• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK TEKNIS SOSIALISASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETUNJUK TEKNIS SOSIALISASI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PETUNJUK TEKNIS

SOSIALISASI Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan No. 27 Tahun 2016 tentang Layanan

Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

pada Satuan Pendidikan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN

DIREKTORAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN TRADISI

2016

(2)

I. Latar Belakang

Kehidupan penghayat kepercayaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sendiri adalah pernyataan dan pelaksanaan hubungan pribadi dengan Tuhan yang Maha Esa berdasarkan keyakinan yang diwujudkan dengan prilaku ketakwaan dan peribadatan terhadap Tuhan yang Maha Esa serta pengamalan budi luhur yang ajarannya bersumber dari kearifan lokal bangsa Indonesia. Pengakuan adalah eksistensi kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diamanatkan di dalam konstitusi. Namun didalam kehidupan faktual di tengah-tengah masyarakat, pelayanan terhadap kehidupan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merasa belum maksimal.

Pemerintah telah melahirkan perundangan untuk mengatur kehidupan penghayat kepercayaan, antara lain Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2013 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, serta peraturan pelaksananya. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 43 dan 41 tahun 2009 tentang Pedoman Pelayanan kepada Penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 77 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pembinaan Lembaga Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Lembaga Adat. Dari produk Undang-Undang tersebut pelaksanaan hak-hak sipil kepercayaan nampak telah terfasilitasi dengan baik, namun di masyarakat belum mengetahui dan memahami, sementara penghayat kepercayaan masih mendapati perlakuan diskriminatif dari oknum tertentu. Perlakuan diskriminatif yang dirasakan penghayat kepercayaan biasanya terkait dengan pelaksanaan hak-hak sipil, seperti: pelayanan pencatatan perkawinan, pendirian sasana sarasehan, pengisian kolom agama di KTP, proses pemakaman dan penyelesaian perselisihan.

Disamping diskriminasi yang berkaitan dengan hak-hak sipil didalam pelayanan administrasi kependudukan tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan c.q. Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi juga mendapat laporan terkait diskriminasi yang diterima oleh peserta didik penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam bidang pendidikan. Adapun contoh diskriminasi tersebut diantaranya adalah tidak dapat naik kelas karena tidak mengikuti pelajaran agama yang resmi diakui oleh pemerintah ataupun dipaksa untuk mengikuti mata pelajaran agama yang diakui oleh pemerintah.

Pada tahun 2016 ini, Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Satuan Pendidikan. Lahirnya peraturan ini diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan pendidikan bagi peserta didik penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan dapat menghilangkan diskriminasi yang selama ini terjadi.

(3)

Oleh karena itu, seiring tuntutan para penghayat kepercayaan akan hak-hak sipil yang belum mereka dapatkan dan masih adanya diskriminasi terhadap warga penghayat, khususnya dalam bidang pendidikan, maka pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi mengadakan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Satuan Pendidikan

Dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Satuan Pendidikan, diharapkan diskriminasi yang selama ini dialami penghayat kepercayaan, terutama dalam bidang pendidikan dapat segera diakhiri, sehingga eksistensi dan peran masyarakat penghayat kepercayaan akan lebih nampak di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebagai kelanjutan sosialisasi tahun 2013 dan tahun-tahun sebelumnya yang diadakan di beberapa daerah, Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi memandang perlu untuk mengadakan sosialisasi kembali, khususnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Satuan Pendidikan.

II. Dasar

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2013 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan serta peraturan pelaksanaannya;

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara;

e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Keormasan;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

g. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten, dan Pemerintah Kota;

(4)

h. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; i. Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2012 tentang Pembentukan dan Organisasi

Kementerian Negara;

j. Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1998 tentang Prosedur Pengusulan, Penetapan, dan Evaluasi Organisasi Pemerintah;

k. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 43 dan 41 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelayanan Kepada Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

l. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian;

m. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

n. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 77 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pembinaan Lembaga Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Lembaga Adat;

o. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Satuan Pendidikan p. Rencana Strategis Ditjen Kebudayaan Tahun 2012 - 2016;

q. Surat Menpan Nomor 10/M/1/2003 tentang Evaluasi Kelembagaan Pemerintah; r. Peraturan Direktur Jenderal Anggaran Departemen Keuangan RI Nomor:

PER-01/AG/2009 tanggal 23 Maret 2009, tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Standar Biaya Khusus;

s. Program APBN Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi tahun 2016.

III. Tujuan

a. Menyampaikan informasi tentang Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Satuan Pendidikan

b. Menyamakan persepsi dan Meningkatkan pemahaman petugas pelaksana di lapangan dan masyarakat terhadap Peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan perikehidupan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME.

c. Mewujudkan pelayanan kepada penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME yang baik;

d. Meminimalisir permasalahan-permasalahan yang akan timbul terhadap pelayanan hak-hak sipil penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME.

(5)

IV. Sasaran

a. Terwujudnya persamaan persepsi dan meningkatnya pemahaman petugas pelaksana di lapangan dan masyarakat yang semakin meningkat terhadap Peraturan dan Perundang-undangan yang berkaitan dengan perikehidupan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME.

b. Terwujudnya pelayanan kepada penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME yang baik dan prima dalam bidang pendidikan;

c. Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pelayanan hak-hak sipil penghayat kepercayaan, khususnya dalam bidang pendidikan dapat diminimalisir dengan baik.

V. Out Put

a. Meningkatnya pemahaman dan persepsi petugas pelaksana di lapangan terhadap Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Satuan Pendidikan. b. Meningkatnya pemahaman pelayanan pendidikan kepada penghayat kepercayaan

terhadap Tuhan YME berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perikehidupan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME.

VI. Out Come

Terwujudnya pelayanan yang baik dan prima kepada penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME dalam bidang pendidikan.

VII.Peserta

a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan b. Dinas yang membidangi pendidikan

c. Dinas yang membidangi kebudayaan d. Pengawas Sekolah

e. Kepala Sekolah

(6)

VIII. Pelaksanaan

1. Tahap Persiapan terdiri dari : a. Rapat persiapan

Rapat persiapan ini dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali pelaksanaan yang melibatkan tim kecil yang memiliki anggota terdiri atas unsur Kemendikbud dan Dinas yang membidangi Pendidikan dan Kebudayaan propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur . Rapat ini menentukan agenda pelaksanaan kegiatan sosialisasi seperti:

1) Menyusun pedoman/Juknis

2) Menentukan waktu dan tempat kegiatan 3) Menentukan peserta dan narasumber

Selain itu rapat ini membahas permasalahan kasus penghayat khususnya terkait layanan pendidikan bagi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME.

b. Rapat koordinasi dengan daerah

Rapat koordinasi dengan daerah dimaksudkan agar terjadi sinkronisasi hasil rapat persiapan dengan panitia daerah beserta dengan persiapan akomodasi pelaksanaan sosialisasi di daerah tersebut.

2. Tahap pelaksanaan a. Waktu dan tempat

Kegiatan ini akan dilaksanakan di 2 (dua) daerah, yaitu: 1. Semarang (Jawa Tengah), 7 s.d 9 November 2016 2. Surabaya (Jawa Timur), 16 s.d 18 November 2016 b. Peserta, Materi, dan Pengarah

1) Peserta

Peserta terdiri dari unsur Kepala Sekolah SD, SMP, SMA/SMK, Pengawas Sekolah, Organisasi Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Dinas yang membidangi pendidikan, Dinas yang membidangi kebudayaan, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang berjumlah 160 orang peserta.

2) Materi

a) Kebijakan Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi b) Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi

c) Sekilas mengenai Peraturan Perundang Undangan yang berkaitan dengan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

d) Permendikbud No. 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam Satuan Pendidikan

(7)

e) Pelayanan Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Peserta Didik

f) Best Practice Layanan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

3) Pengarah

a) Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. b) Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi

4) Narasumber

a) Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME, Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

b) Akademisi

c) Pusat Kurikulum Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud d) Kepala Sekolah SMAN 1 Cilacap

e) Dinas Pendidikan Kota Semarang 5) Penyampaian materi

Materi disampaikan oleh masing-masing narasumber yang dilanjutkan diskusi/tanya jawab bersama para peserta..

IX. Tata Tertib

1. Undangan berlaku untuk 1 orang, sebagai peserta Sosialisasi (apabila lebih dari 1 orang, di luar tanggung jawab panitia)

2. Peserta hadir 15 menit sebelum acara dimulai dan wajib mengisi daftar hadir.

3. Peserta diwajibkan mengikuti dan berperan aktif dalam semua acara persidangan, kecuali dalam persidangan tim perumus.

4. Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruang sidang selama persidangan berlangsung, kecuali dalam hal-hal yang sangat penting dan mendesak, setelah ijin terlebih dahulu dari panitia

5. Peserta tidak diperkenankan mengaktifkan telepon genggam/HP atau sejenisnya selama persidangan berlangsung

X. Pelaporan

Setelah kegiatan ini selesai, maka tahap terakhir adalah penyusunan laporan hasil kegiatan Sosialisasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Satuan Pendidikan

(8)

XI. Penutup

Sosialisasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Satuan Pendidikan ini agar dapat dijadikan sebagai panduan bagi para peserta dan pelaksana dalam melaksanakan tugas. Kerjasama sangat diperlukan guna kelancaran dan keberhasilan kegiatan ini.

Jakarta, Oktober 2016 Mengetahui,

Direktur Kepercayaan Koordinator,

terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi,

Dra. Sri Hartini, M.Si. Dra. Wigati

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Belum adanya wadah untuk kegiatan khusus perempuan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.. Belum diikutsertakannya penghayat kepercayaan secara formal dalam

Pada saat ini, di Indonesia telah dibuat Rancangan Undang-Undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), namun sampai saat ini belum diundangkan dan belum

Disamping identifikasi strain dan sistem deteksi, ada beberapa kriteria yang diharapkan dalam pengembangan probiotik baru seperti: (1) kecocokan (untuk probiotik konsumsi

memiliki kerangka pemikiran dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Khittah

dan spora dari vegetasi dataran delta meliputi palmae, mangrove, spora pakis, polen non-mangrove termasuk didalamnya yang berasal dari vegetasi hutan dataran

h. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan bakti sosial, baik dalam gedung maupun luar gedung. Peserta Kartu Sehat, Peserta Keluarga Harapan, Penghuni Panti Asuhan,

Helenta Br Tarigan : Upacara “Nengget” Di Kalangan Suku Karo (Studi Tentang Perspektif Gender di Desa Kuta Rayat, Kecamatan Naman Teran, Kab.Karo), 2009... Helenta Br Tarigan