• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengertian data menurut Webster New World Dictionary, Data adalah things known or

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengertian data menurut Webster New World Dictionary, Data adalah things known or"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Data

Pengertian data menurut Webster New World Dictionary, Data adalah things known or

assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap. Diketahui artinya

yang sudah terjadi merupakan fakta (bukti). Data dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan.

Data bisa juga didefenisikan sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu objek, data dapat berupa angka dan dapat pula merupakan lambang atau sifat. Beberapa macam data antara lain : data populasi dan sampel, data observasi, data primer, dan data sekunder.

Pada dasarnya kegunaan data (setelah diolah dan dianalisis) ialah sebagai dasar yang objektif di dalam proses pembuatan keputusan - keputusan (kebijaksanaan – kebijaksanaan) dalam rangka untuk memecahkan persoalan oleh pengambilan keputusan. Keputusan yang baik hanya bisa diperoleh dari pengambilan keputusan yang objektif, dan didasarkan atas data yang baik.

(2)

Data yang baik adalah data yang bisa dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu dan mencakup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan gambaran tentang suatu masalah secara menyeluruh merupakan data relevan.

Riset akan menghasilkan data. Ada tiga peringkat data yaitu data mentah, hasil pengumpulan, data hasil pengolahan berupa jumlah, rata – rata, dan data hasil analisis berupa kesimpulan. Yang terakhir ini mempunyai peringkat tertinggi sebab langsung dapat dipergunakan untuk menyusun saran atau usul untuk dapat keputusan.

2.1.1 Data Menurut Sifatnya

Menurut sifatnya, yang selanjutnya dapat dibagi dua :

a. Data kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka, misalnya : kuesioner pertanyaan tentang suasana kerja, kualitas pelayanan sebuah restoran atau gaya kepemimpinan, dan sebagainya.

b. Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka, misalnya : harga saham, besarnya pendapatan, dan sebagainya.

2.1.2 Data Menurut Sumbernya

Menurut sumber data, yang selanjutnya dibagi dua :

a. Data internal yaitu data dari dalam suatu organisasi yang menggambarkan organisasi tersebut. Misalnya : jumlah karyawan suatu perusahaan, jumlah modalnya, dan jumlah produksinya.

(3)

b. Data eksternal yaitu data dari luar suatu organisasi yang dapat menggambarkan faktor – faktor yang mungkin mempengaruhi hasil kerja suatu organisasi. Misalnya : daya beli masyarakat mempengaruhi hasil penjualan suatu perusahaan.

2.1.3 Data Menurut Cara Memperolehnya

Menurut cara memperolehnya, juga bisa dibagi dua :

a. Data primer ( primeri data) yaitu data yang dikumpulan sendiri oleh perorangan / suatu organisasi secara langsung dari obyek yang diteliti dan untuk studi yang bersangkutan dan dapat berupa interview, observasi.

b. Data sekunderi (secondary data) yaitu data yang diperoleh/ dikumpulkan dan disatukan studi – studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip – arsip resmi.

2.1.4 Data Menurut Waktu Pengumpulannya

Menurut waktu pengumpulannya, dapat dibagi dua :

a. Data cross section ialah data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu (at a point of time) untuk menggambarkan keadaan dan kegiatan pada waktu tersebut. Misalnya : data penelitian yang menggunakan kuesioner.

b. Data berkala (time series data) ialah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk melihat perkembangan suatu kejadiaan / kegiatan selama periode tersebut. Misalnya : perkembangan uang beredar, harga 9 macam bahan pokok, penduduk.

(4)

Pada prinsipnya seorang peneliti akan menghadapi dua jenis gejala yaitu gejala nominal dan gejala kontinum.

1. Gejala Nominal

Gejala nominal adalah suatu gejala yang hanya dapat digolong – golongkan secara terpisah, diskrit, secara kategori. Misalnya : jenis kelamin, tempat kelahiran, kebangsaan, yang dilakukan adalah menghitung subyek dari tiap – tiap kategori. 2. Gejala Kontinum

Gejala kontinum adalah gejala yang bervariasi menurut tingkatan. Misalnya : sosialibitas, aktivitas, kecerdasan. Gejala ini dapat di bagi – bagi dalam beberapa taraf, tingkat, derajat, jenjang dan dapat diukur (kualitasnya) dan dihitung (kuantitasnya)

2.2 Skala Pengukuran Data

Skala merupakan suatu prosedur pemberian angka atau simbol lain kepada sejumlah ciri dari suatu objek agar dapat menyatakan karakteristik angka pada ciri tersebut. Skala pengukuran oleh S.S Steven (1976) dibagi atas 4 bagian yaitu :

1. Skala Nominal : skala nominal tingkatan pengukuran yang paling sederhana. Dasar penggolongan ini agar kategori yang tidak tumpang tindih (mutually exclutive) dan tuntas (exhaustive). Angka yang ditunjuk untuk suatu kategori tidak mereflesikan bagaimana kedudukan kategori tersebut terhadap kategori lainnya, tetapi hanyalah sekedar label atau kode sehingga skala yang diterapkan pada data yang hanya dibagi ke dalam kelompok – kelompok tertentu dan pengelompokan tersebut hanya dilakukan untuk tujuan identifikasi.

(5)

Contoh : penggolongan mobil ke dalam kategori sedan, van , mini, truk, dan bus. Atau penggolongan jenis kelamin, suku dan sebagainya.

2. Skala Ordinal : skala ini memungkinkan peneliti untuk mengurutkan respondennya dari tingkatan paling rendah ke tingkatan paling tinggi menurut atribut tertentu. Skala yang diterapkan pada data yang dapat dibagi dalam berbagai kelompok dan kita bisa membuat peringkat diantara kelompok tersebut.

Contoh : sebuah produk yang diproduksi sebuah pabrik dapat dikategorikan ke dalam skala sangat bagus, bagus, dan kurang bagus.

3. Skala Interval : seperti hal ukuran ordinal, ukuran interval adalah mengurutkan orang atau objek berdasarkan suatu atribut. Interval atau jarak yang sama pada skala interval dipandang sebagai mewakili interval atau jarak yang sama pula pada objek yang diukur. Skala yang diterapkan pada data yang dapat dirangking dan dengan peringkat tersebut kita bisa mengetahui perbedaan diantara peringkat – peringkat tersebut dan kita bisa menghitung besarnya perbedaan itu. Namun harus diperhatikan bahwa dalam skala ini perbandingan rasio yang ada tidak diperhitungkan.

Contoh : nilai mahasiswa A mempunyai IP 4,00 ; B 3,50 ; C 3,00 ; D 2,50 ; E 2,00, maka interval mahasiswa A dan C (4 – 3 = 1) adalah sama dengan interval antara mahasiswa C dan E (3 – 2 = 1)

4. Skala Rasio : Suatu bentuk interval yang jaraknya (interval) tidak dinyatakan sebagai perbedaan nilai antar responden, tetapi antara seorang dengan nilai absolute, karena ada titik 0 maka perbandingan rasio dapat ditentukan.

Contoh : kalau harga produk X sebesar Rp. 3.000 dan produk Y sebesar Rp. 6.000 maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa produk Y dua kali lebih mahal dibandingkan produk X.

(6)

2.3 Skala untuk Instrumen (Model Skala Sikap)

Bentuk – bentuk model skala sikap sering digunakan dalam penelitian ada lima macam, yaitu :

1. Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapatan dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial. Pada skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi subvariabel. Kemudian subvariabel dijabarkan lagi menjadi indikator – indikator yang terukur ini yang mana menjadi titik tolak untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan yang perlu dijawab responden. Setiap jawaban diungkapkan dengan kata – kata, misalnya : Sangat Setuju (SS) = 5

Setuju (S) = 4

Ragu – ragu / Netral (N) = 3 Tidak Setuju (TS) = 2 Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 2. Skala Gutman

Skala Gutman digunakan untuk mengukur dimensi saja dari suatu variabel multidimensi. Skala gutman dilakukan jika peneliti ingin mendapatkan jawaban tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.

Misalnya : yakin – tidak yakin ; benar – salah ; setuju – tidak setuju; dan sebagainya.

(7)

Skala Diferensial Semantik atau skala perbedaan semantik berisikan serangkaian bipolar ( dua kutub ). Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya bukan pilihan ganda atau checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban positifnya terletak di bagian kiri dan jawaban negatif terletak di bagian kanan atau sebaliknya.

Misalnya : cepat – lambat ; ramah – tidak ramah ; memuaskan – tidak memuaskan. 4. Rating Scale

Rating Scale adalah data mentah yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

Misalnya : ketat – longgar ; kuat – lemah.

Responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kuantitatif yang akan disediakan.

5. Skala Thurstone

Skala Thurstone meminta responden untuk memilih jawaban pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan – pandangan yang berbeda – beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi antara 1 sampai 10 tetapi nilai – nilainya tidak diketahui oleh responden.

2.4 Variabel

Dalam melakukan observasi tentunya perlu ditentukan karakter yang akan diobservasi dari unit amatan yang disebut variabel. Variabel dalam penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang diteliti yang memiliki variasi antara satu objek dengan objek lain dalam kelompok tersebut.

Menurut bulat atau tidaknya nilai yang diperoleh, variabel terbagi atas beberapa yaitu :

(8)

a. Variabel kontinu adalah variabel yang besarannya dapat menempati semua nilai yang ada diantara dua titik. Pada umumnya variabel kontinu diperoleh dari hasil pengukuran. Pada variabel kontinu dapat dijumpai nilai – nilai pecahan ataupun nilai – nilai bulat.

b. Variabel diskrit adalah variabel yang besarannya tidak dapat menempati semua nilai. Nilai variabel diskrit selalu berupa bilangan bulat. Pada umumnya variabel diskrit diperoleh melalui pencacahan / penghitungan.

Dalam kaitan hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya, dikenal adanya bermacam – macam bentuk variabel yaitu :

a. Variabel independen ( independent variable ) atau variabel bebas, yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya ( terpengaruhnya ) variabel dependen ( variabel tak bebas ). b. Variabel dependen ( dependent variable ) atau variabel tak bebas, yaitu variabel yang

lainnya dipengaruhi oleh variabel independen.

c. Variabel moderator, yaitu variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel dependen dan independen.

d. Variabel intervening, seperti variabel moderator, tetapi nilainya tidak dapat diukur, seperti kecewa,gembira, sakit hati, dan sebagainya.

e. Variabel kontrol, yaitu variabel yang dapat dikendalikan oleh peneliti.

Pengamatan utama dilakukan pada variabel yang datanya akan dianalisis, sedangkan pengamatan selintas dilakukan pada variabel yang datanya tidak dimaksudkan untuk dianalisis. Pada umumnya data pengamatan selintas menggambarkan keadaan lingkungan atau lokasi dilakukannya observasi. Data yang diperoleh dari pengamatan selintas seringkali dipergunakan untuk mendukung pembahasan hasil dari data pengamatan utama.

(9)

2.5 Teori tentang Deskripsi Kerja 2.5.1 Pengertian Deskripsi Kerja

Induk kajian deskripsi kerja adalah analisa jabatan yang merupakan suatu aktifitas dalam menentukan apa pekerjaan yang dilakukan dan siapa yang harus melakukan tugas tersebut. Aktifitas ini adalah sebuah upaya untuk menciptakan kualitas dari pekerjaan dan kualitas dari kinerja total suatu instansi. Suatu instansi akan baik jika sumber daya manusia di dalamnya telah mampu melaksanakan pekerjaan masing – masing dengan jelas, spesifik, serta tidak memiliki peran ganda yang dapat menghambat proses pencapaian kinerja.

Deskripsi kerja atau analisis jabatan adalah menganalisis dan mendesain pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya dan mengapa pekerjaan itu harus dilakukan. Dijelaskan pula bahwa adanya pengaruh deskripsi kerja terhadap pekerjaan yaitu apabila deskripsi kerja kurang jelas akan mengakibatkan seorang karyawan / pegawai kurang mengetahui tugas dan tanggung jawabnya pada pekerjaan itu, mengakibatkan pekerjaan tidak tercapai dengan baik. Dengan adanya perancangan pekerjaan dan deskripsi kerja yang jelas, maka akan semakin produktif dan berprestasi sehingga keuntungan ekonomis dari deskripsi pekerjaan akan diperoleh.

Sedangkan Moekijat ( 1992 ) menyatakan bahwa kegunaan analisis jabatan sebagai berikut :

1. Mendapatkan kualitas dan kuantitas pegawai yang tepat yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi / instansi.

2. Pelatihan.

3. Evaluasi jabatan.

4. Penilaian pelaksanaan pekerjaan. 5. Promosi dan pemindahan.

(10)

6. Organisasi. 7. Perkenalan. 8. Penyuluhan.

9. Hubungan Ketenagakerjaan. 10. Perencanaan kembali jabatan.

Sebagaimana yang diharapkan, maka dalam penelitian ini mengkaji salah satu kegiatan dalam analisis jabatan yaitu deskripsi kerja.

Mathis dan Jackson ( 2001 ) menyatakan bahwa deskripsi kerja adalah proses menyebutkan tugas, tanggung jawab dari suatu pekerjaan. Tugas – tugas perlu diketahui dengan jelas apa jenisnya, selanjutnya tanggung jawab apa yang harus dipegang oleh seorang yang melakukan tugas tersebut, sehingga karyawan / pegawai tidak melakukan kesalahan dengan adanya kejelasan – kejelasan pekerjaan yang harus mereka lakukan.

Selanjutnya Mathis dan Jackson ( 2001 ) menyatakan ada tiga hal yang menjadi ukuran deskripsi kerja yang perlu diperhatikan, yaitu :

4. Tugas dan tanggung jawab esensial.

5. Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan, dan

6. Kerja sama yang dilakukan dalam menjalankan tugas yang didelegasikan.

2.5.2 Faktor – faktor Deskripsi Kerja

Menurut Mathis dan Jackson ( 2001 ) untuk melihat apakah deskripsi kerja sudah sesuai dengan harapan karyawan / pegawai digunakan model analisis pekerjaan fungsional yang terdiri dari sasaran organisasi, apa yang akan dilakukan karyawan / pegawai untuk mencapai sasaran itu dalam pekerjaan mereka, tingkat dan orientasi apa yang dilakukan para tenaga kerja, standar kinerja dan isi pelatihan.

(11)

Penjelasan dari hal di atas sebagai berikut :

Sasaran organisasi, sasaran organisasi merupakan tujuan – tujuan yang hendak dicapai oleh suatu organisasi, baik sarana jangka pendek, menengah, maupun sasaran jangka panjang.

a. Apa yang akan dilakukan karyawan untuk mencapai sasaran itu dalam pekerjaan mereka. Sasaran yang menjadi tujuan organisasi dicapai melalui aktivitas karyawan dalam bentuk pelaksanaan kerja untuk mewujudkan sasaran – sasaran tersebut.

b. Tingkat dan orientasi apa yang dilakukan para tenaga kerja. Karyawan – karyawan dalam organisasi perlu memilliki orientasi dalam bekerja, dalam bentuk pemahaman – pemahaman maksud dari pekerjaan yang dilakukan masing – masing karyawan. c. Standar kerja, organisasi umumnya memiliki standar kinerja yang menjadi titik tolak

karyawan dalam melakukan pekerjaannya sehingga menghasilkan sesuatu yang termuat dalam standar yang ada.

d. Isi pelatihan. Pelatihan mempengaruhi pelaksanaan kerja, pelatihan diadakan untuk memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan bekerja dalam mencapai kinerja.

Ranupandojo dan Husnan ( 2002 ) menyatakan bahwa beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam menyusun suatu pernyataan yang teratur dari berbagai tugas dan kewajiban suatu pekerjaan atau jabatan tertentu, diantaranya identifikasi jabatan, tugas yang dilaksanakan, pengawasan yang diberikan dan yang diterima, hubungan dengan jabatan – jabatan lain, bahan – bahan dan alat – alat yang dipergunakan, kondisi kerja, penjelasan, istilah – istilah yang tidak lazim, komentar tambahan untuk melengkapi penjelasan di atas.

Seluruh faktor – faktor di atas merupakan unsur – unsur yang diperlukan untuk menyusun suatu deskripsi kerja yang baik pada suatu organisasi / instansi, terutama organisasi / instansi yang memiliki kapasitas besar serta memiliki banyak tenaga kerja.

(12)

2.6 Teori tentang Lingkungan Kerja

2.6.1 Pengertian Lingkungan Kerja dan Jenis Lingkungan Kerja

Sebagaimana kita ketahui bahwa semangat dan kegairahan kerja para karyawan / pegawai dalam melaksanakan tugas – tugas dipengaruhi banyak faktor. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi tersebut antara lain adalah jumlah dan komposisi dari kompensasi yang diberikan, penempatan yang tepat, latihan, rasa aman di masa depan, mutasi, promosi dan masih banyak faktor – faktor lain yang tidak dapat disebutkan.

Di samping faktor – faktor di atas masih ada faktor lain yang juga dapat mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja dalam pelaksanaan tugas yaitu lingkungan kerja. Meskipun faktor lain adalah penting dan besar pengaruhnya, tapi banyak instansi / perusahaan yang sampai saat ini kurang memperhatikan faktor ini. Misalnya soal musik yang merdu, meskipun kelihatan remeh, tapi ternyata besar pengaruhnya terhadap efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan tugas. Mengapa demikian ? Sebab hal ini dapat mengurangi rasa kelelahan dari para pegawai / pekerja.

Lingkungan kerja adalah tempat di mana karyawan / pegawai melakukan aktivitas setiap harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan pegawai / karyawan untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai / karyawan. Jika pegawai / karyawan menyenangi lingkungan kerja di mana dia bekerja, maka pegawai / karyawan tersebut akan betah di tempat kerjanya, melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif. Produktivitas akan tinggi dan optimis prestasi kerja pegawai / karyawan juga tinggi. Lingkungan kerja itu mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai / karyawan dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta linngkungan fisik tempat pegawai / karyawan bekerja.

(13)

Menurut Nitisemito ( 2008 ) mendefenisikan lingkungan kerja sebagai berikut : “ Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas – tugas yang diembankan”.

Menurut Sedarmayati ( 2008 ) mendefenisikan lingkungan kerja sebagai berikut : “ Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok”.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar pegawai / karyawan pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja.

Lingkungan kerja yang mendukung produktivitas kerja akan menimbulkan kepuasan kerja bagi pekerja dalam suatu organisasi / instansi. Menurut Sedarmayati ( 2008 ) yang menjadi indikator – indikator lingkungan kerja adalah sebagai berikut :

a. Penerangan, b. Suhu udara, c. Suara bising, d. Penggunaan warna,

e. Ruang gerak yang diperlukan, f. Keamanan kerja.

g. Hubungan karyawan / pegawai.

Menurut Pattayak ( 2008 ) motivasi kerja pegawai / karyawan akan terdorong dari lingkungan kerja. Jika lingkungan kerja mendukung, maka akan timbul keinginan pegawai /

(14)

karyawan untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Keinginan ini kemudian akan timbul persepsi pegawai / karyawan yang diwujudkan dalam bentuk tindakan. Persepsi pegawai / karyawan juga dipengaruhi oleh faktor insentif yang diberikan instansi / perusahaan.

Lingkungan kerja dapat dibagi atas dua jenis, yaitu :

a. Lingkungan kerja sosial

Lingkungan kerja sosial yang mencakup hubungan kerja yang terbina dalam instansi / perusahan. Kita bekerja di dalam instansi / perusahaan tidaklah seorang diri, dan dalam melakukan aktivitas, kita juga membutuhkan bantuan orang lain. Dengan demikian kita wajib membina hubungan yang baik antar rekan kerja, bawahan maupun atasan karena kita saling membutuhkan. Hubungan kerja yang terbentuk sangat mempengaruhi psikologis pegawai / karyawan

Komunikasi yang baik merupakan kunci untuk membangun hubungan kerja. Komunikasi yang buruk dapat menyebabkan kesalahpahaman karena gagal menyampaikan pikiran dan perasaan satu sama lain. Komunikasi yang baik dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi prestasi kerja pegawai / karyawan dan membangun tim kerja yang solid. Untuk membangun hubungan kerja yang baik, menurut Mangkunegara ( 2008 ) diperlukan :

a. Pengaturan waktu, b. Tahu posisi diri, c. Adanya kecocokan, d. Menjaga keharmonisan,

e. Pengendalian desakan dalam diri,

(15)

h. Bersikap bijaksana.

Hal ini menunjukkan bahwa untuk membangun hubungan kerja yang baik diperlukan pengendalian emosional yang baik di tempat kerja.

Mangkunegara ( 2008 ) menyatakan bahwa : “ Untuk menciptakan hubungan relasi yang harmonis dan efektif, pimpinan dan manager perlu (1) meluangkan waktu untuk mempelajari aspirasi – aspirasi emosi pegawai / karyawan dan bagaimana mereka berhubungan dengan tim kerja, serta (2) menciptakan suasana memperhatikan dan memotivasi kreativitas”. Dari pernyataan ini dapat kita simpulkan bahwa pengelolaan hubungan kerja dan pengendalian emosional di tempat kerja itu sangat perlu untuk diperhatikan karena akan memberikan dampak terhadap prestasi kerja pegawai / karyawan. Hal ini disebabkan karena manusia itu bekerja bukan sebagai mesin. Manusia mempunyai perasaan untuk dihargai dan bukan untuk uang saja.

b. Lingkungan kerja fisik

Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja pegawai / karyawan melakukan aktivitasnya. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat dan emosi kerja para pegawai / karyawan. Faktor – faktor fisik ini mencakup suhu udara di tempat kerja, luas ruangan kerja, kebisingan, kepadatan, dan kesesakan. Faktor – faktor fisik ini mempengaruhi tingkah laku manusia. Sarwono ( 2008 ) menyatakan bahwa “ kadang – kadang peningkatan suhu menghasilkan kenaikan prestasi kerja tetapi kadang – kadang malah menurunkan”. Menurut Sarwono ( 2008 ) , kenaikan suhu pada batas tertentu menimbulkan arousal yang merangsang prestasi kerja tetapi setelah melewati ambang batas tertentu kenaikan suhu ini sudah mulai mengganggu suhu tubuh yang mengakibatkan terganggunya pula prestasi kerja. Lingkungan kerja fisik ini juga merupakan faktor penyebab stres kerja pegawai / karyawan yang berdampak pada kinerja pegawai / karyawan.

(16)

Robbins ( 2008 ) menyatakan bahwa : ” Faktor – faktor yang mempengaruhi lingkungan kerka fisik adalah :

a. Suhu

Suhu adalah suatu variabel di mana terdapat perbedaan individual yang besar. Dengan demikian untuk memaksimalkan produktivitas, adalah penting bahwa pegawai / karyawan bekerja di suatu lingkungan di mana suhu diatur sedemikian rupa sehingga berada di antara rentang kerja yang dapat diterima setiap individu.

b. Kebisingan

Bukti dari telaah – telaah suara menunjukkan bahwa suara – suara yang konstan atau dapat diramalkan pada umumnya tidak menyebabkan penurunan kinerja sebaliknya efek dari suara – suara yang tidak dapat diramalkan memberikan pengaruh negatif dan mengganggu konsentrasi pegawai / karyawan.

c. Penerangan

Bekerja pada ruangan yang gelap dan samar – samar akan menyebabkan ketegangan pada mata. Intensitas cahaya yang tepat dapat membantu pegawai / karyawan dalam memperlancar aktivitas kerjanya. Tingkat yang tepat dari intensitas cahaya juga tergantung pada usia pegawai / karyawan. Pencapaian kinerja pada tingkat penerangan yang lebih tinggi adalah lebih besar untuk pegawai / karyawan yang lebih tua dibanding yang lebih muda.

d. Mutu Udara

Merupakan fakta yang tidak bisa diabaikan bahwa jika menghirup udara yang tercemar membawa efek yang merugikan pada kesehatan pribadi. Udara yang tercemar dapat mengganggu kesehatan pribadi pegawai / karyawan. Udara

(17)

yang tercemar di lingkungan kerja dapat menyebabkan sakit kepala, mata perih, kelelahan, lekas marah, dan depresi.

Faktor lain yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah rancangan ruang kerja. Rancangan ruang kerja yang baik dapat menimbulkan kenyamanan bagi pegawai / karyawan di tempat kerjanya. Faktor – faktor dari rancangan ruang kerja tersebut menurut Robbins ( 2008 ) terdiri atas :

a. Ukuran ruang kerja

Ruang kerja sangat mempengaruhi kinerja pegawai / karyawan. Ruang kerja yang sempit dan membuat pegawai / karyawan sulit bergerak akan menghasilkan kinerja yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pegawai / karyawan yang memiliki ruang kerja yang luas.

b. Pengaturan ruang kerja

Jika ruang kerja merujuk pada besarnya ruangan per pegawai / karyawan, pengaturan merujuk pada jarak antara orang dan fasilitas. Pengaturan ruang kerja itu penting karena sangat mempengaruhi interaksi sosial. Orang lebih mungkin berinteraksi dengan individu – individu yang dekat secara fisik. Oleh karena itu, lokasi kerja pegawai / karyawan mempengaruhi informasi yang ingin diketahui.

c. Privasi

Privasi dipengaruhi oleh dinding, partisi, dan sekatan – sekatan fisik lainnya. Kebanyakan pegawai / karyawan menginginkan tingkat privasi yang besar dalam pekerjaan mereka ( khususnya dalam posisi manajerial, di mana privasi diasosiasikan dalam status ). Namun kebanyakan pegawai / karyawan juga menginginkan peluang untuk berinteraksi dengan rekan kerja, yang dibatasi dengan meningkatnya privasi. Keinginan akan privasi itu kuat dipihak banyak

(18)

orang. Privasi membatasi gangguan yang terutama sangat menyusahkan orang – orang yang melakukan tugas – tugas rumit.

2.6.2 Manfaat Lingkungan Kerja

Menurut Ishak dan Tanjung ( 2008 ), manfaat lingkungan kerja adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang – orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Yang artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang ditentukan. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan, dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi.

2.7 Teori tentang Pengembangan Karir

2.7.1 Pengertian Pengembangan Karir dan Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Pengembangan Karir

Pengembangan karir terdiri atas semua pekerjaan yang dipegang seseorang selama kehidupan pekerjaannya. Untuk beberapa orang, pekerjaan – pekerjaan tersebut sebagai bagian dari sebuah perencanaan yang disiapkan secara terarah sedangkan untuk yang lainnya bisa jadi sebuah karir dikatakan sebagai peristiwa keberuntungan. Keputusan karir memang hendaknya didasarkan pada ukuran objektif tetapi tidak jarang muncul karena unsur subjektivitasnya dari kalangan otoritas tertentu. Uraian pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan yang jelas di dalam perusahaan akan dapat menghindari adanya keputusan karir yang bersifat subjektif.

Nawawi ( 2008 ) menyatakan bahwa : “ Urairan pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan mempunyai manfaat : (1) pekerja yang tidak mampu memenuhi persyaratan fungsi esensial

(19)

pekerjaan dengan kesadaran sendiri ( tanpa paksaan ) harus bersedia mengundurkan diri daripada menghadapi resiko yang dapat merugikan diri sendiri, instansi / perusahaan dan lingkungan sekitarnya, (2) para pekerja yang ternyata memenuhi persyaratan fungsi esensial perjalanan berhak memperoleh kompensasi dan akomodasi yang layak melebihi pekerja lainnya. Sedangkan para manajer berkewajiban memenuhinya agar tidak kehilangan tenaga kerja yang langka dan mampu meningkatkan kompetitif perusahaan”.

Nawawi ( 2008 ) mengartikan pengembangan karir dalam tiga hal, yaitu :

a. Pengembangan karir adalah suatu rangkaian ( urutan ) posisi atau jabatan yang ditempati seseorang selama masa kehidupan tertentu. Pengertian ini menempatkan posisi / jabatan seseorang di lingkungan suatu instansi / organisasi, sebagai bagian dari posisi / jabatan yang ditempatinya selama masa kehidupannya sebagai pekerja. b. Pengembangan karir adalah perubahan nilai – nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi

pada seseorang karena dengan penambahan / peningkatan usianya akan menjadi semakin matang. Pengertian ini menunjukkan bahwa fokus pengembngan karir adalah peningkatan kemampuan mental yang terjadi karena pertambahan usia. Oleh karena perubahan itu berkenaan sebagai proses mental yang berada di dalam diri seseorang mka disebut juga pengertian subjektif.

c. Pengembangan karir adalah usaha yang dilakukan secara formal dan berkelanjutan dengan difokuskan pada peningkatan dan penambahan kemampuan seorang pekerja. Dari ketiga pengertian ini dapat disimpulkan bahwa pengembangan karir harus diusahakan secara aktif. Tidak boleh hanya ditunggu tetapi harus diperjuangkan. Mangkuprawira ( 2008 ) menyatakan bahwa komponen utama dari karir terdiri dari :

(20)

b. Tujuan karir merupakan pernyataan tentang posisi masa depan di mana seseorang berupaya mencapainya sebagai bagian dari karir hidupnya. Tujuan ini menunjukkan kedudukan seseorang sepanjang karir pekerjaannya.

c. Perencanaan karir merupakan proses di mana seseorang menyeleksi tujuan karir dan arus karir untuk mencapai tujuan tersebut.

d. Pengembangan karir meliputi perbaikan – perbaikan personal yang dilakukan untuk mencapai rencana dan tujuan karir.

Ada lima faktor yang terkait dengan karir menurut Davis dan Werther ( 2008 ), yaitu :

a. Keadilan dalam karir

Para pegawai / karyawan menghendaki keadilan dalam sistem promosi dengan kesempatan sama untuk peningkatan karir.

b. Perhatian dengan penyelia

Para pegawai / karyawan menginginkan pola penyelia mereka memainkan peran secara aktif dalam pengembangan karir dan menyediakan umpan balik dengan teratur tentang kinerja.

c. Kesadaran tentang penempatan

Para pegawai / karyawan menghendaki pengetahuan tentang kesempatan untuk peningkatan karir.

d. Minat pekerja

Para pegawai / karyawan membutuhkan sejumlah informasi berbeda dan pada kenyataannya memiliki derajat minat yang berbeda dalam peningkatan karir yang tergantung pada beragam faktor.

(21)

e. Kepuasan karir

Para pegawai / karyawan tergantung pada usia dan kedudukan mereka memilki tingkat kepuasan berbeda.

Betapa pun baiknya suatu rencana karir yang telah dibuat oleh seorang pekerja disertai oleh tujuan karir yang wajar dan realistik, rencana tersebut tidak akan menjadi kenyataan tanpa adanya pengembangan karir yang sistematik dan programatik. Karena per defenisi perencanaan, termasuk perencanaan karir,adalah keputusan yang diambil sekarang tentang hal –hal yang akan dikerjakan di masa depan, berarti seseorang yang sudah menetapkan rencana karirnya, perlu mengambil langkah – langkah tertentu guna mewujudkan rencana tersebut. Berbagi langkah yang perlu ditempuh itu dapat diambil atas prakarsa pekerjaan sendiri, tetapi dapat pula kegiatan yang disponsori oleh instansi / organisasi, ataupun gabungan dari keduanya.

Perlu ditekankan lagi bahwa meskipun bagian pengelola sumber daya manusia dapat turut berperan dalam pengembangan tersebut, sesungguhnya yang paling bertanggung jawab adalah pekerja yang bersangkutan sendiri karena dialah yang paling berkepentingan dan dialah yang kelak akan memetik dan menikmati hasilnya. Hal ini merupakan salah satu prinsip pengembangan karir yang sangat fundamental sifatnya.

Menurut Fathoni ( 2006 ) , jika seseorang sudah siap memikul tanggung jawab demikian, tujuh hal yang perlu mendapat perhatiannya, yaitu :

a. Prestasi kerja yang memuaskan.

Pangkal tolak pengembangan karir seseorang adalah prestasi kerjanya melakukan tugas yang dipercayakan kepadanya sekarang. Tanpa prestasi kerja yang memuaskan, sukar bagi seorang pekerja untuk diusulkan oleh atasannya agar dipertimbangkan untuk dipromosikan ke pekerjaan atau jabatan yang lebih tinggi di masa depan. Oleh karena itu agar terbuka kemungkinan bagi seseorang untuk mewujudkan rencana dan

(22)

tujuan karirnya, prestasi kerjanya haruslah sedemikian rupa sehingga bukan hanya memenuhi berbagai standar yang telah ditentukan tetapi juga sedapat mungkin digunakan sebagai bukti bahwa seseorang sudah berupaya semaksimal mungkin dan bahwa usaha tersebut merupakan indikator bahwa pegawai yang bersangkutan memiliki potensi yang dapat dikembangkan.

b. Pengenalan oleh pihak lain.

Yang dimaksud dengan pengenalan oleh pihak lain di sini adalah bahwa berbagai pihak yang berwenang memutuskan layak tidaknya seseorang dipromosikan seperti atasan langsung dan pimpinan bagian kepegawaian mengetahui kemampuan dan prestasi kerja pegawai yang ingin merealisasikan rencana karirnya. Sikap yang tepat bagi seorang pekerja untuk dikenal adalah merendah dengan prestasi kerja yang memuaskan. Selain dengan prestasi kerja cara lain untuk dikenal adalah dengan cara pekerja tersebut bersedia dan siap terlibat dalam berbagai kegiatan organisasi yang sebenarnya berada di luar tuntutan tugas pokoknya.

c. Kesetiaan pada organisasi

Per defenisi pengembangan karir berarti bahwa seorang pegawai ingin terus berkarya dalam organisasi tempatnya bekerja dalam jangka waktu yang lama sampai, misalnya usia pensiun. Bagian kepegawaian dan para eksekutif dalam organisasi sukar diharapkan memberikan dukungan pada seorang pegawai yang diduga memiliki tingkat kesetiaan yang rendah kepada organisasi. Akan tetapi, yang harus diperhatikan adalah selama seseorang berkarya dalam suatu instansi / organisasi, selama itu pun ia berkewajiban menunjukkan loyalitasnya kepada instansi / organisasi tersebut.

d. Pemanfaatan mentor dan sponsor

Pengalaman menunjukkan bahwa pengembangan karir seseorang berlangsung lebih mulus apabila ada orang lain dalam instansi / organisasi yang dengan berbagai cara

(23)

dan jalur bersedia memberikan nasihat kepadanya dalam usaha meniti karir. Nasihat tersebut dapat berupa informasi tentang kesempatan yang tersedia untuk dimanfaatkan. Pemberi nasihat dapat berupa atasan langsung atau teman sekerja yang bertugas dalam satuan kerja lain dalam instansi / organisasi. Mereka inilah yang berperan sebagai mentor. Sedangkan sponsor adalah seseorang yang bersedia mencalonkan pegawai yang bersangkutan untuk mengikuti program pengembangan karir tertentu yang diselenggarakan instansi / organisasi. Adapun sponsor sendiri dapat berupa atasan langsung, pejabat senior, teman di satuan instansi / organisasi lain dalam instansi / organisasi atau pejabat dalam bagian kepegawaian.

e. Dukungan para bawahan.

Bagi mereka yang sudah menduduki posisi manajerial tertentu dan mempunyai rencana karir yang ingin diwujudkan, dukungan para bawahan pun sangat membantu. Alasan mengatakan demikian dapat dikembalikan kepada defenisi klasik manajemen yaitu kemampuan dan kiat memperoleh hasil melalui kegiatan para bawahan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

f. Pemanfaatan kesempatan untuk bertumbuh.

Telah berulang kali ditekankan bahwa pada akhirnya tanggung jawab dalam pengembangan karir terletak pada masing – masing pekerja. Berarti terserah pada pegawai yang bersangkutan apakah akan memanfaatkan berbagai kesempatan mengembangkan diri sendiri atau tidak.

g. Berhenti atas permintaan dan kemauan sendiri.

Dalam banyak hal, berhenti atas kemauan dan permintaan sendiri mungkin pula merupakan salah satu cara terbaik untuk mewujudkan rencana karir seseorang. Artinya, bukanlah hal yang mustahil bahwa dalam suatu organisasi seperti dalam organisasi yang kecil jenjang karir yang mungkin dinaiki demikian terbatasnya

(24)

sehingga jalan yang dilalui menjadi sangat terbatas betapa pun besarnya instansi / organisasi untuk membantu para pegawainya mengembangkan karir dalam instansi / organisasi tersebut.

2.7.2 Tanggung Jawab Pengembangan Karir

Pengembangan karir pegawai / karyawan bukan merupakan tanggung jawab pegawai / karyawan saja tetapi merupakan bagian dari tanggung jawab instansi / perusahaan. Jika perencanaan pengembangan karir di sebuah perusahaan tidak jelas dan sering kali terjadi peningkatan jabatan dari orang – orang tertentu bukan karena produktifitasnya, maka motivasi kerja karyawan akan hilang dan prestasi kerja juga akan menurun. Karyawan / pegawai menjadi pasrah dan tidak peduli serta tidak memiliki rasa tanggung jawab sepenuhnya terhadap tugas yang dibebankan padanya. Karena karyawan / pegawai tersebut mersa tidak memperoleh rewards atas kerja kerasnya.

Proses perencanaan dan pengembangan karir berawal dari proses perencanaan karir, di mana karyawan mengidentifikasikan sasaran – sasaran karir dan jalur – jalur karir menuju sasaran tersebut. Kemudian melalui kegiatan – kegiatan atau pengembangan para pegawai / karyawan mencari cara – cara untuk meningkatkan dirinya dan mengembangkan sasaran – sasaran karir mereka.

Mangkuprawira ( 2008 ) menyatakan bahwa keterlibatan departemen sumber daya manusia dalam perencanaan dan pengembangan karir pegawai / karyawan memiliki banyak mamfaat, yaitu :

(25)

Dengan membantu pegawai – pegawai melalui perencanaan karir, departemen SDM dapat mempersiapkan lebih baik untuk partisipasi pekerjaan terbuka yang dituangkan dalam perencanaan SDM. Hasilnya adalah terpenuhinya kebutuhan instansi / perusahaan dengan pegawai / karyawan yang memiliki bakat dan kemampuan untuk menduduki posisi tertentu.

b. Mengembangkan pegawai / karyawan yang dapat dipromosikan

Membantu dan mengembangkan pasokan internal bakat – bakat pegawai / karyawan yang dapat dipromosikan untuk memenuhi posisi yang terbuka, misalnya karena adanya pegawai / karyawan yang pensiun, mengundurkan diri dan jika terjadi pertumbuhan perusahaan.

c. Memfasilitasi penempatan karyawan tingkat internasional

Pada perusahaan yang mengglobal, perencanaan karir digunakan untuk membantu mengidentifikasikan dan menyiapkan karyawan asing atau karyawan domestik yang memiliki daya saing tinggi.

d. Membantu pekerja yang memiliki keragaman tertentu

Ketika diberi bantuan perencanaan karir, para pekerja dengan latar belakang berbeda dapat belajar tentang harapan – harapan perusahaan untuk pengembangan diri.

e. Memperkecil derajat perputaran pegawai / karyawan

Perhatian dan kepedulian yang meningkat untuk karir para individu pegawai / karyawan dapat meningkatkan kesetiaan pegawai / karyawan terhadap instansi / perusahaan serta memperkecil terjadinya perputaran pegawai / karyawan.

f. Membuka jalan bagi pegawai / karyawan potensial

Perencanaan karir mendorong para pegawai / karyawan untuk menunjukkan kemampuan potensial mereka lebih terbuka lagi karena mereka memiliki tujuan karir yang spesifik. Hal ini tidak hanya menyiapkan pegawai / karyawan untuk memenuhi

(26)

peluang masa depan tetapi dapat mengarahkan ke kinerja yang lebih baik bagi mereka yang sedang memegang jabatan.

g. Memajukan pertumbuhan personal

Rencana dan tujuan karir memotivasi pegawai / karyawan untuk tumbuh dan berkembang.

h. Mengurangi tumpukan pegawai / karyawan

Perencanaan karir menyebabkan para pegawai / karyawan, manajer dan departemen SDM sadar tentang kualitas pegawai / karyawan. Mereka mencegah para pimpinan / manajer yang egois dari penumpukan para bawahan, kunci yang sebenarnya bisa jadi diantara mereka ada yang memilki kapasitas potensial.

i. Memuaskan kebutuhan pegawai / karyawan

Dengan tumpukan pegawai / karyawan yang berkurang dan kesempatan pengembangan, kebutuhan pengakuan diri pegawai / karyawan ( seperti penghargaan dan prestasi ) akan memberikan kepuasan kepada karyawan.

j. Membantu rencana kegiatan

Perencanaan karir dapat membantu kelompok yang sudah dipromosikan untuk menyiapkan pekerjaan – pekerjaan yang lebih penting.

2.8 Teori tentang Prestasi Kerja

2.8.1 Pengertian dan Manfaat Prestasi Kerja

Menurut Bernandin dan Russell ( 2008 ) mengatakan bahwa prestasi kerja adalah… the

record of out comes produced on specified job function or activities during a specified time period ( cacatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan

selama periode waktu tertentu ). Prestasi kerja pegawai / karyawan sangat penting, baik bagi pegawai / karyawan itu sendiri maupun bagi instansi / perusahaan. Prestasi kerja yang tinggi

(27)

akan memberikan rewards yang lebih baik bagi pegawai / karyawan baik itu mencakup kenaikan jabatan atau gaji serta meningkatkan produktifitas pegawai / karyawan.

Menurut Mangkunegara ( 2008 ) bahwa “ Prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai / karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

Selanjutnya Rivai ( 2008 ) menyatakan bahwa “ Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan / instansi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing – masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan / instansi secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika “.

Setiap perusahaan / instansi selalu mengharapkan memperoleh pegawai / karyawan yang memiliki prestasi kerja yang baik. Oleh sebab itu di setiap instansi / perusahaan selalu dilakukan penilaian prestasi kerja pegawai / karyawan untuk mengetahui kinerja pegawai – pegawainya selama periode waktu tertentu, apakah terjadi peningkatan prestasi kerja atau bahkan terjadi sebaliknya. Jika dari hasil penilaian tersebut diperoleh data bahwa terjadi penurunan prestasi kerja, manajemen perlu mencari tahu sebabnya agar dapat mencari solusinya.

Menurut Mangkuprawira ( 2008 ), penilaian kinerja pegawai / karyawan memiliki manfaat ditinjau dari beragam perspektif pengembangan perusahaan, khususnya manajemen sumber daya manusia sebagai berikut :

a. Perbaikan kinerja

Umpan balik kinerja bermanfaat bagi karyawan, manajer dan spesialis personal dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja.

(28)

Penilaian kinerja membantu pengambilan keputusan menentukan siapa yang seharusnya menerima peningkatan pembayaran dalam bentuk upah dan bonus.

c. Keputusan penempatan

Promosi, transfer, dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada kinerja masa lalu dan antisipatif lainnya misalnya dalam bentuk penghargaan.

d. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan

Kinerja mengindikasikan sebuah kebutuhan dan melakukan pelatihan kembali. Setiap karyawan hendaknya selalu mampu mengembangkan diri.

e. Perencanaan dan pengembangan karir

Umpan balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan tentang karir spesifik karyawan.

f. Defisiensi proses penempatan staf

Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan kelemahan dalam prosedur penempatan staf di departemen SDM.

g. Ketidakakuratan informasi

Kinerja buruk dapat mengindikasikan kesalahan dalam informasi analisis pekerjaan, rencana SDM atau hal lain dari sistem manajemen personal. Hal demikian akan mengarah pada ketidaktepatan dalam keputusan menyewa karyawan, pelatihan dan keputusan konseling.

h. Kesalahan rancang pekerjaan

Kinerja buruk mungkin sebagai sebuah gejala dari rancang pekerjaan yang keliru. Lewat penilaian dapat didiagnosa kesalahan – kesalahan tersebut.

(29)

Penilaian kinerja yang akurat yang secara aktual menghitung kaitannya dengan kinerja dapat menjamin bahwa keputusan penempatan internal bukanlah sesuatu yang diskriminatif.

j. Tantangan – tantangan eksternal

Kadang – kadang kinerja dipengaruhi oleh faktor – faktor lingkungan kerja, seperti keluarga, finansial, kesehatan atau masalah – masalah lainnya. Jika masalah – masalah tersebut tidak diatasi melalui penilaian, departemen SDM mungkin mampu menyediakan bantuannya.

k. Umpan balik pada SDM

Kinerja yang baik dan buruk di seluruh instansi / organisasi mengindikasikan bagaimana baiknya fungsi departemen SDM diterapkan.

2.8.2 Tujuan Prestasi Kerja

Tujuan penilaian prestasi kerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi organisasi / instansi melalui peningkatan prestasi sumber daya manusia organisasi / instansi. Menurut Sunyoto ( 2008 ), secara lebih spesifik, tujuan dari penilaian prestasi kerja adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan prestasi.

b. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang pegawai / karyawan, sehingga mereka termotifasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang – kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.

(30)

c. Memberikan peluang kepada pegawai / karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan menigkatkan kepedulian terhadap karir atau terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.

d. Mendefenisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga pegawai / karyawan termotifasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.

e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, khususnya rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada hal – hal perlu dirubah.

Sedangkan Nawawi ( 2008 ), membagi enam tujuan penilaian prestasi kerja, yaitu :

a. Mengambil keputusan tentang pekerjaan pegawai / karyawan.

b. Memberikan umpan balik antara karyawan dengan manajer atau pegawai dengan pimpinan.

c. Menghasilkan informasi untuk menentukan kriteria validitas test. d. Mendiagnosa masalah instasi / organisasi.

e. Membangun komunikasi antara atasan dengan bawahan, dan f. Menjadi dasar bagi penetapan kurikulum program pelatihan.

Menurut Gomes ( 2008 ), tujuan penilaian prestasi kerja dibedakan atas dua macam yaitu : (1) untuk merewards penampilan sebelumnya ( to reward past performance ) dan (2) untuk memotivasi perbaikan penampilan pada waktu yang akan datang ( to

motivate future performance improvement ). Informasi – informasi yang diperoleh dari

penilaian performance itu dapat dimamfaatkan untuk kepentingan pemberian gaji, kenaikan gaji, promosi dan penempatan – penempatan.

(31)

2.8.3 Penilaian Kinerja

Terdapat kurang lebih dua syarat utama yang diperlukan guna melakukan penilaian

performance yang efektif menurut Gomes ( 2008 ), yaitu :

a. Adanya kriteria performance yang dapat diukur secara objektif. b. Adanya objektivitas dalam proses evaluasi

Kriteria performance dapat diukur secara objektif untuk pengembangannya diperlukan kualifikasi - kualifikasi tertentu. Menurut Gomes dalam Kendida ( 2008 ) ada tiga kualifikasi yang penting bagi pengembangan kriteria performance yang dapat diukur secara objektif yang meliputi :

a. Relevancy. b. Reliability. c. Discrimination.

Relevansi menunjukkan tingkat kesesuaian antara kriteria dengan tujuan – tujuan

performance. Misalnya kecepatan produksi bisa menjadi ukuran performance yang lebih

relevan dibandingkan penampilan seseorang. Realiabilitas menunjukkan tingkat di mana kriteria menghasilkan hasil yang konsisten.

Diskriminasi mengukur tingkat di mana suatu kriteria performance bisa memperlihatkan perbedaan – perbedaan dalam performance. Jika nilai cenderung menunjukkan semuanya baik atau jelek, berarti ukuran performance tidak bersifat diskriminatif, tidak membedakan performance diantara masing – masing pekerja.

Jika kriteria performance memiliki kualifikasi – kualifikasi penting itu maka pekerja mungkin akan cenderung lebih menjadi menerima terhadap penilaian performance.

(32)

Sebaliknya jika pekerja dievaluasi berdasarkan kriteria – kriteria yang tidak jelas dan tidak dispesifikasikan, maka para pekerja akan bersikap menentang bahkan merasa dirinya terancam.

Pendekatan penilaian kinerja hendaknya mengindentifikasi standar kinerja yang terkait, mengukur kriteria dan kemudian memberikan umpan balik pada pegawai / karyawan. Jika standar kinerja atau perhitungan tidak ada kaitannya dengan pekerjaan, evaluasi dapat mengarah pada ketidakakuratan atau hasil yang bias, merenggangkan hubungan manajer dengan karyawannya dan memperkecil kesempatan kerja sama. Tanpa umpan balik, perbaikan dan perilaku SDM tidak mungkin terjadi dan departemen tidak akan memiliki cacatan akurat dalam sistem informasi SDM-nya. Dengan demikian keputusan – keputusan dasar dalam membuat rancangan pekerjaan sampai kompensasi akan terganggu.

2.8.4 Faktor – faktor Penilai Prestasi Kerja

Simamora ( 2008 ), menyatakan bahwa ada tiga hal yang dimasukkan dalam penilaian prestasi kerja, yaitu : tingkat kedisiplinan, tingkat kemampuan, serta perilaku – perilaku inovatif dan spontan. Sedangkan Werther dan Davis ( 2008 ), menyatakan bahwa penilaian prestasi kerja yang dilakukan dapat lebih dipercaya dan objektif, perlu dirumuskan batasan atau faktor – faktor penilai prestasi kerja sebagai berikut :

a. Performance, yaitu keberhasilan atau pencapaian tugas dalam jabatan.

b. Competency, yaitu kemahiran atau penguasaan pekerjaan sesuai dengan tuntutan jabatan.

(33)

d. Potency, yaitu kemampuan pribadi yang dapat dikembangkan.

2.8.5 Metode Penilaian Prestasi Kerja

Handoko ( 2008 ) mengelompokkan metode penilaian prestasi kerja sebagai berikut :

a. Rating Scale, pengukuran dilakukan berdasarkan skala prestasi ( kuantitatif dan kualitatif ) yang sudah baku.

b. Checklist, pengukuran dilakukan berdasarkan daftar isian yang berisi berbagai ukuran karakteristik prestasi dalam bentuk kalimat yang menggambarkan karakteristik prestasi seorang pegawai / karyawan.

c. Critical Incident Method, pengukuran dilakukan berdasarkan catatan aktifitas seorang pegawai / karyawan dalam periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam perilaku positif atau negatif.

d. Field Review Method, pengukuran dilakukan dengan langsung meninjau lapangan agar mendapatkan informasi langsung dari atasan.

e. Performance Test and Observation, pengukuran dilakukan bila jumlah pekerjaan terbatas. Test yang dilakukan bisa berbentuk keterampilan atau pengetahuan.

f. Comparative Evalution Approaches, pengukuran dilakukan dengan membandingkan prestasi seorang pegawai / karyawan dengan pegawai / karyawan lainnya.

g. Self-Appresial, dilakukan secara mandiri oleh pegawai / karyawan untuk mengevaluasi pengembangan diri.

h. Management by Objectives, pengukuran didasarkan pada tujuan – tujuan pekerjaan yang terukur dan disepakati bersama antara pegawai / karyawan dan atasannya.

(34)

i. Psychological Appraisials, penilaian ini pada umumnya dilakukan para pisikolog untuk menilai potensi pegawai / karyawan di masa yang akan datang.

j. Assessment Center, bentuk penilaian yang distandarisasikan di mana tergantung pada tipe berbagai penilai.

2.9 Analisa Regresi

Analisis regresi membicarakan dua variabel yaitu bebas dan variabel terikat. Variabel bebas ( independent variable ) adalah variabel yang nilai – nilainya tidak bergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan x. Variabel ini digunakan untuk meramalkan atau menerangkan nilai variabel lain. Variabel terikat ( dependent variable ) adalah variabel yang nilai – nilainya tergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan Y. Variabel ini merupakan variabel yang diramalkan atau diterangkan nilainya.

Kita menggunakan analisis regresi bila kita ingin mengetahui bagaimana variabel dependen / kriteria dapat diprediksikan melalui variabel independen atau prediktor, secara individual. Dampak dari penggunaan analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik atau turunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui menaikkan dan menurunkan keadaan variabel independen atau untuk meningkatkan keadaan variabel dependen dapat dilakukan dengan meningkatkan variabel independen / dan sebaliknya.

2.9.1 Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan antara peubah respon ( dependent variable ) dengan faktor – faktor yang mempengaruhi lebih dari satu

(35)

Regresi linier berganda hampir sama dengan regresi sederhana, hanya saja pada regresi linier berganda variabel penduga ( variabel bebas ) lebih dari satu variabel. Tujuan analisis regresi linier berganda adalah untuk mengukur intensitas hubungan antara dua variabel atau lebih dan memuat prediksi atau perkiraan nilai Y atas nilai X. Bentuk persamaan regresi linier berganda yang mencakup dua atau lebih variabel, yaitu :

= + + + … +

Keterangan :

Y : pengamatan ke-i pada variabel tak bebas

: pengamatan ke-i pada variabel bebas

: parameter intersep

, , … : parameter koefisien regresi variabel bebas

: parameter ke-i variabel kesalahan

Model di atas merupakan model regresi untuk populasi, sedangkan apabila hanya menarik sebagian berupa sampel dari populasi secara acak, dan tidak mengetahui regresi populasi, sehingga model regresi populasi perlu diduga berdasarkan model regresi sampel, sebagai berikut :

= + + + … +

Keterangan :

Y : variabel tak bebas

X : variabel bebas

Referensi

Dokumen terkait

Orientasi merupakan tahapan yang dilakukan oleh penyaji untuk memfokuskan pada materi yang berkaitan dengan bentuk tari tradisi gaya Surakarta Putri jenis Srimpi, wireng

Efisiensi penggunaan ruang kapal menjadi kunci utama dalam angkutan petikemas melalui kapal, untuk itu ruang palka kapal dibagi atas beberapa sel

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pkn

Simpulan dari penulisan skripsi ini ialah e-marketing dapat memudahkan Pantai Mutiara Sports Club dalam mensosialisasikan informasi – informasi seputar Pantai Mutiara Sports Club

Ketahuilah bahwa Islam yang merupakan tuntunan Nabi Ibrahim 'alaihis salam adalah ibadah kepada Allah semata dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, itulah yang diperintahkan

Adalah derivat benzotiadiazin, obat ini menurunkan tekanan darah secara kuat dan cepat dengan mempengaruhi secara langsung pada otot polos arterial, sehingga terjadi

Penggunaan Tenaga Listrik/Electricity Utilization Kab.. Jambi Dalam Angka 2009/Jambi in Figures 2009 371 Lanjutan Tabel / Continued Table 6.3.6. Jenis

Hasil uji manova tentang pengaruh strategi pembelajaran, kemampuan akademik, dan interaksi antara strategi pembelajaran dan kemampuan akademik menunjukkan bahwa;