• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI AIR TANAH DI PULAU MADURA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI AIR TANAH DI PULAU MADURA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A-311 ISBN 978-979-18342-1-6

POTENSI AIR TANAH DI PULAU MADURA

HENDRA WAHYUDI

Dosen Diploma Teknik Sipil FTSP ITS

ABSTRAK

Jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura telah diresmikan oleh bapak presiden, pada itu telah terbuka lebar Pulau Madura untuk berkembang secara pesat disegala bidang karena kendala transportasi telah dapat diatasi. Untuk mendukung pesatnya pembangunan di Pulau Madura harus disiapkan berbagai sarana dan prasarana pendukungnya khususnya masalah ketersediaan sumber air.

Sumber air di Pulau Madura amat kurang khususnya air permukaan sedangkan air tanah potensinya belum pernah dilakukan penelitian. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian potensi air tanah di Pulau Madura.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa air tanah yang telah dimanfaatkan di Pulau Madura sebesar 632.135,86 m3/hari. Sedangkan potensi air tanah yang mungkin dapat dikembangkan tanpa mengakibatkan intrusi air laut di Kabupaten Bangkalan dikembangkan mencapai 48.700 m3/hari atau 17.775.000 m3/tahun besarnya recharge 252.990 m3/hari atau 92.341.000 m3/tahun. Potensi pemanfaatan air tanah di Kabupaten Sampang dan Pamekasan melalui Cekungan Sampang-Pamekasan 214.800 m3/hari atau 78.402.000 m3/tahun, besarnya recharge 590.090 m3/hari atau 215.678.000 m3/tahun sedangkan potensi pemanfaatan air tanah di Kabupaten Sampang dan Pamekasan melalui Cekungan Ketapang 37.100 m3/hari atau 13.541.000 m3/tahun. Sedangkan potensi air tanah yang mungkin dapat dikembangkan diKabupaten Sumenep melalui Cekungan Ambunten mencapai 60.690 m3/hari atau 22.151.000 m3/tahun besarnya recharge 166.030 m3/hari atau 60.600.000 m3/tahun.,Potensi Air tanah di Kabupaten Sumenep melalui Cekungan Toranggo mencapai 13.060 m3/hari atau 4.766.000 m3/tahun, besarnya recharge 50.210 m3/hari atau 19.016.000 m3/tahun.

Kata kunci : Potensi, air tanah, sumber air.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Madura telah selesai diresmikan sehingga Pulau Madura akan semakin pesat kemajuannya. Untuk mendukung pesatnya pembangunan di Pulau Madura harus disiapkan berbagai sarana pendukungnya antara lain pendukung sumber air.

Air kalau dilihat letaknya dapat dibagi menjadi dua yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan jumlah dan keberadaannya akan dapat dilihat karena terletak dipermukaan sedangkan air tanah karena letaknya di dalam tanah maka jumlah dan potensinya perlu dilakukan pengamatan yang lebih teliti.

Pemerintah telah lama mengembangkan potensi air tanah yang ada di Pulau Madura dengan membuat sumur bor untuk mengairi sawah dan air minum melalui proyek pengembangan air tanah wilayah Jawa Timur.

Potensi tersebut perlu dikembangkan lagi untuk menunjang sektor industri dan sektor lainya tetapi pengembangan air tanah tersebut jangan sampai berlebihan sehingga akan menimbulkan masalah yang lain antara lain intrusi air laut.

Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah :

Untuk memperoleh gambaran tentang pemanfaatan air tanah di Pulau Madura.

Untuk memperoleh gambaran tentang potensi air tanah yang dapat dimanfaatkan dan kemungkinan pengembangannya.

Untuk memberikan masukan bagi pengambil kebijakan tentang pengembangan air tanah di Pulau Madura.

Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan penelitian ini terletak di empat kabupaten dengan batas-batas sebagai berikut :

Batas sebelah Utara Laut Jawa Batas sebelah Timur Laut Jawa. Batas sebelah Selatan Selat Madura. Batas Sebelah Barat Selat Madura.

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Batas Administrasi

Secara administrasi pemerintahan wilayah penelitian dibatasi oleh : sebelah utara - Laut Jawa, dan sebelah selatan- Selat Madura seluas 4441,82 km2 yang terdiri dari 4 (empat) kabupaten, dan meliputi 60 (enam puluh) kecamatan, dimana beberapa kecamatan yang termasuk Kabupaten Sumenep yang merupakan wilayah kepulauan di luar Pulau Madura tidak termasuk wilayah penelitian.

(2)

A-312

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009 Gambar 1. Peta Administrasi P Madura

Topografi

Topografi Pulau Madura terdiri dari dataran rendah yang membentang di pesisir utara dan selatan dengan ketinggian antara 0 – 50 meter d.p.l. dan di bagian tengah berupa perbukitan bergelombang dengan ketinggian 100 – 350 meter d.p.l.

Tata Guna Lahan

Tata guna lahan daerah di Pulau Madura terbagi menjadi dua yaitu :

Lahan basah yang meliputi sawah, waduk, rawa dan tambak.

Lahan kering yang terdiri dari pemukiman, tegalan, kebun, hutan dan Lain lain

Hidrologi

Wilayah penelitian mempunyai iklim type Monsoon dengan dua musim yaitu hujan yang berlangsung antara bulan Nopember – April dan kemarau antara bulan Mei – Oktober. Kondisi topografi,di samping angin Monsoon sangat mempengaruhi besarnya curah hujan, semakin tinggi letaknya di atas permukaan laut semakin besar pula curah hujannya bila dibandingkan dengan daerah dataran. Bagian tengah wilayah penelitian yang berupa perbukitan dan gunung, curah hujannya jauh lebih besar daripada curah hujan di dataran yang merupakan pantai, baik di bagian Utara maupun di bagian Selatan. Di daerah perbukitan curah hujan bahkan >2000 mm/th; yang memberikan kontribusi yang besar terhadap resapan air ke dalam tanah, sedangkan di daerah pantai curah hujan berkisar antara 500 – 1000 mm/th.

Sedangkan kondisi klimatologi Pulau Madura adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Kondisi Klimaologi Pulau Madura

Uraian Minimum Maksimum Rata-rata

Suhu (°C) 24 34 28

Penguapan (mm) 94 204 150

Penyinaran Matahari (%) 40 100 76

Kelembapan (%) 60 90 80

Kecepatan Angin (Knots) 13 22 16

LANDASAN TEORI

Air tanah adalah air yang bergerak dalam lapisan tanah yang terdapat di dalam ruang ruang antara butir-butir tanah yang membentuk itu atau dikenal dengan air lapisan dan di dalam retakan retakan dari batuan yang dikenal dengan air celah. .Keadaan air tanah ada yang terkekang dan air tanah bebas.

Jika air tanah itu bebas maka permukaannya akan membentuk gradient yang dikenal dengan gradient hidrolik sehingga pergerakan air tanahnya akan membentuk sebuah kontur.

Menurut hukum Darcy kecepatan aliran air tanah dapat dirumuskan sebagai berikut :

V = k. I ... (1) Dimana :

V = kecepatan aliran ( m3/dt ) K = koefisien permeabilitas. I = gradient hidrolik.

Pemanfaatan air tanah melalui sumur gali perhitungannya didasarkan pada kepadatan penduduk per kecamatan dengan asumsi bahwa air tanah yang diambil hanya dipergunakan untuk keperluan sehari-hari saja yaitu 60 l/hr/jiwa.

Untuk memperkirakan kebutuhan dan penggunaan air tanah dangkal disetiap kecamatan, dipakai rumus sebagai berikut:

Qp = Pn x Kp ... (2) Dimana:

Qp = penggunaan/kebutuhan air tanah dangkal (l/hr/km2)

Pn = kepadatan penduduk rata-rata per kecamatan (jiwa/km2)

Kp = kebutuhan air penduduk rata-rata (l/hr/jiwa)

Untuk menghitung Jumlah pengambilan air tanah yang digunakan untuk mengairi areal irigasi dihitung dengan memakai rumus:

Q = t x Qs (l/hr) ... (3) Dimana :

Q = jumlah debit pemompaan (l/hr) t = jam operasi pompa (jam/hr)

Qs = kapasitas debit terpasang pompa (l/det)

METODOLOGI PENELITIAN

Untuk melakukan penelitian dengan biaya dan yang efisien dan memperoleh hasil yang maksimal maka perlu disusun suatu metode pelaksanaannya yaitu :

Persiapan adalah tahapan awal dari seluruh rangkaian kegiatan. Pada tahapan ini disusun kebutuhan peralatan, keuangan dan lain sebagainya sehingga disaat pelaksanaan nanti tidak menemui kendala yang berarti.

Inventarisasi data dan Orientasi lapangan. Tahapan berikutnya setelah persiapannya sudah mencapai progress seratus persen maka langkah selanjutnya adalah pengenalan medan dan inventarisasi data. Langkah ini dilakukan untuk melihat permasalahan yang ada di lapangan dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sehingga tidak melakukan pengulangan tindakan. Analisa data. Tahapan ini adalah salah satu

langkah yang akan dilakukan setelah semua data yang diperlukan untuk penelitian ini sudah diperoleh dan tahapan ini merupekan langkah awal agar variable yang diperlukan oleh program pendukung penelitian ini ( MUDFLOW ) dapat dijalankan.

(3)

A-313 ISBN 978-979-18342-1-6

Pemodelan. Pada tahap ini yang dilakukan meliputi :

a. Penyiapan perangkat dan data input yang diperlukan oleh software Modflow

b. Kalibrasi kondisi steady – transient (elevasi muka air, debit pemompaan, dan kegaraman) c. Kalibrasi kondisi unsteady

d. Peramalan berbagai skenario (dengan atau tanpa penambahan pemompaan serta dengan atau tanpa perubahan penggunaan lahan). Analisa Hasil. Hasil yang dilakukan oleh

program Mudflow masih berupa angka angka sehingga agar hasil tersebut dapat dibuat suatu kesimpulan maka perlu dilakukan analisa hasil. Pembuatan Laporan. Tahap ini merupakan

tahap terakhir dari seluruh rangkaian penelitian yaitu menyusun sebuah laporan tentang apa yang sudah dilakukan dan menyampaikan hasilnya agar diketahui public.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan air tanah baik dari sumur dangkal dan sumur dalam untuk keperluan sehari-hari

(domestic-use), yang bersumber dari sumur gali berjumlah

191.385,68 m3/hr, untuk irigasi 372.232,80 m3/hr, sedangkan untuk air bersih berjumlah 33.303,38 m3/hr. Dari jumlah tersebut pengambilan air tanah terbesar adalah Kecamatan Larangan (35.408,11 m3/hr), dan yang terkecil adalah Kecamatan Sreseh (1.973,02 m3/hr). Untuk irigasi dan air bersih per hari di setiap kabupaten adalah sebagai berikut: Kab. Bangkalan = 152.566,91 m3/hr Kab. Sampang = 101.188,81 m3/hr Kab. Pamekasan = 176.781,93 m3/hr Kab. Sumenep = 201.598,21 m3/hr Total = 632.135,86 m3/hr

Hasil simulasi yang dilakukan terhadap pengembangan air tanah di Pulau Madura dapat dimulai dari Kabupaten Bangkalan dengan membuat sumur sebanyak 20 unit di cekungan Bangkalan berderet kearah utara keselatan seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Lokasi Sumur Pengembangan di Cekungan Bangkalan.

Maka dengan pemompaan sebesar 2000 m3/hr Kondisi permukaan air tanah pada aquifer 1 dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kondisi Transien Aquifer 1

Sedangkan Kondisi permukaan air tanah pada aquifer 2 jika dilakukan pemompaan sebesar 2000 m3/hr dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Kondisi Transien Aquifer 2

Pada akhir tahun pertama simulasi pengembangan sumur bor total input pada akuifer 1 sebesar 359.250 m3/hari, besarnya recharge 252.990 m3/hari, pengambilan air tanah 3761,3 m3/hari. Pada akuifer 2 total input sebesar 204.620 m3/hari, jumlah pengambilan air tanah 45.878 m3/hari.

Pada akhir tahun kelima (2014) simulasi pengembangan sumur bor total input pada akuifer 1 sebesar 217.570 m3/hari, besarnya recharge 126.480 m3/hari, pengambilan air tanah 3761,3 m3/hari. Pada akuifer 2 total input sebesar 177.050 m3/hari, jumlah pengambilan air tanah 45.878 m3/hari.

Sedangkan untuk Kabupaten Sampang dan Kabupaten Pamekasan dapat ditinjau dari dua cekungan yang ada yaitu Cekungan Sampang

Pamekasan dan Cekungan Ketapang. Untuk

Cekungan Sampang Pamekasan dengan membuat sumur sebanyak 15 unit dengan berderet kearah Barat ke Timur seperti pada Gambar 5.

(4)

A-314

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009 Gambar 5. Lokasi Sumur Pengembangan di

Cekungan Sampang Pamekasan.

Kondisi permukaan air tanah pada aquifer 1 jika dilakukan pemompaan sebesar 2800 m3/hr dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Kondisi Transien Aquifer 1

Kondisi permukaan air tanah pada aquifet 2 jika dilakukan pemompaan sebesar 2800 m3/hr dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Kondisi Transien Aquifer 2

Pada akhir tahun pertama simulasi pengembangan sumur bor total input pada akuifer 1 sebesar 1.210.300 m3/hari, besarnya recharge 590.090 m3/hari, pengambilan air tanah 27.732 m3/hari. Pada akuifer 2 total input sebesar 856.420 m3/hari, jumlah pengambilan air tanah 17.4090 m3/hari.

Pada akhir tahun kelima (2014) simulasi pengembangan sumur bor total input pada akuifer 1 sebesar 949.820 m3/hari, besarnya recharge 328.540 m3/hari, pengambilan air tanah 23.063 m3/hari. Pada akuifer 2 total input sebesar 833.750 m3/hari, jumlah pengambilan air tanah 167.220 m3/hari.

Cekungan Ketapang dengan membuat sumur

sebanyak 20 unit dengan berderet kearah barat ke timur seperti pada Gambar 8 .

Gambar 8. Lokasi Sumur Pengembangan di Cekungan Ketapang

Kondisi permukaan air tanah pada aquifer 1 jika dilakukan pemompaan sebesar 1760 m3/hr dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Kondisi Transien Aquifer 1

Kondisi permukaan air tanah pada aquifer 2 jika dilakukan pemompaan sebesar 1760 m3/hr dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Kondisi Transien Aquifer 2.

Pada akhir tahun pertama simulasi pengembangan sumur bor total input pada akuifer 1 sebesar 642.090 m3/hari, besarnya recharge 300.170 m3/hari, pengambilan air tanah 5962 m3/hari. Pada akuifer 2 total input sebesar 396.620 m3/hari, jumlah pengambilan air tanah 34.370 m3/hari.

Pada akhir tahun kelima (2014) simulasi pengembangan sumur bor total input pada akuifer 1 sebesar 440.450 m3/hari, besarnya recharge 300.170 m3/hari, pengambilan air tanah 5962 m3/hari. Pada akuifer 2 total input sebesar 320.900 m3/hari, jumlah pengambilan air tanah 34370 m3/hari.

Untuk Kabupaten Sumenep dibagi menjadi tiga cekungan yaitu :Cekungan Ambuten, Cekungan Sumenep dan Cekungan Toranggo.

Cekungan Ambuten dengan membuat sumur

sebanyak 15 unit dengan berderet dari barat kearah timur seperti Gambar 11.

(5)

A-315 ISBN 978-979-18342-1-6

Gambar 11. Lokasi Sumur Pengembangan di Cekungan Ambunten.

Kondisi permukaan air tanah pada aquifer 1 jika dilakukan pemompaan sebesar 2700 m3/hr dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Kondisi Transien Aquifer 1

Kondisi permukaan air tanah pada aquifer 2 jika dilakukan pemompaan sebesar 2700 m3/hr dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 13. Kondisi Transien Aquifer 2 .

Pada akhir tahun pertama simulasi pengembangan sumur bor total input pada akuifer 1 sebesar 405.670 m3/hari, besarnya recharge 166.030 m3/hari, pengambilan air tanah 7069.9 m3/hari. Pada akuifer 2 total input sebesar 307.680 m3/hari, jumlah pengambilan air tanah 57.730 m3/hari.

Pada akhir tahun kelima (2014) simulasi pengembangan sumur bor total input pada akuifer 1 sebesar 333.320 m3/hari, besarnya recharge 166.030 m3/hari, pengambilan air tanah 7069.9 m3/hari. Pada akuifer 2 total input sebesar 306.060 m3/hari, jumlah pengambilan air tanah 57.730 m3/hari.

Untuk Cekungan Sumenep dengan membuat sumur

sebanyak 25 unit berderet dari barat kearah timur seperti Gambar 14.

.

Gambar 14. Lokasi Sumur Pengembangan di Cekungan Sumenep.

Kondisi permukaan air tanah pada aquifer 1 jika dilakukan pemompaan sebesar 2700 m3/hr dapat dilihat pada gambar 15.

.

Gambar 15. Kondisi Transien Aquifer 1 pada tahun pertama

Kondisi permukaan air tanah pada aquifer 2 jika dilakukan pemompaan sebesar 2700 m3/hr dapat dilihat pada gambar 16.

Gambar 16. Kondisi Transien Aquifer 2 pada tahun pertama.

Pada akhir tahun pertama simulasi pengembangan sumur bor total input pada akuifer 1 sebesar 323.480 m3/hari, besarnya recharge 281.360 m3/hari, pengambilan air tanah 8005.6 m3/hari. Pada akuifer 2 total input sebesar 213.630 m3/hari, jumlah pengambilan air tanah 102.690 m3/hari.

Pada akhir tahun kelima (2014) simulasi pengembangan sumur bor total input pada akuifer 1 sebesar 194.470 m3/hari, besarnya recharge 144.870 m3/hari, pengambilan air tanah 8005.6 m3/hari. Pada

(6)

A-316

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009 akuifer 2 total input sebesar 21.280 m3/hari, jumlah

pengambilan air tanah 102.690 m3/hari.

Cekungan Toranggo dengan membuat sumur

sebanyak 10 unit berderet dari barat ke arah timur seperti pada Gambar 17.

Gambar 17. Lokasi Sumur Pengembangan di Cekungan Toranggo.

Kondisi permukaan air tanah pada aquifer 1 jika dilakukan pemompaan sebesar 2700 m3/hr dapat dilihat pada gambar 18.

Gambar 18 Kondisi Transien Aquifer 1

Kondisi permukaan air tanah pada aquifer 2 jika dilakukan pemompaan sebesar 2700 m3/hr dapat dilihat pada gambar 19.

Gambar 18 Kondisi Transien Aquifer 2 .

Pada akhir tahun pertama simulasi pengembangan sumur bor total input pada akuifer 1 sebesar 133050 m3/hari, besarnya recharge 50.216 m3/hari, pengambilan air tanah 762.61 m3/hari. Pada akuifer 2

total input sebesar 99.395 m3/hari, jumlah pengambilan air tanah 10.237 m3/hari.

Pada akhir tahun kelima (2014) simulasi pengembangan sumur bor total input pada akuifer 1 sebesar 104.030 m3/hari, besarnya recharge 25.646 m3/hari, pengambilan air tanah 762.61 m3/hari. Pada akuifer 2 total input sebesar 91.013 m3/hari, jumlah pengambilan air tanah 10.237 m3/hari.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :

Jumlah pemanfaatan air tanah saat ini di Madura sebesar 632.135,86 m3/hr.

Potensi air tanah yang mungkin dapat dikembangkan di Kabupaten Bangkalan dikembangkan mencapai 48.700 m3/hari atau 17.775.000 m3/tahun besarnya recharge 252.990 m3/hari atau 92.341.000 m3/tahun.

Potensi pemanfaatan air tanah di Kabupaten Sampang dan Pamekasan melalui Cekungan Sampang-Pamekasan 214.800 m3/hari atau 78.402.000 m3/tahun ,besarnya recharge 590.090 m3/hari atau 215.678.000 m3/tahun.

Potensi pemanfaatan air tanah di Kabupaten Sampang dan Pamekasan melalui Cekungan Ketapang 37.100 m3/hari atau 13.541.000 m3/tahun,.

Potensi air tanah yang mungkin dapat dikembangkan diKabupaten Sumenep melalui Cekungan Ambunten mencapai 60.690 m3/hari atau 22.151.000 m3/tahun besarnya recharge 166.030 m3/hari atau 60.600.000 m3/tahun. Potensi air tanah di Kabupaten Sumenep melalui

Cekungan Toranggo mencapai 13.060 m3/hari atau 4.766.000 m3/tahun, besarnya recharge 50.210 m3/hari atau 19.016.000 m3/tahun.

SARAN

Berdasarkan kondisi serta potensi dampak pemanfaatan air tanah di Pulau Madura maka pengembangannya perlu kehati-hatian untuk daerah dataran dekat pantai.dengan debit pengambilan air tanah maksimum 10 liter/detik.

Disarankan untuk membangun embung atau sumur resapan di daerah hulu atau perbukitan yang dapat berfungsi untuk meresapkan air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sehingga dapat menambah cadangan air tanah, selain juga untuk mengurangi resiko banjir di daerah hilir atau dataran pada saat terjadi hujan lebat di musim penghujan.

Perkembangan kondisi air tanah yang dapat diamati dari perubahan kedalaman muka air tanah perlu diukur dan dipantau secara berkala sehingga dapat diketahui kecende rungan perkembangan cadangan air tanah dan data pemantauan tersebut sangat berguna untuk perencanaan di waktu mendatang baik

(7)

A-317 ISBN 978-979-18342-1-6

untuk pengembangan air tanah maupun untuk upaya pelestarian air tanah.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anderson, M.D, And W.W. Woessner, 1992: Applied Ground Water Modelling: Simulation of Flow and Advective Transport.

[2] Freeze. R.A. and Cherry. J. A, 1979: Groundwater, Prentice Hall, Inc, Englewood Cliff, New Jersey.

[3] Nilson Guiger and Thomas Franz, User’s Manual for Visual MODFLOW

[4] Kruseman. G.P. and De Ridder.N.A, 1990: Analysis And Evaluation Of Pumping Test Data, International Institute For Land Reclamation And Improvement, Wageningen, The Netherlands

[5] Soekardi Puspowardoyo (1985) : Peta Hidrogeologi Indonesia, Lembar VIII Surabaya, Skala 1 : 250.000, Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Bandung. [6] Suyono Sosrodarsono Dan Kensa ku Takeda,

1976: Hidrologi Untuk Pengairan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

(8)

A-318

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009 Halaman ini sengaja dikosongkan

Gambar

Tabel 1. Kondisi Klimaologi Pulau Madura
Gambar  2.  Lokasi  Sumur  Pengembangan  di  Cekungan Bangkalan.
Gambar 7.  Kondisi Transien Aquifer 2
Gambar  11.  Lokasi  Sumur  Pengembangan  di  Cekungan Ambunten.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan alokasi air bawah tanah yang dapat dimanfaatkan dengan empat cara alternatif, meliputi penurapan mata air, pembuatan sumur bor, sumur pasak, dan sumur

Komunikasi seperti terlihat dalam gambar menunjukkan bahwa dari empat Kabupaten yang ada di Pulau Madura hanya terdapat satu daerah yang memiliki sektor unggulan

Komunikasi seperti terlihat dalam gambar menunjukkan bahwa dari empat Kabupaten yang ada di Pulau Madura hanya terdapat satu daerah yang memiliki sektor unggulan

Mata Air Sikumbang dieksploitasi oleh masyarakat sebagai sumber air bersih untuk usaha air minum dalam memenuhi kebutuhan air rumah tangga masyarakat Desa Pulau Sarak

Permasalahan alokasi air bawah tanah yang dapat dimanfaatkan dengan empat cara alternatif, meliputi penurapan mata air, pembuatan sumur bor, sumur pasak, dan sumur

Studi air tanah pada lima sumur bor milik PDAM Kabupaten Nganjuk, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat tiga sumur bor yang diperkirakan berasal dari daerah resapan di lereng

Studi air tanah pada lima sumur bor milik PDAM Kabupaten Nganjuk, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat tiga sumur bor yang diperkirakan berasal dari daerah resapan di lereng

Di wilayah pesisir Kota Semarang ini banyak juga kawasan industri yang menggunakan air dari sumur bor, padahal efek jangka panjang dari pembuatan sumur bor secara berlebihan bagi