• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Batu Bara

Perjalanan Sultan Aceh “Sultan Iskandar Muda” ke Johor dan Malaka pada tahun 1612 dapat dikatakan sebagai awal dari Sejarah Asahan. Dalam perjalanan tersebut, rombongan Sultan Iskandar Muda beristirahat di kawasan sebuah hulu sungai, yang kemudian dinamakan Asahan. Perjalanan dilanjutkan ke sebuah “Tanjung” yang merupakan pertemuan antara sungai Asahan dengan sungai Silau, kemudian bertemu dengan Raja Simargolang. Di tempat itu juga, Sultan Iskandar Muda mendirikan sebuah pelataran sebagai “Balai” untuk tempat menghadap, yang kemudian berkembang menjadi perkampungan. Perkembangan daerah ini cukup pesat sebagai pusat pertemuan perdagangan dari Aceh dan Malaka, sekarang ini dikenal dengan “Tanjung Balai”.

Dari hasil perkawinan Sultan Iskandar Muda dengan salah seorang puteri Raja Simargolang lahirlah seorang putera yang bernama Abdul Jalil yang menjadi cikal bakal dari kesultanan Asahan. Abdul Jalil dinobatkan menjadi Sultan Asahan I. Pemerintahan kesultanan Asahan dimulai tahun 1630 yaitu sejak dilantiknya Sultan Asahan yang I s.d. XI. Selain itu di daerah Asahan, pemerintahan juga dilaksanakan oleh datuk-datuk di Wilayah Batu Bara dan ada kemungkinan kerajaan-kerajaan kecil lainnya.

Tanggal 22 September 1865, kesultanan Asahan berhasil dikuasai Belanda. Sejak itu, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh Belanda. Kekuasaan pemerintahan Belanda di Asahan/Tanjung Balai dipimpin oleh seorang Kontroler, yang diperkuat dengan Gouverments Besluit tanggal 30 September 1867, Nomor 2 tentang pembentukan Afdeling Asahan yang berkedudukan di Tanjung Balai dan pembagian wilayah pemerintahan dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. Onder Afdeling Batu Bara 2. Onder Afdeling Asahan

3. Onder Afdeling Labuhan Batu.

Kerajaan Sultan Asahan dan pemerintahan Datuk-Datuk di wilayah Batu Bara tetap diakui oleh Belanda, namun tidak berkuasa penuh sebagaimana sebelumnya. Wilayah pemerintahan Kesultanan dibagi atas Distrik dan Onder Distrik yaitu:

1. Distrik Tanjung Balai dan Onder Distrik Sungai Kepayang. 2. Distrik Kisaran.

3. Distrik Bandar Pulau dan Onder Distrik Bandar Pasir Mandoge.

Sedangkan wilayah pemerintahan Datuk-datuk di Batu Bara dibagi menjadi wilayah Self Bestuur yaitu:

1. Self Bestuur Indrapura 2. Self Bestuur Lima Puluh 3. Self Bestuur Pesisir

Pemerintahan Belanda berhasil ditundukkan Jepang (tanggal 13 Maret 1942), sejak saat itu Pemerintahan Fasisme Jepang disusun menggantikan Pemerintahan Belanda. Pemerintahan Fasisme Jepang dipimpin oleh Letnan T. Jamada dengan struktur pemerintahan Belanda yaitu Asahan Bunsyu dan bawahannya Fuku Bunsyu Batu bara. Selain itu, wilayah yang lebih kecil di bagi menjadi Distrik yaitu Distrik Tanjung Balai, Kisaran, Bandar Pulau, Pulau Rakyat dan Sei Kepayang.

Pemerintahan Fasisme Jepang berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945 dan 17 Agustus 1945 Kemerdekaan Negara Republik Indonesia diproklamirkan. Sesuai dengan perkembangan Ketatanegaraan Republik Indonesia, maka berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1945, Komite Nasional Indonesia Wilayah Asahan di bentuk pada bulan September 1945. Pada saat itu pemerintahan yang di pegang oleh Jepang sudah tidak ada lagi, tapi pemerintahan Kesultanan dan pemerintahan Fuku Bunsyu di Batu Bara masih tetap ada.

Tanggal 15 Maret 1946, berlaku struktur pemerintahan Republik Indonesia di Asahan dan wilayah Asahan di pimpin oleh Abdullah Eteng sebagai kepala wilayah dan Sori Harahap sebagai wakil kepala wilayah, sedangkan wilayah Asahan dibagi atas 5 (lima) Kewedanan, yaitu:

1. Kewedanan Tanjung Balai 2. Kewedanan Kisaran

3. Kewedanan Batubara Utara 4. Kewedanan Batubara Selatan 5. Kewedanan Bandar Pulau.

Pada Konferensi Pamong Praja se-Keresidenan Sumatera Timur pada bulan Juni 1946 diadakan penyempurnaan struktur pemerintahan, yaitu:

1. Sebutan Wilayah Asahan diganti dengan Kabupaten Asahan 2. Sebutan Kepala Wilayah diganti dengan sebutan Bupati 3. Sebutan Wakil Kepala Wilayah diganti dengan sebutan Patih

4. Kabupaten Asahan dibagi menjadi 15 (lima belas ) Wilayah Kecamatan terdiri dari; a. Kewedanan Tanjung Balai dibagi atas 4 (empat) Kecamatan, yaitu :

Kecamatan Tanjung Balai Kecamatan Air Joman Kecamatan Simpang Empat Kecamatan Sei Kepayang

b. Kewedanan Kisaran dibagi atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu : Kecamatan Kisaran

Kecamatan Air Batu Kecamatan Buntu Pane

c. Kewedanan Batubara Utara terdiri atas 2 (dua) Kecamatan, yaitu : Kecamatan Medang Deras

Kecamatan Air Putih

d. Kewedanan Batu Bara Selatan terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu: Kecamatan Talawi

Kecamatan Tanjung Tiram Kecamatan Lima Puluh

e. Kewedanan Bandar Pulau terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu : Kecamatan Bandar Pulau

Kecamatan Pulau Rakyat

Kecamatan Bandar Pasir Mandoge.

Berdasarkan keputusan DPRD-GR Tk. II Asahan No. 3/DPR-GR/1963 Tanggal 16 Pebruari 1963 diusulkan ibukota Kabupaten Asahan dipindahkan dari Kotamadya Tanjung Balai ke kota Kisaran dengan alasan supaya Kotamadya Tanjung Balai lebih dapat mengembangkan diri dan juga letak Kota Kisaran lebih strategis untuk wilayah Asahan. Hal ini baru teralisasi pada tanggal 20 Mei 1968 yang diperkuat dengan peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 1980, Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 28, Tambahan Negara Nomor 3166.

Pada tahun 1982, Kota Kisaran ditetapkan menjadi Kota Administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1982, Lembaran Negara Nomor 26 Tahun 1982.

Dengan adanya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 821.26-432 tanggal 27 Januari 1986 dibentuk Wilayah Kerja Pembantu Bupati Asahan dengan 3 (tiga) wilayah Pembantu Asahan, yaitu :

1. Pembantu Bupati Wilayah-I berkedudukan di Lima Puluh meliputi : a. Kecamatan Medang Deras

b. Kecamatan Air Putih c. Kecamatan Lima Puluh d. Kecamatan Talawi

e. Kecamatan Tanjung Tiram

2. Pembantu Bupati Wilayah-II berkedudukan di Air Joman meliputi : a. Kecamatan Air Joman

b. Kecamatqan Meranti c. Kecamatan Tanjung Balai d. Kecamatan Simpang Empat e. Kecamatan Sei Kepayang

3. Pembantu Bupati Wilayah-III berkedudukan di Buntu Pane meliputi: a. Kecamatan Buntu Pane

b. Kecamatan Bandar Pasir Mandoge c. Kecamatan Air Batu

d. Kecamatan Pulau Rakyat e. Kecamatan Bandar Pulau

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 4 Tahun 1981 dan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 1983 tentang Pembentukan, Penyatuan, Pemecahan dan Penghapusan Desa di Daerah Tingkat II Asahan telah dibentuk 40 ( empat puluh) Desa Persiapan dan Kelurahan Persiapan sebanyak 15 (lima belas) yang tersebar dibeberapa Kecamatan, yang peresmian pendefinitifan-nya dilaksanakan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara pada tanggal 20 Pebruari 1997, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 146/2622/SK/Tahun 1996 tanggal 7 Agustus 1996.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 138/ 814.K/Tahun 1993 tanggal 5 Maret 1993 telah dibentuk Perwakilan Kecamatan di 3 (tiga) Kecamatan, masing-masing sebagai berikut :

1. Perwakilan Kecamatan Sei Suka di Kecamatan Air Putih 2. Perwakilan Kecamatan Sei Balai di Kecamatan Tanjung Tiram 3. Perwakilan Kecamatan Aek Kuasan di Kecamatan Pulau Rakyat.

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Asahan no. 323 tanggal 20 September 2000 dan Peraturan Daerah Kabupaten Asahan no. 28 tanggal 19 September 2000 telah menetapkan tiga kecamatan perwakilan yaitu Kecamatan Sei Suka, Aek Kuasan dan Sei Balai menjadi kecamatan yang Definitif.

Kemudian berdasarkan Peraturan Bupati Asahan Nomor 9 Tahun 2006 tanggal 30 Oktober 2006 dibentuk 5 (lima ) desa baru hasil pemekaran yaitu :

a. Desa Tomuan Holbung, pemekaran dari desa Huta Padang, Kec. BP Mandoge b. Desa Mekar Sari, pemekaran dari desa Pulau Rakyat Tua, Kec. Pulau Rakyat c. Desa Sipaku Area, pemekaran dari desa Simpang Empat, kec. Simpang Empat d. Desa Sentang, pemekaran dari desa Lima Laras, kec. Tanjung Tiram

e. Desa Suka Ramai, pemekaran dari desa Limau Sundai, kec. Air Putih.

Pada pertengahan tahun 2007 berdasarkan Undang-undang RI Nomor 5

tahun 2007 tanggal 15 Juni 2007 tentang pembentukan Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Asahan dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Asahan dan Batu Bara. Wilayah Asahan terdiri atas 13 kecamatan sedangkan Batu Bara 7 kecamatan, yaitu :

1. Kecamatan Sei Balai 2. Kecamatan Tanjung Tiram 3. Kecamatan Talawi

4. Kecamatan Lima Puluh 5. Kecamatan Air Putih 6. Kecamatan Sei Suka 7. Kecamatan Medang Deras

Berdasarkan Peraturan Bupati Batu Bara Nomor 3 Tahun 2007 ditetapkan

bahwa hari jadi Kabupaten Batu Bara adalah pada tanggal 8 Desember 2006

sesuai dengan Persetujuan Bersama DPR RI dengan Presiden RI yang memutuskan Undang-Undang tentang pembentukan Kabupaten Batu Bara.

Tanggal 15 Juni 2007 juga dikeluarkan keputusan Bupati Asahan Nomor 196- Pem/2007 mengenai penetapan Desa Air Putih, Suka Makmur dan Desa Gajah masuk dalam wilayah Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. Sebelumnya ketiga desa tersebut masuk dalam wilayah kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara, namun mereka memilih bergabung dengan Kabupaten Asahan.

Luas Wilayah Kabupaten Asahan 4.624,41 km2

Kabupaten Asahan (Induk) : 3.702,21 km

, setelah dilakukan pemekaran berubah menjadi :

Kabupaten Batu Bara : 922,20 km

2

4.1.2. Kondisi geografis Kabupaten Batu Bara

Wilayah Kabupaten Batu Bara terletak antara 20031 – 30051 LU dan 990 11 – 99071

Sebelah Timur dengan Kecamatan Air Joman, Meranti. BT dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Barat dengan Kabupaten Deli Serdang. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Simalungun. Sebelah Utara dengan Selat Malaka.

Wilayah Kabupaten Batu Bara yang terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan dengan 7 (tujuh) kelurahan dan 94 (sembilan puluh empat) desa dengan luas wilayah 92.220 Ha (19,94% dari luas wilayah Kabupaten Induk/ Asahan) adalah sebagai berikut :

1. Kecamatan Tanjung Tiram mempunyai luas wilayah 17.379 Ha.

2. Kecamatan Sei Balai mempunyai luas wilayah 10.988 Ha. 3. Kecamatan Talawi mempunyai luas wilayah 8.980 Ha. 4. Kecamatan Lima Puluh mempunyai luas wilayah 23.955 Ha. 5. Kecamatan Air Putih mempunyai luas wilayah 7.224 Ha. 6. Kecamatan Sei Suka mempunyai luas wilayah 17.147 Ha.

7. Kecamatan Medang Deras mempunyai luas wilayah 6.547 Ha.

Sementara apabila wilayah Batu Bara ini ditambah dengan luas lautan (Selat Malaka) 12 mil laut dari garis pantai sekitar 7.000 Ha.

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Batu Bara

Wilayah Batu Bara ini sangat strategis, menjadi kota transit antar kabupaten di Sumatera Utara seperti Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Batu Bara dan Deli Serdang. Kemudian juga letaknya merupakan perlintasan jalan lintas timur Sumatera menghubungkan antara Provinsi Sumatera Utara dengan Provinsi Riau. Selain itu di wilayah ini terdapat pelabuhan ekspor-impor Kuala Tanjung dan dilalui jalur kereta api Medan – Rantau Prapat/ Tanjung Balai/ Kisaran.

Ibukota Kabupaten Batu Bara adalah di Lima Puluh, sesuai dengan Keputusan DPRD Kabupaten Asahan yang secara permanen akan dibangun di atas tanah milik PT. Kuala Gunung. Untuk sementara Kantor Bupati, DPRD, Dinas-dinas/ Badan terkait mengunakan beberapa gedung yang sudah tersedia di Kecamatan Lima Puluh dan eks Kantor Proyek Bah Bolon.

Iklim di wilayah Batu Bara adalah iklim tropis dengan temperatur udara antara 23 – 27 0 C dan curah hujan rata-rata 1.702 mm/ tahun. Permukaan bumi relatif datar dan landai karena letaknya di tepi pantai dengan ketinggian dari permukaan laut antara

0 – 80 m, sehingga sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi pusat perkebunan, perdagangan, industri, jasa maupun permukiman.

4.1.3. Kondisi ekonomi Kabupaten Batu Bara

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja dan pemerataan pendapatan masyarakat. Kinerja pembangunan ekonomi daerah mempunyai kedudukan yang amat penting karena keberhasilan di bidang ekonomi dapat menyediakan sumber daya yang lebih luas bagi pembangunan daerah di bidang lainnya.

Oleh karena itu, aspek ekonomi secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat daerah.

4.1.3.1. Produk domestik regional bruto (PDRB).

Besaran PDRB sering digunakan sebagai indikator untuk menilai kinerja perekonomian suatu daerah, terutama yang dikaitkan dengan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Besaran nilai PDRB ini secara nyata mampu memberikan gambaran mengenai nilai tambah bruto yang dihasilkan unit-unit produksi pada suatu daerah dalam periode tertentu. Di samping itu, perkembangan besaran nilai PDRB merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan pembangunan daerah atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat tercermin melalui pertumbuhan nilai PDRB. Perkembangan PDRB Kabupaten Batu Bara berdasarkan harga konstsn Tahun 2000 selama periode Tahun 2007-2010 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data PDRB Menurut Sektor Kabupaten Batu Bara Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 Periode Tahun 2007-2010 (Jutaan Rupiah)

Sektor 2007 2008 2009 2010

Pertanian 1043904.38 1075828.11 1119713.26 1169627.31 Pertambangan dan Penggalian 7807.22 8057.48 8372.63 8711.49 Industri Pengolahan 3366709.78 3542548.35 3720824.93 3904256.23 Listrik, Gas dan Air Minum 41453.05 43522.84 45979.83 48604.61 Bangunan 114536.95 121136.06 128516.24 136459.86 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1577615.20 1632325.20 1666658.19 1724844.74 Pengangkutan dan Komunikasi 138051.13 147737.65 158157.75 169074.37 Keuangan dan Jasa 90825.92 92639.67 98824.40 105502.86 Jasa-jasa 103710.70 110869.92 119173.30 127409.48

Jumlah 6484614.3 6774665.28 7066220.53 7394490.95

Sumber : Kabupaten Batu Bara Dalam Angka, Tahun 2008-2011

Pada Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa PDRB Kabupaten Batu Bara atas dasar harga konstan selama periode tahun 2007-2010 didominasi oleh sektor industri pengolahan, kemudian disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor pertanian. Sedangkan sektor yang paling sedikit memberikan kontribusi adalah sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi PDRB menurut sektor Kabupaten Batu Bara, seperti yang disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Data kontribusi PDRB menurut sektor Kabupaten Batu Bara

berdasarkan harga konstan tahun 2000 Periode tahun 2007-2010 (%)

Sektor 2007 2008 2009 2010 Jumlah Rata-rata

Pertanian 16.10 15.88 15.85 15.82 63.64 15.91 Pertambangan dan Penggalian 0.12 0.12 0.12 0.12 0.48 0.12 Industri Pengolahan 51.92 52.29 52.66 52.80 209.67 52.42 Listrik, Gas dan Air Minum 0.64 0.64 0.65 0.66 2.59 0.65

Bangunan 1.77 1.79 1.82 1.85 7.22 1.80

Perdagangan, Hotel dan Restoran 24.33 24.09 23.59 23.33 95.34 23.83 Pengangkutan dan Komunikasi 2.13 2.18 2.24 2.29 8.83 2.21 Keuangan dan Jasa 1.40 1.37 1.40 1.43 5.59 1.40

Jasa-jasa 1.60 1.64 1.69 1.72 6.65 1.66

Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 400.00 100.00

Sumber : Kabupaten Batu Bara Dalam Angka, Tahun 2008-2011

Pada Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa selama periode tahun 2007-2010 rata-rata kontribusi sektor industri pengolahan Kabupaten Batu Bara terhadap PDRB Kabupaten Batu Bara menunjukkan hasil yang terbesar yaitu 52,42% atau lebih dari 50% kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Batu Bara. Selanjutnya disusul sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang memiliki kontribusi rata-rata sebesar 23,83% terhadap PDRB Kabupaten Bara, dan sektor pertanian memiliki kontribusi rata-rata sebesar 15,91% terhadap PDRB Kabupaten Batu Bara.

4.1.3.2. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan suatu daerah khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan rangkuman laju pertumbuhan dari berbagai sektor ekonomi yang menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi.

Salah satu indikator penting guna menganalisa kinerja pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu daerah adalah pertumbuhan PDRB. Pertumbuhan PDRB juga

mengindikasikan adanya aktivitas perekonomian daerah tersebut. Selama periode tahun 2007-2010 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara menunjukkan trend yang cenderung berfluktuasi. Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara secara riil selama periode 2007 – 2010 disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Data laju pertumbuhan PDRB menurut sektor Kabupaten Batu Bara periode tahun 2007-2010 (%) Sektor 2007 2008 2009 2010 Jumlah Rata- rata Pertanian 2.58 3.06 4.08 4.46 14.18 3.54 Pertambangan dan Penggalian 2.34 3.21 3.91 4.05 13.51 3.38 Industri Pengolahan 4.71 5.22 5.03 4.93 19.89 4.97 Listrik, Gas dan Air Minum 3.20 4.99 5.65 5.71 19.55 4.89

Bangunan 3.55 5.76 6.09 6.18 21.58 5.40

Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.04 3.47 2.10 3.49 12.10 3.03 Pengangkutan dan Komunikasi 5.82 7.02 7.05 6.90 26.79 6.70 Keuangan dan Jasa 5.81 2.00 6.68 6.76 21.24 5.31 Jasa-jasa 5.98 6.90 7.49 6.91 27.28 6.82

Jumlah 3.98 4.47 4.30 4.65 17.40 4.35

Sumber : Kabupaten Batu Bara Dalam Angka, Tahun 2008-2011

Pada Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara selama periode Tahun 2007-2010 sebesar 4,35%. Pada Tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara sebesar 3,98% kemudian meningkat pada tahun 2008 menjadi sebesar 4,47%, namun pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten batu Bara menurun menjadi 4,30%, dan pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi kembali meningkat menjadi 4,65%.

Dokumen terkait