• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Makna Hidup

Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia (happiness). Makna hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri, dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tak menyenangkan, keadaan bahagia, dan penderitaan (Bastaman, 2007).

Ungkapan seperti ―Makna dalam Derita‖ (Meaning in Suffering) atau ―Hikmah dalam Musibah‖ (Blessing in Disguise) menunjukkan bahwa dalam penderitaan sekalipun makna hidup tetap dapat ditemukan. Bila hasrat ini dapat dipenuhi maka kehidupan yang dirasakan berguna, berharga, dan berarti (meaningful) akan dialami. Sebaliknya bila hasrat ini tak terpenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan tidak bermakna (meaningless) (bastaman, 2007).

(2)

12 2.2.1 Sumber Makna Hidup

Menurut Bastaman (2007), tanpa bermaksud menentukan apa yang seharusnya menjadi tujuan dan makna hidup seseorang, dalam kehidupan ini terdapat tiga bidang kegiatan yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang menemukan makna hidup di dalamnya apabila nilai-nilai itu diterapkan dan dipenuhi. Ketiga nilai (values) ini adalah nilai-nilai kreatif (creative values), nilai-nilai penghayatan (experiential values) dan nilai-nilai bersikap (attitudinal values).

1. Nilai-nilai Kreatif (creative values)

Kegiatan berkarya, bekerja, menciptakan serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab. Menekuni suatu pekerjaan dan meningkatkan keterlibatan pribadi terhadap tugas serta berusaha untuk mengerjakanya dengan sebaik-baiknya merupakan salah satu contoh dari kegiatan berkarya.

2. Nilai-nilai penghayatan (experiential values)

Yaitu keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan dan keagamaan, serta cinta kasih. Menghayati dan meyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang berarti hidupnya.

(3)

13

3. Nilai-nilai bersikap (attitudinal values)

Yaitu menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi seperti sakit yang tidak dapat disembuhkan, kematian dan menjelang kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara maksimal. Dalam hal ini yang perlu ditekankan adalah bukan keadaan yang diubah, melainkan sikap (attitude) yang diambil dalam menghadapi keadaan itu.

2.2.2 Karakteristik Makna Hidup

Frankl (2008) menjelaskan bahwa orang tidak boleh mencari makna hidup yang abstrak. Setiap manusia memiliki pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan sebuah tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu setiap manusia memiliki tugas yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugasnya.

Frankl (2008) menegaskan bahwa makna hidup bersifat unik dan khusus yang harus didapat dan diisikan oleh diri sendiri. Bastaman (2007) menguraikan karakteristik dari makna hidup, yaitu:

(4)

14 1. Unik, pribadi dan temporer

Dalam hal ini makna hidup seseorang dan apa yang bermakna bagi dirinya biasanya bersifat khusus, berbeda dan tak sama dengan makna hidup orang lain, serta mungkin pula dari waktu ke waktu berubah. 2. Spesifik dan nyata

Makna hidup benar-benar dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan sehari-hari, serta tidak perlu dikaitkan dengan hal-hal yang serba abstrak-filosofis, tujuan-tujuan idealistis, dan prestasi-prestasi akademis yang serba menajubkan.

3. Memberi pedoman dan arah

Dalam hal ini, ketika makna hidup ditemukan dan tujuan hidup ditentukan, seakan-akan tugas memanggil dan adanya keinginan untuk melaksanakan dan memenuhinya, serta kegiatan yang dikerjakan pun menjadi lebih terarah kepada pemenuhan itu.

2.2.3 Proses Penemuan Makna Hidup

Bastaman (1996) mengemukakan bahwa dalam proses perubahan diri dari penghayatan hidup tak bermakna dapat digambarkan tahapan-tahapan pengalaman tertentu. Hal ini hanya merupakan konstruksi teoritis yang dalam realita sebenarnya tidak selalu mengikuti urutan tersebut. Tahapan ini dapat diolongkan menjadi lima tahapan sebagai berikut: a) Peristiwa tragis merupakan peristiwa-peristiwa yang tak terelakan, baik yang bersumber dari dalam diri sendiri maupun berasal dari

(5)

15

lingkungan. Peristiwa tersebut menimbulkan perasaan kecewa, sedih, marah, malu, terhina, putus asa dan hampa. b) Penghayatan tak bermakna adalah menghayati peristiwa tragis yang dihadapi dengan mengembangkan sikap mental dan citra negatif terhadap diri sendiri dan lingkungannya. c) Pemahaman diri merupakan kesadaran diri untuk mengubah kondisi menjadi lebih baik. Kesadaran ini muncul dari perenungan diri, konsultasi dengan para ahli dan mengalami peristiwa-peristiwa tertentu yang secara dramatis mengubah sikapnya selama ini d) Penemuan makna dan tujuan hidup adalah usaha untuk menyadari adanya nilai-nilai yang berharga atau penting dalam hidup yang kemudian ditetapkan sebagai tujuan hidup. e) Perubahan sikap merupakan usaha untuk merubah diri sendiri dalam menghadapi masalah. f) Keikatan diri merupakan komitmen terhadap sikap untuk menemukan makna hidup dan menggapai tujuan g) Kegiatan terarah dan penemuan makna hidup merupakan usaha secara sadar dan sengaja untuk melakukan berbagai kegiatan yang lebih terarah, untuk memenuhi makna hidup yang telah ditemukan dan tujuan yang telah ditetapkan. h) Hidup bermakna merupakan kehidupan yang dapat mengubah hidup menjadi lebih baik, mengubah hidup tak bermakna menjadi bermakna. i) Kebahagiaan merupakan perasaan bahagia yang muncul sebagai hasil dari mengubah hidup tak bermakna menjadi bermakna.

Berdasarkan urutannya, menurut Bastaman (1996) maka skema diatas dapat dikategorikan kedalam lima kelompok tahapan: a) Tahap derita (peristiwa tragis, penghayatan tanpa makna). b) Tahap penerimaan (pemahaman diri, pengubahan

(6)

16

sikap). c) Tahap penemuan makna hidup (penemuan makna dan penentuan tujuan hidup). d) Tahap realisasi makna (keikatan diri, kegiatan terarah dan pemenuhan makna hidup). e) Tahap kehidupan bermakna (Penghayatan bermakna dan kebahagiaan).

2.2.4 Makna Penderitaan

Menurut Frankl (2008) makna hidup bisa ditemukan ketika dihadapkan oleh suatu situasi yang tidak membawa harapan, dan dihadapkan pada nasib yang tidak dapat bisa diubah. Frankl menekankan bahwa ketika dihadapkan dalam situasi yang tidak dapat diubah maka pemaknaan hidup ditemukan ketika seseorang dituntut untuk mengubah dirinya sendiri. Berdasarkan teori Frankl, Bastaman membagi makna hidup dalam penderitaan dalam beberapa komponen.

2.2.5 Komponen-komponen yang Menentukan Keberhasilan Makna Hidup

Setelah mengkaji teori-teori mengenai makna hidup, Bastaman (1996) menyusun komponen-komponen yang menentukan berhasilnya perubahan dan penghayatan hidup tak bermakna menjadi lebih bermakna, adalah: a) Pemahaman diri (self insight), yakni kesadaran akan kondisi yang dinilai buruk saat ini dan keinginan untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik . b) Makna hidup (the meaning of life), yakni nilai-nilai yang penting bagi individu yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi. c) Pengubahan sikap (changing attitude) yang semula tidak tepat menjadi lebih tepat dalam menghadapi masalah atau musibah yang

(7)

17

tidak terelakan. d) Keikatan diri (self commitment) terhadap makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang telah ditentukan. e) Kegiatan terarah (directed activities), yakni segala upaya yang secara sadar dilakukan berbagai pengembangan minat, potensi dan kemauan positif untuk membantu tercapainya makna hidup dan tujuan hidup. f) Dukungan sosial (social support), yakni adanya seorang atau sejumlah orang yang dipercaya dan bersedia mampu memberikan dukungan dan bantuan bilamana diperlukan. Keenam unsur tersebut merupakan proses integral dan dalam konteks mengubah penghayatan hidup tak bermakna menjadi bermakna, antara satu dengan yang lain tak dapat dipisahkan.

Kemudian komponen-komponen tersebut digolongkan menjadi empat komponen (Bastaman, 1996), yakni:

1. Komponen Personal (Pemahaman diri, pengubahan sikap) 2. Komponen Sosial (Dukungan sosial)

3. Komponen Nilai (Makna hidup, keikatan diri, kegiatan terarah) 4. Komponen Spiritual (Keimanan)

2.2.6 Kehidupan yang Tidak Kekal

Frankl (2008) menjelaskan hal-hal yang sepertinya menghapuskan makna hidup manusia bukan hanya penderitaan, tetapi juga kematian. Satu-satunya aspek kehidupan yang tidak kekal adalah potensi-potensi kehidupan. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketidakkekalan hidup tidak membuat hidup itu tidak bermakna.

(8)

18 2.2.7 Makna Hidup dan Bahagia

Menurut Bastaman (2007) makna hidup tidak identik dengan kebahagiaan atau kekayaan dan kekuasaan, walaupun semuanya ada hubungannya. Dalam hal ini kebahagiaan adalah ganjaran dari usaha menjalankan kegiatan-kegiatan yang bermakna, sedangkan kekayaan dan kekuasaan merupakan salah satu sarana yang dapat menunjang kegiatan-kegiatan bermakna dan mungkin pula dapat menjadikan hidup ini lebih berarti. Dengan demikian, hidup yang bermakna adalah corak kehidupan yang sarat dengan kegiatan, penghayatan, dan pengalaman-pengalaman bermakna, yang apabila hal itu terpenuhi akan menimbulkan perasaan-perasaan bahagia dalam kehidupan seseorang.

2.3 Definisi Hukum Pidana

Menurut Simons, hukum pidana adalah kesemuanya perintah-perintah dan larangan-larangan yang diadakan oleh negara dan yang diancam dengan suatu nestapa (pidana) barang siapa yang tidak menaatinya, kesemua aturan-aturan yang menetukan syarat-syarat bagi akibat hukum itu dan kesemuanya aturan-aturan untuk mengadakan (menjatuhi) dan menjalankan pidana tersebut (dalam Moeljatno, 2008).

Sedangkan Hamel mendefinisikan hukum pidana adalah semua dasar-dasar dan aturan-aturan yang dianut oleh suatu negara dalam menyelenggarakan ketertiban hukum (rechstorde) yaitu dengan melarang apa yang bertentangan dengan hukum dan

(9)

19

mengenakan suatu nestapa kepada yang melanggar larangan-larang tersebut (dalam Moeljatno, 2008).

2.3.1 Tujuan Pemberian Hukuman

Tujuan pemberian hukuman terdapat empat aspek menurut Hart (dalam Jewkes dan Letherby, 2002). Dalam prakteknya, ada sebuah konsensus (persetujuan umum) yang menyatakan bahwa tujuan utama dalam sebuah penegakan hukuman mengarah ke empat aspek berikut: (A) pencegahan (baik 'khusus' untuk pelaku individu dan 'umum' untuk memberikan efek jera pada suatu kelompok); (B) rehabilitasi (untuk membentuk ulang karakter pelaku, bukan membuat takut seseorang untuk meraih masa depan dengan perilaku yang baik); (C) pelumpuhan (mencegah pelaku melakukan kejahatan dalam masyarakat - biasanya dengan cara mengunci atau mengurung pelaku); (D) pemberlakuan hukuman yang setimpal (membuat pelaku menderita hukuman karena mereka layak mendapatkannya).

2.3.1.1 Tujuan Hukum Pidana

Tujuan pidana terdiri dari Reformation, Restraint, Restribution dan Detterence. Reformation (reformasi) berarti memperbaiki atau merehabilitasi penjahat menjadi orang baik dan berguna bagi masyarakat. Restraint maksudnya mengasingkan pelanggar dari masyarakat. Retribution ialah pembalasan terhadap pelanggar karena telah melakukan kejahatan. Detterence, berarti menjera atau mencegah sehingga baik terdakwa sebagai individual maupun orang lain yang

(10)

20

potensial menjadi penjahat akan jera atau takut untuk melakukan kejahatan, melihat pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa (Hamzah, 2008).

2.3.2 Jenis Hukum Pidana dalam KUHP

Pasal 10 KUPH menjelakan mengenai pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana terdiri atas:

1) Pidana pokok: a. Pidana mati b. Pidana penjara c. Pidana kurungan d. Pidana denda e. Pidana tutupan 2) Pidana tambahan

a. Pencabutan hak-hak tertentu

b. Perampasana barang-barang tertentu c. Pengumuman putusan hakim

2.3.3 Pasal yang Memberi Hukuman Mati

Di dalam KUHP diatur dalam beberapa pasal yang hukumannya adalah hukuman mati seperti pada pasal berikut:

(11)

21

1) Pasal 104 (Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah).

2) Pasal 111 (mengadakan hubungan dengan negara asing menggerakannya untuk melakukan permusuhan atau terjadi perang). 3) Pasal 124 ayat 3 (memberitahu atau menyerahkan suatu tempat kepada

musuh waktu perang).

4) Pasal 140 ayat 3 (merencanakan makar terhadap raja atau kepala negara sahabat dengan direncanakan terlebih dahulu dan menyebabkan kematian).

5) Pasal 340 (pembunuhan dengan rencana).

6) Pasal 365 ayat 4 (pencurian yang mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih).

7) Pasal 444 (pembajakan dilaut yang mengakibatkan kematian).

Selain yang ditetapkan datas, hukuman mati dapat diberikan juga kepada kasus terorisme, narkotik dan korupsi.

2.4 Pengertian Narapidana

Menurut Simorangkir, terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (dalam Sofyan dan Asis, 2014).

(12)

22

Jenis-jenis pidana dalam KUHP di Indonesia dalah pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, pidana denda, pidana tutupan dan pidana bersyarat. Adapun yang akan dibahas lebih mendalam pada bagian ini adalah tentang pidana mati.

2.5 Dampak psikologis yang dialami terpidana mati

2.5.1 Fenomena Hukuman Mati

Para Psikolog dan pengacara di Amerika Serikat berpendapat bahwa periode yang berlarut-larut dan ketidakpastian pada waktu eksekusi dalam batas-batas hukuman mati dapat membuat narapidana bunuh diri, delusi dan gila. Fenomena ini dikenal sebagai ―fenomena hukuman mati‖ (death row fenomena) (dalam deathpenaltyinfo.org). Penelitian mengenai fenomena ini masih belum banyak diteliti (Smith,2008).

2.5.2 Mengkhayal hukuman yang ditunda

Kondisi lain yang dirasakan oleh narapidana mati adalah ―mengkhayal hukuman yang ditunda‖. Dalam psikiatri, kondisi ini disebut delusion of reprieve. Kondisi tersebut dirasakan narapidana mati sesaat sebelum hukuman mati dilaksanakan. Dia berkahayal bahwa dia akan diampuni pada menit-menit terakhir (Frankl, 2008).

(13)

23 2.6 Nusa Kambangan

Lokasi penelitian dilaksanakan pada Nusakambangan yang memiliki 7 lapas yakni; lapas terbuka, lapas batu, lapas besi, lapas narkotik, lapas permisan, lapas kembang kuning dan lapas pasir putih. Lapas terbuka diperuntukan untuk napi yang dalam waktu dekat habis masa hukumannya. Lapas narkotika diperuntukan kepada narapidana yang terjerat kasus narkotik, serta lapas pasir putih yang terkenal dengan Security Maximum System (SMS).

2.6.1 Lapas KembangKuning kelas IIA

Penelitian ini dilakukan pada salah satu lapas di Nusakambangan, yakni lapas Kembangkuning kelas IIA. Dengan total populasi terpidana sebanyak 215 orang diantaranya sebanyak 32 menjalani kurang 1/3 masa pidana, 1/3 masa pidana sebanyak 42 orang, ½ masa pidana sebanyak 85 orang, 2/3 masa pidana sebanyak 42 orang, 7 terpidana seumur hidup dan 7 orang terpidana mati.

Jenis kejahatan yang ditahan di lapas ini adalah maker, pembunuhan, teroris, narkoba, perampoan, pencurian, KDRT, keasusilaan, kejahatan dll. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lapas kembang kuning yakni pertanian, pertukangan, kerajinan, teknik mesin, peternakan, pesuruh kantor, dapur LP, dll. Terdapat berbagai fasilitas di lapas ini seperti masjid, gereja, dan lapangan olahraga.

Referensi

Dokumen terkait

berusaha ikut berperan serta dalam pembangunan di Kota Surabaya, khususnya dalam pengadaan fasilitas pusat perdagangan yang modem dan lengkap dengan segal a fasilitas

pokok) pada saat harga mahal dan menimbunnya dengan tujuan untuk menjual kembali pada saat harganya lebih mahal. 7) Taghrir, yaitu upaya mempengaruhi orang lain, baik

Soetomo didapatkan bahwa pada pasien trauma tembus yang dilakukan kraniotomi debridement kurang dari 12 jam post trauma diikuti pemberikan antibiotik profilaksis

menyimpulkan bahwa penampilan produksi ayam pedaging yang dipelihara pada lantai 3 lebih baik dibandingkan pada lantai 1 dengan indikator konsumsi dan konversi pakan pada

Dari keseluruhan pembuatan tugas akhir ini dapat ditarik kesimpulan yaitu telah berhasil dibuat media pembelajaran interaktif tentang pengolahan sampah untuk anak SD kelas 1

- Gratis biaya maintenance (biaya jasa dan sukucadang sesuai dengan Service Manual Book) hingga 50.000km atau 4 tahun (mana yang dicapai lebih dahulu) untuk

Perdebatan tentang qunut shubuh ini sudah amat lama dan dalam fiqih madzhab 4 telah mengkristal menjadi dua, yaitu: dalam madzhab Hanafiy dan Hanbaliy tidak perlu