• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ETNOGRAFI MASYARAKAT PESISIR TAPANULI TENGAH SIBOLGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II ETNOGRAFI MASYARAKAT PESISIR TAPANULI TENGAH SIBOLGA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

ETNOGRAFI MASYARAKAT PESISIR TAPANULI TENGAH SIBOLGA

Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.

Tapanuli Tengah termasuk kedalam wilayah pesisir sesuai yang dikemukakan oleh Sogiarto dan keputusan Mentri Kelautan dan Perikanan bahwa yang disebut pesisir itu adalah wilayah pertemuan antara darat dan laut dimana ekosistem darat dan laut saling berinteraksi.

(2)

2.1 Wilayah

Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di pantai barat Sumatera. Secara geografis, daerah ini terletak pada koordinat 1°11‟ - 1°122‟ Lintang Utara dan 98°.07‟ - 98°.12‟ BT. Wilayah ini berada pada ketinggian 0 – 1.266 meter di atas permukaan laut, dengan luas 2.188,00 kilometer persegi. Adapun batas-batas wilayah kabupaten ini adalah sebagai berikut.

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan

Humbang Hasundutan

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan d. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudra Hindia

Kabupaten Tapanuli Tengah seringkali dianggap identik dengan Kota Sibolga. Hal ini dapat dimengerti karena letaknya berdekatan dan adanya ikatan historis di antara keduanya. Tapanuli Tengah dan Sibolga dulu pernah menjadi stu wilayah di bawah Keresidenan Tapanuli hingga tahun 1956. Keidentikan ini masih berlanjut hingga kini karena kedekatan wilayah dan keduanya memiliki karateristik yang sama. Padahal sejak tahun 1956 Kota Sibolga sudah menjadi daerah otonom, tetapi pusat Pemerintahan tapanuli Tengah pada waktu itu berada pada kecamatan yang bernama Sibolga. Hal ini semakin mengkukuhkan kedekatan antara sibolga dan Tapanuli tengah. Baru pada tahun 1998, Kota Sibolga dipisahkan secara jelas dari Tapanuli Tengah dengan berpindahnya ibukota Tapanuli Tengah ke Pandan.

(3)

Secara administratif luas wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah adalah 2.188 kilometer persegi, terbagi atas 19 kecamatan, 20 kelurahan, dan 151 desa. Berikut adalah nama-nama kecamatan di Tapanuli Tengah sesuai dengan urutan dimulai dari atas ke bawah.4

Sumber Wikipedia 1. Kecamatan Manduamas

2. Kecamatan Siandorung 3. Kecamatan Andam Dewi 4. Kecamatan Barus

5. Kecamatan Barus Utara

(4)

6. Kecamatan Sosor Gadong 7. Kecamatan Pasaribu Tobing 8. Kecamatan Sorkam Barat 9. Kecamatan Sorkam 10. Kecamatan Kolang 11. Kecamatan Tapian Nauli 12. Kecamatan Sitahuis 13. Kecamatan Pandan 14. Kecamatan Tukka 15. Kecamatan Badiri 16. Kecamatan Pinangsori 17. Kecamatan Lumut 18. Kecamatan Sibabangun 19. Kecamatan Suka Bangun

2.2 Bahasa Pesisir

Bahasa Pesisir adalah suatu alat komunikasi masyarakat Pesisir dalam penyampaian maksud dan tujuan baik secara lisan maupun tulisan sehingga tercapai saling pengertian antara komunikator dengan komunikan. Bahasa Pesisir adalah bahasa yang dipergunakan masyakat Tapanuli Tengah dan Sibolga sehari-hari sebagai bahasa lisan untuk menyampaikan maksud dan tujuan di rumah maupun di luar rumah dan dalam pergaulan sehari-hari. Peranan bahasa Pesisir

(5)

menunjukkan keberadaanya di tangah-tengah masyarakat, di sekolah, upacara adat istiadat dan upacara agama.

2.3 Sistem Kekerabatan

Sitem kekerabatan pada masyarakat pesisir Tapanuli Tengah Sibolga mengikuti garis keturunan dari ayah atau sering disebut patrialineal. Karena dalam kehidupan keseharian, adat pesisir bersentuhan langsung dengan adat batak khususnya adat Batak Toba. Patrialinear pada masyarakat Batak Toba, anak laki-laki memiliki peranan penting dibandingkan anak perempuan begitu juga halnya pembagian harta warisan di masyarakat Batak Toba, anak perempuan tidak bisa mengharapkan banyak karena lebih dominan anak laki-laki. Lain halnya dengan Patrialinear pada masyarakat pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, dimana secara adat pembagian harta warisan anak laki-laki dan anak perempuan mendapatkan hak yang sama.

Pertuturan pada masyarakat adat pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, berlaku sistem kekerabatan yang tua dituakan, dan yang muda di mudakan. Kepada saudara laki-laki yang lebih tua ogek atau abang, kepada saudara perempuan yang lebih tua dipanggil uning atau cek, jika memiliki saudara laki-laki/perempuan yang lebih tua banyak maka tergantung keluarga tersebut menamai saudara yang lebih tua tersebut, biasanya menamai mereka berdasarkan sifat atau warna kulitnya. Panggilan untuk saudara lebih muda tetap dipanggil adek/adik.

Panggilan atau tutur kepada saudara laki-laki dari ibu pada dasarnya dipanggil dengan „mamak‟, yang lebih tua daripada ibu kita dipanggil dengan „mak tua‟ dan

(6)

yang lebih muda „mak etek‟, yang pertengehan „mak angah‟. Jika saudara laki-laki dan perempuan baik dari saudara kita, ibu dan ayah, maka sapaan dikaitkan dengan warna kulit atau sifat yang bersangkutan tergangtung pada keluarga tersebut dengan tujuan lebih mudah dikenal pada kalangan keluarga.

Berikut ini dipaparkan sebutan yang digunakan masyarakat pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, serta perbandingannya dengan sebutan pada masyarakat Batak Toba.

Kepada saudara laki-laki, Abang ( panggilan kepada saudara laki-laki yang lebih tua), Ogek ( panggilan kepada saudara laki-laki yang lebih tua), Adek (panggilan kepada saudara laki-laki maupun perempuan yang lebih muda). Dalam bahasa batak Toba, Akkang bagi laki, dan ito bagi wanita (abang bagi laki-laki, dan kakak bagi wanita).

Kepada saudara perempuan dalam bahasa pesisir, Uning (panggilan kepada saudara perempuan yang lebih tua), Cek uning( panggilan kepada saudara perempuan menunjukan warna kulitnya), Ceccek (kakak), Cek anga (panggilan ini jika memiliki saudara lebih tua yang banyak, posisi ditengah dari jumlah sudara). Dalam bahasa batak Toba: Ito [ong] bagi laki-laki dan akkang bagi wanita

Ipar laki-laki, dalam pesisir Tapanuli Tengah Sibolga disebut dengan Tak ajo/ ajo (jika memiliki saudara banyak, bisa menyebutkan warna kulit maupun sifat sebagai penanda). Dalam bahasa batak Toba , Lae bagi laki-laki dan Akkang/angkang bagi perempuan

(7)

Panggilan kepada ipar perempuan, yakni Tak elok (jika memiliki saudara banyak, bisa menyebutkan warna kulit maupun sifat sebagai penanda). Dalam bahasa batak Toba, Akkang/angkang bagi laki-laki, Eda bagi perempuan

Kepada saudara ayah laki-laki dalam pesisir dikenal denagn sebutan Pak tuo (saudara ayah yang paling tua), Pak itam (panggilan kepada saudara ayah menunjukkan warna kulit). Pak ketek (panggilan kepada saudara ayah yang paling kecil). Dalam bahasa batak Toba, Amang Tua untuk abang ayah dan Uda/amang uda/bapak uda untuk adik ayah

Saudara ayah perempuan dalam bahasa pesisir dipanggil dengan sebutan Oncu (jika memiliki saudara banyak, bisa menyebutkan warna kulit maupun sifat sebagai penanda). Dalam bahasa batak Toba, Namboru atau bou

Saudara ibu laki-laki dalam bahasa pesisir dikenal dengan sebutan Mamak tuan (saudara ibu laki-laki yang paling tua), Mamak itam (jika memiliki saudara banyak, bisa menyebutkan warna kulit maupun sifat sebagai penanda). Dalam bahasa batak Toba dipanggil dengan sebutan Tulang

Saudara ibu perempuan dalam bahasa pesisir Mak tuo (kepada yang lebih tua), Mak etek (kepada yang paling kecil), Mak uning (jika memiliki saudara banyak, bisa menyebutkan warna kulit maupun sifat sebagai penanda). Dalam bahasa batak Toba, Inang tua untuk kakak ibu Tante untuk adik ibu

Ipar ayah laki-laki dalam bahasa pesisir, Pak oncu (jika memiliki saudara banyak, bisa menyebutkan warna kulit maupun sifat sebagai penanda). Dalam bahasa batak Toba Amang boru

(8)

Ipar ayah perempuan dalam bahasa pesisir, Pak Tuo, isteri pak tuo (jika memiliki saudara banyak, bisa menyebutkan warna kulit maupun sifat sebagai penanda), Etek, isteri pak ketek. Dalam bahasa batak toba, Inang tua untuk isteri abang ayah, Inang uda untuk isteri adik ayah

Ipar ibu laki-laki dalam bahasa pesisir, Pak tuo (yang paling tua), Pak etek (yang paling kecil), Pak etek (jika memiliki saudara banyak, bisa menyebutkan warna kulit maupun sifat sebagai penanda). Dalam bahasa batak Toba, Amang tua untuk suami inang tua dan Uda untuk suami tante

Ipar ibu perempuan dalam bahasa pesisir disebut Mami (jika memiliki saudara banyak, bisa menyebutkan warna kulit maupun sifat sebagai penanda). Dalam bahasa batak Toba dipanggil dengan Nantulang

2.4 Adat dan Upacara Adat 2.4.1 Adat

Adat pada masyarakat pesisir Tapanuli Tengah Sibolga disebut dengan Sumando. Sumando bagi adat pesisir Tapanuli Tengah Sibolga diartikan sebagi satu kesatuan, yakni pertambahan atau percampuran satu keluarga dengan keluarga lain yang diikat dengan tali pernikahan menurut hukum Islam dan disyahkan dengan suatu acara peresmian yang disebut dengan baralek. Maka sumando itu adalah menantu yang telah diikat dengan pernikahan, sehingga sesuatu urusan baik buruknya menjadi tanggung jawab bersama.

Bagi masyarakat pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, Sumando merupakan ikatan batin yang sangat kuat kekeluargaan dan salah satu jalur dalam menjembatani

(9)

persaudaraan. Dimana sangat menghargai dan menghormati ikatan kekeluargaan adat Sumando. Itulah sebabnya dalam mengatasi hal atau peristiwa yang terjadi selalu diputuskan secara musyawarah yang melibatkan semua anggota keluarga.

2.4.2 Upacara Adat

2.4.2.1 Adat kelahiran (Turun Karai)

Adat kelahiran atau turun rumah biasa disebut dengan Turun Karai atau Turun Mandi adalah sebuah acara adat yang dilakukan oleh masyarakat pesisir di Tapanuli Tengah Sibolga untuk mengucap syukur kepada Maha Pencipta atas lahirnya seorang anak yang dilaksanakan setelah 40 hari kelahiran si anak tersebut.

2.4.2.2 Sunat Rasul

Acara khitan (sunat Rasul) adalah bagian dari sunnah Rasul yang tidak pernah dilewatkan oleh komunitas adat pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Karena didalamnya ada nilai-nilai ritual dan sakral yang tertanam dalam sanubari etnis pesisir. Besar kecilnya, upacara syukur sunat Rasul ini, tergantung pada kemampuan ekonomi orangtua, bagi yang mampu ada yang menyembelih kambing atau ayam, bahkan paling tidak dengan 3 (tiga) butir telur ayam, untuk mengupah anak yang dikhitankan.

(10)

2.4.2.3 Perkawinan

Ritual adat perkawinan pada komunitas masyarakat adat pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, juga memiliki kekhasan, meski memiliki kemiripan dan kesamaan dengan etnik Minang dan etnik lainnya tapi dia memiliki pesan adat tersendiri. Mulai dari merisik, meminang, mengantar (mangantek kepeng), ijab qabul sampai pada acara tajapuik, memulangi jajak atau ngunduh (pesta di rumah pengantin pria atau marapulai). Semua prosesi adat perkawinan pesisir Tapanuli Tengah Sibolga dilaksanakan dengan ritus-ritus yang khidmat dan memiliki resam budaya tersendiri, sehingga anak daro5 dan marapulai dapat merasakan bahwa mereka adalah anak pesisir Tapanuli Tengah Sibolga.

2.4.2.4 Kematian

Kematian adalah siklus kehidupan yang terakhir dihadapi manusia. Komunitas masyarakat adat pesisir Tapanuli Tengah Sibolga juga memiliki kekhasan dalam hubungan adat kematian.

Setiap ada yang meninggal dunia mulai dari bayi hingga orang tua, menurut adat pesisir Tapanuli Tengah Sibolga harus segera dikebumikan, tanpa menunggu waktu lama karena keluarga jauh dan sebagainya dan seluruh keluarga pun sepakat dalam pelaksanaan fardhu kifayahnya.

Setelah jenazah dikebumikan, sebagian masyarakat pesisir Tapanuli Tengah Sibolga juga melaksanakan tahlillan 3 malam berturut-turut, tahlillan malam ke-7 dan malam ke-40.

(11)

2.4.2.5 Kanduri Pasi (Jamu Laut)

Upacara tradisional ini mempunyai maksud menguras laut dan mempersembahkan sesuatu kepada raja-raja laut yang gaib agar bersahabat dengan alam sehingga nelayan tidak mendapat gangguan di laut, dan nelayan mendapat rejeki ikan yang banyak.

2.4.2.6 Tolak Bala

Upacara tolak bala adalah upacara yang dilaksanakan masyarakat tapanuli Tengah Sibolga untuk menolak bala seperti wabah penyakit yang terjangkit di desa. Upacara ini diyakini dapat menolak bala yang melanda masyarakat sekitar.

2.4.2.7 Manyonggot

Manyonggot adalah suatu upacara yang dilakukan kepada pasangan suami istri yang baru menikah dan belum mempunyai anak. Tujuan upacara ini dilaksanakan agar pasangan suami istri dikaruniai putra atau putri anak pertama mereka.

2.4.2.8 Mamogang dan Mandi Balimou

Mamogang atau Mandi Balimou adalah sebuah tradisi menjadi sebuah momen yang dijadikan para generasi muda untuk bersua langsung dengan pasangannya. Acara ini dilaksanakan pada saat menjelang masuknya bulan suci ramadán.

(12)

2.4.2.9 Mengambik Ari

Mengambik Ari dalam bahasa pesisir terdiri dari dua kata yakni mengambik yang artinya mengambil dan ari adalah hari. Jadi mengambik ari adalah mengambil hari. Upacara mengambik ari adalah upacara menetukan waktu panen perdana atau pertama pada masyarakat Tapanuli Tengah Sibolga. Masyarakat pesisir meyakini bahwa dengan dilaksanakannya upacara ini, dapat menjauhkan dari hal-hal yang menggangu proses panen perdana ini.

2.4.2.10 Turun Ke Sawah

Tradisi Turun Ke Sawah adalah upacara menanam padi perdana pada masyarakat Tapanuli Tengah Sibolga. Para petani menghitung waktu hari, bulan yang baik untuk dijadikan waktu mulai turun sawah. Maksud tujuan menghitung hari dan bulan, agar waktu dimana saat padi akan mengeluarkan buah para petani menjaga padi tersebut dari hama penggangu yang datang.

(13)

2.5 Kesenian Sikambang

Kesenian Sikambang secara umum mewakili seluruh kesenian yang berlaku bagi masyarakat Pesisir Pantai Barat Sumatera, mulai dari Meulaboh di Banda Aceh, terus ke Tapanuli, Minangkabau dan Bengkulu. Selain di Pantai Barat, Sikambang juga berlaku di Pantai Timur kepuluan Nias dan Pulau Telo.

Kesenian Sikambang yang bagian pokoknya terdiri dari tari dan nyanyi, mengemban unsur kebudayaan bernafaskan seni budaya. Kesenian ini mengemban falsafah-falsafah kontemporer yang sarat makna, bercorak petuah, berirama lagu dan berwujud tari.

Seni budaya zaman dahulu seperti tari, lagu, pantun, randai dan talibun kehadirannya bak gayung bersambut dengan menunjuk kepribadiaannya dari masyarakat Pesisir yang memiliki perasaan halus dan tenggang rasa yang tinggi, sesuai dengan alam dan riak gelombang ombak gulung-menggulung saling ikut sama yang lain.

Kesenian Pesisir umumnya tidak pernah dipergunakan pada upacara keagamaan dan penyembahan berhala, tetapi hanya untuk hiburan dan acara adat-istiadat; upacara perkawinan, upacara sunat Rasul (khitanan), penyambutan, penobatan, turun karai (turun tanah), menakalkan anak (mengayun anak), memasuki rumah baru, peresmian dan pertunjukan kesenian/pergelaran.

(14)

2.5.1 Lagu dan Tari

Lagu atau nyanyian pesisir merupakan pantun bersahut-sahutan, berisi nasehat jelmaan perasaan, sindiran dan kasih sayang menurut tradisinya. Alam pesisir menciptakannya sedemikian rupa, hingga begitu syahdu sampai-sampai para nelayan terlena dibuai. Riak ombak yang lemah gemulai dan sekali-sekali berombak besar, menjadikan gerak tarinya lemah gemulai atau tiba-tiba menyentak keras.

Pesisir kaya dengan lagu dan tari. Lagu kapri dengan tari saputangan menggambarkan kisah permulaan muda-mudi dalam mengikat persahabatan, perlambang keterbukaan dan etika sosial.

Lagu kapulo pinang dengan tari payung menggambarkan kisah suami istri yang baru saja melangsungkan pernikahan (pengantin baru). Suatu hari ketika sang suami hendak meninggalkan istrinya untuk pergi berlayar mencari nafkah di negeri orang dengan mempergunakan sebuah kapal pembawa dagangan dari Pulau Poncan ke Pinang-sang suami sempat menyampaikan kata-kata berisi ungkapan hati.

Lagu sikambang dengan tari anak. Lagu dan tari ini mengisahkan seluruh rangkaian peritiwa yang terjadi, mulai dari kegembiraan hati menyebut kelahiran sibuah hati, sampai kepada perjalanan ke rumah dukun dan cara-cara pengobatannya.

Lagu dampeng dengan tari randai, dipakai untuk mengarak pengantin. Selain itu ada lagu duo dinyanyikan ketika meminang. Untuk hiburan atau persembahan ada talibun dengan tari piring, lagu sinando dengan tari sinando, lagu sikambang

(15)

botan dengan tari sikambang botan. Tari hiburan lainnya tari perak-perak dan tari sampaya.

2.5.2 Alat Musik

Setelah adanya lagu Sikambang secara vokal maka para nelayan selalu menyatukan dengan memukul papan pinggiran perahu sebagai instrument. Pukulan pinggiran perahu diiringi dengan siulan pengganti melodi. Terpadulah satu kesatuan bunyi alami antara instrument dan vocal di tengah lautan.

Lambat laun, para nelayan menciptakan gandan Sikambang terbuat dari kayu bulat dengan nelayan belakang dilapisi kulit kambing sedangkan bagian satu lagi dibiarkan kosong. Bagian yang kosong diganjal dengan kayu tipis diikat dengan rotan sebagai stem membran.

Setelah tercipta gandang sikambang tercipta pula singkadau terbuat dari bamboo, panjang 25 cm dengan tujuh lobang di atas berjarak masing-masing lobang 1 cm dan sebelah bawah terdapat satu lobang. Lobang ini untuk keserasian suara.

Masuknya bangsa Eropa pada abad ke 16, datang pelabuhan Barus untuk berdagang mencari rempah-rempah, kemenyan dan kapur barus. Para pedangang juga alat musik biola dan accordion. Lambat laun alat musik tersebut dipakai dalam kesenian Pesisir.

Dengan demikian terpadulah ensambel sikambang yang terdiri dari alat musik pukul yakni gandang sikambang sebagai pembawa ritem konstan. Alat musik tiup yaitu singkadu sebagai pembawa melodi lagu sama dengan viola dan accordion.

(16)

Di dalam literatur penulis menemukan ada alat musik yakni gendang batapik dan carano yang dimasukkan ke dalam ensambel sikambang. Mengenai hal itu, sejauh pengamatan penulis dan wawancara penulis dengan orang yang berkompeten dalam bidangnya menegaskan bahwa gendang batapik tidak dipakai dalam kesenian sikambang masyarakat pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Gendang batapik digunakan oleh masyarakat pesisir yang ada Tapanuli Selatan. Begitu juga halnya dengan carano. Carano adalah sejenis mangkuk yang terbuat dari tembaga berfungsi sebagai tempat tembakau dan kapur sirih. Carano ini merupakan bagian dari tempat sirih, bukan sebagai alat musik struck idiofon yang berfungsi sebagai pulsa dasar.

Penulis menemukan hal ketimpang siuran dalam ensambel Sikambang, namun ini bukanlah topik pembahasan utama dalam tulisan ini. Kiranya ini membuka jalan untuk penelitian berikutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perubahan tersebut analisis data layanan bimbingan belajar dengan audio visual terhadap perkembangan bahasa anak usia dini di PAUD Al Rizky Bandar Lampung

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi kubus

Menurut hasil observasi PT SUPRAMA juga menggunakan metode mesin Tray untuk mengukur produk apakah sesuai dengan yang diinginkan apa

Dalam turunannya konsep jihad dapat terinternalisai menjadi karakter, dan dapat dipelajari menjadi pendidikan karakter bangsa Indonesia maka diantara karakter yang

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Hipotesis I yang menyatakan bahwa diduga IPK mahasiswa, penghasilan orang tua mahasiswa dan pendidikan orang tua mahasiswa

[r]

Upaya Jepang untuk memunculkan citra diri sebagai negara yang ramah terlebih setelah Perang Dunia II dilakukan melalui budaya populer seperti manga , anime , dan

Tidak satu pihak pun yang menerima Pengirim Penerima --- Sender mengirimkan pesan. Penerima