• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TEORI EKONOMI MIKRO TEORI TINGKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH TEORI EKONOMI MIKRO TEORI TINGKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH TEORI EKONOMI MIKRO

TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

Adi Afriyani

Ardi Rama Saputra

Ayu Agustia Damayanti

Elly Elmi Sari

Ivana Putri Karolina

Nur Sidqiya Eriani

Rima Agustina

Syamsul Hadi

Wafiq Nur Azizah

Wahyudillah

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Teori Tingkah Laku Konsumen “. Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan referensi dan pengarahan dari berbagai pihak oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami, seluruh anggota Kelompok 4 sekaligus penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN... 4

1.1. Latar Belakang... 4

1.2. Rumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan Masalah... 4

BAB II PEMBAHASAN... 5

2.1. Teori Tingkah Laku Konsumen...5

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen...6

2.3. Pendekatan Perilaku Konsumen...6

2.3.1. Pendekatan Kardinal...6

2.3.2. Pendekatan Ordinal...9

2.3.3. Keseimbangan Konsumen...13

2.4. Efek-Efek Pendapatan dan Substitusi Terhadap Perilaku Konsumen...14

2.4.1. Efek Penggantian (Substitusi)...14

2.4.2. Efek Pendapatan...14

2.5. Paradoks Nilai... 15

2.6. Surplus Konsumen...15

BAB III PENUTUP... 16

3.1. Kesimpulan... 16

3.2. Saran... 16

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut memengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya.

Di dalam pembahasan ilmu ekonomi mikro terdapat materi mengenai Teori Tingkah Laku Konsumen. Yakni tingkah laku individu atau kelompok dalam mempergunakan pendapatan yang mereka miliki untuk memenuhi kepuasaan masing-masing.

Segala usaha yang dilakukan untuk mencapai kepuasan maksimum dengan pendapatan yang terbatas inilah yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap barang dan jasa di pasar. Untuk menganalisa pembentukan permintaan konsumen secara lebih akurat, maka akan digunakan beberapa asumsi yang akan menyederhanakan realitas ekonomi.

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa pengertian tingkah laku konsumen

2) Apa yang dimaksud dengan Teori Tingkah Laku Konsumen 3) Apa saja faktor yang mempengaruhi tingkah laku konsumen

4) Apa saja pendekatan yang digunakan dalam Teori Tingkah Laku Konsumen

1.3. Tujuan Masalah

1) Memenuhi tugas pembuatan makalah mengenai Teori Tingkah Laku Konsumen

2) Menambah ilmu pengetahuan untuk para pembaca dan pengkaji tentang konsep “Teori Perilaku Konsumen”.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Teori Tingkah Laku Konsumen

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang. (Wikipedia: 2016, https://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen)

Teori tingkah laku konsumen (Consumer behaviour) adalah teori yang mempelajari pola tingkah laku konsumen dalam memilih barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu. Teori ini dikembangkan dalam dua bentuk, yaitu: teori nilai guna (utiliti) dan analisis kepuasan sama.

Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan, yakni; pendekatan nilai guna (utiliti) kardinal dan pendekatan nilai guna ordinal

(6)

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan atau jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

• Psikologis, mencakup motivasi, presepsi, kemampuan belajar, dan sikap perseorangan.

• Pribadi, mencakup gaya hidup, kepribadian, dan status ekonomi.

• Sosial, mencakup keluarga, pendapat pemimpin, dan kelompok referensi lainya seperti teman, dan rekan seprofesi.

• Budaya, mencakup cara hidup, subkultur, dan kelas sosial.

2.3. Pendekatan Perilaku Konsumen 2.3.1. Pendekatan Kardinal

Pendekatan utilitas kardinal menyatakan bahwa utilitas dapat diukur secara langsung melalui angka-angka. Oleh karena itu, pendekatan ini disebut juga dengan pendekatan kardinal (cardinal approach).

Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal. Pada pendekatan Kardinal terdapat beberapa asumsi yang dapat digunakan untuk menunjukan bahwa tingka konsumennya,yaitu :

a. Konsumen bersifat rasional konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasannya dengan batasan pendapatannya.

b. Tujuan konsumen adalah memaksimumkan utilitas

c. Laju pertambahan utilitas semakin lama semakin rendah dengan semakin banyaknya barang tersebut dikonsumsi oleh konsumen ini dikenal sebagai The Law Of Deminishing Marginal Utility

d. Konsumen memililki sejumlah pendapatan tertentu

(7)

Hukum Gossen I

Hukum ini menyatakan:

”Jika pemenuhan kebutuhan akan satu jenis barang dilakukan secara terus-menerus, utilitas yang dinikmati konsumen akan semakin tinggi, tetapi setiap tambahan konsumsi satu unit barang akan memberikan tambahan utilitas yang semakin kecil.”

Contoh:

Utilitas dari meminum air dapat dinyatakan dalam angka. Misalnya, pada saat Anda pertama kali minum, tingkat utilitas Anda baru mencapai nilai 6 util. Demikian juga, pada saat Anda meminum air dalam gelas ketiga nilai tingkat utilitas Anda naik lagi menjadi 15 util. Selanjutnya, secara berturut-turut untuk gelas keempat nilai tingkat utilitasnya menjadi 18 util, untuk gelas kelima nilai tingkat utilitasnya menjadi 20 util, untuk gelas keenam nilai tingkat utilitasnya adalah 21 util, untuk gelas ketujuh juga nilai tingkat utilitasnya adalah 21 util. Apabila situasi tersebut digambarkan dalam tabel akan tampak sebagai berikut.

(8)

Anda mengonsumsi 4 gelas air minum adalah 6 + 5 + 4 + 3 = 18 util. Jadi, utilitas total adalah jumlah seluruh utilitas marjinal yang diperoleh hingga ke titik tertentu. Jika data dari Tabel 1. dibuat kurva akan tampak sebagai berikut.

Hukum Gossen II

Hukum ini menyatakan:

“Jika konsumen melakukan pemenuhan kebutuhan akan berbagai jenis barang dengan tingkat pendapatan dan harga barang tertentu, konsumen tersebut akan mencapai tingkat optimisasi konsumsinya pada saat rasio marginal utility (MU) berbanding harga sama untuk semua barang yang dikonsumsinya.”

Adapun untuk barang yang memiliki harga berbeda berlaku rumus sebagai berikut:

Keterangan:

MUX = marginal utility barang X

MUY = marginal utility barang Y

MUZ = marginal utility barang Z

PX = price (harga) barang X

PY = price (harga) barang Y

MUx

(9)

PZ = price (harga) barang Z

Sebagai contoh, barang yang dikonsumsi Fatimah memiliki harga yang berbeda-beda, yaitu barang X harga per unit Rp 500,00, barang Y harga per unit Rp 5.000,00, dan harga barang Z harga per unit Rp 10.000,00. Utilitas maksimum akan dicapai oleh Fatimah jika setiap unit barang memberikan utilitas marjinal yang sama untuk setiap rupiah yang dibelanjakan. Kondisi tersebut tercapai pada saat nilai MU barang X adalah 5, nilai MU barang Y adalah 50, dan nilai MU barang Z adalah 100.

Penyelesaian: dihitung, melainkan hanya dapat dibandingkan. Jadi, menurut teori ini yang berlaku adalah apakah seorang konsumen lebih menyukai kombinasi barang tertentu daripada kombinasi barang lainnya. Dalam teori utilitas ordinal digunakan pendekatan kurva utilitas sama (indifference curve) dan garis anggaran (budget line).

Dalam teori perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar seorang konsumen adalah:

a. Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking kebutuhan yang dimilikinya

b. Kepuasan konsumen dapat diurutkan, ordering

(10)

Kurva Indiferen (Indifference Curve)

(11)

Jika digambarkan dalam kurva, diperoleh kurva indiferen sebagai berikut.

Dalam hal ini, asumsinya adalah bahwa konsumen akan memperoleh tingkat utilitas yang lebih tinggi dengan menambah jumlah konsumsi kedua jenis barang. Penambahan konsumsi kedua barang tersebut akan menyebabkan pergeseran ke kanan atas. Hal ini, kurva indiferen akan semakin jauh dari titik nol. Dengan kata lain, semakin jauh kurva indiferen dari titik nol, semakin tinggi tingkat utilitas yang diberikan oleh kombinasi kedua barang. Himpunan dari beberapa kurva indiferen dinamakan peta indiferen (indifference map)

Garis Anggaran (Budget Line)

(12)

Jika seluruh uang yang ada dibelanjakan untuk membeli pakaian, Anda dapat membeli 25 potong pakaian.

Adapun jika digunakan untuk membeli buku, Anda dapat membeli 20 buku. Beberapa kemungkinan dari kombinasi pakaian dan buku tersebut terlihat pada Tabel 3. berikut.

Berdasarkan Tabel 3, dapat digambarkan kurva garis anggaran yang berbentuk garis lurus. Kurva garis anggaran menunjukkan seluruh kombinasi dari kedua barang yang mungkin terjadi, sehingga seluruh pendapatan konsumen habis dibelanjakan. Dengan demikian, garis anggaran menggambarkan semua kombinasi barang-barang yang tersedia bagi rumah tangga pada penghasilan atau pendapatan tertentu dan pada harga barang-barang yang dibelinya.

(13)

a) Perilaku Konsumen Rasional

Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal berikut:

• barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen;

• barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen;

• mutu barang terjamin;

• harga sesuai dengan kemampuan konsumen. b) Perilaku Konsumen tidak Rasional

Suatu perilaku dalam mengonsumsi dapat dikatakan tidak rasional jika konsumen tersebut membeli barang tanpa dipikirkan kegu naannya terlebih dahulu. Contohnya, yaitu:

• tertarik dengan promosi atau iklan baik di media cetak maupun elektronik;

• memiliki merek yang sudah dikenal banyak konsumen;

• ada bursa obral atau bonus-bonus dan banjir diskon;

• prestise atau gengsi.

2.3.3. Keseimbangan Konsumen

(14)

Oleh karena Anda ingin memaksimumkan utilitas, Anda ingin mencapai kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai. Dengan mengamati Kurva 5, Anda akan mencapai utilitas maksimum pada saat garis anggaran menyinggung kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai. Keadaan ini disebut dengan keseimbangan konsumen. Dari Kurva 5, kombinasi barang yang paling disukai dan dapat dicapai dengan anggaran yang ada terletak pada titik E. Pada titik E tersebut, Anda akan mencapai utilitas maksimum dengan anggaran terbatas. Artinya, Anda dalam mencapai utilitas maksimum dibatasi oleh tingkat pendapatan Anda. Keterbatasan di sini merupakan satu kenyataan bahwa seseorang tidak akan dapat mengkonsumsi barang yang nilainya melebihi pendapatannya.

2.4. Efek-Efek Pendapatan dan Substitusi Terhadap Perilaku Konsumen

2.4.1. Efek Penggantian (Substitusi)

Dalam penurunan harga suau barang akan menyebabkan permintaan pada barang tersebut semakin bertambah banyak. Penurunan harga barang tersebut mewujudkan nilai guna marginal per rupiah yang lebih tinggi daripada nilai guna marginal marginal per rupiah dari barang-barang lainya yang tidak berubah harganya. Maka, karena membeli barang tersebut akan memaksimumkan nilai guna, permintaan pada barang tersebut menjadi bertambah banyak apabila haragnya bertambah rendah. Dengan kata lain bahwa efek penggantian akan menyebabkan konsumsi barang yang telah menjadi lebih murah dan mengurangi konsumsi barang lain.

2.4.2. Efek Pendapatan

(15)

mendorong konsumen menambah jumlah barang yang dibelinya. Akibat perubahan harga terhadap pendapatan ini, yang disebut efek pendapatan. 2.5. Paradoks Nilai

Mengapa air yang sangat penting bagi kehidupan harganya sangat murah? Berlian yang tidak penting bagi kehidupan harganya mahal? Jawabannya terdapat pada dua alasan paradoks nilai berikut:

1. Kelangkaan,

Sehingga biaya produksi berlian jauh lebih mahal daripada air batuan yang diperoleh dari luar angkasa?

2. Nilai guna,

Karena air sangat esensial bagi kehidupan , maka kita membutuhkan lebih banyak air, sehingga MU dari unit air yang terakhir dikonsumsi sangat rendah. Oleh sebab itu harga air menjadi sangat rendah. Sebaliknya kita membeli sangat sedikit berlian, MU dari berlian terakhir yang dibeli menjadi tinggi, sehingga harga sangat mahal.

2.6. Surplus Konsumen

Adalah kelebihan atau perbedaan anatara kepuasan total (Total Utility) yang dinikmati dengan uang yang dimiliki konsumen dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu dengan pengorbanan totalnya yang dinilai dengan uang untuk memperoleh sejumlah barang tersebut. Perbedaan diantara kepuasan yang diperoleh seseorang didalam mengkonsumsi sejumlah barang dengan pembayaran yang harus dibuat untuk memperoleh barang tersebut.

Contoh :

(16)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sesuatu hal yang sangat penting untuk mempelajari perilaku konsumen guna memahami baik siklus bisnis jangka-pendek maupun pertumbuhan ekonomi jangka-panjang. Dalam jangka pendek, kegiatan konsumsi merupakan komponen utama dari keseluruhan pembelanjaan.

Terdapat sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan pola konsumsi pada seorang konsumen untuk mencapai kepuasan maksimum, mulai dari perubahan pendapatan dan substitusi serta faktor lainya dan ketika konsumsi berubah secara tajam, perubahan itu mungkin mempengaruhi output dan lapangan kerja melalui dampaknya tehadap keseluruhan permintaan.

3.2. Saran

(17)

DAFTAR PUSTAKA

 http://anam-alatas.blogspot.co.id/2015/12/makalah-teori-tingkah-laku-konsumen_2.html

 http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/05/teori-pendekatan-kardinal-dan-ordinal.html

 http://alifiantikosiwi.blogspot.co.id/2014/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html

 http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan hasil evaluasi dokumen penawaran maka Pokja Pengadaan Barang Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pemerintah Kota Bontang menyatakan bahwa Pelelangan Paket

Sehingga dalam kajian tersebut yang dipelajari institusi politik sebagai entitas yang bersinggungan dengan pengambilan keputusan ekonomi politik, yang berusaha

yang meliputi dua bagian utama, yaitu sisi udara (airside) yang terdiri dari runway,. taxiway,

3.3. Sistem Provider adalah Rumah Sakit yang telah bekerjasama dengan asuransi terpilih, sistem provider hanya dipergunakan untuk rawat inap. Sistem Reimburse , adalah peserta

Tabel 4.10 menunjukkan hasil perhitungan statistik dari rata-rata nilai variabel reksadana syariah menunjukkan angka sebesar -75,648722 dan untuk rata-rata nilai

Analisis korelasi pearson product moment digunakan untuk menentukan bagaimana kuatnya hubungan suatu variabel dengan variabel lain yang dalam penelitian ini

komisaris, dewan direksi dan komite audit terhadap good corporate governance pada perusahaan yang listid pada Bursa Efek Jakarta periode 2003 sampai dengan 2005 serta

Pemakaian KB suntik DMPA dalam jangka waktu yang lama dapat menurunkan kadar estrogen dan mempengaruhi metabolisme hormon dalam tubuh serta dapat semakin banyak