1414
N+
PENATARAN
PENTJiJRJENAH TAHAP I
j6 JUNI -- 6 AGUSTUS'
1977
(
(
j
~~,'1
'71
'
Wis~~_a
__
A_r_g_a_M_Ul_
'
_y_a_, __
T_u_gu
__
,
_B_o_g_o_r
___________
\~______________ _
BEBERAPA
INFORMASI TEORITIS
DASARMENGENAI TERJEr1.ARAN
B ... H. Hoed
Universitas Indonesia
PUSAT PEMBINJ~AN
DMT"
PEITGEMBBTGP.N B1JlliSf... DEP.ARTEI1FJN PEHDIDIKl.U Dl..N
KEBUDil.Yil.1JJdengan ban tuan
PROYEK
PENG,EJ:1BLNG~TBllHASf ... DAN
Sl.STRAnmOJ:JElSIL
D1JrD1JERlJI
-Illmll~l~j~11
111
)1~li~J~lmllll
I 00097020 , " . " · ) '. .' . I ~: '!-.: A,
-..
t • , "ee
KATA PENGl:.HTAR
Tulisan ini dimaksudkan untuk meR.bantu p.:lra petatar, da -lam Penataran Penterje1'ilahan yang diselenggaral<an oleh ?usat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa di Tugu, Bogor, 6 Juni- - 6
•
Agustus 1977, memahami dasar-dasar teori terjemahan. Teori ter -jemahan dewasa ini sangat diwarnai oleh ilmu bahasa dan antro -pologi. Khusus dalam hubungan dengan i lmu bahasa atau linguistik, penulis berusaha untuk menggunal<annya secara eklektis, yakni t i -dak memberikan dasar sesu~tu alir an dalam linguistik, tetapi
menggunakan secara praktis segi-segi tertentu dalam aliran yang dikenalnya .
Karena tulisan ini ditujukan terutama kepada para petatar,
penulis berusaha memberikan penjelasan seseder~ana mungkin tanpa
meningga1kan tujuan untuk bersikap sistimatis. Di samping itu, penu1is juga berusaha ~gar dalam uraiannya sebanyak mungkin mem -berikan acuan (refer ence) pada hul<u-buku teori atau kar angan yang menggarap masalah terjemah~n.
~1enginga t tujuannya yang pr aktis, penulis terpaksa me -ngorbankan -- dal am beberapa hal -- prinsip-prinsip metodologi i lmiah.
1. Pendahuluan
Beberapa Informasi Teoritis Dasar Mengenai Terjemahan
1.1 Banyak orang yang berpendapat bahwa penterjemahan lebih merupakan seni daripada sesuatu yang sifatnya ilmiah. Dengan de~ikian, terjenahan yang baik lebih merupakan hasil suatu bakat daripada hasil sesuatu y~ng dipelajari secara ilmiah. i~eskipun pcmdaFClt di a tas tidak dapa t kita sangk"al, kita harus mengakui pUlabahWauang ditun -jang oleh latihan dan pengetahuan teoritis akan dapat menghasilkan suatu kar~a yang lebih menuaskan. Pendidik-an seni (rilusik dan· seni rupa) merupak2.n. bukti bahwa ba -kat dapat dik~mbangkan dengan pendidikan, dengan hal-hal yang termasuk bidang psikomotor dan kognitif. Di samping itu, latihan dan penget2.huan teoritis memberikan kemung -kinan lebih besar kepada kita untuk dapat menilai atau mengajarkan terjemahan .
1.2 E. A. Nid~ misalnya, b8rkat pengalamannya yang berta hun-tahun da1am penterjemahan Kitab Injil, berusaha menpe r-1ihatkan bahwa pelhagai masa1ah dalam kegiatan pe nterje-mahan dapat lebih mumh disoroti dan dicarikan ja1an ke1uarnya bi1a kita menguC\sai ilr.1u bahasa. uialah yang bersama dengan Charles Taber, menu1is buku Toward a
Science o~ Trans1atinq (1964) dan Theory and ?r~~tice of Translatio~ (1969) . Catford, dengan menu1is buku ~ Li nguis-tic Theory of Translation (1965), dengan je1as memp erli-hatkan bagainana i lmu bah2.SC\ dapat dip~rgunakan untuk menjelaskan masa1ah-masal ah terjemahan, bahkan untuk me1akukan penelitian dala!il bidang penterjemahan.
G. ~lounin, yang menulis buku ~ Problemes Theor igues de
13, Traduction (1963) , bGrusaha memperlihatkan sejumlah masalah teoritis dalam dunia penterje~ahan~ Masih banyak lagi nama-nama yang dapat kita sebut dalam hubungan ini, tetapi kiranya cukup ketiga nama itu kita catat sebagai contoh bagaimana ilmu pengetahuan, khususnya ilmu bahasa dan antropologi, memasuki dunia terjemahan .
1.3 r,~enurut Nida (1969:1- 2) penterjeraahan adal ah suatu peris -tiwa bahasa, .suatu kegiatan bcrkomunikasi dengan menggu -nakan bahasa , yakni suatu kegiatan yang melibatkan pengirim
.
c-(PI) . dan nenerima (P2) . Dalam ba1I'penterjemcl1~ bertindak
sebagai penerima BS u (P02) dan s<i"!kaligus sebagai pengirim BSa (POI) . Ini membuat seorang penterjemah harus.dapat menj iwai BSU dan BSa seba.ik-baiknya'. Se1o..nju tnya, pen ter
-jemah juga harus dapat menetapkan siapa yang ~enjadisasaran hasi1 karyany'a.
~
1.4 Ber£ungsi P 02 dan P 01 sekaligus, penterjemah harus
mengu-
I"-asai dunia BSu dan BSa. lni berarti bahwa ia tidak hanya
berurusan dengan soa1 bahasa saja , tetapi juga dengan soal
c?ra masyaraka t BSu dan BSa memandan'g dunia ini, dan kebu -dayaan BSu serta BSa. Sejumlah ma~;alah dal am terjemahan
timbul karena perbedaan masyaraka t BSu dan ESa raemandang
kenyataan dunia inio ·Ha1 ini dikemukakan oleh G. Bounin
(1963:191- 192) . Jadi, untuk roengambi1 contoh dalam bahasa
Inggris dan bahasa Indonesia, misalnya, kata.summer,
mes-kipun dapat diterjemahkan dengan E!,usim panas, memiliki
makna-makna yo..ng lain sesuai dengan pandangan orC'.ng Eropah
tentang musim ini yang merupakan musim yang berhawa panas
dan musim liburan panjang setelah seseorang bekerja keras
selama Iilusim gugur, Inusim dingin dan musim semi.
---
-
--_.
_
--
-Catatan: BSu
=
Bahaso Sumber-_
.. --_ .. -3
Bagi penutur bahasa Indonesia musim panas tidak memi1iki
konotasi lain kecua1i hawa yang panas . 5egi ini dibedakan
dari scgi perbedaan kebudayaan, . yang scring juga nenimbu1.
-kan masa1ah c1a1am penter jemahan. Dalam ment erjemahkan cottages made of stone t erdC\pa t kcsu1i tan, l~arena bi1a
c6ttages diter je:r.J.ahkan dengan pondok. m2.ka p2nje1asan te
r-bua t dari be:. tu ().lcan membua t pembaca Indones ia keheran-heran ...
~n. Begitu pula hasi1 penterjcmahan dari bahasa Pr ancis
Pagi itu di kantor ia begitu sibuk sehingga tidak sempat
bersa1aman dengan _sckretaris~ hanya dC\pat dipahami apa
-bi1a kita tahu bahwa da1am kebudayaan Francis apabi1a orang
baru bertemu lagi sete1ah 1ewat sehari bia~anya bcr5a
1am-sa1aman . Nida (1966: 90-97) mengemukakan bahwa masa1ah
ter-I
f
jemcrllan dapa t di ter 2.nglo. nden oan memperha tik2.n perbedaan(
an
t
a
r
~
.
BS
u
dan BSa da1am 5egi(1)
ekologi,(
2
)
kebudayaanmater111,
(3)
kebudayaan 50sia1,(
4
)
re1igi, dan(5)
bahasa.Dengan de~ikian makin jelas bagi kita bahwa seorang pente
r-jemah t idak hanya menghadapi dua bah().sa (BSu dan 35a) te
-tapi juga dua dunia. Ia h().rus menempatkan dir inya sebagai
anggota ma~yarakat BSu dan sekaligus sebagai anggota masya
-rakat BSa .
PI
>
(Penu1is)
::~
(
PUbli
~
/
P 02 ---~>~ P 01 --->~ P002
(Pen ter jemah) (Pen ter jemah) (:2ublik)
DUN 11'. BAHASA
SUl1lBER
DUN:IA BAHt.SA
SASi'.RAN
2. Makna
2.1 Kita tahu bahwa d~l~m terjemah~n, makna merupaknn soal pokok. Dal am membic~raknn makna kit~ terlib~t dal~m pem-bicaraan masalah bentuk (bahasa) dan refcren. Dalam teo
-ri semantik kita mengetahui bahwa bentuk dan makna baru berhubungan apabi la kcduanya menunjuk pacta suatu referen.
Rcferen
nentuk Makna
Bentuk bahasa ~dalah apa yang terdcngar atau tertulis,
sed~ng makna ' ad~lah ~rti yang dikan~lng oleh bentuk yang bersangkutan. Referen adnlnh apa yang ditunjuk oleh be
n-tuk dan makna itu. Referen ad~lah sesuatu yang beradn
di luar bahasa itu send~.:-:-i ('71uar bahasa"); secJ.ang mak -na dan bentuk merupakan bagian dari bahas~.
2.2 Istil~h Feferen.mengingatkan kita p~da bend~ konkrit.
Oleh kar ena itu, kite.'. decP2,t menggullakan istilah informasi, yakni segaL?, sasua tu yang eli tunjuK 01el1 ben tuk dan mak
-fia . Dengan demikian k~ta FUBah atau /:-:-umech/ memiliki makna "rumah" (yang lain (~engan poncJ.oK, iLubuk, dangau
a tau pohon) clan memberikan informasi "bangunan perma -nen y:mg berfungsi sebagai tempa Jc tinggal". I.n tara mak
-na dnn informasi kelihatannya seakan-akan tidak ada
perbed".an apabila . ki ta membaca kalima t ,Ini .E.~~hku.
l'.kan
memberikecn .informasi y~ng berbeda, karena dalam kalimat kedua ~ah membc~rikiln :i.nformnsi yang bukan lagi sekec1ar
5
"banguno.n pGrmanen yang ber fungs i cebt .. gai tGmp2. t ting
-gal ", te tapi merupakan "'sua tu tCr.lpa t cl'i mana seseorang mer asa bGbas" . Di 5ini kata rumah dalam kedua kalimat di <'.tas memiliki m2,kna yang sama , tetapi member ikan informasi yang bcrbGda. Dal am contoh berikut ini, kata menel.an maknanya tetap, tetapi iniorm::>.si yang disampai
-kan olGh masing- masing kalimat berbcda.
Bandingkan: 10. mGnelan pi l itu dcn~an mudahnya .
Knl i i ni aku tcr?~ksa menelan pi l pahi t (mengalami pcngalaman yang t idak anak).
Pambanguna gedung itu menelan biaya satu milyar (~enghabiskan) .
2.3 3agian ilmu bahas a yang khuSU5 mempelajari makna biasa
-nya disebut senantik. Biasanya, bila kita barbicara
ten tang semantik hanyalo.h terbatas pada semantik kata (semantik leksikal) . Sabenarnya makna tid~k hanya ter
-batas pada kata . Di si".mping semantik lel<:sikcd ,. ter dapat pula semantik gro.m~tikal (mor fem dan kal ir.lat) dan se
-mantik yang biasanya disebut semantik maksud. Perbada- \
an antar a
.Ill
me-dean nasi dan Nakan itu penting bagi ~~usia do.pat kita ketahui mako.n pada ko.limat pertama
dan k~limat kcdua berbeda kategor inya ; yang satu kat~
kerja , dan yana lo.in kata benda. Ini merupakan makna ber dasarkan t ata bahasa , bukan PGrb0daan laksikal . SG
-mentara ~hli bahasq mclihat per bedaan an tara memukul dan dipuku~ sebagai perbeda2..n makna .grar:J.atikal; di
-pukul.dianggap sebagai hasil pr oses morfcmis dari me
-mukul, atau dilihat dar i sogi ta to. kalimat, dipukul ber fokus
ber fokus'
(/.li §ipuku!. {.mil
iJ
can memukulAmat ~~ lUi) . i1t\knn ditinjau dari hubun~an antarko.ta dalam kal ir.lo.t dapat juga di
-lihat d~ri perbed~an ~ntara Baj£ anak itu kotor dan
~ itu bajunxa kotor. Yang terakhir ini b:Lasanya d
i-sebut topik~liG~si; topik dal am knlimat nertama adalah
baju (~ itu) dan dalam kalimat kedu.:l anaki!..~. M<.).sih
banyak contoh yang dapat oikemukakan di sini, te tapi
kir~nya contoh oi atas cukup untuk memperlihatkan makna
dilihat dari proses morfemis dan hubungan antarka ta da
-lam kalimat . Mnksud sebaiknya t idak ki ta masukkan
dalam bidang m~kna, meskipun masih termasuk bahasa.
Kal imat Pembangun<:ln gedung itu menclan biaya ~ milY<:lr h<:lrus di tinjau dari semantik mc\ksud. Ka ta ~.£I0E. t idak
berbcda maknanya dengan k2. ta i tu d",l<:lm kalj.m2. t Anak i tu
menelan pi l , tet<:lpi informasi yang k::'ta terim<:l berbeda
(dalam kesusastraan ini biasanya disebut metafor <:l) . Da
-lam konteks tertentu frasa jj..Qp...t beqitu ~C'.9uS bisa
ber-ar t i buruk, misalnya , Rumahnx.a tidak begitu bagus (ini
biasanya disebut litotes) . K2.ta £:-,gus daLlm kalimat
B.:-.gus benar bajumu i tu !. bisa <likemuk;:;.kan sebagai ejekan.
rvlaksudnya , Jelek b2n<:lr b2.jumu i tu! (ini bio.s<:lnya di sebu t
\
ironi) . Metafor~, litotes, dan ir oni termasuk d~lam se
-8~ntik maksud . Y~ng diper~oalkan dal am hal ini t idak
lagi makna , tetapi maksud pembicar<:l (2.tau penulis) .
Pengetahuan sekedarnY<:l tent<:lng semantik morfemis dan
semantik sintaktis ~erta scmnntik maksud sangat periu
untuk menjelaskan m<:ls<:llah dalam tertiemah<:ln .
2.4 Car a mcnemukan makna juga dikemukakan oleh Nida (1969:
57) . Cara menandai makna menurut Nida bisa dilakukan
sccara sintakt is dan secar a semotaktis. Perbcdaan m~kna k2, ta fox c1al am:
(1) I t is a fox,
7
dapat .diketahui kar ena fox dalam (1) termasuk kata
benda, sedangkan ~alam (2) t~rmasuk kategori kata
ker-ja . Penandaan ini di lakukan secar a sintaktis. Sele njut-nya , kita juga da?at membandingkan ka ta fox dalam ka
-l imat:
(3) He is a fox,
.denoan kata ~ d~~alimat (1). Di sini perbedaan makna kata di tandai oleh kategorinya , tetapi oleh
hu-A
bungan antar a kata tersebut (kedua-duanya di sini kata :" ..
benda) dengan kata lain dalam kalimat. Sunyek
.!.!
dalam (1) dan ~ dal am (3) itulah yang membedakan makna fox dalam kalimat(i)
dan(3),
Meskipun Nida t idak menyebut-kannya , tetapi kita bisa menyatakan bahwa cara penanda
-~n makna dapat dilakukan secar a asosiatif. Bila kita
menemukan kata stool, maka untuk menandai maknanya
se-cara tepat untuk penter jemahan kita dapat memband
ing-kannya dengan kata lain yang hampir sarna maknanya (yang
tentunya tidak terdapat dalam ujaran yang sarna , jadi secar a asosia t i f saja ). Misalnya dengan kata chair, bench, dan has~~. Kesemuanya itu adalah <'\l at untuk duduk, tetapi bentuknya berbeda-beda (Nida, 1969: 5
6-57). Di ~amping itu, satu kata dapat memiliki makna
yang berbeda-beda , tetapi masih uda hubungannya satu
dengan yang l ain. Kat a coat bc:t:beda-beda maknanya clalam
kalimat-kalima t ber ikut :
( 1 ) The coa t fits me (Iaantel) ,
( 2) The 9~ does not sui t the trous /er
6
(jas) ,(3) The dog he.s a shaggy ~ (bulu) ,
(4) One coat of paint would be en<?ugh (lapis) .
Dal am hal seper t i ini, menurut Ni da (1969: 76-78) kita
dapa t menemukan il1..?kna umumnya (common component) dan
~T~~
kemudian makna pembedanya (diagnostic components). Hu-bungan ~ntara kata-kata dapat kita lihat berdas~rkan
hirarki makna. Nida (1969: 68-70) membedakan antara
is t i lc-.h umum (gene tic ~) dc-.n is tilah khusus. (specific
~) . Dalam hubun<]an den:;nn k<:>.ta ~, kucing, nyam,
dan semut, kata binatanq merupakan istilah umum· (yang
lainnya merupakan istilnh khusus dari binatanq). Dalam
bahasa Prnncis C\da kate. fruitier yang bernr t i "pohon
buah-buahan" . Kata ini d~pC\t dianggnp sebagai istilnh
khusus;: dalam hubungan denOnn knta nrbrc (pohon). Tetapi
ia pun dapat·merupakan istilah umum bagi kata pommier
(pohon apel), bananier (pohon pisang) ntnu cocotier
(pohon kelnpa). Dahan-bahan yang dikcmukakan Nida ini
jugn dapat inembantu kita dalam nenjelc-.skan berbagai
ke-sulitan dalam menterjemahkan.
2.5 Eila dalam 2.3 kita mempcrsoalkan antar n lain makna se
-bagai akibat proses morfemis atau sebagni akibat
hubung-nn nntarunsur dalam kalimat, maka kita pun dapat melihat
makna sebaoai nkibat hubungan antarunsur bahasa di da
-lam teks (di luar batas kalimat). Yang PQling penting
dikemukakan dalam kai tan ini ialah hubungan yang
biasn-nya disebu t C'.naf ora dan lea tafora . Norf2m -nya dalam ba
-hasa Indonesia·merupakan unsur penanda anafor a , misalnya,
Saleh mempunyai ~ tiqa oranG; ~ 9iantaranya,~eman
sekolah ~ saya. Kata ~ (Bahasa Ing~ris) atau Ie
(3ahasa Pr~ncis) juga bisa merup~kan penanda nnafora ,
kar ena biasanya dipcr ounakan untuk mcmbicarakan hal yang
sUdah pernah dibicar akan scbelurnnya . Denga11 demikian,
~nafora adalah hubungan an tara unsur dalam tcka dengan
unsur yang disebut lebih dulu. Sebaliknya k~t~fora mc
9
I
unsur l ain yC'mg T.:1Gngiku tinya . Judul buku a tau artikGl
menjadi jelas bila kita tclah mcm~aca buku a tau a
rti-kel itu. Hubungan <.\nt'-'.ra judul deno<.\n tGks buku a tau
teks artikGl adal nh kataf6ris. An~for<.\ d~n kataf or a
d~p')t digC'.mbo.rkan SGbag2.i bcrikut:
~
a
r
a
b
x . _ ar 2.h arus tGrtunjuk KI. T t'.. FO RI;. ar ah x _ o.r ah arus penunjuk pen~njukan.
~
.
u]ar an/tcks ~ x penunjuk penunjukan .Uj
a
r
a
nlt
ekS
~X
tertunjukBaik dalam anafor~ m2u~un katafora , m~kna unsur pe
nun-juk (pGn2.nda) h,'\ny~ jc las bil'"l sudah ki ta hubungk2.n de
-ngan unsur tertunjuk. ~nafora dan kataf or a kcdua-duanya
disebut diafora . Mcngetahui unsur pcnunjuk dan te
r-tunjuk dalarn teks (ntau kal imat) sangat penting dalam
menterjGmahk.:ln.
2.5 Secara garis besar, dalam mengho.dapi suatu teks untuk
di terjernahkan , kitu har us melakukan dun pendekatan:
(
1
)
anal isa hubungan, b~ik d~lam k~limat maupun di luar batas k~limat, dan(2) analise.. komponen leksikal .
Tantu saja dalam hal ini kit~ h~rus ~a~at melihat kGmung~
kinan adanya maksud, yakni gejaln bahasa yang term2suk
dal an scmantik maksud.
I
2. 6 Akhirnya , b2.iklah kita ket ahui pul2. bahwn dalam membi -car akan soal m,~.kn.:\ Nida (1969: Chapter IV-V) membedu
-k~n antar a makna r cferensial dan makna konotat i f. Makna
refcrensial n1al ah semua soa1 scmantik yang t elah kita bicarakan, term.'lsuk maksud. Makna r efcr cnsi,').l ad.::lldh makna yang t erkandung dal dm suatu bcntuk bahasa. Di
samping mongandung ~~kna r6fcnsial, su~tu bcntuk bahasu
dapa t pula mcngi'.ncung makna kono t a tif, ya}cx?i, apabi la
menimbulkan rea.ksi t crtentu pad;{vision du mond~, keb
u-dayaan d~n psikologi) . Makna konotat i f i ni termasuk
dal am s8ba.gi "m ruang lingkup scmantik m.::lksud . K2<.ta ~
at au percmpuanjmisalnya, mempunyni konot~3i. buruk di
d2.1am Iil,2.sy,:.rt\kat kit2., pac;:1hal katz\ ·.,i9 do.n woman bclum
ten tu mempunyai kono t 2.5 i buruk dc.l am m2.sy,"\r u.ka t Inggris at au Amcrika . Dalau mentcrj emahkan kata Inggr is yang
sudah mas uk ke d31am bah~sa Indonesia, cottage, ke da
-l am bahas2. Inggris , dapatkah kita pcrgunukan kata
cotta.5l£ jug",-? Soaln ya cotta<je c1C\l am b''lhasa. Indones i a mempunyai konot asi mewah. Kesadar an akan adanya makna
konotat i f dalam t iap b2.h~sa 'peylu'seknli untuk pentcr -.Lpcnc1en CJZI.r .::'. t,-=-.u pcmbd.c.:-.nYi.'l di
-dcbabkan oloh kondisi tertcntu (sc~erti
3. 1 Gayo. terfuasuk dal am apa yang disebut struktur pc~mukaan
untu~ sebagian saj a , yakni, ~pabila ditinjau d~ri segi bentuknya s~ja. Oi pihak l ain, gay~ juga berhubungan de
-ngan m~ksud. Tcta~i gaya tid~k ffiQmpunyai hubungan l an0
-sung dcng~n makna . Pemilih~n gaya jcl~s berlatar bel a
-kang maksud t ertentu d,ri pembic~ra at~u penu1is . C.h. Taber (1972: 61) !i.·2wJcmukakan bahT/J.:'. gaya mcmpunyai
hubung.:-.n 1angsung dangan struktur scm~ntik. Struktur
11
olch pembic~ra atau penulis. Struktur semantik ini harus
meng<:\l ami linearisasi de.n kcmudi2.n s imbolisasi untuk me
-wujudkan bah-\sa. Struktur permuk~2n terda9at pada tingkat
simbolis,?,si (Chafe , 1970:29) . Simbolisasi menghasilkan
struktur fonologis (simbolisasi lisan) atau struktur
ortografis (simbolisasi tertulis) .
3.2 Dalam menterjcmahkan, gaya mcrupakan mas2l ah yang saring
-kal i sul i t di "pindah" kan. Taber (1972:
6l2.
-
berpend~pa tb,\~l'Ta
dalam men ter jemankang
'
~y
.-\
b<.\:l-:S,,\porl~
tcrlebih dahulu harus memahami nilai d~n fungsi gaya tertentu dal am GSu. K2Dudian kita mcnc~ri padanannya dalam GSayang diang0ap dapat Denduduki nilai dan fungsi gaya i tu
dalao GSu. Meskipun gaya mcrupakan. apa yang disebut
struktur permukaan bahas~, penterjcmahannya lebih memen
-tingkan fungsinya daripada bcntuknya .
~. Proses Pcnterjem? han
4.1 Penterjemnh~n bertuju~n mcmindahkan peSan dari OSu ke
dalam GSa dengan cara mcncmuk~n padarian bentuk-bentuk dar i
BSu di dalam GSa . Pesan adalah ke~eluruhan isi teks di
dalam situ2.sinya. Situasiad?l C\h tempC\t te k s itu .ditulis
dan sasaran toks terscbut. Pesan adalah keseluruhan isi
teks di dal am dunianya . Pesan d~lam teks DSu adalah ke
-seluruhan i si toks dalam dunio. GSu, sedang pesan dalam
teks GSa adalo.h kcseluruhan i si teka GSa dalam dunianya
juga . Sua tu aw{\l sur a t dc.lam bahasc. Ing'Jr is seper t i
~ Sir t icl",Jc tepa t biL;_ eli tC!l?jcmi".hkan Tuan y2,ng tor ..
horrnat, karana terjemahan ini d0lam dunia 3Sa tidak mem
-bcrikan pesan yang s arna scperti DC~r Sir dalam dunianya .
Sebaliknya neno~n hormat, merupakan tarjemahan yang lebih
Oleh ka:ren2. i tu d::ll 2.ll t~.::c j ClU2.h;-:l.n yc-.ng dic2.ri bukan ben -tuk yang S2-ma (for:m~'.l corrcs.p_ondent) mcL-.inkan pndanan (equival ent) . PadanCln h2.rus cocok ~en<J~n duni2 nSa; bila tidak , mnk~ y~ng t erjadi bukan translatio~ t ct api
transference . (Cat£ord, 1974:~2) . Tuan yang terhormat
adal nh tr ansf0r ence.
1.2 Untuk mCficapai hasil tcrjenah~n yang b~ik, Nidi:'. ber~en
dapat harus ditempuh SU2.tu pro~cs y~n<J ter di r i dar i tiga
1 e .. ngk3.h :
a ) l2ngknh pertama , an~lisn teks nsu (analisa hubungan
d~n analisa komponen) ;
b) l ang1.cah kedua , ..!.~2E.Y.!~ a t ::'.u pcmind2.han l.,esnn den<]an
menC2.r i pad;:lnnn;
c) l angk.:lh kc t iga, r es tructur in9. a t au ;'pengg<lyann" , yc.kni,
penyusunan ter akhir agar tcks GSa t idc.k at au se
-sedikit mungkin dir&sakan scb~<Jai terjemah~n oleh
pembacanya .
D0.1am bukunya Thcorx and Prdc.tice of ~c;1C\ tion (1999)
Nidd mengemukakan berbagai mnsal ah d~n j al an kcluar men -terjcmahkan dengan mengikuti proses t iga langkah tersebut di a tas .
5. Kcsimpulan
5.1 Kem2l.mpuan un tuk men ter jcmahk2.n den~J"m ba ik memang snnga t
ditentukan olch baknt . Akan t ctapi l ntihnn dan pen~uasaan
teori terjQmahan dap.:lt mcmb::'..ntu mcngemb -:ngk;ul bakat se -hingga dnpat dihat~pkan hasi l penterjcmah3n yang l cbih
baik dari sebelumnya. Kemampuan menilCli terje~ahan pun mcnjadi l ebih baik dan lebih t e?at apabi la kita menguasai teknik dan t eori terjemahan.
5.2 Sudah jclas bahw~ pcnguasaan DSu dan BS~ bcserta dunia
-nya masing-masing mcrupakan syar at mutlak bagi penter
-jemah yang ingin mcndapat hasil baik dalam tuaasnya.
Mcskipun dcmikian, ketekunan dan.di siplin dalam meng
-gunakan alat bantu sepcrti kamus , ensiklopedi serta
in-forman (pcnutur asli) merupakan faktor yang dapat mem-"
Catford, J oCo
197L!-(1965)
$
.iI. ~inguisticThe
or.2,
o
f
Tra~?_lation.OUF: Lond
ol1
$
Chafe
,
W
allace L
..
1
97.0
..
Meanin~.?-nc'l
!~~~ Structu.1:~,?
f
Lan
g
uag
e
.
The Univ
e
r
s
i ty
of
Ch
i
ca
g
o Press: Ch
i
cag
o,
London
o
Moun
in,
G~1
963
0
Le~ £robl~mes t~eoriques de l~traduct
io
n
..
Ga
l l i
m
ard
:
Paris
..
Nida, E.
1
966
(196L~) .il
Ling
uistics
and
Ethnology
in
Transla-t
io
n Prob
l
em"
,
d
a
l
am
D
ell H
ym
es
C
E
d
o
)
D Lan..€SE~f2e i~Cl"~
..
l..!:.ur~ ~~~S
oci
c
tZ"
H
ar
p
er
&Row/ Jo
l:
n
:Aleat~~er:;,ill:Tokyo
.
H
lm
o
9
0-970
1964
•
.
Towar~9:
Scienc~ ,?ff
ranslating
.
Bri
l l
:
Leiden
o
&
T
aber
,
C
L
o
1
969
0
..
T~-.eor2.and P
r
?
c_t
ic
e
of
T
r
ans
l
at
i
..2E;_B
rill
: Le
i
den
.
Taber, Cll.