• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Peranan

Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto (2000 ; 268) adalah sebagai berikut :

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.

Konsep tentang peranan menurut Komaruddin (1994 ; 768) sebagai berikut:

1. Bagian utama yang harus dilakukan oleh seseorang dalam manajemen, 2. Pola penilaian yang diharapkan dalam menyertai suatu status,

3. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok,

4. Fungsi yang diharapkan seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya,

5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa peranan merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai hubungan dua variabel yang mempunyai hubungan sebab akibat.

(2)

2.2 Auditing

2.2.1 Pengertian Audit

Pemeriksaan atau yang lebih dikenal dengan audit bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan sudah selaras dengan yang telah ditetapkan, sehingga disimpulkan bahwa audit merupakan suatu proses membandingkan antara fakta yang ada dengan yang seharusnya. Definisi audit yang dikutip dari Wikipedia.org adalah :

Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.

Arens, Elder, dan Beasley (2003 ; 15) mendefinisikan auditing sebagai berikut : Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan criteria criteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan independen.

Menurut Mulyadi (2002 ; 9) adalah :

Auditing adalah suatu proses sistematika untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Dari definisi tersebut dapat dilihat tentang beberapa karakteristik dari audit, yaitu :

1. Audit merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti atau informasi.

2. Adanya bukti audit (evidence) yang merupakan informasi atau keterangan yang digunakan oleh seorang auditor untuk menilai tingkat kesesuaian informasi.

3. Adanya tingkat kesesuaian (degree of correspondence) dan kriteria tertentu (established criteria).

(3)

4. Audit harus dilakukan oleh seorang auditor yang memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk melakukan audit. Seorang auditor harus kompeten dan independen terhadap fungsi atau satuan usaha yang diperiksanya.

5. Adanya pelaporan dan mengkomunikasikan hasil audit kepada pihak yang berkepentingan.

2.2.2 Jenis jenis Audit

Arens, Elder, dan Beasley (2003 ; 19) menuliskan jenis jenis audit ke dalam tiga tipe, yaitu :

1. Operational Audit ( audit operasional )

Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian bagian tertentu suatu prosedur operasi dan metode yang terdapat pada perusahaan, bertujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas. Pada saat penyelesaian audit operasional, auditor memberikan rekomendasi kepada pihak manajemen untuk meningkatkan atau memperbaiki segi operasional perusahaan.

2. Compliance Audit ( audit kepatuhan )

Audit kepatuhan dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan apakah pihak yang diperiksa telah mengikuti atau mematuhi prosedur prosedur, aturan atau regulasi tertentu yang telah ditentukan oleh pihak yang memiliki wewenang lebih tinggi.

3. Financial Statement Audit ( audit atas laporan keuangan )

Pemeriksaan laporan keuangan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah keseluruhan laporan keuangan ditampilkan sesuai dengan criteria tertentu yang telah ditentukan.

2.2.3 Standar Auditing

Indonesia memiliki standar auditing yang dideskripsikan dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Dewan Standar professional Akuntan Publik sebagai bahan teknis IAI Kompartemen Akuntan Publik, sekarang disebut dengan Institut Akuntan Publik Indonesia ( IAPI ) dimana telah menerbitkan pernyataan pernyataan tentang Standar Auditing tersebut.

(4)

Standar Auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh IAI terdiri dari 10 standar yang terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

A. Standar Umum

1. Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

B. Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semsetinya.

2. Pemahaman yang memadai tentang pengendalian internal harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan auditan.

C. Standar Pelaporan

1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang namanya auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.

(5)

2.3 Audit Internal

2.3.1 Pengertian Audit Internal

Secara umum audit internal adalah fungsi penilaian yang bebas atau independen yang dilakukan oleh pegawai perusahaan yang bersangkutan. Penilaian tersebut meliputi seluruh aktivitas perusahaan termasuk penilaian terhadap struktur organisasi, rencana-rencana, kebijakan, prestasi pegawai, dan ketaatan terhadap prosedur.

Pengertian audit internal menurut Standar Profesi Audit Internal (2004 ; 9) adalah sebagai berikut :

Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses governance.

Menurut Sawyer, yang dikutip Hiro Tugiman (2008 ; 5) mendefinisikan audit internal sebagai berikut :

internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control and governance processes.

Yang berarti bahwa audit internal adalah suatu aktivitas independen dan objektif yang memberikan jaminan keyakinan dan konsultasi yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan organisasi serta membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya dan juga memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan manajemen resiko, pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi.

(6)

Tabel 2.1

Perbandingan Konsep Kunci Pengertian Audit Internal

Lama Baru 1999

1. Fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam suatu organisasi

2. Fungsi penilaian

3. Mengkaji dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi

4. Membantu agar para anggota organisasi dapat menjalankan tanggung jawabnya secara efektif

5. Memberi hasil analisis, penilaian, rekomendasi, konseling dan informasi yang berkaitan dengan aktivitas yang dikaji dan menciptakan pengendalian efektif dengan biaya yang wajar.

1. Suatu aktivitas independen objektif

2. Aktivitas pemberian jaminan keyakinan dan konsultasi 3. Dirancang untuk memberikan

suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan organisasi

4. Membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya 5. Memberikan suatu pendekatan

disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektivan manajemen risiko, pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi.

Audit internal dilakukan oleh seseorang yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan yang disebut sebagai auditor internal. Untuk menjamin kelancaran tugas guna memperoleh suatu hasil yang memuaskan secara independen dan objektif, auditor internal diberi wewenang yang jelas dalam

(7)

menjalankan tugasnya serta menempati kedudukan khusus dalam struktur organisasi.

Dari beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa :

1. Audit internal merupakan suatu kegiatan penilaian dalam suatu organisasi usaha dan dilakukan secara berkesinambungan.

2. Audit internal bertanggung jawab kepada manajemen puncak atas hasil pekerjaan yang dilaksanakan.

3. Audit internal merupakan alat kontrol bagi manajemen yang berfungsi mengukur dan menilai keefektifan alat-alat pengendalian lainnya.

4. Objek penelitian, audit dan penilaian bagi audit internal adalah prosedur prosedur, catatan catatan dan ketentuan lain yang telah ditetapkan pimpinan perusahaan.

5. Penilaian yang dilakukan secara objektif dan independen.

2.3.2Fungsi Audit Internal

Fungsi audit intenal adalah membantu manajemen dengan jalan memberi landasan tindakan manajemen selanjutnya.

Standar Profesi Audit Internal (2004 ; 19) menyatakan bahwa :

Penanggungjawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal secara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi.

Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan secara singkat bahwa fungsi audit internal adalah sebagai alat bantu bagi manajemen untuk menilai efisien dan keefektifan pelaksanaan struktur pengendalian intern perusahaan, kemudian memberikan hasil yang berupa saran atau rekomendasi dan memberi nilai tambah bagi manajemen yang akan dijadikan landasan untuk mengambil keputusan atau tindakan selanjutnya.

2.3.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal

Tujuan audit internal menurut Hiro Tugiman yang dikutip Nova Paulina (2009 ; 13) adalah sebagai berikut :

(8)

Tujuan pelaksanaan audit internal adalah membantu agar para anggota organisasi dapat menjalankan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu, auditor internal akan memberikan berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, konseling, dan informasi yang berkaitan dengan aktivitas yang dikaji dan menciptakan pengendalian efektif dengan biaya yang wajar.

Berdasarkan pengertian tersebut tujuan audit internal adalah memberikan pelayanan kepada perusahaan untuk membantu semua anggota perusahaan tersebut. Bantuan yang diberikan sebagai tujuan akhir agar semua anggota perusahaan dapat melakukan semua tanggung jawab yang diberikan dan dibebankan kepadanya secara efektif. Audit internal membantu manajemen dalam hal mencari kemungkinan yang paling baik dalam penggunaan sumber modal secara efisien dan efektif, termasuk efektivitas pengendalian dalam biaya wajar. Semua bantuan audit internal tersebut diberiakn melalui analisis analisis, penilaian, saran saran, bimbingan dan informasi tentang aktivitas yang diperiksa.

Lingkup penugasan audit internal menurut Standar Profesi Audit Internal (2004 ; 20) adalah sebagai berikut :

Fungsi Auditor Internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian dan

governance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan

menyeluruh.

Lingkup penugasan audit internal, yaitu: 1. Pengelolaan Risiko

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern.

2. Pengendalian

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut, serta medorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan.

(9)

3. Proses Governance

Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan-tujuan berikut:

a. Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam organisasi b. Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas c. Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian kepada

unit-unit yang tepat dalam organisasi

d. Secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dari, dan mengkomunikasikan informasi di antara pimpinan, dewan pengawas, auditor internal dan ekternal serta manajemen.

Ruang lingkup kegiatan audit internal mencakup bidang yang sangat luas dan kompleks meliputi seluruh tingkatan manajemen baik yang sifatnya administratif maupun operasional. Hal tersebut sesuai dengan komitmen bahwa fungsi audit internal adalah membantu manajemen dalam mengawasi jalannya roda perusahaan. Namun demikian, audit internal bukan bertindak sebagai mata mata tetapi merupakan mitra yang siap membantu dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi.

Menurut Sawyer, yang dikutip Hiro Tugiman (2008 ; 9) mendefinisikan ruang lingkup fungsi audit internal sebagai berikut :

The internal audit activity should evaluate and contribute to the improvement of risk management of risk management, control, and governance processes using a systematic and disciplined approach.

Pengertian tersebut menjelaskan bahwa aktivitas audit internal meliputi penilaian dan pengkontribusian perbaikan dari manajemen risiko, proses pengaturan dan pengelolaan organisasi dengan menggunakan suatu pendekatan disiplin yang sistematis.

Jadi secara terperinci, ruang lingkup audit internal adalah melakukan penilaian atas pengendalian internal, penilaian atas pencatatan laporan perusahaan, serta penilaian atas hasil seluruh kegiatan perusahaan. Audit internal juga harus memebrikan keyakinan bahwa catatan laporan dan pelaksanaan kegiatan bagi perusahaan telah dilaksnakan dengan baik. Tujuan dan ruang lingkup audit internal sangat luas tergantung pada besar kecilnya organisasi dan permintaan dari manajemen organisasi yang bersangkutan.

(10)

2.3.4 Wewenang dan Tanggung Jawab Audit Internal

Dalam menjalankan fungsinya, seorang auditor internal dituntut untuk mempunyai berbagai kecakapan teknis dan teoritis yang memadai, yang disertai dukungan yang tegas dari manajemen, sehingga dengan adnya dukungan tersebut diharapkan dapat diperoleh suatu umpan balik dari manajemen. Dengan kata lain, dengan adnya dukungan dan otorisasi dari manajemen, saran dan temuan temuan akan diperhatikan dan diadakan tindak lanjut, karena audit yang dilakukan adalah untuk dan atas nama manajemen.

Mengenai wewenang dan tanggung jawab audit internal, Standar Profesi Audit Internal (2004 ; 15) menyebutkan bahwa:

Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam Charter Audit Internal, konsisten dengan Standar Profesi Audit Internal, dan mendapat persetujuan dari Pimpinan dan Dewan pengawas Organisasi.

Jadi dimaksudkan agar tujuan, kewenanangan dan tanggung jawab audit internal harus dinyatakan dalam dokumen tertulis secara formal.

Sedangkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2001 ; 322.1) mengemukakan tanggung jawab auditor internal sebagai berikut :

Auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi serta informasi lain kepada manajemen entitas dan dewan komisaris, atau pihak lain yang setara wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk memenuhi tanggung jawabnya tersebut, auditor internal mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya.

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa wewenang dan tanggung jawab auditor internal adalah sebagai berikut:

1. Memberikan saran-saran kepada manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan kode etik yang berlaku agar tercapai tujuan organisasi.

(11)

2. Audit Internal bertanggung jawab untuk memproleh persetujuan dari manajemen senior dan dewan terhadap dokumen tertulis yang formal untuk bagian auidt internal, menegaskan lingkup pekerjaan yang tidak dibatasi, dan menyatakan bahwa bagian audit internal tidak memiliki kewenangan atau tanggung jawab kegiatan yang mereka periksa.

2.3.5Unsur-unsur Audit Internal

Kegiatan audit internal yang dilaksanakan pada dasarnya haruslah mencakup unsur unsur sebagai berikut :

1. Memastikan/memverifikasi (verification)

Merupakan suatu aktivitas penilaian dan pemeriksaan dan kebenaran data dan informasi yang dihasilkan dari suatu sistem akuntansi sehingga dapat dihasilkan laporan akuntansi yang akurat yaitu cepat dan dapat dipercaya. Catatan yang telah diverifikasi dapat ditentukan oleh audit internal tertentu apakah terdapat kekurangan dan kelemahan dalam prosedur pencatatan untuk diajukan saran-saran perbaikan.

2. Menilai/mengevaluasi (evaluation)

Merupakan aktivitas penilaian secara menyeluruh atas pengendalian akuntansi keuangan dari kegiatan menyeluruh berdasarkan kriteria yang sesuai. Hal ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kesimpulan yang menyeluruh dari kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan perusahaan.

3. Rekomendasi (rekomendation)

Merupakan suatu aktivitas penilaian dan pemeriksaan terhadap ketaatan pelaksanaan dan prosedur operasi, prosedur akuntansi, kebijakan dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan (tindakan korektif kepada manajemen), sehingga dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur audit internal, yaitu memastikan/memverifikasi (verification), menilai, menevaluasi

(12)

2.3.6Kode Etik Audit Internal

Kode etik dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku individu agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh seseorang dari anggota profesi tertentu dapat menyebabkan berkurangnya rasa kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi secara keseluruhan.

Seperti halnya profesi lain, profesi audit internal juga mempunyai kode etik tertentu. Kode Etik menurut Standar Profesi Audit internal (2004 ; 28) adalah sebagai berikut :

Kode etik adalah prinsip prinsip yang relevan terhadap profesi dan praktek praktek internal auditing, serta aturan perilaku yang menjelaskan perilaku yang diharapkan dari seorang auditor internal.

Kode etik tersebut memerintahkan auditor internal untuk mendukung kepentingan dan kesejahteraan organisasi, dengan cara sebaik mungkin, menjalankan kode etik, serta menghindarkan diri dari aktivitas ilegal atau yang sepantasnya tidak dilakukan.

Sejalan dengan pernyataan tentang tanggung jawab auditor internal, kode etik tidak memandang auditor internal sebagai pihak yang bebas atau terpisah dari organisasi. Karenanya, kode etik tidak mengikat auditor internal dengan berbagai tugas atau tanggung jawab terhadap pihak lain di luar perusahaan.

2.3.7 Independensi dan Kompentensi Audit Internal

Independensi bagi auditor internal sangat penting untuk efektivitas pemeriksaan. Untuk mencapai efektivitasnya auditor internal harus bertindak seobjektif dan seefektif mungkin. Hal ini sangat bergantung pada kedudukan audit internal terhadap bagian yang diperiksanya, independensi dan status audit internal dalam organisasi untuk mencapai audit yang efektif harus didukung sikap yang tidak memihak dari auditor internal.

Arens, Elder, dan Beasley (2003 ; 124) membagi independensi menjadi dua macam, yaitu:

(13)

Independensi dalam fakta hadir saat auditor benar benar mempertahankan perilaku yang tidak bias di sepanjang audit.

2. Independensi dalam penampilan :

Independensi dalam penampilan adalah hasil dari interpretasi lainnya dari independensi ini.

Jadi independensi dapat diartikan juga sebagai suatu hal yang sangat penting untuk mencapai keefektifan audit internal. Independensi para auditor internal adalah mampu membebaskan diri dari berbagai kepentingan yang dapat mengganggu objektivitas dan integritas auditor serta amapu membebaskan diri dari berbagai hal yang menimbulkan kesan bahwa auditor tidak independen.

Sedangkan menurut Standar Profesi Audit Internal (2004 ; 39) independensi adalah sebagai berikut :

Audit internal dikatakan independen apabila dapat melaksanakan tugasnya secara bebas dan objektif. Dengan kebebasannya, memungkinkan auditor internal untuk melaksanakan tugasnya dengan tidak berpihak. Independensi dan objektivitas dapat dicapai melalui status organisasi dan sikap objektif dalam melaksanakan tugasnya.

Berdasarkan definisi yang telah diuraikan, hal hal tersebut dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektif dari auditor internal sebagai berikut :

1. Status Organisasi

Status organisasi dari bagian audit internal haruslah memberikan keleluasaan untuk memenuhi tanggung jawab audit yang diberikan kepada bagian tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya jaminan yang memungkinkan diperolehnya cakupan daerah audit yang memadai untuk mencapai tujuan penerapan tanggung jawab.

2. Objektivitas

Objektivitas adalah sikap mental yang tidak memihak pada pihak pihak tertentu dan mengemukakan pendapat seperti apa adanya. Oleh karena itu, auditor internal haruslah ditempatkan pada suatu situasi dan kondisi yang memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara memadai.

(14)

Kompentensi auditor internal adalah pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dari audit internal. Auditor internal harusnya memiliki pengetahuan, kecakapan dan berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab auditnya. Kriteria keahlian dan pelatihan teknis yang diperlukan oleh seorang auditor internal harus terpenuhi untuk mendapatkan kualitas hasil audit yang diinginkan. Oleh karena itu, auditor internal haruslah ditempatkan pada suatu situasi dan kondisi yang memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya.

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2001 ; 322.3) mengemukakan bahwa pada waktu menentukan kompetensi auditor internal, auditor harus memperoleh atau memutakhirkan informasi dari audit tahun sebelumnya mengenai faktor faktor berikut ini :

1. Tingkat pendidikan dan pengalaman profesi audit internal. 2. Ijazah profesi dan pendidikan professional berkelanjutan. 3. Kebijakan, program dan prosedur audit.

4. Praktik yang bersangkutan dengan penugasan auditor internal. 5. Supervisi dan review terhadap aktivitas auditor internal.

6. Mutu dokumentasi dalam kertas kerja, laporan dan rekomendasi. 7. Penilaian dan kinerja auditor internal.

Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota sekiranya tidak menggambarkan dirinya sendiri memiliki keandalan atau pengalaman yang tidak mereka miliki. Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung jawabnya, setiap anggota harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingakatan profesionalisme tinggi. Dengan demikian, kompetensi auditor internal harus menerapkan pengetahuan, kecakapan dan pengalaman yang diperlukan dalam melaksnakan jasa audit internal.

(15)

2.3.8Program Audit Internal

Program audit merupakan rangkaian yang sistematis dari prosedur prosedur audit untuk mencapai tujuan audit untuk melaksanakan audit dengan hasil yang baik diperlukan program audit yang lengkap, rinci dan terarah.

Program audit merupakan alat untuk perencanaan, pengarahan dan pengendalian pekerjaan audit internal untuk mencapai tujuan.

Dengan demikian program audit merupakan acuan dan langkah kerja yang harus dijadikan pedoman selama pelaksanaan audit, sehingga hasil audit akan tercapai sesuai dengan tujuan bagi pemakai laporan hasil audit internal.

Program audit menurut Mulyadi (2002 ; 104) adalah sebagai berikut : Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu, sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk menentukan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit .

Dalam program audit, auditor menyebutkan prosedur audit yang harus diikuti dalam melakukan verifikasi setiap unsur yang tercantum dalam laporan keuangan, tanggal dan paraf pelaksanaan program audit tersebut, serta penunjukkan indeks kertas kerja yang dihasilkan.

Dengan demikian, program audit berfungsi sebagai suatu alat yang bermanfaat untuk menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan audit. Program audit dapat digunakan untuk merencanakan jumlah orang yang diperlukan untuk melaksanakan audit serta komposisinya, jumlah asisten dan auditor yang akan ditugasi, taksiran jam yang akan dikonsumsi, serta untuk memungkinkan auditor yang berperan sebagai supervisor dapat mengikuti kemajuan audit yang sedang berlangsung.

Menurut Hiro Tugiman (1997;58) program audit haruslah mencangkup : 1. Membuktikan prosedur pemeriksaan dalam pengumpulan, analisis,

penafsiran, dan penyimpangan informasi yang diperoleh selama pemeriksaan

2. Menetapkan tujuan pemeriksaan.

3. Menentukan lingkup dan tingkat pengujian yang diperlukan untuk mencapai tujuan pemeriksaan.

4. Mengidentifikasi aspek-aspek teknis, resiko, proses, dan transaksi yang akan diteliti.

(16)

5. Menetapkan sifat dan luas pengujian yang diperlukan.

6. Merupakan persiapan awal pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan dan perubahan bila dipandang perlu selama pemeriksaan .

Berdasarkan uraian diatas program audit adalah tindakan-tindakan atau langkah kerja yang terperinci dan dilaksanakan dalam audit dengan didasarkan pada tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta informasi yang ada mengenai objek yang diperiksa. Program audit biasanya menyatakan ukuran sampel khusus untuk dipilih pada saat pengujian.

2.3.9Laporan Audit Internal

Laporan audit internal merupakan suatu refleksi dan pandangan professional seorang pemeriksa. Pelaporan yang efektif dihasilkan oleh kualitas yang baik dari kerja sebelumnya. Namun, pemeriksaan yang baik akan sia sia hanya karena cara pelaporan yang tidak memadai.

Laporan audit internal dibuat setelah selesai melakukan audit laporan yang ditujukan kepada manajemen. Pada dasarnya audit internal dirancang untuk memperkuat sistem pengendalian internal, untuk menentukan ditaatinya prosedur atau kebijakan yang telah digariskan oleh manajemen dan meyakinkan bahwa pengendalian internal yang ditetapkan cukup baik, ekonomis dan efektif. Oleh karena itu, auditor internal haruslah melaporkan kepada manajemen apabila terdapat penyimpangan penyimpangan yang berarti dan mengusulkan cara cara perbaikannya, apabila disetujui oleh manajemen, auditor internal akan mengawasi perbaikan tersebut.

Laporan audit dianggap baik jika memenuhi persyaratan yang dikemukakan Hiro Tugiman dan dikutip oleh Nova Paulina (2009 : 23) sebagai berikut :

1. Objektivitas

Suatu laporan audit objektif membicarakan pokok persoalan dalam audit, bukan perincian procedural atau hal hal yang diperlukan dalam proses.

(17)

2. Kewibawaan (Authoritativeness)

Laporan yang berwibawa adalah laporan audit harus dapat dipercaya dan mendorong pembacanya untuk setuju dengan substansi yang terdapat dalam pelaporan tersebut. Meskipun para pembaca belum tentu akan menerima temuan, simpulan dan rekomendasi auditor internal, namun mereka cenderung untuk tidak menolak. Hal tersebut dikarenakan mereka percaya pada laporan yang dibuat oleh auditor internal.

3. Keseimbangan

Laporan audit yang seimbang adalah laporan yang memberikan gambaran tentang organisasi dan aktivitas yang ditinjau secara wajar dan realitas.

4. Cara penulisan yang profesional

Laporan yang ditulis secara professional adalah laporan yang ditulis dengan memperhatikan sejumlah unsur, yaitu struktur, kejelasan, keringkasan, nama laporan dan pengendalian.

2.3.10 Kriteria Audit Internal

Kriteria audit internal menurut Hiro Tugiman dalam Standar Profesional Audit Internal ( 1997 : 20-79) adalah sebagai berikut :

1. Independensi

Para auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secra bebas dan objektif. Kemandirian para pemriksa internal dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa parasangka, yang mana sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Independensi mencakup :

a. Status Organisasi

Status organisasi dari bagian audit internal haruslah memberikan keleluasaan untuk memenuhi tanggung jawab audit yang diberikan kepada bagian tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya jaminan yang memungkinkan diperolehnya cakupan daerah audit yang memadai untuk mencapai tujuan penerapan tanggung jawab.

(18)

b. Objektivitas

Objektivitas adalah sikap mental yang tidak memihak pada pihak pihak tertentu dan mengemukakan pendapat seperti apa adanya. Oleh karena itu, auditor internal haruslah ditempatkan pada suatu situasi dan kondisi yang memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara memadai.

2. Kemampuan Profesional

Kemampuan profesional merupakan tanggung jawab bagian audit internal dan auditor internal. Oleh karena itu, bagian audit internal harus menugaskan staf audit yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan kecakapan ilmu yang diperlukan dalam melakukan audit yang layak. kemampuan profesional yang harus dimiliki oleh bagian audit internal adalah sebagai berikut:

a. Keahlian

Keahlian professional merupakan tanggung jawab pimpinan fungsi audit internal dan masing masing/ perorangan auditor internal. Pimpinan fungsi audit internal harus menjamin bahwa auditor yang ditujuk untuk setiap penugasan secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian dan kompetensi lainnya untuk melaksanakan penugasan secara memadai.

b. Kecermatan professional

Kecermatan professional mengharuskan penerapan kecermatan dan keahlian umumnya diterapkan oleh auditor internal yang pruden dan kompeten, yang mengahadapi situasi yang sama. Oleh karenanya, kecermatan professional harus sesuai dengan kompleksitas penugasan yang sedang dilaksanakan.

c. Pengembangan professional yang berkelanjutan

Auditor internal bertanggung jawab untuk melanjutkan pendidikan mereka untuk dapat mempertahankan keahliannya. Mereka harus selalu memperoleh informasi mengenai peningkatan dan perkembangan terkini dari standar profesi audit internal, prosedur, dan teknik pemeriksaan. Pendidikan berkelanjutan dapat diperoleh dengan cara menjadi anggota dan partisipasi didalam organisasi profesi,

(19)

seperti menghadiri konferensi, seminar, kursus dan ikut berpartisispasi didalam proyek proyek penelitian.

3. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan pemeriksaan internal harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab.

4. Pelaksanaan Kegiatan Pekerjaan

Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan menindak lanjuti

(follow-up). Auditor internal bertanggung jawab untuk merencanakan dan

melaksanakan tugas pemeriksaan, yang harus disetujui atau direview oleh pengawas.

5. Manajemen Bagian Audit Internal

Pimpinan audit internal harus bertanggung jawab dan mengelola bagian audit internal secara tepat, sehingga :

a. Pekerjaan pemeriksaan memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab yang disetujui oleh manajemen senior dan diterima oleh dewan ; b. Sumber daya bagian audit internal dipergunakan secara efisien dan

efektif ;

c. Pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar profesi.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa sangatlah penting bagi setiap auditor untuk dapat memenuhi kriteria kriteria tersebut karena dengan terpenuhinya kriteria kriteria tersebut maka akan menunjang setiap pelaksanaan audit internal perusahaan.

2.4 Pengertian Minimal

Pengertian minimal menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2001 ; 363) yaitu :

Minimal adalah sedikit dikitnya ; sekurang kurangnya.

Dapat disimpulkan bahwa meminimalkan adalah suatu kegiatan yang membuat sesuatu menjadi sedikit / berkurang.

(20)

2.5 Kecurangan

2.5.1Pengertian Kecurangan

Pengertian kecurangan menurut The Institute of Internal Auditors (IIA) yang dikutip oleh Soejono Karni (2000 ; 34), yaitu:

Kecurangan mencakup suatu ketidakberesan dan tindak ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja. Ia dapat lakukan untuk manfaat dan atau kerugian organisasi oleh orang diluar atau didalam organisasi

Sedangkan Kitab Undang undang Hukum Pidana seperti yang dikutip oleh Theodorus M. Tuanakotta (2006 ; 95) menyebutkan pasal pasal yang mencakup pengertian kecurangan (fraud) diantaranya :

Pasal 362 Pencurian : Mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau

sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum.

Pasal 368 Pemerasan dan Pengancaman : Dengan maksud untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekuasaaan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang maupun menghapuskan piutang.

Pasal 372 Penggelapan : dengan sengaja melawan hukum memiliki barang

sesuatu yang seluruhnya atau sebagiannya adalah kepunyaan orang lain tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan .

Pasal 378 Perbuatan Curang : dengan maksud untuk menguntungkan diri

sendiri atau orang lain secara melanggar hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk, menyerahkan sesuatu barang kepadanya atau supaya memberi utang maupun menghapus piutang.

2.5.2 Klasifikasi Kecurangan

Kecurangan dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam menurut Soejono Karni (2000 ; 35), yaitu :

(21)

1. Kecurangan Manajemen (Management Fraud)

Kecurangan ini dilakukan oleh orang dari kelas sosial ekonomi yang lebih atas dan terhormat yang biasa disebut white collar crime (kejahatan kerah putih). Kecurangan manajemen ada dua tipe yaitu kecurangan jabatan dan kecurangan korporasi. Kecurangan jabatan dilakukan oleh seseorang yang mempunyai jabatan dan menyalahgunakan akan jabatannya itu. Kecurangan korporasi adalah kecurangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan demi memperoleh keuntungan bagi perusahaan tersebut misalnya manipulasi pajak.

2. Kecurangan Karyawan (Non Management Fraud/Employee fraud)

Kecurangan karyawan biasanya melibatkan karyawan bawahan. Kadang-kadang merupakan pencurian atau manipulasi. Dibandingkan dengan karyawan para manajemen, kesempatan untuk melakukan kecurangan pada karyawan bawahan jauh lebih kecil. Hal ini disebabkan mereka tidak mempunyai wewenang karena pada umumnya semakin tinggi wewenang semakin besar kesempatan untuk kecurangan.

3. Kecurangan Komputer(Computer fraud)

Tujuan pengadaan komputer antara lain digunakan untuk pencatatan operasional atau pembukuan suatu perusahaan. Kejahatan komputer dapat berupa pemanfaatan berbagai sumber daya komputer diluar. Peruntukan yang sah dan perusakan atau pencurian fisik atas sumber daya komputer itu sendiri

2.5.3 Kecurangan Menurut Akuntansi dan Auditing

Dilihat dari sudut pandang akuntansi Soejono Karni (2000 ; 44) mengelompokkan kecurangan menjadi menjadi empat yaitu :

1. Kecurangan korporasi dilakukan oleh pejabat, eksekutif dan atau manajer pusat laba dan perusahaan publik untuk kepentingan perusahaan jangka pendek.

2. Kecurangan pelaporan adalah penyajian laporan keuangan yang merusak integritas informasi keuangan dan dapat mempengaruhi korban seperti pemilik, kreditor bahkan kompetitor.

3. Kecurangan manajemen dilakukan manajer tingkat atas untuk kepentingan sendiri dengan jalan menyalahgunakan wewenang.

(22)

4. Kegagalan audit adalah kegagalan auditor untuk dapat mendeteksi dan mengoreksi atau mengungkapkan setiap kelalaian atau kesalahan besar dalam penyajian laporan keuangan yang antara lain karena auditor tidak menerapkan prosedur audit yang seharusnya terutama pada transaksi yang besar.

Menurut Bologna seperti yang di kutip oleh Amin Widjaja (2001 : 9) kecurangan adalah penggambaran yang salah dari fakta material dalam buku besar atau dalam laporan keuangan. Bisa juga kecurangan yang ditujukan kepada pihak luar misalnya penjual, pemasok, kontraktor konsultan dan pelanggan dengan cara penagihan yang berlebihan.

2.5.4 Kecurangan Menurut Perspektif Hukum

Menurut Bologna yang dikutip oleh Amin Widjaja (2001 ; 8) Kecurangan dalam arti hukum adalah penggambaran kenyataan materi yang salah yang disengaja untuk tujuan membohongi orang lain sehingga orang lain mengalami kerugian ekonomi. Hukum dapat memberi sanksi sipil dan kriminal untuk perilaku tersebut. Sanksi kriminal dapat melibatkan penilaian denda atau dipenjara. Sanksi sipil dapat termasuk penggantian kerusakan utnuk kerugian yang dialaminya.

Kecurangan dalam hukum kriminal dapat di sebut dengan berbagai nama, misalnya penipuan, kebohongan, pencurian dengan akal, kupon palsu, masukan yang salah, menipu dan lain sebagainya.

2.5.5 Faktor Pendorong Terjadinya Kecurangan

Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya kecuarangan sebagai akibat antara tekanan dan kebutuhan sesorang dengan lingkungan yang memungkinkan bertindak. Soejono Karni (2000 ; 38) menyatakan pendapatnya tentang faktor pendorong terjadinya kecurangan sebagai berikut :

a. Lemahnya pengendalian internal

1. Manajemen tidak menekankan perlunya peranan pengendalian internal 2. Manajemen tidak menindak pelaku kecurangan

3. Manajemen tidak mengambil sikap dalam hal terjadinya conflict of

(23)

4. Internal auditor tidak diberi wewenang untuk menyelidiki para eksekutif terutama menyangkut pengeluaran yang besar.

b. Tekanan keuangan terhadap seseorang

1. Banyak utang 2. Pendapatan Rendah 3. Gaya hidup mewah

c. Tekanan non financial

1. Tuntutan pimpinan di luar kemampuan karyawan

2. Direktur utama menetapkan satu tujuan yang harus dicapai tanpa dikonsultasikan terlebih dahulu kepada bawahannya.

3. Penurunan penjualan.

d. Indikasi lain

1. Lemahnya kebijakan penerimaan pegawai 2. Meremehkan integritas pribadi

3. Kemungkinan koneksi dengan orang kriminal.

Ciri-ciri atau kondisi adanya kecurangan menurut Soejono Karni (2000;43) adalah sebagai berikut :

a. Terdapat angka laporan keuangan yang mencolok dari tahun-tahun sebelumnya.

b. Adanya perbedaan antara buku besar dengan buku pembantu c. Perbedaan yang ditemui melalui konfirmasi

d. Transaksi yang tidak didukung oleh bukti yang memadai

e. Transaksi yang tidak dicatat sesuai dengan otorisasi manajemen, baik yang umum maupun yang khusus.

f. Terdapat perbedaan kepentingan (Conflict of Interest)

Teori mengenai kecurangan dan faktor penyebab terjadinya kecurangan lainnya adalah Triangle fraud. Seperti yang dikutip oleh Theodorus. M. Tuanakotta (2006 ; 106)

(24)

Gambar 2.1

1. Opportunity yaitu kondisi yang bisa mendukung seseorang untuk menutupi

kecurangan yang dilakukannya.

2. Pressure atau tekanan merupakan motivasi yang berasal dari seseorang

untuk melakukan kecurangan. Termasuk didalamnya motivasi ekonomi. 3. Rationalization atau mencari kebenaran sebelum melakukan kejahatan,

bukan sesudahnya. Mencari pembenaran sebenarnya merupakan bagian dari motivasi untuk melakukan kejahatan.

2.5.6Kriteria Kecurangan (Fraud)

Kriteria kecurangan menurut Khairiansyah Salman, S.E (Materi Kuliah Umum : Metode Efektif dalam Pengungkapan Kecurangan) adalah sebagai berikut:

1. Penyimpangan kewajiban pelaku : Adanya tekanan.

Kesempatan yang mendukung. Sikap rasionalisasi.

2. Bertujuan langsung maupun tidak langsung : Keuntungan keungan pribadi.

(25)

3. Adanya kerugian :

Kerugian karena sajian laporan keuangan. Kerugian asset dan non asset suatu objek. Kerugian pendapatan suatu objek. 4. Aturan yang belum jelas :

Akuntabilitas fungsional. Proses dibalik pintu tertutup.

Kerangka hukum yang tidak jelas, komprenhensif dan tidak transparan.

2.6 Pengertian Proses

Pengertian proses menurut Wikipedia.org adalah sebagai berikut :

Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya.

Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2001 ; 457) , yaitu : Proses adalah runtutan perubahan peristiwa dalam perkembangan sesuatu.

2.7 Pengadaan Barang 2.7.1 Pengertian Pengadaan

Pengadaan adalah sektor dimana guna memperoleh barang atau jasa dengan harga yang dapat dipertanggung jawabkan, dengan jumlah dan mutu sesuai, serta tepat pada waktunya.

(26)

2.7.2 Hambatan dalam Proses Pengadaan

1. Inefisiensi

a. Proses dan tatacara yang tidak sederhana

b. Persaingan tidak sempurna dalam suatu lingkungan usaha c. Rendahnya daya saing barang/jasa domestik

2. Kurang maksimalnya peran belanja a. Belanja yang inefisien dan inefektif

b. Kurang termanfaatkannya belanja sebagai pasar bagi usaha domestik pada bidang usaha yang efek penggandanya besar

c. Kurang mendorong keinginan peningkatan kemampuan usaha d. Pasar yang pasti untuk tumbuhnya industri dan usaha jasa baru 3. Governance

a. Transparansi bagi semua stakeholder

b. Partisipasi seluruh komponen masyarakat dalam rangka checks and

balances

c. Akuntabilitas

2.7.3 Undang undang Pengadaan Barang

2.7.3.1 Jadwal Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

Pasal 12

Pengguna barang/jasa wajib mengalokasikan waktu yang cukup untuk penayangan pengumuman, kesempatan untuk pengambilan dokumen, kesempatan untuk mempelajari dokumen, dan penyiapan dokumen penawaran.

2.7.3.2 Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri

Pasal 13

1. Pengguna barang/jasa wajib memiliki Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan.

2. HPS disusun oleh panitia/pejabat pengadaan dan ditetapkan oleh pengguna barang/jasa.

3. HPS digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran harga penawaran termasuk rinciannya dan untuk menetapkan besaran

(27)

tambahan nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran yang dinilai terlalu rendah, tetapi tidak dijadikan dasar untuk menggugurkan penawaran.

4. Nilai total HPS terbuka dan tidak bersifat rahasia.

5. HPS merupakan salah satu acuan dalam menentukan tambahan nilai jaminan.

2.7.4 Ciri ciri Pengadaan Efektif

Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2006 ; 283) sistem pengadaan yang . baik berfungsi dengan efektif perlu mencakup ciri ciri sebagai berikut :

1. Kerangka hukum yang jelas, komprehensif, dan transparan.

Hal tersebut dapat dilihat dari adanya pemasangan iklan yang luas tentang kesempatan kesempatan penawaran, pengungkapan sebelumnya tentang semua kriteria untuk mendapatkan kontrak, pemberian kontrak yang didasarkan atas kriteria yang objektif bagi penawaran yang dinilai paling rendah, pemaparan publik bagi penawaran penarawan itu, akses terhadap mekanisme peninjauan untuk keluhan penawar, pengungkapan publik dari hasil hasil proses pengadaan, dan pemeliharaan catatan lengkap tentang seluruh proses tersebut.

2. Kejelasan tentang tanggung jawab tanggung jawab dan akuntabilitas fungsional.

Hal tersebut sudah termasuk penunjukan tanggung jawab yang jelas atas pengelolaan proses pengadaan, memastikan bahwa aturan aturan ditaati, dan mengenakan sanksi sanksi jika aturan aturan itu dilanggar.

3. Suatu organisasi yang bertanggung jawab untuk kebijakan pengadaan dan untuk pengawasan penerapan tepat dari kebijakan tersebut.

Secara ideal badan ini bertanggung jawab pula untuk mengelola proses pengadaan. Badan tersebut harus memiliki wewenang dan independensi untuk bertindak tanpa takut atau pilih kasih dalam menjalankan tanggung jawab tanggung jawabnya.

4. Suatu mekanisme penegakan.

Tanpa penegakan, kejelasan aturan dan fungsi tidak ada artinya. Badan audit harus dilatih untuk mengaudit pengadaan publik dan memulai tindakan

(28)

terhadap mereka yang melanggar aturan aturan. Dan pemerintah perlu menetapkan mekanisme mekanisme yang memiliki kepercayaan penuh dari pada penawar.

5. Staf pengadaan yang terlatih baik.

Staf yang baik dapat dijadikan kunci untuk memastikan sistem pengadaan yang sehat.

2.8 Peranan Audit Internal dalam Meminimalkan Kecurangan (Fraud) pada Proses Pengadaan

Kegiatan audit internal yang ada dalam perusahaan bukan dimaksudkan untuk meniadakan semua kemungkinan terjadinya kesalahan dan penyelewengan, akan tetapi diadakan untuk menekan terjadinya kesalahan dan penyelewengan dalam batas batas biaya yang sering terjadi. Keberadaan audit internal bukanlah sebagai mata dan telinga manajemen untuk mengawasi dan menindak bila auditor menemukan kasus kecurangan. Auditor internal akan membantu dalam usaha membentuk identitas yang sesungguhnya dalam hal kecurangan bila ia menerima tanda yang jelas dan kosisten dari klien utamanya yaitu manajemen puncak dan atau dari dewan komisaris perusahaan. Walaupun pengawasan internal merupakan sumber informasi yang berguna bagi manajemen, metode pengumpulan informasi kecurangan sifatnya sangat sensitif, sehingga membutuhkan profesionalisme yang tinggi.

Kecurangan tersebut merupakan konsep kemitraan yang menghendaki agar auditor internal memandang pihak manajemen sebagai klien pihak klien, bukan seorang tersangka. Kecurangan merupakan hal yang menjadi urusan manajemen, sedangkan auditor internal hanya berperan dalam memberikan saran berdasarkan keahlian yang dimilikinya. Auditor internal harus tetap menangani masalah pengendalian dan menjauhkan diri dari maslah keadilan dalam menyelesaikan persoalan kecurangan yang terjadi di perusahaan.

Peran auditor internal adalah untuk memastikan apakah kecurangan itu memang ada atau tidak, untuk menilai atau mengevaluasi suatu aktivitas berdasarkan kriteria yang tepat dan untuk merekomendasikan suatu rangkaian tindakan kepada pihak manajemen. Peran tersebut harus dijalankan dengan posisi

(29)

yang independen dan kompeten agar kualitas pelayanannya dapat memuaskan pihak pemakai informasi.

Dengan demikian pengawasan internal bukanlah aktivitas mematai matai dalam hal kecurangan melainkan membantu manajemen dalam menjaga agar kecurangan tidak terjadi dengan hanya membantu memberikan saran dan nasehat sehubungan dengan sistem pengendalian internal yang dibuat oleh manajemen. Auditor internal bukan menindak lanjuti tetapi sekedar menilai dan mengevaluasi, karena tindakan lebih lanjut ada ditangan manajemen sepenuhnya. Fungsi pengawasan internal tidak akan diterapkan dengan baik bila lingkungan perusahaan tidak memiliki kerjasama positif antara seluruh elemen (terutama dari manajemen) yang terdapat didalamnya.

Auditor internal perlu menemukan cara yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap keuntungan perusahaan, agar dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dalam perusahaan, karena hal tersebut hanya dapat dilakukan bila ada kerjasama dengan pihak manajemen dan auditee. Oleh karena itu auditor internal secara progresif harus merubah peran yang tidak tetap dan menyesuaikan diri dengan kultur yang pada umunya terdapat dalam perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengendalian internal, struktur organisasi yang kuat dan adanya fungsi audit internal yang efektif akan mendorong kuatnya penerapan pengendalian internal di suatu

Jika diterjemahkan secara bebas, audit internal merupakan suatu fungsi penilaian yang objektif dan sistematis oleh auditor internal tentang kegiatan dan pengendalian dalam

Jika diterjemahkan secara bebas, audit internal merupakan suatu fungsi penilaian yang objektif dan sistematis oleh auditor intrnal tentang kegiatan dan pengendalian

Menurut pernyataan APB, audit internal merupakan suatu fungsi penilaian independen yang dibentuk oleh manajemen untuk mereview sistem pengendalian intern

Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal dalam SPAI (2004;26) menyatakan : “Apabila manajemen senior telah memutuskan untuk menanggung risiko residual yang

Perilaku tidak etis manajemen dan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta

Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal (2004;18), yaitu: “Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun prosedur tindak lanjut untuk memantau dan

Penelitian yang dilakukan Brenda Tiffani (2011) dengan judul penelitian ”Audit Manajemen Untuk Menilai efektivitas fungsi sumber daya manusia. (studi kasus pada fakultas