• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI DAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS)

SISWA KELAS 4 SDN 02 NGADISEPI TEMANGGUNG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016

ARTIKEL

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana

oleh Fidayati 292012142

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

1 UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR IPA MELALUI

PENDEKATAN INKUIRI DAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS 4 SDN 02 NGADISEPI TEMANGGUNG

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Fidayati

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kristen Satya Wacana

Email: fida.ndanda@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kreativitas belajar IPA dapat diupayakan melalui pendekatan inkuiri dan model TPS siswa kelas 4 SDN 02 Ngadisepi Temanggung semester II tahun pelajaran 2015/2016.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan model spiral dari Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart. Prosedur penelitian sebanyak dua siklus. Setiap siklus memiliki tiga langkah yaitu langkah perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Teknik pengumpulan data berupa teknik observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif komparatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan persentase kriteria kreativitas belajar IPA tinggi siswa kelas 4 SDN 02 Ngadisepi Temanggung semester II tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini nampak pada peningkatan presentase kriteria kreativitas belajar IPA dari siklus 1 ke siklus 2. Yakni kriteria kreativitas belajar IPA yang berkriteria tinggi 52,38% naik menjadi 90,48%, sedangkan kriteria kreativitas belajar IPA yang berkriteria sedang dari siklus 1 ke siklus 2 yakni 33,33% menjadi 9,52% dan kriteria kreativitas belajar IPA yang berkriteria rendah siklus 1 ke siklus 2 yakni 14,29% menjadi 0%. Penelitian ini dikatakan berhasil, yang ditunjukkan oleh persentase siswa yang memperoleh kriteria kreativitas belajar IPA yang tinggi mencapai 90,48% dari seluruh siswa lebih tinggi dari indikator yang ditetapkan yaitu 80%. Kata kunci: Kreativitas Belajar, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendekatan Inkuiri, Model

Think Pair Share (TPS).

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 37 Ayat (1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah salah satunya wajib memuat Ilmu Pengetahuan Alam. Sesuai dengan Undang-Undang tersebut, maka mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam wajib diberikan pada siswa jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,

(7)

2 serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi supaya siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Dari hasil observasi, pada kenyataanya nampak bahwa proses pembelajaran belum mengacu pada pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah yang belum sesuai dengan yang disarankan dalam KTSP, dimana proses kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru

(teacher center), namun bukan berarti kesalahan yang terjadi murni kesalahan guru, karena

pada kenyataannya tuntutan sebagai guru SD atau guru kelas satu harinya harus mengajar beberapa mata pelajaran sehingga mengakibatkan kurang adanya persiapan yang matang oleh guru. Nampak dengan cara guru mengajar masih cenderung berceramah menyampaikan materi kepada siswa dan siswa hanya mencatat, kurang adanya kesempatan untuk siswa bertanya atau mengungkapkan pendapatnya, siswa hanya memahami dan menghafal materi saja, serta pembelajaran yang dilakukan berbasis teks book (siswa hanya mengerjakan soal-soal dan tugas yang ada dibuku). Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengalami langsung melalui kegiatan penemuan atau percobaan dalam memperoleh pengetahuannya, sehingga pengetahuan yang didapat mudah hilang.

Sistem pendidikan di Indonesia harus diperbaiki terutama pada kurikulum yang digunakan pada jenjang sekolah dasar, supaya pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan dengan kondusif dan proses belajar mengajar dapat menciptakan suasana aktif, kreatif, dan menyenangkan, sehingga ingatan siswa tidak mudah hilang dan secara tidak langsung akan terbentuk generasi bangsa yang memiliki ide-ide inovatif serta kreativitas yang tinggi sesuai dengan kebutuhan pada era modern seperti sekarang.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Lestari pada tahun 2015 yang berjudul ”Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 5 SD Negeri Koripan 04 Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015” menunjukkan bahwa ada peningkatan kreativitas belajar IPA yang diupayakan melalui pendekatan inkuiri siswa kelas 5 SD Negeri Koripan 04 Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari hasil distribusi kriteria kreativitas belajar IPA, yaitu yang mencapai kriteria tinggi pada siklus 1 69,2%, sedangkan 23,1% termasuk kriteria kreativitas belajar sedang, dan 7,7% kreativitas belajar rendah. Selanjutnya pada siklus 2 menunjukkan 88,4% kreativitas belajar tinggi dan 11,6% kreativitas belajar sedang dan 0% kreativitas belajar rendah.

(8)

3 Mengacu pada penelitian sebelumnya, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan namun ditambah dengan model dan variabel terikat yang sama, serta menggunakan aspek dan indikator kreativitas diantaranya aspek keterampilan berpikir lancar, aspek keterampilan berpikir luwes, aspek keterampilan berpikir orisinal, aspek keterampilan mengelaborasi, aspek keterampilan menilai dan 10 indikator kreativitas meliputi menyebutkan tiga karakteristik fenomena, mencari lebih dari satu alternatif jawaban, merumuskan masalah, mengemukakan masalah dari dua bidang disiplin ilmu, mengajukan masalah, menggabungkan dua temuan secara kreatif, menemukan gagasan pemecahan masalah, menentukan jenis suatu obyek, membuat atau menentukan keputusan, dan menilai jawaban benar.

Tujuan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kreativitas belajar IPA dapat diupayakan melalui pendekatan inkuiri dan model TPS siswa kelas 4 SDN 02 Ngadisepi Temanggung semester II tahun pelajaran 2015/2016.

Manfaat penelitian ini diharapkan untuk mengembangkan pendekatan inkuiri dan model TPS serta kreativitas belajar IPA di SD. Bagi guru, memberikan bekal dan pertimbangan kepada guru dalam pemilihan pendekatan dan model pembelajaran IPA yang tepat, sehingga guru terampil menerapkan pendekatan pembelajaran inkuiri dan model TPS khususnya dalam pembelajaran IPA. Bagi siswa, meningkatkan kreativitas belajar siswa terutama dalam pelajaran IPA. Bagi sekolah, memberikan bahan pertimbangan bagi sekolah untuk memperbaiki pembelajran IPA khususnya dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri dan model TPS.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), menurut Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pendapat yang serupa juga disampaikan Usman Samatowa (2011: 150) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan gejala-gejalanya yang

(9)

4 dalam proses pembelajarannya menekankan pengalaman langsung untuk mengembangkan kompotensi supaya mempelajari dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Pendekatan Inkuiri Dan Model Think Pair Share (TPS) Pendekatan Inkuiri

W. Gulo, 2004 dalam Trianto (2011:135) pendekatan inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analistis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pendapat serupa disampaikan oleh Wina Sanjaya (2010:196) mengatakan pendekatan inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri dari jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Senada dengan itu Kindsvatter William dan Ishler (2014:163) dalam Jamil Suprihatin pendekatan inkuiri adalah sebuah pendekatan, yang mana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik melalui proses identifikasi persoalan, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan mengambil kesimpulan dengan langkah-langkah siswa mampu menemukan suatu prinsip, hukum, atau teori.

Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa belajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri adalah proses pembelajaran yang menuntut siswa melakukan atau mencari tahu sendiri serta dapat menemukan sesuatu yang baru, sehingga diharapkan siswa dapat berfikir secara ilmiah yang sistematis, kritis, logis, dan analistis.

Langkah – langkah Pendekatan Inkuiri

Menurut Wina Sanjaya (2010:202) secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Orientasi

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah: (1) menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa; (2) menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan; (3) menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. 2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa kepada sesuatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu.

3. Mengajukan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari sesuatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu di uji kebenaranya.

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk mengkaji hipotesis yang diajukan.

(10)

5 5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang di anggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Muhammad Jauhar (2011:67) yang menyatakan, ada enam tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri yaitu:

1. Orientasi

Hal yang harus dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah: a) menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa. b) menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan, c) menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu masalah yang dikaji.

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukan kepada siswa data mana yang relavan.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang langkah pendekatan inkuiri yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa langkah-langkah dalam pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut:

1. Menyimak topik permasalahan 2. Merumuskan masalah

3. Merumuskan hipotesis 4. Mengumpulkan data

(11)

6 5. Menganalisis data

6. Membuat kesimpulan

Model Think Pair Share (TPS

Mulyatiningsih (2011:233) model TPS merupakan model pembelajaran yang dilakukan dengan cara sharing pendapat antar siswa. Model ini dapat digunakan sebagai umpan balik materi yang diajarkan guru. Pendapat yang serupa juga disampaikan Yatim Riyanto (2010:274) menyatakan bahwa model TPS yaitu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir secara mandiri dan selanjutnya berpasangan guna menyampaikan hasil pemikiran kepada rekannya dalam satu kelompok. Senada dengan itu menurut Kagan, 1994 dalam Eggan (2012:134) TPS adalah model kerja kelompok yang meminta siswa individual didalam pasangan belajar untuk pertama-tama menjawab pertanyaan dari guru kemudian berbagi jawaban itu dengan seseorang rekan.

Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model TPS adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan cara berfikir secara mandiri dalam sebuah kelompok diskusi untuk memecahkan suatu masalah yang nantinya hasil pemikiran atau jawaban dari permasalahan akan dikomunikasikan atau dibagikan

(share) dengan rekannya.

Langkah – langkah Pendekatan Inkuiri

Menurut Yatim Riyanto (2010:275) langkah-langkah pembelajaran menggunakan model TPS, diantaranya:

1. Guru menyampaikan topik inti materi dan kompetensi yang akan dicapai.

2. Siswa diminta untuk berpikir tentang topik materi/permasalahan yang disampaikan guru secara individual.

3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing tentang topiknya tadi.

4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok pasangan mengemukakan hasil diskusinya untuk berbagi jawaban (share) dengan seluruh siswa di kelas.

5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

6. Guru memberi kesimpulan. 7. Penutup.

Pendapat yang serupa juga disampaikan oleh Warsono (2012:203) proses pembelajaran dengan menggunakan model TPS dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Siswa duduk berpasangan.

2. Guru melakukan presentasi dan kemudian mengajukan pertanyaan. 3. Mula-mula siswa diberi kesempatan berfikir secara mandiri.

4. Siswa kemudian saling berbagi (share) bertukar pikiran dengan pasanganya untuk menjawab pertanyaan guru.

(12)

7 5. Guru memandu pleno kecil diskusi, setiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

6. Guru memberikan penguatan tentang prinsip-prinsip apa yang harus dibahas, menambahkan pengetahuan atau konsep yang luput dari perhatian siswa saat berdiskusi dengan pasanganya. 7. Simpulan dan refleksi.

Pendapat yang serupa juga disampaikan Miftahul Huda (2014:207) proses pembelajaran dengan menggunakan model TPS dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 anggota/siswa. 2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.

3. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.

4. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pekerjaan individunya.

5. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusinya.

Berdasarkan ketiga pendapat para ahli tentang langkah model TPS yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa langkah-langkah dalam model TPS adalah sebagai berikut:

1. Siswa menyimak materi yang akan dipelajari.

2. Siswa berpikir tentang topik materi yang disampaikan guru secara individual. 3. Masing-masing siswa mengemukakan hasil pemikirannya kepada pasangannya.

4. Setiap pasangan menshare hasil diskusi pasangan dengan pasangan lainnya dalam satu kelompok.

5. Masing-masing kelompok menshare dalam diskusi kelas. 6. Simpulan dan refleksi.

Langkah-langkah dari pendekatan inkuiri dan model TPS adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi masalah berdasarkan pemikiran sendiri

2. Merumuskan masalah bersama pasangannya 3. Merumuskan hipotesis bersama pasangannya 4. Membentuk kelompok diskusi (@ siswa) 5. Mengumpulkan data

6. Menganalisis data

7. Mengiterpretasi hasil analisis 8. Membuat kesimpulan 9. Menshare hasil diskusi

(13)

8 Kreativitas Belajar

Menurut Hawadi (Antonius Atosokhi dkk, 2005) dalam Wardani Naniek Sulistya (2011:49) dengan menyatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Senada dengan itu Ngalimun dkk (2013:46) kreativitas adalah ciri khas yang dimiliki oleh individu yang menandai adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya, menjadi sesuatu karya baru. Pendapat yang mendukung tentang kreativitas juga disampaikan Ahmad Susanto (2013:99) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan dan menciptakan sesuatu yang baru berupa gagasan dan karya baru ataupun kombinasi berupa aptitude dan non aptitude, yang semuanya relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Menurut Guilford (1959) dalam Utami Munandar (2010:10) ciri-ciri anak kreatif dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif memilki ciri-ciri

aptitude adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif, yang ditandai

dengan adanya keterampilan tertentu, meliputi: keterampilan berpikir lancar (fluency), keterampilan berfikir luwes (flexibility), keterampilan berfikir orisional (originality), ketrampilan mengelaborasi (elaboration), keterampilan menilai (evaluation). Aspek afektif memilki ciri-ciri non aptitude adalah ciri-ciri kreativitas yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang, yang ditandai dengan berbagai perasaan tertentu, meliputi: rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajuan, sifat berani mengambil resiko, sifat menghargai.

Ciri aptitude dalam kreativitas menurut Utami Munandar (1999) dalam Ahmad Susanto (2013:111) adalah:

1. Keterampilan berpikir lancar yaitu (a)mencetuskan banyak gagasan jawaban(b) penyelesaian masalah atau pertanyaan (c) memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal (d) selalu memikirkan lebih dari satu jawaban

2. Keterampilan berpikir luwes yaitu (a) menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi (b) dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda (c) mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda (d) mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

(14)

9 3. Keterampilan berpikir orisinal yaitu (a) mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik (b) memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri (c) mampu membuat kombinasi kombinasi yang tidak lazim dari unsur-unsur.

4. Keterampilan mengelaborasi yaitu (a) mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk (b) memerinci detil-detil suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik. 5. Keterampilan menilai yaitu (a) menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar (b) mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, tidak hanya mencetuskan ide tetapi juga melaksanakannya.

Dari beberapa aspek yang sudah diungkapkan dapat kita gunakan sebagai indikator pengukuran aptitude kreativitas. Indikator rincian ciri aptitude kreativitas seseorang diantaranya, meliputi:

1. Keterampilan berpikir lancar

a. Menyebutkan tiga karakteristik fenomene b. Mencari lebih dari satu alternatif jawaban 2. Keterampilan berpikir luwes

a. Merumuskan masalah

b. Mengemukakan masalah dari 2 disiplin ilmu 3. Keterampilan berpikir orisinal

a. Mengajukan masalah

b. Menggabungkan 2 temuan secara kreatif 4. Keterampilan mengelaborasi

a. Menemukan gagasan pemecahan masalah b. Menentukan jenis suatu obyek

5. Keterampilan menilai

a. Membuat atau menentukan keputusan b. Menilai jawaban benar

Kerangka Berpikir

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru berupa gagasan maupun karya nyata dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Pembelajaran konvensional yang pada umumnya dilaksanakan guru masih kurang menciptakan sesuatu yang baru, yang merupakan bentuk-bentuk kreativitas. Pada penelitian yang akan digunakan dalam pembelajaran IPA terfokus pada KD menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan dengan menggunakan pembelajaran pendekatan inkuiri dan model TPS untuk meningkatkan kreativitas

(15)

10 belajar siswa. Pendekatan inkuiri adalah proses pembelajaran yang menuntut siswa melakukan atau mencari tahu sendiri sehingga diharapkan siswa dapat berfikir secara ilmiah yang sistematis, kritis, logis, dan analistis akan sesuatu yang baru yang ingin mereka ketahui. Dan model TPS merupakan model pembelajaran yang dilakukan dengan cara berfikir secara mandiri dalam sebuah kelompok diskusi untuk memecahkan suatu masalah yang nantinya hasil pemikiran atau jawaban dari permasalahan akan dikomunikasikan atau dibagikan (share) dengan rekannya. Langkah-langkah pendekatan inkuiri dan model TPS adalah mengidentifikasi masalah berdasarkan pemikiran sendiri, merumuskan masalah bersama pasangannya, merumuskan hipotesis bersama pasangannya, membentuk kelompok diskusi (@ siswa), mengumpulkan data, menganalisis data, mengiterpretasi hasil analisis, membuat kesimpulan , menshare hasil diskusi, refleksi pelaksanaan pembelajaran.

Dengan pendekatan inkuiri dan model TPS siswa dapat secara aktif mengikuti proses pembelajaran karena siswa dapat terlibat secara langsung sehingga menghasilkan siswa yang kreatif. Rincian ciri aptitude kreativitas seseorang dapat digunakan sebagai indikator, yaitu: Menyebutkan tiga karakteristik fenomene tentang SDA (Sumber Daya Alam), mencari lebih dari satu alternatif jawaban tentang SDA (Sumber Daya Alam), merumuskan masalah tentang SDA (Sumber Daya Alam), mengemukakan masalah dari geografi dan biologi tentang SDA (Sumber Daya Alam), mengajukan masalah keterbatasan tentang SDA (Sumber Daya Alam), menggabungkan 2 temuan secara kreatif tentang SDA (Sumber Daya Alam), menemukan gagasan pemecahan masalah keterbatasan SDA (Sumber Daya Alam), menentukan jenis suatu obyek tentang SDA (Sumber Daya Alam), membuat atau menentukan keputusan tentang SDA (Sumber Daya Alam), menilai jawaban benar tentang SDA (Sumber Daya Alam). Dengan menggunakan pendekatan inkuiri dan model TPS ini diharapkan siswa akan mampu aktif dan memeliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang merupakan bentuk kreativitas belajar. Penjelasan lebih rinci disajikan dalam gambar 2.1 berikut ini.

(16)
(17)

12 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian pada kajian pustaka dan kerangka pemikiran di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas adalah peningkatan kreativitas belajar IPA diduga dapat diupayakan melalui pendekatan inkuiri dan model TPS siswa kelas 4 SDN 02 Ngadisepi Temanggung semester II tahun pelajaran 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan model spiral, yang dikemukakan oleh C. Kemmis dan Mc Taggart yang setiap siklus penelitiannya terdiri atas tiga langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 4 SDN 02 Ngadisepi Temanggung, yang terdiri dari 21 siswa., yakni 10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel bebas yaitu pendekatan inkuiri dan model TPS, variabel terikat yaitu kreativitas belajar IPA.

PTK yang dilaksanakan dalam penelitian ini menggunakan model spiral, yang dikemukakan oleh C. Kemmis dan Mc Taggart yang setiap siklus penelitiannya terdiri atas tiga langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Berikut adalah gambar model spiral yang dikemukakan oleh C. Kemmis dan Mc Taggart dalam Arikunto (2010:132).

Gambar 1

Gambar 2

(18)

13 Jenis data penelitian ini berupa data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari siswa dan dari hasil observasi guru. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi. Instrumen penelitian berupa lembar observasi kreativitas belajar dengan kisi-kisi pengukuran kreativitas belajar IPA seperti tersaji dalam tabel 1 berikut ini:

Tabel 1

Kisi-Kisi Pengukuran Kreativitas Belajar IPA

No Aspek

Kreativitas Kegiatan Indikator Instrumen

Jumlah Item 1 Keterampilan berpikir lancar Berfikir untuk Mengidentifikasi masalah (Kegiatan 1)

Menyebutkan tiga karakteristik fenomena tentang sumber daya alam LO1 1 Berkelompok untuk Mengiterpretasi hasil analisis (Kegiatan 8)

Mencari lebih dari satu alternatif jawaban tentang sumber daya alam

LO2 1 2 Keterampilan berpikir luwes Berpasangan (Pair) untuk merumuskan masalah (Kegiatan 2 dan 3)

Merumuskan masalah tentang sumber daya alam

LO3

1 Mengemukakan masalah dari

geografi dan biologi tentang sumber daya alam

LO4 1 3 Keterampilan berpikir orisinal Berpasangan (Pair) untuk merumuskan hipotesis (Kegiatan 4) Mengajukan masalah keterbatasan tentang sumber daya alam LO5 1 Berkelompok untuk menganalisis data (Kegiatan 6) Menggabungkan 2 temuan secara kreatif tentang sumber daya alam LO6 1 4 Keterampilan mengelaborasi Mengumpulkan data Berkelompok untuk mengumpulkan data (Kegiatan 5) Menemukan gagasan pemecahan masalah

keterbatasan sumber daya alam LO7

1 Berkelompok untuk

menganalisis data (Kegiatan 7)

Menentukan jenis suatu obyek tentang sumber daya alam

LO8 1 5 Keterampilan menilai Berkelompok untuk membuat kesimpulan (Kegiatan 9)

Membuat atau menentukan keputusan tentang sumber daya alam

LO9

1 Menshere hasil diskusi

di dalam kelas (Kegiatan 10)

Menilai jawaban benar tentang sumber daya alam

LO10

1

Keterangan LO=Lembar Observasi

Kriteria kreativitas belajar IPA, dikelompokan menjadi 3 yang mengikuti pengukuran statistik kurva normal yakni kriteria kreativitas rendah (jumlah aktivitas kreativitas 2-4), kriteria kreativitas sedang (jumlah aktivitas kreativitas 5-7) dan kriteria kreativitas tinggi (jumlah aktivitas kreativitas 8-10). Jumlah aktivitas kreativitas diperoleh dari sepuluh indikator kreativitas yang terdiri dari 5 aspek keterampilan yakni aspek keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes, keterampilan berpikir orisinal, keterampilan mengelaborasi, keterampilan menilai.

(19)

14 Uji Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan lembar observai, sehingga pengujian validitas instrumen tersebut dilakukan dengan pengujian validitas konstruk. Menurut Sugiyono (2011:352) untuk menguji validitas konstruk, maka dapat dilakukan dengan menggunakan pendapat para ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandasan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli.

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah 80% dari seluruh siswa yang memiliki kriteria kreativitas belajar IPA tinggi.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif komparatif yaitu teknik yang membandingkan kriteria kreativitas belajar IPA antara siklus 1 dan siklus 2.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian tindakan pembelajaran IPA dengan pendekatan inkuiri dan model TPS yang diberikan kepada siswa kelas 4 SD Negeri 02 Ngadisepi Temanggung Semester II tahun pelajaran 2015/2016 menunjukkan adanya peningkatan aktivitas tindakan inkuiri dan model TPS yang dilkukan oleh siswa dari siklus 1 ke siklus 2 ditunjukkan melalui tabel 2 berikut ini:

Tabel 2

Perbandingan Tindakan Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Dan Model TPS Pada Kegiatan Inti Siswa Kelas 4 SD Negeri 02 Ngadisepi Temanggung

Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 1 dan Siklus 2 Tidakan Kegiatan

Kegiatan Inti

Siklus 1 Siklus 2

Frekuensi Presentase (%) Frekuensi Presentase (%)

Tindakan Pendekatan Inkuiri Dan Model TPS Yang

Dilakukan

25 89,29 28 100

Tindakan Pendekatan Inkuiri Dan Model TPS Yang Belum

Dilakukan

3 10,71 0 0

Jumlah Tindakan 28 100 28 100

Sumber : Data Primer

Dari tabel 2 nampak bahwa, dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dan model TPS yang diberikan, ada peningkatan jumlah tindakan yang dilakukan siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Peningkatan jumlah tindakan yang dilakukan siswa secara lebih rinci akan disajikan melalui gambar 3 yaitu diagram lingkaran perbandingan tindakan belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dan model TPS siswa kelas 4 SD Negeri 02 Ngadisepi Temanggung Semester II tahun pelajaran 2015/2016 siklus 1 dan siklus 2 berikut ini:

(20)

15 Gambar 3

Diagram Lingkaran Perbandingan Tindakan Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Dan Model TPS Pada Kegiatan Inti Siswa Kelas 4 SD Negeri 02 Ngadisepi Temanggung

Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 1 dan Siklus 2

Berdasarkan gambar 3 yaitu diagram lingkaran perbandingan tindakan belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dan model TPS siswa kelas 4 SD Negeri 02 Ngadisepi Temanggung semester II tahun pelajaran 2015/2016 siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah tindakan yang dilakukan siswa dari siklus 1 ke siklus 2.

Jumlah tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dan model TPS, ditunjukkan melalui tabel 3 perbandingan tindakan belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dan model TPS yang dilakukan guru dalam siklus 1 dan siklus 2 berikut ini:

Tabel 3

Perbandingan Tindakan Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Dan Model TPS Pada Kegiatan Inti Guru Kelas 4 SD Negeri 02 Ngadisepi Temanggung

Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 1 dan Siklus 2 Tidakan Kegiatan

Kegiatan Inti

Siklus 1 Siklus 2

Frekuensi Presentase (%) Frekuensi Presentase (%)

Tindakan Pendekatan Inkuiri Dan Model TPS Yang

Dilakukan

25 89,29 28 100

Tindakan Pendekatan Inkuiri Dan Model TPS Yang Belum

Dilakukan

3 10,71 0 0

Jumlah Tindakan 28 100 28 100

Sumber : Data Primer

Dari tabel 3 nampak bahwa jumlah tindakan yang dilakukan guru dalam melaksanakan tindakan pendekatan inkuiri dan model TPS dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami penambahan jumlah aktivitas, yakni jumlah kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan inti, jumlah tindakan pendekatan inkuiri dan model TPS yang dilakukan guru nampak ada peningkatan, yang semula

Terlaksana 95% Tidak Terlaksana

5%

(21)

16 hanya 25 kegiatan yang dilakukan pada siklus 1, meningkat menjadi 28 kegiatan atau seluruh kegiatan dilakukan dalam siklus 2. Peningkatan jumlah tindakan yang dilakukan guru secara lebih rinci akan disajikan melalui gambar 4 yaitu diagram lingkaran perbandingan tindakan belajar IPA melalui pendekatan inkuiri dan model TPS guru kelas 4 SD Negeri 02 Ngadisepi Temanggung Semester II tahun pelajaran 2015/2016 siklus 1 dan siklus 2 berikut ini:

Gambar 4

Diagram Lingkaran Perbandingan Tindakan Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Dan Model TPS Pada Kegiatan Inti Guru Kelas 4 SD Negeri 02 Ngadisepi Temanggung

Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 1 dan Siklus 2

Berdasarkan gambar 4 nampak bahwa implementasi tindakan guru pada siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan. Tindakan siklus 2 pada kegiatan inti sudah dilaksanakan semua oleh guru dengan baik.

Selanjutnya perbandingan kriteria kreativitas belajar siswa dalam siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4

Perbandingan Kriteria Kreativitas Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Dan Model TPS Siswa Kelas 4 SD Negeri 02 Ngadisepi Temanggung Semester II

Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 1 dan Siklus 2 No Kreativitas Siswa Interval Jumlah Aktivitas Kreativitas Kriteria Siklus 1 Siklus 2 Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) 1 8-10 Tinggi 11 52,38 19 90.48 2 5-7 Sedang 7 33,33 2 9,52 3 2-4 Rendah 3 14,29 0 0 Jumlah 21 100 21 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel perbandingan kreativitas belajar IPA pada siklus 1 dan siklus 2 tersebut yang menduduki kriteria kreativitas tinggi pada siklus 1 yaitu 11 siswa atau 52,38%,

Terlaksana 95% Tidak Terlaksana

5%

(22)

17 dan pada siklus 2 yaitu 19 siswa atau 90,48%. Sedangkan kriteria sedang pada siklus 1 yaitu 7 siswa atau 33,33%, dan pada siklus 2 yaitu 2 siswa atau 9,52%, selanjutnya kriteria rendah pada siklus 1 terdapat 3 siswa atau 14,29%, dan pada siklus 2 0% atau tidak ada siswa yang berada pada kondisi kreativitas rendah.

Hipotesis tindakan menyatakan peningkatan kreativitas lebih besar dari pada penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya karena rata-rata pencapaian kreativitas belajar IPA tinggi tidak mencapai 90% lebih tinggi pencapaian kreativitas yang dilakukan dengan judul “Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Dan Model Think Pair

Share (TPS) Siswa Kelas 4 SDN 02 Ngadisepi Temanggung Semester II Tahun Pelajaran

2015/2016”, dapat dilihat dari jumlah aktivitas kreativitas siklus 1 menunjukkan 52,38% atau 11 siswa termasuk dalam kreativitas belajar tinggi, 33,33% atau 7 siswa termasuk dalam kreativitas belajar sedang, dan 14,29% atau 3 siswa termasuk dalam kreativitas belajar rendah. Sedangkan pada siklus 2 menunjukan 90,48% atau 19 siswa termasuk dalam kreativitas belajar tinggi, 9,52% atau 2 siswa termasuk dalam kreativitas belajar sedang dan 0% atau tidak ada siswa yang termasuk kedalam kreativitas belajar rendah. Pengaruh penambahan model dalam penelitian ini menyebabkan adanya peningkatan jumlah aktivitas kreativitas belajar IPA dengan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang hanya menggunakan pendekatan saja atau model saja. Ini terbukti bahwa pendekatan inkuiri dan model TPS yang dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri 02 Ngadisepi Temanggung tahun pelajaran 2015/2016 dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kreativitas belajar IPA dapat diupayakan melalui pendekatan inkuiri dan model TPS siswa kelas 4 SD Negeri 02 Ngadisepi Temanggung semester II tahun pelajaran 2015/2016 terbukti. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan kriteria kreativitas belajar IPA tinggi dari siklus 1 ke siklus 2 yakni 52,38% naik menjadi 90,48%, sedangkan kriteria kreativitas belajar IPA sedang dari siklus 1 ke siklus 2 yakni 33,33% menjadi 9,52%, dan kriteria kreativitas belajar IPA rendah dari siklus 1 ke siklus 2 yakni 14,29% menjadi 0%. Presentase kreativitas belajar IPA rendah berbanding terbalik dengan kreativitas belajar IPA tinggi, semakin rendah semakin baik. Penelitian ini dinyatakan berhasil yang ditunjukkan oleh banyaknya siswa yang mempunyai kreativitas dengan kriteria tinggi mencapai 90,48% > 80% dari seluruh siswa (21) seperti indikator yang ditetapkan 80%.

(23)

18 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dalam PTK di kelas 4 SD Negeri 02 Ngadisepi Temanggung pada semester II tahun pelajaran 2015/2016, maka saran yang diberikan sebagai berikut: adanya perbaikan pada sistem pendidikan yang ada di Indonesia terutama kurikulum yang diterapkan pada jenjang sekolah dasar supaya proses pembelajarannya dapat berjalan secara optimal, dan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran IPA sebaiknya menggunakan pendekatan inkuiri dan model TPS dengan KD yang akan dicapai, yang akan meningkatkan kreativitas belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Anam, Khoirul. 2015. Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Adi Mahasatya.

Awaliudin dkk. 2008. Statistika Pendidikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isnaningrum, Arfiani. 2013. Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar IPS Melalui Model

Group Investigation Siswa Kelas 4 SD Negeri Kluwan 01 Kab Grobogan Semester 2

Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Salatiga: UKSW FKIP PGSD. Jauhar, Muhammad. 2011. Implementasi Paikem. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Lestari, Dewi. 2015. Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 5 SD Negeri Koripan 04 Kabupatan Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/1015. Skripsi. Salatiga: UKSW FKIP PGSD.

Munandar, Utami. 2010. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Ngalimun dkk. 2013. Perkembangan Dan Pengembangan Kreativitas. Jogjakarta: Aswaja

(24)

19 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tanggal 13 Mei 2006 Standar

Isi. Jakarta: Salinan Lampiran Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan

Nasional.

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT.Indeks.

Sanjaya,Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sawiji, Budi. 2012. Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA tentang Perubahan Energi Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas IV SD Negeri Tumrep 02 Bandar Batang Semester 2 Tahun 2011/2012 . Skripsi. Salatiga: UKSW FKIP PGSD.

Slameto. 2015. Metodologi Penelitian Dan Inovasi Pendidikan. Salatiga: Satya Wacana University Press.

Supratiknya A. 2012. Penilaian Hasil Belajar Dengan Teknik Nontes. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Suprihatiningrum, Jamil. 2014. Strategi Pembelajaran Teori Dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Wardani, Naniek Sulistya. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Kreativitas Mahasiswa. Prosiding Seminar Nasional ALFA. Juli 2011.

Gambar

Diagram Lingkaran Perbandingan Tindakan Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Dan  Model TPS Pada Kegiatan Inti Siswa Kelas 4 SD Negeri 02 Ngadisepi Temanggung

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK DAN CITRA MEREK TERHADAP NIAT BELI SEPATU NIKE DI SURABAYA.. Disusun

Karena kereaktifannya yang begitu besar, halogen tidak pernah ditemukan dalam bentuk unsur bebasnya di alam.. Percobaan kali ini menggunakan larutan NaI 0,1 M, larutan NaBr 0,1 M,

Variabel kepercayaan merek mendapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan variabel kesadaran merek secara parsial berpengaruh pengaruh signifikan

di sekolahnya. Harapannya, dapat menjadi motivasi bagi siswa lainnya. Para pengajar yang profesional. Modul belajar yang menarik, praktis dan mudah difahami. Lingkungan belajar yang

No. a) Klaster pertama terdiri dari Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Way Kanan, Pringsewu, dan Pesisir Barat. b) Klaster kedua beranggotakan Kabupaten Lampung Selatan,

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI PUBERTAS PADA SISWI KELAS VII SMP NEGERI 1.. TEMPURAN MAGELANG

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan antara komunikasi efektif dengan perilaku caring perawat terhadap pasien di ruang Asoka RSUD Jombang.. Sebagai

Distribusi Frekuensi Kumulatif