i
KATA SAMBUTAN
-
Pembaca yang saya hormati,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan, Syalom.. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu
Puji dan syukur saya persembahkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena oleh perkenananNya, buku profil kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2014 ini dapat terselesaikan.
Saya menyambut gembira terbitnya buku profil kesehatan tahun 2014 ini sebagai hasil kerja keras para pengelola data mulai dari tingkat Puskesmas sampai ke tingkat Provinsi khususnya saya memberi apresiasi yang setingi-tingginya bagi kepala Balai Data, Surveilans dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan kru seksi Data dan SIK yang telah berupaya mengumpul data, menyusun dan mencetak buku profil ini, atasnya Tuhan pasti memberkati.
ii Buku profil kesehatan adalah buku yang berisi evaluasi terhadap kinerja pelayanan kesehatan di Provinsi Sulawesi Utara selang satu tahun pelayanan, di dalamnya menjelaskan tentang upaya pelayanan kesehatan, derajat kesehatan serta sumber daya kesehatan dan gambaran umum tentang Provinsi Sulawesi Utara yang semuanya saling terkait.
Saya menyadari bahwa perjuangan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya tidaklah mudah semudah membalik telapak tangan, tetapi semakin jelas bahwa semua pihak telah berupaya agar kesejahteraan masyarakat dapat meningkat, yang ditunjang sepenuhnya oleh bidang kesehatan, walau masih juga ditemukan berbagai kekurangan yang terlihat dari pencapaian target melalui data profil, misalnya beberapa target MDGs yang masih jauh dari harapan. Hal ini tentu membutuhkan kerja lebih keras lagi di hari-hari ke depan.
Semoga buku profil kesehatan ini akan menjadi acuan dalam menentukan langkah bijaksana pelayanan kesehatan ke depan di bumi nyiur melambai yang kita cintai ini, sekaligus dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang memerlukannya.
Saya sadar bahwa seperti kata pepatah : “tidak ada gading yang tak retak”, demikianpun dengan buku profil kesehatan ini, pasti banyak kekurangannya baik dari segi penyajian datanya, segi interpretasi datanya, penulisannya serta kekurangan lainnya. Untuk itu diharapkan kritik dan saran bagi penyempurnaan buku profil kesehatan tahun 2014 ini.
iii Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan bekerja dalam memberikan data dan informasi bahkan telah menyumbangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam pembuatan profil ini,
Tuhan pasti memberkati.
Manado, September 2015 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Dr. Jemmy. J. R. Lampus
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kasihNya semata, profil kesehatan provinsi Sulawesi Utara tahun 2014 dapat terselesaikan.
Buku profil kesehatan provinsi Sulawesi Utara 2014 ini merupakan produk yang berisi data kesehatan tahun 2014 yang dikemas dalam 81 tabel lampiran profil kesehatan yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Sesuai Juknis Pembuatan Profil kesehatan tahun 2014, bahwa profil ini seharusnya selesai pada bulan Juni 2015, namun karena ada berbagai kendala yang dihadapi, termasuk kendala dalam pengumpulan data dari 15 kabupaten/kota yang ada, maka terjadi penundaan penyelesaian.
Kami sadar bahwa buku profil kesehatan ini banyak kekurangannya, baik angka yang ditampilkan maupun penulisan bahkan argumen yang diangkat. Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang sempat membaca profil ini, demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga profil ini akan dapat memenuhi kebutuhan pembaca akan data
v kesehatan Provinsi Sulawesi Utara bagi evaluasi dan perencanaan pelayanan kesehatan yang akan diberikan di Provinsi Sulawesi Utara yang kita cintai ini.
Manado, September 2015 Kepala Balai Data, Surveilans dan Sistem Informasi Kesehatan
vi
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ... i
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK ... 4
2.1 Sejarah Provinsi Sulawesi Utara ... 4
2.2 Letak Geografis ... 5
2.3 Keadaan Kependudukan ... 7
2.4 Keadaan Pendidikan ... 10
2.5 Keadaan Kesehatan Lingkungan ... 11
2.5.1 Sarana Air Bersih Yang Digunakan Dan Akses Air minum Berkualitas ... 11
2.5.2 Sarana Dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar ... 12
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ... 15
3.1 Angka Harapan Hidup Waktu Lahir ... 15
3.2 Mortalitas ... 16
3.2.1 Angka Kematian Bayi Dan Neonatal ... 16
3.2.2 Angka Kematian Balita (AKABA) ... 20
3.2.3 Angka Kematian Ibu ... 21
3.3 Status Gizi ... 25
3.3.1 Gizi Buruk ... 25
3.3.2 Bawah Garis Merah ... 27
3.4 Morbiditas ... 29
3.4.1 Sepuluh Penyakit Menular Menonjol ... 29
3.4.2 Acute Flaccid Paralysis (AFP) ... 30
3.4.3 Penyakit HIV/AIDS ... 32
3.4.4 Penyakit Malaria ... 33
3.4.5 Penyakit Demam Berdarah Dengue ... 36
3.4.6 Tuberculocis Paru ... 39
3.4.7 Penyakit Diare ... 41
3.4.8 Penyakit Rabies ... 43
BAB IV UPAYA PELAYANAN KESEHATAN ... 45
4.1 Pelayanan Kesehatan Dasar ... 45
4.1.1 Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) ... 46
4.1.2 Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ... 48
4.1.3 Penanganan Komplikasi ... 49
4.2 Kesehatan Anak ... 51
4.2.1 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi ... 51
4.2.2 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita ... 52
vii
4.3.1 Gizi Buruk ... 54
4.3.2 Prevalensi BGM ... 54
4.3.3 Penimbangan Balita ... 56
4.3.4 Pemberian Kapsul Vitamin A ... 56
4.3.5 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan ... 57
4.3.6 Bayi Yang Mendapat ASI Eksklusif ... 59
4.4 Imunisasi Bayi ... 60
4.5 Kejadian Luar Biasa Penyakit ... 67
4.6 Kesehatan Lingkungan ... 69
4.6.1 Rumah Sehat ... 69
4.6.2 Penduduk Dengan Akses Sanitasi Layak (Jamban Sehat) ... 70
4.6.3 Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak ... 71
4.7 Jaminan Kesehatan Nasional ... 72
4.8 Pelayanan Kesehatan Pengembangan ... 74
4.8.1 Kesehatan Gigi dan Mulut ... 75
4.8.2 Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia ... 76
4.9 Upaya Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ... 78
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ... 81
5.1 Sarana/Fasilitas Kesehatan ... 81
5.2 Pusat Kesehatan Masyarakat Dan Jaringannya ... 81
5.3 Pos Pelayanan Terpadu ... 83
5.4 Desa Siaga ... 85
5.5 Rumah Sakit ... 86
5.6 Sarana Produksi Dan Distribusi Kefarmasian ... 86
5.7 Tenaga Kesehatan ... 88
5.7.1 Tenaga Dokter ... 88
5.7.2 Tenaga Perawat dan Bidan ... 89
5.7.3 Tenaga Kefarmasian ... 89
5.7.4 Tenaga Kesehatan Masyarakat Dan Kesehatan Lingkungan ... 89
5.7.5 Tenaga Gizi ... 89
5.7.6 Tenaga Keterapian Fisik ... 90
5.7.7 Tenaga Teknisi Medis ... 90
5.7.8 Tenaga Kesehatan Lainnya ... 90
5.8 Pembiayaan Kesehatan ... 90
BAB VI KESIMPULAN ... 92 LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Sulawesi Utara ... 6 Gambar 2. Piramida Penduduk Tahun 2014 ... 7 Gambar 3. Prosentasi jumlah penduduk di kab/kota di Provinsi Sulawesi
Utara tahun 2014 ... 8 Gambar 4. Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 9 Gambar 5. Prosentase penduduk yang memiliki Akses Air Minum di
Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 12 Gambar 6. Prosentasi penduduk Provinsi Sulawesi UItara yang Memiliki
Sarana Sanitasi Layak Tahun 2014 ... 13 Gambar 7. Data Penduduk Provinsi Sulawesi Utara Ber-PHBS
Tahun 2014 ... 14 Gambar 8. Tren Angka Harapan Hidup Provinsi Sulawesi Utara ... 16 Gambar 9. Situasi Angka Kematian Bayi Provinsi Sulawesi Utara ... 17 Gambar 10. Distribusi Kematian Bayi Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2014 ... 18 Gambar 11. Distribusi Kematian Balita per Kabupaten/Kota Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 21 Gambar 12. Distribusi Kematian Ibu Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2014 ... 22 Gambar 13. Tren Kasus Kematian Ibu Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2008 s.d 2014 ... 23 Gambar 14. Proporsi Penyebab Kematian Ibu Maternal Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 24 Gambar 15. Distribusi Kasus Gizi Buruk per Kabupaten/Kota Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 26 Gambar 16. Distribusi Penimbangan Balita di bawah Garis Merah (BGM)
di per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2014 ... 28 Gambar 17. Cakupan Penimbangan Balita (D/S) Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 29 Gambar 18. 10 (Sepuluh) penyakit menonjol berdasarkan STP
ber-basis Puskesmas di Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2015 ... 30 Gambar 19. Distribusi Penemuan Kasus Non Polio AFP Rate
Kabupaten/Kota Tahun 2014 ... 31 Gambar 20. Distribusi Kasus HIV/AIDS Kabupaten/Kota Tahun 2014 ... 32 Gambar 21. Peta Endemisitas Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2013 & 2014 ... 34 Gambar 22. Peta Distribusi Kasus DBD berdasarkan Kabupaten/Kota di
Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 37 Gambar 23. Case Fatality Rate (CFR =%) DBD di Provinsi
ix Gambar 24. Distribusi Penderita dan Kematian DBD Prov. Sulut Tahun
2005 - Februari 2015 ... 39 Gambar 25. Angka Penemuan Kasus TB Paru (CDR) Kabupaten/
Kota di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 40 Gambar 26. Angka Penemuan Kasus Baru TB Paru (CNR) Kabupaten/
Kota Tahun 2014 ... 41 Gambar 27. Gambaran antara Target, Penderita dan Cakupan Penderita
Diare per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2014 ... 42 Gambar 28. Peta Distribusi Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
(GPHR) Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2014 ... 44 Gambar 29. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4 Kabupaten/
Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 48 Gambar 30. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (PN) Kabupaten/
Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 49 Gambar 31. Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Kabupaten/
Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 50 Gambar 32. Cakupan Kunjungan K4, Salinakes (PN) dan Penanganan
Komplikasi Kebidanan (PK), dan Kematian Ibu di Kabupaten /Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 51 Gambar 33. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 52 Gambar 34. Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Kabupaten/
Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 53 Gambar 35. Distribusi Kasus Gizi Buruk Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2014 ... 54 Gambar 36. Prevalensi Balita BGM Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2014 ... 55 Gambar 37. Cakupan Penimbangan Balita Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2014 ... 56 Gambar 38. Cakupan Balita Mendapat Vitamin A Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2014 ... 57 Gambar 39. Cakupan Gizi Buruk yang mendapat perawatan Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 59 Gambar 40. Cakupan Bayi Mendapat Asi Ekslusif Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2014 ... 60 Gambar 41. Cakupan pemberian Imunisasi Hb < 7 hari dengan DPT-
Hb3/DPT-Hb-Hib3 Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 63 Gambar 42. Cakupan pemberian Imunisasi BCG Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2014 ... 63 Gambar 43. Cakupan pemberian Imunisasi Campak Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2014 ... 64 Gambar 44. Cakupan pemberian Imunisasi Polio 4 Provinsi Sulawesi
x Gambar 45. Cakupan Desa UCI Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 67 Gambar 46. Frekuensi KLB Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 68 Gambar 47. Cakupan Rumah Sehat Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2014 ... 70 Gambar 48. Cakupan Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 71 Gambar 49. Cakupan penduduk dengan Akses berkelanjutan terhadap
Air Minum yang layak Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2014 ... 72 Gambar 50. Kepesertaan BPJS Kesehatan Wilayah Sulawesi Utara
Tahun 2014 ... 73 Gambar 51. Distribusi Cakupan Pelayanan Usia Lanjut (USILA) Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 78 Gambar 52. Jumlah puskesmas rawat inap dan rawat jalan di Provinsi
Sulawesi Utara tahun 2014 ... 82 Gambar 53. Puskesmas dan jaringannya di Prov. Sulawesi Utara
Tahun 2014 ... 82 Gambar 54. Prosentase strata posyandu di Prov. Sulawesi Utara
Tahun 2014 ... 83 Gambar 55. Jumlah posyandu dan posyandu aktif di Prov. Sulawesi Utara
Tahun 2014 ... 84 Gambar 56. Ketersediaan Poskesdes Kab/Kota Tahun 2014 ... 84 Gambar 57. Kondisi desa/kelurahan Siaga di Prov. Sulawesi Utara
Tahun 2014 ... 86 Gambar 58. Rumah Sa kit di Prov. Sulawesi Utara tahun 2014 ... 87 Gambar 59. Rumah Sakit di Prov. Sulawesi Utara Berdasar Pemiliknya
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota Prov. Sulawesi Utara
Tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 ... 15 Tabel 2. Distribusi Kematian Neonatal per Kabupaten/Kota Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 19 Tabel 3. Prevelensi Gizi Buruk Kurang 2014 ... 27 Tabel 4. Annual Parasite Incidence (API)Kabupaten/Kota Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2011 s.d 2014 ... 35 Tabel 5. Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 75 Tabel 6. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (USILA) Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2014 ... 77 Tabel 7. Kabupaten, Kecamatan, Puskesmas dan nama pulau yang
1
BAB I PENDAHULUAN
Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan (UU Nomor 36 Tahun 2013 tentang Kesehatan Pasal 168). Informasi kesehatan adalah data kesehatan yang telah diolah atau diproses menjadi bentuk yang mengandung nilai dan makna yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan dalam mendukung pembangunan kesehatan.
Profil kesehatan merupakan salah satu sumber informasi kesehatan yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di satu wilayah dan merupakan salah satu sarana untuk mengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan, di mana untuk penyusunan tahun 2014 ini mengacu pada Petunjuk Teknis (Juknis) Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/kota 2013 Edisi Revisi 2014. Terdapat beberapa perubahan yaitu penambahan/ pengurangan/penyempurnaan variabel/indikator dan penambahan/pengurangan/ penyempurnaan pengertian/definisi operasional. Perubahan tersebut merupakan masukan dari program teknis baik di kementerian pusat maupun daerah.
Penyelesaian profil kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2014 telah diupayakan mengikuti arahan dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, terutama menampilkan data secara terpilah, menurut jenis kelamin atau yang sering disebut data gender, di mana data/ informasi tersebut bersumber dari program/bidang di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan
2 bersumber dari Dinas kesehatan kabupaten/kota serta data-data pendukung lain yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara.
Agar data/informasi mudah dibaca simpulannya dengan efektif, maka data/informasi tersebut disajikan dalam bentuk teks, tabel, grafik, peta atau kombinasinya. Di mana masing-masing bentuk tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya yang akan disesuaikan dengan jenis informasi yang disajikan.
Adapun sistematika penyajian Profil kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2014 ini adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan profil kesehatan serta sistematika dari penyajian.
Bab II Gambaran Umum dan Prilaku Penduduk. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum provinsi. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan meliputi kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, prilaku dan lingkungan.
Bab III Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat. Bab IV Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya kesehatan yang diuraikan dalam bab ini jug mengakomodir indikator kinerja standar pelayanan minimal (SPM) bidang
3 kesehatan serta upaya kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota.
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
Bab VI Kesimpulan. Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari profil kesehatan di tahun yang bersangkutan. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam penyelengaraan pembangunan kesehatan.
Lampiran, pada lampiran ini berisi tabel resume/angka pencapaian kabupaten/kota dan 81 tabel data profil kesehatan, serta data lain yang terkait kesehatan responsive gender.
4
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
2.1 Sejarah Provinsi Sulawesi Utara
Sejak pemerintah Indonesia memberlakukan Undang-undang nomor 13 tahun 1964 tanggal 23 September 1964, maka Sulawesi Utara ditetapkan sebagai daerah otonom tingkat I, dengan Manado sebagai ibu kotanya. Secara de fakto daerah tingkat I Sulawesi Utara membentang dari utara ke selatan barat daya, dari pulau Miangas ujung utara di kabupaten Sangihe Talaud sampai ke Molosipat di bagian barat Kabupaten Gorontalo.
Selanjutnya seiring dengan nuansa reformasi dan otonomi daerah, maka telah dilakukan pemekaran daerah dengan terbentuknya Provinsi Gorontalo sebagai hasil pemekaran dari Provinsi Sulawesi Utara melalui Undang-undang nomor 38 tahun 2000. Dengan demikian wilayah Provinsi Sulawesi Utara setelah pemekaran Provinsi meliputi : Kabupaten Sangihe dan Talaud, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Manado dan Kota Bitung, hingga saat ini telah terjadi pemekaran kabupaten dengan ketambahan kabupaten baru yaitu Kabupaten Talaud berdasarkan undang-undang nomor 8 tahun 2002 serta Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon berdasarkan UU nomor 10 tahun 2003 dan Kabupaten Minahasa Utara berdasarkan UU nomor 33 tahun 2003.
Dalam perkembangan selanjutnya, terbentuklah Kota Kotamobagu berdasarakan UU nomor 4 tahun 2007, Kabupaten Minahasa Tenggara
5 berdasarkan Undang-Undang nomor 9 tahun 2007, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara berdasarkan UU nomor 10 tahu 2007, Kabupaten Siau Tagulandang Biaro berdasarkan UU no 15 tahun 2007 dan pada tahun 2008 bertambah lagi 2 kabupaten yakni Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan UU. nomor 29 tahun 2008 dan kab Bolsel berdasarkan UU nomor 30 tahun 2008, sehingga jumlah daerah otonom di daerah Provinsi Sulawesi Utara menjadi 11 Kabupaten dan 4 Kota.
2.2 Letak Geografis
Provinsi Sulawesi Utara terletak antara 00ᵒ15’-05ᵒ34’ Lintang Utara dan antara 123ᵒ07’-127ᵒ10’ Bujur Timur, yang berbatasan dengan Laut Sulawesi, Republik Filipina dan Laut Pasifik di sebelah utara serta Laut Maluku di sebelah Timur. Batas sebelah selatan dan barat masing-masing adalah Teluk Tomini dan Provinsi Gorontalo.
6 Gambar 1 : Peta Sulawesi Utara
Sumber : BPS Sulut 2015
Luas wilayah Sulawesi Utara tercatat 14.544,36 km² yang terbagi atas 11 kabupaten dan 4 kota. Bolaang Mongondow merupakan kabupaten dengan wilayah terluas yaitu 3.021,60 km² atau 20, 78 % dari wilayah Sulawesi Utara. Di Sulawesi Utara terdapat 46 gunung yang terletak di sembilan kabupaten/kota. Sedangkan jumlah danau tercatat ada sebanyak 17 danau dan sejumlah sungai yang mangaliri wilayah Sulawesi Utara sebanyak 30 sungai.
Berdasarkan pencatatan stasion klimatologi Kayuwatu Manado rata-rata temperatur di Kota Manado dan sekitarnya sepanjang tahun 2013 adalah sekitar 26,4ᵒC, rata-rata hari hujan sepanjang tahun adalah 22 hari dan bulan Januari
7 merupakan bulan yang paling sering hujan yakni 28 hari hujan. (BPS Sulawesi Utara).
2.3 Keadaan Kependudukan
Berdasarkan data jumlah penduduk yang kami peroleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara, bulan Agustus 2015 yang lalu, diperoleh jumlah Penduduk Sulawesi Utara untuk tahun 2014 : 2.386.604 jiwa yang terdiri dari laki-laki : 1.217. 760 dan perempuan 1.168.844. seperti terlihat pada gambar piramida penduduk di bawah ini.
Gambar 2 : Piramida Penduduk Tahun 2014
Sumber : BPS Sulut Tahun 2015
Dari keseluruhan jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Utara, jumlah terbesar ada di Kota Manado, selanjutnya Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kabupaten Minahasa Selatan seperti terlihat dalam diagram di bawah ini (lampiran gambar 3).
8 Gambar 3 : Prosentasi jumlah penduduk di kab/kota di Provinsi Sulawesi Utara
tahun 2014
Tidak berbeda jauh dengan data yang diperoleh dari kabupaten/kota yang bersumber dari data pusat statistik, masing-masing kabupaten/kota yakni berjumlah 2.382.932 jiwa. di mana jumlah penduduk terbanyak adalah di kota Manado yakni 430.790 jiwa, selanjutnya kabupaten MInahasa : 325. 741 jiwa, Bolaang Mongondow : 224. 047 jiwa dan Minahasa Selatan : 205.229 jiwa. Dengan tingkat kepadatan tertinggi di kota Manado yakni 2577,73/km2, selanjutnya Kota Kotamobagu : 2321,76/km2 dan Kota Tomohon : 653,14/km2. Seperti terlihat pada gambar berikut :
9 Gambar 4 : Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2014
Sumber : BPS Sulut Tahun 2015
Bila dibandingkan dengan tingkat kepadatan penduduk tahun 2013 yakni 161.13 jiwa/km2, maka pada tahun 2014 telah naik menjadi 163/km2. Adapun jika dilihat dari data BPS Sulawesi Utara, terlihat bahwa jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki masih lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin perempuan, tercermin dari angka rasio jenis kelamin yakni sebesar 48.916 jiwa. Berdasarkan hasil registrasi jumlah warga asing di seluruh Sulawesi Utara tahun 2013 tercatat 1.595 jiwa dan paling banyak berasal dari Cina yakni sebanyak 277 orang.
10 Pada dasarnya penduduk dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja adalah mereka yang seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun sementara tidak bekerja, termasuk mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan/mengharapkan pekerjaan. Penduduk 15 tahun ke atas yang bukan angkatan kerja adalah mereka yang selama seminggu yang lalu mengurus rumah tangga dan kegiatan lainnya.
Pada tahun 2013, penduduk usia kerja di Sulawesi Utara yang masuk angkatan kerja berjumlah 1.035.772 orang dan dari angkatan kerja yang ada, tercatat 965.457 orang yang sedang bekerja. Sementara yang bukan angkatan kerja berjumlah 707.747 orang dan dari bukan angkatan kerja yang ada tercatat 164.963 orang yang bersekolah dan 428.991 orang yang mengurus rumah tangga.
2.4 Keadaan Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia, selain indikator kesehatan dan ekonomi. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk setiap manusia, sehingga upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan merupakan bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan rakyat.
Pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku masyarakat. Pendidikan juga menjadi pelopor utama dalam rangka penyiapan sumber daya manusia yang merupakan salah satu aspek pembangunan yang merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan pembangunan daerah maupun nasional.
11 Angka Partisipasi Sekolah (APS) kelompok umur 7-12 tahun adalah sebesar 98,91, kelompok umur 13-15 tahun sebesar 90,45 dan kelompok umur 16-18 tahun sebesar 66,81 sedangkan angka partisipasi murni (APM) SD sebesar 91,69, SMP sebesar 64,61 dan SMA sebesar 57,06.
2.5 Keadaan Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, Kesehatan Lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar menjamin keadaan sehat bagi manusia.
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor genetik, faktor lingkungan menentukan baik buruknya derajat kesehatan masyarakat.
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator seperti: akses terhadap air bersih dan air minum, akses terhadap sanitasi dasar, dan rumah sehat.
2.5.1 Sarana Air Bersih yang Digunakan dan Akses Air Minum Berkualitas
Secara umum, gambaran penduduk yang memiliki akses yang baik terhadap air minum berkualitas menurut kabupaten/kota dapat dilihat dalam Gambar 5, di mana Provinsi Sulawesi Utara terdapat 63,07% penduduk yang telah memiliki akses yang baik terhadap air minum berkualitas. Data tersebut terdapat pada lampiran Gambar 49.
12 Gambar 5 : Prosentase penduduk yang memiliki Akses Air Minum di Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2014
Sumber : Program Kesehatan Lingkungan Dinkes Prov. Sulut
Berdasar diagram di atas, terlihat bahwa prosentase penduduk di kabupaten/kota yang memiliki akses air minum terbanyak adalah di Kota Tomohon dan yang paling sedikit adalah Kabupaten Bolaang Mongondow yakni hanya 28,92%.
2.5.2 Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar
Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Sanitasi layak yang dimaksud adalah ketersediaan jamban sehat bagi penduduk provinsi Sulawesi Utara. Persentase tertinggi akses penduduk dengan kepemilikan sarana sanitasi layak adalah penduduk di Kota Tomohon yakni 121,4 %, selanjutnya Kota Kotamobagu : 116,6 % kemudian Kota Bitung : 86,9 %, sedangkan akses terendah adalah Kabupaten Bolaang Mongondow yakni 30,8 %.
13 Angka prosentasi tersebut di atas, yang terlihat di gambar berikut ini diperoleh dari data program, di mana jumlah penduduk yang memiliki sarana sanitasi layak yang diambil, tetapi total jumlah penduduknya menggunakan jumlah penduduk sasaran program yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi Kesehatan (Pusdatin) sehingga terjadi perbedaan prosentase antara profil provinsi dan profil kabupaten/kota, bahkan prosentase menurut provinsi mencapai di atas 100 %.
Gambar 6 : Prosentasi Penduduk Provinsi Sulawesi Utara yang memiliki Sarana Sanitasi Layak Tahun 2014
Sumber : Program Kesehatan Lingkungan Dinkes Prov. Sulut, 2015
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat, hendaknya dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu dalam lingkungan keluarga. Dimana derajat kesehatan keluarga adalah hal yang pokok
14 dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan. Rumah tangga ber-PHBS adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar mengetahui, mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga per-PHBS, terhadap perilaku hidup bersih dan sehat dengan adanya sembilan kriteria yang dapat di pantau.
Dari data yang ada menunjukkan bahwa persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2014 adalah 69,1% di mana persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat tertinggi adalah di kota Manado yakni 86,5 %, sedang yang terrendah adalah di kepulauan Sangihe. Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat secara lengkap disajikan dalam lampiran tabel 57.
Gambar 7 : Data Penduduk Provinsi Sulawesi Utara Ber-PHBS Tahun 2014
15
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Derajat kesehatan di Sulawesi Utara dilihat dengan menggunakan beberapa indikator seperti angka harapan hidup, angka mortalitas, angka morbiditas dan status gizi masyarakat.
3.1 Angka Harapan Hidup Waktu Lahir
Data yang didapatkan dari situs BPS Sulawesi Utara menunjukkan bahwa angka harapan penduduk Sulawesi Utara tahun 2013 adalah 72,23 dengan Kabupaten Sangihe Talaud adalah kabupaten dengan angka harapan hidup tertinggi yaitu 73,19 dan Kabupaten Minahasa Tenggara adalah kabupaten dengan angka harapan hidup terendah yaitu 68,71.
Tabel 1 : Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota Prov. Sulawesi Utara Tahun 2009 sampai dengan tahun 2013
16 Angka harapan hidup penduduk Sulawesi Utara juga mengalami peningkatan, dari 64,96 pada tahun 1997 menjadi 69 tahun pada tahun 2000 (SP2000) tahun 2004 meningkat lagi menjadi 70,9 tahun (BPS Sulut 2004), tahun 2007, 2008, dan 2009 sebesar 70,9 , 72,01, tahun 2010 sebesar 72,22, tahun 2013 meningkat menjadi 72,34
Gambar 8 : Tren Angka Harapan Hidup Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : BPS Prov. Sulut, 2014
3.2 Mortalitas
3.2.1 Angka Kematian Bayi dan Neonatal
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat 1 tahun. Penyebab kematian ini jika dilihat dari usia bayi dapat bersumber dari 2 sisi penyebab, yaitu pada bayi kurang dari 1 bulan , umumnya disebabkan oleh faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan atau yang dikenal sebagai faktor endogen.
17 Kematian bayi eksogen adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia 1 bulan sampai menjelang 1 tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Menurut hasil SDKI 2007 AKB Sulawesi Utara (35) lebih tinggi dari AKB Nasional (34) sehingga upaya untuk pencapaian target MDG’s tahun 2015 sebesar 23 merupakan upaya yang ekstra keras, mengingat tenggat waktu yang sangat sempit.
Angka kematian bayi tahun 2013 berdasarkan SDKI 2012 adalah 33 atau turun 2 poin dari angka SDKI tahun 2007, namun masih diatas angka nasional yang 32. Tren AKB Sulawesi Utara dan Nasional dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 9 : Situasi Angka Kematian Bayi Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh program kesehatan anak, didapatkan bahwa sepanjang tahun 2014 terdapat 63 kasus kematian bayi
18 dimana Kabupaten Minahasa Selatan adalah kabupaten yang berkontribusi besar terhadap tingginya kasus kematian bayi yaitu 9 kasus diikuti kabupaten Minahasa dengan 8 kasus. Kabupaten Kepulauan Talaud dan Kabupaten Minahasa Utara adalah daerah di Provinsi Sulawesi Utara yang sepanjamg tahun 2014 tidak ada kasus kematian bayi. Distribusi Kasus kematian bayi Provinsi Sulawesi Utara dilihat per kabupaten/kota sebagaimana dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut ini
Gambar 10 : Distribusi Kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014
Sumber : Prog. Kes. Anak Prov. Sulut, 2015
Tahun 2014 Kematian Neonatal di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 278 kasus. Kematian neonatal tertinggi ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan 50 kasus dan terendah di Kabupaten Minahasa Utara
19 dengan 6 (enam) kasus. Distribusi Kematian Neonatal dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 : Distribusi Kematian Neonatal per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 KAB/KOTA KEMATIAN NEONATAL BOLAANG MONGONDOW 10 MINAHASA 26 KEPULAUAN SANGIHE 50 KEPULAUAN TALAUD 16 MINAHASA SELATAN 34 MINAHASA UTARA 6
BOLAANG MONGONDOW UTARA 18
SIAU TAGULANDANG BIARO 8
MINAHASA TENGGARA 16
BOLAANG MONGONDOW SELATAN 8
BOLAANG MONGONDOW TIMUR 12
KOTA MANADO 28
KOTA BITUNG 9
KOTA TOMOHON 19
KOTA KOTAMOBAGU 18
PROVINSI SULAWESI UTARA 278
20
3.2.2 Angka Kematian Balita (AKABA)
Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun. Angka kematian balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi).
Akaba menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan. Indikator ini menggambarkan tingkat kesejateraan sosial dan tingkat kemiskinan penduduk.
Akaba di Indonesia menurut SDKI 97, 2002-2003,2007 dan 2012 adalah 58,46,44 dan 40.Akaba di Provinsi Sulawesi utara menurut SDKI 2013 adalah 37 yang masih lebih rendah dari angka nasional.
Menurut data dari program kesehatan anak Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2015 kematian balita (umur 12-59 bulan) sepanjang tahun 2014 sebanyak 365 kasus dengan kasus terbanyak berasal dari Kabupaten Kepulauan Sangihe sebanyak 57 kasus, Minahasa Selatan 45 kasus dan Kota Kotamobagu 37 kasus.
Penyebab kematian bayi ini secara teoritis dibagi atas 3 penyebab yaitu: 1) Penyakit menular (pneumonia, diare,dll)
21 3) Kecelakaan.
Tidak ada informasi yang valid tentang penyebab kematian anak balita di Sulawesi Utara, kecuali bahwa dari antara penyakit menular, diare yang merupakan penyebab terbanyak diikuti pneumonia dan demam berdarah dengue.
Gambar 11 : Distribusi Kematian Balita per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014
Sumber : Prog. Kes. Anak Prov. Sulut, 2015
3.2.3 Angka Kematian Ibu
Kematian ibu adalah kematian yang terjadi selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan dan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau indental (faktor kebetulan). Bila angka kematian tinggi maka dapat berarti bahwa jumlah kematian ibu yang meninggal mulai saat hamil hingga 6 minggu setelah persalinan per 100.000 persalinan tinggi
22 atau angka kematian yang melebihi dari angka target nasioanal. Tingginya angka kematian berarti rendahnya standar kesehatan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan dan mencerminkan besarnya masalah kesehatan.
Kasus kematian ibu di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013, dimana pada tahun 2014 terdapat 58 kasus menurun dibandingkan dengan tahun 2013, yaitu 77 kasus kematian. Kasus kematian ibu dapat dilihat pada gambar 12 dan 13 berikut ini :
Gambar 12 : Distribusi Kematian Ibu Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014
23 Gambar 13: Tren Kasus Kematian Ibu di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2008 s.d
2014
Sumber : Prog. Kes. Ibu Prov. Sulut, 2013
Jika dilihat dari penyebab kematian, maka kematian ibu bersalin sebagian besar disebabkan oleh pendarahan (29%), eklamasi (29%), infeksi (3%), abortus (3%), partus lama (2%) dan lain-lain (34%). Oleh karena itu dalam rencana penurunan angka kematian ibu maternal, mungkin pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya pendarahan akibat melahirkan perlu lebih ditingkatkan. Proporsi penyebab kematian ibu maternal di Sulawesi Utara dapat dilihat pada gambar 14.
24 Gambar 14 : Proporsi Penyebab Kematian Ibu Maternal di Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2014
Sumber : Prog. Kes. Ibu Prov. Sulut, 2015
Meskipun secara nasional AKI menurun dari 390 (1991) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2007), namun jika menyesuaikan dengan target Millenium Development Goals (MDG’s) menyangkut kesehatan ibu, dimana target tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup, maka dapat dibayangkan betapa upaya yang sangat keras dan komitmen penuh dengan leadership yang tangguh untuk pencapaian target AKI tersebut. Perlu secara nyata dilaksanakan strategi penurunan AKB tersebut yang meliputi :
1) Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu & bayi baru lahir/anak berdasarkan bukti ilmiah.
2) Kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait mitra lain, pemerintah, DPR, Organisasi Profesi, Swasta.
3) Pemberdayaan perempuan dan keluarga 4) Pemberdayaan masyarakat.
25 Tanpa pelaksanaan strategi yang sudah ditetapkan maka besar kemungkinan pencapaian target MDGs untuk peningkatan kesehatan ibu melalui penurunan AKI tersebut tidak tercapai.
3.3 Status Gizi 3.3.1 Gizi Buruk
Sepanjang tahun 2014, jumlah kasus gizi buruk balita di Sulawesi Utara menurut program Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara adalah sebanyak 47 kasus terjadi penurunanan dibandingkan tahun 2013 yaitu 75 kasus, di mana Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kota Manado merupakan daerah yang mempunyai kontribusi terbesar dalam jumlah kasus gizi buruk bayi di Sulawesi Utara yaitu masing-masing 7 kasus, sedangkan Kota Tomohon dan Kota Bitung tidak ada kasus gizi buruk. Distribusi kasus gizi buruk balita di Sulawesi Utara sebagaimana terlihat pada gambar 15.
26 Gambar 15 : Distribusi Kasus Gizi Buruk per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2014
Sumber : Prog. Gizi Dinkes Prov. Sulut, 2015
Menurut hasil Riskesdas 2010, perkiraan pencapaian status gizi pada tahun 2013 di Sulawesi Utara menurut Kabupaten/Kota adalah seperti pada tabel. Jika tidak ada kondisi-kondisi yang dapat berupa variabel-variabel pembentuk status prevalensi gizi, maka Kota Bitung nampaknya belum dapat memecahkan masalah status gizi hingga tahun 2014.
27 Tabel 3 : Prevelensi Gizi Buruk Kurang 2014
Sumber : Riskesdas, 2012
3.3.2 Bawah Garis Merah
Pada tahun 2014, balita yang ditimbang dengan berat badan dibawah garis merah di Provinsi Sulawesi Utara sebanyak 2.305 (3,1%), dimana Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan kabupaten yang tertinggi jumlah balita yang ditimbang dibawah garis merah sebanyak 477 (20,8) balita dan Kota Bitung merupakan kabupaten yang terendah jumlah balita yang ditimbang dibawah garis merah dengan 41 (0,7%) balita. Hal ini Dapat dilihat pada gambar 16.
28 Gambar 16 : Distribusi Penimbangan Balita di bawah Garis Merah (BGM) di per
Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014
Sumber : Prog. Gizi Dinkes Prov. Sulut, 2015
Pada gambar 17, memperlihatkan cakupan penimbangan balita di Provinsi Sulawesi Utara sepanjang tahun 2014. Dari gambar tersebut terlihat bahwa sebagian besar kabupaten/kota di Sulawesi Utara mempunyai cakupan D/S yang rendah.
Dari 15 kabupaten/kota di Sulawesi Utara hanya kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang dan Biaro serta Kabupaten Minahasa Tenggara yang mempunyai cakupan D/S diatas 85 % yaitu masing-masing 87,1 % dan 86,5%.
29 Gambar 17 : Cakupan Penimbangan Balita (D/S) Kabupaten/Kota Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2014
Sumber : Prog. Gizi Dinkes Prov. Sulut, 2015
3.4 Morbiditas
Angka kesakitan penduduk diperoleh dari beberapa sumber seperti laporan program khusus penyakit khususnya penyakit menular termasuk didalamnya laporan penyakit menular terpilih yang dilaporkan melalui Surveilans Terpadu Puskesmas (STP) Kabupaten/Kota.
3.4.1 Sepuluh Penyakit menular menonjol
Sepanjang tahun 2014, berdasarkan laporan-laporan STP berbasis puskesmas yang dikirimkan oleh puskesmas dan diolah di kabupaten, maka penyakit Influensa, Hipertensi, dan Diare merupakan 3 (tiga) penyakit menular yang paling menonjol tahun 2014 dapat dilihat pada gambar 18,
30 meskipun demikian data 10 penyakit menonjol tersebut sangat dipengaruhi oleh kelengkapan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan indikator utama dari pelaksanaan surveilens terpadu penyakit. Gambar 18: 10 (Sepuluh) penyakit menonjol berdasarkan STP ber-basis
Puskesmas di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2015
Sumber : Seksi Surveilans dan Litbangkes, 2015
3.4.2 Acute Flaccid Paralysis (AFP)
Polio merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf. Penyakit ini umumnya menyerang anak usia 3 tahun dan dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, lumpuh layu (kecacatan) bahkan kematian. Penyakit ini tidak dapat diobati dan hanya bisa dicegah dengan pemberian imunisasi polio sebanyak empat kali pada bayi umur dibawah 1 tahun.
31 muka bumi. Pada hakekatnya, polio belum sepenuhnya dapat diberantas total dan masih menjadi masalah kesehatan yang perlu ditangani secara seksama. Pengamatan kasus polio dilaksanakan melalui surveilans AFP.
Sepanjang tahun 2014, terdapat 13,4 kasus AFP yang didapatkan melalui surveilans AFP dengan non polio AFP rate sebesar 3,7 kasus setiap 100.000 populasianak usia, 15 tahun. Terdapat 3 kabupaten/kota yang tidak menemukan kasus AFP yaitu Kota Bitung, Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Ada 1 (satu) kabupaten yang tidak mencapai rate standar yaitu kabupaten Bolaang Mongondow. Distribusi penemuan kasus Non Polio AFP di Sulawesi utara dapat dilihat pada gambar 19.
Gambar 19 : Distribusi Penemuan Kasus Non Polio AFP Rate Kabupaten/Kota Tahun 2014
32
3.4.3 Penyakit HIV/AIDS
Sejak ditemukannya kasus HIV di Sulawesi Utara pada tahun 1997 maka terlihat pertambahan kasus baru yang semakin membesar pada 5 tahun terakhir. Kasus dan tercatat hingga bulan Desember 2014 penderita HIV/AIDS di Sulawesi Utara sebanyak 1.669 kasus. Pada sepanjang tahun 2014 di temukan 62 kasus HIV baru dan 195 kasus AIDS. Distribusi kasus HIV dan AIDS hingga Desember 2014 terlihat pada gambar 20.
Jika dilihat secara kumulatif maka, Kota Manado, Kota Bitung, dan kabupaten Minahasa masih menjadi daerah dengan jumlah kasus HIV dan AIDS terbanyak di Sulawesi Utara sampai tahun 2014, sedangkan kabupaten yang tidak mempunyai kasus HIV adalah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
Gambar 20 : Distribusi Kasus HIV/AIDS Kabupaten/Kota Tahun 2014
33 Penambahan jumlah kasus baru tersebut tidak lepas dari pelayanan VCT dirumah sakit. Hingga akhir 2008 terdapat lima rumah sakit di Sulawesi Utara yang memberikan layanan terapi anti-retoviral (ARV) dan Voluntary Counselling and Testing (VCT) yaitu RSU.Prof.DR.R.D.Kandou Manado, RS TNI Teling Manado, RS Prof.Ratumbuisang Manado, RSUD Bitung dan RSU Betesda Tomohon. Perubahan status HIV ke AIDS yang memerlukan waktu pada akhirnya akan mempengaruhi gambaran kurva dari tahun ke tahun pada waktu data diupdate. Diharapkan dengan pemberian ARV yang adekuat, maka proses perubahan status HIV ke AIDS menjadi lebih lama atau bahkan tidak sama sekali.
3.4.4 Penyakit Malaria
Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan dunia pada umumnya dan pada khususnya di Provinsi Sulawesi Utara, ini ditandai dengan banyaknya kasus klinis dan positif malaria dibeberapa kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Utara khususnya daerah kepulauan, daerah terpencil yang jauh dari pusat pelayanan kesehatan.
Tahun 2013 ada 2 (dua) daerah endemis Malaria di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kabupaten Kepulauan Sangihe, namun pada taun 2014 tinggal 1 (satu) daerah endemis di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Minahasa Tenggara. Ini dapat dilihat pada gambar 21.
34 Gambar 21: Peta Endemisitas Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun
2013 & 2014
Sumber : Program Malaria Dinkes Prov. Sulut, 2015
Annual Parasite Incidence (API) yang digunakan untuk mengetahui insiden penyakit malaria pada satu daerah tertentu selama 1 tahun berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, Oleh karena itu penghitungannya dengan membagi jumlah penderita malaria positif dengan jumlah penduduk dikali dengan 1000 0/00. Saat ini jumlah penderita positif malaria didapatkan dari hasil pemeriksaan yang dikonfirmasi positif
35 ataupun melalui tes diagnostic cepat/Rapid Diagnostic Test (RDT) yang ditemukan melalui kegiatan ACD dan PCD.
API tertinggi sepanjang tahun 2014 adalah di Kabupaten Minahasa Tenggara (10,91) dan sedangkan yang paling rendah di Kota Kotamobagu (0,02). API Provinsi Sulawesi Utara adalah 1,26 0/00. API dari Tahun 2011 s.d 2014 dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 : Annual Parasite Incidence (API)Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011 s.d 2014
36
3.4.5 Penyakit Demam Berdarah Dengue
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegepti ini telah berkembang menjadi masalah kesehatan yang semakin serius. Selain faktor nyamuk penularan serta keganasan virus yang telah berevolusi seiring dengan perubahan iklim (pemanasan global), serta keterlambatan mencari pengobatan dan kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan, menyebabkan kasus (incidence rata) penyakit DBD ini masih muncul dari tahun ke tahun.
Target atau sasaran pengendalian DBD adalah menjaga Case Fatality Rate dibawah 1% dengan menurunkan incidence rate dan casual fatality rate.
Sepanjang tahun 2014 tercatat hanya 1258 kasus DBD yang terjadi di wilayah Sulawesi Utara dengan jumlah kematian sebanyak 25 kasus atau angka kematian (CFR)= 2,0.
37 Gambar 22 : Peta Distribusi Kasus DBD berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2014
Sumber : Seksi Surveilans dan Litbangkes, 2015
Jika dibandingkan dengan tahun 2013 kasus DBD sebanyak 678 dan tahun 2014 sebanyak 1.258 kasus artinya terjadi peningkatan kasus di tahun 2014, begitu juga dengan kasus kematian akibat DBD yang mengalami penigkatan lebih dari dua kali lipat yaitu pada tahun 2013 sebanyak 6 kasus dan tahun 2014 meningkat menjadi 25 kasus. Ini di pengaruhi oleh faktor perubahan musim, tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang masih kurang tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan manajemen penanganan kasus DBD serta peran Surveilans DBD yang masih perlu ditingkatkan. Trend kasus dan angka fatalitas (CFR) tahun 2005 - 2015 terlihat pada gambar 23.
38 Gambar 23 : Case Fatality Rate (CFR =%) DBD di Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2005- Februari 2015
Sumber : Seksi Surveilans dan Litbangkes, 2015
Sepanjang tahun 2014 jika dianalisis menurut bulan maka terlihat bahwa kasus dan kematian tertinggi terjadi pada bulan Januari. Pola ini hampir serupa seperti pola tahun-tahun yang sebelumnya. Begitu juga dengan kasus meninggal dimana banyak terjadi di bulan Januari sebagaimana pada gambar 24.
39 Gambar 24: Distribusi Penderita dan Kematian akibat DBD Prov. Sulut Tahun
2005 - Februari 2015
Sumber : Seksi Surveilans dan Litbangkes, 2015
3.4.6 Tuberculosis Paru
Secara global, tuberculosis paru masih menjadi masalah kesehatan yang serius, sedangkan secara nasional TB masih sangat tinggi.
Tahun 2014 secara klinis TB banyak ditemukan sehingga angka penemuan kasus baru TB Paru di Sulawesi Utara (CDR) secara umum memperlihatkan hasil yang baik kecuali di beberapa kabupaten/kota masih rendah/belum memenuhi target nasional >70%.
40 Gambar 25 : Angka Penemuan Kasus TB Paru (CDR) Kabupaten/Kota di
Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014
Sumber : Program TB Dinkes Prov. Sulut, 2015
Dari gambar 25, terlihat bahwa dari 15 kabupaten/kota, ada 3 (tiga) kabupaten/kota yang belum mencapai target nasioanal (>70%) yaitu kabupaten Bolaang Mongondow Utara, kepulauan Siau Tagulandang Biaro dan Kota Tomohon. Secara provinsi CDR Sulawesi Utara mencapai 103% oleh karena beberapa kabupaten sudah mencapai di atas 100%. Dari analisis kesembuhan penderita kasus 2014 didapatkan hasil sebagaimana terlihat pada gambar 25.
Angka notifikasi kasus (case notification rate=CNR) adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk
41 menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.
Trend CNR TB Paru Sulawesi utara tahun 2014 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2013. CNR TB Paru Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 adalah 240 menurun dari tahun 2013 yaitu 261. Gambar 26: Angka Penemuan Kasus Baru TB Paru (CNR) Kabupaten/
Kota Tahun 2014
Sumber : Program TB Dinkes Prov. Sulut, 2015
3.4.7 Penyakit Diare
Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan masih berfluktuasi. Sepanjang tahun 2014 Kasus Penyakit Diare di Provinsi Sulawesi Utara sebanyak 25.284 kasus. Kasus diare terlaporkan lebih banyak terjadi di
42 wilayah Kabupaten Minahasa utara yaitu 2.918 kasus dengan 1.492 diantaranya adalah balita. Gambaran antara target, penderita dan cakupan penderita diare berdasarkan kabupaten kota tahun 2014 dapat di lihat pada gambar 27.
Gambar 27 : Gambaran antara Target, Penderita dan Cakupan Penderita Diare per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014
Sumber : Program Diare Dinkes Prov. Sulut, 2015
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa untuk tahun 2014 target tertinggi di Kota Manado (8720) dan terendah di Kab. Bolaang Mongondow Selatan (1220). Hal ini berhubungan dengan jumlah penduduk yang ada dimana Kota Manado memiliki jumlah penduduk terbesar dan Kab. Bolaang Mongonsow Selatan memiliki jumlah penduduk terkecil. Untuk cakupan pelayanan terbesar adalah Kab. Bolaang Mongondow Utara (120.83%) sedangkan terkecil Kota Manado (32.37%).
43
3.4.8 Penyakit Rabies
Penyakit rabies masih menjadi masalah kesehatan di Sulawesi Utara. Kasus gigitan rabies dalam 5 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan meningkat dibandingkan dengan tahun 2003 dan tahun 2004. Kasus kematian karena rabies (Lyssa) tidak pernah kurang dari 10. Angka ini masih jauh diatas harapan nasioanal yaitu 0 kematian pada setiap kasus gigitan. Untuk melihat gambaran kasus gigitan dan kasus Lyssa tahun 2006-2014.
Dari distribusi kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) terlihat bahwa kasus gigitan banyak terjadi di wilayah 3 (Tiga) Kabupaten yaitu Kabupaten Minahasa dengan 561 kasus, kemudian Kota Manado 282 kasus dan Kota Tomohon 282 kasus, sedangkan paling sedikit kasus di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 17 Kasus, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur 18 Kasus dan Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan 20 Kasus, namun Lyssa justru menjadi masalah di Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa dan Kota Bitung, distribusi kasus GHPR dan kejadian lyssa dapat dilihat sebagaimana pada gambar 28.
44 Gambar 28 : Peta Distribusi Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GPHR)
Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014
45
BAB IV
UPAYA PELAYANAN KESEHATAN
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan, dan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan millenium (MDGs), maka dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat
Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan sepanjang tahun 2014.
A. Pelayanan kesehatan dasar
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut.
4.1 Kesehatan Ibu
Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar didalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya.
Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi
46 baru lahir yang diberikan disemua jenis fasilitas kesehatan, mulai dari posyandu sampai rumah sakit baik pemerintah maupun swasta.
4.1.1 Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan terhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) yang meliputi pengukuran berbadan dan tekanan daerah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi tetanus toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuain pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan dapat dilihat dari cakupan pelayanan kunjungan ibu hamil K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayana ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenal.
Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil (K1) sebagaimana terlihat pada gambar 29. Dari gambar tersebut terlihat bahwa pada tahun 2014
47 terlihat bahwa hanya Kabupaten Talaud yang mempunyai cakupan K1 yang sama dengan cakupan K4 yaitu 89,70 %. Angka ini masih harus ditinjau lagi. Cakupan K1 tertinggi dicapai Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang dan Biaro (117,91%) sedangkan cakupan terendah oleh Kabupaten Kepulauan Talaud (89,70%).
Selanjutnya jika dilihat gambar distribusi cakupan K4 di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2014 terlihat bahwa Kota Tomohon adalah daerah dengan cakupan K4 tertinggi (110,46%) dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dengan cakupan terendah (66,71%).
Jika K1 dan K4 disandingkan, maka terlihat bahwa ada satu Kabupaten yang mempunyai K1 dan K4 yang sama yaitu Kabupaten Kepulauan Talaud (89,70%), dan tidak ada hubungan bahwa K1 tertinggi akan mempunyai K4 yang tinggi pula. Jika dilihat selisih dari K1 dan K4 maka selisih terbesar terdapat pada Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
48 Gambar 29 : Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4 Kabupaten/Kota Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2014
Sumber : Program Kesehatan Ibu Dinkes Prov. Sulut, 2015
4.1.2 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN) Provinsi Sulawesi Utara tahun 2014 yang tertingggi berada di Kota Tomohon (104,05%) sementara yang terendah berada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (69,40%). Ini dapat dilihat pada gambar 30 berikut ini :
49 Gambar 30 : Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (PN) Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014
Sumber : Program Kesehatan Ibu Dinkes Prov. Sulut, 2015
4.1.3 Penanganan Komplikasi
Adalah cakupan ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu hamil bersalin dan nifas dengan komplikasi. Pada tahun 2014 cakupan penanganan komplikasi kebidanan ibu hamil di Provinsi Sulawesi Utara dilihat dari distribusi kabupaten/kota, maka penanganan komplikasi kebidanan tertinggi berada di Kabupaten Minahasa
50 Utara (145,85%) dan yang terendah di Kabupaten Bolaang Mongondow (29,72%).
Gambar 31 : Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014
Sumber : Program Kesehatan Ibu Dinkes Prov. Sulut, 2015
Jika disandingkan antara ke 3 variabel di atas yaitu K4, persalinan nakes dan penanganan komplikasi maka akan terlihat seperti gambar berikut, dimana seakan-akan tidak ada korelasi antara cakupan yang tinggi dari ke 3 variabel tersebut dengan kematian ibu.
51 Gambar 32 : Cakupan Kunjungan K4, Salinakes (PN) dan Penanganan Komplikasi Kebidanan (PK), dan Kematian Ibu di Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014
Sumber : Program Kesehatan Ibu Dinkes Prov. Sulut, 2015
4.2 Kesehatan Anak
4.2.1 Cakupan pelayanan kesehatan bayi
Cakupan pelayanan kesehatan bayi adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari - 2 bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan, 1 kali 6-8 bulan dan 1 kali pada umur 9-11 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care dan kualitas pelayanan kesehatan bayi. Cakupan pelayanan kesehatan bayi di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2014 seperti terlihat pada gambar yaitu 95% sudah melampaui target nasional (90%). Cakupan tertinggi ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur sebesar 112 % dan terendah di
52 Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang dan Biaro hanya sebesar 10 %. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar 33.
Gambar 33 : Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014
Sumber : Program Kesehatan Anak Dinkes Prov. Sulut, 2015
4.2.2 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Adalah cakupan pelayanan kesehatan anak balita (12-59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun, pemberian vitamin A2 kali setahun.
Sedangkan data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA menurut pedoman pengawasan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak, meliputi data sasaran (jumlah ibu hamil, jumlah ibu bersalin,
53 jumlah ibu nifas, jumlah bayi, jumlah anak balita, jumlah wanita usia subur) dan data pelayanan KIA. Setiap bulan bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku kohort dan register kemudian dijadikan sebagai bahan laporan bulan KIA. Langkah pengolahan data meliputi pembersihan data (melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir yang tersedia), validasi (melihat kebenaran dan ketepatan data) dan pengelompokkan (sesuai dengan kebutuhan data yang harus dilaporkan).
Pada tahun 2014 Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa mempunyai cakupan pelayanan kesehatan balita lebih dari 100% sedangkan Kota Kotamobagu mempunyai cakupan yang sangat kecil. Oleh karena itu data yang dikirimkan oleh kabupaten/kota tersebut perlu untuk ditinjau kembali meskipun sudah dimutahirkan.
Gambar 34 : Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014
54
4.3 Upaya Perbaikan Gizi 4.3.1 Gizi Buruk
Data yang diperoleh dari program gizi di Dinas Kesehatan Sulawesi Utara menunjukkan kasus gizi buruk di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2014 sebanyak 47 kasus, dengan kasus tertinggi berada di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kota Manado Masing-masing denga 7 kasus gizi buruk .Untuk Kota Tomohon dan Kota Bitung tidak ada kasus gizi buruk karena sepanjang tahun 2014 di kedua kota tersebut tidak ada kasus gizi buruk.
Gambar 35 : Distribusi Kasus Gizi Buruk Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014
Sumber : Program peningkatan Gizi Dinkes Prov. Sulut, 2015
4.3.2 Prevalensi BGM
Prevalensi Balita BGM di Sulawesi Utara tahun 2014 terlihat dimana Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud, Bolaang Mongondow Selatan dan Bolaang Mongondow Utara mempunyai prevalensi yang tinggi.
55 Gambar 36 : Prevalensi Balita BGM di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014
Sumber : Program Peningkatan Gizi Dinkes Prov. Sulut, 2015
4.3.3 Penimbangan Balita
Sepanjang tahun 2013 di Sulawesi Utara dari 201.176 balita yang tercatat 144.349 balita yang ditimbang atau hanya 71,75% yang ditimbang. Dari jumlah yang ditimbang tersebut terdapat 118.511 atau 82,1 balita naik berat badannya. Kab. Minahasa Tenggara merupakan daerah yang mempunyai cakupan tertinggi balita yang naik badannya, sementara Kab. Bolaang Mongondow mempunyai cakupan terendah.
56 Gambar 37 : Cakupan Penimbangan Balita di Provinsi Sulawesi Utara Tahun
2014
Sumber : Program Peningkatan Gizi Dinkes Prov. Sulut, 2015
4.3.4 Pemberian Kapsul Vitamin A
Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan bayi 6-11 mendapat kapsul vitamin A 1X dan umur 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 2x per tahun di 1 wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Sepanjang tahun 2014 dari 235.500 balita umur 12-59 bulan terdapat 204.209 balita yang mendapatkan kapsul vitamin A, dengan distribusi cakupan terbesar ada di Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang dan Biaro sebesar 100 % dan terkecil di Kabupaten Bolaang Mongondow hanya 56 %.
57 Gambar 38 : Cakupan Balita Mendapat Vitamin A di Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2014
Sumber : Program Peningkatan Gizi Dinkes Prov. Sulut, 2015
4.3.5 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Gizi buruk adalah status gizi menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan z-score=-3 dan atau dengan tanda-tanda klinis (maramus, kwashiorko, dan maramus kwashiorko). Menggunakan parameter BB dan TB.
Perawatan sesuai standar pada gizi buruk yang dimaksudkan adalah perawatan yang diberikan mencakup :
a) pemeriksaan klinis meliputi kesadaran, dehidarsi, hipoglikem dan hiportmi
58 c) pemberian larutan elektrolit dan icronutrient serta memberika makanan dalam bentuk, jenis, dan jumlah yang sesuai kebutuhan, mengikuti fase stabilitasi, tansisi, dan rehabilitasi.
d) diberikan pengobatan sesuai dengan penyakit
e) ditimbang setiap minggu untuk memantau peningkatan BB sampai mencapai Z-score-1
f) konseling gizi kepada orang tua/pengasuh tentang cara memberi anak makan.
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditandatangani disarana pelayanan kesehatan sesuai dengan tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Di Sulawesi Utara pada tahun 2014 terdapat 47 kasus dan keseluruhannya mendapatkan perawatan atau 100%. Sedangkan untuk Kota Bitung dan Kota Tomohon tidak ada kasus gizi buruk sehingga tidak ada yang dilakukan perawatan.
59 Gambar 39 : Cakupan Gizi Buruk yang mendapat perawatan di Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2014
Sumber : Program Peningkatan Gizi Dinkes Prov. Sulut, 2015
4.3.6 Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman, artinya hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Sepanjang tahun 2014, cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif adalah 38,51 % atau naik sedikit dibanding tahun 2013 yang mempunyai cakupan 26,3 %. Adapun variasi/disparitas cakupan terlihat pada gambar 40.
60 Gambar 40 : Cakupan Bayi Mendapat Asi Ekslusif di Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2014
Sumber : Program peningkatan Gizi Dinkes Prov. Sulut, 2015
4.4 Imunisasi Bayi
Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Upaya ini merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling cost efective. Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi di Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974.
Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi program pengembangan imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu, tuberlucosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B. Dengan upaya imunisasi pula, kita sudah dapat menekan penyakit polio dan sejak tahun 1995 tidak ditemukan lagi virus polio liar di Indonesia. Hal ini sejalan dengan upaya global untuk membasmi polio di dunia dengan program eradikasi polio (erapo).