ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DAERAH
KABUPATEN BATU BARA
TESIS
Oleh
ASRUL AZIS
097003053/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2012
S
E K
O L A
H
P A
S C
A S A R JA
N
ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DAERAH
KABUPATEN BATU BARA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ASRUL AZIS
097003053/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA
Nama Mahasiswa : Asrul Azis
Nomor Pokok : 097003053
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Drs. Robinson Tarigan, M.R.P) (Kasyful Mahalli, SE, M.Si) Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal: 10 Mei 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Drs. Robinson Tarigan, M.R.P
Anggota : 1. Kasyful Mahalli, SE.M.Si
2. Dr. Drs. H.B. Tarmizi, SU
3. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS
ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA
ABSTRAK
Untuk mengetahui sektor perekonomian unggulan daerah Kabupaten Batu Bara diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada.
Untuk menjawab permasalahan, maka digunakan beberapa metode analisis data, yaitu: 1) Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk memperoleh klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kabupaten Batu Bara.; 2) Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Batu Bara; 3) Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah Kabupaten Batu Bara, dan 4) Analisis deskriptif untuk mengetahui sektor perekonomian unggulan Kabupaten Batu Bara
Berdasarkan hasil analisis menurut Tipologi Klassen menunjukkan bahwa
hanya terdapat 1 (satu) sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, yaitu sektor industri pengolahan, sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang maju tapi tertekan. Hasil perhitungan indeks Location Quotient sektor yang merupakan sektor basis (LQ > 1), yaitu sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa sektor yang merupakan yang memiliki potensi lokal besar di Kabupaten Batu Bara, yaitu sektor industri pengolahan. Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis Tipologi Klassen, Location Quotient (LQ), dan Shift Share menunjukkan bahwa terdapat satu sektor yang merupakan sektor perekonomian unggulan dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, merupakan sektor basis, dan potensi lokal lebih besar yaitu sektor industri pengolahan.
ANALYSIS OF LEADING ECONOMIC SECTORS OF DISTRICT BATU BARA
ABSTRACT
To find out the pre-eminent economy of District Batu Bara area we need a method that is useful to assess and project the region's economic growth. Henceforth be used as a guide to determine what actions should be taken to accelerate the existing growth rate.
To answer the problem, then use several methods of data analysis, namely: 1) Analysis of Typology Klassen used to obtain the classification of the growth sectors of the economy of District Batu Bara area.; 2) Analysis of Location Quotient (LQ) is used to determine the basis and non-base sector in the economy of District Batu Bara, 3) Shift Share Analysis is used to determine changes and shifts in the economy of District Batu Bara, and 4) a descriptive analysis to determine the pre-eminent economy of District Batu Bara.
Based on the analysis according to the typology Klassen shows that there is only 1 (one) and advanced sectors are growing rapidly, the manufacturing sector, while trade, hotels and restaurants sector is advanced but depressed. Location Quotient calculation results of the index that sector is a sector basis (LQ> 1), namely manufacturing, and trade, hotels and restaurants. Shift share analysis results indicate that the sector is having a large local potential in District Batu Bara, the manufacturing sector. Based on calculations of the typology analysis Klassen, Location Quotient (LQ), and Shift Share indicate that there is one sector which is the leading economic sectors classified by the criteria in the advanced sector and rapid growth, a sector basis, and the potential for greater local manufacturing sector.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik dan hidayah
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul: “Analisis Sektor
Perekonomian Unggulan Daerah Kabupaten Batu Bara”. Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Penyusunan tesis ini banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada yang terhormat: Bapak Prof. Drs. Robinson Tarigan, M.R.P, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi saran dan arahannya sejak awal perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini.
Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE. selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapk/Ibu dosen pembanding sekaligus penguji tesis yang telah memberikan
masukan-masukan demi kesempurnaan tesis ini.
4. Seluruh dosen Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala keikhlasannya dalam memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.
5. Bappeda Pemerintah Daerah Kabupaten Batu Bara yang telah membantu penulis
dalam pengumpulan data.
6. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda (Alm) dan
Ibunda yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa serta memberi motivasi dalam peneyelesaian pendidikan ini.
Penulis menyadari bahwa tesis yang dikerjakan sebatas kemampuan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan sehat, saran dan masukan dari semua pihak. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Medan, April 2012 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Asrul Azis, lahir di Desa Lumban Dolok Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal pada tanggal 6 Juni 1978 anak ketiga dari enam bersaudara Ayah almarhum H. Lokot Parlagutan Lubis dan Ibu Hj. Sarinabun Siregar. Isteri Hafni Sahara Nasution, SE dan telah dikaruniai seorang putrid Raisyah Aqila Lubis.
Tammat Sekolah Dasar Inpres 144446 Lumban Dolok pada tahun 1990, melanjutkan ke SMP Negeri Huraba di Huraba Kecamatan Siabu pada tahun 1993. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas SMA Negeri Siabu di Mandailing natal pada tahun 1996. Pada Tahun 1997 melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Medan jurusan Teknik Sipil dan memperoleh sarjana pada tahun 2004.
DAFTAR ISI
2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah ... 9
2.2. Produk Domestik Regional Bruto ... 12
2.3. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory) ... 15
2.4. Pengembangan Sektor Perekonomian Unggulan sebagai Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah... 17
3.4. Definisi dan Batasan Variabel Operasional ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
4.2.2. Analisis Location Quetiont (LQ) ... 52
4.2.3. Analisis Shift Share ... 54
4.2.4. Sektor Perekonomian Unggulan ... 60
4.2.4. 1. Analisis sektor pertanian ... 60
4.2.4. 2. Analisis sektor pertambangan dan penggalian . 61 4.2.4. 3. Analisis sektor industri pengolahan ... 62
4.2.4. 4. Analisis sektor listrik, gas dan air minum ... 63
4.2.4. 5. Analisis sektor bangunan ... 64
4.2.4. 6. Analisis sektor perdagangan, hotel dan restoran 65 4.2.4. 7. Analisis sektor pengangkutan dan komunikasi . 67 4.2.4. 8. Analisis sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan . ... 68
4.2.4. 7. Analisis sektor jasa-jasa . ... 69
4.3. Sektor Perekonomian Unggulan dan Pengembangan Wilayah . 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80
5.1. Kesimpulan ... 80
5.2. Saran ... 81
DAFTAR TABEL
Klasifikasi sektor PDRB menurut Tiplogi Klassen ……….
Data PDRB menurut sektor Kabupaten Batu Bara berdasarkan harga konstan tahun 2000 periode tahun 2007-2010 (jutaan rupiah) ………...
Data kontribusi PDRB menurut sektor Kabupaten Batu Bara berdasarkan harga konstan tahun 2000 periode tahun 2007-2010 (%) ………...
Data laju pertumbuhan menurut sektor Kabupaten Batu Bara tahun 2007-2010 (%) ………...
Laju pertumbuhan kontribusi sektor PDRB Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Batu Bara tahun 2007-2010 ………..
Klasifikasi sektor PDRB Kabupaten Batu Bara tahun 2007-2010 berdasarkan tipologi klassen ……….
Hasil perhitungan indeks location quetiont (LQ) Kabupaten Batu Bara tahun 2007-2010 ………...
Hasil perhitngan national share Kabupaten Batu Bara tahun 2007-2010 ………...
Hasil perhitungan proportional shift (P) Kabupaten Batu Bara Tahun 2007-2010 ………...
Hasil perhitungan differential shift (D) Kabupaten Batu Bara tahun 2007-2010………
Kontribusi sektor PDRB Kabupaten Batu Bara tahun 2007-2010 (%)……...
Analisis sektor pertanian ………..
4.14.
Analisis sektor listrik, gas dan air………..
Analisis sektor bangunan………..
Analisis sektor perdagangan, hotel dan restoran………
Analisis sektor pengangkutan dan komunikasi………..
Analisis sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan………
Analisis sektor jasa-jasa……….
Rekapitulasi sektor perekonomian Kabupaten Batu Bara Periode tahun 2007-2010………...
Hasil analisis LQ sub sektor industri pengolahan Kabupaten Batu Bara tahun 2007-2010 ……….
Jumlah perusahaan industri besar/sedang menurut kecamatan di Kabupaten Batu Bara Tahun 2003-2009………...
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
Kerangka konseptual penelitian ……….
Peta administrasi Kabupaten Batu Bara ………
PT. Inalum ……….
Hasil produksi PT. Ianlum ………
PT. Multimas Nabati Asahan (MNA) ………...
Hasil produksi PT. MNA ………..
25
45
73
73
74
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Data PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2007-2010 (Milyar Rupiah) ……….. 84
2. Data Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2007-2010 (%) ……… 84
3. Data Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2007-2010 (%) ……… 85
4. Data PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batu Bara Tahun
2007-2010 (jutaan rupiah) ……… 85
5. Data Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batu Bara
2007-2010 (%) ……….. 86
6. Data Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Batu Bara 2007-2010 (%) ……… 86
7. Hasil Analisis LQ Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batu Bara
Tahun 2007-2010 ………. 87
8. Hasil Uji Shift Share Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batu Bara
Tahun 2007-2010 ……….. 87
9. Data PDRB Sub Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Batu Bara
Tahun 2007-2009 (jutaan rupiah) ………. 88
10. Data PDRB Sub Sektor Industri Pengolahan Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2007-2009 (milyar rupiah) ……….. 88
11. Hasil Analisis LQ Sub Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Batu Bara
ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA
ABSTRAK
Untuk mengetahui sektor perekonomian unggulan daerah Kabupaten Batu Bara diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada.
Untuk menjawab permasalahan, maka digunakan beberapa metode analisis data, yaitu: 1) Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk memperoleh klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kabupaten Batu Bara.; 2) Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Batu Bara; 3) Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah Kabupaten Batu Bara, dan 4) Analisis deskriptif untuk mengetahui sektor perekonomian unggulan Kabupaten Batu Bara
Berdasarkan hasil analisis menurut Tipologi Klassen menunjukkan bahwa
hanya terdapat 1 (satu) sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, yaitu sektor industri pengolahan, sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang maju tapi tertekan. Hasil perhitungan indeks Location Quotient sektor yang merupakan sektor basis (LQ > 1), yaitu sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa sektor yang merupakan yang memiliki potensi lokal besar di Kabupaten Batu Bara, yaitu sektor industri pengolahan. Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis Tipologi Klassen, Location Quotient (LQ), dan Shift Share menunjukkan bahwa terdapat satu sektor yang merupakan sektor perekonomian unggulan dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, merupakan sektor basis, dan potensi lokal lebih besar yaitu sektor industri pengolahan.
ANALYSIS OF LEADING ECONOMIC SECTORS OF DISTRICT BATU BARA
ABSTRACT
To find out the pre-eminent economy of District Batu Bara area we need a method that is useful to assess and project the region's economic growth. Henceforth be used as a guide to determine what actions should be taken to accelerate the existing growth rate.
To answer the problem, then use several methods of data analysis, namely: 1) Analysis of Typology Klassen used to obtain the classification of the growth sectors of the economy of District Batu Bara area.; 2) Analysis of Location Quotient (LQ) is used to determine the basis and non-base sector in the economy of District Batu Bara, 3) Shift Share Analysis is used to determine changes and shifts in the economy of District Batu Bara, and 4) a descriptive analysis to determine the pre-eminent economy of District Batu Bara.
Based on the analysis according to the typology Klassen shows that there is only 1 (one) and advanced sectors are growing rapidly, the manufacturing sector, while trade, hotels and restaurants sector is advanced but depressed. Location Quotient calculation results of the index that sector is a sector basis (LQ> 1), namely manufacturing, and trade, hotels and restaurants. Shift share analysis results indicate that the sector is having a large local potential in District Batu Bara, the manufacturing sector. Based on calculations of the typology analysis Klassen, Location Quotient (LQ), and Shift Share indicate that there is one sector which is the leading economic sectors classified by the criteria in the advanced sector and rapid growth, a sector basis, and the potential for greater local manufacturing sector.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah
daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu
pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan
suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi
dalam wilayah tersebut.
Arsyad (1999) menyatakan tujuan utama pembangunan ekonomi daerah
adalah untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.
Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya
harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu,
pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan
sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang
diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Pencapaian
tujuan pembangunan ekonomi daerah dibutuhkan kebijakan pembangunan yang
didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous development), dengan menggunakan
potensi sumberdaya lokal. Identifikasi sektor ekonomi potensial menjadi kebutuhan
bagi optimalisasi proses dan keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta
pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing
daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal.
Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi
daerah yang bersangkutan.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur yang dapat dipakai
untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor
ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi.
Sirojuzilam dan Mahalli (2010) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan
suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan
khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju
pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak
langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi.
Menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah
daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengelola
berbagai urusan penyelenggaran pemerintah bagi kepentingan dan kesejahteraan
masyarakat daerah yang bersangkutan. Sedangkan dalam hal pembiayaan dan
keuangan daerah diatur dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pusat dan Daerah tidak hanya kesiapan aparat pemerintah saja, tetapi juga
masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah dengan pemanfaatan
sumber-sumber daya secara optimal.
Kabupaten Batu Bara dibentuk pada tanggal 15 Juli 2007, hasil dari pemekaran
yaitu Kecamatan Medang Deras, Kecamatan Sei Suka, Kecamatan Air Putih,
Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan Talawi, Kecamatan Tanjung Tiram, dan
Kecamatan Sei Balai dengan luas 92.220 hektare (ha).
Sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk
menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan serta memberikan pelayanan
kepada masyarakat, memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola, merencanakan
dan memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal, yang dapat dinikmati oleh seluruh
masyarakat di Kabupaten Batu Bara.
Pada era otonomi daerah paradigma baru dalam pembangunan daerah,
keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur dari kemajuan fisik yang diperoleh atau
berapa besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat diterima. Keberhasilan
pembangunan harus dapat diukur dengan parameter yang lebih luas dan lebih strategis
yang meliputi semua aspek kehidupan baik materil dan non materil.
Dalam pembiayaan pembangunan, maka diperlukan penerimaan yang
memadai. Sampai saat ini penerimaan daerah Kabupaten Batu Bara masih didominasi
oleh subsidi bantuan dari Pemerintah Pusat. Walaupun berbagai kebijakan telah
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Batu Bara untuk mengurangi seminimal
mungkin ketergantungannya kepada Pemerintah Pusat dan bertekad menjadikan
Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pembiayaan utama dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah.
Salah satu cara untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dalam
berdasarkan prioritas dan pemilihan sasaran-sasaran yang mempunyai nilai strategis
dan memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan citra Kabupaten Batu Bara
dengan membangun sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Batu Bara.
Untuk mengetahui sektor unggulan daerah Kabupaten Batu Bara diperlukan
suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi
wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan
tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang
ada.
Tarigan (2007) menyatakan bahwa kegiatan ekonomi dikelompokkan atas
kegiatan basis dan kegiatan non basis. Kegiatan basis adalah semua kegiatan baik
penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah.
Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi permintan yang bersifat
exogenous (tidak tergantung pada kekuatan intern/permintaan lokal). Sedangkan
kegiatan non basis adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, karena itu
permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kenaikan pendapatan masyarakat
setempat. Dengan demikian sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan
tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar anggapan
diatas, satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi
pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Oleh karena itu analisis basis sangat berguna
Dalam menggunakan pendekatan model basis ekonomi pada umumnya
didasarkan atas nilai tambah maupun lapangan kerja. Namun menggunakan data
pendapatan (nilai tambah) adalah lebih tepat dibandingkan menggunakan data
lapangan kerja. Hal ini dikarenakan lapangan kerja memiliki bobot yang berbeda
antara yang satu dengan yang lainnya.
Salah satu indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur kinerja
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
PDRB merupakan indikator penting di suatu wilayah yang dapat mengindikasikan
totalitas produksi neto barang/jasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar
perencanaan dan evaluasi pembangunan wilayah.
Wilayah Batu Bara dengan luas ± 92.220 Ha mempunyai potensi wilayah yang
dapat dikembangkan sebagai sektor pertanian dan perkebunan, industri, perdagangan
dan sektor-sektor lainnya. Kabupaten Batu Bara memiliki potensi daerah yang cukup
menonjol di sektor perindustrian, pertanian, perikanan dan perkebunan khususnya di
sektor industri dengan keberadaan PT.INALUM, PT.Multimas Nabati dan PT. Domba
Mas.
Kegiatan perekonomian masyarakat Batu Bara dari hasil produksi tanaman
pangan wilayah Batu Bara berupa padi sawah, jagung, ubi rambat, ubi kayu, kacang
kedelai, kacang tanah, kacang hijau terpusat di pasar yang terletak di setiap kecamatan-
kecamatan. Keberadaan pasar Batu Bara tersebut sangat menunjang perekonomian
masyarakat yang mengandalkan sektor pertanian dan perdagangan. Selain menampung
kecamatan-kecamatan lain yang ada di wilayah Batu Bara sebelum didistribusikan ke
berbagai tempat. Hal ini telah memberikan kontribusi dalam meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat sekaligus memberikan dampak positif bagi upaya
meningkatkan pendapatan daerah.
Hasil perkebunan di wilayah Batu Bara terdiri dari hasil perusahaan
perkebunan dan hasil perkebunan rakyat. Produksi perkebunan ini didominasi oleh
kelapa sawit, karet, dan kakao. Hasil perkebunan lain yang juga dimiliki adalah kelapa,
cengkeh dan kulit manis.
Bila dilihat dari dari sisi geografis, kondisi wilayah Kabupaten Batu Bara
sebahagian terdiri dari daerah laut. Sebahagian besar penduduk bermukim di wilayah
pantai dan pesisir, dengan mata pencaharian utama pada sektor perikanan/ nelayan dan
perkebunan.
Kegiatan perikanan yang dilakukan terdiri dari penangkapan dan budidaya.
Kegiatan penangkapan ikan terutama dilakukan di lepas pantai, hal ini disebabkan
wilayah Kabupaten Batu Bara merupakan daerah daratan dan sebahagian lagi lautan
yang bersebelahan dengan Selat Malaka, sedangkan kegiatan budidaya yang dilakukan
yaitu budidaya laut, kolam, maupun budidaya pantai.
Dalam melaksanakan pembangunan dengan sumber daya yang terbatas sebagai
konsikuensinya harus difokuskan kepada pembangunan sektor-sektor yang
memberikan dampak pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap sektor-sektor
pembangunan harus memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi,
peningkatan lapangan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Khususnya Kabupaten Batu Bara, analisis yang mendalam untuk mengetahui
penentuan sektor perekonomian unggulan daerah belum pernah dilakukan. Untuk itu
penulis merasa tertarik untuk menganalisis penentuan sektor perekonomian unggulan
daerah Kabupaten Batu Bara.
1.2. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian Kabupaten Batu Bara
?
2. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor basis dan non basis dalam perekonomian
Kabupaten Batu Bara ?
3. Bagaimanakah perubahan dan pergeseran sektor perekonomian Kabupaten Batu
Bara ?
4. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor unggulan perekonomian Kabupaten
Batu Bara ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian Kabupaten Batu Bara.
2. Menganalisis sektor basis dan non basis dalam perekonomian Kabupaten Batu
Bara.
3. Menganalisis perubahan dan pergeseran sektor perekonomian Kabupaten Batu
4. Menentukan sektor-sektor unggulan perekonomian Kabupaten Batu Bara.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah Kabupaten Batu Bara merupakan sebagai bahan informasi dan
pertimbangan untuk perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Batu Bara.
2. Bagi Penulis merupakan penambahan waawasan dalam khasanah bidang ilmu
pengembangan wilayah.
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang terkait dengan pembangunan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah
Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis
dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber daya
manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien dan
efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).
Nugroho dan Dahuri (2004) perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai
upaya menghubungkan pengetahuan atau teknik yang dilandasi kaidah-kaidan ilmiah
ke dalam praksis (praktik-praktik yang dilandasai oleh teori) dalam perspektif
kepentingan orang banyak atau publik. Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010)
dalam upaya pembangunan regional, masalah yang terpenting yang menjadi perhatian
para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan pembangunan
Dalam perencanaan pembangunan nasional maupun dalam perencanaan
pembangunan daerah, pendekatan perencanaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
pendekatan sektoral dan pendekatan regional (wilayah). Pendekatan sektoral dengan
memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah tersebut.
Pendekatan ini mengelompokkan kegiatan ekonomi atas sektor-sektor yang seragam
atau dianggap seragam. Pendekatan regional melihat pemanfaatan ruang serta interaksi
dengan ruang lainnya dan bagaimana ruang itu saling berinteraksi untuk diarahkan
kepada tercapainya kehidupan yang efisien dan nyaman. Perbedaan fungsi terjadi
karena perbedaan lokasi, perbedaan potensi, perbedaan aktivitas utama pada
masing-masing ruang yang harus diarahkan untuk bersinergi agar saling mendukung
penciptaan pertumbuhan yang serasi dan seimbang (Tarigan, 2006).
Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatkan pertumbuhan
ekonomi serta pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditujukan bagi pemantapan
stabilitas nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan pembangunan secara
kedaerahan. Dengan demikian para perencana pembangunan nasional harus
mempertimbangkan aktifitas pembangunan dalam konteks kedaerahan tersebut sebab
masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor yang
sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan nasional.
Pembangunan wilayah bukanlah semata-mata terdorong oleh rendahnya tingkat
hidup masyarakat melainkan merupakan keharusan dalam meletakkan dasar-dasar
pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat, untuk masa yang akan datang. Dengan
dilaksanakannya pembangunan daerah diharapkan dapat menaikkan taraf hidup
masyarakat sekaligus merupakan landasan pembangunan nasional akan berhasil
apabila pembangunan masyarakat berhasil dengan baik.
Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan
yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah terhadap
pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum
Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri dan
bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi
pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha pertanian
serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti pula
merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.
Dalam strategi pembangunan wilayah aspek-aspek pokok yang penting
dipecahkan adalah : di daerah-daerah mana serangkaian pembangunan selayaknya
dijalankan. Untuk beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi
dipindahkan, seperti proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek
pertambangan dan sebagainya.
Sebelum suatu daerah menyusun berbagai langkah-langkah dalam
pembangunan daerahnya dengan demikian suatu daerah mempunyai kekuasaan yang
lebih terbatas dalam usaha mencapai tujuan pembangunannya sebab program
pembangunan daerah yang akan dilaksanakan suatu daerah tidak dapat bertentangan
dengan program pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Jadi pada hakekatnya perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh
sesuatu daerah merupakan pelengkap perencanaan pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk menyebarkan
proyek-proyek ke berbagai daerah dengan tujuan agar penyebaran tersebut akan memberikan
sumbangan yang optimal kepada usaha pemerintah untuk membangun.
Namun dalam prakteknya tujuan tersebut tidak selalau tercapai karena
kurangnya informasi mengenai potensi daerah dan berbagai faktor lain. Sebagai akibat
banyaknya kekurangan dalam merumuskan dan melaksanakan penyebaran
proyek-proyek ke berbagai daerah, pemerintah daerah dengan bantuan badan perencana daerah
yang bersangkutan haruslah secara aktif membantu perumusan rencana pembangunan
yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat.
Dalam mewujudkan sasaran jangka panjang pembangunan, yakni menuju
masyarakat yang adil dan makmur telah dilakukan berbagai upaya yang mengarah
pada tercapainya cita-cita tersebut. Pembangunan daerah yang merupakan rangkaian
yang utuh dari pembangunan nasional pada beberapa tahun terakhir telah mulai
menunjukkan kemajuan yang berarti dalam meningkatkan kinerja dari daerah tersebut.
Proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi semata, namun
demikian pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang penting dalam proses
pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih merupakan target
utama dalam rencana pembangunan daerah disamping pembangunan sosial.
Pertumbuhan ekonomi setiap daerah akan sangat bervariasi sesuai dengan potensi
ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Simanjuntak, 2003).
2.2. Produk Domestik Regional Bruto
Dalam ruang lingkup suatu negara dikenal istilah yang disebut : Gross National
Product (GNP) yang berarti Produk Nasional Kotor, sedangkan dalam suatu kesatuan
wilayah yang lebih rendah hal ini disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
dapat mencakup suatu negara kesatuan wilayah tertentu. Apabila ditarik pengertian
tersebut dalam suatu wilayah (region) tertentu maka diperoleh Produk Regional Kotor
yang sebenarnya merupakan perkiraan pendapatan yang diterima oleh penduduk suatu
wilayah yakni jumlah seluruh pendapatan sebagai balas jasa penggunaan faktor-faktor
produksi oleh wilayah. Dengan kata lain Produk Domestik Regional Bruto dapat
diartikan sebagai : Estimasi total produk barang dan jasa yang diterima oleh
masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan faktor-faktor produksi
yang dimilikinya. Dalam hal ini maka pendapatan yang dihasilkan atas penggunaan
faktor-faktor tetapi berada di luar wilayah tersebut tidaklah diperhitungkan.
Mankiw (2006) dalam konsep dasar ekonomi makro indikator yang digunakan
dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, adalah produk domestik bruto (PDB). Dalam
konsep regional Produk Domestik Bruto dikenal sebagai Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB).
Produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan satu indikator ekonomi
untuk mengukur kemajuan pembangunan di suatu wilayah. Sebagai nilai dari semua
barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk
mengetahui tingkat produk netto atau nilai tambah yang dihasilkan seluruh faktor
produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi, dan pola/struktur perekonomian pada
satu tahun atau periode di suatu negara atau wilayah tertentu (Prihatin, 1999).
Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi dalam sembilan sektor, sedangkan
secara makro ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok besar yang disebut sebagai sektor
tingkat dasar dan sangat bergantung kepada alam, yang termasuk dalam sektor ini
adalah sektor Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian. Untuk sektor
ekonomi yang outputnya berasal dari sektor primer dikelompokkan ke dalam sektor
sekunder, yang meliputi sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air
Minum serta sektor Bangunan. Sedangkan sektor-sektor lainnya, yakni sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Bank
dan Lembaga Keuangan lainnya serta sektor Jasa-Jasa dikelompokkan ke dalam sektor
tersier (Prihatin, 1999).
Produk Domestik Regional Bruto secara keseluruhan maupun sektoral
umumnya disajikan dalam dua bentuk yaitu penyajian atas dasar harga berlaku dan
atas dasar harga konstan dengan suatu tahun dasar. Penyajian atas dasar harga berlaku
menunjukkan besaran nilai tambah bruto masing-masing sektor, sesuai dengan
keadaan pada tahun sedang berjalan. Dalam hal ini penilaian terhadap produksi, biaya
antara ataupun nilai tambahnya dilakukan dengan menggunakan harga berlaku pada
masing-masing tahun.
Penyajian atas dasar harga konstan merupakan penyajian harga yang berlaku
secara berkala, perkembangan pendapatan regional dapat diartikan sebagai
perkembangan karena mengingkatnya produksi juga diikuti oleh meningkatnya
harga-harga. Oleh karena itu penyajian seperti ini masih dipengaruhi oleh adanya faktor
perubahan harga (inflasi/deflasi).
Penyajian atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga tetap
yang digunakan ataupun nilai tambah masing-masing sektor dinilai berdasarkan
harga-harga pada tahun dasar. Penyajian seperti ini akan memperlihatkan perkembangan
produktivitas secara riil karena pengaruh perubahan harga (inflasi/deflasi) sudah
dikeluarkan. Angka PDRB secara absolut memberikan gambaran besarnya tingkat
produksi suatu wilayah. Angka PDRB yang dinilai dengan harga konstan
memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut yang diwakili oleh
peningkatan produksi berbagai sektor.
Dari uraian-uraian tersebut dapat diperlihatkan adanya kenaikan PDRB
maupun pendapatan regional perkapita, perubahan dan pergeseran strukur ekonomi
menurut sektor-sektor primer, sekunder maupun tertier. Pergeseran struktur pada
masing-masing sektor yang bersangkutan seperti sektor pertanian, industri,
perdagangan, pemerintahan dan sektor-sektor lainnya.
2.3. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)
Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian
daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang
cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang
potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries
(Sjafrizal, 2008).
Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover)
dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah
Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda
(multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).
Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini
membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas
sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat
exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan
sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan
kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah
itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum
perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas
tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara
keseluruhan. Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik
Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu
sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut
secara nasional (Tarigan, 2007).
Analisis LQ digunakan untuk menentukan komoditas unggulan dari segi
produksinya. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan
kegiatan basis dan bukan basis, diantaranya adalah teknik Location Quotient (LQ).
Pendekatan ini sering digunakan untuk mengukur basis ekonomi. Dalam teknik LQ
pengukuran dari kegiatan ekonomi secara relatif berdasarkan nilai tambah bruto atau
tenaga kerja. Analisis LQ juga dapat digunakan untuk menetukan komoditas unggulan
Asumsi yang digunakan dalam teknik ini adalah semua penduduk disetiap
daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat
regional/nasional (pola permintaan secara geografis sama), produktivitas tenaga kerja,
dan setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada setiap sektor (Arsyad,
1999). Pendekatan LQ mempunyai dua kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Memperhitungkan ekspor, baik secara langsung maupun tidak lansung (barang
antara).
b. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk mengetahui
kecendrungan.
Kelebihan analisis LQ yang lainnya adalah analisis ini bisa dibuat menarik
apabila dilakukan dalam bentuk time series/trend, artinya dianalisis selama kurun
waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu komoditi
tertentu dalam kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan
(Tarigan, 2005).
2.4. Pengembangan Sektor Perekonomian Unggulan sebagai Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah
Permasalahan pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada
penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang di dasarkan pada kekhasan daerah
yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber
daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisiatif yang
berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan
Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regional di
Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan mengendalikan hampir
sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara,
termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor pertambangan,
perkebunan, kehutanan, dan perikanan/kelautan. Akibatnya daerah-daerah yang kaya
sumber daya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara layak.
Tambunan (2001) menurut pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan
ekonomi di daerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya
lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam. Hingga tingkat
tertentu, anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian sumber daya alam harus
dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan
terus.
Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang cepat dalam
sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari pengembangan beberapa
sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju (snow ball
effect) terhadap sektor-sektor lainnya, khususnya sektor sekunder. Pembangunan
ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan
pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam
struktur ekonomi.
Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk
perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional.
bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup
nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di
wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh
wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik (Tambunan, 2001).
Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar
perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah
memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan
potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan
kemakmuran masyarakat.
PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui output
pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu
(provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka dapat ditentukannya
sektor unggulan (leading sektor) di suatu daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah satu
grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan
kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan
lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama
dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi di daerah.
Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi
perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki
potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu
daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu
(technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan
memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan
(Rachbini, 2001).
Keunggulan komperatif bagi suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah
adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di
daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan
bukan dalam bentuk nilai tambah riil. Keunggulan komperatif adalah suatu kegiatan
ekonomi yang secara perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan daerah
(Tarigan, 2005). Sedangkan sektor unggulan adalah sektor yang memiliki keunggulan
komperatif dan keunggulan kompetitif dengan produk sektor sejenis dari daerah lain
serta memberikan nilai manfaat yang besar. Sektor unggulan juga memberikan nilai
tambah dan produksi yang besar, memiliki multiplier effect yang besar terhadap
perekonomian lain, serta memiliki permintaan yang tinggi baik pasar lokal maupun
pasar ekspor.
2.5. Penelitian Terdahulu
Amir dan Riphat (2005) melakukan studi tentang Analisis Sektor Unggulan
untuk Evaluasi Kebijakan Pembangunan Jawa Timur menggunakan Tabel
Input-Output 1994 dan 2000, menggunakan analisis input-output yang telah banyak
digunakan untuk menganalisis sektor unggulan, yang biasanya dilihat menggunakan
angka pengganda (multiplier) sektor ekonomi dan tingkat keterkaitan antar sektor
perekonomian. Tingkat keterkaitan antar sektor perekonomian akan diukur dengan
lainnya sebagai penjumlahan atas angka daya penyebaran (backward linkage) dan daya
kepekaan (forward linkage). Hasil studi menunjukkan bahwa selama periode
penelitian telah terjadi pergeseran dalam sektor-sektor unggulan dan proses
industrialisasi. Kebijakan strategi pembangunan harus diarahkan kepada kebijakan
yang memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan
pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. Berdasarkan analisis
sektor unggulan menggunakan angka pengganda (output, pendapatan dan lapangan
kerja) dan keterkaitan sektoral (pure total linkage) direkomendasikan untuk
menjadikan Jawa Timur sebagai pusat industri (industri lainnya dan indutri makanan,
minuman dan tembakau), pusat perdagangan, dan pusat pertanian.
Supangkat (2002) melakukan studi tentang Analisis Penentuan Sektor Prioritas
dalam Peningkatan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan, menggunakan
pendekatan sektor pembentuk PDRB. Hasil studi menunjukkan bahwa sektor pertanian
dan industri pengolahan berpeluang untuk dijadikan sebagai sektor prioritas bagi
peningkatan pembangunan di daerah Kabupaten Asahan, terutama sub sektor
perkebunan, perikanan dan industri besar, serta sedang.
Marhayanie (2003) melakukan studi tentang Identifikasi Sektor Ekonomi
Potensial dalam Perencanaan Pembangunan Kota Medan, menggunakan metode
analisis linkage. Hasil studi menunjukkan bahwa analisis angka pengganda diperoleh
bahwa sektor ekonomi yang potensial dalam perencanaan pembangunan Kota Medan
adalah sektor industri pengolahan. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar pada
hotel, yaitu sebesar 29,76%, sedangkan sedangkan yang terkecil adalah sektor
pertambangan dan galian sebesar 0,01%. Hasil analisis linkage dengan Tabel I-O tahun
2000, sektor bangunan memiliki backward linkage terbesar yaitu 2,22 dan yang
terkecil sektor keuangan, persewaan dan jasa-jasa perusahaan sebesar 1,37, sedangkan
sktor yang memiliki forward linkage terbesar adalah sektor industri pengolahan yaitu
sebesar 3,80 dan yang terkecil sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 1,07.
2.6. Kerangka Pemikiran
Kabupaten Batu Bara yang merupakan salah satu Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Utara. Analisis mengenai faktor penentu pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Batu Bara dibutuhkan sebagai dasar utama untuk perumusan kebijakan pembangunan
ekonomi daerah di masa mendatang. Sehingga dengan mengetahui faktor-faktor
tersebut, pembangunan daerah Kabupaten Batu Bara dapat diarahkan ke sektor-sektor
yang secara potensial dapat mendorong percepatan pembangunan daerah dan
menciptakan pengembangan wilayah.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro
kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur
ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya, serta
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor.
Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting
untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi
potensi yang ada, agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di
daerah.
Klasifikasi pertumbuhan sektor yaitu analisis ini diperlukan untuk
mengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah dengan mengacu pada
perekonomian daerah yang lebih tinggi. Hasil analisis akan menunjukkan posisi sektor
dalam PDRB yang diklasifikasikan atas sektor maju dan tumbuh pesat, sektor potensial
atau masih dapat berkembang, sektor relatif tertinggal, dan sektor maju tapi tertekan.
Berdasarkan klasifikasi ini dapat dijadikan dasar bagi penentuan kebijakan
pembangunan atas posisi perekonomian yang dimiliki terhadap perekonomian daerah
yang menjadi referensi.
Sektor basis dan non basis merupakan kegiatan ekonomi wilayah berdasarkan
teori ekonomi basis diklasifikasikan ke dalam dua sektor, yaitu sektor basis dan non
basis. Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang
bersifat ekspor dan non ekspor dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dari
tahun ke tahun. Pertumbuhan beberapa sektor basis akan menentukan pembangunan
daerah secara keseluruhan, sementara sektor non basis hanya merupakan
konsekuensi-konsekuensi dari pembangunan daerah. Barang dan jasa dari sektor basis yang di
ekspor akan menghasilkan pendapatan bagi daerah, serta meningkatkan konsumsi dan
investasi. Peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan kenaikan permintaan
terhadap sektor basis, tetapi juga akan meningkatkan permintaan terhadap sektor non
Perubahan dan pergeseran sektor dibutuhkan untuk mengetahui perubahan dan
pergeseran sektor pada perekonomian suatu daerah. Hasil analisis akan
menggambarkan kinerja sektor-sektor dalam PDRB suatu daerah dibandingkan
wilayah referensi. Apabila penyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam
PDRB memiliki keunggulan kompetitif atau sebaliknya.
Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan berimplikasi pada pertumbuhan
ekonomi. Pembangunan yang berorientasi pada pencapaian target sektoral,
keberhasilannya dapat dilihat dari kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB dari
tahun ke tahun. Pertumbuhan positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian
dan apabila negatif berarti terjadinya penurunan dalam kegiatan perekonomian.
Pertumbuhan perekonomian mengakibatkan terjadinya perubahan perkembangan
pembangunan suatu daerah.
Perencanaan pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, salah satunya dapat dicapai dengan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat meningkat, bila ada satu atau beberapa sektor
ekonomi yang berkembang lebih cepat dari pada sektor-sektor lain. Dengan demikian,
sektor yang mempunyai perkembangan lebih cepat dari sektor lain akan menjadi suatu
sektor unggulan.
Sektor perekonomian unggulan yang dimiliki Kabupaten Batu Bara akan
memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu
Bara, hal ini disebabkan akan memberikan keuntungan kompetitif atau komparatif
Sektor perekonomian unggulan yang diperoleh melalui analisis dapat menjadi
dasar pertimbangan dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Batu Bara di masa
mendatang dalam pengembangan wilayah. Adapun kerangka konseptual yang
dijadikan dasar dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian Keterangan :
Perta = Sektor Pertanian
PP = Sektor Pertambangan dan Penggalian
IP = Sektor Industri Pengolahan
LGA = Sektor Listrik, Gas dan Air
Bgn = Sektor Bangunan
PHR = Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
PK = Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
KPJ = Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera
Utara. Pertimbangan penelitian dilaksanakan di Kapubaten Batu Bara disebabkan
Kabupaten tersebut merupakan daerah pemekaran wilayah Kabupaten dari Kabupaten
induk Kabupaten Asahan. Selain itu menentukan sektor-sektor perekonomian
unggulan dapat digunakan sebagai informasi dan dapat diprioritaskan dalam
perencanaan pembangunan Kabupaten Batu Bara.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, antara lain
PDRB Kabupaten Batu Bara dan Provinsi Sumatera Utara periode 2007-2010, data
ini digunakan untuk analisis klasifikasi pertumbuhan sektor, analisis sektor basis
dan non basis, dan analisis perubahan dan pergeseran sektor ekonomi. Data ini
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Batu Bara dan Provinsi
Sumatera Utara, dan data sekunder lainnya yang berhubungan dengan tujuan penelitian
ini, seperti pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara dan pertumbuhan ekonomi
3.3. Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan pertama, klasifikasi pertumbuhan sektor
perekonomian Kabupaten Batu Bara menggunakan analisis Tipologi Klassen. Tipologi
Klassen merupakan salah satu alat analisis ekonomi regional yang dapat digunakan
untuk mengetahui klasifikasi sektor perekonomian wilayah Kabupaten Batu Bara.
Tipologi Klassen digunakan dengan tujuan mengidentifikasi posisi sektor
perekonomian Kabupaten Batu Bara dengan memperhatikan sektor perekonomian
Sumatera Utara sebagai daerah referensi.
Alat analisis Klassen Typology (Tipologi Klassen) digunakan untuk
mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing
daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator
utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah (Kuncoro
dan Aswandi, 2002).
Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan
karakteristik yang berbeda sebagai berikut (Sjafrizal, 2008) :
1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) (Kuadran I).
Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam
PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam
PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan memilki nilai kontribusi sektor
terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut
terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan
2. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II). Kuadran ini merupakan
kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil
dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang
menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski)
yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah
yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si < s dan
ski
3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector) (Kuadran III).
Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam
PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam
PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor
terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut
terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan
dengan s > sk.
i > s dan ski
4. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran IV). Kuadran ini
merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (s < sk.
i) yang
lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah
yang menjadi referensi (s) dan sekaligus memilki nilai kontribusi sektor terhadap
PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap
PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si
Klasifikasi sektor PDRB menurut Tipologi Klassen sebagaimana tercantum
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipologi Klassen
Kuadran I Kuadran II
Sektor yang maju dan tumbuh dengan Sektor maju tapi tertekan
pesat (developed sector) (Stagnant sector)
si > s dan ski > sk si < s dan ski > sk
Kuadran III Kuadran IV
Sektor potensial atau masih dapat Sektor relatif tertinggal
berkembang (developing sector) (underdeveloped sector)
si > s dan ski < sk si < s dan ski < sk
Sumber : Sjafrizal, 2008
Untuk menjawab perumusan masalah kedua, menentukan sektor basis dan non
basis dalam perekonomian Kabupaten Batu Bara menggunakan analisis Location
Quotient (LQ). Analisis LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan
dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan
dari PDRB Kabupaten Batu Bara yang menjadi pemacu pertumbuhan. Analisis LQ
digunakan untuk mengkaji kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi
spesialisasi kegiatan perekonomian. Sehingga nilai LQ yang sering digunakan untuk
penentuan sektor basis dapat dikatakan sebagai sektor yang akan mendorong
tumbuhnya atau berkembangnya sektor lain serta berdampak pada penciptaan lapangan
kerja. Untuk mendapatkan nilai LQ menggunakan metode yang mengacu pada formula
yang dikemukakan oleh Tarigan (2007) sebagai berikut:
Si/S LQ = ---
Ni/N
Keterangan :
LQ : Nilai Location Quotient
Si : PDRB Sektor i di Kabupaten Batu Bara
S : PDRB total di Kabupaten Batu Bara
Ni : PDRB Sektor i di Provinsi Sumatera Utara
N : PDRB total di Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka ada
tiga kemungkingan nilai LQ yang dapat diperoleh, yaitu:
1. Nilai LQ = 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten
Batu Bara menunjukkan hasil yang sama dengan sektor yang sama dalam
perekonomian Provinsi Sumatera Utara.
2. Nilai LQ > 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten
Batu Bara menunjukkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan sektor
yang sama dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara.
3. Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten
Batu Bara menunjukkan hasil yang lebih kecil dibandingkan dengan sektor
yang sama dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara.
Apabila nilai LQ>1, maka dapat disimpulkan bahwa sektor tersebut
merupakan sektor basis dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak
tersebut bukan merupakan sektor basis dan kurang potensial untuk dikembangkan
sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Batu Bara.
Data yang digunakan dalam analisis Location Quotient (LQ) ini adalah PDRB
Kabupaten Batu Bara dan Provinsi Sumatera Utara tahun 2007-2010 menurut lapangan
usaha atas dasar harga konstan tahun 2000.
Untuk menjawab perumusan masalah ketiga perubahan dan pergeseran sektor
perekonomian Kabupaten Batu Bara menggunakan analisis Shift Share. Analisis Shift
Share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran dan peranan
perekonomian di daerah. Analisis itu dipakai untuk mengamati struktur perekonomian
dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di daerah, yang
dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau
nasional. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban
pertumbuhannya akan tumbuh dibawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di
atasnya.
Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis
perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional.
Analisis ini bertujuan untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja
perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar.
Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang
yang berhubungan satu dengan yang lainnya (Arsyad 1999 ; Tarigan, 2007)), yaitu
a) perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan
pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.
b) Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif,
pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian
yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk
mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada sektor-sektor yang
tumbuh lebih cepat daripada perekonomian yang dijadikan acuan.
c) Pergeseran diferensial (differential shift) membantu kita dalam menentukan
seberapa jauh daya saing sektor-sektor daerah (lokal) dengan perekonomian yang
dijadika acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu sektor adalah
positif, maka sektor tersebut lebih tinggi daya saingnya daripada sektor yang sama
pada perekonomian yang dijadikan acuan.
Menurut Tarigan (2007) rumus dari analisis Shift Share adalah sebagai berikut:
Δ E r = E r, t – E r, t-n
Artinya, pertambahan lapangan kerja regional adalah banyaknya lapangan kerja pada
tahun akhir (t) dikurangi dengan jumlah lapangan kerja pada tahun awal (t – n).
Persamaan di atas berlaku untuk total lapangan kerja di wilayah tersebut. Hal ini dapat
juga dilihat secara per sektor sebagai berikut.
Δ E r, i = E r, i, t – E
Artinya, pertambahan lapangan kerja regional sektor i adalah jumlah lapangan kerja
sektor i pada tahun akhir (t) dikurangi dengan lapangan kerja sektor i pada tahun awal
(t - n).
Pertambahan lapangan kerja regional sektor i ini dapat diperinci atas pengaruh dari
National Share, Proportional Shift, dan Differential Shift. Dalam notasi aljabar hal itu
adalah :
Δ E r, i, t = (Ns i + P r, i + D r, i
Peranan National Share (Ns )
i
Ns
) adalah seandainya pertambahan lapangan kerja regional
sektor i tersebut sama dengan proporsi pertambahan lapangan kerja nasional secara
rata-rata. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut.
i, t = E r, i, t-n (E N, t / E N, t-n) – E r, i, t-n
Proportional shift adalah melihat pengaruh sektor i secara nasional terhadap
pertumbuhan lapangan kerja sektor i pada region yang dianalisis. Hal ini dapat
dituliskan sebagai berikut.
P r, i, t = {(E N, i, t / E N, i, t-n) - (E N, t / E N, t-n)} x E r, i, t-n
Differential shift (D r, i) menggambarkan penyimpangan antara pertumbuhan sektor i
di wilayah analisis terhadap pertumbuhan sektor i secara nasional. Hal ini dapat
dituliskan sebagai berikut.
D r, i, t = {E r, i, t – ( E N, i, t / E N, i, t-n) E r, i, t-n}
dimana :
Δ = pertambahan, angka akhir tahun (tahun t) dikurangi dengan angka awal
(tahun t – n)
N = National atau wilayah nasional/wilayah yang lebih tinggi jenjangnya
r = region atau wilayah analisis
i = sektor industri
t = tahun
t-n = tahun awal
Ns = National share
P = Proportional shift
D = Differential shift
Untuk menjawab perumusan masalah keempat, sektor-sektor apakah yang
menjadi sektor unggulan perekonomian Kabupaten Batu Bara menggunakan analisis
deskriptif berdasarkan hasil analisis tipologi klassen, analisis LQ dan analisis shift
share.
3.4. Definisi dan Batasan Variabel Operasional
1. Pertumbuhan ekonomi, dapat dilihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
daerah yang diteliti yang dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi (sembilan)
kelompok lapangan usaha (sektor). Dalam penyajian ini PDRB di hitung
berdasarkan harga tetap (harga konstan), yaitu harga-harga yang berlaku pada
tahun dasar yang dipilih yakni tahun dasar 2000, perhitungan dari harga konstan
dipilih karena dalam hal ini sudah dibersihkan dari unsur inflasi.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto (gross
value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam
3. Sektor-sektor ekonomi, adalah sektor pembentuk angka PDRB yang berperan
dalam menentukan laju pertumbuhan ekonomi, yang mencakup 9 (sembilan) sektor
utama.
4. Pendekatan model basis ekonomi, merupakan suatu pendekatan yang membagi
perekonomian menjadi dua sektor yaitu kegiatan-kegiatan basis dan kegiatan
bukan basis.
5. Kegiatan basis (basic activities) merupakan kegiatan-kegiatan yang mengekspor
barang-barang dan jasa-jasa ke tempat-tempat di luar batas perekonomian
masyarakat bersangkutan, atau yang memasarkan barang-barang dan jasa-jasa
mereka kepada orang-orang yang datang dari luar perbatasan perekonomian
masyarakat.
6. Kegiatan-kegiatan bukan basis (non basic activities) merupakan kegiatan kegiatan
yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang
bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat bersangkutan.
Kegiatan-kegiatan ini tidak mengekspor barang-barang, jadi luas lingkup produksi
mereka dan daerah pasar mereka yang terutama adalah bersifat lokal.
7.
Sektor perekonomian unggulan merupakan sektor perekonomian yang memilikiperanan relatif besar dibanding sektor-sektor perekonomian lainnya terhadap