• Tidak ada hasil yang ditemukan

Judul merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah penelitian. Judul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Judul merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah penelitian. Judul"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1  %$%, 3(1'$+8/8$1   $ODVDQ3HPLOLKDQ-XGXO

Judul merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah penelitian. Judul yang baik akan memberikan ketertarikan pembaca terhadap isi dari penelitian itu sendiri. Selain itu, judul juga dijadikan sebuah gambaran terhadap isi dari penelitian. Judul penelitian ini dibuat atas dasar relevansi dengan program studi yang diambil. Adapun judul dari penelitian ini ialah ³3DUWLVLSDVL ,EX 5XPDK 7DQJJDGDODP/HPEDJD.RSHUDVL 6WXGL7HQWDQJ.RSHUDVL:DQLWD³3HUWLZL *HEDQJVDUL´GL'HVD*HEDQJVDUL.HFDPDWDQ-DWLUHMR.DEXSDWHQ0RMRNHUWR -DZD 7LPXU ´ Pemilihan judul tersebut dikarenakan ada ketertarikan peneliti terkait kurang adanya akses ibu rumah tangga terhadap permodalan, sehingga membuat ibu rumah tangga terjebak pada lembaga ekonomi rakyat yang salah seperti rentenir berkedok Koperasi. Hal ini meresahkan, dikarenakan rentenir yang berkedok Koperasi tersebut memberlakukan bunga yang tinggi pada setiap pinjamannya. Sehingga ibu rumah tangga banyak yang terlilit hutang karena hal tersebut.

Didirikannya sebuah Koperasi Wanita “Pertiwi Gebangsari” diharapkan dapat dijadikan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Namun dalam hal ini, partisipasi ibu rumah tangga terhadap kegiatan usaha pada Koperasilah yang menjadi sangat penting. Hal ini dikarenakan partisipasi ibu rumah tangga yang nantinya akan mempengaruhi kebermanfaatan dari Koperasi Wanita

(2)

2 “Pertiwi Gebangsari”. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti partisipasi ibu rumah tangga dalam lembaga Koperasi tersebut.

 2ULVLQDOLWDV

Orisinalitas merupakan aspek terkait keaslian dari sebuah penelitian. Di mana penelitian yang dilakukan bukan merupakan hasil dari tiruan dari penelitian sebelumnya. Penelitian dapat dikatakan orisinil, ketika penelitian yang dilakukan belum pernah diteliti oleh penelitian sebelumnya. Ketika penelitian tersebut pernah diteliti sebelumnya, maka harus ada perbedaannya. Oleh karena itu, orisinalitas sangat penting dalam sebuah penelitian untuk menghindari adanya plagiarism. Selain itu orisinalitas juga dapat dijadikan dasar dalam penulisan. Dalam artian, dengan mengetahui penelitian-penelitian sebelumnya maka dapat memunculkan sebuah ide untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian terdahulu. Sehingga penelitian yang dilakukan merupakan hasil perkembangan dari penelitian yang sudah ada.

Adapun penelitian sebelumnya yang dijadikan dasar penulisan dalam penelitian ini ialah penelitian yang dilakukan oleh Maria Erra Setianingrum dengan judul “Pengaruh Partisipasi Anggota dan Pelayanan Kredit terhadap Keberhasilan Usaha Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) KOPEKOMA Kota Magelang”, yang berbentuk Skripsi dari mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. Penelitian ini membahas tentang seberapa besar pengaruh partisipasi anggota dan pelayanan kredit terhadap keberhasilan dari Koperasi Simpan Pinjam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

(3)

3 kuantitatif. Adapun hasil dari penelitian ini ialah terlihat bahwa partisipasi anggota dalam koperasi masih rendah, masih adanya kredit macet, jumlah SHU dari tahun ke tahun juga mengalami fluktuasi, dan pelayanan dalam unit usaha simpan pinjam masih lambat.

Selanjutnya ialah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rosda Syahroni Pratama dengan judul “Upaya Pengurus Koperasi untuk Meningkatkan Partisipasi Anggota di Koperasi Wanita Harum Melati Karang Pilang Surabaya”, yang berbentuk jurnal dari Mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya. Penelitian ini membahas terkait prosentase partisipasi anggota Koperasi di bidang organisasi, modal, dan usaha Koperasi Wanita Harum Melati Karang Pilang dan upaya pengurus dalam meningkatkan partisipasi anggota Koperasi. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui faktor penunjang partisipasi anggota dari lingkup organisasi, modal, dan unit usaha Koperasi, serta mengetahui usaha pengurus Koperasi untuk meningkatkan partisipasi anggota di Koperasi Wanita Harum Melati Karang Pilang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dengan menggunakan teknik analisis data interaktif.

Selanjutnya ialah penelitian yang dilakukan oleh Agnes Sunartiningsih dengan judul “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Desa dalam Koperasi Unit Desa (KUD)”, yang berbentuk Tesis dari Mahasiswa Program Studi Sosiologi, Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini membahas tentang pentingnya melibatkan partisipasi seluruh masyarakat hingga sampai ke pelosok pedesaan dalam sebuah pembangunan. Salah satunya ialah dengan mendorong

(4)

4 masyarakat pedesaan untuk berpartisipasi dalam lembaga ekonomi rakyat seperti KUD. Dalam penelitian ini adapun beberapa faktor yang menentukan peningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam KUD ialah perspektif anggota tentang Kepengurusan dan Manajemen KUD, Kepuasan anggota terhadap penerimaan imbalan, Kepercayaan anggota terhadap KUD sebagai lembaga ekonomi, dan Perssepsi anggota tentang ekonomi KUD.

Selanjutnya ialah penelitian yang dilakukan oleh Efi Setianingsih, dengan judul “Pemberdayaan Perempuan Melalui Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MD)” yang berbentuk Tesis dari Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keterlibatan perempuan dalam program PNPM-MD tersebut dan bagaimana upaya pemberdayannya dalam perbagai bidang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengambilan informan menggunakan Purposive Sampling dan analisis data interaktif. Adapun hasil dari penelitian ini ialah menunjukkan keterlibatan perempuan dalam tahap perencanaan masih kurang, tahap pelaksanaan masih sebagian yang aktif dan sebagian tidak maka dikatakan kurang efektif, dan tahap evaluasi yaitu perilaku kelompok pemanfaatan dana ketergantungan terhadap modal pinjaman ditandai dengan meningkatnya jumlah dana dan pinjaman setiap periodenya.

Beberapa penelitian di atas dijadikan acuan atau pedoman dan referensi peneliti dalam melakukan penelitian ini. Melihat penelitian-penelitian terdahulu seperti yang telah dipaparkan di atas, peneliti memutuskan untuk mengangkat

(5)

5 penelitian serupa dengan titik fokus yang berbeda. Penelitian kali ini difokuskan pada Koperasi Wanita “Pertiwi Gebangsari” yang berada di Desa Gebangsari, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Di mana Koperasi Wanita “Pertiwi Gebangsari” ini merupakan Koperasi yang dibentuk dari sumber modal hibah yang diberikan oleh pemerintah atas dasar realisasi dari sebuah program pemberdayaan wanita di Provinsi Jawa Timur, dengan tujuan utama untuk dijadikan sebagai wadah ibu rumah tangga dalam melakukan kegiatan ekonomi agar lebih produktif. Dalam penelitian kali ini, peneliti berfokus pada partisipasi ibu rumah tangga dalam lembaga Koperasi. Oleh karena itu, penelitian ini akan berusaha mengungkap terkait tinggi rendahnya partisipasi ibu rumah tangga dalam melakukan segala kegiatan yang dilakukan dalam Koperasi Wanita “Pertiwi Gebangsari” itu sendiri.

 $NWXDOLWDV

Koperasi Wanita (Kopwan) masih mendominasi ranah koperasi di Jawa Timur. Perkembangan Koperasi di Jawa Timur pada tahun 2014 mencapai 30.866 Koperasi. Sejumlah 34% didominasi Koperasi Wanita. Sementara, para anggota Koperasi Wanita terdiri dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang menurut data sensus UMKM mampu menyumbang 54,48% PDRB Jawa Timur (bappeda.jatimprov.go.id, 26 Mei 2016). Sedangkan untuk tahun 2015, Gus Ipul mengatakan bahwa (jatim.metrotvnews.com, 17 Desember 2015),

“8.500 unit Koperasi Wanita tersebar di Jatim. Koperasi itu berperan menciptakan ekonomi produktif di Jatim. Hal itu

(6)

6 dibuktikan pertumbuhan ekonomi Jatim sebesar 5,44% pada triwulan III Tahun 2015.”

Selain itu, Drs. H. Subianto, MM salah satu anggota dari Komisi 8 DPRD Jawa Timur, menyatakan (dprd.jatimprov.go.id, 20 Agustus 2013),

“Koperasi Wanita dapat memberikan dampak positif bagi anggotanya, masyarakat sekitar, dan perekonomian negara dalam mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Wanita juga memiliki sifat lebih ulet, jujur, dan teliti. Selain itu, Koperasi Wanita juga dapat menjadi wadah meningkatkan kesejahteraan keluarga dan aktualisasi diri kaum wanita.”

Melihat pernyataan tersebut menunjukkan bahwa perkembangan Koperasi Wanita sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Melihat jumlah penduduk wanita dari tahun 2011 hingga tahun 2015 di Jawa Timur selalu lebih tinggi dari pada jumlah penduduk laki-laki, seperti data yang tertera di bawah ini:

7DEHO -XPODK3HQGXGXN-DZD7LPXUGDUL7DKXQ 1R 7DKXQ /DNL/DNL 3HUHPSXDQ -XPODK 1 2011 18,655,522 19,185,125 37,840,647 2 2012 18,793,042 19,313,548 38,106,590 3 2013 18,925,120 19,438,075 38,363,195 4 2014 19,051,636 19,558,566 38,610,202 5 2015 19,172,610 19,674,951 38,847,561 Sumber : diolah dari jatim.bps.go.id

Maka dapat simpulkan bahwa wanita merupakan segmen penting yang harus dilibatkan dalam proses pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, dengan

(7)

7 didirikannya Koperasi Wanita dapat dijadikan salah satu alternatif untuk merangsang para wanita khususnya ibu rumah tangga untuk aktif terlibat atau berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan dalam sebuah Koperasi. Nantinya partisipasi dari ibu rumah tangga itulah yang akan menentukan nasib dari Koperasi Wanita itu sendiri untuk kedepannya. Ketika ibu rumah tangga tidak lagi terlibat dalam kegiatan dari praktek rentenir dan sepenuhnya berpartisipasi dalam lembaga Koperasi, maka Koperasi itu sendiri akan memberikan kebermanfaatannya untuk membantu perekonomian rumah tangga. Hal tersebut yang menjadi menarik untuk dibahas guna melihat bagaimana partisipasi ibu rumah tangga dalam lembaga Koperasi.

 5HOHYDQVLGHQJDQ,OPX36'.

Relevansi penelitian ini dengan keilmuan dari Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan yaitu terletak pada konsep pemberdayaan masyarakat. Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan merupakan ilmu yang mempelajari tentang permasalahan sosial dan cara mengatasinya dalam upaya untuk mewujudkan kesejahteraan. Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan membagi studinya menjadi 3 (tiga) konsentrasi, yaitu: Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan, pemberdayaan masyarakat, dan kebijakan sosial. Penelitian ini termasuk dalam kategori konsentrasi pemberdayaan masyarakat. Di mana Koperasi Wanita “Pertiwi Gebangsari” dibentuk dengan salah satu tujuan agar ibu rumah tangga di Desa Gebangsari lebih roduktif dengan melakukan kegiatan ekonomi di Koperasi Wanita tersebut. Sehingga ibu rumah

(8)

8 tangga lebih berdaya dan tidak hanya berstatus sebagai ibu rumah tangga biasa. Adapun mata kuliah di bidang studi PSDK yang relevan dengan penelitian ini ialah “Ekonomi Kerakyatan”. Dalam mata kuliah tersebut membahas terkait Koperasi yang menjadi salah satu lembaga ekonomi rakyat. Oleh karena itu, penelitian ini terdapat keterkaitan dengan ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan.

 /DWDU%HODNDQJ0DVDODK

Berbicara terkait ekonomi rumah tangga, maka tidak terlepas dari peranan wanita sebagai ibu rumah tangga. Ketika ibu tidak bisa mengatur kebutuhan ekonomi rumah tangga, maka finansial rumah tangga akan terombang-ambing. Meskipun penghasil pendapatan yang utama dalam sebuah keluarga adalah ayah, namun peran ibu sangat dibutuhkan untuk mengelolah pendapatan tersebut secara efektif dan efisien. Adanya pandangan budaya patriarki yang terdapat dalam kehidupan masyarakat mendukung pendapat tersebut dengan adanya label yang dilekatkan pada kaum laki-laki untuk mencari nafkah dan wanita sebagai ibu rumah tangga mengatur kebutuhan rumah tangga, seperti penyediaan makan, biaya anak sekolah, biaya kesehatan dan lain-lain.

Terjadinya krisis ekonomi secara global menyebabkan ibu rumah tangga ikut serta dalam kegiatan penunjang ekonomi keluarga. Namun permasalahannya ialah pendidikan dan ketrampilan ibu rumah tangga yang masih rendah dan adanya pandangan stereotipe yang meletakkan standar nilai yang rendah terhadap perilaku ibu rumah tangga. Maka dibutuhkan suatu upaya pemberdayaan yang dapat menunjang ibu rumah tangga agar lebih produktif. Salah satunya ialah dengan

(9)

9 meningkatkan akses ibu rumah tangga ke permodalan atau kredit. Dengan mendapat permodalan ibu rumah tangga dapat membuka usaha mandiri untuk membantu perekonomian rumah tangga, seperti usaha jualan di pasar tradisional, home industry, catering, kelompok usaha mandiri, kerajinan, dan sebagainya. Sehingga partisipasi ibu rumah tangga terhadap lembaga keuangan menjadi penting, guna mempermudah ibu rumah tangga dalam mendapatkan modal tersebut. Namun yang menjadi masalah ialah banyak ibu rumah tangga yang terjebak pada lembaga keuangan yang dimonopoli oleh kelompok berkepentingan untuk merauk keuntungan sebesar-besarnya dari ketidakberdayaan ibu rumah tangga tersebut. Hal ini terjadi Di Desa Gebangsari, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Di Desa Gebangsari telah banyak ditemukan sebuah praktek rentenir yang berkedok Koperasi. Cukup banyak ibu rumah tangga yang terjebak dalam kegiatan praktek rentenir berkedok Koperasi. Hal ini mengakibatkan ibu rumah tangga sebagai peminjam modal dari golongan keluarga menengah ke bawah banyak yang mengalami terlilit hutang. Hal ini dikarenakan harus membayar bunga pinjaman yang terlampau tinggi. Salah satu contoh ialah Koperasi “Sentosa Makmur”, dengan pinjaman modal sebesar Rp. 1.000.000,00, dipotong biaya administrasi sebesar Rp. 100.000,00 dan tabungan anggota sebesar Rp. 50.000,00, ibu rumah tangga hanya menerima pinjaman bersih sebesar Rp. 850.000,00, dengan cicilan tiap minggu sebesar Rp. 120.000,00 dalam jangka waktu pinjaman dua setengah bulan. Dari perhitungan pinjaman modal tersebut, maka Koperasi “Sentosa Makmur” mengenakan bunga sebesar 8% per bulan. Selanjutnya ialah Koperasi “Bangun Karya”. Dengan pinjaman modal Rp. 1.000.000,00, dipotong

(10)

10 biaya administrasi sebesar Rp. 50.000,00 dan tabungan sebesar Rp. 50.000,00, ibu rumah tangga hanya menerima pinjaman bersih sebesar Rp. 900.000,00, dengan cicilan tiap minggu sebesar Rp. 130.000.00 dalam jangka waktu pinjaman dua setengah bulan. Melihat perhitungan pinjaman tersebut, maka Koperasi “Bangun Karya” mengenakan bunga 15% per bulan.1 Bunga pinjaman tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan bunga pinjaman di Bank Konvensional. Salah satu contoh di Bank BRI. Pada tahun 2016 hanya mengenakan suku bunga 9% efektif per tahun atau setara dengan 0,41% flat per bulan.2Jika maraknya praktek rentenir berkedok Koperasi ini dibiarkan, maka akan memperpuruk kehidupan ekonomi rumah tangga.

Pengertian Koperasi menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 1967, tentang Pokok-Pokok Perkoperasian ialah (Sunindhia dan Widiyanti, 1989:3):

Organisasi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum Koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan.

Sedangkan Koperasi menurut Chaniago (dalam Sunindhia dan Widiyanti, 1989:1), ialah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota; dengan bekerja secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi

1 Wawancara dengan salah satu ibu rumah tangga di Desa Gebangsari, Kecamatan Jatirejo, kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

(11)

11 kesejahteraan jasmaniah para anggotanya. Definisi tersebut mangandung unsur-unsur, bahwa:

1. Perkumpulan Koperasi bukan merupakan perkumpulan modal (bukan akumulasi modal), akan tetapi persekutuan sosial.

2. Sukarela untuk menjadi anggota, netral terhadap aliran dan agama.

3. Tujuannya mempertinggi kesejahteraan jasmaniah anggota-anggota dengan kerja sama secara kekeluargaan.

Dari definisi terkait Koperasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa Koperasi bukan merupakan perkumpulan yang semata-mata untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Oleh karena itu tidak dibenarkan ketika implementasi dari sebuah Koperasi hanya bertujuan untuk merauk laba sebesar-besarnya, hingga merugikan masyarakat. Sejatinya kebermanfaat dari Koperasi lebih diutamakan dari pada laba. Namun demikian harus diusahakan agar Koperasi tidak mengalami Kerugian hingga mengalami gulung tikar.

Didirikannya Koperasi Wanita “Pertiwi Gebangsari” di Desa Gebangsari, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, dijadikan salah satu alternatif untuk memperbaiki keadaan tersebut. Di mana ibu rumah tangga diharapkan dapat meninggalkan kebiasaan lama untuk pinjam modal ke rentenir dan beralih menjadi anggota Koperasi. Menurut Riana (2007), mengatakan bahwa Koperasi Wanita lebih konsisten dan memberikan dampak positif untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Keberhasilan dari Koperasi Wanita tersebut tidak hanya menguntungkan sisi Koperasi Wanita itu sendiri, melainkan juga keluarga dari anggota Koperasi Wanita dan komunitas di mana Koperasi Wanita itu

(12)

12 berdiri. Hal ini dikarenakan secara khusus peranan wanita dalam Koperasi perlu didorong dengan beberapa alasan berkaitan dengan: (1) Peranan wanita dalam peningkatan kesejahteraan diri dan keluarganya. Dengan kata lain peranan yang besar wanita dalam pengentasan kemiskinan. (2) Kebutuhan wanita untuk memberdayakan diri (aktualisasi diri) agar dapat berperan lebih besar di luar posisinya sebagai ibu rumah tangga.

Tujuan dibentuknya Koperasi Wanita ini akan tercapai jika adanya partisipasi dari ibu rumah tangga dalam proses pengembangan Koperasi Wanita itu sendiri. Sunartiningsih (1991), menyatakan bahwa ada beberapa alasan sehingga partsipasi dalam Koperasi manjadi sangat penting, alasan tersebut ialah:

1. Partisipasi merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi dan kebutuhan dan sikap masyarakat setempat yang tanpa kehadirannya program-program pembangunan akan mengalami kesulitan. 2. Masyarakat akan lebih mempercayai program-program pembangunan jika

merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mempunyai rasa memiliki.

3. Anggapan bahwa merupakan hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri, sehingga mereka mempunyai hak untuk memberikan saran dalam menentukan kegiatan yang mereka butuhkan. Tinggi rendahnya partisipasi ibu rumah tangga terhadap kegiatan Koperasi Wanita akan berpengaruh terhadap keberhasilan Koperasi. Menurut Djamhari (1985:39), dalam ajaran sosialisme di kenal For each according to his need artinya pada masing-masing akan memperoleh bagian sesuai dengan kebutuhannya, maka

(13)

13 pada Koperasi dikenal For each according to his participation, atau kepada masing-masing akan diperoleh sesuai dengan partisipasi atau pekerjaannya. Ketika pendapat tersebut direalisasikan dalam Koperasi Wanita “Pertiwi Gebangsari”, maka dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya kebermanfaatan Koperasi Wanita “Pertiwi Gebangsari” untuk membantu ibu rumah tangga dalam memperbaiki perekonomian rumah tangga, didasari atas tinggi rendahnya partisipasi ibu rumah tangga terhadap kegiatan Koperasi Wanita “Pertiwi Gebangsari” tersebut. Maka dari itu penulis ingin melakukan penelitian terkait “Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Lembaga Koperasi (Studi tentang Koperasi Wanita “Pertiwi Gebangsari” di Desa Gebangsari, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur).”

 5XPXVDQ0DVDODK

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka adapun rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini ialah “Bagaimana Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Koperasi Wanita “Pertiwi Gebangsari” di Desa Gebangsari, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur”?

 7XMXDQ3HQHOLWLDQ

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan partisipasi ibu rumah tangga dalam Koperasi Wanita “Pertiwi Gebangsari” di Desa Gebangsari, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Partispasi itu sendiri dalam penelitian ini dilihat dari partisipasi ibu rumah tangga dalam kegiatan RAT (Rapat Anggota Tahunan), Partisipasi ibu rumah tangga dalam Manajemen Koperasi.

(14)

14 Partisipasi ibu rumah tangga dalam Permodalan Koperasi, dan Partisipasi ibu rumah tangga dalam Pemanfaatan Usaha koperasi..

 0DQIDDW3HQHOLWLDQ

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah: 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian tentang “Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Lembaga Koperasi (Studi Tentang Koperasi Wanita “Pertiwi Gebangsari” di Desa Gebangsari, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur)” dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan, khususnya ilmu sosial.

b. Penelitian dapat memberikan informasi terkait pentingnya partisipasi dalam sebuah Koperasi.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian dapat memberikan pemahaman dan menambah wawasan masyarakat terutama ibu rumah tangga, terkait manfaat berpartisipasi dalam lembaga Koperasi untuk membantu perekonomia rumah tangga. b. Diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi Koperasi Wanita

“Pertiwi Gebangsari” untuk meningkatkan partisipasi anggotanya. c. Sebagai masukan agar ada kegiatan evaluasi partisipasi anggota

terhadap kegiatan usaha Koperasi, agar terwujud Koperasi yang sebenarnya, yang sesuai dengan definisi, prinsip, dan ciri dari Koperasi Indonesia.

(15)

15  7LQMDXDQ3XVWDND

 .RQVHS3DUWLVLSDVL

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), partisipasi ialah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, dan peran serta. Menurut Winardi (1996:63), partisipasi diartikan sebagai turut sertanya seseorang baik secara mental dan emosional untuk memberikan sumbangan terhadap proses pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan-persoalan, di mana keterlibatan pribadi yang bersangkutan melaksanakan tanggungjawabnya melakukan hal tersebut. Menurut Mikkelsen (dalam Sukisman, 2011), partisipasi diartikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan. Selanjutnya menurut Mubyarto (dalam Zarnoji, 1994) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan dilihat dari kesediaannya untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan yang ia miliki, tanpa mengorbankan diri sendiri. Menurut Davis (dalam Sunartiningsih, 1991), mengatakan bahwa partisipasi dapat berupa pemberian sumbangan atas Pemikiran (Phychological Participation), Tenaga (Physical), Keahlian (Skill), Barang (Material), dan Uang (Money). Berdasarkan beberapa pendapat tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi merupakan keikutsertaan dalam proses perubahan dengan memberikan sumbangsih berupa pemikiran, tenaga, keahlian, barang, dan materi, sesuai dengan kemampuan tanpa mengorbankan dirinya sendiri. Ife dan Tasoriero (dalam Sukisman, 2011) menyebutkan bahwa terdapat 5 (lima) kondisi yang dapat mendorong partisipasi, yaitu:

(16)

16 1. Orang akan berpartisipasi ketika mereka menganggap isu atau aktivitas

tersebut penting untuk kelangsungan hidupnya. Sehingga dengan sendirinya mereka akan terlibat dalam isu atau aktivitas tersebut.

2. Orang harus merasa bahwa aktivitas atau partisipasi mereka dapat menghasilkan perubahan yang baik dalam kehidupan mereka sendiri ataupun masyarakat luas.

3. Setiap bentuk partisipasi harus dihargai. Setiap orang akan beda dalam memberikan kontribusi dalam setiap aktivitas atau kegiatan, hal ini dipengaruhi oleh kemampuan. sehingga apapun bentuknya harus dihargai. 4. Adanya dukungan dalam partisipasi mereka. Dukungan tersebut dapat berupa

sarana dan prasarana, seperti adanya pemberian informasi atau undangan untuk menghadiri pertemuan.

5. Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan salah satu orang atau kelompok. Tannen Baum (dalam Zarnoji, 1994), mengatakan bahwa terdapat 6 (enam) item yang dapat digunakan untuk mengukur variabel partisipasi dalam kelompok, yaitu:

1. Kehadiran dalam pertemuan rutin

2. Kehadiran dalam pertemuan/rapat khusus 3. Tingkah laku pertemuan tersebut.

4. Jabatan yang dipegangnya. 5. Keanggotaan dalam kepanitiaan.

(17)

17 Tinggi rendahnya partisipasi akan mempengaruhi keberhasilan dari sebuah program. Keseluruhan partisipasi masyarakat dari mulai proses awal perencanaan hingga proses evaluasi dapat meningkatkan kebermanfaatan program tersebut bagi masyarakat itu sendiri. Apabila masyarakat terlibat penuh dalam sebuah proses pembangunan atau perubahan, maka akan memunculkan rasa tanggung jawab dalam diri masyarakat untuk menjadikan program pembangunan dan perubahan mencapai keberhasilan. Menurut Sastropoetro (dalam Sukisman, 2011), terdapat 5 (lima) unsur panting yang menentukan gagal dan berhasilnya partisipasi, yaitu: 1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif atau berhasil. 2. Perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengertian

yang menumbuhkan kesadaran.

3. Kesadaran yang didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan.

4. Enthousiasme yang menumbuhkan spontanitas, yaitu kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa dipaksa orang lain. 5. Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.

 3DUWLVLSDVL$QJJRWD.RSHUDVL

Partisipasi anggota Koperasi memegang peranan penting dalam perkembangan Koperasi. Ropke (2000:45), menyatakan bahwa tanpa partisipasi anggota, kemungkinan atas rendah atau menurunnya efisiensi dan efektivitas anggota dalam rangka mencapai kinerja Koperasi, akan lebih besar. Ropke juga menjelaskan, bahwa partisipasi dalam organisasi yang ditandai oleh hubungan identitas, dapat diwujudkan jika pelayanan yang diberikan oleh perusahaan

(18)

18 Koperasi “sesuai” dengan kebutuhan dari anggota. Maka dari itu Koperasi senantiasa dituntut untuk terus melakukan penyesuaian terhadap kebutuhan anggotanya. Dalam hal ini Koperasi dilihat dalam 3 (tiga) aspek, sebagai berikut: 1. Anggota “berpartisipasi” dalam memberikan kontribusi atau menggerakkan

sumberdayanya.

2. Anggota “berpartisipasi” dalam pengambilan keputusan (perencanaan, implementasi, dan evaluasi).

3. Anggota “berpartisipasi atau berbagi keuntungan”

Ketiga aspek partisipasi tersebut saling berkaitan. Manfaat Koperasi tidak akan diberikan pada anggota yang tidak memberikan kontribusi dan tidak ikutserta dalam pengambilan keputusan. Dengan partisipasi anggota dapat menyampaikan gagasan terkait kebutuhan dan kepentingannya, dengan partisipasi sumberdaya dapat digerakkan, dan dengan partisipasi keputusan dapat diimplementasi dan dievaluasi. Sehingga partisipasi yang ideal dapat dirumuskan sebagai berikut (Djamhari, 1985:52): keikutsertaan anggota secara menyeluruh dalam pengambilan keputusan penetapan kebijakan, arah dan langkah usaha, dalam permodalan usaha, dalam pemanfaatan pelayanan usaha dan dalam menikmati sisa hasil usaha. Sedangkan cara untuk mengukur pasrtisipasi tersebut secara teoritis,dapat dilihat dari pelaksanaan prinsip Koperasi. Menurut prinsip Koperasi tersebut, partisipasi anggota dalam Koperasi terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, sebagai berikut:

1. Partisipasi “Dari” anggota. 2. Partisipasi “Oleh” anggota. 3. Partisipasi “Untuk” anggota.

(19)

19  7DQJJD3DUWLVLSDVL

 Tinggi rendahnya keterlibatan seseorang terhadap sebuah program atau kegiatan bisa diklasifikasikan dalam tangga partisipasi. Menurut Arnstein, yang tertuang dalam publikasinya yang berjudul A Ladder of Citizen Participation, menggolongkan partisipasi menjadi delapan jenjang partisipasi masyarakat. Tingkat partisipasi mulai dari yang rendah ke yang lebih tinggi, yaitu: Manipulasi (Manipulation), Therapy (Therapy), Informasi (Information), Konsultasi (Consultation), Pendramaan (Placation), Kemitraan (Partnership), Pelimpahan Kekuasaan (Delegated Power), Kontrol Masyarakat (Citizen Control). Tingkatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

*DPEDU7DQJJD3DUWLVLSDVL0HQXUXW$QVWHLQ

Sumber:http:/lithgow-schmidt.dk/sherry-arnteins/ladder-of-citizen-partipation.html#d0e24

(20)

20 Dari gambar di atas terlihat bahwa, Citizen Control, Delegated Power, dan Partnership, yang merupakan tiga tingkatan paling atas, menunjukkan adanya hubungan emosional yang kuat antara pihak yang memprakarsai program dan masyarakat yang dilibatkan.pihak yang terkait sangat aktif, bahkan keaktivan masyarakat yang mendominasi, sehingga mampu menentukan arah tujuan rencana. Kemudian untuk tiga tingkatan di bawahnya yang masuk dalam kategori Tokenism, partisipasi berjalan semi aktif. Dalam artian dibutuhkan berbagai bentuk rangsangan seperti memberikan bantuan, masukan, opini, terhadap masyarakat yang terlibat sebuah program. Pada tahap Tokenism ini sebuah proses perencanaan, masih dominan para penggagas perencana. Selanjutnya untuk dua tingkatan paling bawah yang masuk dalam kategori Non Participation ialah bentuk partisipasi pasif atau tidak adanya partisipasi. Masyarakat atau anggota yang dilibatkan hanya berfungsi sebagai pelengkap, namun tidak ikut andil didalamnya. Dalam artian lain, masyarakat dilibatkan hanya untuk formalitas semata.

“Delapan Jejaring Partisipasi” di atas, kemudian dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) tingkatan berdasarkan “tingkat kehakikatannya”, yaitu:

1. Tidak ikut serta (Non Participation), merupakan tingkatan di mana tujuan dari “peran serta masyarakat” adalah mendidik dan mengobati masyarakat yang berperan serta.

2. Tingkat Penghargaan atau formalitas (Degrees of Tokenism), yaitu tingkat penyampaian informasi, konsultasi dan peredaman. Masyarakat didengarkan dan diperkenalkan berpendapat, tetapi tidak memiliki kemampuan mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan

(21)

21 dipertimbangtkan secara sungguh-sungguh oleh penentu kebijakan (Decision Marker).

3. Tingkat kekuatan masyarakat atau Degrees of Citizen Power, (Kemitraan, Pendelegasian Kekuasaan, Pengawasan Masyarakat), masyarakat memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan dengan menjalankan kemitraan dengan kesertaan kekuatan (Equal Bargaining Power), atau pendelegasian kekuasaan dan pengawasan masyarakat.

Penjelasan di atas dapat dikategorikan ke dalam tabel-tabel sebagai berikut: 7DEHO-HQMDQJ3DUWLVLSDVL$UQVWHLQ

No Derajat Tolak Ukur Ciri-ciri Tipe

Partisipasi 1.

Manipulasi 1. Berpartisipasi

2. Sendiri-sendiri Masyarakat sekedar Bukan 2.

Terapi 1. Janji-janji Diberitahu Partisipasi

2. Ketidakbenaran 3. Informasi 1. Sekedar identifikasi pilih/persetujuan Masyarakat diberitahu

2. Keputusan ditangan pemerintah dan sekaligus Derajat 4.

Konsultasi 1. Usul ditampung

mengusulkan, namun Penghargaan 2. Usul/saran tidak dilaksanakan/tidak terpakai usulannya tidak dihiraukan 5.

Pendramaan 1. Saran/Usul ditampung 2. Tidak Selamanya diterima 6.

Kemitraan

1. Kerjasama (tenaga dan biaya) 2. Bentukan lembaga untuk

konsultasi Bersambung

7. Delegasi 1. Penyerahan sebagian wewenang

Kewenangan

ditangan Derajat

Kekuasaan 2. Pembagian tugas. Masyarakat Kekuasaan

(22)

22 4. Adanya buku panduan

8. Kontrol 1. Kewenangan sepenuhnya ditangan Masyarakat Masyarakat   %HQWXN%HQWXN3DUWLVLSDVL

Menurut Hendar dan Kusnandi (2009:61), terdapat 4 (empat) bentuk partisipasi dilihat dari segi dimansinya, sebagai berikut:

a) Partisipasi Dipaksakan dan Partisipasi Sukarela (Voluntary).

Partisipasi dipaksakan terjadi akibat adanya undang-undang atau keputusan yang sifatnya memaksa seseorang atau kelompok untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan. Sedangkan partisipasi sukarela merupakan partisipasi yang terjadi karena adanya kesadaran seseorang atau kelmpok untuk ikut serta berpartisipasi.

b) Partisipasi Formal dan Partisipasi Informal.

Partisipasi formal biasanya tercipta karena adanya suatu mekanisme formal dalam pengambilan sebuah keputusan. Sedangkan partisipasi informal biasanya hanya terdapat persetujuan secara lisan antara atasan dan bawahan sehubungan dengan partisipasi.

c) Partisipasi Langsung dan Partisipasi Tidak Langsung.

Partispasi langsung terjadi ketika seseorang dapat mengajukan pandangan, membahas suatu pokok persoalan, dan mengutarakan keberatan terhadap keinginan orang lain. Sedangkan partisipasi tidak langsung terjadi ketika ada seseorang yang menjadi wakil untuk membwa pendapat atau inspirasi orang

(23)

23 lain yang nantinya akan berbicara atas nama karyawan atau anggota dengan kelompok yang lebih tinggi tingkatnnya.

d) Partisipasi Kontributif dan Insentif.

Partisipasi kontributif ialah kedudukan anggota sebagai pemilik melakukan perannya untuk mengambil bagian dalam penetapan tujuan Koperasi, pembuatan keputusan dan proses pengawasan terhadap jalannya Koperasi. sedangkan partisipasi insentif ialah kedudukan anggota sebagai pelanggan/pemakai akan memanfaatkan berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh Koperasi guna menunjang kepentingannya.

Apapun bentuk partisipasi yang dilakukan oleh anggota patut untuk dihargai. Semua anggota berpartisipasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Besar kecilnya partisipasi yang dilakukan harus senantiasa didukung, sehingga mereka terus termotivasi untuk memberikan kontribusinya dalam perkembangan Koperasi. Mengingat kunci utama keberhasilan Koperasi ialah partisipasi anggota, maka rangsangan berupa dukungan perlu diberikan kepada setiap anggota Koperasi.

0DVDODK0DVDODK3DUWLVLSDVL

Menurut Ropke (2000:47), terdapat 2 (dua) masalah yang mempengaruhi partisipasi anggota dalam sebuah Koperasi, yaitu:

a) Konflik Kepentingan

Variabel terpenting dalam Koperasi ialah “Accountability” atau pertanggungjawaban. Telah banyak Koperasi yang berjalan tidak sesuai dengan definisi Koperasi yang sebenarnya. Sering kali terjadi konflik

(24)

24 kepentingan dalam sebuah Koperasi. Suatu konflik kepentingan antara “promotor” eksternal di suatu pihak dan kelompok masyarakat Koperasi, seperti manajemen di pihak lain. Konflik mungkin juga terjadi antara direktorat dan eksekutif, terlebih lagi pada Koperasi yang besar.

b) Biaya Partisipasi

Biaya partisipasi masih menjadi permasalahan yang diperdebatkan dalam sebuah Koperasi. Semakin tinggi partisipasi akan semakin tinggi pula kesejahteraan anggotanya. Namun pendapat tersebut berlaku ketika partisipasi tidak membutuhkan biaya. Biaya partisipasi tergantung pada waktu, energi, dan sumber daya langsung yang digunakan oleh anggota Koperasi. Terdapat tiga faktor penentu dalam biaya untuk partisipasi:

1. Ukuran Koperasi

Partisipasi anggota akan berkurang sejalan dengan meningkatnya ukuran keanggotaan Koperasi. Sehingga diharapkan adanya peningkatan dalam pengaruh manajemen. Semakin besar Koperasi, maka semakin besar pengaruh manajemen.

2. Struktur Keanggotaan

Semakin heterogen keanggotaan suatu Koperasi, semakin lebar perdebatan dalam tingkat diskonto. Selain itu, semakin heterogen anggota, semakin banyak pula perbedaar pendapat. Anggota yang tidak mampu akan menggunakan tingkat diskonto yang lebih tinggi, sedangkan anggota yang mampu menggunakan tingkat diskonto yang lebih rendah.

(25)

25 3. Jumlah Fungsi/Kegiatan

Semakin beragam fungsi Koperasi, maka semakin besar kekuasaan dan wewenang yang akan melekat dalam manajemen. Semakin kompleks suatu Koperasi akan semakin tinggi biaya partisipasi. Tingginya biaya Koperasi dapat mengancam ekonomi usaha Koperasi.

 $ODW3DUWLVLSDVL

Terdapat tiga alat utama yang digunakan para anggota Koperasi untuk mencapai pengambilan keputusan dalam Koperasi yang merefleksikan permintaan mereka. Ketiga alat partisipasi tersebut ialah (Ropke, 2000:63):

1. Voice, anggota Koperasi dapat mempengaruhi manajemen dengan cara bertanya, mencari, atau memberi informasi maupun dengan mengajukan ketidaksepakatan dan kritik.

2. Vote, anggota dapat mempengaruhi atas siapa yang akan dipilih menjadi manajer atau Anggota Badan Pengawas dan Pengurus lainnya dalam Koperasi.

 Exit, anggota dapat mempengaruhi manajer dengan meninggalkan Koperasinya atau dengan mengancam keluar dari keanggotaan Koperasi, maupun mengurangi kegiatan mereka.

   

(26)

26  )DNWRUIDNWRU3RVLWLIGDQ1HJDWLI3DUWLVLSDVL$QJJRWD

Menurut Mutis (dalam Setianingrum, 2013), menyatakan bahwa Koperasi yang berhasil dalam mempertahankan partisipasi anggota dimunculkan oleh beberapa faktor positif yang mempengaruhi keberhasilan tersebut, yaitu:

1. Perasaan kelompok yang kuat.

2. Latihan berkesinambungan antara calon anggota dan anggota.

3. Kunjungan-kunjungan lapangan dari para penggerak Koperasi yang berkesinambungan, adanya dialog dengan anggota setempat.

4. Para anggota dan pengurus Koperasi melakukan rapat dengan baik, membuat kartu anggota dan adanya pembukuan yang benar, menerbitkan laporan keuangan bulanan.

5. Menanamkan dan mempertahankan sikap-sikap mental yang baru, atau kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan aneka simpanan pemberian pinjaman dan beberapa aspek lain dalam Koperasi.

6. Para anggota membuat rencana Koperasi

7. Penerbitan publikasi yang teratur dan disebarluaskan kepada seluruh anggota Koperasi.

8. Latihan bagi para anggota untuk memahami, menganalisis Koperasi, mengadakan perjanjian, persatuan, pada saat permulaan.

Selain itu anggota Koperasi juga dipengaruhi oleh adanya faktor negatif. Faktor negatif yang dimaksud ialah:

1. Kurangnya pendidikan anggota, antara lain dalam bentuk latihan anggota dan calon anggota yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi lokal.

(27)

27 2. Feodalisme dan paternalisme dari pengurus Koperasi dalam hubungan

dengan para anggota.

3. Kurangnya tindak lanjut yang konsisten dan pengamatan dari rencana-rencana organisasi yang telah disepakati bersama.

4. Manipulasi yang dibuat oleh bermacam-macam individu menyebabkan timbulnya erosi rasa ikut serta memiliki dari para anggota dengan Koperasinya, dan sebaliknya.

5. Kartu anggota yang dibuat tidak baik, menimbulkan ketidakjelasan transaksi antar-anggota dengan Koperasinya atau sebaliknya.

6. Kurangnya manajemen atau rendahnya ketrampilan manajerial dari pengurus Koperasi.

7. Kurangnya rencana pengembangan Koperasi profesional untuk mengimbangi perekmbangan dinamika kebutuhan angota.

8. Kurangnya penyebaran informasi tentang penampilan Koperasi, seperti neraca, biaya, manfaat, dan laporan statistik yang lain.

9. Pengalaman-pengalaman dan praktek-praktek Koperasi yang buruk di masa lampau.

Setelah mengetahui faktor positif dan negatif yang mempengaruhi perkembangan Koperasi, maka memuncul indikasi terkait ciri-ciri partisipasi yang baik. Menurut Widiyanti (2002:200), adapun indikasi yang muncul terkait ciri-ciri partisipasi anggota yang baik ialah:

(28)

28 2. Membantu permodalan Koperasi diluar membayar simpanan wajib dan

simpanan pokok sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 3. Menjadi langganan setia Koperasi dalam penggunakaan jasa. 4. Secara aktif menghadiri rapat dan pertemuan.

5. Menggunakan haknya untuk mengawasi jalannya usaha Koperasi menurut Anggaran Dasar Rumah Tangga, Peraturan-Peraturan yang berlaku, dan keputusan yang dibuat bersama

Partisipasi ibu rumah tangga dalam Koperasi Wanita “Pertiwi Gebangsari” sangat penting. Partisipasi ibu rumah tangga tersebut akan mempengaruhi perkembangan dari Koperasi Wanita “Pertiwi Gebangsari”. Sehingga beberapa indikasi yang telah dijelaskan di atas, dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini untuk mengetahui tinggi rendahnya partisipasi ibu rumah tangga dalam Koperasi Wanita “Pertiwi Gebangsari” di Desa Gebangsari, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

        

Referensi

Dokumen terkait

siswa kelas X terhadap seluruh sub indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan pada materi pembelajaran larutan elektrolit dan non elektrolit

Tidak semua pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan berhasil atau berfungsi dengan baik, karena terdapat banyak ditemui keluhan–keluhan pasien antara lain protesa yang longgar,

Observasi yang dilakukan adalah mengamati perilaku belajar siswa serta respon siswa terhadap pelajaran Bahasa Indonesia yang berkaitan dengan penggunaan model

Proses Pengolahan Madu Sampai Proses Pengemasan IRT Indah Madu Kendala yang dialami oleh peternak lebah madu adalah hasil madu yang diperoleh ketika tidak ada musim

Harga domestik komoditas tersebut di negara A relatif lebih rendah karena di negara A jumlah penawaran akan barang tersebut lebih tinggi dari permintaan

5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat : Ya Tidak 6) Pada siapa keluarga biasa

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen (2) locus of control tidak

Juga sebaliknya, sistem pendidikan seni di Indonesia diharapkan mampu beradaptasi terus menerus dengan perkembangan zaman tanpa menghilangkan peran aktif nilai-nilai luhur