• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Hakekat Pembelajaran Ilmu pengetahuan sosial

Ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu yang mempelajari, menelaah, dan menganalisis gejala sosial dimasyarakat dengan mempelajari dari berbagai aspek kehidupan. Menurut Mulyono Tj, (1980 : 8) Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu pendekatan

interdisipliner (interdisciplinary approach) dari pelajaran ilmu-ilmu

soial, seperti sosiologi antropologi budaya, psikologi, sosial, sejarah, geografi, ekonomi, politik, dan sebagainya.

Tim IKIP Surabaya mengemukakan IPS merupakan bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benar-benar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah sekolah.

Dalam proses pembelajaran, guru sebagai agen pembahasan memiliki peranan untuk menyampaikan hal-hal baru yang bersifat inovatif kepada siswa. Seperti yang dikemukakan Maman Abdurahman 1991. Orientasi kepada siswa harus lebih banyak mendapatkan perhatian yang serius dan utama sehingga akan tercipta suasana interaktif dalam pembelajaran.

Guru menjadi pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif yaitu interaktif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan sebagai sumber belajar.

Menurut Balen, 1993 : (dalam Udin S Winataputra 2005: 94) “Pengembangan ketrampilan yang harus dimiliki siswa adalah ketrampilan berfikir, ketrampilan sosial, dan katrampilan praktis.” Setiap siswa menyukai tantangan (sence of chalanger) dalam belajar.

(2)

Belajar memiliki tantangan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, yang akan mendorong mereka untuk mengetahui lebih jauh akan tantangan itu. Dalam proses pembelajaran tantangan tersebut dapat diciptakan oleh guru dengan mengajukan pada situasi bermasalah, agar siswa peka terhadap masalah yang timbul di lingkungan sekitarnya.

Brookfield 1987: (dalam Udin S Winataputra, dkk 2005 : 96) Berbagai prinsip proses belajar mengajar aktif yang menganut atas keluwesan interaksi guru dengan siswa, sisawa dengan siswa, dan suasana belajar didasarkan pada dialog transaksional yaitu proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara interaktif antara guru dengan siswa. Untuk pembelajaran Ilmu pengetahuan sosial diperlukan model pembelajaran yang dapat mengembangkan cara berfikir kritis pada diri siswa. Model pembelajaran inkuisisi dimulai dari mengajukan pertanyaan yang sifatnya mengandung permasalahan.

Seperti yang dikemukakan oleh Jarrolimek 1997 : (dalam Udin S Winataputra, dkk 2005 : 97) “Tujuan mengembangkan inkuisisi untuk menanamkan sikap dan ketrampilan dalam memecahkan masalah.”

Menurut Nu’man Sumantri, (2001 : 259) mengemukakan bahwa pada dasarnya tujuan pembelajaran IPS di tingkat sekolah dasar antara lain :

1) Mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi. 2) Menumbuhkan warga negara yang baik

3) Dapat menampung para siswa untuk studi lanjutan ke universitas maupun yang akan terjun langsung pada kehidupan masyarakat.

Dari beberapa kajian teori di atas, Pembelajaran Ilmu pengetahuan sosial di Sekolah Dasar hendaknya mengembangkan model pembelajaran interaktif antara guru dan siswa dengan menggunakan sarana belajar yang ada, yang sesuai dengan materi pelajaran dan tingkat kemampuan berfikir siswa. Pembelajaran diharapkan lebih terasa menyenangkan dan bermakna untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

(3)

2.1.2 Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya (Trianto, 2010: 171). Senada dengan pendapat Trianto dan Wahyudi (2002) mengungkapkan bahwa di sekolah dasar ilmu pengetahuan sosial merupakan paduan dari sejumlah pengetahuan sosial seperti lingkungan sosial, geografi, ekonomi, pemerintah, dan sejarah.

Pembelajaran IPS di SD mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. (Depdiknas, 2006).

Mata pelajaran IPS disusun secara sistemats, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat, sehingga siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai, (Depdiknas, 2006).

Berdasarkan penjabaran diatas maka standar kompetesi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang tercantum dalam silabus yang akan digunakan dalam mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut:

TABEL 2.1

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 2. Mengenal sumber daya alam,

kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten / kota dan provinsi

2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

(4)

2.1.3 Model Pembelajaran Think, pair and share

Model pembelajaran Think, pair and share dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland tahun 1985.

Think, pair and share merupakan salah satu model pembelajaran

kooperatif sederhana yang memberi kesempatan kepada pada untuk siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan model pembelajaran ini, yaitu mampu mengoptimalkan partisipasi siswa (Lie, 2004:57).

TPS memiliki langkah-langkah yang ditetapkan untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Langkah-langkah pelaksanaan TPS yang dikemukakan oleh Wardani (2010:32) dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai 2. Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang

disampaikan guru

3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing - masing

4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa

6. Guru memberi kesimpulan 7. Penutup

Model pembelajaran think pair share ini merupakan model pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan dan keuntungan sinergi itu. Oleh karena hal itu Silberman (2009: 161).

Ada beberapa langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe think,

(5)

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa dan mempersiapkan siswa.

2. Menyajikan materi, materi yang disajikan berupa pertanyaan atau isu kemudian meminta siswa untuk memikirkannya secara mandiri (Think).

3. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar, kelompok belajar ini beranggotakan dua orang siswa secara berpasangan.

4. Membimbing kelompok bekerja atau belajar, artinya siswa diminta secara berpasangan sesuai dengan pasangan yang telah ditentukan untuk mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan (Pair).

5. Setelah siswa mendiskusikan dengan teman kelompoknya maka beberapa pasangan kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan meminta pasangan kelompok lain untuk memberi tanggapan (Share).

Think, pair and share memiliki prosedur yang ditetapkan secara

eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu (Nurhadi dkk, 2003:66).

Setelah guru menyajikan suatu topik atau setelah siswa membaca suatu tugas, selanjutnya guru meminta siswa untuk memikirkan permasalahan yang ada dalam topik/bacaan tersebut.

Dalam model ini, siswa memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian berbagi ide dengan seluruh teman di kelas.

Tahap utama dalam pembelajaran Think, pair and share menurut Ibrahim (2000:26-27) adalah sebagai berikut :

1. Thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran. Kemudian siswa diminta memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri beberapa saat.

(6)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan merumuskan jawaban yang dianggap paling benar atau paling meyakinkan.

3. Sharing (berbagi)

Pada tahap akhir, guru meminta agar setiap pasangan berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan, keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran dengan pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi (berdiskusi) dengan pasangannya. Selanjutnya pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif.

Dari penjelasan beberapa ahli tersebut, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tahap Pendahuluan

- Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah

- Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa 2. Tahap think

- Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi

(7)

- Guru memberikan pertanyaan mengenai materi yang disampaikan.

- Siswa merespon pertanyaan mengenai materi yang disampaikan.

3. Tahap pair

- Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya

- Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban pertanyaan mengenai materi yang disampaikan.

4. Tahap share

- Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru.

- Guru memberikan penguatan dan kesimpulan. 5. Tahap Penghargaan

- Siswa dinilai secara individu dan kelompok

2.1.4 Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat

Pendekatan (STM) Sains Teknologi Masyarakat merupakan terjemahan dari science technology and society approach (STS) yang merupakan pendekatan pembelajaran, dikembangkan berdasarkan pada filosofis konstruktivisme. Pendekatan pembelajaran tersebut telah berkembang pesat di Amerika dan Inggris sejak awal tahun 1970. Pendekatan STM ( Sains Teknologi Masyarakat) didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan Sains Teknologi Masyarakat (STM) ini baru diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun 1990.

The National Science Teachers Association (NSTA), mendefinisikan sains teknologi masyarakat sebagai belajar dan mengajar sains dalam konteks pengalaman manusia.

(8)

Secara umum pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM memiliki beberapa karakteristik, seperti yang dikemukakan oleh Yager dalam (Hidayati : 2010) adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak.

2. Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.

3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

4. Penekanan pada keterampilan proses dimana siswa dapat menggunakan dalam memecahkan masalah.

5. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia mencoba untuk memecahkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi.

6. Idenfikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak kepada masyarakat di masa depan.

7. Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.

Menurut William H. Cartwright (dalam Hidayati dkk, 2010), menyatakan bahwa ilmu alam dan ilmu sosial mempunyai kaitan erat dan tidak dapat dipisahkan. Dampak ilmu alam kepada masyarakat merupakan fenomena sosial. Pengaruh kemajuan ilmiah dan teknologi pertanian, kesehatan, dan perang juga berpengaruh terhadap masyarakat. Inipun juga merupakan fenomena sosial. Pemikiran ilmiah akan berpengaruh terhadap alam dimana masyarakat bertempat tinggal. Dengan kenyataan di atas maka kita harus menyadari bahwa memang ada kaitan erat antara ilmu alan dengan ilmu pengetahuan sosial.

Pendekatan STM ini merupakan upaya untuk menyiapkan peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual, emosinal, spiritual, dan sosial yang bermutu tinggi. Dengan demikian tanggung

(9)

jawab siswa sebagai warga masyarakat dituntut kesediaannya untuk mengambil tindakan melalui instrumen-instrumen demokratis untuk mengontrol kekuatan teknologi baik kepada manusia maupun kepada alam, yang merupakan unsur penting bagi keberadaan manusia.

Agar pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan STM dapat berhasil dengan baik, maka diperlukan langkah-langkah dalam pembelajaran. Adapun tahap-tahap implementasi pendekatan STM (dalam hidayati dkk, 2010) dalam pembelajaran sebagai berikut.

1. Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi, dan eksplorasi) yang mengemukakan isu/masalah aktual yang ada di masyarakat.

2. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.

3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis isu/masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasar yang telah dipahami siswa.

4. Tahap pemantapan konsep, dimana guru memberikan pemahaman konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.

5. Tahap evaluasi, dapat berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil.

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan STM, Yager (dalam Sutarno, 2007 : 9.19) menyarankan hendaknya dalam belajar menggunakan strategi konstruktivisme. Yager mengorganisasikan strategi konstruktivisme dalam pengajaran sains dalam STM ke dalam 4 tahap, yaitu tahap invitasi, tahap eksplorasi, tahap penjelasan dan solusi, dan tahap pengambilan tindakan.

1. Pada tahap pertama dalam pembelajaran (invitasi), siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengkaitkan konsep-konsep yang akan

(10)

dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep itu.

2. Pada tahap kedua (eksplorasi), siswa diberi kesempatan untuk penyelidikan dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, penginterpretasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru secara berkelompok/individu siswa melakukan kegiatan dan diskusi. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena disekelilingnya.

3. Tahap ketiga (penjelasan dan solusi), saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat penjelasan baru, membuat solusi, memadukan solusinya dengan teori dari buku, membuat rangkuman dan kesimpulan. Siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Hal ini menjadikan siswa tidak ragu-ragu tentang konsepsinya.

4. Pada tahap keempat (pengambilan tindakan), siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagi informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik bagi individu maupun masyarakat yang berhubungan dengan pemecahan masalah.

Disisi lain, langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM adalah sebagai berikut.

1. Siswa mengidentifikasikan masalah-masalah yang ada di daerahnya dan dampaknya.

2. Dalam memecahkan masalah tersebut siswa dapat menggunakan sumber-sumber setempat (narasumber dan bahan-bahan) untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah.

(11)

3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah nyata dalam hidupnya.

4. Perluasan untuk terjadinya belajar melebihi periode, kelas dan sekolah.

5. Memusatkan pada pengaruh sains dan teknologi pada individu siswa.

6. Pemandangan mengenai sains sebagai bahan lebih dari sekedar yang hanya berisi konsep dan untuk menyelesaikan ujian.

7. Penekanan pada keterampilan proses sains, agar dapat digunakan oleh siswa dalam mencari solusi terhadap masalahnya.

8. Penekanan pada kesadaran mengenai karier, khususnya karier yang berhubungan dengan sains dan teknologi.

9. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan dalam bermasyarakat sebagai usaha untuk memecahkan kembali masalah-masalah yang diidentifikasinya.

10. Menentukan proses sains dan teknologi yang mempengaruhi masa depan.

11. Sebagai perwujudan otonomi setiap individu dalam proses belajar.

Dari penjelasan beberapa ahli tersebut, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tahap imitasi

- Siswa menyimak materi tentang isu / masalah sosial yang ada di lingkungan masyarakat.

2. Tahap invitasi

- Guru memberikan pertanyaan masalah fenomena sosial. - Siswa merespon pertanyaan masalah fenomena sosial. 3. Tahap eksplorasi

(12)

- Pengumpulan data melalui (menyimak, mendengar, diskusi, eksperimen, wawancara dan observasi)

4. Penjelasan masalah

- Siswa menganalisis / mengorganisasikan data. 5. Tahap interpretasi

- Siswa menyampaikan gagasan dalam diskusi, membuat model, membuat solusi dengan teori dan buku, hingga membuat rangkuman dan kesimpulan.

6. Tahap pemantapan proses

- Guru memberikan pemahaman konsep

- Siswa melakukan diskusi dan presentasi, guru memberikan pemahaman konsep (penilaian proses).

- Penilaian hasil. 7. Tahap evaluasi

- Siswa melakukan diskusi dan presentasi dan evaluasi penilaian hasil belajar.

Kombinasi Model Pembelajaran Think, pair and share dengan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran think, pair and share dengan pendekatan sains teknologi masyarakat. Merujuk dari langkah-langkah model pembelajaran think, pair and share serta pendekatan sains teknologi masyarakat maka pengembangan penelitian menggunakan prosedur sebagai berikut :

1. Tahap inisiasi, siswa menyimak materi tentang isu / masalah sosial yang ada dalam masyarakat.

2. memilih topik permasalahan melalui pertanyaan-pertanyaan masalah fenomena sosial.

3. Siswa merespon pertanyaan masalah fenomena sosial. 4. Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya.

(13)

5. Pengumpulan data melalui (menyimak, mendengar, diskusi, eksperimen, wawancara, serta observasi)

6. Siswa menganalisis data.

7. Siswa menyampaikan gagasan dalam diskusi, membuat model, membuat solusi, memadukan solusi dengan teori dari buku.

8. Siswa membuat rangkuman dalam kesimpulan. 9. Siswa membuat laporan masing-masing kelompok.

10. Melakukan presentasi hasil identifikasi, guru memberikan pemahaman konsep.

11. Melakukan refleksi dengan melakukan evaluasi penilaian hasil pembelajaran.

2.1.5 Motivasi Belajar

Motivasi adalah usaha guru untuk membangkitkan atau mendorong kemauan anak untuk belajar (Depdikbud : 1996 : 62). Sedangkan menurut Noehi Nasution (1998 : 9) mengumukakan bahwa motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi belajar bertambah.

Depdikbud (1996 : 61) menyebutkan ada beberapa contoh yang dapat menumbuhkan motivasi siswa di sekolah adalah sebagai berikut : 1. Memberi Angka

Angka atau nilai dapat menumbuhkan motivasi yang kuat.Salah satu sasaran pembinaan belajar siswa yaitu agar siswa mampu memperoleh angka atau nilai tinggi.

2. Penghargaan

Penghargaan dalam berbagai bentuk seperti pujian, pemberian hadiah, pemberian nomor urut rangking pada umumnya dapat membangkitkan dorongan belajar lebih tinggi.

(14)

3. Persaingan

Persaingan dapat mempertinggi semangat, aktivitas dan hasil belajar.Pada dasarnya pemberian angka dan bentuk-bentuk penghargaan tertentu mengundang persaingan.

Menurut morgan bahwa istilah motivasi ada hubungannya dengan psikologi pada umumnya. Menurut moragan motivasi bertalian pada tiga hal yang sekaligus merupakan aspek aspek dari motivasi, ketiga hal tersebut adalah keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating state), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), tujuan dan tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior) (Soemanto, 1998: 203-204).

James O. Whittaken memberikan pengertian secara umum mengenai penggunaan istilah motivation, di bidang psikologi ia mengatakan bahwa motivasi adalah kondisi atau keadan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.

Dengan sederhana Mc Donald memberikan definisi tentang motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan dorongan efketif dan reaksi reaksi dalam usaha mencapai tujuan.

Dalam proses pendidikan beberapa orang guru mungkin merasa tugasnya hanya mengajar, dan tidak untuk memotivasi siswa belajar. Waktu yang digunakan di kelas hanya untuk menyampaikan bahan pelajaran, padahal menyampaikan bahan pelajaran tanpa motivasi, tidak akan menarik minat siswa untuk mempelajarinya.

Dalam istilah pendidik, lebih jauh motivasi dapat dipandang sebagai suatu proses, yaitu proses yang dapat :

1. Mengarahkan para siswa ke dalam pengalaman belajar yang dapat dipercaya.

(15)

3. Memusatkan perhatian siswa kepada suatu pengarahan dalam satu waktu.

Motivasi berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.

Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya dalam memecahkan masalahnya. Sebaliknya seorang yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu di kelas, sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, (1991 : 79 ).

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian ini tidak lepas dari penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dilaksanakan saat ini.

Penelitian oleh Amrih Wicaksono Adi (2012).Pengaruh Pendekatan

Sains Teknologi Masyarakat(STM) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 4 SD Negeri Mangunsari Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh positif signifikan pendekatan STM terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Mangunsari Salatiga semester 2 tahun ajaran 2011/2012.Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain Two Group Posttest Only. Unit penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4 di SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga sebanyak 32 siswa sebagai kelompok eksperimen dan seluruh siswa kelas 4 di SD Negeri

(16)

Mangunsari 07 sebanyak 37 siswa sebagai kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan non tes.Bentuk tes berupa pilihan ganda dan uraian, sedangkan bentuk non tes adalah menyimak, diskusi presentasi dan lembar kerja siswa. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis beda rerata (uji t) hasil belajar IPS dari kelompok eksperimen dan kontrol pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata dari hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan rata-rata skor hasil belajar kelompok eksperimen adalah 90,75 dan ratarata skor hasil belajar kelompok kontrol adalah 80,05. Selisih rata-rata kelompok eksperimen dan kontrol sebesar 10,7. Hasil perhitungan uji T diperoleh nilai t hitung > t tabel (8,299 > 1,996) dan taraf signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05), itu hipotesis diterima. Maka, hipotesis yang berbunyi ada pengaruh positif signifikan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat(STM) terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Mangunsari Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 terbukti. Berdasarkan hasil penelitian disarankan supaya guru dalam pembelajaran IPS menggunakan pembelajaran dengan pendekatan STM sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.Pembelajaran dengan pendekatan STM perlu dikembangkan oleh guru di sekolah agar siswa dapat belajar secara kontekstual dan memecahkan permasalahan berkaitan dengan perkembangan teknologi yang sesuai dengan realita kehidupannya.

Penelitian oleh Sulistiyah Larasfitri (2010). Peningkatan Hasil Belajar

IPA Melalui Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) Pada SiswaKelas III SDN Lesanpuro 4 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.Program SI PGSD, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra

Sekolah Universitas Negeri Malang.Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pada umumnya guru IPA di Sekolah Dasar hanya terpaku pada penggunaan metode ceramah, penggunaan pendekatan pembelajaran berpengaruh pada hasil belajarsiswa.Hal ini terbukti dari hasil observasi yang dilakukan, dengan hanya menggunakan metode ceramah hasil belajarsiswa masih rendah, banyak yang belum mencapai ketuntasan belajar dan aktivitas

(17)

siswa cenderung pasif. Sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajarsiswa diperlukan berbagai metode dan pendekatanlain yang bervariasi yang dapat dijadikan alternatif pengganti metode ceramah. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan hasil belajar IPA siswa kelas III SDN Lesanpuro 4 Kota Malang sebelum diterapkan pendekatan pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat (STM); (2) mendeskripsikan aktivitas belajar IPA setelah diterapkan pendekatan pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat (STM); (3) mendeskripsikan pendekatan pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) dapat meningkatkan hasil belajarsiswa pada mata pelajaran IPA. Rancangan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis dan Mc Taggart melalui dua siklus (siklus I dan II). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III A SDN Lesanpuro 4 dengan jumlah siswa 39 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi.Analisis data yang dilakukan secara kualitatif.Hasil penelitian siklus I menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan STM mampu meningkatkan aktivitas dan prestasibelajarsiswa. Pada siklus I aktivitas belajarsiswa bisa mencapai 75,2% meningkat pada siklus II menjadi 85,5% dan prestasibelajarsiswa pada siklus I dengan rata- rata sebesar 66,3 meningkat pada siklus II menjadi 81,7. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada guru IPA hendaknya menerapkan pendekatan pembelajaran STM sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajarsiswa di kelas dengan menyesuaikan materi yang dipelajari.

Penelitian oleh Nurjanah (2012).Penerapan Pendekatan Sains

Teknologi Masyarakat (STM) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Materi Sumber Daya Alam Dan Pelestariannya Penelitian Tindakan Kelas di SDN 6 Cibogo Kelas III Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 Kec. Lembang Kab. Bandung Barat, S1 PGSD Universitas

Pendidikan Indonesia. Penelitian ini dilatar belakangi realitas di lapangan pada pembelajaran IPA masih menunjukkan sejumlah kelemahan, terutama di sekolah-sekolah yang belum berkembang. Diantaranya dalam pembelajaran

(18)

guru menjelaskan IPA hanya sebatas produk jarang pada keterampilan proses dengan alasan banyaknya materi yang harus disampaikan. Sehingga pembelajaran berpusat pada guru dan aktivitas siswa cenderung pasif.Akibatnya pembelajaran IPA menjadi tidak bermakna dan terkesan sulit, hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa masih banyak yang belum memenuhi KKM, dari target nilai yang diharapkan hanya 60. Sains Teknologi Masyarakat (STM) sebagai suatu pendekatan merupakan cara pandang untuk memecahkan permasalahan dalam pendidikan sains. Berdasar permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah: (1) untuk mendapatkan gambaran tentang perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan penerapan pendekatan STM dan (2) untuk mendapatkan gambaran bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan penerapan pendekatan STM pada pembelajaran IPA materi Sumber Daya Alam dan Pelestariannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengadaptasi model Kemmis & Mc Tagart dengan tiga siklus dan satu tindakan pada setiap siklusnya. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IIIb semester 2 SDN.6 Cibogo Kec.Lembang Kab. Bandung Barat yang berjumlah 35 orang. Hasil penelitian dengan penerapan pendekatan STM pada pembelajaran IPA materi SDA dan Pelestariannya menunjukkan adanya peningkatan proses dan hasil belajar siswa, terlihat siswa antusias dan senang dalam belajarnya, begitupun perolehan nilai rata-rata siswa pada siklus I mencapai 63,10 dan 66% sudah KKM. Pada siklus II yaitu perolehan nilai rata-rata siswa mencapai 76,09 dan 87,5% sudah KKM. Dan pada siklus III perolehan nilai rata-rata siswa mencapai 80 dengan 96,7% siswa sudah KKM dari target menjadi 65. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan STM dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi Sumber Daya Alam dan Pelestariannya. Untuk itu disarankan kepada guru dapat mencoba mengkaji dan mengimplementasikan penerapan pendekatan STM pada materi lainnya ataupun mata pelajaran lainnya dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa

(19)

Penelitian Berikutnya adalah Lestari, 2010. Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dalam Tema Lingkungan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas I SDN Perak Utara I No 58 Surabaya PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya. Tujuan

penelitian ini untuk mendeskripsikan kegiatan aktivitas guru, siswa dan hasil belajar. Metode yang digunakan merupakan penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian ini 4 tahap yang harus dilakukan yaitu : Perencanaan tindakan, Pelaksanaan Tindakan dan Observasi, Pengamatan dan evaluasi, analisis dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen observasi aktivitas guru dan siswa, dan tes hasil belajar. Teknik Analisis data yang dilakukan adalah untuk menganalisi hasil observasi terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa sedangkan hasil belajar dilakukan dengan memberikan latihan soal berupa soal isian. Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas guru dan aktivitas siswa serta hasil tes siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

Selanjutnya adalah Riani, 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif

Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran PKn Kelas 4 SDN Wonorejo II/313 Surabaya PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) kelas 4 di SDN Wonorejo II/313 Surabaya. Metode penelitian deskriptif kualitatif dengan subjek kelas 4 SDN Wonorejo II/313 Surabaya. Pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes, observasi. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa 1) aktivitas guru baik pada siklus I, siklus II maupun siklus III menunjukkan peningkatan yang sangat baik dengan persentase 77,78% pada siklus I , 86,11% pada siklus II dan 93,06% pada siklus III. 2) aktivitas siswa mencapai 75% pada siklus I, 78,57% pada siklus II dan 89,29% pada siklus III. 3) hasil tes belajar siswa pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS menunjukkan peningkatan pada

(20)

siklus I ke siklus II maupun pada siklus III yaitu mencapai 64% pada sklus I dan 76% pada siklus II dan 88% pada siklus III.Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe think pair share dalam pelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajarBerdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil tes siswa menunjukkan peningkatan yang baik setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada mata pelajaran PKn kelas 4 di SDN Wonorejo II/313 Surabaya.

Penelitian selanjutnya oleh Dicki Iqman Primadani (2012).Penerapan

Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Tentang Sumber Daya Alam Di Kelas 4 SDN Pasir Ipis Kabupaten Bandung Barat Semester Ii Tahun Ajaran 2011-2012. Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya nilai hasil

belajar IPA tentang sumber daya alam, hal ini ditandai siswa yang mencapai KKM baru mencapai 11,75%, dengan KKM 60. Demikian pula cara guru melaksanakan pembelajaran masih bersifat konvensional yaitu hanya menggunakan metode ceramah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran penerapan model STM dalam pembelajaran IPA tentang SDA. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah: (1) memperoleh gambaran perencanaan model STM dalam pembelajaran IPA tentang SDA (2) memperoleh gambaran pelaksanaan model STM dalam pembelajaran IPA tentang SDA dan (3) memperoleh gambaran hasil belajar siswa setelah menggunakan model STM dalam pembelajaran IPA tentang SDA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengadaptasi model Kemmis & Mc. Taggart dengan tiga siklus, yang pada setiap siklusnya dilakukan satu tindakan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4 semester II SDN Pasir Ipis yang berjumlah 34 orang. Hasil penelitian dengan menggunakan model STM pada pembelajaran IPA menunjukan adanya peningkatan aktivitas dan hasil pembelajaran, berdasarkan: (1) perencanaan pembelajaran disusun dengan menggunakan model STM yang pembelajarannya dilakukan melalui tahap invitasi,

(21)

eksplorasi, penjelasan dan solusi dan tindakan (2) aktivitas belajar siswa meningkat terlihat dari antusias siswa dalam melakukan Tanya jawab, pengamatan dan diskusi. dan hasil belajara siswa meningkat terlihat dari perolehan nilai siswa dalam pembelajaran IPA tentang SDA. Pada siklus pertama nilai rata-rata siswa mencapai 38,99. Pada siklus kedua mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata mencapai 53,44. Pada silus ketiga mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata mencapai 77,19 atau sebanyak 93,75% siswa yang mencapai nilai KKM. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model STM dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang SDA. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ada beberapa saran yang hendak disampaikan, antara lain: (1) guru diharapkan dapat mencoba mengkaji dan mengimplementasikan model pembelajaran tersebut tentang pokok bahasan lainnya pada pembelajaran IPA dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran IPA, (2) dengan terjalinnya hubungan sosial diantara siswa, guru diharapkan dapat membaurkan kembali kelompok siswa agar diantara semua siswa dapat terjalin hubungan yang baik dalam proses pembelajaran. Berdasarkan analisis judul yang pernah digunakan pada penelitian di atas bahwa dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)dapat meningkatkan unjuk kerja siswa. Dengan analisis tersebut maka akan dilakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) sebagai usaha meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 2 Kajengan semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.

2.3 Kerangka Berpikir

Memotivasi belajar siswa sangat dibutuhkan oleh peserta didik manapun, sehingga siswa lebih giat dan lebih semangat lagi untuk melakukan segala sesuatu baik itu belajar maupun menjalankan kehidupan di dunia ini. Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka pemikiran dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar penelitian

(22)

mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2

Kerangka BerfikirPembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran TPS dengan Pendekatan STM

Membuat rangkuman dalam kesimpulan

Presentasi Adanya keberanian, rasa

senang, adanya interaksi dengan guru dan siswa lain

Adanya kelengkapan (sebab, akibat, penyelesaian) interaksi

dengan teman diskusi.

Interprestasi Aktifitas siswa selama

proses pembelajaran RPMB Aktivitas Belajar RPMB Kelengkapan Kesimpulan RPMB Presentasi

Antusias dalam belajar. Terkumpulnya informasi, adanya analisis informasi, Pengumpulan data Skor Motivasi Belajar Penyelesaian masalah RPMB Pengumpulan Informasi RPMB Antusias Belajar Identifikasi permasalahan Memilih topik permasalahan

Siswa menyimak materi tentang masalah kemiskinan

Proses Belajar Mengajar IPS

KD 2.4 Mengenal permasalahan sosial daerahnya

Pembelajaran Konvensional

Metode : Ceramah dan bersifat teacher center Guru menjelaskan materi dengan hanya berbantuan buku pegangan/LKS saja.

Model Pembelajaran TPS dan Pendekatan STM Motivasi Belajar Siswa Rendah

Menyimak materi tentang masalah

sosial yang ada dalam masyarakat. RPMB

Menyimak

RPMB Mengidentifikasi

(23)

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dipaparkan di atas, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : model pembelajaran think, pair and share dengan pendekatan sains teknologi masyarakat yang dilaksanakan di kelas 4 semester 2 SDN Rejosari 02 Bancak Kabupaten Semarang diduga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasar pada Berita Acara Pembuktian kualifikasi Nomor : 125/ULP-Pokja-II- JK/APBD/2015 tanggal 11 Mei 2015 Pekerjaan Ded Dataran Irigasi Ataran Sungai Nibung

Bila pasien pulang diluat jam kerja untuk urusan administrasi akan dilakukan di hari berikutnya RS KHUSUS MATA PROF DR ISAK

Produk berair, tidak bersifat asam (pH &gt; 5,0), dapat mengandung garam atau gula atau keduanya, termasuk emulsi minyak dalam air dengan kandungan lemak rendah

Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu

Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa lembaga pengawasan jasa keuangan yang akan dibentuk melakukan pengawasan terhadap Bank dan

Islam sebagai agama yang hadir ditengah-tengah kondisi sosial ma- syarakat arab yang memandang remeh perempuan, Islam tidak melaku- kan perubuhan secara menyeluruh terhadap tradisi

Untuk menduduki peperiksaan kategori yang lebih tinggi, calon-calon mestilah memegang perakuan kekompetenan terkini sekurang- kurangnya 1 tahun dengan sekurang-kurangnya 1

Nabati, Bahan Bakar Alternatif dari Tumbuhan Sebagai Pengganti Minyak. Bumi