• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Relationship Between Information Exposure And Adolescent's Perceptions On Sexual Education At SMAN 3 Banjarmasin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "The Relationship Between Information Exposure And Adolescent's Perceptions On Sexual Education At SMAN 3 Banjarmasin"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

http://journal.mbunivpress.or.id/index.php/jnhs 34

The Relationship Between Information Exposure And Adolescent's

Perceptions On Sexual Education At SMAN 3 Banjarmasin

H. Khairir Rizani1, Iis Pusparina2, Insana Maria3

1 Dosen Program Studi Diploma Tiga Keperawatan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin 2 3 Dosen Program Studi Diploma Tiga Keperawatan STIKES Intan Martapura

Email: maria.insana82@gmail.com

ABSTRACT

Exposure to information can affect undertanding of right or wrong. Exposed adolescents to information about sexuality education will influence the adolescent's perception of sexuality education. This study aims to determine the relationship between information exposure and adolescents' perceptions sexuality of education at SMAN 3 Banjarmasin

This study used a cross-sectional design. The study population of adolescent students in grades X, XI and XII, both in science and social science at SMAN 3 Banjarmasin, totaling 565 people. The research sample was partly students of the class X of the SMAN 3 Banjarmasin, that is to say 130 people with a random sampling method proportional to purpose.

The importance results of this study indicate that the majority of respondents have been exposed to knowledge about sex education (93.85%), the majority of respondents' perceptions about sex education are positive (76.9%), it There is a relationship between exposure to information and adolescent perceptions. on sex education (ρ = 0.000)

Schools are expected to provide knowledge and sex education not only academically. Sex education is not a taboo to explain to students, but it is sensitive in terms of childbirth. So that parents can provide information about sex education to their children as early as possible so that they do not find out about sexual problems from the wrong source.

Keywords : Exposure to information, perception, sex education, adolescents

PENDAHULUAN

Perkembangan masa remaja yang merupakan masa peralihan usia anak ke remaja pada kehidupan dimana terjadi perubahan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini remaja mengalami banyak perubahan seperti perubahan fisik, biologis, sosial dan psikologis.

Remaja sebagai usia peralihan dimana masih tingginya gejolak asa masa remaja. Remaja memiliki resiko yang tinggi mengalami prilaku atau aktifitas berpacaran yang menyimpang termasuk yang lebih mengkhawatirkan adalah adanya tindak kriminal dan penyalahgunakan obat psikotropika. (Pusparina, 2020)

Remaja mengalami pertumbuhan secara aktif terutama pada organ reproduksi, hal secara aktif ini dapat dilihat dengan adanya tanda menstruasi yang dialami oleh remaja putri dan remaja pria mengalami mimpi basah, keadaan ini diimbangi juga dengan perubahan perilaku dimana keingintahuan yang dilami remaja sangatlah tinggi sehingga apabila terjadi kesalahan dalam pergaulan dan proses adaptasi pada remaja hal ini dapat mengakibatkan dampak negatif hubungan personal dengan orang lain dan gangguan pribadi. Keingintahuan pada remaja ini sangat terlihat terutama di jaman modern sangat ini dengan adanya hubungan seksual yang dilakukan tanpa ikatan perkawinan. (Zubaidah, 2020)

Hasil data yang di dapat melalui SDKI pada tahun 2017 diketahui bahwa 80% wanita dan 84 % pada pria pernah mengalami berpacaran. Jika dilihat lebih dalam berdasarkan data tersebut bahwa umur pada kelompok 15 – 17 tahun adalah umur pada kelompok dimana dimulainya pacaran untuk pertama kali. Jika melihat lebih lanjut berdasarkan aktifitas berpacaran pada 45% wanita dan 44% pria, aktifitas berpacaran

(2)

http://journal.mbunivpress.or.id/index.php/jnhs 35 ini meliputi hal sebagai berikut pada persentasi paling tinggi yaitu berpengangan tangan 64% wanita dan 75% pria, aktifitas berpacaran selanjutnya berpelukan 17% pada wanita dan 33% pada pria, melihat lebih dalam pada aktifitas berpacaran berciuman di bibir 30% wanita dan 50% pria serta meraba dan diraba 22% pria dan 5% wanita. Selanjutnya aktifitas berpacaran sampai pada melakukan hubungan seksual pranikah 59% pada wanita dan 74% pada pria terkait dengan hubungan seksual yang dilakukan pertama kali dapat dilihat lebih mendalam untuk melakukan hubungan seksual pertama kali pada umur 15-19 tahun paling tinggi diusia 17 tahun sebanyak 19% melihat lebih dalam saat melakukan hubungan seksual dilaporkan 12% wanita mengalami kehamilan tidak diinginkan dan 7% pria yang dengan kehamilan yang tidak dikehendaki.. (Zubaidah, 2020)

Masalah seks masih dianggap tabu dikalangan masyarakat dan dibicarakan di depan anak-anak apalagi untuk mengajarkannya kepada anak-anak. Pendidikan yang lebih awal diberikan kepada anak menganai sistem reproduksi dan pengetahuan pemahaman seksual akan sangat berguna bagi perkembangan anak terutama ketika anak akan memauki masa remaja, sangat diperlukan peran serta bukan hanya orang tua tetapi kepada seluruh kader dan instasi terkait. (Rusdiana, 2020)

Remaja masuk dalam tahap perilaku yang salah seperti pornografi bahkan sampai pornoaksi seks tentu saja akan menyebabkan pada perilaku yang salah dalam seksual yang terjadi sejak dini pada usia remaja. Diketahui lebih lanjut aktifitas seks didefiniskan adalah merupakan suatu hal yang nyata dapat membedakan jenis kelamin antara pria dan wanita, diketahui data terkait penyimpangan seksual yang dialami remaja dilansir dari Komisi Perlindungan Anak (KPAI) diketahui 32% remaja untuk usia 14-18 tahun terutama dikota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya di Indonesia.. (Maria, 2020)

Pengetahuan seksual dari awal akan memberikan pemahaman baik dan tidak baik. Remaja yang terpapar informasi tentang pendidikan seks akan mempengaruhi persepsi remaja tersebut pengetahuan terkait seksual.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMAN 3 Banjarmasin. Hasil wawancara dengan salah satu guru, SMAN 3 Banjarmasin tidak memiliki kurikulum khusus pengetahuan seksual telah adanya pelajaran pendidikan agama yang dianggap telah sebagai dasar pembelajaran terkait perilaku namun hal ini jika dipahami merupakan hal berbeda dengan informasi terkait kesehatan reproduksi. Kemudian diketahui bahwa pada mata pelajaran biologi terdapat pembelajaran terkait sistem pada reproduksi. Pihak sekolah pernah mendapatkan kunjungan dari fakultas kedokteran untuk mengadakan seminar tentang pendidikan seksual. Saat ditanyakan kepada siswa tentang apa materi dari pendidikan seks, terdapat lima orang siswa bisa menjawab dengan tepat. Siswa tersebut beranggapan pendidikan seks adalah penerangan tentang hubungan seksual, dia menganggap pendidikan seks hal yang tabu untuk dibicarakan.

Berdasarkan hal tersebut masalah yang terjadi adalah remaja yang belum mengetahui serta salah memahami dan menilai tentang apa arti dari pendidikan seks. Mereka tidak mengetahui kalau pendidikan seks bukan hanya mengenai penerangan tentang seks, namun memiliki ruang lingkup yang cukup luas. Tidak terbatas pada perilaku hubungan seks semata, tetapi juga menyangkut hal-hal lain seperti peran pria dan wanita dalam masyarakat, hubungan pria-wanita dalam pergaulan, peran ayah, ibu, dan anak dalam keluarga dan sebagainya. Persepsi yang baik terhadap pendidikan seks juga berperan untuk mencegah seks bebas.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian judul “Hubungan Keterpaparan Informasi dengan Persepsi Remaja Terhadap Pendidikan Seks di SMAN 3 Banjarmasin” METODE

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan keterpaparan informasi dengan persepsi remaja terhadap pendidikan seks di SMAN 3 Banjarmasin. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja siswa di SMAN 3 Banjarmasin dari kelas X, XI, dan XII baik itu IPA maupun IPS di SMAN 3 Banjarmasin yang berjumlah 565 orang. Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah sebagian remaja siswa kelas X di SMAN 3 Banjarmasin. Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Cara pengambilan yang digunakan oleh peneliti adalah dengan cara purposive proportional

random sampling, cara ini merupakan jenis probabilitas yang paling sederhana [3]. Setiap elemen dipilih

(3)

http://journal.mbunivpress.or.id/index.php/jnhs 36 dipilih 26 orang, X-PMIA 3 dari 38 siswa, X-PIS 1 dari 40 siswa dipilih 27 orang, X-PIS 2 dari 40 siswa dipilih 27 orang. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan teknik purposive proportional random

sampling yaitu dengan cara dengan cara diacak menggunakan nomor absen, kertas bertuliskan nomor

absen siswa diacak kemudian diambil sampai memenuhi jumlah sampel yang diperlukan di setiap kelasnya. Dalam penelitian ini jenis instrumen yang digunakan oleh peneliti, yaitu kuesioner yang digunakan oleh yang ditujukan kepada responden untuk mengetahui persepsi remaja terhadap pendidikan seks di SMAN 3 Banjarmasin.. Analisis pada penelitian ini dilakukan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat proporsi pada variable yaitu data dianalisis secara deskriptif dengan melihat tabel hasil deskripsi frekuensi. Salah satu pengamatan yang dilakukan pada tahap analisis deskriptif adalah pengamatan terhadap tabel frekuensi. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterpaparan informasi dengan persepsi remaja tentang pendidikan seks menggunakan uji chi square.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keterpaparan remaja terhadap informasi tentang pendidikan seks di SMA Negeri 3 Banjarmasin Tabel 1 Distribusi Frekuensi keterpaparan informasi tentang pendidikan seks

No Keterpaparan informasi 𝒇 %

1 Ya 122 93.85

2 Tidak 8 6.15

Total 130 100 *Sumber data primer 2020

Hasil penelitian diatas menunjukan bahwa dari 130 siswa yang menjadi responden 93.85% pernah terpapar informasi tentang pendidikan seks.

Persepsi remaja tentang pendidikan seks di SMA Negeri 3 Banjarmasin

Tabel 2 Distribusi Frekuensi persepsi remaja tentang pendidikan seksual

No Persepsi f %

1 Positif 100 76.9

2 Negatif 30 23.1

Total 130 100

*Sumber data primer 2020

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa dari 130 siswa yang menjadi responden, 76.92% responden memiliki persepsi yang positif terhadap pendidikan seks.

Hubungan keterpaparan informasi dengan Persepsi remaja terhadap pendidikan seks di SMA Negeri 3 Banjarmasin

Tabel 3 Hubungan keterpaparan informasi dengan persepsi pendidikan seks

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa di SMA Negeri 3 Banjarmasin dari 122 responden yang terpapar pengetahuan terkait pendidikan seks 100 orang (82%) memiliki pemahaman yang baik, dan 22 orang (18%) memiliki persepsi yang kurang baik, dari 8 responden yang tidak pernah terpapar mengenai informasi tentang pendidikan seks 8 orang (100%) persepsinya negatif. Hasil uji chi square didapatkan nilai ρ = 0.000 < α 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara keterpaparan informasi dengan persepsi remaja tentang pedidikan seks. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin sering Remaja yang mendapatkan informasi yang tepat terkait pendidikan seks maka semakin positif persepsi remaja tersebut tentang pendidikan seks dan sebaliknya.

Keterpaparan Persepsi

Baik % Cukup % Total %

Ya 100 82 22 18 122 100

Tidak 0 0 8 100 8 100

(4)

http://journal.mbunivpress.or.id/index.php/jnhs 37 Keterpaparan remaja terhadap informasi tentang pendidikan seks di SMA Negeri 3 Banjarmasin yaitu sebagai berikut Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 dari 130 responden 122 orang (93.85%) pernah terpapar informasi tentang pendidikan seks sementara 8 orang yang lain (6.15%) tidak pernah terpapar informasi tentang informasi terkait melakukan seksual. Dari 122 orang responden yang pernah mendapatkan pengetahuan informasi terkait pendidikan hubungan seks yaitu dari guru sebanyak 67%, orang tua 11%, buku 12%, Internet 6%, dan seminar sebanyak 4%.

Hasil ini senada dengan Miftah Toha (2003), mengatakan bahwa hal yang sangat dekat persepsi seseorang terutama pada sumber informasi yang diperoleh. Hal lain yang juga bisa mempengaruhi persepsi terkait pada kepribadian, sikap dan perasaan pada individu. (Rusdiana, 2020)

Persepsi remaja terhadap pendidikan seks di SMA Negeri 3 Banjarmasin yaitu sebagai berikut: Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan pada tabel 2 diketahui bahwa dari 130 responden penelitian, 100 orang (76.9%) memiliki persepsinya yang positif, dan 30 orang (23.1 %) memiliki persepsi yang positif. Responden yang persepsinya positif dapat dilihat dari jawaban yang ditulis di kuesioner. Remaja pada masa milenial memiliki anggapan yang lebih maju terkait dengan informasi pengetahuan tentang seks dimana pengetahuan tentang seksual merupakan suatu yang yang harus lebih mereka dapatkan secara lebih dengan penyempaian informasi yang tepat dan sejak mereka sudah mulai menginjak usia remaja. Selain itu, responden yang persepsinya positif tidak segan dan canggung untuk bertanya kepada guru ataupun temannya. Sedangkan responden yang persepsinya negatif terhadap pendidikan seksual cenderung canggung untuk bertanya atau berdiskusi dengan guru. Terkadang pemahaman guru yang berbeda dimana informasi awal terkait dengan pengetahuan seksual dianggap suatu hal yang memalukan untk dibicarakan di bahas sehingga guru memiliki pemahaman bahwa pengetahuan tentang seksual akan dipahami mahasiswa seiring dengan bejalannya melaksanakan pendidikan di sekolah. (Zubaidah, 2020)

Persepsi responden tentang pendidikan pengetahuan seks sangat berkaitan oleh pengetahuan itu sendiri, apabila pengetahuan baik maka persepsi cenderung positif. Pengetahuan tentang pendidikan pengetahuan seks dipengaruhi oleh mendapatkan informasi yang didapat. Apabila seseorang sering terpapar informasi tentang pendidikan terkait seks maka cenderung mempunyai persepsi yang positif tentang pendidikan terkait seks itu sendiri. Persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang. Semakin baik pengetahuan seseorang maka penilaian seseorang tersebut terhadap suatu objek atau informasi akan semakin baik pula. (Agianto, 2016)

Persepsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pribadi dengan persepsi, alat indera, saraf, dan perhatian. Memaknai tentang persepsi jika dilihat lebih jauh memang terlihat perbedaan-perbedaan individu dalam memaknainya, hal ini dipengaruhi adanya perbedaan-perbedaan terkait kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Penelusuran lebih jauh pada persepsi ini pada proses terbentuknya pemahaman terutama yang terjadi dalam diri seseorang, lebih jauh lagi pemahaman lebih lanjut penting dalam proses belajar, pengetahuan dan pengalamannya. (Kurniawati, 2016)

Persepsi kemungkinan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor dari segi luar dan faktor dari segi dalam. Faktor dilihat dari segi yang dalam yang dapat mempengaruhi pemahaman remaja yaitu faktor jasmaniah remaja, kematangan secara fisik remaja dan adanya faktor fisiologis remaja diketahui fisiologis non intelektual yaitu faktor komponen- komponen kepribadian remaja itu sendiri yang meliputi sikap, minat, kebiasaan, kebutuhan individu, penyesuaian diri dan lain-lain, sedangkan faktor yang di lihat dari luar yang dapat mempengaruhi persepsi adalah lingkungan. (Maria, 2020)

Hubungan keterpaparan informasi dengan persepsi remaja tentang pendidikan seks pada SMA Negeri 3 Banjarmasin yaitu sebagai berikut:

Dilihat dari tabel 3 dapat diketahui bahwa di SMA Negeri 3 Banjarmasin dari 122 responden yang terpapar informasi mengenai pendidikan seks 100 orang (82%) memiliki persepsi yang positif, dan 22 orang (18%) memiliki persepsi yang negatif, dari 8 responden yang tidak pernah terpapar mengenai pengetahuan tentang pendidikan tentang seks 8 orang (100%) persepsinya negatif. Hasil uji chi square didapatkan nilai ρ = 0.000 < α 0,05 hal ini diketahui terdapat hubungan yang memang sangat erat atau signifikan antara keterpaparan informasi dengan persepsi pada remaja tentang pedidikan tentang seks. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin sering remaja terpapar informasi tentang pendidikan seks maka semakin baik persepsi remaja tersebut tentang pendidikan tentang seks dan sebaliknya.

Semakin sering remaja mendapatkan informasi pengetahuan mengenai pendidikan seksual, maka hal tersebut menjadikan semakin baiknya persepsi remaja terhadap pendidikan seksual, sedangkan remaja yang tidak pernah mendapatkan informasi mengenai pendidikan seksual persepsinya kurang baik.

(5)

http://journal.mbunivpress.or.id/index.php/jnhs 38 Pendapat dari Budiman & Riyanto (2013), informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan pengetahuan tentang suatu pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima pengetahuan ternyata tidak akan menambah tingkat pemahaman dan wawasannya. (Zubaidah, 2020)

Persepsi yang positif dipengaruhi oleh sumber informasi yang didapatkan, infromasi pengetahuan tentang seks dalam penelitian ini disampaikan oleh guru sebanyak 67%, orang tua 11%, buku 12%, Internet 6%, dan seminar sebanyak 4%. Persepsi responden tentang pendidikan seks sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, apabila pengetahuan baik maka persepsi cenderung positif. Pengetahuan tentang pendidikan seks dipengaruhi oleh keterpaparan informasi yang didapat. Apabila seseorang sering terpapar informasi pengetahuan tentang pendidikan seks maka memiliki pemikiran persepsi yang tentu saja lebih positif tentang pendidikan pengetahuan seks itu sendiri. Seirama dengan Robbins (2009) yang menulis bahwa persepsi seseorang sangat dalam berpengaruh oleh pengetahuan seseorang. Semakin baik pengetahuan seseorang maka penilaian seseorang tersebut terhadap suatu objek atau informasi akan semakin baik pula. (Zubaidah, 2020)

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh pada hasil dilaksanakan penelitian yang dilakukan tentang Hubungan keterpaparan informasi dengan persepsi remaja tentang pengetahuan seks di SMAN 3 Banjarmasin adalah terdapat Mayoritas remaja sudah terpapar informasi tentang pengetahuan terkait seks, Mayoritas persepsi remaja terhadap pengetahuan seks berada pada kriteria yang baik. Terdapat hubungan keterpaparan informasi dengan persepsi remaja terhadap pendidikan pengetahuan seks

PENGHARGAAN

Terimakasih yang sebesarnya kami berikan kepada Kepala Sekolah SMAN 3 Banjarmasin karena telah di berikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian pada siswa dan siswi SMAN 3 Banjarmasin..

DAFTAR PUSTAKA

Agianto, A. (2016). the Relationship Between Caring, Comfort, and Patient Satisfaction in the Emergency Room, Ratu Zalecha Hospital, South Kalimantan, Indonesia. Belitung Nursing Journal, 2 (6) 156-163. Kurniawati, L. (2016). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Status Pekerjaan Dan Tingkat Pendapatan

Dengan Usia Perkawinan Pertama Wanita Di Kelurahan Kotalama Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Preventia : The Indonesian Journal of Public Health, 1 (2), 210.

Maria, I. (2020). Hubungan Pelaksanaan Range of Motion Dengan Risiko Dekubitus Pada Pasien Stroke.

Jurnal Keperawatan Suaka Insan (Jksi), 5 (1), 109-115.

Maria, I. (2020). Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Perilaku Pencegahan Penularan Tuberculosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Martapura II. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (Jksi), 5(2) 182-186.

Pusparina, I. (2020). The Effectiveness of Religious Music and Digital Storytelling on the Level of Cooperativeness and Pain in Children During Invasive Treatment (Children’s Room, Zalecha Local Hospital, Martapura). Jurnal Ners, 86-90.

Rusdiana, R., & Maria, I. (2020). Pengaruh Peer Education Terhadap Pengetahuan Kehamilan Pada Kelas Ibu Hamil. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (Jksi), 5(1), 116–120.

https://doi.org/10.51143/jksi.v5i1.227.

Zubaidah, Z., Maria, I., & Rusdiana, R. (2020). The Relationship between Parenting Style and Sexual

Referensi

Dokumen terkait

Tanggapan karyawan terhadap pelaksanaan pelatihan di ERHA CLINIC Bandung adalah baik, hal ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dimana pelatihan

Dari penyajian data yang penulis lakukan dengan wawancara bersama Guru Bimbingan Konseling di SMA Negeri 3 Banjarmasin diketahui layanan mediasi di SMA Negeri 3 Banjarmasin

kampus UIN sendiri maupun diluar sana tidak semua seperti yang beberapa masyarakat ungkapkan bahwa hijrah hanyalah sebatas pakaian saja, bagi saya ada terdapat

Oleh karena itu, dalam rangka peningkatan capacity building dosen tidak tetap peneliti ITB, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), ITB menawarkan

Pada saat periode ini nelayan yang menangkap ikan tembang tidak melakukan operasi penangkapan karena pada saat bulan terang ikan–ikan pelagis kecil seperti tembang yang

grafik sampel ZnO:KA dengan konsentrasi 2gr:3gr dan varian sampel 10gr, 15gr, dan 20 gr Pada grafik diatas, waktu optimal varian 10gr waktu optimal terjadi pada detik 80 dengan persen

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perbandingan Sato lmo dan tepung terigu dalam pembuatan mie Sato lmo dengan penambahan ekstrak bayam

kualitas layanan yang diberikan oleh pegawai/staff sudah semaksimal mungkin dan sudah baik sesuai dengan harapan dan kepuasan masyarakat hanya saja pegawai masih