• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen dan Reformasi Regulasi Administrasi di Jepang Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Manajemen dan Reformasi Regulasi Administrasi di Jepang Abstrak"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Manajemen dan Reformasi Regulasi Administrasi di Jepang

Abstrak

Peraturan adalah fungsi yang paling dasar dan alat pemerintahan, dan sejumlah besar orang terlibat dalam kegiatan yang berkenaan dengan regulasi. Untuk alasan ini, peraturan dan administrasi regulasi telah menjadi subjek penting dari reformasi administrasi di Jepang.

Tulisan ini mengulas administrasi regulasi dan usaha reformasi di Jepang dalam tiga dekade terakhir. Setelah meninjau bagaimana regulasi publik di Jepang dipahami, akan dibahas tujuan, sasaran dan isi reformasi regulasi, metode dan proses reformasi regulasi dan sistem manajemen reformasi regulasi saat ini. Berikutnya, kegiatan reformasi regulasi dari pemerintah saat ini, yang mulai berkuasa untuk pertama kalinya pada tahun 2009, juga akan dibahas.

Berdasarkan hasil penelaahan, ditunjukkan pengambilan keputusan secara mufakat, gradualisme dan fitur-fitur lainnya yang merupakan karakteristik reformasi di Jepangdan ditekankan perlunya perubahan pola pikir.

(2)

Pengantar

Peraturan adalah fungsi paling penting dan alat pemerintah. Kegiatan pemerintah yang berkenaan dengan reformasi dianggap penting untuk menjaga ketertiban sosial, menjamin keselamatan dan kesehatan masyarakat, mempromosikan kegiatan sosial dan ekonomi yang tertata dengan baik untuk pengembangan masyarakat dan kesejahteraan rakyat negara serta masyarakat global. Sejumlah besar orang terlibat dalam kegiatan peraturan pemerintah baik di tingkat nasional dan lokal. Banyak orang di sektor swasta juga terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan peraturan pemerintah.

Pengaruh peraturan pemerintah begitu mendalam hingga efektivitas peraturan dan efisiensi administrasi regulasi terus dibahas dan selalu menjadi topik penting menyangkut pemerintah dan reformasi administrasi di Jepang.

Tulisan ini membahas manajemen dan reformasi administrasi regulasi di Jepang. Pertama, peraturan dan sistem regulasi di Jepang akan dibahas. Kemudian, akan diulas reformasi regulasi di Jepang. Reformasi regulasi meliputi reformasi peraturan, sistem pengaturan dan administrasi regulasi. Tujuan, wilayah sasaran, isi, dan metode dan proses reformasi regulasi juga akan dibahas. Berdasarkan analisis dari sejarah reformasi regulasi, diulas pula fitur-fitur yang merupakan karakteristik reformasi regulasi di Jepang. Pada bagian akhir dari tulisan ini, kegiatan reformasi regulasi dari pemerintah koalisi baru yang mulai berkuasa untuk pertama kalinya pada bulan September 2009 akan didiskusikan.

1. Peraturan Publik di Jepang

(1) Bagaimana peraturan publik di Jepang didefinisikan?

Subyek penelitian ini adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Karena ada juga regulasi atau aturan yang dibuat oleh perorangan dan organisasi, peraturan oleh pemerintah atau organisasi publik yang berwenang di sini disebut sebagai peraturan publik.

Tidak ada definisi tetap mengenai peraturan publik yang diatur secara eksplisit dalam hukum di Jepang. Namun ada pemahaman umum yang diterima secara luas

(3)

mengenai peraturan publik. Dalam dokumen pemerintah, misalnya, dikatakan bahwa peraturan adalah intervensi dari pemerintah nasional atau lokal untuk aktifitas-aktifitas perusahaan swasta atau individu dalam rangka mewujudkan tujuan kebijakan tertentu. Peraturan pada umumnya adalah berupa izin, otorisasi, perizinan, dan sebagainya. Sehubungan dengan peraturan tersebut, ada berbagai macam persyaratan seperti pelaporan ke kantor pemerintah dari suatu perusahaan atau individu. Hal ini juga dianggap sebagai peraturan. Ada juga kegiatan pemerintah yang disebut sebagai "pedoman administrasi" yang bersifat mengatur. Umumnya semua bentuk peraturan adalah untuk membatasi hak dari individu atau perusahaan atau untuk mewajibkan individu atau perusahaan untuk melakukan hal-hal tertentu.

(2) Klasifikasi peraturan publik

Peraturan dapat diklasifikasikan dalam beberapa hal. Klasifikasi berikut ini berguna dalam mempertimbangkan sistem peraturan dan reformasi regulasi. (1) Klasifikasi oleh dasar otoritas regulasi

Baik pemerintah pusat dan daerah dapat membuat peraturan. Ada peraturan yang diperkenalkan oleh undang-undang, peraturan kabinet, aturan menteri dan tindakan lain dari pemerintah pusat. Ada juga peraturan yang diperkenalkan oleh aturan internal dan aturan atau tindakan lainnya dari pemerintah daerah. Klasifikasi ini menghubungkan siapa yang bertanggung jawab atas administrasi peraturan dan reformasi regulasi.

(2) Klasifikasi berdasarkan cara regulasi

Terdapat peraturan langsung dalam hukum tanpa disposisi administrasi perantara. Ada juga peraturan yang melalui disposisi administrasi seperti izin, perizinan dan sebagainya. Sebagian besar peraturan termasuk dalam kategori yang kedua. Efektivitas peraturan tersebut tergantung pada bagaimana mereka diimplementasikan.

(3) Klasifikasi berdasarkan kekuatan regulasi

Peraturan dapat diklasifikasikan berdasarkan kekuatan peraturan tersebut seperti peraturan yang kuat dan peraturan yang lemah. Peraturan yang kuat termasuk izin, otorisasi, perizinan, persetujuan, dan sebagainya. Monopoli oleh perusahaan

(4)

pemerintah adalah peraturan terkuat dari kegiatan ekonomi karena tidak ada perusahaan swasta yang diperbolehkan untuk turut ambil bagian. Peraturan yang lemah termasuk pelaporan, penyerahan dokumen dan sebagainya. Efek regulasi dari peraturan tersebut mungkin lemah. Namun, aturan yang lemah dapat mengalihkan beban berat pada perusahaan. Terdapat aturan diantara peraturan yang kuat dan peraturan yang lemah. Ia disebut peraturan perantara dan termasuk diantaranya sertifikasi, pemeriksaan dan inspeksi barang dan jasa. Dalam upaya deregulasi, ditekankan penghapusan peraturan yang kuat atau mengubah peraturan yang kuat menjadi peraturan yang lebih lemah. Akan tetapi, mengurangi beban regulasi pada perusahaan dan individu juga dianggap penting.

(4) Klasifikasi berdasarkan sifat peraturan

Peraturan sering diklasifikasikan ke dalam peraturan ekonomi dan peraturan sosial. Ini adalah klasifikasi yang paling umum dan mengacu pada reformasi regulasi. Peraturan ekonomi pada umumnya adalah peraturan tentang cara masuk ke industri atau bisnis tertentu, peraturan tentang harga barang dan jasa, peraturan yang berhubungan dengan peralatan dan sebagainya. Peraturan sosial adalah peraturan tentang kesehatan masyarakat, keselamatan, kesejahteraan, dan sebagainya. Meskipun perbedaan ini sifatnya buatan dan sering ambigu, ia diterima secara luas di Jepang sebagai klasifikasi yang berarti dalam upaya untuk deregulasi dan reformasi regulasi.

(3) Sekilas tentang keadaan peraturan pemerintah nasional di Jepang

Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi melakukan survei berkala terhadap sejumlah regulasi pemerintah nasional. Kementerian memeriksa teks dari semua undang-undang yang efektif, peraturan kabinet, aturan menteri dan lain-lain, dan menghitung jumlah seluruh peraturan oleh badan-badan dan kementerian-kementerian pemerintah nasional. Tidak hanya peraturan yang kuat seperti perizinan, namun peraturan perantara seperti sertifikasi dan peraturan yang lemah seperti pelaporan juga turut dihitung.

Menurut hasil survei tahun 2009, kelompok peraturan yang lemah adalah yang terbesar jumlahnya (sekitar setengah dari seluruhnya), diikuti oleh kelompok peraturan yang kuat yaitu sekitar sepertiga dari jumlah total. Kecenderungan

(5)

umum adalah bahwa rasio kelompok peraturan yang kuat menurun dan rasio kelompok peraturan yang lemah meningkat. Sekitar 70 persen dari semua peraturan diperkenalkan oleh undang-undang dan lebih dari 20 persen yang diperkenalkan oleh perintah dan peraturan menteri. Kementerian dan instansi, khususnya dengan sejumlah besar peraturan adalah Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi, Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri, Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan dan Jasa Keuangan. Kecuali untuk Jasa Keuangan, yang merupakan kementerian raksasa dengan berbagai tanggung jawab ekonomi dan industri tertentu, dan untuk pelayanan sosial dan kesejahteraan. Menyangkut banyaknya jumlah peraturan, juga terdapat banyak peraturan ekonomi dan sosial di Jepang

2. Pengelolaan Administrasi Peraturan di Jepang

(1) Pemerintah nasional menetapkan sistem peraturan di sebagian besar bidang

Baik pemerintah nasional dan daerah berbagi tanggung jawab untuk administrasi peraturan di Jepang. Pemerintah daerah di Jepang terdiri dari dua tingkat; 47 pemerintah prefektur dan sekitar 1730 pemerintah kotamadya (kota besar, kota kecil dan desa). Oleh konstitusi entitas publik lokal ini memiliki hak untuk mengelola harta mereka, urusan dan administrasi dan memberlakukan peraturan mereka sendiri dalam hukum. Namun demikian, karena pemerintah nasional memiliki tanggung jawab yang luas di hampir semua bidang administrasi publik dan menetapkan sistem peraturan secara terperinci oleh hukum, apa saja yang dapat diputuskan sendiri oleh pemerintah daerah dengan aturan internal mereka bersifat terbatas.

(2) Implementasi sebagian besar didelegasikan atau ditugaskan kepada pemerintah daerah

Kecuali untuk kasus-kasus di mana kementerian pemerintah pusat memiliki kantor lokal untuk melaksanakan atau menegakkan peraturan, pelaksanaan sebagian besar sistem peraturan yang diperkenalkan oleh pemerintah pusat yaitu

(6)

dengan didelegasikan atau ditugaskan kepada pemerintah daerah. Beban kerja administrasi peraturan di pemerintah daerah sangat banyak, tapi ruang gerak atau keleluasaan mereka sangat terbatas karena pemerintah daerah berada di bawah aturan dan pengawasan atau bimbingan pemerintah pusat dan mereka diharapkan untuk mengikuti petunjuk dari pusat. Urusan regulasi yang mempengaruhi daerah yang lebih luas dari yurisdiksi pemerintah daerah biasanya ditangani oleh kantor lokal pemerintah pusat atau kantor pusat di Tokyo.

(3) Pelaksanaan sering diserahkan kepada organisasi pihak ketiga

Dengan disahkan oleh undang-undang, pemerintah pusat sering menyerahkan fungsi regulasi kepada organisasi pihak ketiga yang berafiliasi dengan pemerintah atau kepada organisasi non-profit. Pemanfaatan organisasi pihak ketiga telah dibenarkan untuk menjaga organisasi pemerintah dan tenaga kerja kecil dan menggunakan kecakapan diluar pemerintahan. Bagi pemerintah pihak ketiga, manajemen, akuntabilitas dan tantangan-tantangan legitimasi telah dibahas di Amerika Serikat. Tapi di Jepang, organisasi pihak ketiga lebih sering dikritik karena banyak dari mereka yang merekrut mantan pejabat pemerintah sebagai eksekutif senior mereka. Pemerintah DPJ (Partai Demokratik Jepang) yang baru meragukan efisiensi organisasi pemerintah pihak ketiga karena mereka merekrut mantan pejabat pemerintah dan melakukan pekerjaan yang tidak perlu atau boros.

(4) Reformasi pengelolaan administrasi regulasi

Administrasi regulasi di Jepang telah dikelola di bawah suatu sistem dengan pemerintah pusat yang memiliki tanggung jawab luas di hampir seluruh bidang administrasi publik. Ini telah menjadi sasaran reformasi administrasi selama beberapa dekade. Dalam beberapa dekade terakhir, reformasi telah dipromosikan dengan slogan "untuk mengalihkan (peran dan tanggung jawab) dari pemerintah ke sektor swasta dan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah". Reformasi administrasi regulasi juga akan dibahas dalam makalah ini.

(7)

"Reformasi peraturan" berarti setiap reformasi yang terkait dengan peraturan, sistem peraturan dan administrasi regulasi, dan termasuk deregulasi atau memperkuat peraturan yang ada, pengenalan peraturan baru dan meningkatkan sistem dan praktik-praktik peraturan dan administrasi regulasi.

Reformasi peraturan diperlukan untuk tercapainya administrasi publik yang efisien dan sebagai respon terhadap kebutuhan sosial, ekonomi, teknologi, serta kebutuhan dan perubahan dalam negeri, internasional, dan global lainnya. Peraturan yang diperkenalkan sebagai suatu cara yang perlu dan efektif untuk mengatasi masalah tertentu mungkin akan menjadi tidak perlu atau tidak efektif. Beban persyaratan-persyaratan peraturan terhadap perusahaan atau individu mungkin terlalu banyak jika dibandingkan dengan tujuan peraturan tersebut. Administrasi peraturan bisa saja tidak efisien dan tidak efektif. Untuk alasan ini, telah ada upaya terus menerus untuk reformasi peraturan. Bagaimanapun juga, seiring berjalannya waktu, tujuan utama atau penekanan dari reformasi peraturan di Jepang telah berubah dalam tiga atau empat dekade terakhir.

(1) Perampingan organisasi-organisasi pemerintah dan operasi-operasi

Kegiatan yang berkaitan dengan peraturan telah menjadi inti dari fungsi dan kegiatan pemerintahan. Ada banyak organisasi dan pegawai pemerintah yang terlibat dalam kegiatan peraturan. Dengan asumsi bahwa reformasi peraturan akan memungkinkan tercapainya upaya mengurangi organisasi pemerintah, karyawan dan biaya administrasi, dalam setiap upaya reformasi administrasi yang luas, peraturan dan kegiatan-kegiatan pemerintah yang berkenaan dengan peraturan telah ditinjau untuk mempromosikan rasionalisasi dan perampingan pemerintahan. Bahkan di Jepang, reformasi regulasi yang berawal pada 30 tahun yang lalu atau lebih, biasanya disebut dan dipahami sebagai sesuatu yang sama sifatnya dengan penyederhanaan dan rasionalisasi pekerjaan administrasi yang berkaitan dengan izin, perizinan dan kegiatan peraturan pemerintah lainnya.

(2) Mengurangi beban dan biaya regulasi pada perusahaan dan individu

Peraturan publik adalah sesuatu yang memberatkan dan mahal bagi perusahaan swasta dan juga perorangan. Peraturan publik tidak hanya membatasi kegiatan perusahaan dan individu, tetapi ia juga menambah beban untuk mematuhi

(8)

peraturan dan persyaratan, contohnya pelaporan. Seperti halnya tujuan pertama yang disebutkan di atas, mengurangi atau memperkecil beban dan biaya telah menjadi tujuan penting dari deregulasi dan reformasi peraturan lainnya sejak lama.

(3) Meningkatkan dan merevitalitasi perekonomian

Adanya peraturan yang kuat mencekik inisiatif swasta dan pengembangan industri baru dan bisnis, produk dan layanan baru, dan perluasan ekonomi. Peraturan ekonomi yang kuat, khususnya peraturan masuk, berubah menjadi sistem perlindungan bagi mereka yang sudah lebih dulu berada dalam industri. Sebaliknya, penghapusan sistem monopoli jasa telekomunikasi mendorong pengembangan dan inovasi layanan telekomunikasi dan industri TIK.

Ketika ekonomi Jepang jatuh ke periode pertumbuhan yang rendah dan kemudian pada saat "gelembung ekonomi" meledak, deregulasi peraturan ekonomi lah yang diharapkan dapat meningkatkan dan merevitalisasi perekonomian. Setiap kali pemerintah berada dalam situasi untuk membuat rencana yang bertujuan meningkatkan atau merangsang ekonomi, deregulasi dan reformasi peraturan lainnya dianggap sebagai bagian dari paket stimulus ekonomi tanpa menghabiskan uang rakyat.

(4) Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

Deregulasi peraturan ekonomi mendorong entri baru ke dalam bisnis, sedangkan kompetisi mendorong inisiatif bisnis untuk tersedianya barang dan jasa yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah. Sebagai contoh, deregulasi peraturan sosial sebagai akibat dari inovasi teknologi juga dapat memungkinkan tersedianya barang dan jasa baru, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Ironisnya, semenjak ekonomi Jepang memasuki periode pertumbuhan yang rendah, kualitas hidup malah lebih ditekankan daripada sebelumnya. Pemerintah mulai menekankan pentingnya deregulasi untuk tujuan ini.

(5) Harmonisasi peraturan internasional dan sistem dan praktek terkait

Globalisasi kegiatan ekonomi dan sosial telah mengharuskan dan mempercepat harmonisasi internasional atas peraturan serta sistem dan praktek yang terkait.

(9)

Diskusi di arena internasional seperti OECD dan negosiasi bilateral atau multilateral mampu mempercepat harmonisasi internasional.

(6) Mempromosikan keadilan dan transparansi administrasi peraturan

Sistem dan langkah-langkah, seperti hukum prosedur administrasi, untuk menjamin keadilan dan transparansi administrasi peraturan telah dibahas sejak lama yakni sejak 50 tahun yang lalu di arena reformasi administrasi. Globalisasi dan gelombang harmonisasi internasional memiliki banyak pengaruh dalam mempromosikan langkah-langkah untuk meningkatkan keadilan dan transparansi administrasi regulasi. Memastikan proses dan prosedur administrasi regulasi yang adil dan transparan telah menjadi tujuan penting dari reformasi administrasi

(7) Mempromosikan reformasi struktural sistem sosial dan ekonomi negara

Dalam pidato kebijakan pertamanya yang dilaksanakan di Parlemen pada tahun 2001, Perdana Menteri Koizumi menekankan reformasi struktural sosial, ekonomi, dan sistem politik negara. Industri, bisnis dan sector-sektor lainnya yang usang, tidak efisien dan tidak kompetitif menjadi sasaran reformasi struktural. Deregulasi atau reformasi regulasi lainnya dianggap sebagai cara yang efektif untuk mempromosikan reformasi struktural. Karena tujuan dari reformasi struktural adalah revitalisasi masyarakat Jepang dan ekonomi, target reformasi struktural adalah tidak ada daerah yang "tak tersentuh"

4. Sasaran dan Isi Reformasi Peraturan (1) Sasaran reformasi peraturan

Wilayah-wilayah sasaran dari reformasi peraturan terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Pada masa-masa permulaan ketika perampingan administrasi paling ditekankan, seluruh bidang administrasi peraturan ditargetkan untuk mendukung upaya reformasi pemerintahan yang luas. Menghapus peraturan yang telah usang dan ketinggalan jaman adalah salah satu contohnya. Merampingkan peraturan

(10)

yang berlebihan atau serupa dari instansi pemerintah yang berbeda namun memiliki sasaran perusahaan yang sama adalah contoh dari jenis ini.

Secara umum, peraturan-peraturan ekonomi memiliki target yang lebih dari peraturan-peraturan sosial. Sekitar tahun 1990, slogan untuk reformasi peraturan ekonomi ditetapkan sebagai "Berprinsip liberalisasi dan peraturan hanya sebagai pengecualian." Prinsip ini tidak dapat diterapkan pada peraturan sosial yang menyangkut kesehatan masyarakat, keamanan, kesejahteraan, lingkungan dan sebagainya. Peraturan tentang pendidikan, pelayanan kesehatan, pertanian dan sebagainya juga ditangani dengan cara yang berbeda.

Dari sekitar pergantian abad, lebih jelasnya selama pemerintahan Koizumi pada tahun 2001-2006, peraturan sosial dan peraturan lainnya yang kurang ditargetkan daripada peraturan yang murni ekonomi menjadi sasaran utama reformasi peraturan. Pemerintah mempromosikan deregulasi penyediaan layanan yang diadakan oleh "pasar buatan pemerintah". "Pasar buatan pemerintah" mengacu pada penyediaan layanan seperti pelayanan kesehatan, pelayanan kesejahteraan, pendidikan dan pengaturan kerja di mana pemerintah dan organisasi yang terkait dengan pemerintah memberikan layanan, sementara masuknya penyedia layanan lainnya diatur secara ketat.

(2) Isi reformasi peraturan

Terdapat isi dan aspek reformasi peraturan yang berbeda yang dapat diamati dalam pengalaman di Jepang.

(1) Deregulasi peraturan ekonomi

Peraturan ekonomi yang telah dilaksanakan antara lain penghapusan peraturan, perubahan dari peraturan yang lebih kuat menjadi peraturan yang lebih lemah, mengurangi beban peraturan pada perusahaan dan individu. Yang terutama ialah deregulasi peraturan masuk. Penyesuaian klausul permintaan dan penawaran yang telah diterapkan sebagai prinsip dasar peraturan masuk yang berkaitan dengan industri-industri jasa utama seperti jasa transportasi dan perbankan dan jasa keuangan lainnya dihapuskan. Memperpanjang jangka waktu validitas sebuah lisensi, pengurangan persyaratan laporan periodik, dan sebagainya adalah contoh cara mengurangi beban peraturan bagi perusahaan dan individu.

(11)

(2) Deregulasi, re-regulasi peraturan sosial

Seperti pada peraturan sosial, deregulasi dilaksanakan ketika sifatnya masuk akal dan dapat dibenarkan. Deregulasi mengenai standar bangunan dan bahan bangunan adalah contoh dari jenis ini. Mengurangi beban regulasi dengan memperpanjang jangka waktu validitas dilakukan terhadap hal-hal seperti: surat izin mengemudi, paspor, pemeriksaan kendaraan bermotor. Pengurangan persyaratan laporan periodik telah dilaksanakan dengan berbagai peraturan. Deregulasi dan re-regulasi, atau perubahan isi atau metode regulasi, dilaksanakan dengan banyak peraturan sosial

(3) Membuka "pasar buatan pemerintah"

Sebagaimana disebutkan di atas, "pasar buatan pemerintah" menjadi sasaran deregulasi dan reformasi regulasi lainnya. Deregulasi peraturan masuk, privatisasi, kontrak untuk pihak luar dan tes pasar telah dilaksanakan dengan layanan yang disediakan oleh "pasar buatan pemerintah" seperti pelayanan kesejahteraan, pelayanan kesehatan dan pendidikan. Salah satu isu paling kontroversial dalam konteks ini adalah apakah sebaiknya sebuah organisasi yang bertujuan untuk keuntungan pribadi diizinkan untuk mendapat layanan seperti sebagai pelayanan kesehatan dan pendidikan. Namun saat ini pengelolaan fasilitas penjara juga dapat ditawarkan pada pihak luar seperti perusahaan swasta.

(4) Keadilan dan transparansi administrasi peraturan

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan keadilan dan transparansi proses dan prosedur administrasi peraturan. Yang paling penting adalah berlakunya Hukum Prosedur Administrasi pada tahun 1993. Undang-undang ini mengatur tentang prosedur yang akan diterapkan pada proses aplikasi lisensi, izin dan sebagainya, dan prosedur yang harus diterapkan untuk disposisi administrasi yang tidak menguntungkan seperti penangguhan izin. Dengan adanya hukum ini, adalah sebuah keharusan untuk memperjelas kriteria penentuan aplikasi perizinan dan rata-rata waktu yang diperlukan dalam proses aplikasi, serta membuatnya terbuka untuk umum. Selain itu, untuk menjamin keadilan dan transparansi "pedoman administrasi", definisi yang sah untuk "pedoman administrasi" dibuat untuk pertama kalinya, dan aturan dasar tentang bagaimana "pedoman

(12)

administrasi" dibuat turut ditetapkan. Kemudian, apa yang disebut sebagai sistem "komentar publik" juga diperkenalkan sebagai sistem hukum.

5. Metode dan Proses Reformasi Peraturan

(1) Musyawarah oleh Badan Penasehat Perdana Menteri

Selama masa berkuasanya Pemerintah LDP (Partai Demokrat Liberal), dewan penasehat diciptakan untuk memusyawarahkan deregulasi dan langkah-langkah reformasi peraturan tertentu, dan untuk membuat proposal kepada Perdana Menteri. Pada masa-masa awal, badan penasehat Perdana Menteri yang bertanggung jawab atas reformasi administrasi yang berskala luas menangani permasalahan deregulasi dan reformasi peraturan sebagai bagian dari acuan masa tugasnya. Kemudian, dibentuk badan penasehat independen yang bertanggung jawab atas deregulasi dan reformasi peraturan. Mereka adalah Dewan Reformasi Peraturan Komprehensif dan Dewan Reformasi Peraturan dan Promosi Pembukaan Pasar yang menggantikan Dewan Reformasi Peraturan Komprehensif. Badan ini umumnya terdiri dari kalangan terpelajar, pemimpin bisnis, pemimpin serikat buruh, pemimpin organisasi konsumen dan komentator media massa. Badan-badan penasehat tidak hanya menjadi tempat untuk bermusyawarah, tetapi juga untuk menciptakan mufakat.

Pemerintah DPJ baru yang saat ini berkuasa tidak mengaktifkan Dewan Reformasi Peraturan dan Promosi Pembukaan Pasar, tetapi menciptakan subkomite di Dewan Revitalisasi Administratif yang diciptakan oleh pemerintah DPJ dengan keputusan kabinet. Berbeda dari badan penasehat sebelumnya, Sub-komite Reformasi Peraturan diketuai oleh Wakil Menteri Senior yang merupakan seorang politisi.

Dalam kasus apapun, sebuah badan penasehat meminta pendapat dari orang-orang yang bersangkutan dan juga mengadakan pertemuan untuk mendengar pendapat dari kantor-kantor pemerintah yang menerbitkan peraturan, organisasi yang diatur dan lain-lain.

(13)

(2) Melibatkan semua kementerian yang berkaitan dengan keputusan kabinet

Untuk memajukan reformasi peraturan pemerintah secara luas, dengan melibatkan semua kementerian dan instansi, pemerintah nasional telah membuat serangkaian keputusan kabinet mengenai deregulasi dan reformasi regulasi. Mereka pertama kali diikut sertakan dalam rencana reformasi administrasi dengan skala yang luas dan kemudian diputuskan sebagai paket terpisah dari langkah-langkah reformasi peraturan, seperti "Rencana Deregulasi Tiga Tahun." Pemerintah LDP mengharuskan untuk membuat rencana reformasi, termasuk beberapa ratus langkah-langkah spesifik. Rencana reformasi tiga tahun direvisi setiap tahun dengan meninjau kemajuan dan menambahkan langkah-langkah baru.

(3) Desentralisasi kegiatan peraturan bagi pemerintah daerah

Sejalan dengan upaya desentralisasi, lebih banyak fungsi dan kegiatan regulasi yang telah dialihkan ke pemerintah daerah. Untuk membuat perubahan ini lebih bermakna, kewenangan pemerintah daerah telah diperkuat secara bertahap dengan memperluas ruang gerak, kebijaksanaan dan pembuatan peraturan internal pemerintah daerah yang dapat menerapkan peraturan administrasi dengan cara yang paling sesuai dengan kondisi dan konteks di sana.

(4) Penggunaan "sistem zona reformasi regulasi khusus"

Peraturan pemerintah pusat adalah peraturan yang harus diterapkan secara seragam di seluruh negeri. Oleh karena itu, bahkan ketika ada kebutuhan khusus untuk mengubah atau men-deregulasi peraturan yang ada di beberapa daerah, tidak selalu mudah untuk mengubahnya sebagai peraturan nasional yang seragam. "Sistem zona reformasi regulasi khusus" memungkinkan pemerintah daerah tertentu untuk mengusulkan langkah deregulasi istimewa untuk diberlakukan di wilayah pemerintah lokal tersebut. Jika langkah ini menghasilkan kesuksesan, maka haruslah dibahas apakah langkah pengecualian ini bisa menjadi aturan umum yang akan diterapkan di seluruh negeri. Sistem ini seperti "sistem zona khusus di Cina."

(14)

6. Sistem dan Praktek Manajemen Reformasi Regulasi yang Berkelanjutan

Dengan pengalaman deregulasi dan upaya reformasi regulasi dalam tiga dekade terakhir, beberapa sistem dan praktek telah diperkenalkan untuk memberi kontribusi pada reformasi regulasi yang berkelanjutan. Hal-hal yang penting adalah sebagai berikut.

(1) Membangun basis data peraturan yang ada dengan survei berkala

Dengan kerjasama dari semua kementerian dan instansi pemerintah nasional, Biro Evaluasi Administrasi Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi (sebelumnya Biro Inspeksi Administrasi atas Badan Koordinasi dan Manajemen Kantor Perdana Menteri) membuat survei mengenai peraturan. Biro Evaluasi Administrasi secara berkala memeriksa teks dari semua undang-undang yang efektif, peraturan kabinet, aturan menteri dan lain-lain. Basis data dari peraturan pemerintah pusat yang ada sebagaimana yang didefinisikan oleh Biro telah dibuat. Berdasarkan basis data ini, berbagai analisis menjadi mungkin. Sejumlah peraturan dari setiap kementerian dihitung dan perubahan peraturan dan alasan perubahan tersebut dianalisis.

(2) Pemeriksaan proposal peraturan baru dan perubahan peraturan yang ada

Ketika setiap kementerian berencana untuk memperkenalkan peraturan baru atau mengubah peraturan yang ada, rencana tersebut harus diperiksa oleh kantor manajemen pusat; Biro Manajemen Administrasi, Biro Anggaran dan Biro Legislasi Kabinet. Biro Manajemen Administrasi Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi bertanggung jawab untuk manajemen (pemeriksaan dan koordinasi) organisasi administratif pemerintah pusat (kementerian, instansi dan lain-lain), organisasi yang terkait dengan pemerintah, tenaga kerja organisasi administratif, dan sistem administrasi dasar. Biro Anggaran Kementerian Keuangan bertanggung jawab untuk membuat Anggaran Pemerintah untuk disampaikan kepada Majelis Legislatif. Biro Kabinet Legislasi bertanggung jawab untuk memeriksa tagihan legislatif dan rancangan peraturan kabinet yang disusun oleh

(15)

kementerian dan instansi. Dalam kaitannya dengan tanggung jawab mereka, biro-biro ini diperlukan untuk memeriksa proposal dan rancangan peraturan baru dan amandemen peraturan yang ada dari semua kementerian dan instansi. Ketika biro-biro ini menerima peraturan baru, klausa tinjauan perlu untuk diikut sertakan dalam rancangan peraturan baru sehingga peraturan baru tersebut harus ditinjau ulang pada titik tertentu setelah diperkenalkan.

(3) Analisis dampak regulasi terhadap kondisi untuk kompetisi

Setelah tiga tahun dilaksanakannya praktek percobaan, analisis dampak regulasi sistem secara resmi diperkenalkan di Jepang pada tahun 2007. Setiap kementerian diharuskan untuk membuat analisis dampak regulasi sebelum pengenalan peraturan baru diputuskan. Analisis dampak regulasi meliputi tujuan dan perlunya peraturan baru, biaya dan analisis manfaat, dan perbandingan alternatif yang ada. Selain itu, dilaksanakan pula percobaan analisis regulasi mengenai kondisi persaingan. Komisi Perdagangan yang Adil menyiapkan checklist untuk membuat analisis tersebut.

(4) Sistem komentar publik

Sistem komentar publik diperkenalkan pertama kali oleh keputusan kabinet pada tahun 1999 dan kemudian dimasukkan dalam Hukum Prosedur Administrasi pada tahun 2005. Setiap organisasi atau individu, orang Jepang maupun orang asing, dapat memberikan komentar mengenai rancangan peraturan yang diusulkan oleh kementerian atau instansi. Setiap kementerian atau instansi diharuskan untuk membuat rancangan peraturan terbuka, dan meminta komentar dalam kurun waktu tiga puluh hari atau untuk periode yang lebih lama. Isi komentar dan bagaimana komentar tersebut ditangani harus diketahui oleh masyarakat umum.

(5) Evaluasi kebijakan

Hukum Evaluasi Kebijakan diberlakukan di Jepang pada tahun 2002. Kementerian dan instansi diharuskan untuk membuat evaluasi terhadap kebijakan, program dan proyek mereka. Sebagai bagian dari kegiatan evaluasi, kinerja dan hasil administrasi peraturan turut dievaluasi.

(16)

(6) Hukum Prosedur Administrasi

Membuat peraturan adalah satu hal, sedangkan implementasi adalah hal yang lain. Proses dan prosedur pelaksanaan dan operasi adalah sesuatu yang penting. Pedoman administrasi telah menjadi cara yang sangat efektif dan penting dalam menerapkan kegiatan pemerintah termasuk peraturan. Hukum Prosedur Administrasi diberlakukan pada tahun 1993 untuk memastikan operasi administrasi publik yang adil dan transparan. Ketentuan-ketentuan yang dicakup dalam pedoman administrasi adalah unik sifatnya bagi Hukum Prosedur Administrasi Jepang.

7. Reformasi regulasi oleh Pemerintah DPJ yang baru (1) Permulaan yang lambat

Partai Demokrat Jepang (DPJ) mulai berkuasa untuk pertama kalinya pada bulan September 2009. Kegiatan reformasi regulasi dari pemerintah koalisi DPJ yang baru dimulai sangat lambat, sebagian karena disibukkan dengan pembuatan anggaran yang belum pernah dialami sebelumnya dan sebagian lagi karena reformasi regulasi adalah prioritas rendah dalam agenda politik mereka dan DPJ tidak ingin menggunakan organisasi reformasi yang diwariskan pemerintah sebelumnya. DPJ telah mngkritisi deregulasi pemerintah sebelumnya, pemerintah Partai Demokrat Liberal. Sementara itu, mitra koalisi DPJ, Partai Demokrat Sosial dan Partai Rakyat Baru, tidak antusias tentang deregulasi. Pada Maret 2010 DPJ membuat langkah awal yang nyata dari kegiatan reformasi dengan organisasi barunya.

(2) Dewan Revitalisasi Administrasi dan sub-komitenya

DPJ tidak menggunakan Dewan Reformasi Regulasi dan Promosi Pembukaan Pasar, sebuah badan hukum yang memberikan nasihat kepada Perdana Menteri, yang diwarisi dari pemerintah LDP sebelumnya. Sebaliknya, DPJ membentuk Sub-komite untuk Reformasi Regulasi dan Sistem di Dewan Revitalisasi Administrasi yang merupakan badan non-hukum yang dibuat oleh pemerintah DPJ berdasarkan keputusan kabinet. Dewan Revitalisasi Administrasi terdiri dari sekitar sepuluh anggota; Perdana Menteri, Menteri Revitalisasi Administrasi dan

(17)

beberapa Menteri lainnya, dan beberapa anggota yamg diundang dari luar pemerintahan.

Dalam Sub-komite untuk Reformasi Regulasi dan Sistem, tiga kelompok kerja telah dibentuk pada Maret 2010. Mereka adalah "Kelompok Kerja Inovasi Hijau," "Kelompok Kerja Inovasi Kehidupan," dan "kelompok Kerja Pertanian dan Vitalisasi Hutan dan Revitalisasi Regional." Kelompok kerja ini membuat laporan kepada Sub-komite untuk Reformasi Regulasi dan Sistem. Subkomite membahas laporan dan proposal dari tiga kelompok kerja dan menambahkan proposalnya sendiri pada isu-isu yang tidak ditangani oleh kelompok kerja, lalu menyampaikan laporan kepada Dewan Revitalisasi Administrasi.

(3) Pemeriksaan oleh Dewan Revitalisasi Administrasi

Pada bulan Maret 2011, Dewan Revitalisasi Administrasi mengadakan debat terbuka dengan para pejabat kementerian yang bertanggung jawab atas peraturan khusus untuk meneliti beberapa masalah reformasi regulasi yang dipilih. Dewan menjalankan pengawasan dengan debat terbuka mengenai program belanja selama musim anggaran pada tahun 2009, mengenai organisasi yang berafiliasi pada pemerintah dan mendapat kritik pada tahun 2010, dan mengenai subjek-subjek lainnya. Dari sisi Dewan, tim pengawasan telah terorganisir termasuk para politisi dan orang-orang yang terinformasi dengan baik yang diundang dari luar pemerintahan. Ini adalah kegiatan simbolis untuk menunjukkan kepada masyarakat umum bahwa DPJ sangat antusias dalam reformasi regulasi. Hal ini juga untuk menunjukkan bahwa terdapat peraturan yang tidak selalu masuk akal dan dapat dibenarkan, dan bahkan pejabat yang bertanggung jawab atas peraturan tersebut tidak bisa menjelaskan secara persuasif. Politisi memainkan peran penting dalam kegiatan pengawasan.

Namun, berbeda dengan pengawasan pada masa-masa awal menggunakan debat terbuka mengenai subyek lain seperti program pengeluaran publik, masyarakat umum tidak menampakkan ketertarikan pada kegiatan reformasi regulasi ini. Hal ini mungkin dikarenakan metode dari "pengawasan oleh debat terbuka" kehilangan kesegarannya dan tidak dapat menarik perhatian sebanyak sebelumnya. Mungkin juga masyarakat umum tidak memiliki banyak antusiasme

(18)

terkait deregulasi setelah menyaksikan beberapa akibat buruk dari deregulasi oleh pemerintah LDP.

(4) Kepemimpinan politik

DPJ menganjurkan kepemimpinan politik yang kuat dalam menjalankan pemerintah. DPJ mencurigai loyalitas para birokrat dikarenakan ia belum pernah bekerja dengan birokrat-birokrat di pemerintahan sebelumnya. Kebijakan kepemimpinan politik yang kuat ini diterapkan juga dalam membahas dan mempromosikan reformasi regulasi oleh pemerintah DPJ. Dewan Revitalisasi Administrasi dipimpin oleh Perdana Menteri dan didominasi oleh politisi. Wakil Menteri Senior (politisi) menjadi ketua Sub-komite untuk Reformasi Regulasi dan Sistem. Sekretaris Parlemen (politisi) yang merupakan junior dari Wakil Menteri Senior menjadi ketua dari tiga kelompok kerja. Dalam kasus pemerintahan LDP posisi seperti itu biasanya dipegang oleh para pemimpin bisnis yang berpengaruh atau profesor universitas. Dalam hal pengawasan regulasi oleh tim yang diselenggarakan oleh Dewan Revitalisasi Administrasi, politisi memainkan peran penting.

(5) Rencana reformasi regulasi baru

Pemerintah DPJ mempertimbangkan untuk membuat rencana reformasi regulasi sendiri. Sebelum membuat rencana reformasi yang luas yang didasarkan pada pekerjaan kelompok kerja, pemerintah DPJ dipaksa untuk membuat rencana kebijakan ekonomi untuk mewujudkan strategi pertumbuhan baru dan paket kebijakan ekonomi yang mendesak untuk mengatasi masalah nilai yen dan deflasi pada musim gugur tahun 2010.

Seperti rencana reformasi regulasi yang jauh lebih komprehensif berdasarkan laporan Dewan Revitalisasi Administrasi, pemerintah DPJ berencana untuk membuat paket reformasi regulasi yang pada akhir Maret 2011. Namun, hal itu ditunda hingga April karena gempa besar pada 11 Maret. Jumlah item yang termasuk dalam rencana itu lebih dari 100, tetapi jumlah tersebut kurang dari yang disarankan oleh laporan kelompok kerja. Item yang tidak berhasil mendapat mufakat tidak dimasukkan dalam paket reformasi regulasi.

(19)

(6) Kemungkinan perubahan setelah gempa besar

Gempa bumi besar pada 11 Maret dan apa yang terjadi setelah gempa bumi telah mengungkapkan banyak masalah, kekurangan dan kesulitan dalam sistem pemerintahan, organisasi, peraturan dan lain-lain. Dalam menangani tugas-tugas yang sangat besar untuk merekonstruksi daerah yang terkena gempa bumi dan juga untuk memberikan kelahiran kembali ke masyarakat Jepang, pemerintah DPJ memerlukan program reformasi yang drastis termasuk administrasi peraturan.

(7) Sukses atau tidak

Masih belum terlihat apakah reformasi regulasi oleh pemerintah DPJ yang baru akan sukses atau tidak. Tapi popularitas pemerintahan DPJ saat ini sangat rendah. Kecuali Perdana Menteri dan pemimpin politik lainnya menunjukkan kemauan dan tekad yang kuat dan menerapkan kepemimpinan yang kuat, perubahan drastis tidak mungkin terjadi.

8. Fitur-fitur yang merupakan Karakteristik Reformasi Regulasi di Jepang

Melihat pengalaman di Jepang dalam tiga dekade terakhir, beberapa fitur dapat menunjukkan karakteristik reformasi regulasi Jepang atau reformasi administrasi pada umumnya.

(1) Pengambilan keputusan dengan mufakat

Keputusan penting untuk reformasi biasanya dibuat dengan mufakat di antara mereka yang peduli. Penggunaan badan penasehat, komposisi badan penasehat, proses dan prosedur dari diskusi dan negosiasi, dan pengambilan keputusan telah dirancang sehubungan dengan pentingnya mufakat.

(2) Penyesuaian bertahap dan sedikit demi sedikit menuju perubahan

Karena pengambilan keputusan memakai pendekatan mufakat, penyesuaian tambahan yang bertahap dan sedikit demi sedikit untuk reformasi biasanya digunakan. Ketika reformasi drastis diperlukan, sering disertai dengan langkah-langkah tambahan atau pengganti untuk membujuk orang-orang yang kemungkinan akan terkena dampak langkah-langkah reformasi.

(20)

(3) Proses pengambilan keputusan yang memakan banyak waktu

Sering kali memakan waktu untuk mencapai persetujuan dalam pengambilan keputusan. Setelah keputusan dibuat, penerapannya akan lebih mudah dilakukan tanpa memakan banyak waktu di Jepang. Ada negara-negara di mana pemimpin negara tidak memerlukan banyak waktu untuk membuat suatu keputusan, tapi diperlukan lebih banyak waktu untuk menerapkannya karena ada yang berkeberatan atau sikap yang tidak menguntungkan dari pihak yang bersangkutan. Jika waktu yang terpakai dari proses inisiasi pengambilan keputusan hingga akhir proses implementasi digabungkan, kita tidak bisa memutuskan mana cara yang lebih efisien. Namun, pengambilan keputusan dengan pendekatan mufakat di Jepang telah menghasilkan citra yang kurang baik yaitu banyaknya waktu yang terbuang, sering disebut sebagai "terlalu sedikit hasilnya, terlalu terlambat keputusannya."

(4) Kelancaran implementasi

Salah satu manfaat penting dari pendekatan mufakat adalah bahwa keputusan biasanya lebih mudah dilaksanakan setelah keputusan itu dibuat.

(5) Efek gradualisme – kurangnya perubahan pola pikir dari mereka yang terlibat

Ketika reformasi terjadi secara bertahap, sedikit demi sedikit, relatif mudah bagi mereka yang terlibat untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan. Adalah mungkin untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan tanpa mengubah pola pikir mereka secara drastis. Jika langkah-langkah reformasi terjadi secara drastis dan pola pikir konvensional harus berubah drastis, situasinya akan sangat berbeda. Tanpa perubahan pola pikir, langkah-langkah reformasi baru cenderung dianggap sebagai paksaan dari luar. Langkah-langkah tambahan dari reformasi atau inovasi mungkin tidak datang dari pola pikir mereka. Sikap orang-orang yang memiliki kepentingan pribadi dalam sistem peraturan yang ada biasanya pasif dan kurang proaktif untuk reformasi.

(6) Menyesuaikan terhadap perubahan daripada memimpin terjadinya perubahan

(21)

Meskipun deregulasi yang kontinyu dan upaya reformasi regulasi lainnya telah dibuat dan berbagai sistem telah diperkenalkan untuk perbaikan yang berkesinambungan pada regulasi administrasi di Jepang, sikap pemerintah dan perilaku dari mereka yang terlibat disisi luar pemerintah menunjukkan kepasifan terhadap perubahan dari luar. Tampaknya sikap dasar mereka adalah dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan disisi pemerintah dan disisi negara daripada memimpin perubahan di depan aktor-aktor lain. Ketika mereka memulai mengimplementasikan langkah-langkah reformasi setelah proses pengambilan keputusan yang memakan waktu, kondisi yang mengharuskan tindakan tersebut mungkin telah berubah. Pemimpin Reformasi dan negara-negara maju telah menyelesaikan permainan mereka di babak pertama dan mungkin akan melaju ke tahap berikutnya ketika Jepang baru mulai bermain di babak pertama. Penting bagi Jepang untuk mengubah kebijakan dan mengejar ketinggalan dengan negara-negara lain untuk dapat bermain di tahap berikutnya. Hal ini membutuhkan upaya reformasi yang lebih di Jepang. Ini mungkin salah satu alasan yang mendasari kegiatan reformasi terus menerus di Jepang. Dengan demikian, upaya reformasi berlanjut secara bertahap, dan selanjutnya muncul orang-orang yang mengeluh tentang "kelelahan reformasi".

Kesimpulan

Tidak ada yang dapat menyangkal bahwa pemerintah Jepang telah melakukan upaya yang cukup besar dan terus menerus untuk deregulasi dan reformasi peraturan lainnya. Sebagian besar isi spesifik deregulasi atau reformasi lainnya dari industri dan bisnis tertentu dan sector-sektor lain yang termasuk dalam rencana dan program reformasi telah dilaksanakan. Namun, sulit untuk mengatakan apakah langkah-langkah reformasi telah memberikan hasil atau efek yang diharapkan. Ini mungkin dikarenakan reformasi yang bertahap tidak disertai perubahan pola pikir masyarakat. Karena perubahan itu bertahap dan sedikit demi sedikit, diperlukan perubahan yang berkesinambungan untuk menyesuaikan perubahan yang cepat dan luas dalam beberapa dekade terakhir dengan meningkatnya globalisasi.

(22)

Adapun reformasi dasar seperti diberlakukannya Hukum Prosedur Administrasi, sulit untuk mengatakan bahwa tujuan dasar dari hukum telah berakar dalam kegiatan sehari-hari organisasi pemerintah. Meskipun tidak banyak kasus administrasi regulasi yang tidak pantas, masih belum jelas apakah itu adalah karena adanya Hukum Prosedur Administrasi. Tidak jelas apakah banyaknya perubahan pola pikir pejabat yang terlibat dalam administrasi regulasi adalah karena diberlakukannya Hukum Prosedur Administrasi.

Melihat kembali sejarah dan pengalaman reformasi regulasi di Jepang, jelas bahwa Jepang harus memiliki sikap dan pendekatan yang lebih proaktif terhadap perubahan. Perubahan ini harus dan akan menyertai perubahan pola pikir orang-orang. Agar ini dapat tercapai, orang-orang di setiap sektor perlu menyadari apa yang sedang terjadi di luar negara mereka. Bertentangan dengan meningkatnya globalisasi, dikatakan bahwa orang Jepang menjadi lebih merefleksikan kembali kedalam diri mereka.

Gempa bumi pada 11 Maret 2011 menjadi titik balik bagi orang Jepang. Orang Jepang mulai menyadari bagaimana mereka terhubung erat dengan dunia luar dan orang-orang di negara-negara lain. Dalam proses mengatasi kesulitan setelah gempa, pemerintah Jepang dan orang-orang memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan prestasi yang berharga dan pelajaran.

Referensi

Dokumen terkait

Misi utama dalam aplikasi ini untuk menambah pengetahuan mengenai pendidikan agama islam terutama pada ilmu fiqih, karena ilmu fiqih merupakan ilmu yang sangat penting

Tuberkulosis  adalah  penyakit  yang  disebabkan  oleh  infeksi  Mycobacterium  tuberculosis  complex.  Menurut  World 

Kadar BOD dan COD pada inlet, tengah maupun outlet situ tersebut melebihi baku mutu air sungai golongan C.. BOD (Biological Oxygent Demand) adalah banyaknya

Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk perumusan RKP-Desa adalah (1) memeriksa perioritas masalah dan kegiatan, meliputi (a) kegiatan pengkajian infomasi permasalahan pada

Kemudian untuk kategori ibadah indikator yang dominan adalah menyampaikan syiar Islam yang muncul 5 kali atau 31,25% dari 60 scene atau keseluruhan scene, untuk

DirectConnectionHandler Turunan dari kelas Connection yang menspesifikasikan koneksi langsung dengan menggunakan socket, kelas inilah yang akan dimodifikasi sebagai kelas utama

Menyatakan bahwa kami siap untuk menyelenggarakan program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) yang dibiayai dengan dana bantuan dari Direktorat Pembinaan Kursus dan

Arah program kursus dan pelatihan tersebut adalah pembekalan berbagai keterampilan kepada peserta didik untuk dapat bekerja (pekerja) atau usaha mandiri