• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analysis Of Participatory Communication In Community Empowerment Through Program Nutrition Intervention (Case Study At Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Palembang City).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analysis Of Participatory Communication In Community Empowerment Through Program Nutrition Intervention (Case Study At Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Palembang City)."

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Kota Palembang)

ALI ALAMSYAH KUSUMADINATA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Komunikasi Partisipasi pada Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Perbaikan Gizi (Studi Kasus Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Kota Palembang) adalah karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya tulis yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2012

(3)

ALI ALAMSYAH KUSUMADINATA. ANALYSIS OF PARTICIPATORY COMMUNICATION IN COMMUNITY EMPOWERMENT THROUGH PROGRAM NUTRITION INTERVENTION (Case Study at Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Palembang City). Under the supervision of SARWITITI SARWOPRASODJO and NINUK PURNANINGSIH.

Nutrition intervention through community empowerment program aims to empower improve people's nutrition. this research was done in the district of Pulokerto, Palembang city. The aims of this research were (1) to analyze the meaning of the personal factor in nutrition improvement program, (2) to analyze the group dynamics that occur in nutrition improvement program, (3) to analyze the participatory communication that takes place in the nutrition program. This research was conducted with qualitative methods used the instrumental case study approach. Data was collected by interviewing the participant involved, participating observation and documentation. The results showed that (1) the influence of personal factors in the empowerment program to improve nutrition and motivational factors, affected the perception of community involvement in the program. (2) Factors affecting the dynamics of group empowerment program of activities to improve nutrition, looked at cohesion, leadership and role within the group. (3) The communication mode of participation that occur using monologues and dialogues in the success of nutrition improvement program on community empowerment.

(4)

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Perbaikan Gizi (Studi Kasus Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Kota Palembang). Dibimbing oleh SARWITITI SARWOPRASODJO dan NINUK PURNANINGSIH.

Pembangunan manusia adalah suatu proses menuju perubahan kearah yang lebih baik dimana hidup lebih sehat, lebih berpendidikan, dan dapat menikmati standar hidup yang layak. Pembangunan Indonesia menempati peringkat 124 dari 187 negara yang didasarkan dari hasil riset United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2011. Hal ini dipengaruhi tiga faktor, yaitu harapan hidup, kesehatan, pengetahuan dan standar hidup atau pendapatan perkapita. Oleh karena itu peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan fokus dari sebuah pembangunan. Program Nutrition Intervention Through Community Empowerment (NICE) yang berlatar belakang kesehatan keluarga dimana program tersebut dianggarkan dari kerja sama Asian Develompment Bank dengan pemerintah dalam bentuk atau proyek program perbaikan gizi yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Prinsip dari program NICE adalah akses, keterbukaan, partisipasi dan kelembagaan. Program tersebut menggunakan konsep komunikasi yang berbasis partisipasi dalam menggerakkan program. Program yang berjalan selama ini menggunakan konsep yang sama namun setelah pelaksanaan program mengalami ketimpangan dengan penggunaan komunikasi yang tidak merata sebagaimana prinsip dari komunikasi partisipasi adanya keselarasan dalam program. Keberhasilan program pembangunan dalam program pembangunan yang berbasis pemberdayaan dari sejumlah penelitian terdahulu tidak terlepas dari pelaksana program di lapangan baik oleh karakteristik personal maupun dinamika kelompok dari pelaksanaan program dalam menggerakkan program. Oleh karena itu, penelitian ini untuk melihat pemaknaan dari sebuah program pembangunan, dinamika kelompok yang terjadi di lapangan serta komunikasi partisipasi yang terjadi dalam proses interaksi pada sebuah program yang berbasis pemberdayaan.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif dimana peneliti menggali informasi dengan langsung berinteraksi dalam kegiatan program. Data yang digunakan adalah pertama data primer yang merupakan data langsung dari informan. Kedua data sekunder yang merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait, media massa dan artikel ilmiah. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pengamatan berperan serta terbatas serta dokumentasi. Data diolah dengan menggunakan teknik model interkatif Huberman. Data diperoleh dan dikelompokkan dalam kategori serta direduksi ataupun diverivikasi lalu disimpulkan sesuai dengan tujuan penelitian.

(5)

dapat membangun sebuah komunikasi partisipiasi dalam program pembangunan. Persepsi dan motivasi ini dibangun oleh interaksi yang berulang dalam peristiwa yang berbeda dalam konteks program pembangunan. Peristiwa komunikasi pembangunan tersebut dalam bentuk pelaksanaan program baik pada tahap perencanaan berupa pembentukan kelompok, pelaksanaan berupa rapat kerja kelompok dan pelaksanaan rencana kelompok, monitoring dan evaluasi pada saat sosialisasi hasil kerja kelompok. Faktor personal yang dibangun masing-masing informan berbeda-beda pengertian namun memiliki satuan pemaknaan yang sama dalam menjalankan program.

Faktor dinamika kelompok yang terjadi dalam program pemberdayaan mempengaruhi peristiwa komunikasi partisipasi pada program pemberdayaan gizi masyarakat. Faktor dinamika kelompok yang dimaksud adalah proses pelaksanaan kegiatan program yang diukur dari kekompakan, kepemimpinan dan peranan yang dilakukan dalam kelompok progran. Program yang dijalankan sesuai dengan tupoksi yang diharapkan meskipun hasil yang dicapai belum mampu memberdayakan masyarakat secara langsung. Proses pemberdayaan membutuhkan waktu yang panjang dan tidak dapat dilakukan dengan instan.

Komunikasi partisipasi yang terjadi adalah komunikasi yang berbasis program. Komunikasi ini berbentuk komunikasi yang terdiri dari dialog dan gabungan monolog dan dialog. Komunikasi yang monolog dan dialog terjadi dalam peristiwa komunikasi pada tahap pembentukan kelompok, rapat kerja dalam kelompok, sosialisasi hasil kegiatan kelompok. Kegiatan komunikasi yang dialog pada pelaksanaan bersifat fungsional dimana menjalankan fungsi yang telah direncanakan bersama. Komunikasi monolog dan dialog pada tahap pembentukan kelompok bersifat informatif dan interaktif. Tahapan rapat kerja kelompok menggunakan komunikasi yang bersifat informatif dan konsultatif.

Berbeda dengan tahapan sosialisasi kerja kelompok bersifat interaktif dan konsultatif. Perbedaan ini didasarkan oleh peristiwa yang terjadi dalam interaksi kelompok. Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah perlunya diperhatikan dalam setiap peristiwa komunikasi program yang terjadi dalam program perbaikan gizi yaitu karakteristik personal seseorang dalam membangun komunikasi yang konvergen sehingga minat yang dimunculkan sesuai dengan arahan pembangunan yang dilakukan dan perlunya mengefektifkan dinamika kelompok diantara anggota sehingga komunikasi yang dilakukan tepat sasaran dengan mengembangkan komunikasi yang multitrack agar komunikasi jelas dan memiliki kesenangan yang sama.

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak cipta dilindungi Undang-undang :

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

(Studi Kasus Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Kota Palembang)

ALI ALAMSYAH KUSUMADINATA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

(Studi Kasus Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Kota Palembang)

Nama : Ali Alamsyah Kusumadinata

NRP : I352080021

Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP)

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS Ketua

Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si Anggota

Diketahui

Koordinator Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(10)

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya sesuai dengan harapan dan keinginan penulis. Selesainya karya ilmiah ini tak terlepas dari bimbingan, perhatian dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat kepada :

1. Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS selaku ketua komisi pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan serta petunjuk kepada penulis yang bersifat membangun.

2. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si selaku pembimbing ke II yang selalu memberikan arahan dan bimbingan serta dukungan dalam penelitian ini. 3. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku ketua program studi komunikasi

pembangunan pertanian dan pedesaan yang memberikan dukungan.

4. Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS selaku penguji luar komisi yang memberikan dorongan dan masukan kepada penulis.

5. Pemerintah Kecamatan Gandus, Dinas Kesehatan Kota Palembang, Kelurahan Pulokerto, Puskesmas Gandus dan Masyarakat Gandus yang telah bersedia membantu proses kelancaran serta dijadikan obyek penelitian.

6. Kupersembahkan kepada kedua orang tuaku (Abdul Hamid dan Tri Ratna), adikku (Muhamad Yusuf) dan istriku (Astrid Sri Wahyuni Sumah) selalu memberikan inspirasi dan motivasi serta kasih sayang kepada penulis.

7. Seluruh teman di Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis, saya ucapkan terima kasih semuanya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Amin.

Bogor, Juli 2012

(11)

Penulis dilahirkan di Tembilahan, Riau pada tanggal 03 November 1984 dari Ayah Abdul Hamid dan Ibu Tri Ratna. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Pembangunan ... 5

Komunikasi Partisipasi ... 9

Komunikasi Partisipasi pada Pemberdayaan Masyarakat ... 14

Komunikasi Kelompok ... 15

Faktor Karakteristik Personal Kelompok ... 18

Persepsi ... 18

Motivasi ... 19

Faktor Dinamika dalam Kelompok ... 21

Kekompakan ... 21

Kepemimpinan ... 22

Peranan ... 22

Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Perbaikan Gizi ... 23

Tujuan dan Sasaran Program Perbaikan Gizi ... 23

Organisasi Pelaksana Program Perbaikan Gizi ... 24

Kegiatan Komunikasi Program Perbaikan Gizi ... 26

Mekanisme Kegiatan Program Perbaikan Gizi ... 26

State of the Arts Hasil Penelitian ... 27

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran ... 31

Definisi Konseptual ... 33

Hipotesis Pengarah ... 35

METODE PENELITIAN Desain Penelitian ... 37

Tempat dan Waktu Kajian ... 39

Jenis Teknik Pengumpulan Data ... 39

Sumber Data dan Validitas Data ... 41

(13)

Halaman

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Objek Penelitian ... 45

Letak Geografis dan Administrasi ... 45

Keadaan Demografis ... 46

Aktivitas Keagamaan, Pendidikan dan Kesehatan... 48

Perhubungan dan Komunikasi ... 49

Program Perbaikan Gizi dalam KGM Pulokerto... 51

Tujuan Program Perbaikan Gizi ... 51

Organisasi Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi ... 52

Sasaran Penerima Program Perbaikan Gizi ... 52

Strategi Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi ... 52

Deskripsi Peristiwa Komunikasi pada Program Pemberdayaan Perbaikan Gizi Masyarakat ... 55

Pertemuan Pembentukan Kelompok Kerja ... 55

Pertemuan Rapat Kerja Kelompok ... 63

Pelaksanaan Kegiatan Kelompok Gizi Masyarakat ... 69

Sosialisasi Kegiatan Kelompok Gizi Masyarakat ... 71

Setting Komunikasi pada Program Pemberdayaan Perbaikan Gizi Masyarakat ... 76

Faktor Personal Partisipan dalam Pemaknaan Kegiatan Program Perbaikan Gizi Masyarakat ... 79

Informan An, Anggota KGM dan Kader Posyandu ... 80

Informan Hd, Ketua Pokja PKK dan Sekretaris KGM ... 82

Informan Zr, Petugas Penyuluh Kesehatan dan DTT Program NICE 85

Informan Md, Tokoh Masyarakat dan Bendahara NICE-KGM Pulokerto ... 88

Informan Ad, Fasilitator Masyarakat Program NICE Kecamatan Gandus ... 90

Ikhtisar ... 93

Faktor Dinamika Kelompok dalam Program Pemberdayaan Perbaikan Gizi Masyarakat ... 96

Kekompakan dalam Kelompok ... 96

Kepemimpinan dalam Kelompok ... 101

Peranan dalam Kelompok ... 103

Ikhtisar ... 106

Analisis Komunikasi Partisipasi pada Program Perbaikan Gizi Masyarakat ... 112

Pembentukan Kelompok dalam Program Perbaikan Gizi ... 112

Rapat Kerja Kelompok dalam Program Perbaikan Gizi ... 115

Pelaksanaan Kerja Kelompok dalam Program Perbaikan Gizi ... 118

Sosialisasi Kegiatan Kelompok dalam Program Gizi Masyarakat ... 199

Ikhtisar ... 120

(14)

Halaman KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 127

Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 129

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Konsep pendekatan komunikasi pembangunan... 8

2 State of the arts penelitian komunikasi partisipasi ... 27

3 Teknik pengumpulan data dalam satuan peristiwa ... 41

4 Sumber data informan penelitian ... 42

4 Orbitasi jarak dan waktu tempuh di Kelurahan Pulokerto ... 46

5 Persentase tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Pulokerto ... 47

6 Rangkaian kegiatan komunikasi pada program pemberdayaan perbaikan gizi ... 75

7 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada An ... 82

8 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Hd ... 85

9 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Zr ... 88

10 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Md ... 90

11 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Ad ... 92

12 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada informan ... 94

13 Tanggapan informan terhadap peristiwa dinamika kelompok pada program pemberdayan perbaikan gizi masyarakat ... 108

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pemikiran penelitian... 33

2 Proses analisis data... 44

3 Siklus kegiatan program perbaikan gizi... 54

4 Setting rapat di Kelurahan Pulokerto ... 76

5 Setting rapat di kediaman rumah ... 77

6 Setting rapat di Puskesmas Gandus ... 78

7 Hubungan komunikasi partisipasi (monolog dan dialog) terhadap faktor personal dan dinamika kelompok ... 122

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

(18)

Pembangunan manusia adalah suatu proses menuju perubahan kearah yang lebih baik dimana hidup lebih sehat, lebih berpendidikan, dan dapat menikmati standar hidup yang layak. Pembangunan Indonesia menempati peringkat 124 dari 187 negara yang didasarkan dari hasil riset United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2011. Hal ini dipengaruhi tiga faktor, yaitu harapan hidup, kesehatan, pengetahuan dan standar hidup atau pendapatan perkapita. Oleh karena itu peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan fokus dari sebuah pembangunan.

Peranan komunikasi dalam pembangunan merupakan sebuah syarat majunya sebuah bangsa. Tanpa sebuah komunikasi dalam sebuah program pembangunan tidak memiliki arti dalam berbangsa. Arti sebuah komunikasi dalam pembangunan merupakan sebuah perubahan baru bagi pembangunan di Indonesia. Program-program yang berbasis masyarakat lebih dikedepankan dengan lahirnya beberapa program yang berbasis partisipatif. Pentingnya sebuah program yang berbasis partisipatif merupakan salah satu fungsi dari komunikasi partisipasi. Oleh karena itu, komunikasi partisipasi yang merupakan bentuk antitesa dari komunikasi bersifat top down.

(19)

memfokuskan pada bidang perbaikan gizi keluarga dan masyarakat dengan pendekatan kelompok dan massa.

Program serupa yang berbasis masyarakat telah banyak menghiasi kegiatan pembangunan salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Muchlis (2009) menemukan bahwa program PNPM yang berbasis masyarakat masih terkooptasi oleh kepentingan pemerintah. Hal ini didukung oleh Zainuri (2005) menyatakan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sekarang berganti nama dengan PNPM belum berhasil memberdayakan keluarga miskin. Selain itu, Muchtar (2007) menyatakan bahwa tidak terjadi sebuah proses pemberdayaan dalam implementasi P2KP yang saat ini berubah nama menjadi PNPM. Akan tetapi sebaliknya, Solihin (2005) mengungkapkan bahwa keberhasilan dari program P2KP di Kota Depok memiliki temuan berbeda, terdapat peningkatan pada aspek ekonomi sebesar 60% penambahan kesejahteraan, terciptanya interaksi antar kelompok dan fasilitator yang harmonis serta peningkatan sarana dan prasarana.

Program pemberdayaan yang berbasis kelompok merupakan strategi program pembangunan sehingga komunikasi yang dilakukan menjadi sebuah solusi bersama menghadapi masalah yang dirasakan. Pendekatan kelompok dan personal dengan menggunakan isu komunikasi partisipasi dalam sebuah pemberdayaan tidak hanya dilakukan pada program besar namun, pada program yang beraspek kecil menggunakan pendekatan kelompok. Strategi komunikasi yang digunakan dikenal dengan komunikasi partisipasi. Komunikasi partisipasi merupakan komunikasi yang terjadi antar pemegang kekuasaan dan penerima kekuasaan duduk bersama secara bersama dengan prinsip saling keterbukaan dan kemerdekaan dalam setiap otonom individu, sehingga tercipta partisipasi yang diharapkan dari sebuah komunikasi.

(20)

masyarakat secara lokal sehingga pemahaman dan kemampuan masyarakat terhadap program menjadi faktor yang memiliki pengaruh terhadap keberhasilan sebuah program. Adapun Saputra (2011) menambahkan bahwa perilaku komunikasi partisipasi sangat ditentukan oleh karakteristik pelaku serta peran pelaku di dalam sebuah penyampaian program pembangunan.

Program Nutrition Intervention Through Community Empowerment (NICE) yang berlatar belakang kesehatan keluarga dimana program tersebut dianggarkan dari kerja sama Asian Develompment Bank dengan pemerintah dalam bentuk atau proyek program perbaikan gizi yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Prinsip dari program NICE adalah akses, keterbukaan, partisipasi dan kelembagaan. Sehingga program tersebut menggunakan konsep komunikasi yang berbasis partisipasi dalam menggerakkan program. Banyak program yang berjalan menggunakan konsep yang sama namun setelah pelaksanaan program mengalami ketimpangan dengan penggunaan komunikasi yang tidak merata sebagaimana prinsip dari komunikasi partisipasi adanya keselarasan dalam program. Keberhasilan program pembangunan dalam program pembangunan yang berbasis pemberdayaan dari sejumlah penelitian terdahulu tidak terlepas dari pelaksana program di lapangan baik oleh karakteristik personal maupun dinamika kelompok dari pelaksanaan program dalam menggerakkan program. Oleh karena itu, Penulis tertarik melakukan kajian untuk melihat pemaknaan dari sebuah program pembangunan, dinamika kelompok yang terjadi di lapangan serta komunikasi partisipasi yang terjadi dalam proses interaksi pada sebuah program yang berbasis pemberdayaan.

Rumusan Masalah

(21)

1. Bagaimanakah faktor personal memaknai program perbaikan gizi masyarakat? 2. Bagaimanakah dinamika kelompok yang terjadi dalam program perbaikan

gizi?

3. Bagaimanakah proses komunikasi partisipasi yang terjadi di dalam program perbaikan gizi masyarakat?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang terdapat pada rumusan masalah. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis fenomena komunikasi partisipasi dalam sebuah program pembangunan. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor personal dalam memaknai program perbaikan gizi masyarakat.

2. Menganalisis dinamika kelompok yang terjadi di dalam program perbaikan gizi masyarakat.

3. Mengkaji proses komunikasi partisipasi yang berlangsung di dalam program perbaikan gizi masyarakat.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan sumbangan pemikiran kepada ilmu pengetahuan khususnya dibidang ilmu komunikasi dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat.

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi Pembangunan

Komunikasi pembangunan merupakan komunikasi yang bertujuan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu negara. Kegiatan komunikasi untuk perubahan sosial yang berencana. Komunikasi pembangunan dimaksudkan untuk secara sadar meningkatkan pembangunan yang manusiawi. Kegiatan komunikasi pembangunan adalah kegiatan yang mendidik dan memotivasi masyarakat. Tujuan komunikasi pembangunan adalah menanamkan gagasan-gagasan, sikap mental dan mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan oleh suatu negara berkembang. Aspek komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik diantara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan terutama antara masyarakat dan pemerintah. Sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian terhadap pembangunan (Ardianto & Harun 2011).

Schramm (1964) merumuskan tugas pokok komunikasi dalam suatu perubahan sosial yaitu: (1) Menyampaikan informasi tentang pembangunan nasional kepada masyarakat agar dapat memusatkan perhatian pada kebutuhan akan perubahan, kesempatan dan cara mengadakan perubahan, sarana-sarana perubahan, dan membangkitkan aspirasi nasional; (2) Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog agar melibatkan semua pihak yang membuat keputusan mengenai perubahan, memberi kesempatan kepada para pemimpin masyarakat untuk memimpin dan mendengarkan pendapat rakyat kecil, serta menciptakan arus informasi yang berjalan lancar dari bawah ke atas; (3) Mendidik tenaga kerja yang diperlukan dalam pembangunan yang mendukung proses untuk mengubah hidup masyarakat.

(23)

kepada seluruh para pelaku pembangunan daerah dan masyarakat secara umum melalui berbagai media yang strategis.

Jamias FJ (1975) menyatakan bahwa tujuan dari sebuah komunikasi pembangunan adalah untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dengan sasaran yang diharapkan adalah sekelompok massa dengan tingkat literasi dan penghasilan rendah dengan atribut sosial ekonomi. Oleh sebab itu, mereka harus berubah dengan adanya keterbukaan informasi dan motivasi untuk menerima serta memanfaatkan ide-ide dan keterampilan yang belum pernah diketahui dalam waktu singkat dibanding proses yang diambil dalam keadaan normal.

Agar komunikasi pembangunan lebih berhasil mencapai sasarannya serta menghindari bias pembangunan maka, Rogers (1985) mengungkapkan perlunya sebuah prinsip-prinsip dalam komunikasi pembangunan yaitu: (1) Penggunaan pesan yang dirancang khusus untuk khalayak yang spesifik; (2) Pendekatan ceiling effect yaitu dengan mengkomunikasikan pesan-pesan kepada khalayak yang benar-benar berkepentingan tersebut memiliki kesempatan untuk mengejar ketertinggalannya dan dengan demikian dapat mempersempit jarak efek komunikasi bagi khalayak yang tidak dituju; (3) Penggunaan pendekatan dengan melokalisasi penyampaian pesan bagi kepentingan khalayak, Lokalisasi tersebut disesuaikan dengan situasi kesempatan dimana khalayak berada; (4) Pemanfaatan saluran tradisional yaitu berbagai bentuk pertunjukkan rakyat yang sejak lama memang berfungsi sebagai saluran pesan yang akrab dengan masyarakat setempat; (5) Pengenalan para pemimpin opini dikalangan lapisan masyarakat yang berkekurangan dan meminta bantuan mereka untuk membantu mengkomunikasikan pesan-pesan pembangunan; (6) Mengaktifkan keikutsertaan agen-agen perubahan yang berasal dari kalangan masyarakat sendiri sebagai petugas lembaga pembangunan yang beroperasi dikalangan rekan sejawat mereka sendiri; (7) Menciptakan dan membina cara-cara atau mekanisme bagi keikutsertaan khalayak sebagai pelaku pembangunan sejak dari tahapan perencanaan hingga tahapan evaluasi.

(24)

adalah teknik yang paling mudah, paling popular karena media digunakan sebagai basis penyampaian pesan; (2) Strategi dengan menggunakan desain instruksional dimana strategi yang biasa digunakan oleh para pendidik dalam memfokuskan pesan pembangunan dengan pembelajaran kepada individu yang dituju lebih kepada pendekatan sistem untuk pengembangan bahan material; (3) Strategi partisipatori adalah strategi yang menggunakan pendekatan kepada kerjasama komunitas dan pertumbuhan pribadi sehingga penekanannya adalah keikut sertaan individu yang sederajat dalam proses berbagai pengetahuan dan keterampilan; (4) Strategi pemasaran merupakan strategi yang sifatnya langsung kepada masyarakat.

(25)

Tabel 1 Konsep pendekatan komunikasi pembangunan Aspek budaya Budaya sebagai

penghambat Aspek sasaran Massa Khalayak

yang pasif

Jangka Waktu Pendek Pendek Pendek dan panjang

Sumber : Tufte T & Paolo (2009)

(26)

Mardikanto (1987) menggarisbawahi empat peranan komunikasi dalam proses pembangunan adalah: (1) Menerangkan kepada masyarakat tentang identitas dirinya sendiri; (2) Memberikan aspirasi terhadap anggota masyarakat; (3) Menunjukkan teknik atau alternatif yang dapat dilakukan; (4) Menerangkan tentang alternatif yang dirasakan paling tepat oleh masyarakatnya untuk melepaskan diri dari masalah yang dihadapi.

Komunikasi merupakan bagian dari proses perubahan dan pembaharuan masyarakat, pembangunan membutuhkan kontribusi komunikasi, baik bagian dari kegiatan masyarakat maupun sebagai ilmu yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Banyak proses pembangunan tidak mencapai sasarannya hanya karena rendahnya frekuensi informasi dan komunikasi kepada masyarakat sehingga tidak menimbulkan tingkat partisipasi yang mamadai. Padahal, partisipasi masyarakat sangat diperlukan bagi usaha pencapaian tujuan pembangunan (Dilla 2007).

Komunikasi pembangunan diartikan sebagai sebuah perubahan berencana yang dikehendaki melalui aktor-aktor pembangunan melalui sejumlah rangkaian komunikasi. Perubahan tersebut menyangkut perubahan struktur komunitas dan perubahan kebudayaan. Salah satu penyebab perubahan tersebut adalah karena adanya penemuan baru (inovasi). Inovasi tersebut bisa saja berupa alat dan bisa pula berupa ide baru. Komunikasi pembangunan berperan sebagai fasilitator pembangunan dan mendiseminasikan ke dalam sistem sosial yang lebih luas. Ringkasnya komunikasi pembangunan adalah pembangunan itu sendiri yang menggerakkan kelompok, masyarakat dan negara untuk melakukan sebuah perubahan di masyarakat.

Komunikasi Partisipasi

(27)

terkait tersebut, bagaimanakah komunikasi pesan tersebut disampaikan, apa sajakah tujuan program serta bagaimanakah dampak yang dirsakan serta berapa lamakah waktu yang digunakan untuk mencapainya. Setelah memperoleh jawaban dari pertanyaan tersebut dapat membantu mengurutkan permasalahan dan menarik solusi bersama. Hal tersebutlah dikategorikan komunikasi partisipasi. Prinsip dasar dari komunikasi partisipasi adalah dialog, aspirasi (voices), media didik (liberating pedagogy), serta aksi dan refleksi bersama (Tufte T & Paolo 2009)

Dialog merupakan sebuah bentuk komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih yang membahas bersama masalah yang dihadapi. Dialog bersifat membantu dalam sebuah penyelesaian bersama. Proses sebuah dialog melibatkan semua pihak tanpa ada yang terkucilkan. Dialog adalah sebuah bentuk komunikasi yang horizontal dimana melibatkan kelompok dalam sebuah pemecahan masalah yang dihadapi dan berfikir reflektif untuk mengambil tindakan. Bahasan sebuah dialog tidak hanya bersifat tataran informatif namun juga mengidentifikasi masalah, menganalisisnya, serta menemukan solusi atas permasalahan yang terjadi.

Aspirasi (voices) merupakan bentuk dari dukungan suara yang keluar dari aktivitas komunikasi. Aspirasi yang berasal dari kata asingnya voice merupakan bentuk inti dari dialog yang menghubungkan antara pihak-pihak yang saling berkiatan dengan tujuan tersebut. Aspirasi diujarkan melalui pertemuan yang sesuai dengan format kegiatannya. Salah satu bentuk penyaluran aspirasi adalah dialog bersama. Aspirasi atau juga dikenal dengan usulan adalah bentuk pesan yang disampaikan melalui forum bersama sehingga masalah yang terjadi dapat terpecahkan dan dilakukan secara bersama.

(28)

belum memiliki informasi. Media didik merupakan tempat dimana partisipan membangun kesepahaman bersama. Freire membagi empat pilar yaitu love, humulity, faith dan hope (red; cinta, santun, percaya dan harapan). Hasil dari media tersebut terbentuknya pemahaman bersama dalam satuan aksi nyata. Media didik diartikan sebagai pendidikan yang membebaskan yang merupakan tindakan yang dipahami, bukan pengalihan informasi. media didik sejenis media atau suasana belajar dimana objek yang dapat dipahami terhenti pada satu titik namun menghubungkan dengan pelaku pemahaman yang saling berhadapan. Hubungan komunikasi yang kontinu terjadi dalam suatu objek.

Aksi dari sebuah refleksi yang ditampilkan kembali dari aksi merupakan hasil dari kegiatan proses dialog. Partisipasi merupakan bentuk dari peran serta masyarakat langsung dalam memahami kehidupan. Sehingga masyarakat merupakan bagian dari masalah yang mereka ketahui dan pahami serta memberikan solusi. Kata kunci dari adalah adanya kesadaran yang timbul dari proses reflektif sehingga adanya komitmen bersama dalam pelaksanaan aksinya. Sehingga penting bagi seorang pemimpin untuk memahami konstituen terhadap permasalahan yang dihadapi terhadap dinamika dialog untuk menyatukan pandangan dalam satu komitmen bersama.

Pelaksanaan program komunikasi partisipasi memiliki fase dalam pelaksanaannya. Fase tersebut terbagi atas empat yaitu: (1) Identifikasi dari sebuah masalah komunikasi partisipasi yang terjadi (participatory communication assessment) merupakan metode dan alat komunikasi yang digunakan untuk men-investigasi dan merunut kondisi; (2) Desain strategi komunikasi partisipasi (participatory communicaton strategy design), hal ini didasarkan pada temuan dari penelitian dan pendefinisian masalah untuk menyelesaikannya masalah yang ada; (3) Implementasi dari aktivitas komunikasi (implementation of communication activities) merupakan sebuah eksekusi dari perencanaan yang matang ke dalam tahapan realisasi; (4) Monitoring dan Evaluasi merupakan program yang dipantau secara berkala hingga akhir.

(29)

transaksional dengan pengrim (sender) dan penerima (receiver) pesan saling berinteraksi dalam suatu periode waktu tertentu hingga sampai pada makna-makna yang saling berbagi. Esensi dari dialog adalah mengenal dan menghormati pembicara lain atau suara lain, sebagai subyek yang otonom, tidak lagi hanya sebagai obyek komunikasi. Setiap orang memiliki hak yang sama untuk bicara atau untuk didengar dan mengharap bahwa suaranya tidak akan ditekan atau disatukan dengan suara orang lain. Heteroglasia adalah konsep yang menunjukkan fakta bahwa sistem pembangunan selalu dilandasi oleh berbagai kelompok dan komunitas yang berbeda-beda dengan berbagai variasi ekonomi, sosial dan faktor budaya yang saling mengisi satu sama lain. Perbedaan berikutnya adalah pada level aktivitas pembangunan, baik ditingkat nasional-lokal, makro-mikro, public-privat, teknis-ideologis maupun informasional-emosional. Terkait dengan berbagai perbedaan tersebut terdapat berbagai macam perbedaan bahasa dan pesan atau komunikasi yang melibatkan berbagai peserta yang berbeda.

Poliponi adalah bentuk tertinggi dari suatu dialog, dimana suara-suara yang tidak menyatu atau terpisah dan meningkat menjadi terbuka, memperjelas satu sama lain dan tidak menutupi satu sama lain sehingga proses ini tercipta dari sebuah proses dialog yang panjang dengan dan otonom. Karnaval merupakan konsep dimana bagi terbangunnya variasi dari semua ritual seperti legenda, komik, festival, permainan, parodi dan hiburan secara bersama-sama. Proses ini dilakukan dengan tidak formal dan biasa juga diselingi oleh humor dan canda tawa. Anggota komunitas didorong berpartisipasi dalam karnaval secara bebas. Karnaval tidak memiliki sangsi resmi dan merupakan lawan dari sesuatu yang serius dan otoratif dari negara, agama, politik dan doktrin-doktrin ekonomi. Karnaval dalam pembangunan secara berdampingan saling mengartikulasikan dan mengisi. Orang-orang hidup dengan karnaval sebelum dan selama mereka hidup dengan pembangunan. Bahasa dan gaya dari komunikasi karnaval berdasarkan pengalaman khalayak yang tidak termediasi, menggunakan kosakata yang umum, fantastik dan berbau pengalaman dari mereka.

(30)

berpartisipasi dalam aktivitas sebuah program pembangunan. Masyarakat sering sekali ditekan hanya untuk dijadikan sebagai objek sebuah pembangunan dalam sebuah tujuan proyek pembangunan dimana untuk mendapatkan kerja sama formal dan nonformal yang lebih baik. Sehingga masyarakat kalangan bawah diikutsertakan dalam aktivitas yang akan memenuhi kebutuhan konsumen barang-barang industri mereka dalam waktu jangka panjang. Oleh karena itu, Bordenave menganggap salah satunya adalah partisipasi merupakan salah satu cara untuk mengakhiri ketergantungan masa yang lebih besar terhadap pasar yang dikendalikan oleh kaum elit atau penguasa tersebut (Melkote 1991).

Komunikasi partisipasi juga memperkenalkan sebuah konsep conscientization (kesadaran) dimana lebih banyak dialog dan berpusat pada penerima serta menyentuh kepada kesadaran struktur sosial. Jalur komunikasi yang digunakan dalam komunikasi yang berbasis masyarakat ini sifatnya mau berbicara dan memahami satu sama lain. Komunikasi partisipatsi merupakan salah satu bentuk strategi komunikasi yang digunakan sebagai alat untuk pembebasan dari belenggu mental dan psikologis yang mengikat seseorang.

Temuan dari hasil penelitian, Muchlis (2009) menyatakan bahwa komunikasi partisipasi yang dilakukan cenderung mengikuti arus keinginan dari penyelenggara program sehingga hasil kegiatan lebih mengerjakan proyek tanpa adanya internalisasi dalam sebuah pemberdayaan. Sehingga kemampuan masyarakat dalam pengelolaan kegiatan tidak memiliki kredibilitas dikarenakan intensitas komunikasi yang bersifat konvergensi yang cenderung lemah antara pendamping dan masyarakat (Wahyuni 2006). Peran fasilitator sebagai pendamping memiliki hubungan yang sangat erat kepada bentuk kegiatan, apakah akan dilakukan secara monolog ataupun dialog.

(31)

partisipan akan memberikan kemampuannya untuk mengungkapkan suara-suara yang berbeda dan menentukan sikap yang berbeda pula sehingga pertemuan itu dijembatani dalam suatu kegiatan yang disesuaikan dengan kehendak partisipan. Penelitian ini mendekatkan pemahaman bahwa komunikasi partisipasi terjadi dengan prinsip adanya sebuah dialog bersama membahas permasalahan yang sama, dimana memiliki suara-suara/ aspirasi dari setiap partisipan untuk bersuara sehingga menghasilkan sebuah refleksi bersama dan aksi yang nyata dalam sebuah kegiatan.

Komunikasi Partisipasi pada Pemberdayaan Masyarakat

Ife (1995) pemberdayaan merupakan sebuah proses dalam membantu komunitas/ kelompok dengan sumberdaya, kesempatan, pengetahuan dan keahlian untuk meningkatkan kapasitas komunitas/ kelompok sehingga dapat berpartisipasi untuk menentukan kehidupan masa depan mereka. Proses pemberdayaan melibatkan peran aktif keterlibatan masyarakat dalam menyusun langkah-langkah program yang harus diselesaikan. Langkah-langkah tersebut adalah mengurutkan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat, membuat strategi komunikasi untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, mengimplementasikan aktivitas komunikasi pertahapan dan melakukan monitoring dan evaluasi dalam program.

(32)

komunikasi mengkombinasikan penekanan kepada media sekunder dan primer yang menitik beratkan pada interpersonal dan dialog kesejumlah masyarakat. Kegiatan proses komunikasi partisipasi pada pemberdayaan dipengaruhi oleh fleksibilitas dan adaptibilitas terhadap situasi yang beragam, sehingga tipe komunikasi dapat didekatkan pada ketiga pendekatan tersebut.

Leeuwis (2003) membagi pendekatan komunikasi atas tiga kelompok yaitu: (1) Pendekatan objektif atau transmisi dimana terdiri dari komunkator yang mengirimkan pesan melalui saluran kepada komunikan; (2) Pendekatan subjektif

atau berorientasi pada penerima dimana penerima adalah fokus utama; (3) Pendekatan jaringan sosial atau negosiasi yang merupakan gabungan dari

kedua model subjektif dan objektif, dimana melibatkan sistem lingkungan yang berinteraksi dan tidak terpisahkan dari pengirim, pesan dan penerima.

Pemberdayaan masyarakat dalam sejumlah program memberikan ruang kepada masyarakat untuk melakukan dialog secara bersama dalam memetakan kegiatan program. Pemetaan sasaran yang dilakukan berfungsi sebagai tujuan yang akan ditempuh sesuai dengan kehendak dan keinginan masyarakat. Muchlis (1999) mensyaratkan dalam sebuah komunikasi partisipasi pada pemberdayaan perlunya dialog dimana menampung semua saran dari semua lapisan sehingga keinginan masyarakat sesungguhnya tidak terpecah belah oleh kepentingan kelompok lain. Komunikasi yang dua arah melibatkan unsur sosial dan budaya masyarakat sebagai aspek penting dalam pelaksanaannya. Jadi komunikasi partisipasi pada pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan dengan pendekatan dialog bersama secara terbuka dan mendengarkan aspirasi serta saran bersama demi kepentingan komunitas/ kelompok untuk meningngkatkan kemampuan dalam melakukan aksi dan refleksi terhadap permasalahan yang dihadapi.

Komunikasi Kelompok

(33)

(1960) Komunikasi adalah perpindahan pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan melalui media dan saluran tertentu sehingga memunculkan makna yan sama bagi pemberi dan penerima. Sedangkan Vitayala (1995) kelompok didefinisikan sebagai suatu sistem yang berarti suatu keadaan yang tersusun dari berbagai unsur yang saling berkaitan dalam suatu ikatan keteraturan tertentu yang melakukan beberapa proses tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk mewujudkan peranan atau fungsinya dalam mencapai tujuan tertentu. Soekanto (1990) menjelaskan bahwa kelompok adalah dua individu atau lebih berinteraksi secara tatap muka, masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, menyadari keberadaan anggota kelompok lainnya, dan menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama. Kelompok sosial memiliki empat ciri antara lain: (1) Dorongan motif yang sama; (2) Reaksi-reaksi dan kecakapan yang berlainan; (3) Penegasan struktur kelompok; (4) Penegasan norma-norma kelompok.

Adler dan Rodman (Bungin 2009), elemen kelompok terdiri dari interaksi, dimana masing-masing individu mempertukarkan pesan antar mereka dalam sebuah satuan orang, waktu, sebuah kelompok mensyaratkan sebuah frekuensi yang panjang sehingga membentuk ciri tersendiri. Ukuran dan jumlah dalam sebuah kelompok, dan kemudian tujuan yang mengandung bahwa kelompok akan membantu individu mencapai tujuan dan sebaliknya. Keberadaan kelompok dicerminkan oleh adanya fungsi yang akan dilaksanakan. Fungsi tersebut mencakup hubungan sosial, penididikan, persuasi, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan serta fungsi terapi.

(34)

Suharto (1997) terdapat beberapa jenis kelompok yang sering digunakan sebagai media yaitu:

1. Kelompok percakapan sosial, kelompok tersebut merupakan kelompok terbuka dan informal dan memiliki ciri tidak memiliki rencana kegiatan yang dirumuskan secara jelas dan formal. Setiap anggota berhak mengusulkan untuk menggantikan dengan yang lebih menarik. Tujuan utama dalam kelompok ini adalah mencari kenalan atau sahabat baru dan tujuan tersebut tidak harus menjadi tujuan dari kelompok.

2. Kelompok rekreasi, merupakan kelompok yang bertujuan untuk menyelenggarakan kegiatan rekreatif atau latihan olah raga dan bersifat spontanitas dan tidak memiliki pemimpin yang formal. Terbentuknya kelompok tersebut merupakan keyakinan bahwasanya kegiatan tersebut dapat membangun karakter yang dapat mencegah perilaku yang maladaptif.

3. Kelompok keterampilan rekreasi merupakan kelompok yang bertujuan mengasah keterampilan tertentu dari para anggotanya dan juga memiliki agenda rekreasi. Kelompok tersebut memiliki penasehat, pelatih serta memiliki orientasi tugas yang lebih jelas.

4. Kelompok pendidikan kelompok tersebut memfokuskan kepada kemampuan memperoleh keterampilan dan pengetahuan. Pimpinan kelompok berasal dari kalangan profesional dan berfungsi sebagai pengajar atau pendidik.

5. Kelompok pemecahan masalah dan pembuatan keputusan merupakan kelompok yang melibatkan baik klien/ penerima pelayanan maupun para petugas pemberi pelayanan di suatu lembaga. Tujuan bergabungnya kelompok tersebut adalah menemukan sumber-sumber baru dalam memenuhi kebutuhan baru.

(35)

secara sosial. Kelompok tersebut memfokuskan pada pengembangan keterampilan sosial, peningkatan kepercayaan diri dan perencanaan masa depan.

7. Kelompok penyembuhan merupakan kelompok yang beranggotakan memiliki masalah personal dan emosional. Kelompok tersebut dibentuk untuk merubah tingkah laku.

8. Kelompok sensitivitas merupakan kelompok pertemuan atau kelompok pelatihan. Setiap anggota berinteraksi satu dengan yang lain secara mendalam dan saling mengungkapkan masalahnya sendiri secara terbuka. Tujuan dari kelompok ini untuk meningkatkan kesadaran interpersonal.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukan dalam lingkup kelompok dengan mengedepankan tujuan kelompok yang ingin dicapai melalui forum diskusi melalui norma atau turan yang telah diatur oleh kelompok dalam mencapai sasaran yang dikehendaki oleh kelompok. Komunikasi kelompok memiliki batasan waktu, jumlah, interaksi dan tujuan dalam proses pertukaran pesan yang dilakukan antar anggota kelompok.

Faktor Karakteristik Personal Kelompok

Karakteristik personal merupakan bentuk dari identitas diri dari masing-masing anggota kelompok. Karakteristik personal tersebut meliputi persepsi dan motivasi anggota dalam mengikuti suatu kelompok.

Persepsi

(36)

Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa persepsi besar pengaruhnya terhadap ketepatan penerimaan pesan di dalam proses komunikasi. Persepsi dirangkai dari proses penginderawian dimana Rakhmat (2005) dan Mulyana (2005) menyebutnya sebagai proses sensasi. Atensi sangat penting peranannya dalam memunculkan hasil akhir dari proses persepsi. Persepsi juga mengandung selektifitas secara fungsional dimana akan memenuhi objek-objek yang menjadi tujuannya.

Secara umum terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya persepsi yaitu faktor biologis dan faktor sosio psikologis. Faktor biologis berkaitan dengan sistem organ tubuh dalam menerima rangsangan informasi. Faktor biologis tersebut disebabkan oleh motif biologis seperti kebutuhan makanan, minuman, istirahat dan sebagainya. Faktor sosio psikologis merupakan bentuk dari interaksi dari pengalaman dan kerangka rujukan yang diperoleh dari sistem nilai yang berlaku. Hal ini di sebabkan oleh motif sosiogenesis dimana adanya rasa ingin tahu, kompetensi, mencari identitas, kebutuhan akan nilai dan makna kehidupan serta motif pemenuhan diri. Selain itu faktor situasi juga mempengaruhi kondisi seseorang dalam memahami yang terjadi baik disebabkan oleh waktu, suasana, teknologi dan lingkungan sosial.

Persepsi memiliki variasi pada masing-masing orang antara satu waktu dan suasana yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh pengalaman, subjektivitas, kontekstual, dugaan dan evaluatif.

Motivasi

Motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang menggerakkan dan mengarahkannya untuk memenuhi tujuan tertentu. Proses timbulnya motivasi merupakan gabungan dari konsep kebutuhan, dorongan, tujuan dan imbalan (Sudita & Gitosudarmo 1997).

(37)

Kelompok-kelompok tersebut cenderung memberikan kepuasan kebutuhan-kebutuhan sosial yang mendasar dari orang yang berkelompok. Letak nilai praktis dari teori ini disebabkan oleh alasan-alasan tertentu misalnya alasan ekonomi, sosial, keamanan, politis dan lainnya.

Abraham Maslow menyebutkan beberapa jenis kebutuhan yang ditampakkan yaitu: (1) Kebutuhan fisiologi berupa makanan, minuman, perlindungan fisik, bernapas dan seksual; (2) Kebutuhan rasa aman berupa perlindungan dari ancaman, bahaya dan konflik dan lingkungan hidup; (3) Kebutuhan rasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima dalam kelompok, berafiliasi, berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai; (4) Kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain; (5) Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri berupa pengakuan terhadap kapasitas pengetahuan, keterampilan dan potensi yang dimilikinya. McClelland membagi atas tiga kebutuhan yaitu: (1) Need for Achievment, yaitu kebutuhan untuk berprestasi sebagai refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk memecahkan masalah; (2) Need for Affiliation, yaitu dorongan untuk berafiliasi atau berinteraksi dengan orang lain; (3) Need for Power, yaitu dorongan untuk berkuasa sebagai refleksi dari keinginan untuk mencapai otoritas dan memiliki pengaruh atas orang lain. Serta teori ERG (Existance, Relatedness, Growth) yaitu; (1) Existance needs adalah kebutuhan yang berkaitan dengan fisik manusia, yaitu makan, minum, pakaian, bernapas, rumah, keamanan dan kondisi kerja; (2) Relatedness needs merupakan kebutuhan interpersonal dalam bentuk kepuasan dalam berinteraksi dengan lingkungan kerja; (3) Growth needs adalah kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi seseorang.

(38)

Motivasi dan persepsi merupakan hal yang melatarbelakangi seseorang bertindak secara konatif dan afektif dalam melahirkan sebuah kegiatan/ aksi. Motivasi yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah dorongan dan kemauan dari setiap individu dalam mengikuti kegiatan kelompok pada sebuah program. Sedangkan, persepsi adalah kemampuan dan sikap komunikasi individu dalam mengikuti setiap kegiatan kelompok.

Faktor Dinamika dalam Kelompok

Dinamika kelompok adalah keberagaman interaksi dalam kelompok antara masing-masing anggota dalam menjalankan fungsi kelompok. Dinamika dalam penelitian ini dibagi atas tiga pendekatan yaitu kekompakan, kepemimpinan dan peranan.

Kekompakan

Cartwright dan Zander (1968) mendefinisikan kekompakan kelompok sebagai hasil dari semua tindakan yang memperkuat anggota kelompok untuk tetap tinggal (berada) dalam kelompok. Carolina & Iskandar (1993) Kekompakan kelompok adalah tongkat kebersamaan yang menggambarkan ketertarikan anggota kelompok kepada kelompoknya. Indikator dari sebuah kekompakan yaitu; (1) Memiliki daya tarik kelompok terhadap anggota-anggotanya; (2) Sebagai koordinasi dari usaha-usaha anggota kelompok; (3) Tindakan motivasi anggota kelompok untuk mengerjakan berbagai tugas kelompok dengan penuh semangat dan efisien. Saputra (2011) menyatakan kekompakan merupakan hal berpengaruh dalam kegiatan kelompok sehingga, fungsi setiap anggota dalam memelihara kekompakan adalah penunjang kegiatan program.

(39)

Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah hubungan antar dua orang atau lebih, dimana salah

seorangnya mempengaruhi yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama. Romli (2011) merangkum beberapa definisi kepemimpinan sebagai kegiatan

untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja dengan rela untuk mencapai tujuan bersama. Anoraga dalam Romli (2011) mengemukakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain melalui komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang untuk mengikuti kehendak pimpinan. Kepemimpinan merupakan proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok dan setidaknya terdapat tiga implikasi yang penting yaitu; (1) Kepemimpinan harus melibatkan orang lain, bawahan atau pengikut. Tanpa bawahan, semua sifat-sifat kepemimpinan seorang pemimpin akan menjadi tidak relevan; (2) Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama diantara pemimpin dan anggota kelompok; (3) Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi perilaku pengikut melalui sejumlah cara.

Kepemimpinan dalam sebuah kelompok dibagi atas dua tipologi yaitu kelompok sentris dan pemimpin sentris. Kelompok sentris adalah pemimpin secara aktif mendorong anggota kelompok untuk ikut bersama bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengarahkan, serta mengkoordinasikan dan mengevaluasi kegiatan. Pemimpin sentris adalah pemimpin formal dari kelompok menganggap dirinya bertanggung jawab sepenuhnya terhadap fungsi-fungsi kelompok (Goldberg & Carl 2006). Pada penelitian ini yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah kemampuan anggota kelompok dalam melaksanakan tugas kelompok dalam sebuah program.

Peranan

(40)

(1) Anggota kelompok mendukung tingkah laku peranan yang dianggap paling membantu kelompok; (2) Anggota kelompok diberikan wewenang untuk melaksanakan fungsi yang mereka tangani secara efisien.

Peranan dalam kelompok merupakan tugas fungsi kelompok yang harus dilakukan oleh kelompok dalam usaha mencapai tujuan kelompok. Cartwright dan zander (1968) mengidentifikasi fungsi dalam kelompok yaitu: (1) Koordinasi, berfungsi sebagai koordinasi untuk menjembatani kesenjangan antara anggota; (2) Informasi, bertujuan memberikan informasi kepada masing-masing anggota; (3) Prakarsa, berfungsi menumbuhkan dan mengembangkan prakarsa anggota; (4) Penyebaran, berfungsi menyebarkan hal-hal yang dilakukan kelompok kepada masyarakat atau lingkungannya; (5) Kepuasan, berfungsi untuk memberikan kepuasan kepada anggota; (6) Kejelasan, berfungsi menciptakan kejelasan kepada anggota seperti tujuan dan kebutuhan-kebutuhan anggota.

Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Perbaikan Gizi

Program perbaikan gizi adalah salah satu program yang diselenggarakan oleh pemerintah, khususnya dinas kesehatan yang dialokasikan dari pendanaan Asian Develompment Bank. Program ini dilatarbelakangi oleh tingkat kerawanan gizi yang melanda keluarga miskin di Indonesia. Angka prevalensi gizi ditargetkan oleh pemerintah berada pada angka 20% hingga akhir 2015. Pada tahun 2008 angka ini telah tercapai, namun tidak merata di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, program tersebut merupakan salah satu program yang membantu dalam mengentaskan kerawanan gizi di masyarakat. Sehingga untuk melakukan upaya tersebut diperlukan partisipasi masyarakat secara langsung dengan prinsip dari oleh dan untuk masyarakat sendiri. Kegiatan tersebut melibatkan masyarakat dalam strategi kelompok di masing-masing kelurahan yang dinamakan dengan Kelompok Gizi Masyarakat. Masyarakat aktif dalam mengidentifikasi masalah gizi, merencanakan pemecahannya, melaksanakan kegiatan-kegiatan yang direncanakan serta memantau dan mengevaluasi kegiatan.

Tujuan dan Sasaran Program Perbaikan Gizi

(41)

terlepas dari bentuk pemberdayaan, aspek kemampuan dan kemandirian masyarakat untuk peduli dalam mengatasi masalah gizi dan kesehatan di wilayah rawan gizi lebih ditekankan.

Sasaran program adalah kelompok rumah tangga yang memiliki balita, ibu hamil dan ibu menyusui pada keluarga miskin, kader posyandu, posyandu, SD/ Madrasah dan masyarakat penerima Paket Gizi Masyarakat (PGM). Adapun indikator dari keberhasilan program perbaikan gizi adalah: (1) Meningkatkan jumlah balita dan ibu hami yang sehat dimana ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan ke posyandu; (2) Meningkatkan pengetahuan ibu terhadap ASI ekslusif; (3) Meningkatkan layanan kesehatan di masyarakat oleh masyarakat; (4) Meningkatkan peran perempuan dalam pelembagaan; (5) Meningkatkan kinerja dalam posyandu; (6) Meningkatkan pemanfaatan posyandu di masyarakat; (7) Meningkatkan penggunaan air bersih dan kegiatan sanitasi; (8) Meningkatkan konsumsi garam beryodium; (9) Meningkatkan kegiatan keluarga sadar gizi di daerah proyek.

Organisasi Pelaksana Program Perbaikan Gizi

Organisasi pelaksana dalam kegiatan ini adalah pemerintah Kecamatan, Kelurahan, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Dinas Kesehatan-Puskesmas dan posyandu serta Kelompok Gizi Masyarakat. Adapun pemerintah kecamatan berperan sebagai penasehat dan memberikan dukungan dalam upaya menggerakkan program dan melakukan pembinaan untuk terselenggara kegiatan program. Pemerintah kelurahan berperan sebagai pemberi dukungan kebijakan, mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk dapat hadir pada pertemuan rapat program, mengkoordinasikan kader posyandu, pengurus PKK, tokoh masyarakat agar berperan aktif dalam program kegiatan, menindak lanjuti dan mengetahui hasil kegiatan rapat dan penyelenggaraan kegiatan serta melakukan pembinaan untuk terselenggara kegiatan program terus berlanjut.

(42)

timbangan, distribusi KMS, distribusi MPA, distribusi obat-obatan dan vitamin) serta dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan.

Posyandu merupakan sasaran dari program kegiatan perbaikan gizi. Sedangkan kelompok gizi masyarakat merupakan kelompok kerja dari pelaksanaan proyek yang dibentuk oleh pihak kelurahan yang bertugas mengidentifikasi masalah, merencanakan pemecahannya, melaksanakan kegiatan-kegiatan yang direncanakan serta memantau dan mengevaluasi program. Adapun, organisasi kelompok gizi masyarakat terdiri dari ketua, bendahara dan sekretaris serta dibantu oleh fasilitator masyarakat.

Ketua didalam pokja KGM berperan sebagai pimpinan kerja dalam kelompok dengan memimpin pertemuan yang diselenggarakan oleh KGM serta bertanggung jawab terhadap penyusunan proposal dan pelaksanaan kegiatan, pengorganisasian sumbangan dari masyarakat yang terkumpul dari sumber lain, memeriksa dan menyetujui pengajuan pencairan dan pengeluaran dana KGM serta melakukan pengawasan dan bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan paket gizi yang diusulkan dan bertanggung jawab melaporkan hasil kemajuan kegiatan kepada masyarakat melalui forum pertemuan maupun kepada pengelola proyek program perbaikan gizi. Sekretaris berperan sebagai administrator dari KGM, melaksanakan kegiatan ketatausahaan, serta melaksanakan kegiatan yang mendukung kegiatan teknis proyek. Adapun, bendahara berperan sebagai pengelola keuangan secara terbuka, menerima, menyimpan dan membayar pengeluaran yang dilakukan, membuat pertanggung jawaban pembukuan keuangan, serta membuat laporan keuangan setiap bulannya.

(43)

Kegiatan Komunikasi Program Perbaikan Gizi

Diseminasi dan sosialisasi kegiatan program dilakukan secara berjenjang yaitu sosialisasi di tingkat provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan dan kelurahan/ desa, hingga pelatihan bagi satuan kerja kelompok pelaksana di kelurahan. Penyebaran informasi dilakukan melalui forum musyawarah dan kegiatan kemasyarakatan antara lain, arisan kelurahan PKK, pertemuan posyandu di tiap rukun warga, pertemuan sosialisasi di kelurahan, kecamatan dan puskesmas, serta pemanfaatan papan pengumuman. Selain itu media massa digunakan sebagai penyebar luasan informasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui media massa elektronik dan cetak untuk diketahui oleh masyarakat luas.

Mekanisme Kegiatan Program Perbaikan Gizi

Kegiatan yang dilakukan pada proyek program perbaikan gizi adalah dengan melakukan sosialisasi kepada pemerintah di setiap tingkatan. Setelah melakukan kegiatan tersebut program perbaikan gizi membentuk kelompok kerja dalam melakukan kegiatan program. Masing-masing anggota kelompok dilatih dan dibina dalam menjalankan kelompok gizi. Lalu dilanjutkan dengan melakukan pendataan baik secara survey mawas diri, musyawarah masyarakat dengan berdiskusi dengan masyarakat setempat, dan mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam kaitannya dengan gizi keluarga yang dibantu oleh pihak puskesmas dan fasilitator masyarakat.

(44)

yang digulirkan adalah untuk menggerakkan lembaga KGM agar dapat beregulasi mengakomodasi kegiatan yang masih berlangsung. Paket gizi yang telah dijalankan dilaporkan secara perbulannya kepada dinas kesehatan. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan oleh pokja KGM, kelurahan, puskesmas, kecamatan dan dinas kesehatan.

State of the Arts Hasil Penelitian

Komunikasi partisipasi adalah salah satu model komunikasi program pembangunan yang melekat pada pemberdayaan masyarakat. Hasil penelitian terdahulu menjelaskan bahwa komunikasi partisipasi memiliki pengaruh terhadap kelangsungan dalam sebuah program oleh karena itu, pentingnya komunikasi partisipasi dalam sebuah program sangat menentukan diterima dan ditolaknya sebuah program pembangunan. Peneliti merangkum hasil penelitian yang telah diteliti mengenai komunikasi partisipasi pada Tabel 2.

Tabel 2 State of the arts penelitian komunikasi partisipasi

Peneliti Judul Penelitian Temuan Metodologi Wahyuni S

a. Terdapat hubungan antara pola intervensi terhadap proses komunikasi.

b. Terdapat hubungan proses komunikasi terhadap

(45)

Mulyasari G b. Terdapat hubungan antara

kredibilitas fasilitator kredibilitas fasilitator dan peran fasilitator terhadap

a. Terdapat hubungan antara karakteristik fasilitator terhadap komunikasi partisipasi.

b. Terdapat hubungan antara peran fasilitatif fasilitator partisipasi terbagi atas dua yaitu linear dan transaksional.

b. Komunikasi partisipasi yang berbasis akses,

(46)

Kenanga Kecamatan

a. Terdapat pengaruh peran setiap partisipan terhadap

Tabel 2 menggambarkan bahwa terdapat empat penelitian yang menggunakan metodelogi kuantitatif dan tiga penelitian yang menggunakan metodelogi kualitatif. Pendekatan penelitian yang digunakan pada metodologi kuantitatif adalah teknik survey dengan pengambilan sampel stratified random sampling. Sedangkan pada metodologi kualitatif pendekatannya dengan menggunakan teknik studi kasus dengan pengambilan informan secara snowball dan purposive berdasarkan keterlibatan informan terhadap program.

Komunikasi partisipasi yang digunakan dalam penelitian pada Tabel 2 terbagi atas dua pendekatan yaitu pertama, komunikasi partisipasi yang berbasis keaktifan partisipan pada tahapan kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan. Kedua adalah komunikasi partisipasi yang menggunakan pendekatan akses, heteroglasia, dialog, poliponi, karnaval, refleksi dan aksi, peran, kontrol dan pemanfaatan.

(47)

Adapun aspek komunikasi partisipasi yang menjadi amatan penelitian terdahulu adalah unit analisis yang terdiri dari aspek dialog, akses, heterogalasia, poliponi, karnaval, peran, pemanfaatan dan kontrol serta refleksi dan aksi. Pada hasil penelitian terdahulu peneliti melihat belum adanya penelitian mengenai faktor kelompok dalam komunikasi partisipasi sehingga peneliti tertarik menggabungkan unit analisis dari faktor yang mempengaruhi komunikasi partisipasi. Sedangkan unsur komunikasi partisipasi sendiri peneliti ambil dari teori Tufte & Paolo (2009) yang menyatakan bahwa dasar komunikasi partisipasi adalah adanya dialog, ide ataupun aspirasi masyarakat, media, dan refleksi aksi dari sebuah program.

(48)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran

Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang mampu memberikan keberdayaan bagi masyarakat. Program pembangunan yang berbasis partisipasi merupakan salah satu alternatif pembangunan yang memberikan kemampuan kepada masyarakat untuk dapat mengelola program dengan keinginan dan harapan masyarakat. Pembangunan yang berpartisipasi tentu tak terlepas dari sebuah komunikasi yang berbasis partisipasi. program-program pembangunan yang berbasis partisipasi diharapkan mampu menjadikan masyarakat lebih berdaya dan mandiri. Isu komunikasi pembangunan di era globalisasi menjadikan pembangunan yang merata dan berkeadilan sosial. Komunikasi pembangunan yang bercorak partisipasi yang lebih ditekankan demi mencapai harapan dan realitas masyarakat.

Komunikasi partisipasi yang berbasiskan pemberdayaan menjadikan masyarakat lebih terbuka dan memiliki kesetaraan yang sama dalam memiliki hak yang otonom untuk menentukan langkah keinginannya. Tufte & Paolo (2009) menekankan prinsip komunikasi partisipasi hendaklah lebih membuka dialog kepada segenap unsur sehingga dapat menampung aspirasi yang ingin dicapai. Selain itu, media didik yang memberikan kebebasan untuk berbicara, terbuka, setara, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Serta refleksi dan aksi yang senantiasa dilakukan bersama untuk mencapai satu tujuan yang sama.

(49)

kelompok, pelaksanaan kegiatan dan sosialisasi evaluasi kegiatan kelompok. Fokus yang dilakukan adalah melihat kegiatan komunikasi partisipasi berupa dialog, aspirasi dan aksi refleksi yang terjadi dalam empat kasus. Selain itu Sebagai instrumen pendamping yang lain peneliti melihat faktor personal dalam kelompok yang menggunakan pendekatan pemaknaan dari sebuah persepsi dan motivasi yang dimiliki oleh subjek penelitian. Faktor dinamika kelompok yang terdapat dalam kelompok antara lain; kekompakan, peranan dan kepemimpinan dalam sebuah kelompok juga mempengaruhi sejumlah kegiatan yang dilakukan dalam program pemberdayaan masyarakat yang berbasis komunikasi partisipasi.

Kekompakan kelompok peneliti definisikan sebagai aktivitas yang dilakukan kelompok dalam menyelesaikan tugas dan menjaga kelompok. Kekompakan kelompok terlihat dari peristiwa rapat pertemuan dalam membicarakan kegiatan kelompok. Selain itu, peranan anggota kelompok membantu jalannya komunikasi partisipasi peranan tersebut baik berupa fasilitatif, edukatif, representatif ataupun teknik dalam kegiatan. Kepemimpinan kelompok dalam pengambilan keputusan senantiasa digunakan sebagai bagian instrumen dinamika kelompok, sehingga keputusan apakah diberikan kepada kelompok ataupun hanya diambil oleh sepihak oleh pemimpim kelompok.

(50)

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Definisi Konseptual

1. Komunikasi partisipasi adalah bentuk komunikasi pada program pembangunan yang berbasis keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan program. Dimulai dari tahap penggalian ide, perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi dan monitoring.

2. Komunikasi partisipasi memiliki prinsip yaitu adanya sebuah dialog, aspirasi, serta aksi refleksi dari kegiatan.

3. Dialog merupakan bentuk proses komunikasi yang terjadi antara partisipan sebagai palaku kegiatan dalam sebuah program dengan ciri memberikan hak yang sama dalam memberikan suara dalam pertemuan tersebut, saling menghormati dan menghargai pendapat dalam sebuah forum kegiatan.

4. Monolog adalah komunikasi yang terjadi searah antara petugas proyek program dengan masyarakat yang dilakukan dengan sosialisasi program secara langsung.

Faktor Personal Kelompok:

1. Persepsi 2. Motivasi

Faktor Dinamika Kelompok :

1. Kekompakan 2. Kepemimpinan 3. Peranan

Komunikasi Partisipasi Program Pemberdayaan

Gizi Masyarakat (Monolog – Dialog)

Dialog Aspirasi

Aksi dan refleksi

(51)

5. Monolog dan dialog adalak komunikasi yang terjadi searah secara informatif dan diimbangi dengan pemanaan yang sama dengan dialog dalam memutuskan dan menetapkan program yang dijalankan.

6. Aspirasi adalah ide-ide masyarakat yang tergali serta kehendak masyarakat yang diangkat dalam ruang pertemuan.

7. Aksi dan refleksi adalah bentuk kegiatan yang dilakukan yang merupakan aksi komunikatif yang dilakukan pada program sehingga memiliki komitmen yang sama dalam pelaksanaannya.

8. Faktor yang mempengaruhi komunikasi yang partisipatori adalah berasal dari faktor karakteristik personal komunikasi kelompok dan faktor dinamika kelompok.

9. Faktor karakteristik personal kelompok terbagi atas dua yaitu persepsi anggota kelompok dan motivasi dari anggota kelompok.

10. Persepsi adalah pendapat dan sikap serta pemaknaan yang dimiliki partisipan terhadap kegiatan program yang berlangsung dalam kelompok.

11. Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan partisipan bertindak sesuai dengan tujuan atau harapannya baik yang disebabkan oleh kebutuhan individu akan prestasi, insentif, serta regulasi kelompok.

12. Faktor dinamika kelompok terdiri dari kekompakan kelompok, kepemimpinan dan peran kelompok dalam menjalankan tugas atau mencapai tujuan yang diharapkan.

13. Kekompakan adalah merupakan kebersamaan yang menggambarkan ketertarikan anggota kelompok kepada kelompok dimana diidentifikasikan dalam tiga hal yaitu daya tarik kelompok terhadap anggotanya, koordinasi dari kegiatan kelompok serta motivasi dan dorongan anggota untuk melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab

14. Peranan adalah tindakan yang dilakukan dalam mencapai tujuan dalam hal ini fungsi-fungsi komunikasi dilakukan oleh partisipan program baik berupa fungsi koordinasi, informasi, prakarsa, penyebaran, kepuasan, kejelasan. 15. Kepemimpinan adalah kemampuan anggota kelompok dalam melaksanakan

(52)

Hipotesis Pengarah

Berkembangnya isu komunikasi partisipasi dalam pembangunan merupakan sebuah kemajuan bagi sebuah pemberdayaan masyarakat. Pendekatan komunikasi partisipasi merupakan salah satu bentuk komunikasi arus bawah. Penelitian ini menduga bahwa komunikasi partisipasi yang dilakukan dalam sebuah program memiliki pengaruh terhadap masyarakat langsung baik individu maupun kelompok dalam pengelolaannya. Oleh karena itu hipotesa yang digunakan oleh peneliti adalah:

1. Adanya kecenderungan faktor personal kelompok mempengaruhi jalannya komunikasi partisipasi pada program pemberdayaan masyarakat.

Gambar

Gambaran Objek Penelitian ........................................................................
Tabel 1  Konsep pendekatan komunikasi pembangunan
Tabel 2 menggambarkan bahwa terdapat empat penelitian yang
Gambar 1  Kerangka pemikiran penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain pengadaan benih, untuk menaikkan pendapatan petani pisang di Lampung perlu dilakukan penanaman jenis pisang yang mempunyai harga jual lebih tinggi dari jenis pisang

Setelah melaksanakan penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Division pada kelas 2 SD Negeri Salatiga 02

Himpunan bilangan bulat Gauss merupakan daerah ideal utama, sehingga himpunan bilangan prima Gauss dan himpunan bilangan tak tereduksi adalah dua hal yang sama..

sp.9, dan Pleurotus sp.7 pola pita isoenzim terdapat di anoda (+), sedangkan untuk jenis Pleurotus sp.1 dari dua pola pita yang ada terdapat pada sisi katoda (-).. Jumlah

Dalam mengidentifikasi masalah lingkungan perlu adanya pengamatan yang luas terhadap segala aspek yang berhubungan dengan lingkungan sebab dalam sertiap unsur-unsur sumber daya

Object-relational database systems (that is, database systems based on the object-relational model) pro- vide a convenient migration path for users of relational databases who wish

Penerapan video kisah inspiratif yang dilakukan oleh guru pada pembelajaran Akidah Akhlak di SMP Negeri 1 Darussalam Aceh Besar adalah baik yakni pada kegiatan awal

Kahwin- terdapat orang Arab di perkampungan ini yang berkahwin dengan wanita tempatan Interaksi-masa menunggu perubahan angin monsun digunakan untuk berbincang serta