KATA PENGANTAR
Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih menjadi faktor strategis bagi pembangunan nasional. Secara umum sektor ESDM sedikitnya memiliki peran penting dalam pembangunan nasional yaitu: sumber penerimaan negara; penggerak pembangunan daerah melalui pemberian dana bagi hasil, pengembangan masyarakat, listrik pedesaan, Desa Mandiri Energi, dan penyediaan air bersih; investasi; subsidi energi mendukung daya beli dan aktivitas perekonomian dengan subsidi BBM/LPG dan listrik; penyediaan energi dan bahan baku domestik optimasi produksi energi fosil (minyak bumi, gas bumi, batubara), pengembangan energi baru terbarukan (panas bumi, surya), serta pasokan mineral domestik; penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan sektor ESDM; neraca perdagangan ekspor komoditas migas, mineral dan batubara. Kementerian ESDM dalam mengelola Energi dan Sumber Daya Mineral dikawal oleh Inspektorat Jenderal KESDM yang berperan membantu pimpinan dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik mengacu kepada peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah.
Dalam mendukung upaya pemerintah mewujudkan good governance di lingkungan Kementerian ESDM, Inspektorat Jenderal memberi assurance dan consulting yang independen dan objektif untuk keberhasilan pelaksanaan kegiatan pemerintahan yang baik dan bersih serta pembangunan yang berkelanjutan ditentukan juga oleh kualitas pelaksanaan dan hasil pengawasan. Pelaksanaan peningkatan kualitas dan hasil pengawasan diperlukan terobosan-terobosan melalui Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara berdasarkan kebijakan pengawasan nasional dan kebijakan di bidang energi dan sumber daya mineral. Arah kebijakan Pengawasan menitikberatkan kepada pelaksanaan pengawasan yang independen dengan mengedepankan pengawasan berbasis resiko dan berbasi kinerja
Berdasarkan Permenpan&RB nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah dipergunakan sebagai pedoman bagi setiap instansi pemerintah dalam menyusun Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja, Maka Inspektorat Jenderal memiliki tugas untuk menyusun LKj Inspektorat Jenderal, melakukan Reviu Laporan Kinerja, dan melakukan evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah terhadap unit eselon I di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
LKj Inspektorat Jenderal ini telah melaporkan hasil analisis, membandingkan realisasi kinerja dan target, hasil analisis pembandingan menunjukkan bahwa rata-rata capaian kinerja Inspektorat Jenderal memuaskan dengan 4 (empat) sasaran strategis dan 7 (tujuh) Indikator Kinerja Utama sebagian besar berhasil tercapai.
Selain sebagai media pertanggung jawaban atas kinerja yang telah dijanjikan, Laporan Kinerja Inspektorat Jenderal diharapkan dapat menjadi sarana peningkatan pencapaian kinerja.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ... i RINGKASAN EKSEKUTIF ... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 LATAR BELAKANG ... 11.2 TUGAS DAN FUNGSI ORGANISASI ... 4
1.3 STRUKTUR ORGANISASI ... 5
1.4 SUMBER DAYA MANUSIA ... 10
1.5 SISTEMATIKA PENYAJIAN ... 14
BAB II PERENCANAAN PERJANJIAN KINERJA ... 15
2.1 VISI INSPEKTORAT JENDERAL ... 15
2.2 MISI INSPEKTORAT JENDERAL ... 15
2.3 PERJANJIAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL ... 16
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 22
3.1 CAPAIAN KINERJA ... 22
3.2 ANALISIS CAPAIAN KINERJA ... 24
3.3 CAPAIAN REALISASI KEUANGAN ... 54
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Kinerja merupakan salah satu media yang menunjukkan kesiapan Inspektorat Jenderal untuk mampu menjawab pertanyaan atas pencapaian kinerja secara kuantitatif menuju terwujudnya akuntabilitas yang berkualitas. Hasil penilaian atas pelaksanaan kinerja tahun 2016 menunjukkan bahwa 4 (empat) sasaran strategis Inspektorat Jenderal tercapai, berikut tabel capaian tersebut:
Tabel 1: Capaian Sasaran Tahun 2016
Sasaran Indikator Kinerja Utama Target 2016 Realisasi 2016 Mewujudkan Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang profesinal dan independent
Level Internal Audit - Capability Model (IA-CM) Level 2 Level 3 Persentase pegawai yang mengikuti pengembangan kompetensi pegawai paling sedikit 35 (tiga puluh lima) jam per tahun
60% 60,4%
Mengimplementasikan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada setiap jenjang organisasi di lingkungan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Jumlah Unit Utama,
Badan Pengatur
Penyediaan dan
Pendistribuasian Bahan Bakar Minyak dan
Kegiatan Usaha
Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa dan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional yang memperoleh Penilaian Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dengan predikat A 2 Unit 5 Unit
Jumlah Unit Utama,
Badan Pengatur
Penyediaan dan
Pendistribuasian Bahan Bakar Minyak dan
Kegiatan Usaha
iii Pengangkutan Gas
Bumi Melalui Pipa dan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional yang telah memiliki Peta Risiko
Terwujudnya Good
and Clean
Government
Opini Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral WTP WDP Presentase Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan 45% 87,98% Mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi di Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Jumlah Satuan Kerja yang telah memperoleh
Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani 2/0 Satker 0/0 Satker
Keberhasilan sasaran strategis diukur dengan IKU yang menggambarkan peran Inspektorat Jenderal dalam konsultasi dan asistensi. Pengukuran dilanjutkan dengan analisis Indikator Kinerja Utama. Realisasi capaian sasaran strategis adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang profesinal dan independent digambarkan melalui hasil Peningkatan Level Internal Audit - Capability Model (IA-CM) menjadi level 3 yang melebihi target yang hanya level 2, serta Persentase Pegawai yang Mengikuti Pengembangan Kompetensi Minimal 35 Jam per Tahun yang mencapi angka 60,4% melebihi target 60%;
2. Mengimplementasikan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada setiap jenjang organisasi di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang diukur dengan Jumlah Unit Utama yang memperoleh Penilaian Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah A yang realisasinya sebanyak 5 unit melebihi target 2 unit, Jumlah Unit Utama yang telah memiliki Peta Resiko sebanyak 1 unit yang di akhir tahun pencampaian 11 unit;
3. Terwujudnya Good and Clean Government yang digambarkan melalui Opini WTP oleh Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang sayangnya belum dapat diraih karena pencapaian tahun ini hanya WDP, sedangkan indikator Jumlah Laporan Hasil Pengawasan Lingkup
Kementerian ESDM dan Presentase Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan keduanya telah memperoleh pencapaian yang melebihi target yakni 87,98%;
4. Sasaran strategis terakhir yakni Mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi di Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan indikator Jumlah Satuan Kerja yang telah memperoleh Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani 2/0 juga belum berhasil dicapai, Hasil penilaian Zona Integritas menuju WBK/WBBM di lingkungan KESDM terdapat 2 satker yang memenuhi syarat untuk diajukan ke Kementerian PAN-RB karena memperoleh nilai di atas 75 atau memenuhi syarat untuk diusulkan sebagai satker WBK/WBBM yaitu Puslitbang Tekmira dan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia KEBTKE. Namun pengajuan WBK pada tahun ini terkendala dengan persyaratan tingkat instansi pemerintah yaitu memperoleh opini WTP untuk WBK dan Opini BPK “WTP” minimal 2 tahun berturut-turut untuk WBBM;
Terdapat peningkatan penyerapan secara signifikan pada TA 2016, realisasi bruto Inspektorat Jenderal KESDM sebesar Rp.65.927.272.992,- atau 85,13% sedangkan realisasi neto setelah dikurangi pengembalian belanja menjadi sebesar Rp.65.144.905.815,- atau 84,12% dari pagu Inspektorat Jenderal KESDM pada TA 2016 sebesar Rp.77.446.476.000,-. Target realisasi pada awal tahun anggaran ditetapkan sebesar 93,25% yang kemudian dilakukan penyesuaian target hingga akhir TA 2016 menjadi sebesar 85,00% disebabkan adanya dana blokir berupa penghematan sebesar Rp.10.612.466.000,-, terdiri dari blokir Belanja Pegawai sebesar Rp.1.200.000.000,- dan blokir Belanja Barang sebesar Rp.9.412.466.000,- sehingga persentase realisasi Inspektorat Jenderal KESDM TA.2016 apabila diperhitungkan tanpa blokir sebesar 98,64%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat terciptanya tata kelola pemerintahan yang lebih baik dan transparan, yang didukung oleh semangat reformasi untuk mewujutkanya sebuah sistem pemerintahan yang bersih yang bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang mewajibkan seluruh instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah di tetapakan, maka Inspektorat Jenderal menyususn Laporan Kinerja setiap tahunnya.
Berdasarkan Pasal 37 Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bahwa tugas Inspektorat Jenderal adalah melaksanakan pengawasan intern di lingkungan KESDM. Untuk melaksanakan tugas tersebut lnspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi penyusunan kebijakan pengawasan intern, pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya, pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri ESDM, penyusunan laporan hasil pengawasan, dan pelaksanaan administrasi lnspektorat Jenderal dalam rangka pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan. Inspektorat Jenderal mendasari kewenangannya berdasarkan Peraturan dan perundang-undangan :
a) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN);
b) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
c) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara;
d) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
e) PP Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP);
f) Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
g) Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara;
h) Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
i) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 01 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengawasan di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
j) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.;
k) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 Tahun 2011 tentang Penyelanggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
l) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 25 Tahun 2014 tentang Sistem Penanganan Pengaduan Internal Terhadap Dugaan Tindak Pidana Korupsi di Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; m) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 40 Tahun 2015
tentang Pedoman Pengelolan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
n) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
o) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2015-2019;
p) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Penetapan Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;
q) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi Atas Implementasi Sistem
Perubahan paradigma pengawasan Inspektorat Jenderal secara perlahan sesuai dengan tuntutan reformasi yang semula bersifat watchdog, saat ini paradigma pengawasan bersifat counseling partner. Pengawasan dengan pendekatan koordinatif, partisipatif, maupun konsultatif agar mampu memberikan solusi atas masalah dan hambatan yang dihadapai auditan dalam mencapai tujuan. Kedepan paradigma pengawasan diharapkan bersifat Catalyst/Quality Assurance dimana peran pengawasan lebih mengarah kepada penghantar suatu unit kerja untuk meningkatkan kualitas kerjanya sesuai dengan rencana dan ketentuan yang berlaku. Strategi pengawasan yang akan ditempuh yaitu:
1. Mengembangkan Kompetensi dan Integritas SDM Aparatur pengawasan; 2. Menata dan menyempurnakan kebijakan, sistem dan prosedur, serta struktur
kelembagaan pengawasan;
3. Meningkatkan intensitas dan kualitas pelaksanaan pengawasan;
4. Mengembangkan sistem informasi pengawasan serta perbaikan kualitas informasi hasil pengawasan;
5. Mendorong percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan;
6. Melakukan pembinaan dan promosi anti korupsi serta monitoring LHKPN dan LHKASN;
7. Menggerakan pembangunan Zona Integritas menuju terwujudnya WBK dan WBBM pada seluruh unit;
8. Mendorong dan mengawasi pelaksanaan Reformasi Birokasi di lingkungan KESDM;
9. Melakukan reviu Laporan Keuangan tepat waktu pada seluruh unit utama di lingkungan KESDM.
Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal KESDM tertuang dalam Peraturan Menteri Enengi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 Tahun 2010.
Gambar 1.1
Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal KESDM
1.2 TUGAS DAN FUNGSI ORGANISASI
Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral Inspektorat Jenderal KESDM mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian, yang menyelenggarakan fungsi: a) penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian; b) pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c) pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri; d) penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian;
e) pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan f) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
1.3 STRUKTUR ORGANISASI
Stuktur organisasi Inspektorat Jenderal berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral adalah sebagai berikut :
a) Sekretariat Inspektorat Jenderal; b) Inspektorat I;
c) Inspektorat II; d) Inspektorat III; e) Inspektorat IV; f) Inspektorat V.
Secara rinci struktur organisasi Inspektorat Jenderal dapat dilihat pada gambar 1.2:
Gambar 1.2
Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal
Drs. Mocthar Husein Inspektur Jenderal
Ir. Harya Adityawarman Sekretaris Inspektorat Jenderal M. Halim Sari Wardana, S.T., M.M.. Inspektur I Sahid Junaidi, S.Kom., M.M. Inspektur II Drs. Winarno Inspektur III Yuli Rachwati, S.H. Inspektur IV Murdo Gantoro, S.E. Inspektur V
A. SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL
Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan teknis dan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Inspektorat Jenderal. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Sekretariat Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
1. Koordinasi pelaksanaan kegiatan Inspektorat Jenderal;
2. Koordinasi dan penyusunan rencana kerja, program, dan anggaran, pengelolaan teknologi sistem informasi, administrasi keuangan, perbendaharaan, sistem akuntansi instansi dan sistem akuntansi barang milik negara;
3. Koordinasi penyusunan rencana kerja pengawasan, pengelolaan hasil pengawasan, monitoring tindak lanjut hasil pengawasan intern dan ekstern, dan penyusunan laporan;
4. Koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, pengelolaan dokumentasi, informasi, kerja sama, kehumasan, administrasi kepegawaian dan jabatan fungsional, penataan organisasi dan tata laksana serta pelaksanaan manajemen perubahan; dan
5. Pengelolaan urusan ketatausahaan, kearsipan, perlengkapan, keprotokolan, pengadaan barang/jasa pemerintah dan kerumahtanggaan.
Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri atas: a. Bagian Rencana dan Keuangan;
b. Bagian Pemantauan dan Pengelolaan Hasil Pengawasan; c. Bagian Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi; dan
d. Bagian Umum
B. INSPEKTORAT I
Inspektorat I mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya, serta penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, dan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Inspektorat I menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan pengawasan intern; 2. Penyusunan rencana dan program pengawasan intern;
3. Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, dan pemantauan.
4. Pelaksanaan kegiatan pengawasan lainnya berdasarkan penugasan Inspektur Jenderal;
5. Penyusunan laporan hasil pengawasan;
6. Penetapan status tindak lanjut hasil pengawasan; dan
7. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kearsipan Inspektorat I. Inspektorat I terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha Inspektorat I; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.
C. INSPEKTORAT II
Inspektorat II mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya, serta penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Inspektorat II menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan pengawasan intern; 2. Penyusunan rencana dan program pengawasan intern;
3. Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, dan pemantauan.
4. Pelaksanaan kegiatan pengawasan lainnya berdasarkan penugasan Inspektur Jenderal;
5. Penyusunan laporan hasil pengawasan;
6. Penetapan status tindak lanjut hasil pengawasan; dan
Inspektorat II terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha Inspektorat II; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.
D. INSPEKTORAT III
Inspektorat III mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya, serta penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Inspektorat Jenderal, Badan Geologi, Badan Penelitiandan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Inspektorat III menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan pengawasan intern; 2. Penyusunan rencana dan program pengawasan intern;
3. Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, dan pemantauan;
4. Pelaksanaan kegiatan pengawasan lainnya berdasarkan penugasan Inspektur Jenderal;
5. Penyusunan laporan hasil pengawasan;
6. Penetapan status tindak lanjut hasil pengawasan; dan
7. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kearsipan Inspektorat I. Inspektorat III terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha Inspektorat III; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.
E. INSPEKTORAT IV
Inspektorat IV mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya, serta penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan melalui Pipa.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Inspektorat IV menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan pengawasan intern; 2. Penyusunan rencana dan program pengawasan intern;
3. Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, dan pemantauan;
4. Pelaksanaan kegiatan pengawasan lainnya berdasarkan penugasan Inspektur Jenderal;
5. Penyusunan laporan hasil pengawasan;
6. Penetapan status tindak lanjut hasil pengawasan; dan
7. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kearsipan Inspektorat IV. Inspektorat IV terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha Inspektorat IV; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.
F. INSPEKTORAT V
Inspektorat V mempunyai tugas melaksanakan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Pengawasan Lainnya, dan Kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi serta Penyusunan Laporan Hasil Pengawasan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Inspektorat V menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan pengawasan intern; 2. Penyusunan rencana dan program pengawasan intern;
3. Pelaksanaan audit dengan tujuan tertentu dan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;
4. Pelaksanaan kegiatan reviu, evaluasi, dan pemantauan dan pengawasan lainnya lingkup Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
5. Pelaksanaan monitoring terhadap pelaksanaan pelaporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara;
6. Pelaksanaan pengelolaan Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara; 7. Pelaksanaan pengendalian gratifikasi;
9. Pelaksanaan tindak lanjut pengaduan masyarakat yang berkadar pengawasan; 10. Pemberian keterangan ahli di persidangan atas hasil audit dengan tujuan
tertentu yang mengindikasikan adanya kerugian negara; 11. Penyusunan laporan hasil pengawasan;
12. Penetapan status tindak lanjut hasil pengawasan; dan
13. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kearsipan Inspektorat V. Inspektorat V terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha Inspektorat V; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.
1.4 SUMBER DAYA MANUSIA
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Inspektorat Jenderal didukung oleh sumber daya manusia sebanyak 201 pegawai dengan komposisi sebagai berikut :
Tabel 1.1
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Inspektorat Jenderal Menurut Jenis Kelamin
No. Unit Jenis Jumlah Persentase Laki-laki Perempuan 1 SIJ *) 52 23 75 37 % 2 IRAT I 15 10 25 12 % 3 IRAT II 13 9 22 11 % 4 IRAT III 16 11 27 13 % 5 IRAT IV 18 6 24 12 % 6 IRAT V 21 8 29 15 % JUMLAH 134 67 201 100%
Grafik 1.1
Komposisi Pegawai berdasarkan jenis kelamin
Tabel 1.2
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Inspektorat Jenderal Menurut Usia
No. Unit ≤30 Thn 31-40 Thn 41-50 Thn ≥51 Thn Jumlah
1 SIJ *) 12 23 21 19 75 2 IRAT I 5 2 9 8 24 3 IRAT II 7 5 11 3 22 4 IRAT III 8 1 7 9 27 5 IRAT IV 3 13 2 6 24 6 IRAT V 14 9 3 3 29 JUMLAH 49 53 53 48 201
*) termasuk 3 orang yang diperkerjakan di BPH
Laki-laki, 134 Perempuan, 67
Grafik 1.2
Komposisi Pegawai berdasarkan Usia
Tabel 1.3
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Inspektorat Jenderal Menurut Pendidikan
No Unit Tingkat Pendidikan Jumlah ≤SMU D3 DIV S1 S2 S3 1 SIJ*) 35 1 - 20 19 - 75 2 IRAT I 3 - - 16 6 - 25 3 IRAT II 2 - - 11 9 - 22 4 IRAT III 3 - - 15 8 1 27 5 IRAT IV 1 - - 15 8 - 24 6 IRAT V 1 1 2 18 6 - 28 JUMLAH 45 2 2 95 56 1 201
*) termasuk 3 orang yang diperkerjakan di BPH
<30 Tahun 31-40 Tahun 41-50 Tahun >50 Tahun
49
51
53
48
Grafik 1.3
Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan
Grafik 1.4
Auditor sebanyak 106 pegawai dengan rincian:
44 127 28 2 Golongan IV III II I 29 30 17 2 28 Auditor Madya Auditor Muda Auditor Pertama Auditor Penyelia Calon Auditor
1.5 SISTEMATIKA PENYAJIAN
BAB I Pendahuluan
Pada Bab ini disajikan penjelasan umum mengenai Inspektorat Jenderal KESDM, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi oleh Inspektorat Jenderal KESDM.
BAB II Perencanaan Kinerja
Pada Bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun 2016 Inspektorat Jenderal KESDM.
BAB III Akuntabilitas Kinerja
Pada Bab ini diungkapkan akuntabilitas kinerja,menyajikan capaian kinerja Inspektorat Jenderal KESDM sesuai dengan hasil pengukuran kinerja dan disetiap pernyataan kinerja dilakukan analisis capaiannya dengan membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2016, membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun sebelumnya, membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis Inspektorat Jenderal KESDM, analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan, analisis efisiensi penggunaan sumber daya, analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan atau pun kegagalan pencapaian kinerja.
Realisasi Anggaran
Pada Bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan untuk mewujudkan kinerja Inspektorat Jenderal KESDM sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja tahun 2016
BAB IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja Inspektorat Jenderal KESDM tahun 2016 serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
2.1. VISI INSPEKTORAT JENDERAL
Visi Pembangunan Nasional untuk tahun 2015 - 2019 adalah
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.
Dengan memperhatikan visi pemerintah tersebut dan mempertimbangkan kondisi umum dan permasalahan Inspektorat Jenderal KESDM, maka Visi Inspektorat Jenderal KESDM adalah:
“Menjadi Unit Pengawas Internal yang Profesional dan Berintegritas untuk Mendukung Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan yang Baik, Bersih,
Transparan Dan Akuntabel di Lingkungan KESDM”
Dengan visi tersebut akan memberikan inspirasi merubah perilaku dan tekad bersama dari aparat Inspektorat Jenderal untuk dapat menjadi teladan dan mampu berperan dalam mencegah dan pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme bersih serta menjadikan Unit Pengawas Internal yang profesional dan berintegritas.
2.2. MISI INSPEKTORAT JENDERAL
Untuk mencapai misi tersebut Inspektorat Jenderal mengemban misi yang harus dilaksanakan yaitu :
1. Mewujudkan Pengawasan Internal secara Profesional dan Independen;
2. Mewujudkan Penerapan Sistem Pengawasan Intern Pemerintah di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
3. Mewujudkan pengelolaan tugas dan fungsi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dilakukan secara efektif dan efisien serta patuh terhadap peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Misi tersebut lahirlah Sasaran Target Kinerja Inspektorat Jenderal yakni:
1. Mewujudkan Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang profesional dan independen;
2. Mengimplementasikan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada setiap jenjang organisasi di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; 3. Terwujudnya Good and Clean Government;
4. Mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi di Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
2.3 PERJANJIAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016
Tabel 2.1
Sasaran Target Kinerja Inspektorat Jenderal Tahun 2016
Sasaran Indikator Kinerja Utama Target 2016
Mewujudkan Aparat
Pengawas Internal
Pemerintah yang profesional dan independen
Level Internal Audit - Capability
Model (IA-CM) Level 2
Persentase pegawai yang mengikuti pengembangan kompetensi pegawai paling sedikit 35 (tiga puluh lima) jam per tahun
60%
Mengimplementasikan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada setiap jenjang organisasi di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Jumlah Unit Utama, Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribuasian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa dan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional yang memperoleh Penilaian Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dengan predikat A
2 Unit
Jumlah Unit Utama, Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribuasian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa dan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional yang telah memiliki Peta Risiko
Sasaran Indikator Kinerja Utama Target 2016
Terwujudnya Good and Clean Government
Opini Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
WTP
Presentase Penyelesaian Tindak
Lanjut Hasil Pengawasan 45%
Mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi di Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Jumlah Satuan Kerja yang telah memperoleh Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani
2/0 Satker
Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang profesional dan independen merupakan salah satu sasaran yang ditetapkan Inspektorat Jenderal KESDM yang selaras dengan misi yang telah ditetapkan.
Untuk melihat apakah peran tersebut telah diterapkan pada pelaksanaan pengawasan intern oleh APIP, perlu adanya alat yang dapat melihat kondisi dimaksud. Oleh karena itu perlu juga disusun model peningkatan kapasitas (capacity building)/road map peningkatan kapabilitas yang sesuai dengan kondisi setiap APIP. Inspektorat Jenderal menggunakan indikator Peningkatan Level Internal Audit -Capability Model (IA-CM) serta Persentase Pegawai yang Mengikuti Pengembangan Kompetensi Minimal 35 Jam per Tahun.
Internal Audit Capability Model (IA-CM) merupakan suatu model yang bersifat universal yang didesain untuk membangun internal audit yang efektif dan profesional di sektor publik dan sebagai road map bagi perbaikan kapabilitas secara bertahap. Target level 2 yang ditetapkan menuntut Inspektorat Jenderal KESDM menjadi profesional dan independen sehingga telah mampu untuk menjamin proses tata kelola sesuai dengan peraturan dan telah mampu mendeteksi terjadinya korupsi.
Sasaran 1
Mewujudkan Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang
Profesional dan Independen
Sedangan Persentase Pegawai yang Mengikuti Pengembangan Kompetensi Minimal 35 Jam per Tahun dengan target 60% digunakan untuk memastikan telah ada pengembangan profesi pengawasan untuk individu APIP sehingga dapat memenuhi tuntutan untuk selalu bersikap profesional.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Hal ini searah dengan misi Inspektorat Jenderal sebagai unit pengawas intern di lingkungan Kementerian ESDM.
Untuk melihat apakah sasaran tersebut telah berjalan kami menggunakan indikator berupa Jumlah Unit Utama yang memperoleh Penilaian Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Jumlah Unit Utama yang telah memiliki Peta Resiko.
Gambar 2.1
Gambar 2.1
Sasaran 2
Mengimplementasikan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
pada Setiap Jenjang Organisasi di Lingkungan Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral
Peta Resiko yang ditargetkan pada 2 Unit Utama sangat berguna dalam proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko yang dapat mengancam Organisasi Kerja. Fokus manajemen risiko ini adalah mengenal risiko dan mengambil tindakan yang tepat terhadap risiko, yang tujuannya adalah secara terus menerus menciptakan atau menambah nilai maksimum kepada semua kegiatan organisas Sistem manajemen pemerintahan berfokus pada peningkatan akuntabilitas dan sekaligus peningkatan kinerja berorientasi pada hasil (outcome) yang dikenal sebagai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP). Dalam rangka pemantauan kinerja maka dilakukan evaluasi agar diperoleh umpan balik yang obyektif sehingga berdampak pada perbaikan akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah, maka Inspektorat Jenderal KESDM menggunakan Nilai A (Memuaskan) pada Penilaian AKIP untuk membuktikan apakah suatu manajemen pemerintah tersebut telah dilaksanakan dan diimplementasikan dengan baik, dengan menargetkan pencampaian pada 2 Unit Utama.
Good and Clean Government merupakan pemerintah yang taat azas, tidak ada penyelewengan dan penyalahgunaan wewenang serta efisien, efektif, hemat dan bebas KKN. Tujuan akhir dari Good and clean government adalah terwujudnya Good Governance. Good Governance pada umumnya diartikan sebagai pengelolaan pemerintahan yang baik. Kata ‘baik’ disini dimaksudkan sebagai mengikuti kaidah-kaidah tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Good Governance.
Inspektorat Jenderal memilih sasaran tersebut selain karena penjabaran dari misi itnspektorat sendiri yaitu pengelolaan tugas dan fungsi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dilakukan secara efektif dan efisien serta patuh terhadap peraturan perundang-undangan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur sasaran tersebut adalah Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Kementerian Energi dan
Sasaran 3
Sumber Daya Mineral dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), dan Persentase Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan sejumlah 45%.
Opini Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan hasil Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dijadikan indikator karena Opini BPK merupakan pernyataan pendapat pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan. Kewajaran terhadap Laporan Kuangan tersebut merupakan salah satu indikasi apakah pengelolaan keuangan telah mencerminkan penyelengaraan pemerintahan secara Good and Clean Government.
Dalam upaya menegakkan fungsi pengawasan, tindak lanjut laporan hasil pengawasan menjadi sangat penting karena berhasil atau tidaknya pengawasan penyelenggaraan pemerintahan dapat diketahui dari tingkat kepatuhan Unit dalam melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan, maka dibuatlah indikator Persentase Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan sebanyak 45% untuk dapat menggambarkan berjalannya proses kegiatan pengawasan tersebut.
Mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi di Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral merupakan sasaran yang diturunkan dari misi Inspektorat Jenderal yaitu mewujudkan pengelolaan tugas dan fungsi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dilakukan secara efektif dan efisien serta patuh terhadap peraturan perundang-undangan.
Apabila seluruh kegiatan dalam lingkup Kementerian dilakukan dengan patuh kepada peraturan perundang-undangan maka Inspektorat Jenderal KESDM dapat dikatakan telah berhasil dalam menjalankan fungsinya sebagai aparat pengawas intern.
Sasaran 4
Mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi di Lingkungan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Indikator yang digunakan untuk mengukur sasaran tersebut adalah 2 Unit Kerja yang telah memperoleh Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani. Dalam salah satu Komponen hasil untuk menilai suatu unit dapat dikatakan berhasil meraih predikat tersebut berupa terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat. Sehingga Inspektorat Jenderal menggunakan indikator tersebut untuk mengukur sasaran mewujudkan wilayah bebas korupsi di lingkungan Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral.
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 CAPAIAN KINERJA
Pengukuran capaian kinerja adalah kegiatan membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Proses ini lebih lanjut dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian program dan kegiatan organisasi.
Sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, pengungkapan informasi kinerja saat ini relevan dengan perubahan paradigma penganggaran pemerintah yang ditetapkan dengan mengidentifikasikan secara jelas keluaran (output) dari setiap kegiatan dan hasil (outcome) dari setiap program.
Dengan perubahan paradigma tersebut, maka pengukuran kinerja yang menjadi bagian dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagaimana disebutkan di atas setidaknya mencakup perkembangan keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing masing-masing program sebagaimana ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja yang menjadi tolak ukur keberhasilan organisasi.
Tabel 4.1 Capaian Kinerja
Sasaran Indikator Kinerja Utama Target 2016 Realisasi 2016 Mewujudkan Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang profesinal dan independent
Level Internal Audit - Capability Model
(IA-CM)
Level 2 Level 3
Persentase pegawai yang mengikuti pengembangan kompetensi pegawai paling sedikit 35 (tigapuluh lima) jam per tahun
60% 60,4%
Mengimplementasikan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada setiap jenjang organisasi di lingkungan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Jumlah Unit Utama, Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribuasian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa dan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional yang memperoleh Penilaian Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dengan predikat A
2 Unit 5 Unit
Jumlah Unit Utama, Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribuasian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa dan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional yang telah memiliki Peta Risiko
2 Unit 11 Unit
Terwujudnya Good
and Clean
Government
Opini Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
WTP WDP
Presentase Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
Mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi di Lingkungan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Jumlah Satuan Kerja yang telah memperoleh Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani
2/0 Satker 0/0 Satker
3.2 ANALISI CAPAIAN
Analisa capaian kinerja Inspektorat Jenderal adalah sebagai berikut:
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian indikator kinerja, target, realisasi dan capaian sebagaimana tercantum dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2
Sasaran mewujudkan Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang Profesional dan Independen
GAMBARAN HASIL KINERJA
Sebagai APIP, berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 Pasal 11 Inspektorat Jenderal KESDM dengan mayoritas pegawai sebagai auditor mempunyai beberapa peran, diantaranya (1) memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan
Sasaran Indikator Kinerja Utama
Target Realisasi 2016 2016
Mewujudkan Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang Profesional dan Independen
Peningkatan Level Internal
Audit-Capability Model
(IA-CM)
Level 2 Level 3
Sasaran 1
Mewujudkan Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang Profesional dan Independen dengan Indikator Kinerja Utama Peningkatan Level Internal
dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah (anti corruption activities); dan (3) memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah (consulting activities).
Untuk melihat apakah peran tersebut telah diterapkan pada pelaksanaan pengawasan intern oleh APIP, perlu adanya tools yang dapat melihat kondisi dimaksud. Oleh karena itu perlu juga disusun model peningkatan kapasitas (capacity building)/road map peningkatan kapabilitas yang sesuai dengan kondisi setiap APIP.
Level IACM bersifat progresif artinya makin tinggi levelnya semakin baik kapabilitasnya dan level rendah merupakan pondasi bagi level lebih tinggi.
Dalam rangka pemenuhan kapabilitas Inspektorat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai APIP pada level 3, Inspektorat Jenderal telah merencanakan langkah-langkah strategis sebagai berikut:
a. Pemenuhan infrastuktur pengawasan berupa kebijakan dan peraturan terkait manajemen sumber daya manusia dan sistem pengawasan;
b. Melakukan pemetaan/Self Assessment IACM;
c. Membuat Area of Improvement IACM dan Rencana Aksi Kegiatan IACM; d. Melakukan reviu dan penyusunan Peta Pengawasan Audit Universe, Rencana
Pengawasan 5 Tahunan dan Rencana PKPT Tahun 2017;
e. Melakukan perbaikan Manajemen Sumber Daya Manusia berupa: pelaksanaan assessment kompetensi jabatan fungsional auditor, penyusunan peta kompetensi, penyusunan rencana penyertaan pendidikan dan pelatihan bagi seluruh pegawai Inspektorat Jenderal KESDM;
f. Melakukan pembangunan system e-Pengawasan; g. Pelaksanaan telaah sejawat dan Quality Assurance; h. Mengikut sertakan diklat terkait profesi auditor.
Selama tahun 2015, Tim Peningkatan Kapabilitas APIP telah memetakan area of improvement dalam rangka meningkatkan level IA-CM Inspektorat Jenderal Kementerian ESDM menjadi Level 3. Hasil pemetaan Tim diketahui bahwa dari 93 (sembilan puluh tiga) key process area (KPA) yang harus dipenuhi, sampai dengan Desember 2015 Inspektorat Jenderal Kementerian ESDM telah memenuhi sebanyak 83 (delapan puluh tiga) KPA dengan status YA dan 10 (sepuluh) KPA dengan status
SEBAGIAN.
Dalam self assessment/ improvement Tahun 2015 untuk mencapai level 3 dan dari hasi validasi/verifikasi Inspektorat Jenderal Kementerian ESDM yang dilakukan atas 93 (sembilan puluh tiga) pernyataan pada level 3 (integrated) menunjukkan bahwa 37 (tiga puluh tujuh), yaitu elemen 1, 5 dan 6 dari seluruh pernyataan/formulir isian sebagai parameter kapabilitas organisasi pada level 3 (integrated) telah terpenuhi, sehingga Inspektorat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah berada pada level 3 (integrated) dengan catatan. Catatan tersebut antara lain:
Elemen 2
Mengestimasi jumlah dan ruang lingkup kegiatan audit dan kegiatan pengawasan lainnya dan membandingkan dengan jumlah dan keahlian sumber daya yang tersedia.
Menyusun kerangka kompetensi setiap jabatan yang mencakup pola pengembangan karir dan kriteria penilaian kinerja.
Menyusun sistem pengembangan karir (promosi, rotasi, dan mutasi) dengan mempertimbangkan kompetensi yang dimiliki, tuntutan kompetensi pada suatu jabatan, kinerja individu dan kinerja yang diharapkan.
Menyusun pedoman pemberian penghargaan bagi tim yang berhasil menerapkan perilaku yang diharapkan.
Elemen 3
Melakukan Quality Assurance and Improvment Program (QAIP) secara periodik terkait dengan pengawasan yang dilakukan dan menyusun laporan hasil pelaksanaannya, serta mengembangkan sistem dan prosedur untuk memonitor dan melaporkan pelaksanaan program QAIP.
Elemen 4
Mengembangkan sistem informasi pengumpulan dan pengolahan data yang relevan untuk tujuan pelaporan kegiatan pengawasan intern, yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna dan para pemangku kepentingan utama secara tepat waktu dan berkala.
Mengembangkan sistem informasi biaya untuk melaksanakan kegiatan pengawasan.
Menerapkan sistem manajemen biaya pengelolaan kegiatan pengawasan intern yang selaras dengan sistem manajemen keuangan dan operasional K/L serta pelaporannya.
Melengkapi dokumen analisis variance biaya yang meliputi variansi terhadap standar, anggaran, dan best practice serta menindaklanjuti hasil analisis tersebut.
Memantau sistem manajemen biaya secara berkala dan memastikan bahwa struktur biaya masih
relevan dan informasi biaya dihasilkan/ diperoleh dengan cara yang paling efisien dan ekonomis.
Selanjutnya untuk memenuhi 10 (sepuluh) KPA yang statusnya masih sebagian telah dipenuhi di tahun 2016. Hal ini dapat dibuktikan
Berdasarkan uraian di atas dan pemetaan terhadap kapabilitas APIP Inspektorat Jenderal KESDM oleh BPKP sesuai surat Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan Kemaritiman Nomor LAP – 5/D102/2016 tanggal 16 Maret 2016 hal Laporan Hasil Hasil Validasi atas Penilaian Mandiri Tingkat Kapabilitas APIP pada Inspektorat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Inspektorat Jenderal KESDM sekarang berada pada level 3 (Integrated) dengan catatan.
Sebagai tambahan, sampai dengan tahun 2016 BPKP telah melakukan terhadap Seluruh APIP pada K/L/P dan dari seluruh APIP tersebutpada level K/L hanya ada 7 K/L yang telah memperoleh capaian IACM Level 3 yaitu :
No KL Level 1 Kemenkeu 3 2 Bappenas 3 3 Kementerian KKP 3 4 Kementerian ESDM 3 5 KemenHub 3 6 BPKP 3 7 Kemendikbud 3
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian indikator kinerja, target, realisasi dan capaian sebagaimana tercantum dalam tabel 4.3.
Tabel 4.3
Sasaran mewujudkan Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang Profesional dan Independen
GAMBARAN HASIL INDIKATOR KINERJA
Pengembangan SDM dilakukan dengan melihat profil kesenjangan antara organisasi Itjen KESDM sekarang dan yang akan datang. Kemudian di analisis gap yang tercipta dari pengaruh kesenjangan tersebut pada pelaksanaan tugas dan fungsi. Hasil dari analisa tersebut akan muncul sebagai analisa kebutuhan diklat.
Sumber daya manusia aparatur yang handal merupakan investasi berharga bagi sebuah organisasi. Karena itu perlu ditingkatkan kemampuan dan profesionalisme supaya organisasi bisa bertahan dan berkembang. Untuk dapat mempertahankan keprofesionalisme tersebut, maka sumber daya manusia aparaturnya perlu dikembangkan dan ditingkatkan.
Sasaran Indikator Kinerja Utama
Target Realisasi 2016 2016
Mewujudkan Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang Profesional dan Independen
Presentase pegawai yang mengikuti pengembangan kompetensi pegawai paling sedikit 35 (tiga puluh lima) jam per tahun
60% 60,4%
Sasaran 1
Mewujudkan Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang Profesional dan Independen dengan Indikator Kinerja Utama Persentase pegawai yang mengikuti pengembangan kompetensi pegawai paling sedikit 35 (tiga puluh lima) jam per tahun
Pengembangan sumber daya manusia aparatur bertujuan untuk dapat memperbaiki kinerja karyawan-karyawannya yang bekerja secara tidak memuaskan karena kekurangan keterampilan. Selain itu tujuan diselenggarakan pengembangan sumber daya manusia aparatur diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan potensi kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan.
Setiap aparatur perlu menyadari tujuan negara dan sadar akan masyarakatumum yang memerlukan pelayanan oleh para aparatur sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
Dalam menjalankan tugas dan peran tersebut aparatur diharuskan selalu melakukan pengembangan sumber daya sesuai tuntutan zaman. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di kalangan birokrasi telah disadarisebagai sesuatu hal yang sangat penting untuk mewujudkan tercapainya kondisi pemerintah yang profesional dalam kepemerintahan yang
baik. Hal ini sudah menjadi fenomena yang umum di berbagai kalangan pemerintahan. Dalam rangka peningkatan dan pengembangan kualitas aparatur pemerintah, maka salah satu upaya penting yang harus dilakukan adalah melalui Diklat guna
mewujudkan aparatur Pemerintah yang kompeten dan handal dalam mengemban tugas pemerintahan dan pembangunan. Salah satu strateginya adalah dengan meningkatkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan kepribadian (attitude) melalui Pendidikan dan Pelatihan, karena Pendidikan dan Pelatihan
mempunyai peran strategis terhadap keberhasilan pencapaian tujuan instansi. Hal itu mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Diklat Jabatan Pegawai Negeri Sipil, bahwa pelaksanaan Diklat Aparatur merupakan bagian Integral dari Pendayagunaan Aparatur Negara. Diklat aparatur merupakan investasi untuk mengembangkan kapasitas sumber daya manusia aparatur.
Sebagai unit yang menjadi APIP maka yang menjadi target pegawai yang mengikuti diklat pengembangan kompentensi minimal 35 jam hanyalah Auditor. Dan pada tahun 2015 presentasi auditor yang mencapai target tersebut sebanyak 66% sehingga target telah tercapai.
Berlanjut pada tahun 2016 Inspektorat Jenderal KESDM telah memperhitungkan seluruh pegawai dalam program diklat untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Selama tahun 2016, Inspektorat Jenderal telah mengikutsertakan pegawainya dalam 35 kegiatan diklat, yaitu terdiri dari Pelatihan di Kantor Sendiri (PKS), workshop, Diklat kepemimpinan, Diklat Teknis ESDM, Diklat Computer Forensik dsb. Berdasarkan rekapitulasi keikutsertaan diklat per pegawai sebagaimana matrik monitoring terlampir, sebanyak 119 pegawai telah mengikuti diklat lebih dari 35 jam pelajaran atau sebesar 60,41%.
Catatan : Total Pegawai 197 dikarenakan 3 Pegawai diperbantukan ke BPH MIGAS dan 1 Pegawai Tugas Belajar dengan dibebaskan dari pekerjaan.
119
78
PERBANDINGAN DIKLAT PEGAWAI
Pegawai yang menjalankan Diklat lebih dari 35 jam pertahun
Pegawai yang belum
menjalankan Diklat lebih dari 35 jam pertahun
Dalam pencapaian 60,4% tersebut, pengembangan SDM dilakukan dengan melihat profil kesenjangan antara organisasi Inspektorat Jenderal KESDM sekarang dan yang akan datang. Kemudian di analisis gap yang tercipta dari pengaruh kesenjangan tersebut pada pelaksanaan tugas dan fungsi. Hasil dari analisa tersebut akan muncul sebagai analisa kebutuhan diklat. Maka pada tahun 2016 kita dapat melihat Inspektorat Jenderal KESDM menyertakan untuk mengikuti diklat yang benar-benar menunjang tugas mereka dalam menghadapi tantangan kedepannya.
Beberapa Diklat yang sesuai dengan kebutuhan tersebut antara lain:
1. Pendidikan dan Pelatihan Computer Forensic I;
2. Pendidikan dan Pelatihan Teknis Perhitungan Royalti Mineral dan Batubara; 3. Pendidikan dan Pelatihan Purna Bhakti Angkatan II;
4. Pendidikan dan Pelatihan Sistem Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Bagi Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) Kementerian/Lembaga TA 2016;
5. Workshop Metodologi, Teknik Investigasi dan Pengungkapan Kasus-Kasus Fraud;
6. Workshop Identifikasi Titik Kritis Kecurangan (Fraud) Dalam Pengadaan Barang/Jasa Sektor Publik dan Korporasi;
7. Pelatihan di Kantor Sendiri di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian ESDM;
8. Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III;
9. Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Konservasi Mineral dan Batubara; 10. Seminar Peran Auditor Dalam Pemberantasan Korupsi;
11. Pendidikan dan Pelatihan Penilaian Maturitas SPIP bagi Pegawai di Lingkungan APIP;
12. Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Pustakawan Pertama;
13. Pendidikan dan Pelatihan Teknis Analisa Ekonomi Penerapan Energi Baru Terbarukan;
14. Pendidikan dan Pelatihan Penyelidikan Geologi dan Sumber Daya Mineral Bawah Laut Dengan Metode Penyelaman (I);
16. Workshop Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani pada Unit Eselon II di Lingkungan Kementerian ESDM;
17. Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Analis Kepegawaian Tingkat Ahli; 18. Pendidikan dan Pelatihan Penjenjangan Auditor Madya;
19. Pengelola Sistem Akuntansi;
20. Pengembangan Kompetensi Auditor Bidang Investigasi di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian ESDM;
21. Workshop / Pembekalan Auditor oleh SKK Migas dalam rangka Persiapan Audit Kepatuhan Terhadap Kontrak Perjanjian K3S;
22. Workshop Bidang Investigasi di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian ESDM.
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian indikator kinerja, target, realisasi dan capaian sebagaimana tercantum dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4
Sasaran Mengimplementasikan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada setiap jenjang organisasi di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Sasaran Indikator Kinerja Utama
Target Realisasi 2016 2016
Mengimplementasikan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada setiap jenjang organisasi di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Jumlah Unit Utama, Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribuasian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa dan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional yang telah memiliki Peta Risiko
2 11
Sasaran 2
Mengimplementasikan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada
setiap jenjang organisasi di lingkungan Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral dengan Indikator Kinerja Utama Jumlah Unit
Utama di Lingkungan KESDM yang Telah Memiliki Peta Resiko
GAMBARAN KEBERHASILAN
Pemetaan adalah kegiatan diagnosis yang dilakukan untuk mengetahui kondisi awal penerapan SPIP pada suatu instansi pemerintah untuk memperoleh gambaran area-area yang memerlukan perbaikan (area-area of improvement). SPIP telah menjadi ketetapan dalam tata urutan perundangan berbentuk Peraturan Pemerintah, artinya bukan sekedar formalitas saja, karena telah menjadi bagian dari keinginan pemerintah untuk melengkapi peraturan pelaksana dalam reformasi sektor keuangan. Sehingga penilaian terhadap kondisi SPIP suatu instansi pemerintah yang selanjutnya akan menjadi dasar evaluasi yang mencakup, Pemahaman atas SPIP, Keberadaan infrastruktur SPIP, dan penerapan SPIP pada suatu instansi pemerintah.
Dari kegiatan tersebut telah berhasil dibuat Peta Resiko pada unit dilingkungan Kementerian ESDM dimana pada tahun 2016 telah dimiliki oleh seluruh unit utama Pencapaian Seluruh Unit Utama yang memiliki 11 Peta Resiko ini melebihi target sebelumnya yang hanya 2 unit, melengkapi pencapaian 5 unit yang telah diperoleh di tahunn 2015
Pada tahun ini pula, dengan adanya program pendampingan pada Unit Utama sebagai percepatan memiliki Peta Risiko, Inspektorat jendral mendorong tiap unit Eselon II memiliki Peta Risiko, Selain itu pada akhir tahun 2016, berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 4 Tahun 2016, telah dilakukan penilaian maturitas SPIP Kementerian ESDM yang dilakukan secara uji petik terhadap 3 (tiga) unit Eselon I, yaitu Sekretariat Jenderal, Inspektorat jenderal dan DIrektorat Jenderal Mineral dan Batubara dengan tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP berada pada level “terdefinisi” atau tingkat 3 dari 6 tingkat maturitas SPIP berdasarkan hasil self assessment terhadap 25 fokus penilaian maturitas menghasilkan nilai maturitas SPIP Kementerian ESDM sebesar 3,99.
Unit Yang Memilik Peta Resiko 2015 Unit Yang Memilik Peta Resiko 2016
Ditjen Minyak dan Gas Bumi Sekretariat Jenderal Ditjen Mineral dan Batu Bara Inspektorat Jenderal Ditjen Ketenagalistrikan Badan Litbang ESDM
Ditjen EBTKE Badan Diklat ESDM
BPH Migas Badan Geologi
Setjen DEN
Ditjen Minyak dan Gas Bumi Ditjen Mineral dan Batu Bara Ditjen Ketenagalistrikan Dijen EBTKE
Sasaran 2
Mengimplementasikan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
pada setiap jenjang organisasi di lingkungan Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral dengan Indikator Kinerja Utama Jumlah
Unit Utama yang memperoleh Penilaian AKIP dengan predikat A
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian indikator kinerja, target, realisasi dan capaian sebagaimana tercantum dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5
Sasaran Mengimplementasikan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada setiap jenjang organisasi di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
GAMBARAN KEBERHASILAN
Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah serta kualitas laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perlu dilakukan evaluasi terhadap laporan tersebut secara intensif dan sesuai dengan semangat yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi Atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Atas Implementasi
Sasaran Indikator Kinerja Utama
Target Realisasi 2016 2016
Mengimplementasikan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada setiap jenjang organisasi di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Jumlah Unit Utama, Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribuasian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa dan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional yang memperoleh Penilaian Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dengan predikat A
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Di Lingkungan Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral.
Inspektorat Jenderal telah melakukan Penilaian SAKIP pada tahun 2016 di Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Kegiatan ini memiliki tujuan untuk:
a. Memperoleh informasi tentang implementasi Sistem AKIP. b. Menilai akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
c. Memberikan saran perbaikan untuk peningkatan kinerja dan penguatan akuntabilitas instansi.
d. Memonitor tindak lanjut hasil evaluasi periode sebelumnya.
Namun perlu diperhatikan terdapat perbedaan pembobotan dalam evaluasi AKIP dilingkungan Kementerian ESDM pada tahun 2015 dan 2016. Pada Evaluasi Tahun 2015 kategori yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Inspektur Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Evaluasi AKIP di Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) adalah:
Angka Kategori Interpretasi >85 s.d ≤100 AA Memuaskan
>75 s.d ≤85 A Sangat Baik
>65 s.d ≤75 B Baik (perlu sedikit perbaikan)
>50 s.d ≤65 CC Cukup Baik/Memadai (perlu banyak perbaikan yang tidak mendasar)
>30 s.d ≤50 C Agak Kurang (perlu banyak perbaikan, termasuk perubahan yang mendasar)
≥0 s.d ≤30 D Kurang (perlu banyak sekali perbaikan dan perubahan yang sangat mendasar)
Untuk Evaluasi tahun 2016 kategori yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 533.K/74/IJN/2016 tanggal 27 Juni 2016 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Evaluasi Atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral adalah:
Angka Kategori Interpretasi
>90 s.d 100 AA Sangat Memuaskan >80 s.d <90 A Memuaskan >70 s.d <80 BB Sangat Baik >60 s.d <70 B Baik >50 s.d <60 CC Cukup >30 s.d <50 C Kurang >0 s.d <30 D Sangat Kurang
Perubahan pembobotan dalam penilaian yang berbeda dibandingkan tahun sebelumnya, kriteria yang ditetapkan dalam sistem penilaian tersebut pada pelaksanaanya lebih berat dari tahun sebelumnya.
Beberapa poin baru yang krusial antara lain:
1. Rencana Aksi atas kinerja telah mencantumkan sub kegiatan/komponen rinci setiap periode yang akan dilakukan dalam rangka mencapai kinerja;
2. Perjanjian Kinerja telah dimanfaatkan untuk penyusunan (identifikasi) kinerja sampai kepada tingkat eselon III dan IV;
3. Target kinerja eselon III dan IV telah dimonitor pencapaiannya secara periodik; 4. Hasil evaluasi Rencana Aksi telah menunjukkan perbaikan setiap periode;
5. Rencana Aksi telah dimanfaatkan dalam pengarahan dan pengorganisasian kegiatan.
Sehingga banyak Unit Utama yang belum siap yang mengakibatkan penurunan nilai evaluasi seperti yang tergambar pada table 4.6. di bawah:
No. Unit Eselon I Tahun Nilai Kategori Interpretasi 1 Setjen 2015 80,14 A Sangat Baik
2016 66,09 B Baik
2 Itjen 2015 82,08 A Sangat Baik
2016 88,44 A Memuaskan
3 Ditjen Migas 2015 80,24 A Sangat Baik 2016 68,74 B Baik
4 Ditjen Minerba 2015 91,22 AA Memuaskan 2016 71,15 BB Sangat Baik
5 Ditjen Gatrik 2015 85,83 A Sangat Baik 2016 82,80 A Memuaskan
6 Ditjen EBTKE 2015 92,32 AA Memuaskan 2016 80,27 A Memuaskan
7 Balitbang 2015 87,22 AA Memuaskan 2016 74,60 BB Sangat Baik
8 BPSDM 2015 80,95 A Sangat Baik
2016 69,62 B Baik
9 Badan Geologi 2015 82,65 A Sangat Baik 2016 86,22 A Memuaskan
10 BPH Migas 2015 67,28 B Baik (perlu sedikit perbaikan) 2016 64,85 B Baik
11 Sekjen DEN 2015 66,79 CC Cukup Baik/Memadai (perlu banyak perbaikan yang tidak mendasar)
2016 81,10 A Memuaskan
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan oleh Tim Inspektorat Jenderal maka diperoleh hasil bahwa terdapat 5 Unit Eselon 1 yang mendapatkan Predikat A yaitu:
1. Ditjen EBTKE dengan Nilai 80,27
2. Inspektorat Jenderal dengan Nilai 88,44 3. Badan Geologi dengan nilai 82,80
4. Ditjen Ketenagalistrikan dengan nilai 82,80 5. Setjen DEN dengan nilai 81,10.
Dibandingkan 7 Unit Eselon 1 yang mendapatkan Predikat A pada evaluasi 2015:
1. Ditjen EBTKE dengan Nilai 92, 32
2. Inspektorat Jenderal dengan Nilai 82,08 3. Badan Geologi dengan nilai 82,64
4. Ditjen Migas dengan nilai 80,24
5. Ditjen Ketenagalistrikan dengan nilai 85,83 6. Badan Litbang ESDM dengan nilai 87,22 7. Sekretariat Jenderal dengan nilai 80,14.
Hal ini menandakan bahwa Inspektorat Jenderal telah berhasil menjalankan tugas sebagai APIP melalui sosialisasi pada unit Eselon I secara bersama sama melakukan pembenahan sehingga dapat diperoleh hasil skor A pada 5 unit melebihi target yang ditetakan pada yakni hanya berjumlah 2 unit.
Walaupun telah mencapai sasaran yang telah ditetapkan, Inspektorat Jenderal tidaklah langsung berpuas diri karena jumlah unit yang mendapatkan nilai A menurun dibanding tahun sebelumnya sehingga masih harus dilakukan pendampingan ditahun 2016 akan lebih banyak unit yang meraih nilai Sangat Baik.
Sasaran 3
Terwujudnya Good and Clean Government dengan Indikator
Kinerja Utama Opini WTP Badan Pemeriksa Keuangan atas
Laporan Keuangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian indikator kinerja, target dan realisasi sebagaimana tercantum dalam tabel 4.7
Tabel 4.7
Sasaran Terwujudnya Good and Clean Government
GAMBARAN PENCAPAIAN
Opini BPK merupakan pernyataan pendapat pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan. Opini yang diberikan oleh BPK tersebut dasar pertimbangan utamanya adalah kewajaran penyajian pos-pos laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Kewajaran disini bukan berarti kebenaran atas suatu transaksi.
Pada tahun 2015 Kementerian ESDM mendapatkan Opini WDP terhadap Laporan Keuangan 2014. Opini Wajar Dengan Pengecualian adalah opini audit yang diterbitkan jika sebagian besar informasi dalam laporan keuangan bebas dari salah saji material, kecuali untuk rekening atau item tertentu yang menjadi pengecualian, piutang atau item tertentu pada Laporan Keuangan Kementerian ESDM Tahun 2015 yang dinyatakan oleh BPK RI belum sesuai standar akuntansi adalah item atau rekening piutang sumber daya alam dalam hal ini piutang dimaksud ketika di konfirmasi oleh BPK RI. Hasil konfirmasi diperoleh nilai yang berbeda dengan nilai piutang pada akutansi Direktorat Jenderal Minerba.
Sasaran Indikator Kinerja Utama Target Realisasi 2016 2016
Terwujudnya Good and Clean Government
Opini WTP Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral