• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sektor Perekonomian Unggulan dan Pengembangan Wilayah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Sektor Perekonomian Unggulan dan Pengembangan Wilayah

Pemahaman terhadap kondisi ekonomi daerah menjadi semakin penting dengan diberlakukannya otonomi daerah. Pelimpahan kewenangan dan sumber daya finansial yang besar kepada Kabupaten Batu Bara harus diikuti dengan peningkatan efektivitas pembangunan ekonomi. Perencanaan harus didukung dengan data yang akurat dan analisis yang komprehensif untuk pengambilan keputusan yang berkualitas dalam pembangunan ekonomi.

Potensi pertumbuhan ekonomi adalah penting untuk diidentifikasi, melalui penerapan alat analisis ekonomi regional dapat diperoleh informasi untuk membantu perencana dan pengambil keputusan di daerah guna mengetahui kondisi perekonomian, mengendalikan tingkat pertumbuhan, mengetahui kecenderungannya dan meramalkan dampak keputusan di masa mendatang. Prioritas pembangunan ekonomi di Kabupaten Batu Bara haruslah di dasarkan pada sektor yang berpotensi unggulan seperti sektor indutri pengolahan karena merupakan sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, merupakan sektor basis dan memiliki potensi lokal lebih besar. Sehingga produk-produk yang dihasilkan akan mempunyai daya saing yang tinggi, karena didukung oleh potensi spesifik yang dimiliki Kabupaten Batu Bara.

Berdasarkan hasil analisis LQ sub sektor industri pengolahan menunjukkan bahwa sub sektor industri pengolahan yang memiliki nilai LQ > 1 adalah industri

makanan, minuman dan tembakau, industri kimia dan pupuk dan industri logam dasar besai dan baja seperti yang tertera pada Tabel 4.21

Tabel 4.21. Hasil analisis LQ sub sektor industri pengolahan Kabupaten Batu Bara tahun 2007-2009

Sub Sektor Industri Pengolahan 2007 2008 2009 Rata-rata

Industri Makanan/Minuman dan Tembakau 1.8083 1.8116 1.8096 1.8098 Industri Pakaian 0.0668 0.0643 0.0620 0.0644 Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan 0.1289 0.1256 0.1228 0.1257 Industri Kertas, Cetakan dan Penerbitan 0.0005 0.0005 0.0005 0.0005 Industri Kimia dan Pupuk 1.0963 1.0886 1.0799 1.0883 Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam 0.0156 0.0153 0.0154 0.0154 Industri Logam Dasar Besi dan Baja 1.8192 1.8216 1.8338 1.8249 Industri Alat/Angkutan, Mesin dan Peralatannya 0.0067 0.0065 0.0063 0.0065 Industri Barang Lainnya 0.3979 0.3864 0.3755 0.3866

Sumber : Data diolah Lampiran 9-11

Pada Tabel 4.21 di atas menunjukkan bahwa industri logam dasar besi dan baja memiliki nilai LQ yang cenderung meningkat dari Tahun 2007-2009 dengan rata- rata nilai LQ 1,8249, sedangkan industri makanan, minuman, dan tembakau dan industri kimia dan pupuk memiliki nilai LQ yang berfluktuasi dengan nilai LQ rata- rata masing-masing 1,8098 dan 1,0883. Hasil ini menunjukkan bahwa industri logam dasar besi dan baja dan industri makanan, minuman dan tembakau memiliki nilai LQ yang tidak jauh berbeda dan lebih tinggi industri pupuk dan kimia, sehingga memiliki potensi berkembang di Kabupaten Batu Bara.

Industri logam dasar besi dan baja yang berkembang di Kabupaten Batu Bara adalah PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM). Sebagai Pioneer berkembangnya wilayah Kabupaten Batu Bara adalah PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), perusahaan patungan antara Perusahaan-perusahaan swasta

Jepang dengan pemerintah Indonesia. Perusahaan peleburan aluminium ini merupakan pabrik peleburan aluminium satu-satunya di Asia Tenggara.

Gambar 4.2. PT. Inalum

Industri makanan, minuman dan tembakau yang berkembang di Kabupaten Batu Bara adalah PT Multimas Nabati Asahan (MNA) yang memproduksi minyak goreng. Kemudian muncul lagi PT Domba Mas, yang kini masih tahap konstruksi. Kini menyusul lagi beberapa perusahaan besar, yang mungkin akan beroperasi dalam waktu dekat ini seperti PLTU, PT Dairi Prima, PT AAA, dan lain sebagainya. Selain itu, Kabupaten Batu Bara kaya akan hasil laut dan pertanian dan banyak terdapat perkebunan yang terbentang di Kabupaten Batu Bara.

Gambar 4.4. PT. Multimas Nabati Asahan (MNA)

Kabupaten Batu Bara merupakan daerah potensial untuk berkembang menjadi daerah industri. Terjadi pertumbuhan yang signifikan terhadap jumlah perusahaan industri besar/sedang dalam kurun waktu tahun 2003 – 2009 (Tabel 4.22). Saat ini Wilayah Kuala Tanjung, salah satu desa di Kabupaten Batu Bara, akan didorong perkembangannya kedepan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Desa Kuala Tanjung merupakan pengembangan wilayah industri dari KIM (Kawasan Industri Medan).

Tabel 4.22. Jumlah perusahaan industri besar/sedang menurut kecamatan di Kabupaten Batu Bara tahun 2003- 2009

No Kecamatan Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Sei Balai - - - 1 1 2 Tanjung Tiram 10 11 11 13 12 12 12 3 Talawi 5 5 6 7 6 8 8 4 Lima Puluh 6 6 6 9 7 7 7 5 Air Putih 8 8 9 10 9 9 9 6 Sei Suka 9 9 10 13 11 12 12 7 Medang Deras 3 3 2 5 4 4 4 Jumlah / Total 41 42 44 57 49 53 53 Sumber : Kabupaten Batu Bara dalam Angka Tahun 2010

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Batu Bara Tahun 2010-2014 perekonomian daerah Kabupaten Batu Bara akan ditingkatkan dengan cara menarik investor sebanyak-banyaknya dengan memanfaatkan produk unggulan daerah yaitu pertanian, industri dan pariwisata. Untuk ekonomi kerakyatan Pemerintah kabupaten Batu Bara akan mendorong, memfasilitasi

dan membina industri rumah tangga seperti Kain Tenun Songket dan pengelolaan hasil laut. Untuk meningkatkan taraf perekonomian Kabupaten Batu Bara ditandai dengan meningkatnya panjang jalan Pembukaan/Pembangunan Jalan Baru sepanjang 167,55 Km, panjang jaan yang ditingkatkan sepanjang 28,89 Km, Panjang jembatan yang dibangun sepanjang 1,085 m, dan terbangunya seluruh jalan menuju ibu kota kecamatan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Batu Bara Nomor 14 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Batu Bara 2011-2031 kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) huruf h merupakan kawasan yang diperuntukan bagi pengembangan kegiatan industri bersifat manufaktur yang tidak mengganggu kelestarian lingkungan. Kawasan peruntukan industri pengolahan sebagaimana dimaksud pasal 48, dialokasikan di Kawasan Kuala Tanjung di wilayah Kecamatan Sei Suka, dan Kecamatan Medang Deras seluas 5.000 hektar ( 5,52 % luas wilayah kabupaten).

Jenis kegiatan industri yang dikembangkan, adalah :

a. kegiatan industri pengolahan Alumunium dan manufaktur lainnya; b. kegiatan industri pengolahan CPO (sawit) dan turunannya;

c. kegiatan industri pengemasan/pengantongan semen curah;

d. pengolahan produk komoditi pertanian lainnya (karet, kakao dan buah-buahan). Kawasan Industri Kuala Tanjung, sebagaimana dimaksud pasal 49 dalam jangka panjang dipersiapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

terintegrasi dengan pengembangan kawasan pelabuhan pengumpan nasional dan regional maupun dengan Kawasan Industri Sei Mangke (Kabupaten Simalungun).

Ketentuan teknis dan persyaratan untuk mendukung pengembangan kawasan Industri Kuala Tanjung, terdiri atas:

a.limbah dilarang dibuang ke perairan atau dipendam di dalam tanah secara langsung tanpa melalui proses pengolahan;

b.Mempersiapkan Instalasi Pengolahan Limbah;

c.Mempersiapkan Master Plan/RDTR Kawasan, Studi Kelayakan, Kajian Amdal

dan DED.

Analisis penentuan sektor perekonomian unggulan diperlukan sebagai dasar untuk perumusan pola kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Batu Bara di masa mendatang, sehingga kebijaksanaan pembangunan ekonomi dapat di arahkan untuk menggerakkan sektor-sektor yang berpotensi unggulan.

Perkembangan sektor industri pengolahan akan mendorong perkembangan sektor-sektor lainnya, seperti sektor pertanian sebagai inputnya seperti hasil perkebunan kelapa, kelapa sawit, coklat dan karet. Peningkatan permintaan terhadap produk sektor industri pengolahan akan mendorong penambahan jumlah produksi, sehingga berimplikasi pada peningkatan kebutuhan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat. Kondisi yang sama akan terjadi pada sektor lainnya, sehingga pengembangan sektor industri pengolahan akan mendorong terjadi pengembangan wilayah Kabupaten Batu Bara.

Pengembangan sektor industri pengolahan juga akan memberikan dampak positif terhadap sektor-sektor lainnya, seperti berkembangnya sektor bangunan, sektor listrik, gas dan air, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan dan jasa.

Keadaan potensi yang berbeda-beda dari wilayah satu sama lain dapat diidentifikasi dari salah satu faktor dasar yang berbeda antarwilayah, yaitu struktur perekonomian dari wilayah yang bersangkutan, dan berdasarkan hal tersebut dapat diketahui basis ekonomi wilayah. Potensi ekonomi yang menjadi penggerak pembangunan suatu wilayah dapat diukur dari kontribusi masing-masing sektor terhadap total PDRB.

Sektor basis merupakan sektor yang memiliki peranan dalam suatu perekonomian wilayah sehingga kemajuan dan kemunduran sektor ini akan mampu membawa pengaruh terhadap perekonomian wilayah tersebut. Ativitas-aktivitas pada sektor basis akan menghasilkan pendapatan basis, sedangkan aktivitas-aktivitas non- basis akan menghasilkan pendapatan non-basis. Penjumlahan pendapatan basis dan non-basis merupakan pendapatan total dari daerah/wilayah yang bersangkutan. Implikasinya adalah, bertambahnya aktivitas sektor basis dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan, sehingga peningkatan pendapatan sebagai akibat peningkatan sektor basis tersebut akan mengakibatkan peningkatan permintaan barang dan jasa pada daerah tersebut. Menurut Tarigan (2007) ada keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu sektor yang tumbuh akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya, karena saling

terkait. Keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek pengganda.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait