• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

15

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sumber Daya Alam

Gula kelapa adalah salah satu usaha dalam agribisnis. Usaha tersebut umumnya diusahakan dalam skala rumah tangga. Para pengrajin gula kelapa yang umumnya petani banyak dijumpai di Desa Karang Nangka, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga, dan umumnya sudah menekuni usahanya sejak lama. Walau sudah menekuni usaha gula kelapa untuk jangka waktu yang lama akan tetapi kondisi perekonomian rumah tangga para pengrajin gula kelapa tersebut umumnya pas-pasan. Hal ini menunjukkan bahwa sikap mental para pengrajin gula kelapa dalam berwirausaha di bidang agroindustri cukup kuat untuk bertahan.

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan jenis tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kelapa termasuk jenis tumbuhan dari famili Palmae dari genus Cocos. Bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan hampir seluruh bagiannya, diantaranya akar, batang daun dan buahnya, sehingga pohon ini sering disebut sebagai pohon kehidupan.

Tanaman kelapa dapat tumbuh optimal pada dataran rendah hingga tinggi. Kondisi topografi yang sesuai adalah pada kemiringan lereng 0-40%. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa adalah 20-35ᵒC. Jumlah ketersediaan air tanaman kelapa memiliki curah hujan 1.000-5.000 mm, jumlah bulan kering 0–6 dan kelembaban udara >50% . Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kelapa adalah jenis tanah yang memiliki fraksi liat yang dominan seperti liat berpasir, liat, liat berdebu dan lain sebagainya. Di desa Karang Nangka memiliki iklim yang sangat cocok bagi pertumbuhan kelapa, salah satu pelaku usaha yang sudah sejak lama menggeluti usaha penderes nira sekaligus pengrajin gula kelapa bapak Hadiwinoto.

4.2. Proses Usaha, Pengolahan dan Inovasi Petani

Usaha tani penderes nira sudah dimulai secara turun-temurun dari orang tua sebelumnya, mulai dari resiko menjadi petani nira hingga kegiatan yang dilakukan para petani nira, proses produksi gula kelapa yang low tech dan low cost memakan waktu ± 14 jam. Proses produksi gula kelapa cetak terdiri dari delapan tahap yaitu penyadapan nira, pemurnian nira kelapa, pemanasan nira, penurunan buih,

(2)

pemanasan lanjut, titik poin, pengadukan kemudian lanjut ke tahapan pencetakan. Hal ini diperjelas oleh bapak Hadiwinoto sebgai informan.

“Saya menjadi petani nira sejak lama kira-kira 30 tahuan lalu, dari orang tua saya dulu sudah jadi penderes nira. Memang sudah dari dulu dari masih muda, soalnya pekerjaannya bisa disambi dengan pekerjaan lain tidak kerja itu-itu aja kan menderesnya cuma pagi sore saja di lain waktu bisa kerja yang lain menjadi penderes nira juga tidak perlu modal yang besar asal bisa naik pohon kelapa, kalau resiko ya sudah pasti semua pekerjaan beresiko terlebih sebagai petani nira tentu resiko jatuh dari pohon kelapa tapi ya saya selalau berhati-hati agar tidak terjatuh”(P.AU.2).

Penderes nira kelapa pada umumnya dilaksanakan oleh para pengrajin sebagai usaha sampingan. Hal tersebut dikarenakan waktu penyadapan dapat dilakukan pada pagi dan sore hari. Usaha ini tergolong jenis home industry karena pengerjaannya secara individual, di rumah masing-masing pengrajin.

“Petani nira di Desa Karang nangka sudah sejak lama bahkan dari saya masih kcil sudah ada tapi pengolahannya untuk di desa Karang nangka sendiri masih masih tergolong cara tradisional”(K.AU.1).

Penyadapan biasanya dilakukan oleh para laki-laki, kemudian proses pemasakan hingga menjadi gula cetak setengah jadi dilakukan oleh para wanita di rumah.

“Gak ada nderesnya sendiri aja, tapi sesudah di rumah hasil dersan di bantu sama istri saya untuk di panaskan niranya agar tidak asam, dulu sih anak saya kadang membantu di sore hari tapi biasa juga saya sendirian palingan istri saya yang membantu memasak nira kalau udah sampai di rumah”(P.AU.3).

Proses pengolahan gula kelapa di tingkat petani dilakukan dengan peralatan yang sangat sederhana masih cara tradisional, yaitu menggunakan kuali, pengaduk dan tungku kayu bakar, Gula kelapa cetak dari hasil olahan para pengrajin (petani) biasanya langsung dijual ke pasar atau pengumpul yang datang pada hari-hari tertentu. Selain daya tahan yang pendek, gula kelapa cetak memiliki kelemahan, yaitu tingkat harga yang tidak stabil (tidak adanya kepastian harga).

Secara umum dapat di gambarkan proses pembuatan gula kelapa dari nira hingga menjadi gula kelapa atau gula cetak sebagai berikut :

(3)

Gambar 4.1. proses pembuatan gula kelapa.

Salah satu keberhasilan pembuatan gula kelapa dari nira setelah di lakukan proses pemasakan nira adalah penyaringan dan pencetakan sehingga di peroleh gula cetak yang memiliki warna yang menarik serta kualitas bagus. Gula kelapa yang dihasilkan oleh pengrajin tidak semua memiliki kualitas yang baik hal ini dikarenakan nira di pengarui oleh air jika di musim penghujan nira akan cepat berubah menjadi asam, sehingga mempengarui kualitas gula hasil olahan. Hal tersebuat mempengarui harga jual yang didapat oleh petani pengraji.

“Kalau jual ya ke pasar dulu ada yang sering pesan dan ada juga pembeli yang datang untuk membeli tapi harganya murah ya mendingan saya jual sendiri ke pasar, kalau jual sendiri di pasar harganya Rp8000/kgnya”(P.HJ.18)

Pencetakan dalam kojor

Penyaringan (membersihkan nira dari kotoran kasar)

Pemanasan nira selama ±8 jam dengan api tungku yang merata agar memisahkan kotoran

halus dan buih

Pendinginan

Gula cetak Nira kelapa

(4)

Kualitas hasil olahan mempengaruhi harga jual dan permintaan akan jumlah gula kelapa yang beredar di pasaran hal ini seperti yang di paparkan oleh key informant bapak Saroyo selalu mantan pelaku usaha gula kelapa.

“Kalau harga jual itu biasanya dipengaruhi kualitas hasil olahan, permintaan setiap konsumen berbeda, harga jual rendah kualitasnya tidak baiak petani dalam mengolah nya tidak memperhatikan kebersihan, kalau harga gula yang bagus Rp30 000 ribu per kgnya”(K.HJ.18)

Untuk menghasilkan gula kelapa cetak yang baik, tentu petani melalui tahapan-tahapan yang memerlukan, proses yang lama dan hal-hal yang dipertimbang kan oleh pelaku usaha nira.

“Proses pengolahan nira kelapa yang sudah diturunkan dari pohon kelapa selama sehari semalam, disaring dahulu, lalu di masukan kedalam kuali besar, setelah itu di rebus selama ± 8 jam di atas tunggku api tanpa henti selama peroses perebusan waktu mendidihakan terjadi pengembangan dan penguapan yang keras kemudian sedikit demi sedikit di masukan obat pengeras (zat kapur) tunggu sampai air nira menjadi kental dan berubah warna menjadi kuning kecoklat-coklatan dan selama peroses perebusan itu di aduk secara terus menerus, setelah 8 jam kuali di turunkan dari tungku api kemudian di aduk selama 30 menit agar terjadi pengentalan dan penggumpalan, nira yang sudah mengental di tuangkan kedalam cetakan yang telah di susun di atas papan pencetak, cetakan berupa tempurung kelapa atau bambu yang di potong sesuai takaran yang di inginkan, kemudian biarkan dalam cetakan selama 30 menit, tunggu sampai kering agar mudah di pisahkan dari cetakan, hasil ceakan adalah gula kelapa yang telah kering yang berbentuk sesuai cetakan”(K.HP.17)

(5)

Gambar 4.3.Proses penyaringan nira kelapa

Lokasi usaha pengolahan gula kelapa sebaiknya berada didekat sumber bahan baku yaitu nira kelapa. Hal ini disebabkan daya tahan nira kelapa hanya tiga jam sebelum menjadi asam akibat proses fermentasi. Oleh karena itu, bahan baku perlu penanganan yang cepat, nira hasil sadapan harus segera diolah menjadi gula cetak. “Kalau jarak dari rumah sih tidak begitu jauh di dekat kebun sebelah tapi yang bikin lama naik pohonnya itu kalau pas hujan licin jadi harus hati-hati ketinggian pohon kelapa juga ada yang sampai 12 meter jadi lama kadang juga nira yang di peroleh tidak bisa diolah jadi gula karena bercampur dengan air hujan”(P.RK.4) Sebagai pelaku usaha penderes sekaligus pengrajin gula kelapa tentu memperhatikan biaya-biaya yang dikeluarkan, besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah hasil olahan. Komponen dari biaya operasional adalah pengadaan bahan baku, bahan pendukung, biaya tenaga kerja, Sebagai penderes sekaligus pengrajin gula kelapa hal yang perlu diperhatikan selama proses pengolahan.

“Ya kalau hal teknis sih sebenarnya banyak yang perlu di perhatikan cuman kan ya mau bagaimana lagi tempatnya juga ya seperti ini apa adanya semua masih tradisional, dulu sih sempat ada pendampingan dari dinas pertanian agar meningkatkan kualitas hasil olahan dan juga jenis produk olahan menjadi gula semut tetapi programnya hanya berjalan beberapa waktu saja setelah itu tidak ada pendampingan lagi ya kembali lagi ke produk olahan gula kelapa cetak karena biaya yang di keluarkan lebih murah dan tidak ribet”(P.PA.11)

(6)

Profesi petani penderes nira saat ini kurang diminati oleh generasi muda. Banyak generasi muda yang lebih memilih untuk kerja di pabrik atau menjadi buruh di kota yang berangkat pagi pulang petang namun mempunyai gaji yang jelas dari pada bertani yang hasilnya pun belum jelas.

“Lah bagaimana anak muda mau menekuni pekerjaan sebagai penderes hasilnya tidak pasti, Ya kalau ada yang mau meneruskan malah lebih bagus tapi anak muda sekarang kan pada gak mau, kalau gak ada yang meneruskan, pohon usaha nira ini, pohon kelapanya mau di kemanakan di jual juga itu peninggalan dari orang tua”.(P.IP.25)

Tidak adanya kepastian harga yang diberikan oleh pengepul terhadap petani membuat petani betergantungan dan tidak bisa memperoleh penghasilan yang lebih. Keterbatasan ruang pasar bagi petani membuat petani terpuruk dan terperangkap kedalam hutang, yang harus dibayar petani. Dengan hasil deresan dan olahan gula kelapanya, kaum mudapun tidak meminati pekerjaan sebagai penderes karena di anggap tidak memiliki kepastian dalam penghasilan, padahal jika hasil olahannya memiliki mutu dan memiliki pasar yang jelas akan memberikan hasil yang cukup.

“Kalau sebagai penderes sekaligus pengrajin gula kelapa, penghasilan tidak menentu bahkan biasanya penghasilan mereka di bawah rata-rata penghasilan usaha tani lainnya, maka dari itu pekerjaan penderes dan pembuat gula kelapa sudah tidak di minati kaum muda, mereka lebih memilih bekerja sebagai buruh bangunan merantau ke luar daerah di bandingan membantu oarang tua atau usaha membuat gula kelapa karena hasil tidak menjanjikan”(K.HJ.22).

Hasil penelitian menyatakan bahwa petani hanya mengolah air nira atau air yang diambil dari pohon kelapa menjadi gula kelapa dalam bentuk gula kelapa cetak, tanpa ada inovasi-inovasi lainnya untuk pengembangan produksi dari gula kelapa itu sendiri. Akan tetapi dalam pengolahan gula kelapa menjadi gula semut sekarang jarang lagi dilakukan, hal ini disebabkan program sosialisasi atau penyuluhan sekarang sudah tidak ada lagi. Di desa Karang Nangka, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga, sudah pernah dilakukan sosialisasi pengolahan gula kelapa menjadi gula semut, akan tetapi karena sekarang sudah tidak ada lagi penyuluhan tersebut para petani penderes nila pada akhirnya memilih bentuk olahan berupa gula jawa/cetak. Profesi petani penderes nira saat ini kurang diminati oleh generasi muda. Banyak generasi muda yang lebih memilih untuk kerja di pabrik

(7)

yang berangkat pagi pulang petang namun mempunyai gaji yang jelas dari pada bertani yang hasilnya pun belum jelas.

4.3. Proses Aktivitas Penjualan Yang Di Lakukan Oleh Petani Nira Kelapa Usaha gula kelapa di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan untuk dikembangkan. Hal tersebut dapat diketahui dari tingginya permintaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, khususnya untuk jenis gula cetak, yang seringkali sulit dipenuhi, Proses penjualan nira yang sudah diolah menjadi gula jawa di desa Karang Nangka Kabupaten Purbalingga sempat mengalami pasang surut, Harga gula kelapa ditentukan oleh musim, dimana musim hujan saat nira melimpah harga turun, sebaliknya saat musim kemarau saat nira sedang berkurang harga naik. Secara umum harga per kg untuk gula kelapa cetak berkisar antara Rp 8.000,- sampai dengan Rp 12.000,-

“Yaa kalau di jual sendiri kepasar sih, bisa Rp12000 00 /kg nya

Tapi ada juga Rp8000 00 tergantung kualitas dan warna gulanya”(P.HJ.21). Menurut Utomo,(2012), penjualan dapat diartikan sebagai sebuah usaha atau langkah konkrit yang di lakukan untuk memindahkan suatu produk, baik itu berupa barang ataupun jasa, dari produsen kepada konsumen sebagai sasarannya, tujuan utama penjualan yaitu mendatangkan keuntungan atau laba dari produk ataupun barang yang dihasilkan produsennya dengan pengelolaan yang baik. Dalam pelaksanaannya, penjualan sendiri tak akan dapat dilakukan tanpa adanya pelaku yng bekerja didalamnya seperti agen, pedagang.

(8)

Gula kelapa yang dikenal juga dengan nama gula cetak atau gula merah adalah salah satu bahan pemanis untuk pangan yang berasal dari pengolahan nira kelapa. Gula kelapa kebanyakan diperdagangkan dalam bentuk bongkahan padat dengan bangun geometri yang bervariasi tergantung tempat mencetak yang digunakan pada saat pembuatannya. Gula kelapa bisa dikonsumsi sebagai bahan pemanis untuk makanan ataupun minuman sebagaimana bahan pemanis yang lain seperti gula pasir, gula aren, gula siwalan, dan sebagainya. Namun juga digunakan sebagai bahan baku pada beberapa industri pangan antara lain kecap dan minuman instan. Gula kelapa yang sudah melalui proses pengolahan yang sudah di cetak dan siap untuk di simpan di kumpulkan pada wadah yang telah di siapkan. Proses penjualan gula kelapa tidak sulit, akan tetapi hasil penjualan kelapa belum dapat dikatakan mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

“Gak tentu kalau hasil tergantung cuaca juga kalau musim hujan pendapatan menderes nira juga kurang, kalau muasim rada panas gitu kan biasa bisa naik pohon kelapa 20- 30 pohon 15 liter biasanya dapat niranya tapi tidak menentu”(P.AM.8) Selain itu keberadaan calo atau pengepul gula kelapa juga sempat ada, tetapi karena harga beli yang murah para petani penderes lebih memilih menjual gula kelapanya di pasar. Hal ini berdasarkan hasil wawancara :

“Dulu sempat ada calo yang ambil Kalau harga di pasar kita dapat menjual dengan harga tinggi ya layak-layak saja tapi kalau dengan harga di bawah rata-rata terlalu murah. Dulu sih ada calok begitu tapi membeli dengan harga murah banyak yang tidak mau jual penderes lebih baik menahan gula dan menjualnya sendiri ke pasar, tapi kalau sudah ada ikatan dangan calo ya mau tidak mau melepas dengan harga yang jauh di bawah rata-rata”(P.HJ.19)

Keberadaan calo atau pengepul juga sempat meresahkan pendapatan petani pengolah nira menjadi gula kelapa karena harga yang ditawarkan mereka di bawah harga pasaran hal ini di sampaikan oleh key informant.

“Petani pengolah gula kelapa mereka ada yang terikat dengan pengepul dan ada juga menjaul sendiri ke pasar, biasanya petani yang terikat dengan pengepul petani yang sudah meminjam berupa uang sebelumnya dan mereka harus membayarnya dengan gula hasil olahan mereka walau harga yang di patok pembeli lebih rendah

daripada harga pasar semestinya mereka terpaksa memberikan hasil

olahanya”(K.HJ.20)

Pada dasarnya penjualan merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk mencari pembeli, mempengaruhi, dan memberi petunjuk agar pembelian dapat

(9)

menyesuaikan kebutuhannya dengan produksi yang ditawarkan serta mengadakan perjanjian mengenai harga yang menguntungkan kedua belah pihak. Intinya pengertian ini penjualan yaitu perjanjian yang menguntungkan antara pembeli dan penjual.

Hasil penelitian menyatakan bahwa proses penjualan nira yang sudah diolah menjadi gula kelapa di Desa Karang Nangka, Kabupaten Purbalingga, sempat mengalami pasang surut. Penjualan gula jawa tidak sulit, akan tetapi hasil penjualan belum dapat dikatakan mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

4.4. Dampak Usaha Penderes Nira Kelapa Terhadap Kesejahteraan Petani Kesejahteraan Sosial, adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Pengertian ini menunjukan bahwa sejahtera sebenarnya tidak hanya melulu pada kecukupan material saja, akan tetapi terpenuhinya juga unsur spiritual dan sosial dari seseorang (Pradipta, 2017).

“Kalau dampak nyatanya sih dari hasil deresan tidak bisa memperoleh apa-apa kalau Cuma menghandalkan dari hasil olahan gula cetak yang harganya tidak seberapa yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur saja malah kalau pas musim hujan malah tidak dapat sama sekali”(P.IP.24)

Menurut Pradipta (2017), kesejahteraan petani adalah kemampuan daya beli dari pendapatan petani untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran rumah tangga petani. Peningkatan kesejahteraan dapat diukur dari peningkatan daya beli pendapatan untuk memenuhi pengeuarannya tersebut, semakin tinggi daya beli pendapatan petani terhadap kebutuhan konsumsi maka semakin tinggi nilai tukar petani berarti secara relatif lebih sejahtera. Nilai tukar petani berkaitan dengan kekuatan relatif daya beli komoditas hasil pertanian yang di hasilkan/dijual petani dengan barang dan jasa yang dibeli/dikonsumsi oleh petani juga semakin kecil nilai jual yang di peroleh petani semakin kecil pula kesempatan petani untuk mendapatkan barang atau jasa yang di inginkan petani.

“Kalau hasil gula yang di peoleh tidak pernah dihitung sampai bulanan secukupnya aja biasa ahsil olahan kalau sudah terkumpul 4-5 kg juga sudah di jual ya mungkin kalau di kumpul sampi sebulan mungkin sampai 20 kg tapi kalau menunggu satu bulan baru di jual bagaimana memenuhi kebutuhan dapur”(P.HP.16)

(10)

Pada hakekatnya strategi berarti hal yang berkaitan dengan cara dan usaha masyarakat, atau suatu bangsa mencapai tujuannya agar memperoleh suatu hal atau tercapainya keinginan (Moertopo, 1974).

Berbeda dengan Scott, 1990 menjelaskan mekanisme survival sebagai upaya yang dilakukan kelompok miskin guna mempertahankan hidupnya. Upaya tersebut diantaranya yakni mereka mengurangi frekuensi makan yang mutunya lebih rendah. Di samping itu menggunakan alternatif subsisten lainnya dengan melakukan “swadaya” yang mencakup kegiatan-kegiatan seperti berjualan kecil-kecilan, bekerja sebagai tukang, buruh lepas atau bermigrasi serta upaya terakhir menggunakan jaringan-jaringan sosial yang berfungsi sebagai pengetahuan kepada petani selama masa krisis ekonomi untuk lebih kreatif lagi melangsungkan kehidupan keluarga.

“Jual ke pasar jika tidak ada pembeli yang ambil ke rumah biasnya istri saya jual ke warung tetanggu di tukar dengan beras dan perlengkapan dapur lainnya”(P.HJ.20) Menurut Partini dkk dalam Juwanita (2004), strategi sering dilakukan untuk menyiasati kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama dalam keadaan mendesak atau mendadak. Berbagai strategi dilakukan dengan meminjam uang, menjual barang-barang simpanan seperti perhiasan ataupun menggadaikan barang. Strategi cenderung dilakukan pada saat kebutuhan mendadak, antara lain dalam keadaan sakit, membayar sewa rumah dan kekurangan dalam kebutuhan hidup sehari-hari.

Hasil penelitian menyatakan keberadaan calo atau pengepul gula kelapa juga sempat ada, tetapi karena harga beli yang murah para petani penderes lebih memilih menjual gula kelapanya di pasar, menjadi pelaku usaha penderes dan pengolah gula kelapa tidak memiliki kepastian akan pengkasian guna memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari karenanya pekerjaan sebagai penderes nira dan pengrajin gula sudah mulai tidak di minati oleh kaum muda.

Gambar

Gambar 4.1. proses pembuatan gula kelapa.
Gambar 4.2.Penyadapan Nira Kelapa
Gambar 4.3.Proses penyaringan nira kelapa

Referensi

Dokumen terkait

pendaftaran dan penerimaan mahasiswa baru yang dilakukan setiap tahun diSekolah Tinggi Manajemen Dan Ilmu Komputer Musi Rawas (STMIK MURA) adalah ketika

Hasil analisis menunjukan bahwa berdasarkan model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat adanya pengaruh dari rasio keuangan yang terdiri dari Return On Equity (ROE),

Perbedaan luas areal yang ditetapkan untuk kawasan sabuk hijau Seoul CapitalRegion ini dapat dilihat tidak hanya dalam besaran kontribusi suatu wilayah administrasi tertentu

Variabel sanitasi fasilitas pedagang kaki lima nasi tempe penyet di Jalan Karangmenjangan meliputi 8 sub variabel, yaitu lokasi berjualan, konstruksi warung

Pertama system yang dibuat telah berhasil dengan baik, yaitu ditandai dengan telah berhasilnya mikrokontroler mengirimkan data menuju server dengan komunikasi

Kebijakan yang digunakan adalah tuntutan-tuntutan kebijakan (policy demands), keputusan-keputusan kebijakan (policy decisions) dan hasil-hasil kebijakan (policy