• Tidak ada hasil yang ditemukan

CIRCUIT BREAKER TEGANGAN 6000 V PADA PT GEO DIPA ENERGY UNIT DIENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CIRCUIT BREAKER TEGANGAN 6000 V PADA PT GEO DIPA ENERGY UNIT DIENG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Seminar Kerja Praktek

CIRCUIT BREAKER TEGANGAN 6000 V PADA PT GEO DIPA ENERGY UNIT DIENG

Oleh : Jefri Piradipta Suharno – L2F 607 031

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

e-mail : piradipta@gmail.com

Abstrak

Sistem proteksi memegang peranan penting dalam kelangsungan dan keamanan produksi energy listrik di PT. GEO DIPA ENERGY UNIT DIENG. Contohnya Proteksi pada generator, motor – motor pompa dan pembantu serta proteksi pada transformator. System poteksi berfungsi untuk melindungi system tenaga listrik, operator disekelilingnya, dan peralatan itu sendiri dari bermacam – macam gangguan yang mungkin terjadi.

Untuk menjaga kehandalan system diperlukan system proteksi. Switchgear merupakan suatu system proteksi untuk menjaga kelangsungan pasokan listrik pada PLTP. Switchgear merupakan circuit breaker yang digunakan untuk menghubungkan dan melepas beban listrik. Beberapa jenis circuit breaker dikembangkan untuk meminimalis dampak gangguan. Satu diantaranya adalah vaccum circuit breaker. Vaccum circuit breaker adalah circuit breaker yang memanfaatkan ruang hampa “Vacuum” untuk mencegah timbulnya busur api dan isolasi

Dalam kerja praktek ini, penulis ingin belajar tentang circuit breaker pada tegangan 6000 V. Dengan laporan ini,para mahasiswa dapat belajar jenis circuit breaker yang bekerja pada switchgear dan mengetahui konstruksi Vaccum Circuit Breaker.

Kata kunci:proteksi, switchgear, circuit breaker

I.

Pendahuluan

1.1.

Latar Belakang

Sistem proteksi mempunyai peranan yang

sangat penting dalam menjaga kelangsungan dan

keamanan produksi energi listrik. Untuk menjaga

kehandalan sistem diperlukan sistem proteksi yang

baik. Switchgear merupakan suatu sistem proteksi

untuk menjaga kelangsungan pasokan listrik pada

PLTP. Switchgear merupakan circuit breaker yang

digunakan untuk menghubungkan dan melepas

beban listrik.

1.2.

Tujuan Pelaksanaan

Adapun tujuan kerja praktek yang dilaksanakan

di PT. GEO DIPA ENERGI UNIT DIENG

adalah :

a.

Mengetahui

prinsip

kerja

dari

sistem

pembangkitan yang terdapat di PT. GEO

DIPA ENERGI UNIT DIENG.

b.

Mengetahui

bagian-bagian

suatu

circuit

breaker beserta fungsinya.

c.

Mengetahui pemeliharaan circuit breaker

yang terdapat di PT. GEO DIPA ENERGI

UNIT DIENG.

1.3

Pembatasan Masalah

Laporan Kerja Praktek ini membahas mengenai

proses produksi listrik PT. GEO DIPA ENERGI

UNIT DIENG, dan circuit breaker yang akan

dijelaskan lebih dalam tentang bagian-bagian pada

circuit breaker beserta fungsinya dan pemeliharaan

circuit breaker pada sistem pembangkitan listrik

pada PT. GEO DIPA ENERGI UNIT DIENG.

II.

Circuit Breaker

2.1

Fungsi Circuit Breaker

Circuit Breaker atau Pemutus Daya (PMT)

adalah peralatan pada sistem tenaga listrik yang

berfungsi

untuk

memutuskan

atau

menghubungkan pada rangkaian sistem tenaga

listrik dan sisi beban yang dapat bekerja secara

otomatis ketika terjadi gangguan atau secara

manual

ketika

dilakukan

perawatan

atau

perbaikan. Ketika kontak PMT dipisahkan, beda

potensial di antara kontak tersebut menimbulkan

medan elektrik di antara kontak tersebut. Medan

elektrik ini akan menimbulkan ionisasi yang

mengakibatkan terjadinya perpindahan elektron

bebas ke sisi beban sehingga muatan akan terus

berpindah ke sisi beban dan arus tetap mengalir.

Karena hal ini menimbulkan emisi thermis yang

cukup besar, maka timbul busur api (arc) di antara

kontak PMT tersebut. Agar tidak mengganggu

kestabilan sistem, maka arc tersebut harus segera

dipadamkan.

2.2

Jenis-Jenis circuit Breaker

Jenis-jenis PMT berdasarkan media insulator

dan material dielektriknya, adalah terbagi menjadi

lima jenis, yaitu: air CB, air blast CB, Oil CB , SF

6 CB, Vacum CB.

a.

Air Circuit Breaker

Pemutus daya ini menggunakan metode

pemadaman busur api yang paling sederhana,

yaitu dengan memperpanjang lintasan busur

apinya. Perpanjangan busur api dapat dilakukan

dengan beberapa cara, antara lain dengan

menggunakan kontak sela tanduk. Saat kontak

dipisahkan, busur api terbentuk pada bagian

(2)

bawah kontaknya. Panas yang ditimbulkan busur

api membuat suhu lebih tinggi dari pada suhu di

bagian atasnya, sehingga terjadi aliran udara dari

bawah ke atas. Busur api yang panjang sangat

mudah dipadamkan oleh arus konveksi udara,

sehingga busur api sudah padam sebelum

mencapai ujung tanduk. Pemutus daya seperti ini

digunakan untuk rangkaian AC dan DC tegangan

rendah dan arus pemutus sampai ratusan

ampere.

Gambar 1 Air Blast Circuit Breaker

b.

Oil Circuit Breaker

Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk

memutus arus sampai 10 kA dan pada rangkaian

bertegangan sampai 500 kV. Pada saat kontak

dipisahkan, busur api akan terjadi didalam

minyak,

sehingga

minyak

menguap

dan

menimbulkan

gelembung

gas

yang

menyelubungi busur api, karena panas yang

ditimbulkan busur api, minyak mengalami

dekomposisi dan menghasilkan gas hydrogen

yang bersifat menghambat produksi pasangan

ion. Oleh karena itu, pemadaman busur api

tergantung pada pemanjangan dan pendinginan

busur api dan juga tergantung pada jenis gas

Hasil Dekomposisi minyak.

Sakelar PMT minyak terbagi menjadi 2 jenis,

yaitu:

1.

Sakelar PMT dengan banyak menggunakan

minyak (Bulk Oil Circuit Breaker)

2.

Sakelar PMT dengan sedikit menggunakan

minyak (Low oil Content Circuit Breaker)

c.

Vacum Circuit Breaker

Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk

memutus rangkaian bertegangan sampai 38 kV.

Pada PMT vakum, kontak ditempatkan pada

suatu bilik vakum. Untuk mencegah udara masuk

kedalam bilik, maka bilik ini harus ditutup rapat

dan kontak bergeraknya diikat ketat dengan

perapat logam.

Gambar 2 Vacum Circuit Breaker

d.

Air Blast Circuit Breaker

Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk

memutus arus sampai 40 kA dan pada rangkaian

bertegangan sampai 765 kV. PMT udara hembus

dirancang untuk mengatasi kelemahan pada PMT

minyak, yaitu dengan membuat media isolator

kontak dari bahan yang tidak mudah terbakar dan

tidak menghalangi pemisahan kontak, sehingga

pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam

waktu yang sangat cepat.

e.

SF6 Circuit Breaker

Sakelar PMT ini untuk memutus arus sampai

40 kA dan pada rangkaian bertegangan sampai

765 kV, PMT yang dipakai menggunakan media

gas SF6 (Sulphur hexafluoride). Sifat gas SF6

murni adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak

beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu

diatas 150º C, gas SF6 mempunyai sifat tidak

merusak metal, plastic dan bermacam bahan

yang umumnya digunakan dalam pemutus tenaga

tegangan tinggi. Sakelar PMT SF6 ada 2 tipe,

yaitu:

1.

PMT Tipe Tekanan Tunggal (Single

Pressure Type)

2.

PMT Tipe Tekanan Ganda (Double Pressure

Type)

III.

Konstruksi Circuit Breaker

Dalam hal ini circuit breaker yang dipakai

adalah Vaccum Circuit Breaker dengan tegangan

menengah. Secara umum circuit breaker ini

terdiri atas 3 (tiga) bagian utama yaitu :

1.

Bagian pemutus “Interrupter”

2.

Bagian mekanis penggerak “Operating

Mechanism‟

3.

Peralatan Bantu sebagai peralatan yang

menunjang operasi circuit breaker

a.

Bagian Interupter

Bagian pemutus “Interrupter” adalah bagian

yang memutuskan dan menghubungkan arus

beban listrik sesuai dengan arus kerjanya “Rating

Current‟ dan memutuskan arus hubung singkat

yang besar atau arus gangguan lain.

(3)

Bagian pemutus “Interrupter” ini terdiri atas:

1.

Kontak-kontak

Kontak dalam circuit breaker harus dapat

mengalirkan atau menghubungkan arus beban

dengan sempurna, sehingga hubungan antara

kontak – kontaknya harus sempurna.

2.

Perlatan Udara Tembus (Puffer)

Peralatan udara hembus yang terpasang pada

circuit breaker dipakai sebagai penghembus

busur api listrik yang timbul pada kontak saat

operasi pemutusan, agar busur api listrik tersebut

dapat segera dipadamkan, sehingga tidak

merusak kontak - kontak breaker.

3.

Pemutus Busur Api Listrik “Arc - Chute”

Arc chute dalam circuit breaker dipakai untuk

memutuskan loncatan busur api listrik yang

timbul diantara kontak – kontak breaker,

sehingga busur api tersebut dapat dipadamkan

lebih cepat dan mudah.

4.

Primary Disconnecting Contact

Primary disconnecting contact ini dipakai

untuk menghubungkan kutub – kutub kontak

circuit breaker dengan rangkaian sumber dan

beban listrik didalam cubicle.

5.

Secondary Disconnecting Contact

Digunakan untuk menghubungkan kontak

control operasi breaker dengan rangkaian

didalam cubicle.

b.

Bagian Mekanis Penggerak

Mekanisme

penggerak

adalah

yang

menggerakkan kontak – kontak gerak circuit

breaker. Kecepatan membuka kontak – kontak

dapat mempercepat pemadaman busur api listrik

dan mempersingkat terjadi restriking arc saat

pemutusan beban. Kecepatan kontak tersebut

tergantung

dari

kecepatan

mekanisme

penggerak.Mekanisme penggerak terdiri atas

1.

Pegas – pegas penggerak kontak (Spring)

Pegas – pegas ini berfungsi untuk penggerak

kontak dalam circuit breaker. Pegas – pegas ini

berguna untuk membuka dan menutup breaker

2.

Solenoid Penutup

Suatu

alat

yang

digunakan

untuk

memposisikan breaker di cubicle pada posisi reg

out, test, dan reg in.

3.

Levering device

Suatu

alat

yang

digunakan

untuk

memposisikan breaker di cubicle pada posisi reg

out, test, dan reg in.

4.

Puffer

Alat untuk udara hembus pada air circuit

breaker. Puffer berguna untuk menghilangkan

busur api listrik

5.

Perlengkapan Pengunci Otomatis

Interlock

Interlock adalah permitivitas agar breaker

close atau open. Interlock sangat berguna bagi

human maupun peralatan tersebut

6.

Solenoid trip

Solenoid yang digunakan untuk membuka

breaker

7.

Motor DC

Motor DC berguna sebagai motor penekan

dan peregang spring. Dan digunakan untuk

menggerakkan circuit breaker untuk reg up dan

reg down pada PLTU unit III.

c.

Pelatan Bantu

Peralatan Bantu merupakan alat pelengkap

yang menunjang operasi circuit breaker dalam

suatu rangkaian sistem tenaga listrik seperti:

Auxiliary contact

Auxiliary contact dalam circuit breaker

dipakai untuk menunjang operasinya breaker dan

untuk fasilitas interlock sistem yang bekerja

bersamaan dengan kontak breaker dan posisi

auxiliary contack disesuaikan dengan kebutuhan.

Relay

Relay digunakan untuk Relay proteksi dan

relay contactor. Untuk relay proteksi digunakan

relay over current , relay differential current dan

relay ground volt

Perlengkapan

pengendali

jarak

jauh

“Remote Control”

Perlengkapan ini digunakan untuk control

dari control room.

Electrical dan mechanical interlock

Electrical dan mechanical interlock bertujuan

sebagai safety pada peralatan maupun human.

CT dan PT

Trafo – trafo ini digunakan untuk meter

switchgear tersebut dan untuk relay proteksi

terhadap system.

(4)

IV.

Pemeriksaan dan Pemeliharaan Circuit

Breaker

Pemeliharaan

terhadap

circuit

breaker

tersebut bertujuan untuk menjaga agar breaker

dapat selalu beroperasi dengan baik, sempurna

dan sesuai dengan fungsinya dan tetap aman.

Dalam pemeliharaan circuit breaker ini dapat

dibagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu :

1.

Pemeliharaan dan Pembersihan

2.

Pemeliharaan rutin

3.

Perbaikan “Overhoul”

Sedangkan jenis–jenis pemeliharaan peralatan

adalah sebagai berikut :

a)

Predictive

Maintenance

(Conditional

Maintenance) adalah pemeliharaan yang

dilakukan dengan cara memprediksi kondisi

suatu peralatan listrik, apakah dan kapan

kemungkinannya peralatan listrik tersebut

menuju kegagalan. Dengan memprediksi

kondisi tersebut dapat diketahui gejala

kerusakan secara dini.

b)

Preventive

Maintenance

(Time

Base

Maintenance) adalah kegiatan pemeliharaan

yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya

kerusakan peralatan secara tiba-tiba dan untuk

mempertahankan unjuk kerja peralatan yang

optimum sesuai umur teknisnya.

c)

Corrective Maintenance adalah pemeliharaan

yang dilakukan dengan berencana pada

waktu-waktu tertentu ketika peralatan listrik

mengalami kelainan atau unjuk kerja rendah

pada saat menjalankan fungsinya dengan

tujuan untuk mengembalikan pada kondisi

semula disertai perbaikan dan penyempurnaan

instalasi.

d)

Breakdown

Maintenance

adalah

pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi

kerusakan mendadak yang waktunya tidak

tertentu dan sifatnya darurat.

Pada pelaksanaan pemeliharaan peralatan

dapat dibagi 2 macam :

Pemeliharaan yang berupa monitoring dan

dilakukan oleh petugas operator atau

petugas patroli

Pemeliharaan yang berupa pembersihan dan

pengukuran yang dilakukan oleh petugas

pemeliharaan.

4.1

Pelaksanaan Pemeliharaan

a.

Langkah-Langkah Pengamanan

Sebagai langkah pelaksanaannya adalah :

Melepas circuit breaker melalui panel

control dan menguncinya

Memberikan rambu – rambu “Tagging”.

Membebaskan

breaker

dari

sumber

tegangan control dan tegangan menengah

Menempatkan

breaker

pada

posisi

“Disconnecting atau Test”

Menggunakan buku petunjuk pemeliharaan

dan

catatan

riwayat

peralatan

untuk

mendapatkan data – data kerusakan atau

ganguan sebelumnya, sebagai penuntun

analisa gangguan serta penyebabnya

b.

Mengeluarkan dari Bilik

Untuk mengeluarkan breaker dari dalam

cubicle dilakukan dengan cara :

Meyakinkan bahwa breaker dalam posisi

“OFF” yaitu dengan menekan tombol

“OFF” pada Test Operation pada cubicle

Melepas tegangan control dan tegangan

sirkuit penutup dengan cara melepas

sekering – sekering mini circuit breakernya

(MCB).

Menempatkan

breaker

pada

posisi

“Disconnected”

Mengeluarkan breaker dari cubicle dengan

menggunakan engkol pemutar.

c.

Memeriksa Mekanisme Penggerak

Pemeriksaan

mekanisme

penggerak

dilakukan dengan cara :

Meyakinkan bahwa seluruh komponen yang

bergerak dapat bergerak bebas, tidak rusak,

tidak longgar karena aus dan selalu pada

kedudukan yang benar, lurus dan sebaris.

Memberikan pelumas pada bagian – bagian

yang bergerak atau poros dengan pelumas

yang sesuai

Memeriksa baut – baut, mur – mur

d.

Memeriksa Shock Absorbser

Pada circuit breaker tertentu, terutama

breaker yang menggunakan udara hembus,

peredam gerakan pantul tersebut dilakukan oleh

peralatan penghembus itu sendiri sehingga

apabila puffer dapat bekerja maka shock

absorbser dalam keadaan baik

e.

Memeriksa Kontak dan pegas penekan

kontak

Kontak dalam circuit breaker merupakan

komponen utama yang menghubungkan atau

melepas rangkaian beban dengan sumbernya

karena kontak harus dapat mengalirkan arus

beban sesuai ratingnya dengan sempurna, maka

hubungan kontak – kontak harus sempurna.

(5)

Untuk memperoleh hubungan yang selalu

sempurna, maka perlu dilakukan pemeliharaan

sebagai berikut :

Memeriksa seluruh permukaan kontak

utama dan meyakinkan bahwa permukaan

kontak tetap (fixed contact) dalam keadaan

bersih, rata dan tidak aus atau berlubang –

lubang.

Memeriksa kekuatan jepit kontak tetap

(fixed contact) terhadap kontak gerak

(moving contact) atau memeriksa pegas

penekan kontaknya.

Meyakini bahwa pegas penekan kontak

tidak rusak, patah dan tetap dalam

kedudukan yang benar, serta memeriksa

kekuatan penekannya

f.

Memeriksa Arch Cute

Pemeriksaan arc chute ini dilakukan untuk

mengetahui bagian pemutus busurnya yang

rusak atau pecah, akibat busur api yang besar.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara :

Memeriksa bagian bawah atau bagian arc

chute yang berhadapan dengan kontak –

kontak breaker

Memeriksa keadaan dan kebersihan kisi –

kisi arc chute dan arching hom yang rusak

dan putus

Meyakinkan bahwa saluran ventilasi tetap

bersih

g.

Pengukuran Megger Test

Pengukuran tahanan isolasi (Megger Test)

merupakan

metode

nondestructive

untuk

menentukan kondisi dari isolasi dari peralatan

dalam hal ini Circuit Breaker . Pengukuran

dilakukan antara bagian fasa dengan ground.

Berikut ini adalah hasil pengukuran dari

tahanan isolasi

Data CB

Manufaktur : Magrini Galileo

Isc : 35 kA

Tipe : ACB

Hz : 50 Hz

Vn :7,2 kV

In : 2000 A

Tabel 1 Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi

Pada tabel diatas terlihat nilai besarnya

masing-masing tahanan isolasi tiap fasa-ground adalah

melebihi tahanan isolasi yang diperbolehkan

yaitu 5,16 MOhm (A.S Gill,1982). Hal ini

menandakan bahwa tahanan isolasi kontak

masih dalam keadaaan baik. Berdasarkan data

diatas juga dapat dicari besarnya arus bocor.

dengan persamaan

dimana I = Arus Bocor (Ampere)

V= Tegangan Uji ( 5000 V)

R= Tahanan Isolasi ( Ohm)

Dengan memasukkan nilai tahanan isolasi,

maka didapat besarnya arus bocor tiap

fasa-ground

Tabel 2 Perhitungan arus bocor

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa

arus bocor yang terjadi pada pengukuruan

tahanan isolasi adalah sangat kecil. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa semakin besar

tahanan isolasi maka semakin kecil arus bocor

sehingga semakin baik kondisi isolasi kontak.

h.

Pengukuran Tahanan Kontak

Untuk meyakinkan bahwa kontak – kontak

utama

breaker

telah

terhubung

dengan

sempurna maka perlu dilakukan pengukuran

tahanan hubungan kontak – kontak dengan

cara :

Menggunakan ductor ohm meter untuk

mengukur besarnya resistansi hubungan

kontak – kontak

Kontak – kontak circuit breaker yang

diukur, harus dalam posisi terhubung

Memberikan kontak yang akan dipakai

untuk penjepitan alat – alat ukur.

Mengoperasikan alat ukur dan mengatur

arus pengukuran sesuai dengan kemampuan

breaker. Berikut ini adalah hasil pengukuran

tahanan kontak pada Circuit Breaker yang sama

pada pengukuran tahanan isolasi

Tabel 3Hasil Pengukuran tahanan kontak

Status Breaker : Tertutup

Fasa R Fasa S Fasa T

Arus (A) 100 Arus (A) 100 Arus (A) 100

Microohm 41 Microohm 39 Microohm 49

Status Breaker : Tertutup

Fasa R-Ground Fasa S-Ground Fasa T-ground DC (Volt) 5000 DC (Volt ) 5000 DC (Volt ) 5000 R(G Ohm) 54,1 R(G Ohm) 29,8 R(G Ohm) 54,1 Fasa R-Ground Fasa S-Ground Fasa T-Ground Arus (A ) 9.24214x10-8 1.677 x10-7 9.242 x10-8

(6)

Dari pengukuran tahanan kontak tersebut

dapat diketahui bahwa nilai tahanan kontak

pada masing-masing fasa masih dalam keadaan

baik . Hal ini didasarkan pada panduan

pemeliharan

CB

oleh

United

States

Department of The Interior Bureau of

Reclamation tahun 1999 yaitu tahanan kontak

maksimal adalah 50 Microohm untuk Circuit

Breaker pada rating tegangan 5-15 kV dan Arus

nominal 2000 A . Sehingga dapat disimpulkan

bahwa kontak-kontak breaker telah terhubung

dengan sempurna.

Gambar 3 Prinsip pengukuran tahanan hubungan kontak

V.

Penutup

5.1.

Kesimpulan

Kesimpulan

yang

dapat

diambil

setelah

melaksanakan kerja praktek adalah :

1.

Jenis – jenis circuit breaker

-

Air Circuit Breaker

-

Air Blast Circuit Breaker

-

Oil Circuit Breaker

-

Vacuum Circuit Breaker

-

Circuit Breaker jenis SF6

2.

Switchgear adalah alat pemutus tenaga

“Circuit Breaker” yang digunakan atau

dipakai untuk menghubungkan dan melepas

beban listrik.

3.

Pemeliharaan terhadap circuit breaker

tersebut bertujuan untuk menjaga agar

breaker dapat selalu beroperasi dengan baik,

sempurna dan sesuai dengan fungsinya dan

tetap aman.

4.

Dalam pemeliharaan circuit breaker ini

dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu :

-

Pemeliharaan dan Pembersihan

-

Pemeliharaan rutin

-

Perbaikan “Overhoul”

5.

Bagian – bagian pemeliharaan circuit

breaker :

a.

Bagian Pemutus

b.

Bagian mekanisme penggerak dan

c.

Perlengkapan Bantu

6.

Keadaan isolasi kontak masing-masing

fasa-ground circuit breaker masih dalam keadaan

baik berdasarkan hasil pengukuran tahanan

isolasi

7.

Berdasarkan pengukuran tahanan kontak

circuit breaker tiap fasa, dapat disimpulkan

bahwa kontak-kontak utama breaker telah

terhubung dengan sempurna .

8.

Circuit yang digunakan pada Switchgear

masih layak digunakan karena arus hubung

singkat tidak melebihi arus hubung singkat

pada circuit breaker.

9.

Sistem pengaman harus dapat bekerja

karena adanya gangguan sedini mungkin.

10.

Pengoperasian sistem pengaman yang baik

adalah sesuai dengan kondisi gangguan

yang harus diamankan.

11.

Pemutus daya pada sistem pengaman harus

mempunyai kapasitas pemutusan untuk

segala jenis gangguan.

5.2.

Saran

1.

Mahasiswa dituntut lebih aktif lagi untuk

mengaplikasikan ilmunya sehingga lebih

mampu menghadapi dunia kerja.

2.

Perlu

adanya

program

kerja

bagi

mahasiswa yang melaksanakan kerja

praktek agar rincian kerjanya jelas dan

tidak mengganggu kinerja staff PT. GEO

DIPA ENERGI UNIT DIENG.

3.

Kebutuhan akan bimbingan dari dosen

pembimbing

untuk

memberikan

pengarahan awal apa yang akan dihadapi

saat praktek kerja nanti sangat diharapkan.

Hal tersebut dapat meningkatkan kesiapan

mahasiswa untuk menyerap pengalaman

yang lebih dari praktek kerja yang

dilakukannya.

4.

Perlu diadakannya jalinan kerjasama yang

lebih erat antara dunia perguruan tinggi

dengan dunia industri agar tercipta

kesinambungan

antara

materi

yang

diajarkan di perguruan tinggi dengan

kemampuan yang dibutuhkan di dunia

kerja nantinya.

5.

Pemeliharaan Circuit Breaker sebaiknya

dilakukan dengan rutin. Hal ini bertujuan

untuk menghindari adanya kegagalan

dalam sistem proteksi

(7)

DAFTAR PUSTAKA

[1.]

Tobing, Bonggas L,”Peralatan Tegangan

Tinggi”, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2003.

[2.]

Groupe Schneider Electric, “Training Manual

150 kV System”, Jakarta : Groupe

Schneider Electric, 1999.

[3.]

Groupe Schneider Electric, “Design, Operation

and Maintenace Electrical Substation”,

Jakarta : Groupe Schneider Electric,

1999.

[4.]

PT

PLN,

“Buku

Petunjuk

Operasi

&

Memelihara Peralatan Untuk Pemutus

Tenaga”,

Jakarta

:

PT

PLN

Pembangkitan dan Penyaluran Jawa

Bagian Barat, 1993.

[5.]

Turan,

Gonen,

“Modern

Power

Sytem

Analysis”, John Wiley & Sons, 1998.

[6.]

Gill,A.S, “Electrical Equipment Testing &

Maintenance” ,Virginia : A

Prentice-Hall Company,1982.

[7.]

Hydro Electric Research and Technical

Services Group, “Maintenance of

Power Circuit Breaker “, Denver :

United States Departement of Interior

Bureau and Reclamation, 1999.

[8.]

Ir. Sulasno,”Analisis Sistem Tenaga Listrik

edisi

kedua”,

Semarang:

Badan

Penerbit

Universitas

Diponegoro

Semarang, 2001.

BIODATA

Mengetahui

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Hermawan, DEA

NIP 196002231986021001

Jefri Piradipta Suharno lahir di

Semarang 3 Agustus 1989.

Telah

menyelesaikan

pendidikan

di

SDN

01

Anjasmoro Semarang, SMP N

7 Semarang serta SMA N 5

Semarang. Sekarang sedang

menempuh

pendidikan

di

Teknik

Elektro

Universitas

Diponegoro, Semarang.

Gambar

Gambar 1 Air Blast Circuit Breaker
Gambar 3 Prinsip pengukuran tahanan hubungan  kontak

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data menunjukan bahwa skripsi mahasiswa kurang beragam, hal ini ditunjukan dari hasil penelitian bahwa sebagian besar skripsi mahasiswa meneliti

Berdasarkan data 1 dan 2 terlihat bahwa CKE melukiskan sebuah kepercayaan yang sungguh akan keberadaan Tuhan Sang Pencipta Langit dan bumi. Tuhan disebut oleh Tom dan Regi

Tidak diberlakukan ujian nasional (UN) melainkan ujian sekolah untuk evaluasi akhir program.. 116 Pada penelitian diatas diketahui bahwa judul penelitian diatas

Puji syukur saya panjatkan kepada Bapa di sorga dan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kebaikan dan berkat-Nya yang telah dianugerahkan-Nya kepada penulis

Sesuai ketentuan yang telah diterapkan melalui SAP nomor 71 tahun 2010, maka judul penelitian ini adalah “Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis

bumbu tersebut. Selain itu penambahan bahan ini ke Ucapan terima kasih disampaikan kepada dalam garam dapat mempertahankan mutu garam, Sdr. Laela Salamah yang

Hasil penelitian ini mendukung temuan dari Wang and Yang (2008) dan Chih et al.(2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara country

mengenai kepadatan populasi larva kumbang tanduk (O. rhinoceros L.) pada kayu lapuk bekas tebangan kelapa sawit di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo