• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Triwulan IV 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Agustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Triwulan IV 2016"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

T0

LAPORAN

NERACA PEMBAYARAN

INDONESIA

Triwulan IV 2016

Agustus 2013

(2)

Alamat Redaksi:

Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik

Bank Indonesia

Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon : (021) 29816688 Faksimili : (021) 3501935 E-mail : BNP@bi.go.id Website : www.bi.go.id

(3)

LAPORAN

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Triwulan IV 2016

(4)

RINGKASAN

PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA TRIWULAN IV 2016

1 3

TRANSAKSI BERJALAN 3

Neraca Perdagangan Barang 4

Neraca Perdagangan Nonmigas 4

Neraca Perdagangan Migas 10

Neraca Perdagangan Jasa 12

Neraca Pendapatan Primer 13

Neraca Pendapatan Sekunder 13

TRANSAKSI MODAL DAN FINANSIAL 14

Investasi Langsung 15

Investasi Portofolio 17

Investasi Lainnya 19

INDIKATOR SUSTAINABILITAS EKSTERNAL 21

PROSPEK NERACA PEMBAYARAN INDONESIA 23

Boks 1: Perubahan Angka Statistik NPI

Dibandingkan Publikasi Triwulan III 2016 25

LAMPIRAN 27

DAFTAR ISI

(5)

DAFTAR TABEL

Hal Hal

Tabel 1 Ekspor Nonmigas menurut Kelompok Barang (Berdasarkan SITC)

5 Tabel 6 Impor Nonmigas (c.i.f) menurut Negara Asal Utama 10

Tabel 2 Ekspor Nonmigas menurut Negara Tujuan Utama 6 Tabel 7 Perkembangan Ekspor Minyak 11

Tabel 3 Perkembangan Ekspor Komoditas Nonmigas Utama

(Berdasarkan HS) 9 Tabel 8 Perkembangan Impor Minyak (f.o.b) 11

Tabel 4 Impor Nonmigas (c.i.f) menurut Kelompok Barang 9 Tabel 9 Perkembangan Ekspor Gas (f.o.b) 12

Tabel 5 Impor (c.i.f) Komoditas Nonmigas Utama 10 Tabel 10 Indikator Sustainabilitas Eksternal 21

DAFTAR GRAFIK

Hal Hal

Grafik 1 Neraca Pembayaran Indonesia (Triwulanan) 2 Grafik 14 Transaksi Modal dan Finansial 14

Grafik 2 Neraca Pembayaran Indonesia (Tahunan) 3 Grafik 15 Perkembangan Investasi Langsung 15

Grafik 3 Transaksi Berjalan 3 Grafik 16 Perkembangan PMA menurut Sektor Ekonomi 16

Grafik 4 Neraca Perdagangan Nonmigas 4 Grafik 17 Perkembangan PMA menurut Negara Asal 16

Grafik 5 Pertumbuhan Ekspor Nonmigas 5 Grafik 18 Perkembangan Investasi Portofolio 17

Grafik 6 Neraca Perdagangan Migas 10 Grafik 19 Perkembangan Posisi Kepemilikan SBI & SUN

oleh Asing 17

Grafik 7 Perkembangan Harga Minyak Dunia 11 Grafik 20 Perkembangan Transaksi Asing di BEI dan IHSG 18

Grafik 8 Perkembangan Neraca Perdagangan Jasa 12 Grafik 21 Perkembangan Indeks Bursa di Beberapa Negara

ASEAN 18

Grafik 9 Pembayaran Jasa Freight 12 Grafik 22 Investasi Portofolio menurut Sektor Institusi 19

Grafik 10 Neraca Jasa Travel 12 Grafik 23 Perkembangan Investasi Lainnya 19

Grafik 11 Perkembangan Neraca Pendapatan Primer 13 Grafik 24 Transaksi Aset Investasi Lainnya Sektor Swasta 19 Grafik 12 Perkembangan Transfer Personal 14 Grafik 25 Transaksi Kewajiban Investasi Lainnya Sektor Swasta 19

Grafik 13 Posisi Tenaga Kerja Indonesia Tw. IV 2016 14 Grafik 26 Perkembangan Pinjaman LN Sektor Publik 20

(6)

(7)

Defisit transaksi berjalan pada triwulan IV 2016 menurun sejalan dengan perbaikan perekonomian dunia dan perekonomian Indonesia. Defisit transaksi berjalan triwulan IV 2016 tercatat sebesar USD1,8 miliar (0,8% dari PDB), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD4,7 miliar (1,9% dari PDB) ditopang oleh perbaikan kinerja neraca perdagangan barang dan pendapatan primer. Surplus neraca perdagangan barang tercatat meningkat didorong oleh peningkatan ekspor seiring dengan perbaikan ekonomi negara-negara mitra dagang dan meningkatnya harga komoditas global. Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer menurun mengikuti jadwal pembayaran bunga surat utang pemerintah yang lebih rendah. Kinerja transaksi berjalan triwulan IV 2016 juga lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015 yang mencatat defisit sebesar USD4,7 miliar (2,2% dari PDB) karena meningkatnya surplus neraca perdagangan barang dan menurunnya defisit neraca perdagangan jasa.

Transaksi modal dan finansial pada triwulan IV 2016 mencatat surplus y ang cukup besar dan melampaui defisit transaksi berjalan. Surplus transaksi modal dan finansial triwulan IV 2016 tercatat sebesar

USD6,8 miliar, terutama bersumber dari surplus investasi lainnya sejalan dengan berlanjutnya repatriasi dana tax

amnesty. Namun, surplus transaksi modal dan finansial tersebut lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan III 2016. Lebih rendahnya surplus di triwulan IV 2016 disebabkan oleh defisit investasi portofolio sebagai dampak keluarnya dana asing dari saham domestik dan SUN rupiah pasca-pengumuman Pemilu Presiden AS, serta

surplus investasi langsung yang juga lebih rendah karena dipengaruhi outflow di sektor pertambangan.

Dengan perkembangan tersebut, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV 2016 mencatat surplus sebesar USD4,5 miliar. Surplus NPI triwulan IV 2016 tersebut pada gilirannya mendorong kenaikan posisi cadangan devisa menjadi sebesar USD116,4 miliar pada akhir triwulan IV 2016, lebih tinggi dari USD115,7 miliar pada akhir triwulan III 2016 atau bila dibandingkan periode akhir triwulan IV 2015 yang sebesar USD105,9 miliar. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 8,4 bulan dan berada di atas standar kecukupan internasional.

Untuk keseluruhan tahun, kinerja NPI 2016 membaik ditopang oleh penurunan defisit transaksi berjalan dan kenaikan surplus transaksi modal dan finansial. NPI 2016 mencatat surplus sebesar USD12,1 miliar setelah tahun sebelumnya mengalami defisit USD1,1 miliar. Defisit transaksi berjalan turun dari USD17,5 miliar (2,0% PDB) pada 2015 menjadi USD16,3 miliar (1,8% PDB) di 2016 didukung perbaikan kinerja neraca perdagangan barang dan jasa. Surplus neraca perdagangan meningkat karena penurunan impor yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan ekspor. Meskipun demikian, laju penurunan impor di 2016 tidak sedalam pada 2015 sejalan dengan membaiknya perekonomian domestik. Demikian pula halnya dengan laju penurunan ekspor yang tidak sedalam tahun sebelumnya karena didukung meningkatnya harga komoditas global. Defisit neraca perdagangan jasa juga menurun mengikuti penurunan impor barang. Di sisi lain, surplus transaksi modal dan finansial tahun 2016 meningkat signifikan menjadi USD29,2 miliar, dari sebelumnya USD16,8 miliar pada 2015. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh kenaikan surplus investasi langsung dan investasi portofolio serta penurunan defisit investasi lainnya sejalan dengan masih baiknya persepsi pelaku ekonomi terhadap perekonomian domestik dan implementasi program pengampunan pajak yang berjalan dengan baik.

RINGKASAN

T

r

a

n

s

a

k

si

B

e

rj

al

a

n

(8)

ole

GAMBARAN UMUM

Transaksi berjalan Indonesia terus membaik. Kondisi tersebut tercermin dari defisit transaksi berjalan triwulan IV 2016 yang menurun sejalan dengan perbaikan perekonomian dunia dan perekonomian Indonesia. Defisit transaksi berjalan triwulan IV 2016 tercatat sebesar USD1,8 miliar (0,8% dari PDB), lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya sebesar USD4,7 miliar (1,9% dari PDB).

Penurunan defisit transaksi berjalan triwulan IV 2016 ditopang oleh perbaikan kinerja neraca perdagangan barang dan neraca pendapatan primer. Surplus neraca perdagangan barang meningkat karena meningkatnya ekspor seiring dengan perbaikan

ekonomi negara-negara mitra dagang dan

meningkatnya harga komoditas global. Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer menurun terutama karena menurunnya pembayaran bunga surat utang pemerintah. Di sisi lain, surplus neraca pendapatan sekunder menurun sehingga menahan perbaikan transaksi berjalan lebih lanjut.

Kinerja transaksi berjalan triwulan IV 2016 juga lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015 yang mencatat defisit sebesar USD4,7 miliar (2,2% dari PDB). Perkembangan tahunan yang positif tersebut terutama ditopang kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas seiring kenaikan harga komoditas global, serta didukung pula oleh perbaikan neraca jasa dan neraca pendapatan primer.

Sementara itu, surplus transaksi modal dan finansial triwulan IV 2016 mencapai USD6,8 miliar yang terutama bersumber dari surplus investasi lainnya

sejalan dengan belanjutnya repatriasi dan tax amnesty.

Namun demikian, surplus transaksi modal dan finansial tersebut lebih rendah dibandingkan dengan surplus

pada triwulan III 2016, terutama karena investasi portofolio berbalik menjadi defisit sebagai dampak keluarnya dana asing dari instrumen portofolio rupiah pasca-terpilihnya presiden AS yang baru. Selain itu, surplus investasi langsung juga mengalami penurunan, terutama dipengaruhi arus keluar investasi langsung di sektor pertambangan. Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan IV 2016 tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan surplus yang tercatat pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Meski menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi modal dan finansial triwulan IV 2016 jauh melampaui defisit transaksi berjalan sehingga secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV 2016 mencatat surplus sebesar USD4,5 miliar. Sejalan dengan itu, posisi cadangan devisa meningkat dari USD115,7 miliar pada akhir triwulan III 2016 menjadi USD116,4 miliar pada akhir triwulan IV 2016. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 8,4 bulan.

Grafik 1

Neraca Pembayaran Indonesia (Triwulan) Untuk keseluruhan tahun, kinerja NPI 2015 membaik ditopang penurunan defisit transaksi berjalan dan kenaikan surplus transaksi modal dan finansial. NPI 2016 mencatat surplus sebesar USD12,1 miliar setelah

PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

TRIWULAN IV 2016

(9)

pada tahun sebelumnya mengalami defisit USD1,1 miliar pada 2014.

Defisit transaksi berjalan 2016 menurun menjadi USD16,3 miliar (1,8% dari PDB) dari USD17,5 miliar (2,0% dari PDB) pada 2015. Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi meningkatnya surplus neraca perdagangan akibat penurunan impor barang yang masih lebih besar dibandingkan dengan penurunan ekspor barang, serta didukung perbaikan kinerja neraca jasa. Meskipun masih menurun, laju penurunan impor 2016 melambat dibandingkan dengan 2015 sejalan dengan membaiknya perekonomian domestik, dan laju penurunan ekspor juga melambat akibat peningkatan harga komoditas global.

Di sisi lain, surplus transaksi modal dan finansial tahun 2016 meningkat signifikan menjadi USD29,2 miliar dari sebelumnya USD16,8 miliar pada 2015. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh kenaikan surplus investasi langsung dan investasi portofolio serta penurunan defisit investasi lainnya sebagai cerminan masih baiknya persepsi pelaku ekonomi terhadap perekonomian domestik dan implementasi program pengampunan pajak yang berjalan dengan baik. Sejalan dengan surplus NPI yang signifikan pada 2016, maka cadangan devisa meningkat dari USD105,9 miliar pada akhir 2015 menjadi USD116,4 miliar pada akhir 2016.

Grafik 2

Neraca Pembayaran Indonesia (Tahunan)

TRANSAKSI BERJALAN

Defisit transaksi berjalan pada triwulan IV 2016 turun menjadi USD1,8 miliar (0,8% dari PDB) dari defisit USD4,7 miliar (1,9% dari PDB) pada triwulan sebelumnya. Penurunan defisit transaksi berjalan tersebut didorong oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas karena ekspor nonmigas tumbuh 16,0% (qtq), seiring membaiknya permintaan global dan meningkatnya harga komoditas, lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan impor nonmigas (15,5% qtq) seiring meningkatnya permintaan domestik. Selain itu, defisit neraca perdagangan migas menurun terutama didukung oleh kenaikan surplus neraca gas, dan defisit neraca pendapatan primer juga menurun mengikuti jadwal pembayaran bunga surat utang pemerintah yang lebih rendah di triwulan laporan (Grafik 3).

Grafik 3 Transaksi Berjalan

Defisit transaksi berjalan triwulan IV 2016 juga lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada periode yang sama tahun sebelumnya, terutama karena perbaikan pada neraca perdagangan nonmigas. Surplus neraca perdagangan nonmigas meningkat signifikan ditopang kenaikan ekspor nonmigas (18,1% yoy) yang melampaui kenaikan impor nonmigas (8,3% yoy). Selain itu, perbaikan kinerja transaksi berjalan juga ditopang oleh penurunan defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer. 0 30 60 90 120 150 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

Trans. Modal & Finansial Trans. Berjalan

Neraca Keseluruhan Cadev (RHS)

miliar USD miliar USD

* angka sementara ** angka sangat sementara

-20 -15 -10 -5 0 5 10 15 Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .I V Tw .I Tw .II Tw .III Tw .I V Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .I V Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .I V Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .I V Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .I V Tw .I* Tw .II * Tw .II I* Tw .IV ** 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Pend. Sekunder Pend. Primer Jasa Neraca Perd. Migas Neraca. Perd. Nonmigas Trans. Berjalan

miliar USD

* angka sementara ** angka sangat sementara

(10)

Secara keseluruhan, defisit transaksi berjalan 2016 menjadi 1,8% dari PDB, lebih rendah dibandingkan dengan defisit tahun sebelumnya (2,0% dari PDB). Perkembangan tersebut didukung oleh kinerja ekspor yang membaik seiring meningkatnya harga komoditas global, meskipun di sisi lain kinerja impor juga membaik sejalan dengan meningkatnya

pertumbuhan ekonomi domestik. Selain itu,

menyusutnya defisit neraca jasa, terutama didukung kinerja positif neraca jasa travel, turut memperbaiki kinerja transaksi berjalan.

Neraca Perdagangan Barang

Neraca perdagangan barang triwulan IV 2016 mencatat surplus sebesar USD5,1 miliar, naik 29,2% dibandingkan dengan surplus triwulan III 2016 sebesar USD3,9 miliar. Perbaikan kinerja neraca perdagangan barang tersebut dipengaruhi oleh peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas dan penurunan defisit neraca perdagangan migas. Secara tahunan, surplus neraca perdagangan barang pada triwulan IV 2016 lebih tinggi sebesar 127,1% dibandingkan dengan surplus triwulan yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan yang signifikan ini mendorong surplus neraca perdagangan barang untuk keseluruhan 2016

lebih tinggi 9,6% dibandingkan surplus pada 2015.

Neraca Perdagangan Nonmigas

Surplus neraca perdagangan nonmigas pada triwulan IV 2016 tercatat sebesar USD6,7 miliar, lebih tinggi 18,1% dibandingkan dengan surplus triwulan

sebelumnya. Meningkatnya surplus neraca

perdagangan nonmigas tersebut disebabkan oleh ekspor nonmigas yang naik lebih tinggi jika dibandingkan dengan peningkatan impor nonmigas.

Grafik 4

Neraca Perdagangan Nonmigas

Surplus neraca perdagangan nonmigas triwulan laporan lebih tinggi USD2,8 miliar dibandingkan dengan surplus pada triwulan IV 2015 . Perbaikan kinerja tersebut disebabkan oleh peningkatan ekspor nonmigas (18,1% yoy) yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan impor nonmigas (8,3% yoy). Untuk keseluruhan 2016, surplus neraca perdagangan nonmigas naik sebesar 2,3% disebabkan oleh penurunan impor yang lebih dalam (-0,8% yoy) dibandingkan dengan penurunan ekspor (-0,3%, yoy) (Grafik 3).

Ekspor Nonmigas

Ekspor nonmigas triwulan IV 2016 tercatat sebesar USD36,7 miliar, naik 16,0% (qtq) dari triwulan

sebelumnya sebesar USD31,6 miliar. Dalam

perkembangan secara tahunan, tren perbaikan ekspor nonmigas terus berlanjut pada triwulan laporan. Bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2015, ekspor nonmigas meningkat sebesar 18,1% (yoy) (Grafik 5). 0 2 4 6 8 10 12 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I * Tw .II * Tw .II I* Tw .IV ** 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Th o u san d s

Impor Ekspor Neraca Perdag. Nonmigas (RHS)

miliar USD

* angka sementara ** angka sangat sementara

(11)

Grafik 5

Pertumbuhan Ekspor Nonmigas

Peningkatan ekspor nonmigas secara tahunan didukung oleh peningkatan ekspor riil maupun harga ekspor. Peningkatan ekspor riil terjadi pada produk manufaktur, sementara ekspor riil produk primer masih mengalami kontraksi. Adapun peningkatan harga

ekspor terjadi pada produk primer maupun manufaktur (Tabel 1).

Untuk keseluruhan 2016, ekspor nonmigas masih menunjukkan penurunan sebesar 0,3% (yoy) namun dengan laju penurunan yang tidak sedalam tahun sebelumnya (-10,0% yoy). Melambatnya laju penurunan ekspor tersebut didukung oleh faktor harga ekspor yang telah tumbuh positif sementara ekspor riil tercatat menurun. Berdasarkan produknya, perbaikan kinerja ekspor nonmigas ditopang oleh ekspor produk manufaktur yang sudah menunjukkan perkembangan positif, baik dari sisi riil maupun harga. Selain itu, kinerja ekspor produk primer juga menunjukkan perbaikan meski masih tumbuh negatif didukung oleh peningkatan harga.

Tabel 1

Ekspor Nonmigas menurut Kelompok Barang (Berdasarkan SITC)

A. Produk Primer Nominal 48.7 47.3 -10.2 -5.7 -16.2 -18.3 -12.6 -17.6 -15.9 -3.4 27.2 -3.1 Riil 51.4 48.8 14.3 25.7 18.7 12.6 17.6 -0.4 -13.5 -15.1 -7.2 -8.4 Indeks Harga - - -21.4 -25.0 -29.5 -27.4 -25.7 -17.3 -2.7 13.8 37.0 5.8 Produk Pertanian Nominal 30.2 29.7 -12.0 -1.7 -12.0 -13.1 -9.8 -11.4 -13.5 -5.2 23.4 -1.9 Riil 31.3 31.7 8.8 26.5 21.9 20.3 18.8 9.2 -10.2 -16.5 6.2 -2.2 Indeks Harga - - -19.2 -22.3 -27.8 -27.8 -24.1 -18.9 -3.6 13.5 16.2 0.4 Makanan Nominal 23.7 23.6 -9.0 0.6 -13.4 -13.4 -8.9 -11.1 -14.2 -3.2 26.3 -0.6 Riil 22.7 23.1 11.2 29.3 19.1 16.5 18.5 6.8 -11.8 -16.6 11.3 -1.9 Indeks Harga - - -18.2 -22.2 -27.3 -25.7 -23.2 -16.8 -2.8 16.1 13.5 1.2 Bahan Baku Nominal 6.5 6.1 -21.5 -9.2 -6.9 -12.0 -12.6 -12.4 -10.6 -12.0 11.5 -6.3 Riil 5.8 6.2 -1.9 12.0 24.8 25.8 14.0 18.5 3.1 -8.1 -5.9 2.0 Indeks Harga - - -20.0 -18.9 -25.4 -30.0 -23.3 -26.1 -13.3 -4.3 18.5 -8.1

Produk Bahan Bakar & Pertambangan

Nominal 18.5 17.6 -7.4 -11.6 -22.4 -26.3 -17.0 -26.6 -19.8 -0.3 34.2 -5.1 Riil 8.7 8.0 9.6 7.0 -4.9 -14.2 -0.7 -18.3 -16.3 -5.9 -1.6 -10.8 Indeks Harga - - -15.6 -17.4 -18.4 -14.0 -16.4 -10.1 -4.2 5.9 36.4 6.3 B. Produk Manufaktur Nominal 49.9 51.2 -4.9 -4.5 -4.9 -13.3 -6.9 -2.0 4.2 -1.3 9.2 2.4 Riil 47.9 50.5 -8.0 -7.4 -4.2 -10.3 -7.4 -2.2 3.6 -1.4 6.7 1.6 Indeks Harga - - 3.3 3.2 -0.7 -3.4 0.5 0.2 0.6 0.1 2.4 0.8 C. Lainnya Nominal 1.5 1.5 -26.1 -17.8 -14.0 -6.9 -17.1 -10.8 0.1 -6.3 16.4 -0.5 Riil 0.7 0.7 -22.2 -11.6 -2.1 1.5 -9.8 -6.0 -2.7 -18.6 7.4 -5.3 Indeks Harga - - -4.9 -6.9 -12.2 -8.4 -8.1 -5.1 2.9 15.1 8.4 5.1 Total Nominal 100.0 100.0 -8.0 -5.3 -10.9 -15.7 -10.0 -9.7 -5.7 -2.4 18.1 -0.3 Riil 100.0 100.0 2.3 7.8 4.7 -3.4 2.8 -1.7 -3.3 -6.1 5.6 -1.5 Indeks Harga - - -10.0 -12.1 -14.9 -12.8 -12.4 -8.2 -2.4 4.0 11.9 1.2 *) angka sementara **) angka sangat sementara

Tw. I Tw. IV TOTAL 2015 Tw. II Rincian Pangsa (%) 2015 2016**

Tw. III Tw. II* Tw. III* Tw. IV** Pertumbuhan Tahunan (% yoy)

TOTAL** Tw. I*

(12)

Ekspor Nonmigas menurut Negara Tujuan Utama

Ekspor nonmigas ke sepuluh negara tujuan utama pada triwulan IV 2016 naik 21,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan III 2016 sebesar 1,3% (yoy), ditopang oleh pertumbuhan positif ekspor ke semua Negara tujuan ekspor kecuali Australia dan Oseania. Ekspor ke Filipina dan Tiongkok mencatat pertumbuhan yang sangat signifikan, sementara ekspor ke Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, dan Thailand menunjukkan pertumbuhan yang positif setelah mencatat pertumbuhan negatif pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, ekspor menuju Australia dan Oseania membaik dari triwulan sebelumnya meskipun masih tumbuh negatif (Tabel 2).

Tabel 2

Ekspor Nonmigas menurut Negara Tujuan Utama

Peningkatan ekspor ke Amerika Serikat antara lain ditopang oleh ekspor makanan olahan, karet alam olahan, minyak nabati, dan udang segar/beku dengan total pangsa 28,8% dari keseluruhan ekspor ke negara tersebut. Sementara itu, ekspor tekstil, terutama berupa pakaian jadi (pangsa 93,1% dari total ekspor tekstil ke Amerika Serikat), yang merupakan ekspor terbesar ke Amerika Serikat menunjukkan penurunan 3,8% (yoy). Penurunan ekspor tekstil ke Amerika Serikat antara lain disebabkan oleh semakin kecilnya pasar ekspor tekstil Indonesia di Amerika Serikat, terutama jika dibandingkan dengan ekspor tekstil negara Asia Tenggara lainnya.

Peningkatan ekspor ke Tiongkok pada triwulan laporan didorong oleh naiknya ekspor batubara, minyak nabati, barang dari logam tidak mulia, dan kayu olahan dengan total pangsa 53,8%. Adapun

sepanjang 2016, peningkatan ekspor menuju Tiongkok terutama ditopang oleh komoditas batubara dan barang dari logam tidak mulia.

Setelah mencatat pertumbuhan negatif pada tiga triwulan sebelumnya, ekspor ke Jepang mencatat pertumbuhan positif pada triwulan IV 2016. Naiknya ekspor batubara, bijih tembaga, tekstil, dan alat listrik sebagai komoditas ekspor utama (pangsa 33,7%) menjadi penopang utama membaiknya ekspor ke Jepang. Lonjakan ekspor yang terjadi pada triwulan IV 2016 mendorong ekspor sepanjang tahun 2016

tumbuh 1,2% dibandingkan ekspor tahun

sebelumnya.

Peningkatan ekspor ke India disebabkan oleh ekspor minyak nabati, bijih tembaga, dan barang dari logam tidak mulia dengan pangsa sebesar 44,5%. Sementara itu, ekspor komoditas batubara dengan pangsa 33,4% dari keseluruhan ekspor ke negara tersebut menunjukkan penurunan. Sepanjang 2016, ekspor ke India menunjukkan penurunan sebesar 14,3% (yoy), terutama disebabkan oleh penurunan ekspor batubara dan bijih tembaga dengan pangsa 38,8%.

Ekspor ke Singapura pada triwulan laporan juga mencatat peningkatan didukung oleh membaiknya sebagian besar komoditas ekspor. Peningkatan lebih lanjut tertahan oleh penurunan ekspor alat listrik, mesin & peralatan mekanik, serta barang dari logam tidak mulia (pangsa 40,4%). Secara tahunan, ekspor menuju Singapura di 2016 lebih rendah dibandingkan dengan ekspor pada 2015, terutama karena turunnya ekspor alat listrik dan barang dari logam tidak mulia.

Sementara itu, ekspor ke Malaysia pada triwulan IV 2016 berbalik mencatat pertumbuhan postif setelah mengalami kontraksi pada tiga triwulan sebelumnya. Perbaikan ini disebabkan oleh naiknya ekspor batubara, makanan olahan, minyak nabati, dan barang dari logam tidak mulia dengan total pangsa 46,1% dari keseluruhan ekspor ke Malaysia. Akan tetapi, perbaikan ekspor yang terjadi di triwulan laporan ini tidak mampu menahan laju penurunan ekspor ke Malaysia untuk keseluruhan 2016 yang

1 Amerika Serikat 11.6 11.9 -1.1 -0.4 -4.8 -7.6 -3.5 -4.0 4.4 -1.8 10.7 2.3 2 Tiongkok 10.0 11.5 -36.5 -13.1 -9.6 -13.8 -19.5 -9.4 -6.9 11.7 61.9 14.4 3 Jepang 9.8 10.0 -5.4 -8.4 -12.9 -17.8 -11.2 -6.0 -2.2 -2.0 15.7 1.2 4 India 8.8 7.6 7.3 18.1 -27.0 -13.7 -5.0 -28.5 -32.4 3.4 7.8 -14.3 5 Singapura 6.5 6.6 1.7 -19.4 -9.2 -16.8 -11.4 -3.3 5.4 -4.6 1.6 -0.3 6 Malaysia 4.7 4.5 3.5 0.2 -7.3 -9.7 -3.3 -12.9 -15.4 -4.5 17.2 -4.6 7 Filipina 3.0 4.0 -2.0 4.2 7.2 -7.1 0.8 7.6 34.6 30.8 63.8 33.9 8 Korea Selatan 4.1 4.0 0.1 0.4 -6.3 -16.0 -5.5 -12.5 -7.5 -4.5 14.8 -3.1 9 Thailand 3.5 3.5 -6.4 -4.0 -11.6 -10.2 -8.0 -12.3 0.1 -0.7 16.5 0.4 10 Australia dan Oceania2.8 2.5 -36.4 -17.0 7.4 -21.7 -17.5 5.6 -18.6 -14.8 -8.0 -10.2

Total 10 Negara 64.9 66.0 -9.6 -4.4 -10.0 -13.5 -9.3 -9.3 -5.9 1.3 21.1 1.5

*) angka sementara **) angka sangat sementara

Tw. II* Tw. III* Tw. IV** TOTAL** Pertumbuhan Tahunan (%, yoy)

Tw. III Tw. II Tw. I Rincian 2015 Tw. IV TOTAL 2015* 2016 Tw. I* 2016 Pangsa (%)

(13)

masih mengalami pertumbuhan negatif sebesar 4,6% jika dibandingkan dengan total ekspor pada 2015.

Perbaikan ekspor ke Korea Selatan di triwulan laporan utamanya disebabkan oleh naiknya ekspor batubara, tekstil, dan barang dari logam tidak mulia dengan total pangsa sebesar 42,0% terhadap keseluruhan ekspor ke Korea Selatan. Namun secara tahunan, ekspor ke Korea Selatan pada 2016 menunjukkan penurunan sebesar 3,1% (yoy).

Ekspor ke Filipina masih menunjukkan

peningkatan, utamanya disebabkan oleh ekspor kendaraan dan bagiannya, batubara, bijih tembaga, dan makanan olahan dengan total pangsa 66,2% dari keseluruhan ekspor ke negara tersebut. Ekspor kendaraan terutama didorong oleh ekspor kendaraan beroda 2 dan beroda 4. Pertumbuhan yang positif ini berdampak pada naiknya ekspor menuju Filipina di 2016 sebesar 33,9% jika dibandingkan dengan 2015.

Adapun peningkatan kinerja ekspor ke Thailand ditopang oleh naiknya ekspor kendaraan & bagiannya, batubara, dan barang dari logam tidak mulia. Kenaikan ekspor lebih lanjut tertahan oleh penurunan ekspor mesin dan peralatan mekanik dengan pangsa 11% dari keseluruhan ekspor ke Thailand. Ekspor ke Thailand di 2016 mencatat peningkatan sebesar 0,4% (yoy) setelah pada tahun sebelumnya mengalami kontraksi.

Perbaikan ekspor ke Australia dan Oseania didukung oleh kenaikan ekspor tekstil dan mesin & peralatan mekanik. Perbaikan ekspor lebih lanjut tertahan oleh kinerja ekspor barang dari logam tidak mulia dan makanan olahan yang menurun, dengan total pangsa kedua komoditas tersebut sebesar 33,7% terhadap keseluruhan ekspor ke Australia dan Oseania. Secara tahunan, ekspor ke Australia & Oseania sepanjang 2016 mengalami penurunan sebesar 10,2% dibandingkan dengan 2015.

Ekspor Nonmigas menurut Komoditas Utama

Peningkatan ekspor nonmigas triwulan IV 2016 juga tercermin dari nilai ekspor sepuluh komoditas utama yang tumbuh positif 17,6% (yoy), membaik

setelah sejak triwulan IV 2014 secara persisten mencatat pertumbuhan negatif. Peningkatan ini didukung oleh naiknya ekspor baik secara riil maupun harga.

Peningkatan ekspor riil terlihat signifikan pada komoditas minyak nabati yang sebelumnya mencatat penurunan, kendaraan & bagiannya, serta barang dari logam tidak mulia. Secara umum, peningkatan ekspor riil terjadi pada hampir seluruh komoditas utama, terkecuali batubara serta tekstil dan produk tekstil yg masih mengalami kontraksi.

Sementara itu, peningkatan harga ekspor terbesar terjadi pada komoditas minyak nabati dan batubara sebagaimana yang juga terjadi pada triwulan sebelumnya. Secara umum, pertumbuhan harga yang positif terlihat pada seluruh komoditas utama terkecuali alat listrik, kendaraan dan bagiannya, serta kayu olahan (Tabel 3).

Ekspor minyak nabati, yang sebagian besar (83,7%) berupa minyak kelapa sawit, naik 33,1% (yoy) di triwulan IV 2016. Peningkatan tersebut disebabkan oleh naiknya ekspor riil dan harga ekspor. Naiknya harga ekspor kelapa sawit pada triwulan IV 2016 disebabkan oleh turunnya produksi kelapa sawit akibat fenomena El Nino dan La Nina. Selain itu, pasokan minyak nabati yang terbatas juga dipengaruhi oleh permintaan domestik yang meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kebijakan biodiesel pemerintah. Dari sisi eksternal, perbaikan ekonomi India dan Tiongkok juga menyebabkan meningkatnya permintaan minyak nabati Indonesia.

Ekspor riil minyak nabati di triwulan IV 2016 naik 6,7% (yoy), berbalik arah setelah pada empat triwulan

sebelumnya secara berturut-turut mengalami

penurunan. Kenaikan ekspor riil utamanya terjadi untuk ekspor tujuan India (41,4% yoy), Tiongkok (23,8%, yoy), Pakistan (43,0% yoy), dan Belanda (67,7% yoy). Namun demikian, secara tahunan ekspor riil di 2016 masih lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2015.

(14)

Di sisi harga, harga ekspor minyak nabati tumbuh positif sebesar 24,8% (yoy) di triwulan laporan. Perbaikan harga ini terjadi seiring dengan menurunnya produksi kelapa sawit di tengah meningkatnya permintaan dunia, terutama Tiongkok dan India. Untuk keseluruhan 2016, harga ekspor komoditas ini tumbuh 12,5% (yoy), setelah pada tahun sebelumnya mengalami konstraksi.

Ekspor batubara pada triwulan IV 2016 tercatat naik 26,8% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh naiknya ekspor ke negara tujuan utama ekspor batubara, yaitu Tiongkok (145,3% yoy), Jepang (31,3% yoy), dan Korea Selatan (36,9% yoy). Pangsa ekspor batubara ke negara-negara tersebut mencapai 56,4% dari total ekspor batubara. Peningkatan ekspor batubara Indonesia ditopang oleh perkembangan harga batubara yang tumbuh 54,8% (yoy), meskipun pertumbuhan ekspor riilnya masih menunjukkan penurunan. Kenaikan harga tersebut didorong oleh

peningkatan permintaan batubara, khususnya

Tiongkok, dan pembatasan produksi batubara di beberapa negara.

Ekspor tekstil pada triwulan IV 2016 tercatat turun 2,9% (yoy) disebabkan oleh turunnya ekspor utamanya dari Amerika Serikat dan Jepang. Dengan total pangsa 42,6% dari keseluruhan ekspor tekstil, ekspor ke kedua negara tersebut turun masing-masing 3,8% (yoy) dan 0,6% (yoy). Sementara itu, harga ekspor tekstil di triwulan laporan masih mencatat peningkatan sebesar 0,3% (yoy). Untuk keseluruhan 2016, ekspor tekstil masih terkontraksi jika dibandingkan dengan ekspor pada 2015.

Ekspor alat listrik tercatat mengalami peningkatan sebesar 0,2% (yoy). Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya ekspor riil di tengah harga yang masih menurun. Peningkatan ekspor alat listrik terutama terjadi pada ekspor tujuan Jepang (14,4% yoy) dan Malaysia (27,9% yoy).

Ekspor barang dari logam tidak mulia pada triwulan IV 2016 mencatat pertumbuhan positif didukung oleh pertumbuhan positif ekspor riil dan

harga ekspor. Peningkatan ekspor terjadi pada ekspor ke Tiongkok (154,3% yoy), Jepang (15,3%), dan Singapura (2,4% yoy).

Peningkatan ekspor makanan olahan sebesar 8,7% (yoy) di triwulan IV 2016 utamanya disebabkan oleh naiknya ekspor ke sebagian besar negara tujuan utama, yaitu Amerika Serikat (12,8% yoy), Malaysia (16,8% yoy), Filipina (19,6% yoy), dan Tiongkok (17,3% yoy), dengan total pangsa 41,1% dari total ekspor makanan olahan. Selain itu, harga makanan olahan juga mencatat pertumbuhan yang positif di triwulan laporan.

Peningkatan ekspor riil kendaraan dan bagiannya menjadi pendorong meningkatnya nilai ekspor komoditas ini yang tumbuh sebesar 34,7% (yoy) pada triwulan IV 2016. Peningkatan terutama terjadi ke negara tujuan ekspor Filipina (142,5% yoy), Thailand (28,5% yoy), dan Jepang (1,1% yoy). Peningkatan ekspor ini didorong oleh permintaan terhadap kendaraan baik mobil maupun motor yang dirakit di Indonesia. Di sisi lain, harga ekspor kendaraan dan bagiannya masih menunjukkan pertumbuhan negatif.

Ekspor karet olahan di triwulan IV 2016 tercatat naik 16,1% (yoy) yang didorong oleh peningkatan baik harga ekspor maupun ekspor riil. Peningkatan ekspor karet terutama terlihat untuk negara tujuan Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, dan India dengan total pangsa sebesar 57,0% dari keseluruhan ekspor karet olahan.

Ekspor mesin dan peralatan mekanik pada triwulan laporan menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 9,4% yang didukung oleh peningkatan ekspor riil dan harga. Peningkatan ekspor terutama terjadi pada negara tujuan Amerika Serikat.

Ekspor kayu olahan mencatat peningkatan sebesar 4,1% di triwulan IV 2016. Peningkatan ekspor kayu olahan tersebut didorong oleh peningkatan ekspor riil di saat harga masih tumbuh negatif. Peningkatan ekspor kayu olahan terjadi pada ekspor tujuan Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.

(15)

Secara keseluruhan, ekspor komoditas utama nonmigas sepanjang 2016 masih mengalami penurunan sebesar 2,7% (yoy), namun tidak sedalam penurunan yang terjadi pada tahun sebelumnya

(-12,2% yoy). Perbaikan kinerja ekspor komoditas utama nonmigas tersebut terutama dipengaruhi faktor penurunan harga komoditas yang lebih terbatas (Tabel 3).

Tabel 3

Perkembangan Ekspor Komoditas Nonmigas Utama (Berdasarkan HS)

Impor Nonmigas

Impor nonmigas (cif) triwulan IV 2016 menunjukkan pertumbuhan yang positif. Impor nonmigas naik 8,2% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,3% (yoy). Pertumbuhan impor nonmigas tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan domestik (riil) dan meningkatnya harga.

Peningkatan impor nonmigas terjadi pada kelompok barang konsumsi dan bahan baku. Naiknya impor barang konsumsi karena peningkatan impor riil dan harga, sementara naiknya impor bahan baku disebabkan oleh kenaikan impor riil meskipun harganya masih menurun. Sementara itu, laju

penurunan impor barang modal melambat

dipengaruhi oleh kenaikan harga dan penurunan impor riil yang lebih moderat (Tabel 4).

Tabel 4

Impor Nonmigas (c.i.f) menurut Kelompok Barang

Impor barang konsumsi pada triwulan IV 2016 naik 16,7% (yoy) dipengaruhi oleh naiknya permintaan maupun harga. Peningkatan barang konsumsi utamanya disebabkan oleh naiknya impor buah-buahan serta senjata dan amunisi.

Impor bahan baku naik 9,3% (yoy) di triwulan IV 2016 terutama dipengaruhi oleh impor riil yang meningkat lebih tinggi di tengah penurunan harga impor. Peningkatan impor bahan baku disebabkan oleh naiknya impor pesawat telekomunikasi dan bagiannya (117,7% yoy), bagian & perlengkapan kendaraan bermotor (27,4% yoy), serta biji gandum dan meslin (1,6%, yoy).

Sementara itu, impor barang modal turun 1,5% (yoy), meskipun tidak sedalam penurunan di triwulan sebelumnya, karena masih turunnya permintaan di saat harga tercatat meningkat. Penurunan impor barang modal terutama disebabkan antara lain oleh penurunan impor mesin otomatis pengolah data (10,9% yoy), mesin lainnya untuk industri tertentu (5,9% yoy), pesawat telekomunikasi dan bagiannya (50,4%, yoy), pemanas dan pendingin serta alat-alatnya (8,5% yoy) dan pompa untuk lainnya dan kompresor sebesar 15,2% (yoy) (Tabel 5).

Secara keseluruhan, impor nonmigas tahun 2016 masih menunjukkan pertumbuhan yang negatif meskipun dengan laju penurunan impor yang tidak sedalam 2015. Penurunan impor nonmigas sepanjang

1. Minyak Nabati 13.6 13.3 -12.6 6.0 -16.9 -17.9 -10.7 -16.3 -22.6 -3.6 33.1 -3.0 10.8 36.6 9.0 -0.8 14.6 -12.5 -28.7 -22.5 10.2 -13.1 -22.4 -23.7 -17.2 -22.1 -4.4 8.5 24.3 20.8 11.6 2. Batubara 12.1 11.1 -17.7 -24.9 -24.9 -25.5 -23.1 -28.4 -21.6 -5.9 26.8 -9.0 -6.9 -12.6 -13.1 -19.0 -12.1 -24.3 -21.8 -16.4 -18.1 -21.0 -14.1 -13.6 -8.1 -12.6 -5.5 0.3 12.6 54.8 15.1 3. Tekstil dan Produk Tekstil 9.4 9.0 -2.6 -2.7 -5.8 -4.8 -4.0 -4.7 1.1 -8.6 -2.9 -3.7 2.0 2.9 -0.4 0.8 1.5 0.0 4.5 -6.2 -3.1 -1.1 -5.5 -5.4 -5.5 -5.4 -4.7 -3.3 -2.5 0.3 -2.6

4. Alat Listrik, Ukur, Fotografi, dll 6.7 6.4 -12.1 -11.8 -14.0 -14.7 -13.2 -8.6 -3.8 -5.5 0.2 -4.5 -9.9 30.1 18.5 -1.9 -7.5 -7.7 1.7 3.9 10.8 1.8 -7.5 -6.9 -2.1 -6.1 -0.6 -5.4 -9.0 -9.6 -6.2

5. Barang dari Logam tdk Mulia 5.7 5.7 -3.7-16.1 -18.7 -26.3 -16.6 -24.4 -12.5 7.3 27.6 -1.9 1.9 -8.6 -0.3 -7.2 -3.7 -12.3 -5.6 6.2 15.0 1.0 -8.2 -18.4 -20.5 -13.4 -13.8 -7.3 1.0 11.0 -2.9

6. Makanan Olahan 4.8 5.0 3.5 -0.4 -6.9 1.3 -0.7 1.7 -0.8 7.6 8.7 4.4 3.4 -0.3 4.0 13.4 5.1 13.0 6.1 7.6 3.9 7.8 -0.1 -10.5 -10.6 -5.4 -9.9 -6.6 0.0 4.7 -3.2

7. Kendaraan & Bagiannya 4.1 4.5 9.4 20.5 3.8 -16.4 3.3 -14.1 14.8 2.7 34.7 8.5 3.0 14.1 1.1 -19.5 -1.4 -16.7 10.5 5.5 46.1 9.5 5.5 2.7 3.9 4.8 3.1 3.8 -2.6 -7.8 -0.9

8. Karet Olahan 4.4 4.2 -31.7 -13.2 -6.6 -12.1 -16.8 -13.0 -10.4 -10.8 16.1 -5.2 -23.8 -4.0 16.5 19.3 -0.2 14.3 4.7 -8.1 2.4 3.5 -9.5 -19.8 -26.3 -16.6 -23.9 -14.4 -2.9 13.3 -8.5

9. Mesin dan Peralatan Mekanik 3.9 4.1 -15.8 -13.4 -9.1 -23.1 -15.5 -9.3 13.4 6.6 9.4 5.1 -14.7 -12.4 -8.5 -21.2 -14.3 -7.5 15.7 6.0 4.2 4.7 -1.1 -0.6 -2.4 -1.4 -2.0 -2.0 0.6 4.9 0.4 10. Kayu Olahan 2.9 2.8 -2.2 0.4 -4.2 -3.7 -2.4 -3.1 -5.4 -8.3 4.1 -3.2 12.8 31.8 34.7 40.3 29.5 31.2 10.4 1.5 16.4 15.0 -23.9 -28.9 -31.3 -24.6 -26.1 -14.3 -9.7 -10.6 -15.8 Total 10 Komoditas 67.6 65.9 -11.0 -8.1 -13.6 -16.2 -12.2 -14.6 -9.3 -2.8 17.6 -2.7 -2.6 2.8 1.3 -2.9 0.1 -5.6 -5.7 -5.2 6.7 -2.2 -10.6 -14.7 -13.8 -12.3 -9.5 -3.8 2.5 10.2 -0.5

*) angka sementara **) angka sangat sementara

2015 Tw. II 2015 Tw. I Tw. II Tw. IVTOTAL Tw. I Tw. II Uraian Share (%) 2016** Nominal TOTAL** Tw. IV TOTAL Tw. I* 2015 Riil

Tw. III Tw. III Tw. II* Tw. III* Tw. IV** TOTAL** 2016

Indeks Harga Pertumbuhan (%, yoy)

2016 Tw. I* Tw. II* Tw. III* Tw. IV**

2016 Tw. II* Tw. III* Tw. IV** TOTAL**

2015 Tw. IV TOTAL Tw. I* Tw. III Barang Konsumsi Nominal 8.7 10.2 -8.8 -9.3 -14.9 -6.3 -9.9 27.3 6.5 13.0 16.7 15.6 Riil 7.4 7.6 -7.7 -7.1 -13.0 -6.0 -8.1 25.4 0.8 5.9 6.3 9.1 Indeks Harga - - -1.2 -2.4 -2.2 -0.3 -1.9 1.5 5.7 6.8 9.8 6.0 Bahan Baku Nominal 69.5 69.8 -1.7 -15.2 -17.7 -13.8 -12.3 -9.5 -2.6 1.7 9.3 -0.5 Riil 81.2 83.5 5.2 -8.0 -10.3 -6.4 -4.4 -0.8 7.2 12.5 18.5 9.1 Indeks Harga - - -6.6 -7.9 -8.3 -8.0 -8.3 -8.8 -9.2 -9.6 -7.8 -8.8 Barang Modal Nominal 21.0 19.1 -8.7 -21.7 -20.6 -10.8 -15.6 -19.0 -12.2 -7.7 -1.5 -10.2 Riil 11.5 8.9 -21.5 -32.8 -29.2 -15.6 -26.3 -23.2 -19.7 -16.0 -11.1 -17.5 Indeks Harga - - 16.3 16.5 12.2 5.7 14.5 5.5 9.4 9.9 10.8 8.9 Total Nominal 100.0 100.0 -3.9 -16.3 -17.4 -11.4 -12.4 -8.6 -3.4 0.3 8.2 -1.0 Riil 100.0 100.0 -4.7 -16.4 -16.4 -9.1 -11.9 -6.2 -2.8 1.0 6.5 -0.4 Indeks Harga - - 0.8 0.2 -1.1 -2.5 -0.5 -2.5 -0.6 -0.6 1.6 -0.6 *) angka sementara **) angka sangat sementara

2015 Pangsa (%)

2016** Rincian

Tw. II* Tw. III* Tw. IV* Total** 2016

Pertumbuhan Tahunan (% yoy) Tw. IV Total 2015 Tw. I* Tw. III Tw. II Tw. I

(16)

2016 disebabkan baik oleh penurunan permintaan domestik (riil) maupun faktor harga yang masih negatif.

Tabel 5

Impor (c.i.f) Komoditas Nonmigas Utama

Impor Nonmigas menurut Negara Asal

Berdasarkan negara asal, peningkatan impor pada triwulan IV 2016 terjadi untuk seluruh negara asal, kecuali Singapura dan Amerika Serikat (Tabel 6). Pertumbuhan impor dari Tiongkok sebagai negara asal impor utama tercatat sebesar 12,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan denga triwulan sebelumnya (3,1% yoy). Impor dari Jepang yang tercatat sebagai negara asal impor terbesar kedua juga tercatat tumbuh positif sebesar 14,8% (yoy). Sementara itu, impor dari Singapura dan Amerika Serikat masing-masing mengalami penurunan sebesar 4,9% (yoy) dan 3,6% (yoy).

Seiring dengan membaiknya impor pada triwulan III dan IV 2016, impor nonmigas untuk keseluruhan tahun 2016 menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan impor tahun sebelumnya, meskipun masih mengalami pertumbuhan negatif. Impor dari 10 negara tujuan utama tercatat mengalami kontraksi sebesar 1,1% (yoy), lebih baik dibandingkan dengan tahun 2015 yang tercatat menurun 12,4% (yoy).

Tabel 6

Impor Nonmigas (c.i.f) menurut Negara Asal Utama

Neraca Perdagangan Migas

Neraca perdagangan migas pada triwulan IV 2016 mencatat defisit sebesar USD1,1 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan defisit triwulan III 2016 sebesar USD1,3 miliar, namun lebih tinggi dibandingkan defisit triwulan IV 2015 sebesar USD0,7 miliar. Penurunan defisit neraca migas secara triwulanan didorong oleh peningkatan ekspor yang melampaui peningkatan impor.

Secara keseluruhan 2016, defisit neraca perdagangan migas tercatat sebesar USD4,8 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada 2015 sebesar USD5,7 miliar. Perbaikan kinerja neraca perdagangan migas ini terutama didorong oleh penurunan impor yang melampaui penurunan ekspor (Grafik 6).

Riil 2012*

TOTAL IMPOR 100.0 100.0 -8.6 -3.4 0.3 8.2 -1.0 -6.2 -2.8 1.0 6.5 -0.4 -2.5 -0.6 -0.6 1.6 -0.6

I. Barang Konsumsi, a.l: 8.7 10.2 27.3 6.5 13.0 16.7 15.6 25.4 0.8 5.9 6.3 9.1 1.5 5.7 6.8 9.8 6.0

Buah-buahan, Segar, atau Dikeringkan 0.6 0.7 39.3 -10.9 52.7 38.5 27.4 49.4 -8.4 53.8 38.2 30.8 -6.8 -2.7 -0.7 0.2 -2.6

Senjata dan Amunisi 0.4 0.6 574.3 218.9 -55.5 5.7 38.9 560.7 212.9 -56.6 3.2 35.9 2.1 1.9 2.6 2.4 2.2

Sayur-sayuran Segar, Dingin 0.4 0.6 7.6 3.1 47.8 44.4 24.9 8.6 0.1 44.6 37.3 22.1 -0.9 3.0 2.2 5.1 2.3

Obat-obatan (Termasuk Obat Hewan) 0.5 0.5 12.1 -11.9 18.4 5.8 5.2 6.1 -14.8 14.6 7.0 2.3 5.6 3.5 3.3 -1.2 2.8

Hasil Olahan yang Dapat Dimakan 0.5 0.5 2.3 4.4 -13.4 -1.5 -2.2 -3.7 -1.5 -18.0 -2.4 -6.5 6.2 6.0 5.6 0.9 4.6

II. Bahan Baku / Penolong, a.l: 69.5 69.8 -9.5 -2.6 1.7 9.3 -0.5 -0.8 7.2 12.5 18.5 9.1 -8.8 -9.2 -9.6 -7.8 -8.8

Pesawat Telekomunikasi dan Bagian-bagiannya 1.6 2.8 71.8 40.3 57.0 117.7 72.8 80.9 47.8 63.0 125.2 80.6 -5.0 -5.1 -3.7 -3.3 -4.3

Bagian Dan Perlengkapan Kendaraan Bermotor 2.1 2.2 -9.1 7.8 3.7 27.4 6.4 -12.7 4.5 1.3 24.3 3.3 4.1 3.2 2.4 2.5 3.0

Alat Penyambung atau Pemutus Arus Listrik 2.2 2.1 -1.7 -4.1 -7.2 -6.3 -4.9 6.1 3.1 -0.6 -1.4 1.7 -7.3 -7.0 -6.6 -5.0 -6.5

Makanan Ternak 2.3 2.1 -24.1 -20.6 20.1 -9.1 -9.7 -19.7 -14.7 28.2 -3.3 -3.8 -5.5 -6.9 -6.3 -6.0 -6.2

Biji Gandum dan Meslin 1.8 2.1 31.3 11.6 18.1 1.6 15.6 44.4 34.0 52.2 27.5 39.3 -9.1 -16.7 -22.4 -20.4 -17.0

III. Barang Modal, a.l: 21.0 19.1 -19.0 -12.2 -7.7 -1.5 -10.2 -23.2 -19.7 -16.0 -11.1 -17.5 5.5 9.4 9.9 10.8 8.9

Mesin Otomatis Pengolah Data dan Satuannya 2.0 1.7 -20.5 -4.9 -6.7 -10.9 -11.6 -18.7 -3.6 -6.0 -11.3 -10.8 -2.2 -1.4 -0.8 0.5 -1.0

Mesin Lainnya Untuk Industri Tertentu 1.7 1.4 -7.8 -22.7 -31.8 -5.9 -17.6 -6.6 -22.0 -30.6 -3.5 -16.3 -1.4 -0.8 -1.7 -2.4 -1.6

Pesawat Telekomunikasi dan Bagian-bagiannya 2.6 1.3 -52.9 -49.6 -47.2 -50.4 -50.3 -50.4 -46.9 -45.1 -48.7 -48.1 -5.0 -5.1 -3.7 -3.3 -4.3

Pemanas dan Pendingin & Alat-alatnya 1.2 1.1 -21.1 67.2 -30.4 -8.5 -5.0 -22.7 64.3 -31.5 -9.5 -6.6 2.1 1.8 1.6 1.2 1.6

Pompa untuk Lainnya dan Kompresor 1.1 1.1 14.1 -5.3 -9.4 -15.2 -4.7 10.0 -8.6 -12.7 -17.7 -7.7 3.7 3.6 3.7 3.1 3.3

*angka sementara ** angka sangat sementara

Tw.III* Tw.IV** 2016

Tw.IV**

Tw.I Tw.II* Tw.III* Total**TOTALTw.I Tw.II* Tw.III* Tw.IV** Total** Nominal

2016** Pangsa (%) Rincian

(by BEC & SITC 3 DG)

2015

Pertumbuhan (y.o.y, %)

Riil Indeks Harga 2016 Total** 2016 Tw.I Tw.II* 1 Tiongkok 24.7 26.1 4.3 -9.6 -7.0 -3.8 -4.2 -4.5 7.8 3.1 12.1 4.7 2 Jepang 11.2 11.0 -11.5 -20.9 -30.0 -22.7 -21.3 -19.1 -6.7 6.5 14.8 -2.3 3 Thailand 6.8 7.3 -9.5 -21.9 -20.9 -16.3 -17.3 11.7 5.1 9.1 2.2 7.1 4 Singapura 7.6 6.6 -13.0 -11.8 -7.9 -4.4 -9.2 -6.4 -20.4 -23.0 -4.9 -13.9 5 Amerika Serikat 6.4 6.2 -6.8 -7.5 -14.0 3.3 -6.3 -10.6 -19.7 23.3 -3.6 -4.2 6 Korea Selatan 5.3 5.0 -5.6 -30.5 -21.8 -26.3 -21.6 -18.8 -7.8 -1.2 6.1 -6.2

7 Australia dan Oseania 4.5 4.5 -7.7 -6.8 -27.3 -22.6 -16.2 -11.1 -9.2 -4.5 18.4 -2.2

8 Malaysia 4.2 4.1 -12.0 -12.8 -15.6 -12.8 -13.2 -12.0 -2.5 -7.0 1.5 -4.9

9 Vietnam 2.7 2.7 25.2 -15.4 -12.0 -2.6 -1.9 -6.5 -7.9 15.3 6.2 0.8 10 Jerman 2.9 2.7 -0.5 -24.2 -21.9 -15.7 -16.0 -26.0 -13.4 0.8 7.38.2 -8.8-1.0 Total 10 Negara 76.3 76.2 -4.2 -15.1 -16.6 -11.2 -12.4 -8.8 -4.1 1.8 7.5 -1.1

*) angka sementara ** angka sangat sementara

Tw. I Rincian 2015 Pangsa (%) 2016** TOTAL Tw.II* Pertumbuhan Tahunan (%, yoy) 2015

Tw.IV Tw. III Tw. II

2016 Tw.I* Tw.III*Tw.IV** Total**

(17)

Grafik 6

Neraca Perdagangan Migas

Ekspor Minyak

Pada triwulan IV 2016, ekspor minyak sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya, terutama dipengaruhi oleh turunnya ekspor minyak mentah (hampir 80% dari total ekspor) sebesar -5,7% (qtq), sementara ekspor produk kilang naik sebesar 12,6%.

Lifting minyak triwulan IV 2016 naik 3,5% (qtq) dari 0,826 juta barel/hari menjadi 0,855 juta barel/hari. Akan tetapi, sesuai dengan arahan kebijakan pemenuhan kebutuhan energi Indonesia, sebagian

besar hasil lifting digunakan untuk pemenuhan

kebutuhan kilang dalam negeri, sehingga tidak

berdampak signifikan terhadap kinerja ekspor. Lifting

sepanjang 2016 tercatat sebesar 0,829 juta barel/hari,

meningkat dibandingkan lifting pada 2015 yang

tercatat sebesar 0,791 juta barel/hari (Tabel 7).

Tabel 7

Perkembangan Ekspor Minyak

Sementara itu, harga ekspor minyak Indonesia pada triwulan laporan mengalami peningkatan, seiring dengan naiknya harga minyak dunia. Rata-rata harga minyak dunia pada triwulan IV 2016 untuk minyak

jenis SLC, WTI, Brent, dan OPEC masing-masing naik dari USD41,9/barel, USD44,9/barel, USD45,8/barel, dan USD42,8/barel pada triwulan III 2016 menjadi USD48,2/barel, USD49,2/barel, USD50,1/barel, dan

USD47,6/barel.

Grafik 7

Perkembangan Harga Minyak Dunia

Impor Minyak

Impor minyak triwulan IV 2016 mengalami penurunan 1,5% (qtq) menjadi USD4,2 miliar dari

triwulan sebelumnya sebesar USD4,3 miliar.

Penurunan impor minyak disebabkan oleh penurunan volume impor minyak mentah dan produk kilang (Tabel 8). Secara keseluruhan, impor minyak 2016 jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya dipengaruhi oleh penurunan volume impor produk kilang dan harga impor minyak yang yang lebih

rendah.

Tabel 8

Perkembangan Impor Minyak (f.o.b)

Ekspor Gas

Ekspor gas pada triwulan IV 2016 naik 19,5% (qtq) menjadi USD2,0 miliar, terutama disebabkan oleh naiknya ekspor LNG (19,0% qtq) yang didorong oleh

-4 -2 0 2 4 6 8 10 12 -15 -10 -5 0 5 10 15 Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw.I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw.I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw.I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw.I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw.I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I* Tw .II* Tw .II I* Tw .IV ** 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Th o u san d s

Impor Gas Ekspor Gas Impor Minyak Ekspor Minyak Neraca Perdag. Migas (RHS)

miliar USD

* angka sementara ** angka sangat sementara

miliar USD

Ekspor 1,630.7 38.8 1,600.2 33.3 Minyak Mentah 1,289.9 31.8 40.6 1,215.9 26.0 46.7 Produk Kilang 340.8 7.0 48.8 384.2 7.2 53.1

¹⁾ nilai ekspor dibagi dengan volume ekspor Sumber: SKK Migas dan Pertamina (diolah) * angka sementara ** angka sangat sementara

2016 Tw. III* Rincian Nilai (juta USD) Volume (mbbl) Harga¹ (USD/barel) Tw. IV** Nilai (juta USD) Volume (mbbl) Harga¹ (USD/barel) 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 J MM J S N J MM J S N J MM J S N J MM J S N J MM J S N J MM J S N J MM J S N 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 USD/barel SLC Unit Price WTI OPEC

Sumber: Ditjen Migas, NPI, Bloomberg

Impor 4,252.2 88.7 4,188.3 80.1 Minyak Mentah 1,706.4 37.8 45.2 1,599.7 33.4 47.9 Produk Kilang 2,545.8 51.0 50.0 2,588.6 46.7 55.4

¹⁾ nilai impor dibagi dengan volume impor Sumber: SKK Migas dan Pertamina (diolah) * angka sementara ** angka sangat sementara

Tw. IV** Nilai (juta USD) Volume (mbbl) Harga¹ (USD/barel) Rincian 2016 Tw. III* Nilai (juta USD) Volume (mbbl) Harga¹ (USD/barel)

(18)

meningkatnya harga dan volume ekspor (Tabel 9). Namun demikian secara keseluruhan 2016, ekspor gas

mengalami penurunan sebesar 29,2% jika

dibandingkan tahun sebelumnya, terutama

disebabkan oleh faktor harga gas dunia yang menurun.

Tabel 9

Perkembangan Ekspor Gas (f.o.b)

Neraca Perdagangan Jasa

Defisit neraca perdagangan jasa pada triwulan IV 2016 tercatat sebesar USD1,6 miliar, relatif sama dengan triwulan sebelumnya. Perkembangan tersebut

disebabkan oleh kenaikan pembayaran jasa freight dan

penurunan neto penerimaan jasa perjalanan (travel)

yang mampu diimbangi oleh turunnya defisit jasa lainnya. Namun demikian, neraca jasa pada triwulan laporan tersebut tercatat lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang

mengalami defisit sebesar USD1,8 miliar (Grafik 8).

Grafik 8

Perkembangan Neraca Perdagangan Jasa

Neto pembayaran jasa freight pada triwulan IV

2016 tercatat sebesar USD1,3 miliar, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD1,0 miliar sejalan dengan kenaikan impor (Grafik 9).

Grafik 9

Pembayaran Jasa Freight

Sementara itu, surplus neraca jasa perjalanan pada triwulan IV-2016 sedikit menurun menjadi USD1,2 miliar dari USD1,3 miliar pada triwulan sebelumnya. Penurunan surplus neraca jasa perjalanan tersebut dipengaruhi oleh kenaikan pembayaran jasa perjalanan (12,7% qtq) yang melampaui kenaikan penerimaan jasa perjalanan (7,2% qtq). Penerimaan jasa perjalanan tercatat sebesar USD3,5 miliar,

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

(USD3,3 miliar), didorong oleh pengeluaran wisatawan mancanegara (wisman) yang lebih tinggi. Selain itu, jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia pada periode laporan juga mengalami peningkatan menjadi 3,03 juta orang, dari sebanyak 2,92 juta orang pada

triwulan sebelumnya. Wisatawan asal Singapura,

Tiongkok, dan Malaysia merupakan kelompok wisman terbesar yang berkunjung ke Indonesia selama triwulan IV 2016. Adapun tujuan favorit wisman ke Indonesia masih terkonsentrasi pada tiga daerah utama, yaitu Bali, Jakarta, dan Batam.

Grafik 10 Neraca Jasa Travel

Ekspor 1,630.8 - 1,949.6

-LNG 1,146.4 219.3 5.2 1364.4 227.4 6.0

Gas Alam 480.7 74.4 6.5 550.7 74.5 7.4

LPG 0.9 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0

Gas Lainnya 2.8 0.6 70.0 34.5 2.8 37.8

¹⁾ vol LNG, gas alam, dan gas lainnya dlm juta mmbtu, vol LPG dalam ribu m/t, total volume dlm juta mmbtu ²⁾ harga LNG, gas alam, dan gas lainnya dalam USD/juta mmbtu, harga LPG dalam USD/ribu metric ton Sumber: SKK Migas

* angka sementara ** angka sangat sementara

Tw. IV** Nilai

(juta USD) Volume¹ Harga² Harga²

Rincian

2016 Tw. III*

Nilai (juta USD) Volume¹

-4 -3 -2 -1 0 1 2 Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw.I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw.I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw.I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw.I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw.I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I * Tw .II * Tw .III* Tw .IV ** 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Jasa Lainnya Perjalanan Transportasi Jasa (net)

miliar USD

* angka sementara; ** angka sangat sementara

-3.0 -2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 -50 -45 -40 -35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 Tw .I Tw .II Tw .III Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .III Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .III Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .III Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .III Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .III Tw .IV Tw .I* Tw .II* Tw .III * Tw .IV* * 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Tho u sa n d s

Impor Freight Import (RHS)

miliar USD

* angka sementara; ** angka sangat sementara

miliar USD -3 -2 -1 0 1 2 3 4 Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .III Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I* Tw .II * Tw .II I* Tw .IV ** 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Impor Ekspor Perjalanan (net)

miliar USD

(19)

Di sisi lain, pembayaran jasa perjalanan pada triwulan IV 2016 juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, terutama dipengaruhi oleh pola musiman pengeluaran wisatawan nasional (wisnas) yang lebih tinggi. Sementara itu, jumlah wisnas yang berkunjung ke luar negeri pada triwulan laporan tercatat lebih rendah (1,97 juta orang) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (2,18 juta orang), dipengaruhi oleh penyelenggaraan ibadah haji pada tahun 2016 yang sebagian besar terjadi di triwulan III.

Secara keseluruhan, defisit neraca perdagangan jasa pada tahun 2016 turun 25,4% menjadi USD6,5 miliar dari USD8,7 miliar pada 2015 . Turunnya defisit neraca jasa tersebut terutama disumbang oleh

penurunan pembayaran jasa freight, seiring dengan

penurunan impor barang. Selain itu, perbaikan neraca

jasa juga didukung oleh kenaikan penerimaan jasa

perjalanan seiring dengan meningkatnya jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia dari 9,79 juta

pada 2015 menjadi 10,93 juta pada 2016.

Neraca Pendapatan Primer

Pada triwulan IV 2016, defisit neraca pendapatan primer tercatat sebesar USD6,3 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan defisit USD8,0 miliar pada triwulan sebelumnya (Grafik 11). Penurunan defisit neraca pendapatan tersebut dipengaruhi oleh pembayaran pendapatan investasi langsung yang lebih rendah dan menurunnya pembayaran kupon/bunga surat utang sektor publik. Sementara itu, sesuai dengan pola musimannya, pembayaran bunga pinjaman luar negeri baik sektor pemerintah maupun sektor swasta pada triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya.

Grafik 11

Perkembangan Neraca Pendapatan Primer

Untuk keseluruhan tahun, defisit neraca pendapatan primer meningkat dari USD28,4 miliar pada 2015 menjadi USD29,7 miliar pada 2016. Peningkatan defisit tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya neto pembayaran pendapatan investasi portofolio.

Neraca Pendapatan Sekunder

Neraca pendapatan sekunder pada triwulan IV 2016 mencatat surplus sebesar USD0,9 miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan surplus triwulan sebelumnya sebesar USD1,0 miliar. Penurunan surplus tersebut terutama disebabkan oleh penurunan neto penerimaan transfer personal dari USD1,3 miliar menjadi USD1,2 miliar, seiring turunnya remitansi Tenaga Kerja Indonesia/TKI (Grafik 12). Penurunan neto penerimaan transfer personal tersebut melampaui peningkatan neto penerimaan hibah pemerintah dan penurunan neto pembayaran transfer lainnya sektor swasta. -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw.I Tw .II Tw .III Tw .IV Tw.I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw.I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw.I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw.I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I* Tw .II * Tw .II I* Tw .IV ** 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Pend. Inv. Langsung Pend.Inv. Lainnya Pend. Inv. Portofolio Pendapatan Primer (net)

miliar USD

(20)

Grafik 12

Perkembangan Transfer Personal

Ditinjau dari negara asal transfer, sebagian besar transfer personal berasal dari remitansi TKI yang bekerja di kawasan Asia Pasifik, yaitu mencapai USD1,1 miliar, diikuti kawasan Timur Tengah dan Afrika sebesar USD0,9 miliar, dan kawasan lain yang mencapai USD0,2 miliar.

Sampai akhir triwulan IV 2016 tercatat 3,5 juta penduduk Indonesia bekerja menjadi TKI di luar negeri. Data BNP2TKI mengindikasikan bahwa 67,6% dari jumlah TKI tersebut bekerja di wilayah Asia Pasifik dengan porsi terbesar Malaysia, Taiwan, Hongkong, dan Singapura. Sementara itu, 31,8% dari seluruh TKI bekerja di regional Timur Tengah dan Afrika, terbesar berada di negara Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Yordania (Grafik 13).

Grafik 13

Posisi Tenaga Kerja Indonesia Tw. IV-2016

Untuk keseluruhan tahun 2016, surplus neraca pendapatan sekunder menurun dari USD5,5 miliar pada 2015 menjadi USD4,4 miliar, terutama disebabkan oleh menurunnya penerimaan remitansi

TKI. Jumlah TKI yang bekerja di luar negeri tercatat menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, di antaranya sebagai dampak perpanjangan moratorium TKI informal ke negara-negara Timur Tengah.

TRANSAKSI MODAL DAN FINANSIAL

Dinamika yang berkembang di pasar keuangan global dan kondisi makroekonomi Indonesia yang dinilai cukup baik memengaruhi kinerja transaksi modal dan finansial pada triwulan laporan. Transaksi modal dan finansial triwulan IV 2016 mencatat surplus yang cukup besar senilai USD6,8 miliar, terutama didukung oleh surplus investasi lainnya sejalan dengan

berlanjutnya repatriasi dana tax amnesty. Namun

demikian, surplus transaksi modal dan finansial tersebut lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan III 2016 sebesar USD10,6 miliar, terutama karena defisit investasi portofolio sebagai dampak keluarnya dana asing dari SUN rupiah dan saham domestik pasca-terpilihnya presiden AS yang

baru. Selain itu, surplus investasi langsung juga tercatat

lebih rendah terutama dipengaruhi arus keluar investasi langsung di sektor pertambangan (Grafik 14).

Grafik 14

Transaksi Modal dan Finansial

Untuk keseluruhan tahun, persepsi positif investor terhadap perekonomian domestik mendorong aliran dana masuk ke dalam negeri. Surplus transaksi modal dan finansial meningkat signifikan dari USD16,8 miliar pada 2015 menjadi sebesar USD29,2 miliar pada 2016. Peningkatan surplus tersebut didorong oleh kenaikan surplus investasi langsung dan investasi portofolio serta penurunan defisit investasi lainnya.

-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .III Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .II I Tw .IV Tw .I* Tw .II * Tw .II I* Tw .IV ** 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Pembayaran Penerimaan Transfer Personal (net)

miliar USD

(21)

Peningkatan surplus transaksi modal dan finansial pada 2016 juga dipengaruhi oleh implementasi program pengampunan pajak yang berjalan dengan baik.

Investasi Langsung

Pada triwulan IV 2016, investasi langsung mencatat surplus sebesar USD2,2 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan sebelumnya sebesar USD6,5 miliar. Penurunan surplus tersebut terutama dipengaruhi oleh arus keluar investasi langsung di sektor pertambangan.

Jika dilihat secara gross aset dan kewajiban,

perkembangan investasi langsung pada triwulan laporan sangat dipengaruhi oleh transaksi tutup sendiri

(crossing) atas saham emiten di sektor perbankan pada bursa saham domestik. Investasi langsung asing yang semula tercatat pada sektor perbankan tersebut awalnya berasal dari dana yang bersumber dari dalam

negeri (round-tripping FDI), sehingga pada saat terjadi

divestasi asing (outflow di sisi kewajiban investasi

langsung), terjadi pula divestasi oleh investor domestik atas entitas di luar negeri yang memiliki saham

perbankan dimaksud (inflow di sisi aset investasi

langsung) dengan nilai yang sama.

Dampak dari transaksi tersebut dan beberapa

transaksi lainnya yang relatif kecil, inflow aset investasi

langsung meningkat signifikan menjadi sebesar USD12,9 miliar pada triwulan IV 2016 dari USD0,5 miliar pada triwulan sebelumnya. Di sisi lain, kewajiban

investasi langsung yang biasanya mencatat inflow,

berbalik menjadi outflow sebesar USD10,7 miliar.

Secara neto, investasi langsung masih mencatat surplus meskipun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 15).

Grafik 15

Perkembangan Investasi Langsung

Untuk keseluruhan 2016, kinerja investasi langsung mencatat surplus neto sebesar USD15,1 miliar, meningkat dari tahun sebelumnya yang mencatatkan surplus sebesar USD10,7 miliar. Masih tingginya kepercayaan investor terhadap kondisi fundamental ekonomi Indonesia, serta prospek pertumbuhan ekonomi ke depan mampu mendorong investor asing untuk tetap melakukan investasi jangka panjang di Indonesia. Perbaikan kinerja investasi langsung tersebut sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan perekonomian domestik dari 4,88% (yoy) pada 2015 menjadi 5,02% (yoy) pada 2016.

Meningkatnya arus masuk investasi langsung selama 2016 terutama dipengaruhi adanya neto aliran masuk investasi asing langsung di sisi aset sebesar USD11,4 miliar, berkebalikan dengan kondisi tahun sebelumnya yang mengalami neto aliran keluar sebesar USD9,1 miliar. Sementara itu, pada periode yang sama aliran masuk investasi langsung di sisi kewajiban mengalami penurunan menjadi sebesar USD3,8 miliar dari USD19,8 miliar pada tahun 2015. Besarnya perubahan nilai aset dan kewajiban investasi langsung tersebut sangat dipengaruhi oleh dinamika yang terjadi pada triwulan IV 2015.

(22)

Sejalan dengan perkembangan investasi langsung berdasarkan aset/ kewajiban, perkembangan investasi langsung berdasarkan arah investasi juga sangat dipengaruhi oleh divestasi yang terjadi di sektor

perbankan melalui transaksi tutup sendiri (crossing) di

bursa sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Investasi langsung asing di Indonesia (PMA) selama triwulan laporan mencatat arus keluar sebesar USD8,9 miliar, berkebalikan dengan kondisi triwulan sebelumnya yang mencatat arus masuk sebesar USD4,9 miliar. Selain divestasi yang terjadi di sektor perbankan,

outflow FDI pada triwulan laporan juga disumbang oleh divestasi perusahaan FDI di sektor pertambangan. Secara sektoral, aliran masuk modal PMA selama triwulan IV 2016 di dominasi oleh sektor manufaktur; pertanian, perikanan dan kehutanan; dan sektor perdagangan (Grafik 16). Ketiga sektor tersebut mencatat nilai investasi sebesar USD3,05 miliar, relatif sama dengan triwulan sebelumnya yang mencapai USD3,03 miliar. Dibandingkan kinerja triwulan yang sama tahun sebelumnya, nilai PMA di ketiga sektor tersebut mengalami peningkatan dari nilai yang tercatat pada triwulan IV 2015 sebesar USD1,0 miliar. Sementara itu, sektor keuangan yang pada periode sebelumnya selalu memberikan kontribusi positif terhadap arus masuk investasi, pada triwulan IV 2016 justru mencatat adanya arus keluar sebagai dampak divestasi yang terjadi di sektor perbankan tersebut di

atas.

Grafik 16

Perkembangan PMA menurut Sektor Ekonomi

Sejalan dengan kondisi triwulan IV 2016, sektor-sektor utama yang menarik aliran masuk modal PMA selama tahun 2016 antara lain adalah sektor manufaktur, perdagangan, serta sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan. Ketiga sektor tersebut mencatat nilai investasi sebesar USD10,7 miliar.

Berdasarkan negara asal investasi, arus masuk investasi langsung masih didominasi oleh investor yang berasal dari kawasan ASEAN, disusul oleh investor dari negara berkembang Asia lainnya (termasuk Tiongkok) dan Jepang (Grafik 17). Nilai investasi dari ketiga kawasan tersebut selama periode laporan masing-masing sebesar USD2,8 miliar, USD1,1 miliar, dan USD0,4 miliar, atau total sebesar USD4,4 miliar. Sementara itu, investasi langsung dari Amerika Serikat

pada periode laporan mencatat net outflow atau defisit

sebesar USD1,2 miliar. Kondisi serupa juga terjadi pada keseluruhan tahun yang mencatat arus masuk investasi langsung terbesar berasal dari negara di kawasan ASEAN, kemudian disusul oleh negara berkembang Asia lainnya (termasuk Tiongkok) dan Jepang, dengan total investasi sebesar USD15,3 miliar, sedikit meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD15,1 miliar.

Grafik 17

Perkembangan PMA menurut Negara Asal

Tanpa memperhitungkan dampak transaksi

round-tripping di sektor perbankan tersebut di atas, perkembangan PMA secara keseluruhan masih positif, yang mengindikasikan masih tingginya kepercayaan investor terhadap kondisi fundamental ekonomi Indonesia serta prospek pertumbuhan ekonomi ke

(23)

perkembangan realisasi PMA yang dipublikasikan oleh

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)1 yang

juga menunjukkan adanya peningkatan. Selama triwulan laporan, BPKM mencatat realisasi PMA sebesar Rp101,3 triliun (ekuivalen dengan USD7,5 miliar), meningkat sekitar 1,6% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp99,7 triliun (ekuivalen dengan USD7,4 miliar).

Secara sektoral, BPKM mencatat bahwa realisasi PMA terkonsentrasi pada sektor industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik; serta sektor pertambangan (masing-masing dengan pangsa 14,3% dari total PMA), disusul sektor listrik, gas dan air (pangsa 11,5%) dan industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi (pangsa 9,9%). Berdasarkan negara asal investasi, Singapura mencatat nilai realisasi investasi terbesar dengan nilai USD2,1 miliar, diikuti oleh Tiongkok (USD 1,1 miliar); Jepang (USD 0,9 miliar); Amerika Serikat (USD 0,7 miliar); dan Hong Kong (USD 0,7 miliar).

Investasi Portofolio

Meningkatnya ketidakpastian perekonomian global pasca-Pemilu Presiden AS dan ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate menyebabkan keluarnya dana asing dari Indonesia di triwulan IV 2016. Hal ini tercermin dari investasi portofolio di sisi kewajiban yang berbalik menjadi defisit sebesar USD0,4 miliar pada triwulan IV 2016, setelah pada triwulan sebelumnya mengalami surplus sebesar USD4,6 miliar. Arus keluar dana asing terutama terjadi pada instrumen surat utang pemerintah berdenominasi

rupiah dan saham. Outflow yang lebih besar tertahan

dengan adanya penerbitan obligasi global pemerintah

dalam rangka pre-funding pembiayaan fiskal 2017 di

akhir triwulan IV 2016.

1Data realisasi PMA BKPM mencatat keseluruhan nilai proyek yang

direalisasikan pada suatu periode dan tidak mencakup investasi di sektor migas, perbankan dan lembaga keuangan lainnya, serta industri rumah tangga. Sementara, data PMA yang tercatat di NPI mencakup hanya data aliran modal yang diterima perusahaan PMA

Sementara itu, di sisi aset, inflow dari pelepasan

surat berharga asing oleh penduduk jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III 2016. Dengan perkembangan tersebut, investasi portofolio neto berbalik dari surplus USD6,5 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi defisit USD0,4 miliar pada triwulan IV 2016 (Grafik 18).

Grafik 18

Perkembangan Investasi Portofolio

Pada triwulan IV 2016, aliran keluar dana asing

dari instrumen Surat Utang Negara (SUN)

berdenominasi rupiah mencapai USD0,6 miliar, setelah

pada triwulan sebelumnya tercatat net inflow sebesar

USD3,0 miliar. Sejalan dengan itu, posisi kepemilikan asing pada SUN berdenominasi rupiah turun menjadi sekitar USD48,6 miliar (43,8% dari total posisi SUN rupiah) di akhir triwulan laporan dari posisi akhir triwulan sebelumnya sebesar USD50,8 miliar (44,9% dari total posisi SUN rupiah). Selain itu, investor asing

pada triwulan IV 2016 juga tercatat melakukan net jual

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebesar USD0,3 miliar setelah pada triwulan sebelumnya mencatat net beli USD0,1 miliar. Kondisi ini menyebabkan posisi SBI yang dimiliki oleh asing menurun menjadi USD0,1 miliar (1,5% dari total posisi SBI) dari sebelumnya USD0,4 miliar (4,9% dari total posisi SBI) (Grafik 19).

dari investor langsungnya dan perusahaan dalam satu grup di luar negeri selama suatu periode dan meliputi investasi langsung di seluruh sektor ekonomi.

(24)

Grafik 19

Perkembangan Posisi Kepemilikan SBI & SUN oleh Asing

Arus keluar dana asing neto dari instrumen utang sektor publik selama triwulan IV 2016 juga terjadi pada instrumen surat utang berjangka pendek berupa Surat Perbendaharaan Negara, baik konvensional maupun syariah (SPN dan SPNS), dengan total nilai USD0,6 miliar. Di sisi lain, pada triwulan laporan tercatat aliran masuk dana asing dari penerbitan obligasi global pemerintah sekitar USD3,2 miliar. Secara keseluruhan, aliran masuk modal asing neto pada instrumen surat utang sektor publik sepanjang triwulan IV 2016 tercatat sebesar USD1,5 miliar, mengalami penurunan dibandingkan dengan aliran masuk pada triwulan

sebelumnya sebesar USD3,2 miliar.

Sejalan dengan itu, perkembangan bursa sepanjang triwulan IV 2016 juga dipengaruhi oleh dinamika pasar keuangan global terkait ketidakpastian

dari arah kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah

Amerika, rencana kenaikan Federal Fund Rates, dan

rebalancing ekonomi Tiongkok. Investor nonresiden

tercatat membukukan net jual saham sebesar USD1,3

miliar, berbalik arah dibandingkan dengan net beli

pada triwulan sebelumnya sebesar USD1,6 miliar.

Aksi jual asing ini turut menekan kinerja pasar saham pada triwulan IV 2016 yang menunjukkan penurunan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

secara point-to-point mengalami penurunan dan

ditutup pada level 5.296,71 dari posisi akhir triwulan III 2016 sebesar 5.364,81.

Grafik 20

Perkembangan Transaksi Asing di BEI dan IHSG

Pada triwulan IV 2016, IHSG bergerak searah dengan pergerakan indeks harga saham di bursa regional yaitu Malaysia dan Filipina yang berada dalam tren penurunan. Adapun indeks harga saham di

Singapura dan Thailand ditutup menguat

dibandingkan dengan harga penutupan akhir triwulan

III 2016 (Grafik 21).

Grafik 21

Perkembangan Indeks Bursa di Beberapa Negara ASEAN

Aktivitas pasar saham pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada triwulan IV 2016 diwarnai pula oleh tambahan dua emiten baru yang melakukan penawaran saham perdana (IPO), yaitu PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) dan PT Bintang Oto Global Tbk. (BOGA), dengan total emisi senilai Rp1,4 triliun atau setara dengan USD104,5 juta. Nilai emisi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan total nilai emisi yang tercatat pada triwulan sebelumnya sebesar Rp7,1 triliun atau setara USD547,0 juta dari enam emiten baru.

Gambar

Grafik 3  Transaksi Berjalan
Grafik 10  Neraca Jasa Travel

Referensi

Dokumen terkait

Pada tanggal 10 Oktober 2009, Puskesmas Jatiyoso menerima seorang pasien yang harus dirawat inap karena penyakit yang dideritanya, yaitu demam membutuhkan perawatan khusus. Pasien

Sandangan taling dipakai untuk melambangkan bunyi vokal é atau è yang tidak bergabung dengan bunyi konsonan di dalam suatu suku kata.. Sandangan taling ditulis di

Dilihat dari perannya, fungsi menulis menurut Rusyana (dalam Cahyani dan Rosmana, 2006, hlm. Berdasarkan fungsi menulis di atas, maka menulis memiliki empat fungsi.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik

Menurut Rahardi (2005: 35) penelitian kesantunan mengkaji penggunaan bahasa dalam suatu masyarakat bahasa tertentu. Masyarakat tutur yang dimaksud adalah masyarakat dengan

rumah yang sama dengan di satuan pendidikan Samani & Hariyanto,2012:113 BUDAYA SEKOLAH: (KEGIATAN/KE HIDUPAN KESEHARIAN DI SATUAN PENDIDIKAN).. Strategi

Hasil penelitian tindakan kelas Devi (2010) dalam skripsinya yang berjudul “ Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) untuk

Bidang Kepangkatan, Pengangkatan dan Pemberhentian Dalam Jabatan Wilayah II pada Direktorat Pengawasan dan Pengendalian Bidang Kepangkatan, Pengangkatan dan Pemberhentian