• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler ( WHO, 2010). Kanker payudara di Indonesia diperkirakan sekitar 30% dari seluruh jenis kanker yang ditemukan (Kemenkes, 2012). Di Amerika Serikat dilaporkan 200.000 wanita terdiagnosis kanker payudara setiap tahun, pada stadium lanjut angka harapan hidup sekitar 13,3 %. Faktor resiko kejadian kanker payudara meliputi : (1). Wanita yang hamil pertama dengan usia lebih dari 35 tahun, (2). Faktor genetik, (3). Paparan radiasi. Radiasi dosis rendah 1,6 -75 cGray pada saat anak-anak dan dewasa muda dikatakan meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara (Hurwithz et al., 2006).

Penggunaan alat Computed Tomography scan (CT) dalam proses diagnosis meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Diperkirakan lebih dari 62 juta pemeriksaan CT scan dilakukan di Amerika Serikat setiap tahunnya (Parker, 2006). Angka kejadian kanker akibat penggunaan sinar-X belum diketahui pasti tetapi Johnson O et al., menyebutkan bahwa 0,7 % - 2 % pasien dengan CT scan akan memiliki resiko terkena kanker payudara (Johnson et al., 2012). Pada negara berkembang angka kejadian kanker akibat paparan radiasi sinar-X terjadi diatas usia 60 tahun sebanyak 0,6%-1,8%, di negara Kanada 1,1%, sedangkan di negara Jepang angka kejadian sekitar 3% (Berrington et al., 2009). Pemeriksaan CT scan meliputi pemeriksaan kepala, cervical, thorax, abdomen bagian atas dan

(2)

bawah serta ekstremitas. Pemeriksaan CT scan kepala untuk menegakkan diagnosis penyakit dan kelainan intrakranial termasuk kelainan bawaan, trauma, radang, neoplasma, serta penyakit degeneratif ( Holmes et al., 2008). Pemeriksaan CT scan hanya 6% dari seluruh pemeriksaan di bidang radiologi, namun menyumbang sekitar 41% dari dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Dosis radiasi yang diterima akan bertambah besar dengan pemakaian Multislice Computed Tomography Scan (MSCT) (Buls et al., 2005).

Semakin banyaknya penggunaan modalitas radiologi, terutama CT scan memberikan andil yang cukup besar dalam pemberian paparan radiasi dosis rendah pada manusia (Hurwithz et al., 2005). MSCT 64 slices mengeluarkan radiasi sinar-X 35% lebih banyak dibandingkan dengan singleslice CT (SSCT) (Brix et al., 2003; Yates et al., 2004). Dampak radiasi MSCT 64 slices menimbulkan efek langsung maupun efek lanjut bagi pasien (Moore et al., 2006).

Radiasi yang diterima oleh pasien pada saat menjalani pemeriksaan CT tidak terbatas pada organ dan area yang menjalani pemeriksaan. Organ di luar area pemeriksaan juga dapat menerima radiasi berupa radiasi hambur. Dosis radiasi hambur yang diterima oleh organ nontarget bervariasi, tergantung dari jenis pemeriksaan yang dilakukan (Rehani et al., 2007).

Sekecil apapun dosis radiasi yang diterima dalam proses pemeriksaan pasien, harus dipertimbangkan jumlah radiasi yang diterima dengan cara dipersingkat waktu paparan, dijauhkan dari sumber radiasi, atau digunakan alat pelindung (shielding) (Trinavarat et al., 2011).

(3)

Pemeriksaan CT kepala adalah pemeriksaan CT yang paling sering dilakukan dengan area pemindaian dari vertex sampai dengan basis cranii (Brix et al., 2003). Dosis rerata pada pemeriksaan MSCT kepala pada orang dewasa adalah 50 mGray (BAPETEN, 2003). Payudara yang merupakan salah satu organ radiosensitif akan terkena radiasi dosis rendah dari pemeriksaan tersebut. Shielding diperlukan untuk mengurangi dosis radiasi tersebut (Mekis et al., 2013). Penelitian Brnic Z et al. tahun 2003 menyimpulkan bahwa penggunaan shielding ukuran 0,35 mm mampu mengurangi dosis yang diterima payudara pada pasien yang menjalani pemeriksaan SSCT kepala. Sepengetahuan peneliti belum ada laporan mengenai pengurangan dosis yang diterima payudara pada pemeriksaan CT kepala dengan MSCT.

Pada saat sekarang ini, pemakaian alat pelindung radiasi payudara (shielding payudara) belum mendapat perhatian padahal efek radiasi terhadap organ tersebut sangat buruk. Dalam prosedur operasional proteksi radiasi Instalasi Radiologi RSUP Dr. Sardjito disebutkan bahwa proteksi radiasi terhadap pasien berupa pemakaian (Alat Pelindung Diri/ APD) pada organ vital pasien yang tidak termasuk dalam area pemeriksaan (Instalasi Radiologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 2013).

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

(4)

1. Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler, dengan angka kejadian kanker payudara sekitar 30% dari seluruh jenis kanker yang ditemukan.

2. Paparan radiasi merupakan salah satu faktor resiko kejadian kanker payudara. Salah satu yang memberi andil paparan radiasi adalah pemeriksaan radiologi yang menggunakan sinar-X.

3. Penggunaan alat CT dalam proses diagnosis meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Penggunaan MSCT membawa konsekuensi meningkatnya dosis radiasi yang diterima oleh pasien.

4. Payudara yang merupakan salah satu organ radiosensitif akan terkena radiasi dosis rendah pada pemeriksaan MSCT kepala. Shielding diperlukan untuk mengurangi dosis radiasi tersebut.

5. Penggunaan shielding 0,35 mm mampu mengurangi dosis radiasi hambur yang diterima payudara pada pemeriksaan SSCT kepala.

C.Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang telah diuraikan, penulis merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Adakah makna shielding payudara dalam mengurangi dosis radiasi yang diterima payudara pada pemeriksaan MSCT kepala?

(5)

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemaknaan shielding payudara dalam mengurangi dosis radiasi yang diterima payudara pada pemeriksaan MSCT kepala.

E. Keaslian Penelitian

Menurut pengetahuan penulis, belum ada penelitian yang membandingkan dosis radiasi yang diterima oleh organ payudara pada pemeriksaan MSCT kepala tanpa dan dengan penggunaan shielding payudara di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, dan sejauh penelusuran kami, penelitian serupa belum pernah dilakukan di Indonesia.

Terdapat sejumlah penelitian yang berkaitan dengan efektivitas shielding payudara dalam mengurangi dosis hambur yang diterima oleh payudara pada pemeriksaan MSCT kepala. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang penulis usulkan. Beberapa penelitian tersebut, yang merupakan sebagian dari sumber acuan bagi penelitian ini, tercantum di dalam Tabel 1.

(6)

Tabel 1. Penelitian mengenai radiasi payudara pada pemeriksaan CT scan

Peneliti, Tahun Subyek Topik Hasil

Beaconsfield et al., 1997

Alderson-Rando anthropometric Phantom

Dosis paparan radiasi payudara pada

pemeriksaan Cone Beam CT kepala.

Penggunaan shielding lapangan besar, dapat menurunkan dosis radiasi yang diterima oleh payudara sebesar 70%.

Brnic et al., 2003

Pada 49 pasien wanita dengan dan tanpa shielding payudara di korelasikan dengan BMI(Body Mass Indeks) Penelitian eksperimental untuk menilai efektivitas shielding pada protokol CT scan kepala

Efektivitas shielding tergantung pada protokol yang digunakan.

Shielding payudara pada pemeriksaan CT kepala dapat mengurangi dosis permukaan sampai 57%. Parker et al.,

2006

Phantom payudara Pengurangan dosis radiasi yang diterima payudara wanita: data awal dengan tungsten-Antimony yang mengandung shielding payudara.

Phantom payudara dengan shielding mampu mengurangi dosis yang diterima 43% sampai dengan 73%. Colleti et al., 2013 Alderson-Rando anthropometric Phantom, dengan dan tanpa shielding Bismuth

Efektivitas shielding Bismuth dalam

mengurangi dosis radiasi pada payudara saat pemeriksaan CT thoraks.

Penggunaan Shielding Bismuth saat

pemeriksaan CT mengurangi dosis radiasi payudara secara signifikan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian sebelumnya hanya menggunakan phantom sedangkan penelitian ini dilakukan terhadap manusia. Penelitian lain menggunakan shielding Bismuth sedangkan penelitian ini menggunakan shielding yang terbuat dari timbal (Pb) dengan ketebalan 0,5 mm. Penelitian lain menggunakan SSCT sedangkan pada penelitian ini menggunakan MSCT.

F. Manfaat Penelitian 1. Dari segi penderita

(7)

Bagi penderita yang dilakukan pemeriksaan CT kepala, untuk mengurangi paparan radiasi pada payudara perlu mendapatkan alat pelindung (shielding ) sebagai proteksi terhadap radiasi.

2. Dari segi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk penyusunan standar pelayanan medis di Instalasi Radiologi dalam rangka perbaikan pelayanan medis terhadap pasien yang memperoleh pemeriksaan CT kepala untuk mencegah paparan radiasi.

3. Dari segi pendidikan

Merupakan sarana proses pendidikan, khususnya dalam melatih cara berpikir dan meneliti.

4. Dari segi pengembangan penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu data dasar untuk melanjutkan penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam

Dari proses simulasi yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa model dengan baffle utuh memiliki tekanan terkecil dengan mengurangi tekanan sebesar 19,2%,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kehilangan berat untuk pengujian skala laboratorium balok laminasi akasia-manii memiliki nilai kehilangan

penggunaan Sistem Informasi dari dimensi kelengkapan fungsi/fitur aplikasi, kehandalan/stabilitas, kemudahan penggunaan, keamanan data, fleksibelitas aplikasi, ketepatan

kalimat dalam paragraph ; menulis introductory, topic, supporting, dan concluding sentences dengan menggunakan bahasa Inggris yang berterima dan runtut dengan unsur kebahasaan

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik

(2) Bank Indonesia mencabut status BDP apabila Bank Indonesia telah menerima surat penetapan dari BPPN yang menyatakan program penyehatan terhadap Bank yang bersangkutan telah