• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bank Syariah

Pada dasarnya fungsi utama Bank Syariah tidak jauh beda dengan bank konvensional yaitu menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Dalam prakteknya bank syariah menyalurkan dana yang diperolehnya dalam bentuk pemberian pembiayaan, baik itu pembiayaan modal usaha maupun untuk komsumsi. Pada dasarnya, pendirian Bank Syariah mempunyai tujuan yang utama. Yang pertama yaitu menghindari riba dan yang kedua yaitu mengamalkan prinsip-prinsip syariah dalam perbankan.

Di dalam Al-Qur’an, beberapa ayat yang menyinggung tentang pelarangan riba, di antaranya QS. Ar-Rum 39 yang artinya : “Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.

2.2 Fungsi dan Peranan bank syariah

Fungsi dan peranan Bank Syari’ah Bank syari’ah mempunyai fungsi secara umum meliputi:

1. Bertanggung jawab terhadap penyimpanan dana nasabah 2. Mengelola investasi dari dana yang diperoleh

3. Penyedia transaksi keuangan 4. Pengelola zakat, infaq dan shadaqoh.

Agar berhasil menjadi pendorong terwujudnya pembangunan ekonomi nasional maka bank Syari’ah memiliki peranan sebagai perekat nasionalisme yang berpihak pada

(2)

ekonomi kerakyatan, beroperasi secara transparan, berfungsi sebagai pendorong penurunan investasi spekulatif, pendorong peningkatan efisiensi, mobilisasi dana masyarakat serta menjadi uswatun hasanah bagi praktek usaha berlandaskan moral dan etika Islam.

2.2.1 Karakteristik Bank Syariah

Karakteristik bank Syariah dapat bersifat fleksibel, yang meliputi:

1. Keadilan, melarang riba tetapi menggunakan bagi hasil. Riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam, dan merupakan perbuatan yang diharamkan dalam agama islam.

2. Kemitraan, yaitu saling memberi manfaat. Posisi nasabah, investor, pengguna dana dan bank berada dalam hubungan yang sejajar sebagai mitra usaha yang saling menguntungkandan bertanggung jawab di mana tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan.

3. Universal, melarang transaksi yang bersifat tidak transparan (gharar). Menghindari penggunaan sumber daya yang tidak efisien, dan terbuka seluas-luasnya bagi masyarakat tanpa membeda-bedakan agama, suku, dan ras.

2.2.2 Prinsip Operasional Bank Syariah

Berdasarkan surat keputusan direksi Bank Indonesia No.32/34/KEP/DIR tanggal 19 Mei 1999 tentang bank umum berdasarkan prinsip Syariah. Dan prinsip-prinsip tersebut ialah:

(3)

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (Transfer Of Property). Tingkat keuntungan ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan yakni sebagai berikut:

a. Pembiayaan Murabahah b. Pembiayaan Salam c. Pembiayaan Istisnah

2. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa (Ijarah)

Transaksi Ijarah dilandasi oleh adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip Ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksi adalah jasa.Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada nasabah.

3. Prinsip Bagi Hasil

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut :

a. Pembiayaan Musyarakah b. Pembiayaan Mudharabah 4. Pembiayaan Dengan Akad Pelengkap

Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tetapi di tujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, meskipun tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta

(4)

pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Adapun jenis-jenis akad pelengkap ini adalah sebagai berikut:

a. Hiwalah (Alih Hutang-Piutang) b. Rahn (Gadai)

c. Qardh

d. Wakalah (Perwakilan) e. Kafalah (Garansi Bank) 2.3 Resiko Pembiayaan

2.3.1 Pengertian Risiko Pembiayaan

Istilah risiko sudah biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari, yang umumnya sudah dipahami secara intuitif. Tetapi pengertian secara ilmiah dari risiko sampai saat ini masih tetap beragam, yaitu antara lain:

1. Menurut A. Abas Salim, Risiko adalah ketidakpastian (uncertainty) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss).

2. Menurut Herman Darmawi, Risiko merupakan penyebaran atau penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan.

Sedangkan pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Definisi tersebut dapat diperluas bahwa risiko pembiayaan adalah risiko yang timbul dikarenakan kualitas pembiayaan semakin menurun. Pembiayaan sering digunakan untuk aktivitas utama Lembaga Keuangan Syariah. Pada dasarnya istilah pembiayaan memiliki pengertian yang sama dengan istilah kredit.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah (282) dijelaskan tentang utang piutang yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah (seperti jual beli,

(5)

utang piutang dan sewa menyewa) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”.

Menurut UU No 21 tahun 2008, Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah. b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah.

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna’. d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.

e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.

2.3.2 Tujuan Pembiayaan

Pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari pembiayaan yaitu: 1. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa keuntungan

yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan pembiayaan kepada usaha-usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya.

2. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, dengan keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang atau jasa itu betul-betul terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan (profitability) yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.

(6)

Pembiayaan menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas risiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya untuk membayar bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya. Jadi unsur utama dalam menentukan kualitas tersebut yang paling utama adalah waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok pembiayaan dan diperinci atas.

Tabel 2.1 Kualitas Pembiayaan

No Kualitas Pembiayaan

Kriteria

1.

Pembiayaan lancar

a. Pembayaran angsuran pokok/bagi

hasil tepat waktu

b. Memili rekening yang aktif

c. Bagian dari pembiayaan yang

dijamin dengan anggunan tunai

2.

Perhatian khusus

a. Kadang-kadang terjadi cerukan

b. Mutasi rekening relatif aktif

c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap

kontrak yang dijanjikan

d. Didukung oleh pinjaman baru

3.

Kurang lancar

a. Terdapat tunggakan pokok dan

angsuran pokok/bagi hasil

b. Sering terjadi cerukan

c. Terdapat indikasi masalah keuangan

yang dihadapi debitur

d. Dokumentasi pinjaman yang lemah

4.

Diragukan

a. Terdapat tunggakan dan angsuran

pokok/bagi hasil

b. Terdapat cerukan yang bersifat

permanen

c. Terdapat kapitalasi bunga

5.

Macet

a. Terdapat tunggakan pokok/bagi hasil

b. Kerugian operasional tertutupi

dengan pinjaman baru

c. Dari segi hukum maupun kondisi

pasar jaminan tidak dapat dicairkan

(7)

Sumber: Penelitian Siti Nila Rokhmana (2008)

Pembiayaan yang merupakan salah satu bentuk aktiva yang produktif bank syariah yang memiliki kegagalan tidak tertagihnyakembali pembiayaan yang telah disalurkan. Risiko pembiayaan muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok dan atau bunga dari pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukannya. Penyebab utama terjadinya risiko pembiayaan adalah terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas.Akibatnya penilaian pembiayaan kurang cermat mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya

Aktiva produktif dalam hal ini pembiayaan merupakan salah satu indikator penilaian kinerja dan kesehatan bank syariah. Komponen penilaian aktiva produktif sebagai indikator penilaian kinerja dan kesehatan bank syari’ah terdiri dari total pembiayaan bermasalah dan total pembiayaan yang diberikan.

2.4 Rasio Keuangan Bank

Informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan memberikan manfaat kepada pengguna apabila laporan keuangan tersebut dianalisa lebih lanjut sebelum dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan. Analisa laporan keuangan meliputi perhitungan dan interprestasi rasio keuangan. Analisa rasio keuangan dapat membantu para pemakai laporan keuangan dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan atas kegiatan operasional yang dilakukan.

Manajemen adalah faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas bank. Seluruh manajemen bank, baik yang mencakup manajemen permodalan, manajemen kualitas

(8)

aktiva, manajemen umum, manajemen likuiditas dan rentabilitas pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba (profitabilitas) pada perusahaan perbankan (Payamta, Machfoedz, 1999). Demikian juga kinerja manajeman suatu bank syariah yang mencakup manajeman permodalan, likuiditas, efisiensi, aktiva produktif dan rentabilitas merupakan hal yang sangat penting. Analisa Rasio rentabilitas merupakan alat ukur untuk menganalisis atau mengukur tingkat profitabilitas yang dicapai oleh bank. 2.4.1 Non Performing Financing (NPF)

Dalam penelitian ini resiko pembiayaan dapat diukur dengan Non Performing Financing (NPF). NPF merupakan Perbandingan antara pembiayaan bermasalah dengantotalpembiayaan.Demikian juga Bank Indonesia menginstruksi Non Performing Financing dalam laporan tahunan perbankan nasional sesuai SE BI No. 9/24/Dpbs tentang sistem penilaian kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah yang dirumuskan sebagai berikut :

NPF =Pembiayaan bermasalah Total pembiayaan × 100%

Rasio tersebut ditujukan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi bank syariah. Dimana semakin tinggi rasio ini menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Nilai rasio ini kemudian dibandingkan dengan kriteria kesehatan NPF bank syariah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia seperti yang tertera dalam tabel 2.2

Tabel 2.2

Kriteria Kesehatan Non Performing Financing (NPF)

NO

Nilai NPF

Predikat

1.

NPF > 2%

Sehat

2.

2%

≤NPF < 5%

Sehat

3.

5%

≤NPF <8%

Cukup sehat

(9)

2.5 Profitabilitas

2.5.1 Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas (keuntungan) merupakan hasil darikebijaksanaan yang diambil oleh manajemen.Rasio keuntunganuntuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapatdiperoleh oleh perusahaan. Semakin besar tingkat keuntunganmenunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan (Musselman dan John,1992). Profitabilitas adalah kemampuan manajemen untukmemperoleh laba.Laba terdiri dari laba kotor, laba operasi dan laba bersih. Untuk memperoleh laba di atas rata-rata, manajemen harus mampu meningkatkan pendapatan dan mampu mengurangi semua beban atas pendapatan (Darsono,2006). Itu berarti manajemen harus memperluaspangsa pasar dengan tingkat harga yang menguntungkan dan menghapuskan aktivitas yang tidak bernilai tambah. Rasio Profitabilitas dapat diukur dengan Return On Asset.

2.5.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Profitabilitas

Manajemen adalah faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas bank, besar kecilnya bank dan lokasi bank bukan merupakan faktor yang paling menentukan. Manajemen yang baik yang ditunjang oleh faktor modal dan kombinasi ideal untuk keberhasilan bank. Dari segi manajemen paling sedikit ada tiga aspek yang penting

5.

NPF

≥12%

Tidak sehat

(10)

diperhatikan, yaitu balance sheet management, operating management, dan financial management Balance sheet management meliputi asset dan liability management, artinya pengaturan harta dan utang secara bersama. Inti assets management adalah mengalokasikan dana kepada berbagai jenis atau golongan earning assets yang berpedoman kepada ketentuan berikut:

1. Assets itu harus cukup likuid sehingga tidak akan merugikan bila sewaktu-waktu diperlukan untuk dicairkan.

2. Assets tersebut dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan pinjaman, tetapi juga masih memberikan earnings.

3. Usaha me-maximize income dari investasi.

Dengan berpedoman kepada tiga hal tersebut diatas, maka hendaknya dana itu dialokasikan ke dalam assets. Liability management berhubungan dengan pengaturan dan pengurusan sumber-sumber dana yang pada dasarnya mengusahakan tiga hal, yaitu sebagai berikut:

a. Kecukupan dana yang masuk, tidak mengalami kekurangan yang dapat menghilangkan kesempatan (opportunity cost), tetapi juga tidak terlalu besar (melebihi kemampuan untuk menginvestasikannya). Jika sampai kelebihan tentu akan menyebabkan pembayaran bunga lebih besar daripada yang seharusnya dan tentu akan menurunkan tingkat profitabilitasnya, kecuali dana itu dari giro tanpa bunga.

b. Bunga yang dibayarkan hendaknya masih pada tingkat yang memberikan keuntungan bagi bank.

c. Diusahakan agar ada atau terdapat keseimbangan antara giro dan deposito, antara demand deposit dan time deposit. Keseimbangan semacam ini perlu untuk menjaga

(11)

likuiditas karena dengan time deposit ada waktu yang dipastikan berapa lama dapat diinvestasikan dan kapan harus disediakan alat-alat likuid.

keuntungan bagi bank dalam liability management mungkin banyak faktor yang berada diluar kompetensi manajemen, misalnya keinginan menitipkan uang dengan time maupun demand deposit adalah terletak pada deposan atau si peminjam. Banyak sedikitnya deposan yang menitipkan uangnya tidak 100% dapat diawasi atau dikuasai oleh bank, tetapi tergantung pada perilaku masyarakat. Bank dengan berbagai kebijakannya hanya bisa mempengaruhi.

Operating management sebagai aspek kedua merupakan manajemen bank yang berperan dalam menaikkan profitabilitas dengan cara menekan biaya. Sebagaimana disebutkan di atas, biaya adalah salah satu faktor yang ikut menentukan tinggi rendahnya profitabilitas. Jadi, tidak cukup hanya menaikkan pendapatan bruto saja, akan tetapi juga harus berusaha menaikkan efisiensi penggunaan biaya dan menaikkan produktivitas kerja. Yang juga termasuk dalam operating management adalah usaha untuk menekan cost of money. Menekan tingkat biaya sampai pada suatu titik yang paling efisien bagi bank adalah suatu proses yang terus-menerus, tidak bisa sekali jadi melalui rumus-rumus. 2.5.3 Return On Asset (ROA)

Dalam penelitian ini, penulis hanya menguji tentang ROA perusahaan. Analisis Return On Asset (ROA) atau sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai Rentabilitas Ekonomi mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa yang akan datang. Di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan dapat diukur dengan menggunakan ROA. ROA juga dapat digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan

(12)

memanfaatkan perusahaan. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Return On Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang dimiliki perusahaan.

Return On Asset =Laba bersih

Total aktiva × 100%

Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan memperoleh laba. Adapun standar ROA untuk perbankan menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank diklasifikasikan pada tabel 2.3.

Tabel 2.3

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank PERINGKAT STANDAR 1 > 1,5% 2 1,25 – 1,5% 3 0,5 – 1,25% 4 0 – 0,5% Kriteria Perolehan laba

sangat tinggi. Perolehan laba tinggi. Perolehan laba cukup tinggi. Perolehan laba sangat rendah atau cenderung mengalami kerugian.

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/10/2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank.

Alasan menggunakan pendekatan Return On Asset (ROA) dalam penelitian ini adalah: 1. Penilaian kesehatan bank dilakukan oleh Bank Indonesia dilihat dari aspek

(13)

2. Rasio Return On Asset (ROA) mengukur bagaimana kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Tingkat profitabilitas yang diukur oleh ROA bertujuan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan laba.

3. Banyak perusahaan yang menggunakan ROA untuk mengukur kemampuan perusahaan.

2.5.4 Hubungan Non Performing Financing (NPF) Dengan Return On Asset (ROA) NPF mencerminkan risiko pembiayaan. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk Risiko pembiayaan yang diterima bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali cicilan pokok dan bagi hasil dari pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukan oleh pihak bank (Muhammad,2005). Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank, mengingat fungsi pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi bank syariah. Tingkat kesehatan pembiayaan (NPF) ikut mempengaruhi pencapaian laba bank (Suhada,2009). Adanya pembiayaan bermasalah yang besar dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan sehingga mempengaruhi perolehan laba dan berpengaruh buruk pada ROA. Dengan demikian semakin besar NPF Akan mengakibatkan menurunnya ROA. Begitu pula sebaliknya, jika NPF turun, maka ROA akan meningkat dan menunjukkan hasil bahwa NPF berpengaruh negatif terhadap ROA.

2.6 Penelitian terdahulu

Siti Nila Rokhmana (2008) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh resiko Pembiayaan terhadap profitabilitas (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat cabang semarang, Tbk)”. Dengan hasil penelitian Data Non Performing Financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah diketahui berfluktuatif. Pada bulan Oktober 2009 rasio NPF sebesar 9.60% naik pada bulan November 2009 menjadi 10.98% dan seterusnya

(14)

berfluktuasi. Kecenderungan perubahan tingkat rasio NPF yaitu mengalami kenaikan, setelah dihitung rata-rata keseluruhan kenaikan atau penurunan rasio NPF 30 bulan terakhir, Bank Muamalat mengalami kenaikan sebesar 5.99% setiap bulannya. Rasio NPF pada Bank Muamalat Semarang dari rata-rata NPF sebesar 5.99% maka termasuk dalam pembiayaan kategori“cukup sehat” pada tiap bulannya.

Siti Nurkhosidah (2010) dengan judul penelitian “Analisis pengaruh variabel non performing financing, penyisihan penghapusan aktiva produktif financing to deposit ratio, biaya operasional PER pendapatan operasional terhadap profitabilitas bank syariah mandiri”. Dengan hasil penelitian NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) BSM, sehingga penurunan NPF akan diikuti dengan peningkatan profitabilitas selama periode pengamatan begitu juga sebaliknya. Laporan keuangan BSM menunjukkan bahwa rasio NPF tinggi artinya tingginya NPF akan diikuti dengan rendahnya profitabilitas BSM. Hal ini disebabkan karena tingginya pembiayaan yang dilakukan tidak produktif dan kondisi sektorriil yang masih memburuk.

Dhika Rahma Dewi (2010), Dengan judul penelitian “Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank syariah di indonesia”. Dengan hasil penelitian Dari hasil uji hipotesis Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh Signifikan terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia, Financing to Deposit Ratio (FDR) Tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia, Non Performing Financing (NPF) berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia, Rasio Efisiensi Operasional (REO) Berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia.

2.7 Kerangka Konseptual

(15)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

2.8 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana kebenarannya masih perlu untuk di uji. Penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :

- Bahwa Resiko Pembiayaan (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas pada bank syariah di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Laporan skripsi dengan judul “Sistem Informasi Manajemen Poliklinik Universitas Muria Kudus ” telah dilaksanakan dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah sistem

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam akad ijarah adalah sebagai berikut :.. 2) Mu’ajir adalah pemilik sah dari barang sewa, walinya atau orang yang menerima wasiat

Menurut Charles Kurzman, penelitian Amina Wadud tentang perempuan dalam al- Quran yang tertuang dalam karyanya tersebut merupakan hasil kombinasi bacaan-bacaan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa semakin besar konsentrasi puree labu kuning yang ditambahkan maka nilai hardness semakin turun dan springiness kue

negara.Oleh karena itu jikalau orang tersebut tidak diangkat oleh imam, seperti orang-orang yang menjadi panitia-panitia zakat umumnya di masyarakat kita sekarang, seperti

Melalui hasil penelitian dengan kerangka teori analisis wacana kritis S.Jäger dan F.Maier pada film “Cinta Tapi Beda” ditemukan bahwa peran laki-laki dalam menghadapi

peneliti untuk melaksanakan penelitian; b) kemampuan tingkat penguasaan metode penelitian yang sesuai dengan bidang keilmuan, objek penelitian serta tingkat

Terdapat 4 bentuk upaya kesehatan yang menjadi standar terpenuhinya pemenuhan kesehatan bagi Narapidana, yaitu upaya kesehatan promotif, upaya kesehatan preventif, upaya kesehatan