• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Kontemporer Terhadap Perkembangan Pola Pikir Seseorang dalam Berbahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Budaya Kontemporer Terhadap Perkembangan Pola Pikir Seseorang dalam Berbahasa"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Budaya Kontemporer Terhadap

Perkembangan Pola Pikir Seseorang dalam Berbahasa

Muhammad Romyan Fauzan, S.S.

1. Latar Belakang Masalah

Akar kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu budhaya, sebagai bentuk jamak dari kata budhi, yang memiliki arti makna akal. Oleh karena itu kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-ikhwal yang berkenaan dengan akal atau budi Hasan (Mutakin, 2006:78). Kebudayaan tidak lain daripada keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial atau homo socius, yang lantas digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapinya serta untuk menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan Suparlan (Mutakin, 2006:79). Wujud kebudayaan memuat tiga konsep nilai, yaitu (1) kompleks ide, gagasan, konsep, pikiran, dan pengetahuan; (2) kompleks aktifitas atau kegiatan dan organisasi sosial, dan (3) kompleks teknologis, peralatan, atau sistem kebendaan (Mutakin, 2006:83). Ketiga konsep nilai tersebut memuat segala hal yang dapat dilihat seperti peralatan atau juga yang abstrak seperti kompleks ide, pikiran. Jika kita runut keseluruhan, bahwa kebudayaan itu mengandung banyak hal dan mencakup kehidupan manusia secara utuh.

Budaya Kontemper adalah budaya ketika orang-orang terpengaruh dengan modernisme dalam kehidupannya. Kontemporerisme dalam keberadaan perkembangan budaya bisa dilihat dari adanya pergeseran kebudayaan lokal yang dimiliki sebuah negara, khususnya di Indonesia yang banyak sekali terpengaruh

(2)

oleh kebudayaan modern dari luar. Ada istilah yang berbeda untuk budaya kontemporer ini, Piliang menyebutkan budaya kontemporer ini sebagai budaya global, menurut Piliang (2011:209) budaya global adalah konsep yang menjelaskan tentang mendunianya berbagai aspek kebudayaan, yang di dalam ruang global tersebut terjadi proses penyatuan, kesalingberkaitan dan kesalingberhubungan. Pernyataan tersebut semakin menguatkan bahwa posisi budaya pada saat ini ada dalam posisi yang sangat rentan. Hal ini berkaitan dengan adanya imperialisme budaya dalam berbagai bidang dan menyebabkan tergerusnya budaya lokal yang dimiliki negara ini.

Isi kebudayaan yang bersifat universal mempunyai hubungan yang penting dalam terciptanya komunikasi dalam segi kehidupan apa pun. Malinowski (Mutakin, 2006:83) menyatakan bahwa manusia purba seperti Homo erectus atau

Phitecantropus erectus yang hidup berkelompok sekitar 8-10 individu telah

mampu menjalin kerjasama dan komunikasi antar sesamanya dengan menggunakan sistem suara-suara berkembang yang mengandung makna-makna tertentu sebagai medianya. Hal itu bisa diartikan bahwa pada jaman dahulu, bahasa sudah digunakan walau menggunakan simbol-simbol dalam bunyi-bunyian. Secara urut, dapat disimpulkan tujuh unsur kebudayaan yang paling konkret menuju yang paling abstrak (1) sistem teknologi, (2) mata pencaharian (sistem ekonomi), (3) sistem organisasi sosial, (4) sistem pengetahuan, (5) sistem kesenian, (6) sistem religi, (7) sistem bahasa atau sistem simbol.

Budaya tidak akan pernah bisa dilepaskan dari bahasa, karena pada kenyataannya, kebudayaan berkembang seiring pertukaran, peminjaman, atau pemungutan bahasa dalam satu budaya dengan budaya lainnya. Manusia sebagai

(3)

makhluk individu sekaligus makhluk sosial mempunyai kemampuan lebih dalam berkomunikasi dengan adanya bahasa. Kemampuan berbahasa ini ditopang dengan adanya perkembangan budaya yang terus menerus memberi produk bahasa yang bercampur dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Kebudayaan tersebut secara tidak langsung akan mengubah pola pikir seseorang dalam berbahasa. Perkembangan teknologi yang semakin imperialis menyebabkan pola pikir dalam berbahasa pun mengikuti kebudayaan global. Globalisasi menyebabkan terciptanya kata-kata baru dan memungkinkan adanya perubahan dalam gaya berbahasa dari sudut pandang mana pun.

Pada zaman Yunani para filsuf meneliti apa yang dimaksud dengan bahasa dan apa hakikat bahasa. Para filsuf tersebut sependapat bahea bahasa adalah sistem tanda. Dikatakan bahwa manusia hidup dalam tanda-tanda yang mencakup segala segi kehidupan manusia, misalnya bangunan, kedokteran, kesehatan, geografi, dan sebagainya. Tetapi mengenai hakikat bahasa, apakah bahasa mirip realitas atau tidak, mereka belum sepakat. Kebudayaan sendiri menggolongkan bahasa menjadi sesuatu hal yang tidak nyata, karena berisi gagasan, ide, dan hasil pemikiran. Tetapi hal itu menjadi masalah ketika ditampilkan dalam sebuah teks yang tentu saja bisa terlihat nyata.

Hal-hal yang bertentangan di atas tidak akan pernah dilepaskan dari bahasa dan individu sebagai penggunanya. Di Indonesia bahasa sangat dipengaruhi oleh berbagai bidang kehidupan, baik ekonomi, teknologi, pertanian, dan bidang lainnya. Masalah-masalah yang ditimbul ini tidak akan selesai sampai kapan pun, karena bahasa berhubungan langsung dengan perkembangan dunia.

(4)

Individu sebagai pengguna bahasa, tentu saja berkaitan langsung dalam memperguanakan bahasa dari waktu ke waktu. Bahasa Indonesia digunakan dalam berbagai lingkup kehidupan, misalnya dalam pendidikan, sebagai pengantar bahasa dalam pembelajaran atau dalam buku-buku teks yang digunakan. Bahasa hingga saat ini sangat mempengaruhi pola pikir seseorang, hal itu bisa disebabkan oleh berbagai macam hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Bahasa Indonesia adalah ruh yang dipunyai bangsa ini, tetapi pada kenyataannya, posisi bahasa Indonesia dalam kebudayaan semakin terkikis oleh pengaruh teknologi yang semakin menjadikan kebudayaan kontemporer sebagai hal yang utama. Pada akhirnya, perkembangan bahasa Indonesia akan semakin dipengaruhi oleh kebudayaan asing. Oleh karena itu, penulis melihat pola pikir sesorang dalam berbahasa sangat dipengaruhi oleh adanya perkembangan budaya yang ada dan itu akan menjadi masalah ketika budaya global menjadi penguasa kehidupan.

2. Batasan Masalah

Batasan masalah yang akan dikaji oleh penulis tidak akan lepas dari variabel yang ditulis dalam judul. Batasan masalah terdiri dari (1) bagaimana budaya kontemporer mempengaruhi pola pikir seseorang, dan (2) bagaimana pengaruh budaya kontemporer terhadap perkembangan bahasa Indonesia (3) bagaimana pemecahan masalah problematika bahasa dalam budaya kontemporer. Dari batasan masalah tersebut dapat diketahui bahwa betapa besarnya pengaruh kebudayaan terhadap individu seseorang dan juga otomatis terhadap perkembangan bahasanya.

(5)

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini tidak akan berbeda jauh dengan batasan masalah yang dikaji oleh penulis, yaitu (1) mendeskripsikan pengaruh budaya kontemporer terhadap pola pikir seseorang, (2) mendeskripsikan pengaruh budaya kontemporer terhadap perkembangan bahasa Indonesia, (3) mengajukan pemecahan masalah yang berhubungan dengan problematika bahasa dalam budaya kontemporer. pendeskripsian itu dilakukan berdasarkan adanya fakta bahwa istilah-istilah yang digunakan dalam bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh kebudayaan global yang semakin berkembang.

(6)

BAB II

Pengaruh Budaya Kontemporer Terhadap Perkembangan Pola Pikir

Seseorang dalam Berbahasa

2.1 Budaya Kontemporer dan Budaya Lokal

Kontemporer adalah pada waktu atau masa yang sama; pada masa kini (KBBI, 2008:805). Kebudayaan adalah segala hal atau bentuk baik berwujud benda maupun berkenaan dengan sistem non-benda yang dihasilkan oleh manusia dalam skala individu atau kelompok yang didasarkan pada kemampuan, akal, ide, atau kelompok yang didasarkan pada kemampuan akal, ide, atau gagasannya (Mutakin, 2006:78). Jika disatukan dua pengertian tersebut, bisa dikatakan bahwa budaya kontemporer adalah segala hal yang dihasilkan manusia baik berwujud ataupun tidak, yang berasal dari kemampuan akal, ide, atau gagasan pada masa kini.

Budaya kontemporer sering juga disebut dengan budaya global. Kebudayaan tidak akan pernah lepas dari namanya budaya lokal, yang semakin hari semakin ditakutkan akan kehilangan jati dirinya. Banyak persoalan yang timbul ketika budaya kontemporer semakin merebak di kalangan masyarakat. Budaya lokal sebagai tiang budaya yang dipunyai bangsa ini semakin ditakutkan akan kehilangan jatidirinya, hal itu menjadi sesuatu hal yang wajar mengingat dalam kehidupan sekarang, budaya kontemporer menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Tidak hanya di negara Indonesia yang mempunyai ribuan kekhasan dalam budaya lokal, di negara lain pun akan terjadi hal yang sama, bahwa budaya kontemporer adalah bentuk imperialisme baru

(7)

yang mengharuskan seseorang menjadi sama dengan orang lainnya. Baik dilihat dari apa yang dipakainya sehari-hari, ataupun berhubungan dengan apa pun.

Budaya lokal adalah karakter bangsa, jika hal ini mengalami pengikisan karena adanya budaya kontemporer, otomatis karakter bangsa pun akan terkikis dari waktu ke waktu. Hal inilah yang menjadi acuan bagaimana caranya mengubah budaya kontemporer itu menjadi sesuatu hal yang bermanfaat bagi perkembangan budaya lokal. Di daerah-daerah mungkin individu lebih mementingkan kebaruan dalam dirinya dibandingkan mempertahankan hal yang berasal dari nenek moyangnya, dalam hal ini adalah kebudayaan lokal yang dipunyainya. Kebaruan yang tidak lain adalah budaya kontemporer itu bisa menjadi pembunuh perlahan dari kebudayaan lokal yang dipunyai bangsa ini.

Oleh karena itu, penulis akan membahas bagaimana budaya kontemporer itu bisa menjadi bagian pemanfaatan dari budaya lokal yang sudah seharusnya dilestarikan.

2.2 Pengaruh Budaya Kontemporer Terhadap Pola Pikir Seseorang

Pola pikir adalah kerangka yang dibentuk oleh pikiran dan menjadi

mindset yang terus berubah dari waktu ke waktu seiring perkembangan diri

seseorang. Individu sebagai pembentuk pola pikir yang paling sempurna di muka bumi ini sangat bisa terpengaruh oleh perkembangan budaya saat ini. Kenapa hal itu terjadi? Banyak penyebab terjadinya perubahan dalam tingkah laku yang menyebabkan pola pikir seseorang berubah juga. menurut Mutakin (2006:5) menyatakan bahwa kepribadian merupakan pengorganisasian yang dinamis yang berkenaan dengan sistem-sistem psiko-fiskal dalam individu, yang terlibat dalam

(8)

menentukan keunikan individu dalam cara-cara atau kiat-kiat untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.

Pendidikan sangat mempengaruhi individu seseorang dalam berpikir. Makmun (1996:40) menyatakan bahwa kepribadian menunjukkan kepada kualitas total perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Kata unik yang dimaksudkan adalah menjelaskan bahwa kualitas perilaku itu bersifat khas sehingga dapat dibedakan satu indicidu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh struktur organisasi ciri-ciri jiwa raganya (psychophysysical system) yang terbentuk secara dinamis.

Uraian tersebut menjelaskan bahwa kualitas pola pikir seseorang akan timbul manakala ia telah menunjukkan kualitas total dari hasil pola pemikirannya. Budaya sebagai sesuatu hal yang dimiliki oleh tiap individu jelas tidak akan lepas dari kualitas seseorang dalam berpikir. Budaya kontemporer pada saat ini hampir mempengaruhi tiap ikhwal individu, hal itu berkenaan dengan kedinamisan jiwa-raga yang dipunyainya dan kehidupan sehari-hari yang tidak akan pernah lepas dari kebudayaan yang terjadi pada masa kini.

Masalah yang timbul adalah ketika pola pikir seseorang itu menjadi salah kaprah, ketika meninggalkan kebudayaan yang ia miliki dari nenek moyangnya. Kebudayaan yang dimiliki tiap individu sangat bergantung dari lingkungan di mana ia tinggal. Banyak fakta menunjukkan bahwa pola pikir seseorang yang tinggal di desa kemudian pindah ke kota mengalami banyak perubahan. Mindset pikiran orang tersebut dipengaruhi oleh adanya kedinamisan perkembangan kebudayaan yang semakin hari semakin bercampur baur.

(9)

Kebudayaan kontemporer menyanjung tinggi pola pikir yang sama terhadap sesuatu. Menurut Piliang (2011:368) tampaknya untuk memahami identitas dalam era pluralisme kebudayaan dewasa ini orang harus menelusuri jalan yang berliku. Identitas sebagai sesuatu yang dimiliki oleh seseorang menjadi semu maknanya ketika berbagai hantaman modernisme semakin tak bisa dibendung untuk memenuhi kebutuhannya yang mencapai tingkat ideal, walau pada kenyataannya keidealan itu hanya bisa dimiliki oleh sudut pandang. Identitas dalam diri seseorang menjadi hilang ketika imperialisme kebudayaan modern semakin merebak di seantero negeri ini. Piliang juga menyatakan bahwa perjuangan identitas di dalam wacana pluralisme bagaikan perjuangan mengarungi sebuah padang pasir. Padang pasir adalah sebuah metafora kebudayaan bagi perjuangan identitas-dalam mempresentasikan batas marginal sebuah kebudayaan, pengetahuan serta nilai-nilai yang menopangnya dalam wacana pluralisme, representasi ini sekaligus menjadi tempat lenyapnya orisinalitas kebudayaan tersebut (Piliang, 2011:370). Orisinalitas kebudayaan yang dimaksud tidak lain adalah kebudayaan lokal yang dipunyai setiap individu dalam sebuah daerah. Perkembangan modernisme yang semakin merajalela memaksa individu untuk berlaku dalam rel yang sama sebagai pengikut tetap kebudayaan kontemporer. Wacana pluralisme yang semakin merebak menjadikan pola pikir seseorang dalam sebuah kebudayaan menjadi absurd.

Identitas yang dimiliki individu menjadi semu ketika melihat perkembangan pluralisme yang tidak bisa dibatasi. Kebudayaan juga akan semakin dinamis ke arah yang belum tentu positif jika tidak menanggulanginya dengan baik. Kebudayaan lokal yang dimiliki setiap daerah dan tentu saja di

(10)

dalamnya ada individu-individu akan terkikis habis seiring perkembangan imperialisme kebudayaan modern. Hal itu tak akan menjadi masalah besar ketika hanya segelintir orang yang menjadi korban, tetapi kenyataan berkata lain, ketika individu-individu sudah melupakan kebudayaan lokal mereka sendiri dan tentu akan mengubah pola pikir mereka dalam setiap perilaku kehidupannya.

Pola pikir seseorang menentukan kualitas orang itu. Hal tersebut bisa dipahami mengingat apa yang diungkapkan seseorang bisa menjadi nilai tersendiri bagi orang itu. Pengungkapan itu tidak akan pernah bisa dilepaskan dari bahasa. Bahasa yang dikuasai seseorang bisa dipengaruhi oleh pola pikir yang dimilikinya.

2.3 Pengaruh Budaya Kontemporer Terhadap Pola Pikir Seseorang dalam

Berbahasa

Kristeva membedakan antara dua praktik pembentukan makna, yaitu (1)

signifikansi, yaitu makna yang dilembagakan dan dikontrol secara sosial (tanda di

sini berfungsi sebagai refleksi dari konvensi dan kode-kode sosial yang ada), dan (2) signifiance, yaitu makna yang subversif dan kreatif. Signifiance adalah proses penciptaan yang tanpa batas dan tak berbatas, pelepasan rangsangan-rangsangan dalam diri manusia melalui pengungkapan bahasa. ia merupakan sebuah perjalanan menuju menuju batas-batas terjauh dari subjek, batas terjauh dari konvensional moral, tabu dan kesepakatan sosial dalam satu masyarakat (Piliang, 2011:262). Kristeva melihat benar berbagai kemungkinan dalam kebahasaan yang terjadi di masyarakat sekarang ini. Revolusi bahasa akan terjadi ketika signifiance sebagai makna subversif dan kreatif menjadi hal yang wajar terjadi dalam

(11)

bahasa Indonesia sangat mungkin untuk melakukan revolusi bahasa di luar kesadaran para pemakainya.

Kebudayaan sebagai titik puncak peradaban tidak bisa dilepaskan begitu saja dalam perkembangan bahasa. Media komunikasi yang paling jelas adalah bahasa. Imperialisme budaya kontemporer telah memaksa seluruh segi bidang kehidupan, termasuk bahasa, untuk mengikuti perkembangan yang ditimbulkan oleh para penguasa imperialisme. Bahasa Indonesia mengalami banyak perubahan dari tahun ke tahun, revolusi bahasa terjadi mengingat penelitian dalam bahasa pun tidak akan pernah terlepas dari adanya perkembangan yang semakin global.

Kebudayaan kontemporer dalam bahasa terjadi secara bertahap, menurut penulis beberapa tahapan ini patut dicermati mengingat bahasa sebagai tolak ukur perilaku individual dalam mengungkap sesuatu dalam kehidupannya. Tahap-tahap perkembangan budaya yang berpengaruh terhadap kebahasaan seseorang bisa dilihat dari beberapa hal berikut:

a. Adanya kebudayaan kontemporer yang menuntut seseorang untuk sama dengan orang lain dalam menggunakan bahasa yang bersifat kekinian

b. Kebahasaan yang berkembang disesuaikan dengan perkembangan budaya kontemporer

c. Bahasa seseorang bergantung pada lingkungan yang ditempatinya d. Kebudayaan lokal yang terkikis habis dan di dalamnya ada budaya

bahasa daerah yang semakin hari semakin hilang ditelan modernitas e. Bahasa tak lagi menjadi ruh seperti yang diucapkan dalam sumpah

(12)

Kerangka kebudayaan bisa digunakan sebagai dasar atau pangkal analisis dari segala macam fenomena kebudayaan yang ada atau yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat pendukungnya.

Bagan Kerangka Kebudayaan (Koentjaraningrat dalam Mutakin, 2006:85)

Bagan tadi sekaligus menampilkan kebudayaan dilihat dari (1) dimensi wujudnya yang meliputi tiga kompleks sistem nilai, yang digambarkan oleh tiga lingkaran konsentris, di mana lingkaran yang paling dalam adalah yang menggambarkan komplek sistem nilai ide atau gagasan, sedangkan lingkaran kedua menggambarkan kompleks sistem sosial (aktivitas dan organisasi sosial) dan lingkaran terluar menggambarkan kompleks sistem teknologi (peralatan atau kebendaan fisik material).

Sistem Budaya Sistem Sosial Sistem Peralatan (Kompleks kebendaan/fisik material)

(13)

Ketiga lingkaran konsentris tadi terbagi menjadi 7 sektor, yang menggambarkan isi kebudayaan dan meliputi tujuh kebudayaan universal yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan dari ketiga dimensi kebudayaan itu. Pada poin ke tujuh terdapat unsur bahasa, yang mana berhubungan dengan kajian makalah ini. Unsur bahasa bermuatan:

1. Sistem budaya, ide, atau gagasan, yang meliputi kaidah-kaidah tata bahasa, norma-norma ujaran, dan aturan pemakaian dan seterusnya. Sistem ini berhubungan dengan ilmu linguistik. Perubahan-perubahan yang ada dalam tatabahasa, norma-norma ujaran dan pemakaiannya tidak pernah bisa dilepaskan dari budaya, ide atau gagasan. Hal ini dikarenakan perkembangan budaya selalu menjadi tolok ukur perkembangan bahasa. 2. Sistem sosial (aktifitas dan organisasi), yang meliputi komunikasi,

interaksi, antar individu dan antar kelompok, balai bahasa, lembaga pembinaan bahasa, kongres bahasa, bulan bahasa, lembaga-lembaga pendidikan bahasa, dan seterusnya. Sistem sosial ini secara tidak langsung akan sangat mempengaruhi perkembangan bahasa di Indonesia. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi, berinteraksi dalam sebuah kelompok. 3. Sistem peralatan (fisik material), yang meliputi sarana telekomunikasi,

percetakan, perpustakaan, mikrofilm, dan sejenisnya. Bahasa selalu ada dalam media telekomunikasi baik cetak ataupun maya. Hal ini dikarenakan apa yang disampaikan dalam sarana-sarana tersebut tidak lepas dari bahasa yang digunakan.

(14)

Problematika dalam kebahasaan selalu berlangsung dari waktu ke waktu. Roland Barthes, meskipun pada awalnya merupakan pemikir semiotika struktural pewaris Saussure, pada perkembangan selanjutnya merupakan seseorang yang cukup lantang menyatukan kritik terhadap semiotika struktural sendiri. Seperti halnya Kristeva, barthes tak percaya lagi pada makna tunggal yang diklaim oleh semiotik konvensional (Piliang, 2011:263). Semiotik sebagai salah satu ilmu yang dikaji dalam kebahasaan mengalami berbagai perubahan. Para ahli bahasa melihat perkembangan bahasa dengan berbagai sudut pandang, dengan berbagai kajian keilmuan yang mereka miliki dan pada akhirnya memiliki sebuah konsep tentang kebahasaan pada saat itu.

Saussure dengan dengan strukturalismenya mengurai sesuatu yang lain dalam ilmu linguistik dan uraian yang dikajinya tidak akan pernah bisa dilepaskan dari perkembangan budaya pada saat itu. Perkembangan bahasa berlangsung secara simultan dan dinamis dengan perkembangan budaya. Arus globalisasi yang diciptakan manusia tentu mempunyai efek pada manusia yang lain, baik secara individu atau kelompok.

Kebudayaan kontemporer bisa dipandang sebagai sesuatu hal yang positif dan negatif. Sesuatu hal yang negatif akan menimbulkan masalah manakala manusia melihatnya secara keseluruhan, dari hal yang terbesar sampai yang terkecil. Bahasa berkembang dalam kebudayaan yang terjadi setiap waktu. Masalah-masalah kebudayaan itu akan menyebabkan masalah pola pikir seseorang terhadap bahasanya.

Pemecahan masalah dalam ranah kebudayaan memanglah bukan sesuatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Tetapi kesalahan terbesar dalam hidup itu

(15)

adalah diam tak melakukan apa pun, dalam hal ini berhubungan dengan perkembangan bahasa yang terjadi dalam kebudayaan kontemporer. Beberapa langkah bisa diterapkan untuk meminimalisir terjadinya pola pikir hedonis dalam berbahasa.

a. Memanfaatkan budaya kontemporer sebagai media untuk melestarikan

budaya lokal.

Pemanfaatan budaya kontemporer sangat mungkin, teknologi yang berkembang setiap waktu bisa dijadikan media untuk melestarikan budaya lokal. Misalnya di sekolah, teknologi internet yang disajikan bisa dimanfaatkan untuk membuat blog tentang kebudayaan yang pada akhirnya bisa dibaca dan diingat oleh seluruh pengguna internet tersebut. Lingkup lebih besar lagi adalah menggunakan teknologi sebagai media pengenalan budaya lokal antar negara.

b. Meningkatkan kesadaran dalam karakter kebahasaan Indonesia pada

ranah pendidikan.

Pendidikan merupakan tiang dalam sebuah negara. Negara yang berkarakter tidak pernah lepas dari kebudayaan pendidikan yang semakin dikembangkan bahkan disebarluaskan seluas-luasnya dengan cara apa pun. Pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting dalam perkembangan budaya sebuah negara. Indonesia sebagai negara berkembang yang di dalamnya terdiri dari berbagai macam bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan. Bisa memanfaatkan pendidikan ini sebagai media pembelajaran dan pelestarian bahasa yang berkesinambungan. Walau tak mudah dilaksanakan, pendidikan yang dalam hal ini dipegang oleh sistem pemerintahan, bisa menjadikan budaya berbahasa Indonesia yang berkarakter dalam

(16)

pelaksanaannya. Perlu kesadaran yang tinggi di tiap aspek pendidikan, terutama berhubungan dengan pentingnya kesadaran sumber daya manusia yang berbahasa Indonesia. Kesadaran dalam berbahasa harus diciptakan oleh pemerintah sendiri hingga seluruh lapisan masyarakat menjadi individu-individu yang sadar akan pentingnya bahasa.

c. Mempelajari nilai-nilai kabudayaan lokal sebagai akar karakter manusia

Indonesia seutuhnya.

Kebudayaan lokal semakin tergeser posisinya oleh kebudayaan kontemporer, hal ini dikarenakan pandangan individu terhadap kebudayaan kontemporer seperti lebih penting dibandingkan melestarikan kebudayaan lokal. Untuk itu diperlukan kerja keras untuk mempelajari lagi apa saja yang terkandung dalam kebudayaan lokal sebagai nilai yang menjadi ruh kehidupan berbangsa dan bernegara. Kebudayaan kontemporer takkan hilang, oleh karena itu kita harus bisa memanfaatkannya dengan baik.

d. Menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan keadaan peradaban

tanpa melepaskan peraturan yang terkait di dalamnya.

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak mungkin lagi diterapkan dalam kebudayaan kontemporer yang berlangsung di negara ini. Pengaruh bahasa asing yang semakin menjalar ke seluruh lapisan masyarakat menimbulkan efek yang kurang menyenangkan bagi para peneliti bahasa. Ketakutan itu muncul seiring ketidakpedulian di seluruh kalangan masyarakat di luar ahli-ahli bahasa dalam kecintaannya terhadap bahasa Indonesia.

(17)

BAB III

KESIMPULAN

1. Pendeskripsian pengaruh budaya kontemporer terhadap pola pikir seseorang merupakan salah satu kajian dalam makalah ini, dari uraian yang telah disajikan dalam bab 2 tadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh budaya kontemporer terhadap pola pikir seseorang sangat besar. Hal itu dirasakan sangat tampak dari adanya berbagai perubahan pola pikir pada kehidupan orang banyak. Budaya keindonesiaan dalam hal ini kelokalan hilang ditelan peradaban kebudayaan kontemporer yang menjunjung tinggi homogentias. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah konkrit dalam pemecahan masalah perubahan pola pikir yang seharusnya masih bisa berpijak dalam tatanan budaya lokal yang saat ini mulai tersisihkan. Hal itu bisa dilakukan dengan adanya pemanfaatan budaya kontemporer, misalnya teknologi sebagai media pelestarian budaya lokal yang ada dan akan berdampak positif terhadap pola pikir yang semakin mencintai kebudayaan lokal. Individu di masyarakat pun dengan sendirinya akan menyadari betapa hebat kebudayaan lokal yang dimiliki negara ini.

2. Pendeskripsian pengaruh budaya kontemporer terhadap perkembangan bahasa Indonesia merupakan hal lain yang diteliti dalam makalah ini. Bahasa sebagai bagian dari kebudayaan secara keseluruhan tentu menjadi efek lain dari adanya perkembangan budaya kontemporer. Oleh karena itu, perlu pemahaman lebih untuk lebih bisa memanfaatkan sisi lain dari kebudayaan kontemporer ini dalam bidang bahasa. Indonesia mempunyai bahasa yang seharusnya dijunjung tinggi, dan itu pula yang harus diperjuangkan dalam keadaan yang serba global ini.

(18)

Pendidikan adalah salah satu cara terbaik dalam menangani perkembangan bahasa yang tidak sesuai dengan karakter bahasa Indonesia.

3. Pemecahan masalah yang berhubungan dengan problematika bahasa dalam budaya kontemporer. Hampir sama dengan bahasan sebelumnya, pada hakikatnya masalah bahasa akan timbul seiring dengan perkembangan budaya secara keseluruhan. Kebudayaan yang mementingkan homogenitas dalam berbagai hal memaksa individu sebagai pengguna bahasa, dalam hal ini bahasa Indonesia atau pun bahasa daerah, untuk lebih bisa memperjuangkan lagi kesadaran betapa bahasa menjadi ruh dalam menjalani kehidupan keseharian. Bahasa merupakan karakter yang akan menjadi tolak ukur majunya sebuah bangsa. Oleh karena itu, perlu kesadaran sumber daya manusia yang sadar pentingnya berbahasa dalam pelestarian bahasa yang dimiliki bangsa ini. Hal itu bisa dilakukan dalam berbagai bidang, berbagai kelompok, dan berbagai segi perilaku kehidupan yang ada di negara kita. Penggunaan bahasa Indonesia yang seutuhnya, mengikuti arus tapi tak melupakan hulu sebagai bangsa yang berkarakter bahasa Indonesia.

(19)

Daftar Pustaka

Makmun, Abin Syamsudin. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung:Rosda.

Mutakin, Anwar. 2006. Individu, Masyarakat, dan Perubahan Sosial. Bandung:Rosda.

Piliang, Yasraf Amir. 2011. Dunia yang Dilipat. Bandung:Penerbit Matahari. 2008 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian masing-masing ekstrak kental dari varietas wortel, yaitu ekstrak n-heksan, etil asetat dan metanol diuji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH secara

Piagam pelanggan memberi perhatian kepada pelanngan oleh kerana mereka merupakan penerima keluaran atau perkhidmatan dari jabatan. Mereka perlu diberi perkhidmatan yang

Indikator kinerja daerah dalam RPJMD Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013-2018 dijadikan dasar oleh SKPD dalam pencapaian target kinerja program dan kegiatan pembangunan baik

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan mengajar IPS guru dan menjelaskan peningkatan hasil belajar IPS siswa setelah diterapkannya

Berdasar hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh nilai signifikansi pengaruh interaksi antara penggunaan metode eksperimen dan demonstrasi

Homofobia dan maskulinitas bukanlah suatu konsep atau norma yang dapat dengan mudahnya disematkan untuk diri sendiri maupun orang lainhanya karena ia tidak suka terhadap kaum

Kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kecamatan Banyuanyar untuk mewujudkan tujuan adalah Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat Dalam

Comparison between results on jpg and raw images with and without contrast enhancement ( CeJPG , CeRAW - contrast enhanced JPG and, respectively, RAW images; MTP -