• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN DISTRIBUSI PENJUALAN BAHAN POKOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROUGH SET PADA CV SAMA SENANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN DISTRIBUSI PENJUALAN BAHAN POKOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROUGH SET PADA CV SAMA SENANG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN DISTRIBUSI

PENJUALAN BAHAN POKOK DENGAN MENGGUNAKAN

METODE ROUGH SET PADA CV SAMA SENANG

Helmi Kurniawan

Jurusan Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama

Jl. K.L. Yos Sudarso Km. 6.5 No.3-A, Tanjung Mulia, Medan, Indonesia Email : helmikurniawan77@gmail.com

Abstrak

CV Sama Senang adalah sebuah usaha dagang yang bergerak pada penjualan kebutuhan bahan pokok baik dikota medan dan diluar kota Medan. Dengan banyaknya permintaan kebutuhan bahan pokok didalam dan diluar kota CV Sama Senang memiliki kesulitan dalam pendistribusian penjualan kebutuhan bahan pokok untuk memenuhi kebutuhan pasar. Sulitnya memprediksi kebutuhan pasar, serta persaingan bisnis yang semakin ketat, merupakan kendala yang dihadapi CV Sama Senang sehingga manajemen harus dapat mengambil keputusan yang tepat dan cepat guna memberikan pelayanan yang baik serta kepuasan kepada konsumen maupun menjaga konsistensi permintaan kebutuhan bahan pokok di pasar. Keputusan yang diambil harus mempertimbangkan dengan baik berdasarkan data-data yang dimiliki, terutama yang berkaitan erat dengan sistem distribusi. Dalam mengatasi masalah tersebut, salah satu solusi yang dapat digunakan adalah data mining mengenai kriteria - kriteria tertentu di dalam pendistribusian penjualan kebutuhan bahan pokok. Dengan semakin besarnya jumlah data dan kebutuhan akan analisis data yang akurat maka dibutuhkan metode analisis data yang tepat. Adapun metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah Metode Rough Set. Metode Rough Set menawarkan dua bentuk representasi data yaitu Information Systems (IS) dan Decision Systems (DS). Adapun perangkat lunak (Software) yang menerapkan Metode Rough Set ini adalah Rosetta. Hasil penelitian yang diperoleh berupa informasi perkiraan permintaan kebutuhan bahan pokok pada periode yang akan datang dan menjadi informasi keputusan manajemen dalam pendistribusian penjualan kebutuhan bahan pokok.

Kata Kunci : Sistem Penunjang Keputusan, Data Mining, Metode Rough Set Pendahuluan

Masalah distribusi seringkali masih menjadi kendala terbesar terutama bagi perusahaan yang memproduksi secara massal. Semakin luas wilayah pemasaran, semakin banyak pula kendala yang dihadapi sehingga perlu pembagian wilayah pemasaran pada setiap era dengan penempatan distributor.

CV Sama Senang, sebagai salah satu perusahaan distribusi yang bergerak dalam distribusi penjualan kebutuhan bahan pokok yang sedang berkembang, juga memerlukan satu sistem distribusi yang baik untuk menjaga ketersediaan produknya di pasar, disamping juga untuk dapat memenuhi dan mengembangkan pasar yang telah ada. Untuk itu peramalan distribusi yang baik dengan menggunakan data-data yang telah ada di masa lalu untuk memprediksi kebutuhan distribusi dimasa yang akan datang sangat diperlukan oleh perusahaan ini.

Sistem distribusi produk pada CV Sama Senang dihadapkan pada beberapa masalah yang berhubungan dengan besar produk yang harus didistribusikan pada wilayah-wilayah. Pada umumnya, kemacetan dalam mendistribusikan

Produk-produk dan jasa-jasa akan banyak menimbulkan kesulitaan baik dipihak konsumen maupun produsen. Kesulitan yang akan terjadi di pihak produsen meliputi terganggunya penerimaan penjualan sehingga target penjualan yang telah di tentukan tidak dapat terpenuhi. Hal ini akan menyebabkan arus pendapatan yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk melangsungkan kontinuitasnya tidak dapat diharapkan. Sedangkan kesulitan yang akan timbul di pihak konsumen akan menyebabkan tendensi harga yang meningkat. Tendensi harga yang meningkat terjadi akibat berkurangnya Produk yang ditawarkan di pasar. Oleh karena itu sangatlah tepat apabila perusahaan memahami kebijaksanaan distribusi terutama yang menyangkut pemilihan saluran distribusi dan penentuan distribusi fisik.

Dalam menganalisa hal tersebut di atas, salah satu solusi yang dapat digunakan adalah data mining mengenai kriteria - kriteria tertentu di dalam pendistribusian produk. . Data mining tersebut akan menjadi tolak ukur ataupun acuan untuk mengambil keputusan. Pengolahan data mining dapat dilakukan dengan beberapa teknik

(2)

diantaranya adalah Metode Rough Set, Fuzzy, Algoritma Apriori dan lain - lain.

Metode Rough Set salah satu dari metode di atas yang memungkinkan untuk mengambil keputusan dalam pendistribusian penjualan kebutuhan bahan pokok karena di dalam metode ini ada rumusan atau tahapan-tahapan pemecahan masalah dan adanya sebuah Result (keputusan) dari kombinasi yang mungkin terjadi dari kriteria-kriteria diatas. Dari Result (keputusan) yang berasal dari hasil olahan data mining tersebut, dapat di jadikan sebagai acuan pengambilan keputusan. Berdasarkan permasalah tersebut penulis melakukan penelitian yang berkaitan dengan sistem pengambilan keputusan untuk distribusi penjualan kebutuhan pokok dengan menggunakan metode Rough Set.

Metode Penelitian

Tahapan dalam metode penelitian ini dapat dimodelkan pada diagram alir berikut ini:

Gambar 1. Diagram Alir Distribusi dengan Metode Rought set

Tinjauan Pustaka

Data Mining (DM)

Kemajuan Data Mining merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan karena telah menggabungkan teknik klasik dengan algoritma yang canggih seperti teknik Artificial Intelligence untuk memproses data dalam skala besar . Data mining adalah proses pengolahan informasi dari sebuah database yang besar, meliputi proses ekstraksi, pengenalan, komprehensif, dan penyajian informasi sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan bisnis yang krusial”.[1][3][6]

Teori Rough Set

Teori ini memberikan pendekatan matematika baru untuk permasalahan dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi. Teori ini menjadi dasar penting untuk kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, perolehan informasi, analisis keputusan, data mining, sistem pakar, hingga pengenalan pola. Kelebihan teori ini adalah tidak diperlukannya preliminary dan juga informasi tambahan mengenai data dalam melakukan analisis suatu data. Tujuan dari analisis Rough Set adalah untuk mendapatkan perkiraan rule yang

singkat dari suatu tabel. Hasil dari analis Rough Set dapat digunakan dalam proses data mining dan knowledge discovery. Teknik ini digunakan untuk menangani masalah uncertainly, missing data, uncompleted, inconsistency data, imprecision, dan vagueness (tidak pasti, data hilang, tidak lengkap, tidak selaras, ketidaktepatan, ketidakjelasan).[2][3][4][5] Perancangan

Berdasarkan hasil pengamatan langsung pada CV Sama Senang, sistem yang sedang berjalan pada saat ini masih dilakukan manual, yaitu pencatatan pada buku untuk pemesanan dari

suppliers dan penjualan kebutuhan bahan Pokok

dari konsumen, proses pendistribusian juga dilakukan atas kerjasama dan kepercayaan antara ke dua belah pihak. Oleh karena itu sangatlah tepat apabila perusahaan memahami kebijaksanaan distribusi terutama yang menyangkut pemilihan saluran distribusi dan penentuan distribusi fisik.

Rancangan Umum Dalam Pendistribusian Arsitektur dari sistem pendukung keputusan dalam analisis data Pendistribusian CV. Sama Senang terdiri dari rancangan umum dan komponen-komponennya. Dalam bagian ini, diasumsikan database berisi dari data yang tidak lengkap (incomplete data) untuk mendapatkan keputusan (decision) yang tepat dan akurat, data yang tidak lengkap diproses untuk mendapatkan data lengkap dengan menggunakan metode data

cleaning, seperti teknik remove incomplete data.

Selanjutnya data lengkap tersebut ditransformasikan dengan menggunakan metode data transformation. Dari hasil data transformasi dilakukan proses pencarian knowledge / rules dengan cara generating rules sehingga menghasilkan keputusan (decision) yang lebih singkat dan mudah dipahami. rancangan umumnya dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 2. Rancangan Umum Pendistribusian Produk dengan Metode Rough set

(3)

Use Case Diagram

Use Case system pengambil keputusan

dapat dilihat dalam gambar 2.

user

Gambar 3. Use Case Sistem Pengambil Keputusan

Dari Use Case di atas terlihat user dalam pembentukan sistem pendukung keputusannya, dan hasil laporan yang diperoleh dari analisa sistem tersebut

Gambar 4. Use Case Diagram Proses Pengambil Keputusan Analisa Metode Yang Digunakan

Information System

Dalam Rough Set, sebuah set data direpresentasikan sebagai sebuah tabel, dimana baris dalam tabel merepresentasikan objek dan kolom-kolom merepresentasikan atribut dari objek-objek tersebut. Tabel tersebut disebut dengan information system yang dapat digambarkan sebagai:

S = (U,A)…… ………..[1]

Dimana U adalah set terhingga yang tidak kosong dari objek yang disebut dengan universe dan A set terhingga tidak m kosong dari atribut dimana:

a : U Va)……….. [2]

Untuk tiap a € A. SetVa disebut value set dari a.

information system dalam penelitian ini dapat

ditunjukkan dalam tabel 1.

Tabel 1. Laporan Distribusi Barang per Kota

Pada Tabel tersebut yang merupakan U adalah {nama Barang} yang merupakan produk yang akan didistribusikan kebeberapa wilayah Sedangkan A adalah {Medan, Langkat, Brastagi, Tebing Tinggi} yang merupakan faktor atau kriteria yang menentukan tinggi rendahnya pendistribusian produk tersebut Dalam Penggunaan Information System, terdapat

outcome dari klasifikasi yang telah diketahui yang

disebut dengan atribut keputusan. Information

system tersebut disebut dengan Decision System. Decision System dapat digambarkan pada tabel 2

berikut:

Tabel 2. Laporan Distribusi Barang per Kota

Pada tabel 2. tersebut, atribut A mengalami perluasan atribut, yaitu Keterangan (Ket) yang merupakan atribut keputusan dari Decision

System.

Keterangan : 200 – 400 : Turun 401– 600 : Naik

Indescernibility Relation

Dalam decision system, sebuah objek dapat memiliki nilai yang sama untuk sebuah atribut kondisionalnya. Contohnya Beras, Telur memiliki nilai atribut distribusi pada kota Langkat yang sama, yaitu “80”. Hubungan tersebut disebut dengan indiscernible (tidak dapat dipisah).

Misalkan S = (U,A) adalah Information

System, dan B A. Maka Sebuah indiscrenibility

relation objek-objek menurut atribut B yang dilambangkan dengan INDs (B), dapat

didefenisikan sebagai: INDs (B) ={( x,x’) U

2

| a B a (x) = a (x’)}.

[3]

disebut sebagai B- Indescernibility relation, INDs (B) merupakan Equivalent Relation. Jika ( x,x’) ∈ INDs (B) maka objek x dan x’ adalah objek yang tidak dapat dibedakan (indiscernible) satu sama lain oleh atribut B. kelas-kelas yang

equivalent dengan B- Indescernibility relation

dinotasikan dengan [x]B dan disebut dengan

equivalent class.

Berdasarkan tabel 2 maka didapatkan

indiscernibility Relation sebagai berikut:

IND A (Medan)

(4)

={{178},{80},{120},{140},{300},{70},{134}} IND B (Langkat) ={{B1,B5}{B2},{B3},{B4,B6},{B7}} ={{80,80},{60},{90},{60,60},{160}} IND C () ={{B1},{B2},{B3},{B4},{B5},{B6},{B7}} ={{240},{106},{80},{100},{70},{156},{100}} IND D (Berastagi) ={{B1},{B2},{B3},{B4},{B5},{B6},{B7}} ={{60},{76},{160},{130},{100},{110},{70} IND ABCD ={{B1},{B2},{B3},{B4},{B5},{B6},{B7}}

Pengolahan Data Dengan Teknik Data

Transformation

Data telah didapat akan disederhanakan dengan menggunakan teknik data transformasi berdasarkan Algoritma Fungsi Interval .Sesuai dengan Algoritma Fungsi Interval, maka untuk masing-masing variabel ditentukan nilai terbesar, nilai terkecil dan range nilai, jumlah kelas dan nilai intervalnya. Dari hasil yang diperoleh tersebut maka dilakukan proses Data Transformasi untuk data lengkap, seperti berikut: 1. Untuk Kota Medan

a. Nilai terbesar (Xmax)= 300

b. Nilai terkecil (Xmin) = 70

c. Range Nilai (Xrange )= 300 - 70 = 230

d. Jumlah Kelas (k) = 1+ 3.3 log (7)

= 1+ (0.52) = 1.52

e. Nilai Interval (Int) = 230/1.52 = 152 Transfomasi Data [Xmin +Int] :

Range antara 70 – 222 ditransformasikan menjadi angka = 1

Range antara 224 – 374 ditransformasikan menjadi angka = 2

2. Untuk Kota Langkat :

a. Nilai terbesar (Xmax)= 160

b. Nilai terkecil(Xmin) = 60

c. Range Nilai (Xrange )= 160– 60 =100

d. Jumlah Kelas (k) = 1+ 3.3 log (7)

= 1+ (0.52) = 1.52

e. Nilai Interval (Int) = 100/1.52 = 64 Transfomasi Data [Xmin +Int] :

Range antara 30 – 94 ditransformasikan menjadi angka = 1

Range antara 96 – 160 ditransformasikan menjadi angka = 2

3. Untuk Kota Berastagi : a. Nilai terbesar (Xmax)= 240

b. Nilai terkecil (Xmin) = 70

c. Range Nilai (Xrange )= 240 – 70 = 170

d. Jumlah Kelas(k) = 1+ 3.3 log (7)

= 1+ (0.52) = 1.52

Nilai Interval (Int) = 170/1.52 = 112 Transfomasi Data [Xmin +Int] :

Range antara 70 – 182 ditransformasikan menjadi angka = 1

Range antara 184– 256 ditransformasikan menjadi angka = 2

4. Untuk Nilai Tebing Tinggi : a. Nilai terbesar (Xmax)= 160

b. Nilai terkecil (Xmin) =60

c. Range Nilai (Xrange )= 160 – 60 = 100

d. Jumlah Kelas(k) = 1+ 3.3 log (7)

= 1+ (0.52) = 1.52

Nilai Interval (Int) = 100/1.52 =64 Transfomasi Data [Xmin +Int] :

Range antara 60 – 124 ditransformasikan menjadi angka = 1

Range antara 126– 190 ditransformasikan menjadi angka = 2

Berdasarkan pengolahan data transformasi diatas, maka didapat hasil data transformasinya seperti pada tabel 3.

Tabel 3. Data Dengan Teknik Data

Transformation

Generating Rules

Berdasarkan data hasil transformasi yang telah didapatkan, maka data-data tersebut akan diolah sehingga menghasilkan suatu rules /

knowledge yang dapat dipahami untuk pengambilan suatu keputusan. Dari data transformasi yang didapat pada tabel 4.3 maka dapat dilakukan proses pencarian knowledge seperti langkah-langkah ini :

1. Discernibility Matrix

Dalam Discernibility Matrix maka variabel-variabel kondisi yang terdiri dari Medan, Binjai, Siantar, Kisaran

Dan Variabel keputusan terdiri dari : Naik = 1

Turun= 2

Kemudian masing-masing nama dikelompokkan dalam bentuk Equivalence Class disederhanakan namanya menjadi EC1, EC2, EC3, EC4, EC5, EC6 dan EC7, sehingga hasilnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.

Tabel 4. Data Transformation Yang Disederhanakan

(5)

Dari hasil data transformasi yang telah disederhanakan pada tabel 5 kemudian dibandingkan data-data yang terdapat dalam masing-masing Equivalence Class. Dalam proses perbandingan ini, yang diperhatikan hanya variabel-variabel kondisinya saja, tanpa memperhatikan variabel keputusan, dan yang dibandingkan adalah antara data-data pada variabel kondisi yang sama. Dari proses perbandingan ini dihasilkan tabel Discernibility

Matrix seperti tabel 5.

Tabel 5. Discernibility Matrix

2. Discernibility Matrix Modulo D

Dari hasil pengolahan data dengan cara

Discernibility Matrix sesuai tabel.6, maka

selanjutnya data diolah dengan cara Discernibility

Matrix Modulo D, dalam pengolahan dengan cara

ini variabel kondisi dan keputusannya harus dibandingkan. Sehingga jika variabel keputusan juga dibandingkan maka hasilnya menjadi seperti pada tabel 6.

Tabel 6. Discernibility Matrix Module D EC 1 EC2 EC 3 E C 4 EC 5 EC6 EC 7 EC1 - BC D - - BC - EC2 BC - - D A - - EC3 D - - - AD - D EC4 - D - - - D - EC5 - A AD - - A - EC6 BC - - D A - - EC7 - - D - - - -

Keterangan : Jika nilai decision Atribut sama = kosong decision Atribut berbeda = terisi

3. Reduction

Reduct adalah himpunan dari atribut yang dapat

menghasilkan klasifikasi sama seperti jika semua atribut digunakan. Sedangkan atribut yang bukan

reduct adalah atribut yang tidak berguna dalam

proses klasifikasi.

Pada proses Reduct ini dilakukan proses penyeleksian variabel minimal dari sekumpulan variabel kondisi dengan cara Prime Implicant fungsi Boolean, dengan cara berikut ini :

EC1 = (BvC)^(D)^(BvC) EC2 = (BvC)^(D)^(A) EC3 = (D)^(A)^(D)^(D) EC4 = (D)^(D) EC5 = (A)^(AvD)^(A) EC6 = (BvC)^(D)^(A) EC7 = (D) Tabel 7. Reduct

Dari hasil reduct yang diperoleh maka didapatkan suatu rules / knowledge. Seperti contoh di atas,

rules yang didapatnya adalah :

Rules :

D1  E1, B1,C1E2, D1A2 E2, D2,A1  E2

D2 E2, A2,D1  E1, B1,C1  E2, D1,A1  E2

D1  E1

EC1 : If D =1 Then E=1

If TebingTinggi = 60 Then Keputusan = Naik EC2 : If B =1, C=1 Then E=2, D=1, A=1 Then E=2 If Langkat = 130 & Berastagi = 106 Then Keputusan = Turun

If TebingTinggi = 76 & Medan = 80 Then Keputusan = Turun

EC3 : If D=2, A=1 Then E= 2

If TebingTinggi =160 & Medan =120 Then Keputusan = Turun

EC4 : If D=2 Then E = 2 :

If TebingTinggi = 130 Then Keputusan = Turun

EC5 : If A=2 , D=1 Then E=1

If Medan= 150, TebingTinggi =100 Then Keputusan=Naik

EC6 : If B =1, C=1 Then E=2, D=1, A=1 Then E=2 :

If Lankat =60 & Berastagi = 156 Then Keputusan =Turun

If TebingTinggi= 110 & Medan =70 Then Keputusan = Turun

EC7 : If D=1 Then E=1

If TebingTinggi = 70 Then Keputusan = Naik Pengujian Metode Rough Set

Untuk menguji kebenaran dari hasil pengolahan data yang dikerjakan secara manual tersebut dapat digunakan salah satu software aplikasi Rough Set, yaitu Rosetta. Hasil pengujian dapat terlihat pada gambar

(6)

Gambar 5. Hasil Proses Generating Rules Dari hasil data lengkap, Reduct, dan

Rules yang didapat, terbukti hasilnya sesuai

dengan hasil perhitungan secara manual 4. Kesimpulan

Atas analisis dan pembahasan yang dilakukan pada sistem pendukung keputusan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sistem pengambilan keputusan dengan metode

rough set dapat membantu distribusi Penjualan kebutuhan bahan Pokok pada CV. Sama Senang untuk memenuhi kebutuhan pasar.

2. Penggunaan metode rough set sangat membantu dalam memperkirakan kebutuhan produk yang harus dipenuhi oleh perusahaan dalam periode yang akan datang.

3. Penggunaan aplikasi Data Mining Seperti

Rosetta dapat membantu dalam pengambilan

keputusan untuk pengalokasian produk pada setiap lokasi.

DAFTAR PUSTAKA

[1] D,Suryadi, (2001) Pengantar Data Mining, Andi, Yogyakarta

[2] K. Thangavel and Q. Shen (2006), “Application of Clustering for Feature Selection Based on Rough Set Theory Approach”, AIML Journal, 19-27

[3] Li, T, Ruan, D Geert, W, Song, W, & Xu,Y. (2007). A rough set based characteristic relation approach for dynamic attribute generalization in data mining, Knowledge Based System 20 (2007) 485-494

[4] Marcin, Kierczak. (2009). Rosetta a rough set toolkit for analysis of data. http://www.lcb.uu.se/tools/rosetta/. April 21 2012

[5] Suraj, Z. (2004). An Introduction to Rough Set Theory and It’s Applications. ICENCO’2004, December 27-30, 2004, [6] Susanto. (2010). Pengantar Data Mining.

Informatika. Jakarta

[7] Therling K. (2006).“ An Introduction to DataMining: Discovering hidden value in your data warehouse”, www.thearling.com, diakses tanggal 21 Mei 2013.

Gambar

Gambar 2. Rancangan Umum Pendistribusian  Produk dengan Metode Rough set
Gambar 3. Use Case Sistem Pengambil  Keputusan
Tabel 4. Data Transformation Yang  Disederhanakan
Tabel 6. Discernibility Matrix Module D  EC 1  EC2  EC3  E C 4  EC5  EC6  EC7  EC1  -  BC  D  -  -  BC  -  EC2  BC  -  -  D  A  -  -  EC3  D  -  -  -  AD  -  D  EC4  -  D  -  -  -  D  -  EC5  -  A  AD  -  -  A  -  EC6  BC  -  -  D  A  -  -  EC7  -  -  D  -
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti berusaha untuk menjawab rumusan masalah umum yaitu apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah

Hasil pemeriksaan tajam penglihatan jauh pasien dengan ETDRS chart di unit low vision mengalami peningkatan sampai 2/40 setelah operasi katarak pada mata kanan, meskipun

Generasi keenam ini ditandai dengan munculnya konsol-konsol game next generation dari masing-masing perusahaan seperti SONY, SEGA,Nintendo serta munculnya satu lagi konsol game

- Bahwa Pengadilan Agama Palembang tidak dan/atau kurang maksimal dalam menjalankan fungsi penasehatan dan penjelasan sebagaimana yang diamanatkan oleh Pasal 143 RBg

Upaya yang bisa dilakukan untuk deteksi dini kanker payudara adalah dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Namun, para wanita memiliki tingkat pengetahuan

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa pendidikan agama di sekolah seharusnya dapat dilaksanakan dalam berbagai aktivitas pembelajaran baik di dalam

Vitamin C terdapat dalam berbagai preparat baik dalam bentuk tablet yang mengandung 50-1500 mg maupun dalam bentuk larutan Penggunaannya: selesma (common cold, antilipemis,

* Dianalisis di Laboratorium Kimia Kesuburan Tanah dan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU, Medan. ** Berdasarkan Kriteria BPP