonomi. Keterkaitan antarsektor ekonomi dapat berupa keterkaitan ke belakang (backward linkages) maupun ke depan (forward

linkages). Backward linkages merupakan hubungan dengan bahan mentah

sedangkan forward linkages merupakan hubungan dengan penjualan barang jadi. Konektivitas sepuluh sektor terbesar dari kriteria backward linkages dan

forward linkages menghasilkan beberapa sektor unggulan berdasarkan analisis

dari kedua kriteria tersebut. Sektor-sektor unggulan berdasarkan konektivitas keriteria backward dan forward linkages seperti terlihat pada Tabel 30 dan Tabel 31 yaitu: sektor industri kerang-kerangan (36) dan industri kain tenun (31). Hasil analisis memperlihatkan bahwa ke tiga sektor tersebut secara konektivitas mampu memberikan nilai keterkaitan ke belakang dan ke depan yang tinggi. Dengan demikian ketiga sektor ini memiliki nilai penyebaran dan nilai kepekaan yang tinggi diatas derajat penyebaran maupun kepekaan rata-rata secara keseluruhan.

Selain itu nilai penyebaran dan kepekaan dari ketiga sektor unggulan dimaksud dapat diartikan memiliki kemampuan untuk mendorong penciptaan dan peningkatan output secara merata pada seluruh sektor perekonomian wilayah kepualaun Provinsi Maluku. Tabel 31 memperlihatkan hasil konektivitas dari hasil analisis intersectoral linkages.

(10)

192

Tabel 30. Sepuluh Sektor Terbesar dengan Kriteria Keterkaitan Antarsektor di Provinsi Maluku, Tahun 2007

No Kode Uraian Sektor Kaitan ke

Belakang No Kode Uaraian Sektor

Kaitan ke Depan

1 35

Industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya 3.0650 1 44 Pedagang besar dan eceran 2.5302 2 33 Industri kayu lapis 2.8358 2 24 Industri

pengila-ngan minyak bumi 2.4422

3 34 Industri penggergajian kayu 2.7930 3 19 Kayu gelondongan 2.3962 4 43 Bangunan 2.7718 4 39 Industri semen dan bahan galian bukan logam 2.2711 5 28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya 2.3732 5 1 Padi 2.2355 6 30 Industri makanan dan minuman lainnya 2.0874 6 36 Industri kerang-kerangan 2.0655 7 36 Industri kerang-kerangan 2.0398 7 38 Industri pupuk kimia dan barang dari karet 1.9076 8 29 Industri gula 2.0290 8 37 Industri kertas dan barang cetakan 1.8402 9 31 Industri kain

tenun 2.0198 9 42 Air bersih 1.6708

10 27 Industri minyak

hewan dan nabati 1.9783 10 31 Industri kain tenun 1.3305

Sumber: Tabel Inpuit-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah

Tabel 31. Konektivitas Sektor Unggulan Berdasarkan Kriteria Analisis Keterkaitan Antarsektor (linkages) Tahun 2007

No Kode Uraian Sektor Kaitan ke

Belakang No Kode Uraian Sektor

Kaitan ke Depan 1 36 Industri kerang-kerangan 2.0398 1 36 Industri kerang-kerangan 2.0655

2 31 Industri kain tenun 2.0198 2 31 Industri kain tenun 1.3305

Sumber: Tabel Inpuit-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah

7.1.4. Sektor Unggulan Berdasarkan Kriteria Analisis Struktur Output, Nilai Tambah Bruto dengan Multiplier Effect. Struktur Output, Nilai Tambah Bruto dengan Intersectoral Linkages. Struktur Output, Nilai Tambah Bruto, Multiplier Effect dan Intersectoral Linkages.

Hasil konektivitas dari analisis Input-Output berdasarkan kriteria analisis struktur output, nilai tambah bruto, multiplier efek dan keterkaitan antar sektor seperti yang diperlihatkan pada Tabel 39 menunjukkan bahwa pemerintah daerah Provinsi Maluku belum mampu mengidentifikasi/menemukenali sektor-sektor

(11)

193

unggulan wilayahnya. Hal ini terlihat dari sektor-sektor unggulan yang diperoleh masih bersifat parsial yaitu hanya ditentukan berdasarkan pembuat atau pengambil kebijakan di daerah ini. Banyaknya sektor-sektor berbasis potensi lokal (local

spesific) wilayah kepulauan yang belum dikembangkan dengan baik.

Sektor berbasis potensi lokal wilayah kepulauan dapat dilihat pada Tabel 32 dimana sektor perikanan (27), angkutan air (48) merupakan sektor terbesar dalam struktur output maupun nilai tambah bruto di Provinsi Maluku. Bila dilihat dari konektivitas berdasarkan analisis kriteria multiplier effect dengan struktur output dan nilai tambah bruto maka sektor-sektor tersebut seperti sektor perikanan (27), angkutan air (48) tidak memperlihatkan adanya perubahan pengganda dari sektor-sektor tersebut (sektor unggulan berdasarkan kriteria struktur output, nilai tambah bruto) terhadap penciptaan output, pendapatan dan kesempatan kerja.

Sektor-sektor unggulan wilayah berdasarkan kriteria multiplier effect-pun tidak memperlihatkan konektivitas yang positif terhadap sektor-sektor terbesar dari struktur output dan nilai tambah bruto. Dengan demikian sektor unggulan dari analisis struktur output, nilai tambah bruto berbeda dengan sektor unggulan berdasarkan kriteria analisis multiplier effect. Bila melihat hasil penentuan sektor unggulan yang didasarkan pada kriteria di atas maka dapat dikatakan bahwa pemerintah daerah Provinsi Maluku belum mampu menentukan arah dan strategi kebijakan pengembangan perekonomian wilayah yang berbasis pada potensi lokal wilayah. Hal ini dapat dilihat dari besarnya peran pemerintah daerah Provinsi Maluku yang lebih mengutamakan pencapaian pertumbuhan ekonomi dari sektor-sektor terbesar dalam analisis multiplier effect. Biasanya pemerintah daerah lebih menggunakan kriteria angka pengganda untuk

(12)

194

perencanaan pembangunan wilayah untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonominya. Sektor-sektor terbesar berdasarkan kriteria multiplier effect tidak memperlihatkan sektor-sektor yang berbasis pada kapasitas atau potensi lokal (local spesific) wilayah.

Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan dengan potensi lokalnya yang besar di sektor pertanian tidak memperlihatkan besarnya peran sektor-sektor ini. Umumnya sektor-sektor yang memiliki nilai pengganda terbesar adalah sektor-sektor yang bukan merupakan sektor yang berbasis potensi lokal wilayah hal ini dapat dilihat pada Tabel 28 dan 29. Dari hasil analisis multiplier effect tersebut terlihat bahwa pemerintah daerah lebih mengutamakan aspek pengganda pada output, pendapatan dan tenaga kerja sehingga diindikasikan pemerintah daerah lebih mengejar tingkat pertumbuhan ekonomi dalam menentukan perencanaan pembangunan di Provinsi Maluku.

Konektivitas sepuluh sektor terbesar berdasarkan kriteria analisis terhadap struktur output, nilai tambah bruto, multiplier effect dan intersectoral

linkages memperlihatkan adanya keunggulan sektoral yang berbeda diantara

kriteria-kriteria analisis tersebut. Perbedaan hasil analisis tersebut yang dilakukan berdasarkan hasil konektivitas diantara kriteria-kriteria analisis input-Output memperlihatkan bahwa pemerintah daerah Provinsi Maluku belum mampu mengidentifikasikan/menemukenali sektor-sektor unggulan wilayahnya yang berbasis potensi lokal (local spesific) wilayah kepulauan dan masih kuatnya daya tarik pusat pertumbuhan Kota Ambon dari wilayah lain di sekitarnya.

(13)

195

Tabel 32. Sepuluh Sektor Terbesar dari Struktur Output, Nilai Tambah Bruto dengan Angka Pengganda (Multiplier Effect), Tahun 2007

No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai

1 44 Perdaganga n besar dan eceran 1.589.164 1 44 Perdagangan besar dan eceran 1.090.154 1 35 Industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya 2.0403 1 43 Bangunan 3.0279 1 44 Pedagang besar eceran 16.5893

2 21 Perikanan 1.167.713 2 21 Perikanan 902.204 2 43 Bangunan 1.9565 2 35

Industri barang lain dari kayu dan hasil lainnya 2.3251 2 34 Industri penggergajia n kayu 14.7396 3 56 Pemerintaha n umum dan pertahanan 937.168 3 56 Pemerintahan umum dan pertahanan 835.498 3 33 Industri kayu lapis 1.8862 3 33 Industri kayu lapis 2.1812 3 54 Sewa bangunan 14.7065 4 43 Bangunan 251.136 4 3 Ubi kayu 181.755 4 34

Industri penggergajia n kayu 1.8311 4 34 Industri Penggergaji an kayu 2.1081 4 33 Industri kayu lapis 12.7934 5 48 Angkutan Air 237.998 5 13 Cengkih 170.270 5 28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya 1.6962 5 25 Industri penggilinga n padi 1.8046 5 49 Angkutan udara 5.5557 6 34 Industri penggergaji an kayu 228.269 6 54 Sewa bangunan 161.294 6 31 Industri kain tenun 1.6314 6 54 Sewa bangunan 1.8004 6 28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya 4.9105 7 49 Angkutan udara 219.686 7 47 Angkutan darat 154.110 7 40 Industri lainnya 1.6309 7 28 Industri minyak hewan dan nabati 1.7871 7 30 Industri makanan dan minuman lainnya 4.1120

8 13 Cengkih 214.141 8 48 Angkutan Air 143.136 8 30

Industri makanan dan minuman lainnya 1.6121 8 31 Industri kain tenun 1.7770 8 57 Jasa sosial kemanusiaa n 3.6553 9 47 Angkutan darat 205.383 9 49 Angkutan udara 141.396 9 37 Industri kertas dan barang cetakan 1.5537 9 29 Industri gula 1.7171 9 25 Industri penggilinga n padi 3.4125 10 54 Sewa bangunan 205.138 10 12 Kelapa 137.255 10 25 Industri penggilingan padi 1.5377 10 30 Industri makanan dan minuman lainnya 1.7093 10 35 Industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya 3.0219

(14)

196

Tabel 33. Sektor Unggulan Berdasarkan Kriteria Struktur Output, Nilai Tambah Bruto dan Multiplier Effect , Tahun 2007

No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai

1. 44

Perdagangan besar dan eceran

1.589.164 1. 44 Perdagangan

besar dan eceran 1.090.154 1 33

Industri kayu lapis 1.8862 1 33 Industri kayu lapis 2.1812 1. 33 Industri kayu lapis 12.7934 2. 21 Perikanan 1.167.713 2. 21 Perikanan 902.204 2 28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya 1.6962 2 28 Industri minyak hewan dan nabati 1.7871 2. 28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya 6.9105 3. 56 Pemerintahan umum dan pertahanan 937.168 3. 56 Pemerintahan umum dan pertahanan 835.498 3 30 Industri makanan dan minuman lainnya 1.6121 3 30 Industri makanan dan minuman lainnya 1.7093 3. 30 Industri makanan dan minuman lainnya 4.1120

4. 48 Angkutan Air 237.998 4 48 Angkutan Air 143.136 4 25 Industri penggilingan padi 1.5377 4 25 Industri penggilingan padi 1.8046 4. 25 Industri penggilingan padi 3.4125 5. 47 Angkutan

darat 205.383 5 47 Angkutan darat 154.110

6. 54 Sewa

bangunan 205.138 6 54 Sewa bangunan 161.294

(15)

197

Tabel 34. Sepuluh Sektor Terbesar dari Struktur Output, Nilai Tambah Bruto dengan Keterkaitan Antarsektor (Intersectoral

Linkages), Tahun 2007

No Kode Sektor Nilai No Kode Uraian

Sektor Nilai No Kode Sektor

Kaitan ke Belakang No Kode Uaraian Sektor Kaitan ke Depan 1. 44 Perdagangan besar dan eceran 1.589.164 1. 44 Perdagangan besar dan eceran 1.090.154 1 35 Industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya 3.0650 1 44 Pedagang besar dan eceran 2.5302

2. 21 Perikanan 1.167.713 2. 21 Perikanan 902.204 2 33 Industri kayu

lapis 2.8358 2 24 Industri pengila-ngan minyak bumi 2.4422 3. 56 Pemerintahan umum dan pertahanan 937.168 3. 56 Pemerintahan umum dan pertahanan 835.498 3 34 Industri penggergajian kayu 2.7930 3 19 Kayu gelondongan 2.3962

4. 43 Bangunan 251.136 4. 3 Ubi kayu 181.755 4 43 Bangunan 2.7718 4 39

Industri semen dan bahan galian bukan logam

2.2711

5. 48 Angkutan Air 237.998 5. 13 Cengkih 170.270 5 28

Industri roti, biskuit dan sejenisnya 2.3732 5 1 Padi 2.2355 6. 34 Industri penggergajian kayu 228.269 6. 54 Sewa bangunan 161.294 6 30 Industri makanan dan minuman lainnya 2.0874 6 36 Industri kerang-kerangan 2.0655

7. 49 Angkutan udara 219.686 7. 47 Angkutan

darat 154.110 7 36 Industri kerang-kerangan 2.0398 7 38 Industri pupuk kimia dan barang dari karet 1.9076

8. 13 Cengkih 214.141 8. 48 Angkutan Air 143.136 8 29 Industri gula 2.0290 8 37

Industri kertas dan barang cetakan

1.8402

9. 47 Angkutan darat 205.383 9. 49 Angkutan

udara 141.396 9 31

Industri kain

tenun 2.0198 9 42 Air bersih 1.6708

10. 54 Sewa bangunan 205.138 10. 12 Kelapa 137.255 10 27

Industri minyak hewan dan nabati

1.9783 10 31 Industri kain

tenun 1.3305

(16)

198

Tabel 35. Sektor Unggulan Berdasarkan Kriteria Struktur Output, Nilai Tambah Bruto dengan Keterkaitan Antarsektor (Intersectoral

Linkages), Tahun 2007

No Kode Sektor Nilai No Kode Uraian Sektor Nilai No Kode Sektor Kaitan ke

Belakang No Kode Uaraian Sektor Kaitan ke Depan 1. 44 Perdagangan besar dan eceran 1.589.164 1. 44 Perdagangan

besar dan eceran 1.090.154 1 36

Industri kerang-kerangan 2.0398 1 36 Industri kerang-kerangan 2.0655

2. 21 Perikanan 1.167.713 2. 21 Perikanan 902.204 2 31 Industri

kain tenun 2.0198 2 31 Industri kain tenun 1.3305 3. 56 Pemerintahan umum dan pertahanan 937.168 3. 56 Pemerintahan umum dan pertahanan 835.498

4. 48 Angkutan Air 237.998 4 48 Angkutan Air 143.136

5. 47 Angkutan darat 205.383 5 47 Angkutan darat 154.110

6. 54 Sewa

bangunan 205.138 6 54 Sewa bangunan 161.294

(17)

199

Tabel 36. Sepuluh Sektor Terbesar dari Pengganda (Multiplier Effect) dengan Keterkaitan Antarsektor (Intersectoral Linkages), Tahun 2007

No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor

Kaitan ke Belakang No Kode Uaraian Sektor Kaitan ke Depan 1 35 Industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya 2.0403 1 43 Bangunan 3.0279 1 . 44 Pedagang besar dan eceran 16.5893 1 35 Industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya 3.0650 1 44 Pedagang besar dan eceran 2.5302 2 43 Bangunan 1.9565 2 35 Industri barang lain dari kayu dan hasil lainnya 2.3251 2 . 34 Industri penggergajia n kayu 14.7396 2 33 Industri kayu lapis 2.8358 2 24 Industri pengila-ngan minyak bumi 2.4422 3 33 Industri kayu lapis 1.8862 3 33 Industri kayu lapis 2.1812 3 . 54 Sewa bangunan 14.7065 3 34 Industri penggergajia n kayu 2.7930 3 19 Kayu gelondong an 2.3962 4 34 Industri penggergajia n kayu 1.8311 4 34 Industri Penggergajia n kayu 2.1081 4 . 33 Industri kayu lapis 12.7934 4 43 Bangunan 2.7718 4 39 Industri semen dan bahan galian bukan logam 2.2711 5 28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya 1.6962 5 25 Industri penggilingan padi 1.8046 5 . 49 Angkutan udara 5.5557 5 28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya 2.3732 5 1 Padi 2.2355 6 31 Industri kain tenun 1.6314 6 54 Sewa bangunan 1.8004 6 . 28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya 4.9105 6 30 Industri makanan dan minuman lainnya 2.0874 6 36 Industri kerang-kerangan 2.0655 7 40 Industri lainnya 1.6309 7 28 Industri minyak hewan dan nabati 1.7871 7 . 30 Industri makanan dan minuman lainnya 4.1120 7 36 Industri kerang-kerangan 2.0398 7 38 Industri pupuk kimia dan barang dari karet 1.9076 8 30 Industri makanan dan minuman lainnya 1.6121 8 31 Industri kain tenun 1.7770 8 . 57 Jasa sosial

kemanusiaan 3.6553 8 29 Industri gula 2.0290 8 37

Industri kertas dan barang cetakan 1.8402 9 37 Industri kertas dan barang cetakan 1.5537 9 29 Industri gula 1.7171 9 . 25 Industri penggilingan padi 3.4125 9 31 Industri kain

tenun 2.0198 9 42 Air bersih 1.6708

10 25 Industri penggilingan padi 1.5377 10 30 Industri makanan dan minuman lainnya 1.7093 10. 35 Industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya 3.0219 10 27 Industri minyak hewan dan nabati 1.9783 10 31 Industri kain tenun 1.3305

(18)

200

Tabel 37. Sektor Unggulan Berdasarkan Kriteria Multiplier Effect dengan Keterkaitan Antarsektor (Intersectoral Linkages), Tahun 2007

No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor

Kaitan ke Belakang No Kode Uaraian Sektor Kaitan ke Depan 1 33 Industri kayu lapis 1.8862 1 33 Industri kayu lapis 2.1812 1 33 Industri kayu lapis 12.7934 1 36 Industri kerang-kerangan 2.0398 1 36 Industri kerang-kerangan 2.0655 2 28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya 1.6962 2 28 Industri minyak hewan dan nabati 1.7871 2 28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya 4.9105 2 31 Industri kain tenun 2.0198 2 31 Industri kain tenun 1.3305 3 30 Industri makanan dan minuman lainnya 1.6121 3 30 Industri makanan dan minuman lainnya 1.7093 3 30 Industri makanan dan minuman lainnya 4.1120 4 25 Industri penggilingan padi 1.5377 4 25 Industri penggilingan padi 1.8046 4 25 Industri penggilingan padi 3.4125

(19)

201

Tabel 38. Keunggulan Sektoral dari Struktur Output, Nilai Tambah Bruto, Pengganda, Keterkaitan Antarsektor, Tahun 2007

No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Kaitan ke

belakang No Kode Sektor Kaita n ke depan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 1. 44 Perdagan gan besar dan eceran 1.589.164 1. 44 Perdaganga n besar dan eceran 1.090.154 1 35 Industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya 2.0403 1 43 Bangunan 3.0279 1 44 Pedagan g besar eceran 16.5893 1 33 Industri kayu lapis 2.8358 1 44 Pedaga ng besar dan eceran 2.5302

2. 21 Perikanan 1.167.713 2. 21 Perikanan 902.204 2 43 Bangunan 1.9565 2 35

Industri barang lain dari kayu dan hasil lainnya 2.3251 2 34 Industri pengger gajian kayu 14.7396 2 43 Bangun an 2.7718 2 24 Industri pengila -ngan minyak bumi 2.4422 3. 56 Pemerinta han umum dan pertahana n 937.168 3. 56 Pemerintah an umum dan pertahanan

835.498 3 33 Industri kayu lapis 1.8862 3 33 Industri kayu lapis 2.1812 3 54 Sewa banguna n 14.7065 3 28 Industri roti, biskuit dan sejenisn ya 2.3732 3 19 Kayu gelond ongan 2.3962

4. 43 Bangunan 251.136 4. 3 Ubi kayu 181.755 4 34

Industri penggergaji an kayu 1.8311 4 34 Industri Pengge rgajian kayu 2.1081 4 33 Industri kayu lapis 12.7934 4 30 Industri makana n dan minuma n lainnya 2.0874 4 39 Industri semen dan bahan galian bukan logam 2.2711 5. 48 Angkutan Air 237.998 5. 13 Cengkih 170.270 5 28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya 1.6962 5 25 Industri penggil ingan padi 1.8046 5 49 Angkuta n udara 5.5557 5 36 Industri kerang-keranga n 2.0398 5 1 Padi 2.2355 6. 34 Industri penggerga jian kayu

228.269 6. 54 Sewa bangunan 161.294 6 31 Industri kain tenun 1.6314 6 54 Sewa bangun an 1.8004 6 28 Industri roti, biskuit dan sejenisn ya 4.9105 6 31 Industri kain tenun 2.0198 6 36 Industri kerang-kerang an 2.0655

7. 49 Angkutan udara 219.686 7. 47 darat Angkutan 154.110 7 40 Industri lainnya 1.6309 7 28 Industri minyak hewan dan nabati 1.7871 7 30 Industri makanan dan minuma n lainnya 4.1120 7 27 Industri minyak hewan dan nabati 1.9783 7 38 Industri pupuk kimia dan barang dari karet 1.9076

8. 13 Cengkih 214.141 8. 48 Angkutan Air 143.136 8 30 Industri makanan dan minuman lainnya 1.6121 8 31 Industri kain tenun 1.7770 8 57 Jasa sosial kemanus iaan 3.6553 8 25 Industri penggili ngan padi 1.9391 8 37 Industri kertas dan barang cetakan 1.8402

(20)

202

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

9. 47 Angkutan darat 205.383 9. 49 Angkutan udara 141.396 9 37 Industri kertas dan barang cetakan 1.5537 9 29 Industri gula 1.7171 9 25 Industri penggili ngan padi 3.4125 9 32 Industri tekstil bahan dari kulit dan alas kaki 1.8072 9 42 Air bersih 1.6708 10. 54 Sewa bangunan 205.138 10. 12 Kelapa 137.255 10 25 Industri penggilinga n padi 1.5377 10 30 Industri makana n dan minum an lainnya 1.7093 10 35 Industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya 3.0219 10 37 Industri kertas dan barang cetakan 1.7852 10 31 Industri kain tenun 1.3305

(21)

203

Tabel 39. Konektivitas Sektor Unggulan Berdasarkan Kriteria Struktur Output, Nilai Tambah Bruto, Multiplier Effect dan Keterkaitan Antarsektor (Intersectoral Linkages), Tahun 2007

No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Kaitan ke

belakang No Kode Sektor Kaita n ke depan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 1 44 Perdagang an besar dan eceran 1.589.164 1. 44 Perdagang an besar dan eceran

1.090.154 1 33 Industri kayu lapis 1.8862 1 33 Industri kayu lapis

2.1812 1 33 Industri kayu lapis 12.7934 1 36 Industri kerang-keranga n 2.0398 1 36 Industri kerang-kerangan 2.0655 2 21 Perikanan 1.167.713 2. 21 Perikanan 902.204 2 28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya 1.6962 2 28 Industri minyak hewan dan nabati 1.7871 2 28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya 4.9105 2 31 Industri kain tenun

2.0198 2 31 Industri kain tenun 1.3305

3 56 Pemerinta han umum dan pertahana n 937.168 3. 56 Pemerinta han umum dan pertahana n 835.498 3 30 Industri makanan dan minuman lainnya 1.6121 3 30 Industri makana n dan minum an lainnya 1.7093 3 30 Industri makanan dan minuman lainnya 4.1120

4 48 Angkutan Air 237.998 4 48 Angkutan Air 143.136 4 25 Industri penggilingan padi 1.5377 4 25 Industri penggil ingan padi 1.8046 4 25 Industri penggiling an padi 3.4125 5 47 Angkutan darat 205.383 5 47 Angkutan darat 154.110

6 54 Sewa bangunan 205.138 6 54 Sewa bangunan 161.294

(22)

204

204

7.2. Kebijakan Final Demand Impacts Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku

Berdasarkan penentuan sektor unggulan wilayah yang telah dilakukan terdahulu maka Provinsi Maluku sebagai wilayah berbasis bahari/maritim perlu menguji final demand impacts sebagai salah satu terapan analisis kompenen permintaan akhir dari sektor-sektor yang berpengaruh di wilayah kepulauan ini. Sebagai terapan pada salah satu komponen permintaan akhir yakni ekspor dari sektor-sektor yang berhubungan dengan karakteristik wilayah maka diperoleh hasil output permintaan akhir dari beberapa sektor yang memiliki indikator ekonomi wilayah kepulauan.

Sektor-sektor yang dianggap berbasis wilayah kepulauan seperti, sektor angkutan udara (49), darat (47), air (48), perikanan dan dilakukan kombinasi antarsektor sekaligus diperlihatkan pada Tabel 32. Cara simulasi pada final demand

impacts dilakukan sebagai bagian dari simulasi perubahan output bila pemerintah

daerah Provinsi Maluku ingin melihat dampak dari shock permintaan akhir sektor-sektor yang berbasis wilayah kepulauan terhadap arah dan strategi kebijakan pembangunan wilayah kepulauan.

Terlihat jelas beberapa sektor yang mengalami perubahan output dan dampak total yang diberikan untuk output perekonomian wilayah Provinsi Maluku dari dampak shock permintaan akhir yang dilakukan. Dampak perubahan output sektor-sektor tersebut dapat dilihat melalui simulasi yang di gambarkan sesuai pada Tabel 40.

(23)

205

Tabel 40. Sepuluh Sektor Penerima Terbesar Dampak Shock Output Final Demad Impacts Terhadap Perekonomian Wilayah Provinsi Maluku, Tahun 2007

Dampak Shock Output Final Demand Impacts

SIM 1 (AU) SIM 2 (AD) SIM 3 (AA) SIM 4 (Prkn) SIM 5

(AU+AD+AA+Prkn)

No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai No Kode Sektor Nilai

1 44 Perdaganga n besar dan eceran 357.884.57 1 44 Perdagang an besar dan eceran 309.935.43 1 44 Perdagan gan besar dan eceran 383.666.94 1 25 Penggilinga n padi 345.450.72 1 44 Perdagangan besar dan eceran 1.274.590.66 2 24 Industri pengilangan minyak bumi 143.746.75 2 24 Industri pengilang an minyak bumi 121.334.46 2 24 Industri pengilang an minyak bumi 124.265.74 2 44 Perdagangan besar dan eceran 223.103.72 2 24 Industri pengilangan minyak bumi 466.409.94 3 40 Industri lainnya 98.437.64 3 40 Industri lainnya 84.147.83 3 21 Perikanan 96.292.90 3 30 Industri makanan dan minuman 80.900.64 3 40 Industri lainnya 320.061.52

4 21 Perikanan 93.904.93 4 21 Perikanan 82.629.26 4 40 Industri

lainnya 92.063.19 4 24 Industri pengilangan minyak bumi 77.063.00 4 30 Industri makanan dan minuman 270.018.55 5 54 Sewa bangunan 57.238.30 5 49 Angkutan udara 49.802.42 5 30 Industri makanan dan minuman 84.485.38 5 35 Industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya 56.823.78 5 54 Sewa bangunan 193.961.63 6 30 Industri makanan dan minuman 56.242.66 6 54 Sewa bangunan 49.559.41 6 54 Sewa bangunan 56.128.07 6 40 Industri

lainnya 45.412.85 6 3 Ubi kayu 161.204.32

7 48 Angkutan air 53.494.04 7 30 Industri makanan dan minuman 48.389.86 7 49 Angkutan udara 55.611.77 7 48 Angkutan air 32.583.78 7 12 Kelapa 135.018.70 8 47 Angkutan darat 48.015.63 8 48 Angkutan air 47.941.06 8 47 Angkutan darat 50.037.84 8 54 Sewa

bangunan 31.035.85 8 29 Industri gula 116.730.03

9 3 Ubi kayu 45.158.83 9 3 Ubi kayu 39.906.30 9 3 Ubi kayu 46.551.66 9 49 Angkutan

udara 30.774.10 9 57

Jasa sosial

kemanusiaan 100.376.04

10 51 Komunikasi 40.455.01 10 12 Kelapa 32.981.28 10 12 Kelapa 42.753.32 10 3 Ubi kayu 29.587.53 10 51 Komunikasi 99.749.57

Ket:

SIM 1 = Shock Sektor Angkutan Udara (AU) SIM 4 = Shock Sektor Perikanan (Prkn) SIM 2 = Shock Sektor Angkutan Darat (AD) SIM 5 = Shock Sektor AU + AD + AA + Prkn SIM 3 = Shock Sektor Angkutan Air (AA)

(24)

206

7.2.1. Kebijakan Peningkatan Output dari Shock Permintaan Akhir di Sektor Angkutan Udara (SIM 1)

Kebijakan peningkatan output dari shock permintaan akhir (final

demand impacts) pada salah sektor ekonomi wilayah atau komponen permintaan

akhir yakni ekspor dari sektor angkutan udara (49) bila naik sebesar 1 juta rupiah. Dampak kebijakan shock permintaan akhir peningkatan output dari sektor angkutan udara cukup memberi dampaknya pada setiap sektor dan total perekonomian wilayah secara keseluruhan.

Hasil shock permintaan akhir dari sektor angkutan udara (49) seperti terlihat pada tabel. 36 menunjukkan ada sepuluh sektor terbesar yang menerima dampak shock tersebut. Sepuluh sektor tersebut adalah: perdagangan besar dan eceran (44), industri pengilangan minyak bumi (24), industri lainnya (40), perikanan (21), sewa bangunan (54), industri makanan dan minuman (30), angkutan air (48), angkutan darat (47), ubi kayu (3) dan komunikasi (51).

Sebagai wilayah kepulauan dengan keunggulan bahari/maritimnya maka sektor perikanan menerima dampak dari shock sektor angkutan udara berada pada

posisi ke- 4. Sektor perikanan mengalami perubahan output sebesar Rp. 93 904 930 sedangkan secara keseluruhan dampak total yang diberikan

untuk output perekonomian wilayah kepulauan Provinsi Maluku sebesar Rp. 2 275 730 310.

Dampak shock permintaan akhir dari sektor angkutan udara lebih dirasakan perubahan outputnya oleh sektor diluar sektor perikanan seperti, sektor perdagangan besar dan eceran (44) disamping sektor-sektor industri, sektor angkutan dan komunikasi. Sedangkan sektor pertanian tanaman ubi-ubian seperti

(25)

207

207

ubi kayu merupakan salah satu sektor berpotensi pada urutan ke-9 mengalami perubahan output dari dampak shock permintaan akhir sektor angkutan udara.

7.2.2. Kebijakan Peningkatan Output dari Shock Permintaan Akhir di Sektor Angkutan Darat (SIM 2)

Kebijakan peningkatan output dari shock permintaan akhir (final

demand impacts) pada salah sektor ekonomi wilayah atau komponen permintaan

akhir yakni ekspor dari sektor angkutan darat (47) bila naik sebesar 1 juta rupiah. Dampak kebijakan shock permintaan akhir peningkatan output dari sektor angkutan darat memberi dampak perubahan output yang diterima oleh setiap sektor dan total perekonomian wilayah secara keseluruhan.

Hasil shock permintaan akhir dari sektor angkutan darat (47) seperti terlihat pada tabel. 36 ada sepuluh sektor terbesar yang menerima dampak shock tersebut. Sepuluh sektor tersebut adalah: perdagangan besar dan eceran (44), industri pengilangan minyak bumi (24), industri lainnya (40), perikanan (21), angkutan udara (49), sewa bangunan (54), industri makanan dan minuman (30), angkutan air (48), ubi kayu (3), dan kelapa (12).

Kebijakan peningkatan output permintaan akhir sektor angkutan darat (47) mampu merubah output dari sektor-sektor terbesar di atas. Terlihat dengan sangat jelas bahwa sektor yang paling besar menerima dampak dari shock permintaan akhir di sektor angkutan darat adalah sektor perdagangan besar dan eceran (44) yaitu sebesar Rp. 309 935 430 dan diikuti oleh sektor lainnya. Secara keseluruhan dampak total yang diberikan untuk output perekonomian wilayah Provinsi Maluku sebesar Rp. 214 875 430.

(26)

208

Sektor ubi kayu (3) dan kelapa (12) merupakan sektor pertanian tanaman pangan masih merupakan sektor yang mampu memenuhi kebutuhan pangan di wilayah ini. Kedua sektor tersebut sebenarnya mampu menjadi andalan ekspor ke wilayah lain karena memiliki nilai perubahan output yang positif. Dengan demikian sektor ubi kayu (3) dan kelapa (12) selain perikanan (21) sektor-sektor tersebut berpeluang menjadi komoditi ekspor Provinsi Maluku.

7.2.3. Kebijakan Peningkatan Output dari Shock Permintaan Akhir di Sektor Angkutan Air (SIM 3)

Kebijakan peningkatan output dari shock permintaan akhir (final

demand impacts) pada salah sektor ekonomi wilayah atau komponen permintaan

akhir yakni ekspor dari sektor angkutan air (48) bila naik sebesar 1 juta rupiah. Dampak kebijakan shock permintaan akhir peningkatan output dari sektor angkutan darat memberi dampak perubahan output yang diterima oleh setiap sektor dan total perekonomian wilayah secara keseluruhan.

Dampak shock permintaan akhir dari sektor angkutan air (48) seperti terlihat pada Tabel. 32 ada sepuluh sektor terbesar yang menerima dampak shock tersebut. Sepuluh sektor tersebut adalah: perdagangan besar dan eceran (44), industri pengilangan minyak bumi (24), perikanan (21), industri lainnya (40), industri makanan dan minuman (30), sewa bangunan (54), angkutan udara (49), angkutan darat (47), ubi kayu (9), dan kelapa (12).

Sepuluh sektor terbesar seperti pada tabel 36. terlihat sektor yang paling besar menerima dampak shock permintaan akhir sektor angkutan air (48) adalah sektor perdagangan besar dan eceran (44) yang berubah outputnya sebesar Rp. 383 666 940. Sedangkan sektor perikanan yang termasuk sepuluh sektor terbesar

(27)

209

209

menempati urutan/posisi ke-3 dengan perubahan output sebesar Rp. 96.292.900 artinya sektor perikanan mengalami perubahan output yang cukup besar dibandingkan shock dari sektor angkutan udara (49) maupun angkutan darat (47) terhadap sektor ini. Secara keseluruhan dampak total yang diberikan untuk output perekonomian wilayah Provinsi Maluku adalah sebesar Rp. 2 252 172 240. Bila dilihat dari dampak total yang diberikan untuk output perekonomian wilayah shock sektor angkutan air (48) masih lebih rendah dari shock sektor angkutan udara (49).

7.2.4. Kebijakan Peningkatan Output dari Shock Permintaan Akhir di Sektor Perikanan (SIM 4)

Kebijakan peningkatan output dari shock permintaan akhir (final

demand impacts) pada salah sektor ekonomi wilayah atau komponen permintaan

akhir yakni ekspor dari sektor perikanan (21) bila naik sebesar 1 juta rupiah. Dampak kebijakan shock permintaan akhir peningkatan output dari sektor angkutan darat memberi dampak perubahan output yang diterima oleh setiap sektor dan total perekonomian wilayah secara keseluruhan.

Dampak shock permintaan akhir dari sektor perikanan (21) seperti terlihat pada tabel. 36 ada sepuluh sektor terbesar yang menerima dampak shock tersebut. Sepuluh sektor tersebut adalah: industri penggilingan padi (25), perdagangan besar dan eceran (44), industri makanan dan minuman (30), industri pengilangan minyak bumi (24), industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya (35), industri lainnya (40), angkutan air (48), sewa bangunan (54), angkutan udara (49) dan ubi kayu (9).

(28)

210

Sektor paling besar menerima dampak shock permintaan akhir adalah sektor industri penggilingan padi (25) dimana perubahan output dari shock sektor perikanan adalah sebesar Rp. 345 450 720. Sedangkan sektor perdagangan besar dan eceran yang termasuk sepuluh sektor terbesar dan selalu menempati posisi ke-1 dari shock terdahulu menempati urutan/posisi ke-2. Shock sektor perikanan memberikan perubahan output pada sektor perdagangan besar dan eceran (44) sebanyak Rp. 223 103 720. Secara keseluruhan dampak total yang diberikan untuk output perekonomian wilayah Provinsi Maluku dari shock permintaan akhir sektor perikanan (21) adalah sebesar Rp. 2 400 758 880.

Dilihat dari dampak total yang diberikan untuk output perekonomian wilayah maka shock sektor perikanan memberikan output perekonomian wilayah Provinsi Maluku lebih besar dari shock sektor angkutan udara (49), darat (47) dan udara (48). Dengan demikian dapat dikatakan wilayah kepulauan Provinsi Maluku yang berbasis bahari/maritim sangat bergantung pada shock yang berhubungan dengan sektor perikanan dibandingkan sektor lainnya.

7.2.5. Kebijakan Peningkatan Output dari Shock Permintaan Akhir di Sektor Angkutan Udara, Darat, Air dan Perikanan (SIM 5)

Kebijakan peningkatan output dari shock permintaan akhir (final

demand impacts) pada kombinasi beberapa sektor ekonomi wilayah secara

bersamaan atau komponen permintaan akhir yakni ekspor dari sektor angkutan udara (49), darat (47), air (48) dan sektor perikanan (21) bila sektor-sektor tersebut naik sebesar Rp. 1 juta. Dampak kebijakan shock permintaan akhir peningkatan output dari sektor-sektor tersebut memberi dampak perubahan output

(29)

211

211

yang diterima oleh setiap sektor dan total perekonomian wilayah secara keseluruhan.

Hasil shock permintaan akhir dari sektor angkutan udara (49),darat (47), air (48) dan perikanan (21) seperti terlihat pada tabel. 36 ada sepuluh sektor terbesar yang menerima dampak shock tersebut. Sepuluh sektor tersebut adalah: perdagangan besar dan eceran (44), industri pengilangan minyak bumi (24), industri lainnya (40), industri makanan dan minuman (30), sewa bangunan (54), ubi kayu (3), dan kelapa (12), industri gula (29), jasa sosial kemanusiaan (57) dan komunikasi (51)

Sektor paling besar menerima dampak shock permintaan akhir dari keempat sektor yang di shock secara bersamaan adalah sektor perdagangan besar dan eceran (44). Perubahan output dari shock ke empat sektor tersebut adalah sebesar Rp. 1 274 590 660. Secara keseluruhan dampak total yang diberikan terhadap output perekonomian wilayah Provinsi Maluku dari shock permintaan akhir sektor angkutan udara (49), darat (47), air (48) dan perikanan (21) adalah sebesar Rp. 9 069 536 860. Hal ini berarti Provinsi Maluku mengalami perubahan output perekonomian wilayahnya yang cukup besar dari shock yang dilakukan secara bersamaan. Simulasi kombinasi antarsektor secara bersamaan/sekaligus memberikan dampak peningkatan output pada sektor-sektor yang menerima shock permintaan akhir di sektor angkutan udara (49), darat (47), air (48) dan perikanan (21).

7.3. Penentuan Sektor Unggulan Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku

Keunggulan suatu wilayah sangat berkaitan dengan kapasitas atau potensi lokal (local spesific) wilayahnya. Dengan kapasitas atau potensi lokalnya

(30)

212

maka wilayah tersebut seharusnya mampu mengidentifikasi atau menemukenali sektor-sektor unggulan yang berbasis pada karakteristik wilayahnya. Untuk itu mengembangkan potensi-potensi yang ada di wilayah tersebut akan sangat

menentukan dinamika pembangunan perekonomian wilayah. Dinamika

perekonomian wilayah seperti wilayah kepulauan Provinsi Maluku dapat dipacu lebih tinggi lagi karena memiliki keunggulan-keunggulan seperti:

1. Keunggulan sumberdaya (potensi). 2. Keunggulan lokasi.

Keunggulan sumberdaya (potensi) berhubungan dengan alokasi pemanfaatan sumberdaya wilayah (kawasan) sedangkan keunggulan lokasi berhubungan dengan struktur tata ruang kawasan yang bersangkutan. Keunggulan wilayah seperti sumberdaya dan lokasi harus didukung dengan kemampuan fasilitas pelayanan di wilayah tersebut.

Sesuai dengan pemahaman diatas maka sektor unggulan pada kawasan sentra produksi di wilayah kepulauan Provinsi Maluku harus:

1. Sesuai dengan karakteristik atau potensi lokal (local spesific) wilayah. 2. Mampu memanfaatkan sumberdaya yang ada di wilayahnya.

3. Dapat berkembang dan harus didukung dengan kemampuan fasilitas pelayanan pada pusat-pusat pengembangan.

4. Berkelanjutan (sustainable).

Potensi sektor unggulan Provinsi Maluku dibangun atas kemampuan kapasitas dan potensi kemampuan wilayahnya dengan tidak terlepas dari konsep pengembangan wilayah kepulauan yang dianut. Berdasarkan hasil analisis Input-Output maka dapat dikatakan bahwa Provinsi Maluku belum mampu

(31)

213

213

mengidentifikasi/menemukenali serta menentukan sektor-sektor unggulannya. Hal ini dapat dilihat dari analisis yang dilakukan secara konektivitas di antara kriteria struktur output, nilai tambah bruto, multiplier effect dan intersectoral linkages. penentuan sektor unggulan wilayah kepulauan Provinsi Maluku yang dapat dilihat pada Tabel 39. Penentuan sektor unggulan melalui simulasi output final demand

impacts merupakan salah satu skenario yang di harapkan dapat menjadi acuan

penentuan arah dan strategi kebijakan Provinsi Maluku ke depan. Simulasi ini memberikan gambaran sektor-sektor berbasis wilayah kepulauan mampu digerakan bila ada kebijakan shock permintaan akhir dari sektor-sektor potensi di wilayah ini.

Hasil simulasi yang dilakukan pada sektor-sektor berbasis wilayah kepulauan dan simulasi kombinasi antarsektor yang potensial secara sekaligus menunjukkan bahwa sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang mengalami perubahan output terbesar dari kebijakan shock permintaan akhir. Dampak shock ini secara keseluruhan memperlihatkan bahwa sektor-sektor yang mengalami perubahan output belum semuanya sesuai dengan karakteristik Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan terbesar di Indonesia. Hasil simulasi shock permintaan akhir dapat dilihat pada Tabel 40.

Secara menyeluruh dengan adanya kenaikan permintaan akhir pada sektor-sektor yang dianggap berbasis karakteristik wilayah kepulauan menunujukkan sektor perdagangan besar dan eceran merupakan sektor terbesar yang menerima perubahan output dari shock permintaan akhir dari simulasi yang dilakukan.

(32)

214

7.4. Arah dan Strategi Kebijakan Pengembangan Sektor Unggulan di Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku

Arah pengembangan ekonomi wilayah kepulauan seperti Provinsi Maluku perlu diarahkan pada pengembangan sektor-sektor unggulan yang berbasis kapasitas atau potensi lokalnya. Dalam pelaksanaan pembangunan daerah khususnya wilayah kepulauan dengan potensi lokalnya yang cukup besar biasanya menemui berbagai kendala terutama didalam mengembangkan kawasan sentra produksi sektor unggulan. Dengan demikian seharusnya arah pengembangan sektor unggulan di wilayah kepulauan Provinsi Maluku lebih diarahkan untuk memacu atau mendorong sektor-sektor yang berbasis kapasitas atau potensi lokalnya. Selain itu berbagai program pembangunan lebih bersifat pendekatan proyek dan belum diarahkan pada upaya untuk menjadikan wilayah kepulauan sebagai sentra produksi yang berbasis potensi lokal. Terbatasnya infrastruktur di wilayah kepulauan juga menjadi kendala dalam mengembangkan wilayah-wilayah pinggiran (periphery) sehingga menimbulkan daya tarik pusat pertumbuhan (growth pole) terhadap wilayah lain disekitarnya.

Strategi kebijakan pembangunan ekonomi wilayah kepulauan Provinsi Maluku didasarkan kepada berbagai komitmen yang dibangun diantara pembuat maupun pengambil kebijakan pembangunan wilayah. Berbagai komitmen perlu dibangun sebagai upaya memacu atau mendorong sektor-sektor yang berbasis potensi lokal wilayahnya. Adanya kebijakan pengembangan sektor unggulan yang berbasis potensi wilayah perlu diukur dari kemampuan mengidentifikasi/ menemukenali sektor unggulannya. Dengan kemampuan mengidentifikasi/ menemukenali sektor unggulan wilayah maka perlu adanya penguatan sektor-sektor prime mover seperti sektor-sektor pengangkutan dan komunikasi, jasa dan sektor-sektor

(33)

215

215

lainnya. Untuk itu bertolak dari kebijakan yang dibangun hendaknya memiliki kemampuan strategis pengembangan wilayah. Kebijakan strategis tersebut perlu diarahkan pada pengembangan semua sektor-sektor unggulan wilayah guna mendukung kawasan sentra produksi sektor unggulan dan menjadikan wilayahnya sebagai sentra pengembangan sektor unggulan dalam kerangka penciptaan pusat-pusat pertumbuhan baru (new growth poles) serta menjadikan masyarakat setempat sebagai stake holder pelaku utama pembangunan diwilayahnya. Kebijakan strategis selanjutnya perlu berbasis kapasitas atau potensi lokal (local

spesific) wilayah yang dimilikinya dan mampu menjamin keberlanjutan

(sustainability) dari sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan wilayahnya. Oleh karena itu pengembangan sektor unggulan wilayah pada setiap wilayah kabupaten/kota di Provinsi Maluku harus mempertimbangkan aspek ketersediaan potensi sektor unggulan, aksesbilitas fasiitas pelayanan pusat-pusat pengembangan serta keberlanjutannya dalam jangka panjang. Untuk strategi kebijakan program pengembangan ekonomi wilayah kepulauan berbasis kapasitas atau potensi lokal (local spesific) bahari/maritim diarahkan untuk:

1. Mengidentifikasi/menemukenali serta menentukan sektor-sektor unggulan (key sectors) yang berbasis pada kapasitas atau potensi lokal wilayah (local

spesific) Provinsi Maluku yaitu berbasis bahari/maritim.

2. Penyusunan rencana pemanfaatan potensi lokal (local spesific) wilayah di setiap wilayah pada level kabupaten/kota kepulauan Provinsi Maluku.

3. Pendayagunaan semua sektor pendukung utama (leading sectors) terhadap sektor-sektor yang berbasis potensi lokal wilayahnya menjadi sektor unggulan (key sectors).

(34)

216

4. Mendorong penciptaan pusat-pusat pertumbuhan baru (new growth poles) pada wilayah kabupaten lainnya atau di wilayah sekitar pusat pertumbuhan dan tidak terpusat pada satu pusat pertumbuhan saja yaitu di Kota Ambon. 5. Terbentuknya kawasan sentra produksi (KSP) sektor unggulan wilayah yang

dapat mendukung perkembangan ekonomi kawasan di wilayah Provinsi Maluku sehingga percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi wilayah pinggiran (periphery) dapat dipacu sesuai dengan kapasitas atau potensi local wilayahnya (local specific).

6. Terbentuknya keterkaitan (konektivitas) diantara sektor-sektor terunggul yang menjadi sektor unggulan dengan sektor terlemah namun berpotensi berkembang sesuai potensi lokal wilayah dan saling menguntungkan.

7. Mempertahankan keberlanjutan (sustainability) sektor-sektor unggulan wilayah dalam jangka panjang.

8. Meningkatkan infrastruktur wilayah kepulauan untuk lebih berdaya guna dan berhasil guna terutama dengan keterkaitannya dengan keunggulan sektoral dari tiap wilayah.

9. Meningkatkan sektor-sektor unggulan wilayah kepulauan terutama yang memiliki keterkaitannya dengan local spesific wilayah yakni bahari/maritim. 10. Sektor-sektor yang memiliki keterkaitan dengan local spesific bahari/maritim

(35)

217

217

7.5. Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Berbasis Sektor Unggulan Bahari/Maritim dan Prospeknya di Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku

Pengembangan kawasan sentra produksi (KSP) berbasis sektor unggulan merupakan suatu keharusan dari upaya strategis pengembangan wilayah kepulauan. Karakteristik wilayah kepulauan (archipelago) yang berbeda (heterogen) dengan wilayah daratan (continental) yang (homogen) tentunya memiliki potensi atau kapasitas atau potensi lokal wilayah yang berbeda pula. Dengan demikian pengembangan kawasan sentra produksi wilayah kepulauan akan menciptakan prime mover bagi sektor-sektor ekonomi wilayah terunggul disekitarnya (periphery). Sehingga percepatan pembangunan di era otonomi dengan berbasis pada sektor unggulan wilayah mampu mendorong percepatan penciptaan pusat-pusat pertumbuhan baru (new growth poles).

Atas dasar pemahaman diatas menurut Abe (2001), adanya pengakuan keberagaman atau pluralitas dan keunikan suatu wilayah (daerah) maka suatu kebijakan pembangunan tidak harus dibuat sama secara universal. Keberagaman suatu wilayah harus berpijak pada kapasitas atau potensi lokal (local spesific) dan lingkup tantangan yang berbeda antarwilayah. Oleh sebab itu atas dasar berbagai potensi dan tantangan yang berbeda maka dibutuhkan suatu kebijakan yang berbeda pada setiap wilayah pengembangan.

Bank Indonesia (2001), menyimpulkan suatu daerah dapat meningkatkan daya saing sektor unggulannya bila mampu meningkatkan peran sumberdaya alam, memahami secara mendalam dimana letak sektor-sektor terunggulnya untuk dikembangkan secara berkelanjutan (sustainable) serta mampu membuat daerah mencapai tingkat perkembangan ekonomi yang lebih tinggi tidak terlena dengan

(36)

218

perkembangan yang telah dicapainya. Implikasi dari kemampuan suatu wilayah dapat mengidentifikasi/menemukenali dan menentukan sektor-sektor unggulannya mengindikasikan arah dan strategi kebijakan pengembangan wilayah perlu dilakukan sesegera mungkin oleh pemerintah daerah sehingga lebih fokus pada target-target pengembangan ekonomi wilayah yang menjadi prioritas untuk dikembangkan atau dipacu serta yang perlu diperbaiki guna penciptaan pusat pertumbuhan baru yang lebih banyak di setiap wilayah pengembangan.

Penciptaan pusat-pusat pertumbuhan baru baik di tingkat

kabupaten/kota merupakan salahsatu upaya memperkecil kesenjangan

antarwilayah (regional disparity), dengan mengandalkan pengembangan sektor-sektor unggulannya yang bernilai ekonomi tinggi dan mampu diserap pangsa pasar baik lokal (domestic) maupun nasional/internasional. Kawasan sentra produksi pada wilayah kepulauan Provinsi Maluku seharusnya sudah menjadi suatu perencanaan yang komprehensif dan terpadu tanpa adanya keegoisan wilayah (otonomi), sehingga mampu mengakomodasikan serta menciptakan sektor-sektor terunggulnya sebagai salah satu aspek kebutuhan atau tuntutan yang mendesak bagi pengembangan setiap wilayah di wilayah kepulauan Provinsi Maluku.

Pengembangan Kawasan Sentra Produksi (KSP) di Provinsi Maluku perlu dipercepat untuk dikembangkan, sehingga implementasi dari menemukenali dan menetapkan sektor-sektor unggulan wilayah dapat diterapkan pada wilayah-wilayah tersebut sesuai dengan kapasitas atau potensinya. Peran aktif pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota) sangat berpengaruh didalam pelaksanaan pengembangan kawasan sentra produksi. Dengan demikian

(37)

219

219

pemerintah daerah perlu menetapkan skala prioritas yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi daerah atas dasar keunggulan dari sektor-sektor unggulan wilayahnya.

Gambar

Tabel  26.    Sepuluh Sektor Terbesar  dengan  Kriteria Analisis  Struktur Output   dan Nilai Tambah Bruto di Provinsi Maluku, Tahun 2007
Tabel  27.   Konektivitas Sektor Unggulan Berdasarkan Kriteria Analisis Struktur  Output   dengan Nilai Tambah Bruto, Tahun 2007
Tabel   30.     Sepuluh  Sektor Terbesar dengan  Kriteria  Keterkaitan Antarsektor        di Provinsi Maluku, Tahun 2007
Tabel  33.   Sektor Unggulan Berdasarkan Kriteria Struktur Output, Nilai Tambah Bruto dan Multiplier Effect , Tahun 2007
+3

Referensi

Dokumen terkait

Mutu pelayanan atau tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintahan nagari ditentukan pula oleh banyak faktor, baik faktor yang terdapat pada masyarakat itu

Kesempatan kerja sektoral juga dipengaruhi oleh sumber-sumber pertumbuhan ekono mi dari sisi demand, namun hanya investasi dan ekspor yang secara konsisten signifikan

• Beberapa konsep hierarki bisa secara otomatis dibangun berdasarkan pada analisis dari jumlah nilai-nilai berbeda per atribut dalam data set.

evidence peserta didik yang sesuai dengan kompetensi dan akan dijadikan

Skripsi berjudul Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Pada Siswa Bustanul Athfal Aisyiyah Sumbersari Semester Dua Melalui Media Kartu Bermain Tahun Pelajaran 2014/2015,

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat fanatik dengan perilaku agresi pada remaja suporter sepak bola bonek di kecamatan tambaksari

Dalam perencanaan pembelajaran guru di SMPLB- BCD menyusun silabus dan RPP yang dibuat guru untuk menyampaikan materi PAI disesuaikan dengan kondisi siswa, karena selain