Sifat Agung dari Tiga Permata
Pariyatti Sāsana
www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD
•
Buddha
•
Puncak proses evolusi spiritual selama 4 asaṅkheyya kappa dan 100.000 putaran dunia.•
‘Budh’ = “memahami, mengerti, telah bangun”: karena dia telah memahami 4KM dan bangkit dari kubangan avijjā (ketidak-tahuan)•
Pacceka Buddha memahami ajaran tetapi tidak mampu mencerahkan mahluk.•
Satu sistem-dunia (lokadhātu) di satu era hanya mempunyai satu Sammā Sambuddha.•
Amatassa dātā = pemberi tanpa-kematian.•
Varado = pemberi cinta-yang-paling-murni.•
Buddha
•
Na me ācariyo atthi = aku tidak mempunyai guru (pengetahuan adi-duniawi).•
Beliau mempunyai guru duniawi, seperti Ālāra Kālāma dan Uddaka Rāmaputta.•
Sabbaññū = Yang Maha Mengetahui.•
Brahmana Dona: “Deva, gandhabba, yakkha, manusia?”•
Buddha: “Aku telah menghancurkan kondisi untuk terlahir sebagai Deva...dst.”•
“Seperti halnya teratai biru; muncul ke permukaan, tidak tercemari oleh air; oleh dunia Aku tidak tercemari, oleh karena itulah brahmana, Aku adalah Buddha.” (AN.4.36)Pariyatti Sāsana
www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD
•
Buddha
•
“Sekarang, kaitannya dengan sesuatu yang tidak pernah
terdengar sebelumnya, seseorang memahami Kebenaran
melalui usahanya sendiri, dan karenanya dia mencapai
kemaha-tahuan, dan menguasai daya-daya spiritual. Orang
seperti ini disebut Buddha
yang-telah-tercerahkan-sempurna-atas-usaha-sendiri.” (Pug 29)
•
Sammā Sambuddha karena tidak hanya mengerti tetapi juga
mengajar serta mencerahkan mahluk lain. Kemampuan yang
demikian membedakanNya dengan Pacceka Buddha, yang
meskipun tercerahkan atas usaha sendiri tetapi dia tidak
mempunyai kemampuan untuk mencerahkan orang lain.
•
Buddha
•
Beliau bukan “juru-selamat”•
Kemurnian dan ketidak-murnian tergantung sepenuhnya pada diri sendiri. (Dhp. 165)•
Kamu sendirilah yang harus berusaha. Tathāgatha hanya menunjukkan jalan. (Dhp.276)•
Jadilah pulau untuk dirimu sendiri; jadilah pelindung untuk dirimu sendiri; janganlah mencari perlindungan pada orang lain. (DN.2.100)
•
Pencapaian kebuddhaan adalah realisasi dari kebenaran tentangkemunculan-yang-saling-bergantungan (paṭiccasamuppāda) [V 1.4-5; M 1. 6-7]
Pariyatti Sāsana
www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD
•
2 dari 8 arti ‘Tathāgata’ (DA 1.59-67)
1. Tathā-āgato “yang telah datang”: seseorang yang telah datang ke tengah-tengah kita dengan membawa pesan ‘ketanpa-matian’. Beliau mempunyai kualitas seperti:
•
Aspirasi (patthānā = mengarah kepada, mengharapkan, keinginan,permintaan, doa; S 2.99,154; A 1.224; 3.47; 5.212 / Dhs 1059 / Miln 3) adalah keadaan batin yang mengarah kepada pengharapan mulia seperti menjadi Buddha, paccekka Buddha, Arahat dll). Patthānā juga bisa
diartikan sebagai ‘kebulatan tekad’ (paṇidhāna).
•
3 tingkat Pāramī : pāramī (mengorbankan kepemilikan eksternal)upapāramī (=lebih tinggi; mengorbankan anggota tubuh sendiri); paramattha pāramī (=tertinggi; mengorbankan nyawa sendiri)
•
5 Persembahan Agung : anggota tubuh, mata, kekayaan, pangkat, anak-istri.•
2 dari 8 arti ‘Tathāgata’ (DA 1.59-67)
2. Yang-telah-pergi (tathā gato)
• Bodhisattva telah pergi dari beberapa Buddha di masa lalu
(bertemu dan berkonsultasi dengan Buddha Vipassī sampai ke Buddha Kassapa) sampai ke kelahiranNya di Lumbini.
• Gambaran perjalanan yang dilihat dari perspektif lain, yakni dari sudut pandang ‘keberangkatan’ dan eksistensi transenden, bukan dari sudut pandang ‘kedatangan’.
• Terminologi ini merujuk kepada selesainya latihan spiritual
Bodhisatta yang membawaNya ke pembebasan akhir; mengatasi 5 rintangan, 8 jhāna, 18 pandangan-terang yang dimulai dengan hancurnya pemahamam tentang kekekalan dan berujung pada hancurnya 10 belenggu dan realisasi 4 Jalan Adi-duniawi yang memutus 10 belenggu.
• Catatan: lihat juga Loka Sutta (AN 4.23; It.112/121-123) dan Sundarika Bhāradvāja Sutta (Sn 455-486)
•
Arahaṃ = arahat
1. Ārakā = dia benar-benar jauh dari semua kilesa karena dia telah mencabut semua jejak-jejak mereka dengan Jalan. Dikarenakan oleh jauhnya jarak inilah dia disebut Arahaṃ (pantas, layak).
2. Ari hata. Musuh-musuh (ari), yakni kilesa, telah dihancurkan oleh Jalan --dikarenakan musuh-musuhnya telah dihancurkan dengan cara demikian maka dia adalah arahaṃ.
3. Arā hatā. Roda kelahiran kembali mempunyai satu pusat yakni ketidak-tahuan dan nafsu-keinginan, dan peleknya telah lapuk dan mati. Jeruji-jerujinya (arā), yaitu formasi-formasi telah
dihancurkan oleh kapak kebijaksanaan --dikarenakan
jeruji-jeruji roda telah dihancurkan dengan cara demikian, maka dia adalah arahaṃ.
•
Arahaṃ = arahat
4. Arahati. Dia pantas (arahati) menerima kebutuhan pokok, jubah, makanan, tempat tinggal dan
obat-obatan, dan mempunyai segala kualitas untuk disembah karena dia adalah objek yang paling baik untuk
persembahan --dikarenakan oleh kepantasanNya untuk menerima kebutuhan pokok, dia disebut arahaṃ.
5. Rahābhāva. Dia tidak berperilaku seperti orang tidak bijaksana di dunia dengan menunjukkan kepandaiannya akan tetapi melakukan kejahatan secara
sembunyi-sembunyi karena takut akan reputasi jelek -- karena dia tidak melakukan kejahatan secara tersembunyi, dia disebut arahaṃ.
Pariyatti Sāsana
www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD
•
Sammā Sambuddho
(tercerahkan-sempurna-atas-usaha-sendiri)
•
Dia telah tercerahkan sempurna atas usaha sendiri karena telah menemukan dan memahami segala sesuatu dengan benar dan oleh dirinya sendiri.•
Berkaitan dengan penguasaan beliau terhadap 4KM dalam 3 fase dan 12 aspek, Buddha menyatakan:•
Abhiññeyyaṃ abhiññātaṃ bhāvetabbañ ca bhāvitaṃpahātabbaṃ pahīnaṃ me tasmā Buddho’smi brāhmaṇa. (Yang
harus dipahami secara langsung telah dipahami; yang harus ditumbuh-kembangkan telah ditumbuh-kembangkan, yang harus ditinggalkan telah ditinggalkan oleh Ku; oleh karena itulah, brahmana, aku adalah Buddha). [Sn 558]
Pariyatti Sāsana
•
Vijjācaraṇa sampanno (Sempurna dalam
kebijaksanaan dan perilaku)
•
Dia berbicara apa yang dia lakukan.•
Vijjā merujuk kepada pengetahuan dan kebijaksanaan Buddha.•
Caraṇa merujuk pada perbuatan beliau.•
Konsitensi antara perbuatan dan ucapan. (lihat: Tathāgata Loka Sutta, A.4.23.3a)•
Analisa detail dari Vijjā dan caraṇa bisa dilihat di Ambaṭṭha Sutta (D 3); Sāmaññaphala Sutta (D 2) dan Sekha Sutta (M 53).Pariyatti Sāsana
www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD
•
Vijjā (Pengetahuan) [Vism.VII.133]1. Pandangan terang tentang batin-dan-materi. 2. Pengetahuan tentang daya cipta batin.
3. Pengetahuan tentang berbagai kesaktian. 4. Pengetahuan telinga-deva.
5. Pengetahuan mengetahui pikiran orang lain.
6. Pengetahuan untuk mengetahui kehidupan lampau. 7. Pengetahuan mata-deva.
•
Caraṇa (Perilaku)•
Puññakiriya vatthu: Dāna, Sīla dan bhāvanā.•
Sīla, catuparisuddhi sīla (PIAP), indriya saṁvara, bhojane mattaññutā,jāgariyānuyoga, saddhā, sati, hiri, ottappa, bāhu sacca, vīriya: 4 jenis usaha (padhāna), paññā; jhāna 1, 2, 3 dan 4.
•
Bāhu sacca: mempunyai kebiasaan untuk belajar dan merenungkan teks sehingga bisa memahami perbedaan diantarapañcūpādānakkhandha, dhātu, āyatana dimana kesemuanya ini adalah KM 1.
•
Merenungkan dan mempelajari paṭiccasamuppāda untukmengetahui asal mula dari pañcakkhandha, yang merupakan KM 2.
•
Belajar dan mempraktikkan 4 satipaṭṭhāna untuk mengetahui jalan dari lenyapnya penderitaan, yang merupakan KM 4.Pariyatti Sāsana
www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD
•
Vijjā dan Caraṇa•
Kamma lampau yang diperlukan untuk mencapai Magga danPhala yang harus dilatih secara seimbang.
•
Caraṇa tanpa vijjā seperti seseorang yang bisa berjalantetapi buta.
•
Vijjā tanpa caraṇa seperti seseorang yang bisa melihattapi cacat (tidak bisa berjalan).
•
Tidak berlatih keduanya seperti seorang buta danlumpuh. Dia disebut assutava puthujjana (orang biasa yang tidak terpelajar)
•
Berlatih keduanya seperti seseorang yang bisa berjalan dan mempunyai mata.Pariyatti Sāsana
•
Kurangnya Vijjā (Kebijaksanaan)
•
Jika seseorang hanya berlatih caraṇa:
•
Bertemu ajaran Buddha, lahir sebagai manusia,
hidup di tempat yang tepat, lahir dengan
fisik-jasmani sehat dengan indera lengkap, terlahir dari
orang tua yang baik, terlahir pada saat Buddha,
Dhamma dan Saṅgha eksis.
•
Tetapi tanpa latihan Kebijaksanaan yang cukup
meskipun terlahir dengan kondisi seperti tersebut
maka dia tidak akan mampu memahami dan
melihat Dhamma dengan benar, meskipun
diajarkan langsung oleh Buddha.
•
Contoh Orang-orang yang kurang Vijjā (Kebijaksanaan)•
Raja Pasenadi: tidak mampu mencapai magga dan phala. Walaupun berdiskusi Dhamma dengan Buddha, tetapi yang didiskusikan hanyalah Dhamma yang tidakmendalam yang hanya berada pada tingkatan konseptual. (S I.III, Kosala Saṃyutta)
•
Bhikkhu Sāti: bertemu dan menjadi murid Buddha tetapi tidak mampu memahami Dhamma. Dia berpendapatbahwa hanya satu kesadaran yang sama: yang berpindah dari satu ke lain kehidupan dan dan juga mengalami hasil dari kamma baik ataupun buruk. Dikarenakan kurangnya praktik vijjā dia tidak bisa memahami Dhamma dengan baik, meskipun dikelilingi oleh bhikkhu yang bijak dan
bahkan diajarkan oleh Buddha sendiri, dia tetap saja tidak bisa memahami Paṭiccasamuppāda.
Pariyatti Sāsana
•
Contoh Orang-orang yang Kurang Caraṇa
•
Walaupun punya pengetahuan Dhamma yang
luas tetapi perilakunya seperti orang yang tidak
berbudaya: suka marah, serakah, melanggar sila,
sombong.
•
Berkecenderungan terlahir di 4 alam apāya yang
akan membuatnya sulit untuk keluar karena
kurangnya kesempatan untuk berlatih caraṇa di
alam tersebut.
•
Cerita Kura-kura Buta. (Bālapaṇḍita Sutta, M
3.3.9)
•
Contoh Orang-orang yang Kurang Caraṇa
•
Seandainyapun terlahir sebagai manusia dia akan
terlahir pada saat tidak ada ajaran Buddha.
•
Ajaran Buddha sangat jarang muncul dimana ada masa
yang lama sekali (bertrilyun tahun) tanpa kemunculan
Buddha. (A 1.13 [Eka puggalo vaggo]; A 5.3.5.3
[Sārandada Sutta])
•
Meskipun terlahir pada masa Buddha, dia akan terlahir
dengan orang tua dan di tempat yang tidak tepat,
dengan pandangan-salah, tidak ada kebijaksanaan
untuk memahami ajaran Buddha.
Pariyatti Sāsana
•
Contoh Orang-orang yang Kurang Berlatih
Caraṇa
•
Anak Mahādhana: miskin di usia tua, tidak
mampu merealisasi Dhamma, terlahir di
Neraka.
Pariyatti Sāsana
www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD