• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Termasuk dalam devisi spermatophyta, subdevisi angiospermae, klas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Termasuk dalam devisi spermatophyta, subdevisi angiospermae, klas"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi Bambu

Bambu sebagai salah satu tumbuhan daerah tropis dan subtropik. Termasuk dalam devisi spermatophyta, subdevisi angiospermae, klas monocotyledonae, ordo Graminales, family graminiae, sub family bamusoideae. Secara alami bambu dapat tumbuh pada hutan primer maupun hutan skunder (bekas perladangan dan belukar). Pada umumnya bambu menghendaki tanah subur, sedangkan jenis lainnya dapat tumbuh pada tanah yang kurang merupakan jenis tanaman berkayu masuk dengan tempat tumbuhnya bambu adalah curah hujan yang cukup, minimal 1000 mm/thn ( Anonim, 1998).

Anonim (1999), mengemukan bahwa tanaman bambu dapat tumbuh mulai dari 0 – 1500 m dari permukaan laut, bahkan jenis –jenis yang berbatang kecil dijumpai tumbuh pada ketinggian antara 2000-3750 m dari permukaan laut. Pada ketinggian 3750 m dari atas permukaan laut, habitusnya berbentuk rumput.

Syarat Tumbuh Bambu

Menurut Anonim (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi syarat tumbuh bambu adalah sebagai berikut :

1. Tanah

Bambu dapat tumbuh baik pada semua jenis tanah terutama jenis tanah asosiasi latosol cokelat dengan regosol kelabu. pH tanah yang dikehendaki antara 5,6 – 6,5.

2. Ketinggian Tempat

(2)

berbatang kecil dijumpai tumbuh pada ketinggian antara 2000-3750 m dari permukaan laut. Pada ketinggian 3750 m dari atas permukaan laut, habitusnya berbentuk rumput.

3. Iklim

Faktor uang mempengaruhi adalah curah hujan, suhu udara dan kelembapan udara. Adapun kondisi yang baik adalah sebagai berikut :– 360 C, Kelembapan : 80 %

4. Teknik Pembibitan

Perbanyakan tanaman bambu dapat dilakukan dengan cara vegetatif dan generatif, perbanyakan generatif melalui bijinya, sedangkan perbanyakan vegetatif melalui stek batang atau stek rhizoma.

5. Pola Tanam

a. Penanaman Monokultur

Penanaman bambu secara murni dilakukan dengan menanam satu jenis bambu pada seluruh areal yang luas, hasilnya untuk memenuhi kebutuhan dalam jumlah besar.

b. Penanaman Campuran

Penanaman tanaman bambu ditanam bersama-sama dengan tanaman lainnya dengan tujuan mengendalikan erosi dan mempertahankan kesuburan tanah.

(3)

Potensi Bambu

Potensi jenis bambu didunia dikenal dalam 75 genus dan terdiri atas 1500 spesies. Di Indonesia terdapat kira-kira 10 genus yaitu Arundinaria, Bambusa,

Dendrocalamus, Dinochloa, Gigantochloa, Melacanna, Nastus, Phyllostachys, Shizostachyum dan Thyrostachys. Di asia terutama didaerah Indo-Burma dikenal

kira-kira 300 species, di India kira-kira 136 spesies, di Burma kira-kira 39 spesies, Di Malaysia kira-kira 29 spesies, di Jepang 9 spesies, di Philipina 30 spesies. Selanjutnya dikatakan bahwa hanya 5 spesies saja (termasuk dalam 2 genus) yang tumbuh asli di Indonesia, sedangkan lainnya merupakan jenis eksotik. Kelima spesies ini termasuk dalam kualitas yang rendah. Adapun cirri-cirinya adalah berdinding tipis, tumbuh asli di Indonesia, sedangkan spesies yang berdinding tebal dan beruas panjang berasal dari Burma serta negara Asia lainnya (Nur Berlian, 1995).

Bambu juga memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi bahan bakar alternatif atau biofuel yang ramah lingkungan. Pohon bambu juga berfungsi sebagai penjernih air. Oleh karena itu daerah bantaran sungai yang banyak pohon bambu, air sungai tersebut terlihat jernih. Bambu yang dimanfaatkan umumnya yang sudah masak tebang, lebih kurang berumur empat tahun dan pemanenannya dengan sistem tebang pilih. Setelah ditebang biasanya direndam dalam air mengalir, air tergenang, lumpur, air laut atau diasapkan. Kadang-kadang diawetkan juga dengan bahan kimia. Kegiatan selanjutnya adalah pengeringan (Batubara, 2002).

Tanaman bambu berpotensi menjadi solusi alternatif bagi sejumlah permasalahan lingkungan terutama dalam mengatasi pemanasan global. Menurut

(4)

Widjaja (2004), cepatnya pertumbuhan bambu dibanding dengan pohon kayu, membuat bambu dapat diunggulkan untuk deforestasi. Selain itu bambu juga merupakan penghasil oksigen paling besar dibanding pohon lainnya. Bambu juga memiliki daya serap karbon yang cukup tinggi untuk mengatasi persoalan CO2 di udara, selain juga merupakan tanaman yang cukup baik untuk memperbaiki lahan kritis. Selain itu Indonesia memiliki bambu sebagai sumber daya lokal terbarukan dengan potensi yang luar biasa dari aspek lingkungan alam dan sosial ekonomi.

Manfaat Tanaman Bambu

Menurut BAPEDAL, (2010), manfaat bambu tersebut adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Ekonomi

a. Sebagai bahan pembuatan rumah, jembatan dan alat penangkapan ikan. b. Sebagai bahan dasar bagi kerajinan rakyat untuk mebuatan alat-alat rumah

tangga seperti meuble, hiasan dan alat-alat dapur.

c. Memenuhi kebutuhan konsumen domestik dan mancanegara (Taiwan, Singapura dan Hongkong) yaitu sebagai alat bantu makan seperti sumpit dan pencukil gigi yang terbuat dari bambu

d. Rebung bambu merupakan salah satu bahan pangan dari banyak penduduk di Jawa Timur khususnya dalam bentuk sayuran bambu.

e. Bambu banyak dimanfaatkan pula sebagai bahan pembuatan pulp yang berkualitas tinggi.

f. Bambu dapat pula dipakai sebagai bahan obat-obatan. Ilmu pengobatan tradisional banyak menggunakan bambu sebagai bahan bakunya baik dari

(5)

daun, kulit luar dan kulit dalam dari batang dan rebungnya. Contohnya Rebung bambu kuning dapat digunakan untuk obat sakit kuning (Lever).

2. Manfaat Ekologi (Lingkungan Hidup)

a. Bambu mempunyai pertumbuhan yang cepat, sistem perakaran yang kuat dan luas sehingga dapat mencegah erosi, tanah longsor dan banjir.

b. Penanaman bambu pada hamparan lahan kritis yang luas diharapkan akan dapat meningkatkan daya dukung lingkungan.

c. Sebagai tanaman yang memiliki total luas daun yang besar dan berbulu halus serta mempunyai jaringan akar yang luas, maka tanaman bambu dapat ikut menyerap dan mengikat berbagai bahan dan gas pencemar di udara, tanah dan air.

d. Asli dari Indonesia, sehingga bambu mempunyai peranan penting dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati.

e. Dengan bentuk dan jenisnya yang beranekaragam bambu dapat digunakan sebagai tanaman hias pertanaman di perkotaan, sehingga dapat menambah keindahan dan kesejukan lingkungan.

f. Dalam komunitas yang luas bambu dapat menjadi habitat berbagai jenis satwa liar seperti burung, bajing dan lain-lain.

Dalam Kongres Bambu Internasional ke IV di Ubud Bali 1995 tersebut dirumuskan 6 aspek yang merupakan rekomendasi penelitian dalam pengembangan dan pemanfaatan bambu di dunia meliputi :

1. Aspek penanaman dan produksi bambu 2. Aspek konservasi dan keanekaragaman hayati 3. Aspek sosial dan ekonomi

(6)

4. Aspek bambu dalam pembangunan dan peranan LSM 5. Aspek teknologi pasca panen

6. Aspek bambu untuk perumahan

Bambu merupakan suatu ekosistem yang unik dengan fungsi bermacam-macam dan terdiri dari :

a) Fungsi Hidrologis

Fungsi hidrologis yaitu menjaga ketersediaan sumber air tanah, sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya banjir, serta mempertahankan kelestarian lingkungan hidup.

b) Fungsi Ekonomis

Fungsi ekonomis yaitu sebagai sumber bahan bangunan ( tiang rumah, atap rumah dan dinding rumah), bahan kerajinan tangan, makanan, obat-obatan dan bahan selolosa pembuatan kertas serta produk ekonomis lainnya.

c) Fungsi Sosial

Fungsi sosial ini berupa pemberian cuma-cuma bagi yang membutuhkannya, hal ini dapat dilihat dari pedesaan.

d) Fungsi Pertahanan

Fungsi pertahanan ini dapat dikatakan sangat tradisional dan bersifat historis, yang dialami masyarakat pada jaman penjajahan.

Nur Berlian (1995) menyatakan bahwa secara garis besar pemanfaatan batang bambu dapat dipisahkan kedalam dua golongan :

1. Berdasarkan bentuk bahan baku yaitu bambu yang masih dalam keadaan bulat, bambu yang dibelah, gabungan bambu bulat dan bambu belah, serta serat bambu.

(7)

2. Berdasarkan penggunaan akhir, yaitu untuk kontruksi dan non kontruksi. Batang bambu yang masih dalam keadaan bulat dapat dimanfaatkan untuk komponen bangunan rumah, seperti dinding, atap rumah, lantai, pintu, jendela dan tiang, juga sebagai komponen kontruksi jembatan pipa saluran air dan sebagainya. Batang bambu yang sudah dibelah banyak dimanfaatkan untuk industri kerajinan dalam bentuk anyaman atau ukiran untuk keperluan hiasan, perabot rumah tangga dan lain lain.

Batang bambu bulat dan belah banyak dimanfaatkan untuk industri furniture, seperti meja, kursi, lemari, rak dan tempat tidur. Bambu dalam bentuk serat dapat dimanfaatkan dalam bentuk pulp. Pembagian berdasarkan penggunaan akhir kedalam kontruksi dan non kontruksi disebabkan oleh banyaknya penggunaan bambu dibidang kontruksi. Nur Berlian V.A. dan Estu Rahayu 1995 mengatakan bahwa di Indonesia sekitar 80% dimanfaatkan dalam bentuk lain seperti kerajinan, furniture, chostick, industri pulp, serta keperluan lainnya.

Pengembangan Tanaman Bambu

Adapun cara pengembangan bambu yaitu :

a. Sebagai pengendali erosi dan konservasi air dapat dikembangkan pada lahan kritis sekaligus sebagai tanaman penghijauan.

b. Sebagai upaya pengendali tanah longsor dan banjir dapat dikembangkan di tebing-tebing sungai, tepi jurang, tanah-tanah perbukitan dan tanah kosong lainnya.

(8)

c. Untuk menambah keindahan, keasrian lingkungan dapat dikembangkan bambu hias tanam ditanam kota, perkarangan rumah, tepi lapangan, ditepi jalan, halaman sekolah dan halaman rumah.

d. Sebagai upaya penanggulangan polusi udara dan kebisingan dapat dikembangkan pula taman bambu dan bambu hias di lingkungan industri, halaman pabrik dan di lingkungan perumahan.

e. Pada kawasan penyangga kawasan lindung dapat dikembangkan di lahan milik rakyat sebagai pemilikan atau di kawasan hutan sebagai tanda batas hutan antara lahan milik dan lahan hutan milik Negara.

Kelebihan Bambu

Bambu mudah menyesuaikan diri dengan kondisi tanah dan cuaca yang ada, serta dapat tumbuh mulai 0- 1500 m dari di atas permukaan laut. Bambu tumbuh berumpun dan memiliki akar rimpang yaitu semacam batang bukan akar maupun tandang. Bambu memiliki ruas dan buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran lebih kecil dibandingkan dengan bulunya sendiri. Pada ruas-ruas ini, tumbuh akar-akar yang memungkinkan untuk memperbanyak tanaman ini dari potongan-potongan setiap ruasnya, disamping tunas-tunas rimpangnya.

(9)

Menurut Wahyudin (2008), ada tiga kelebihan bambu jika dibandingkan tanaman kayu antara lain :

1. Tumbuh dengan cepat

Bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh dalam waktu yang singkat dibandingkan dengan tanaman kayu. Dalam sehari bambu dapat bertambah panjang 30-90 cm. Rata-rata pertumbuhan bambu untuk mencapai usia dewasa dibutuhkan waktu 3-6 tahun. Pada umur ini, bambu memiliki mutu dan kekuatan yang paling tinggi. Bambu yang telah dipanen akan segera tergantikan oleh batang bambu yang baru. Hal ini berlangsung secara terus menerus secara cepat sehingga tidak perlu dikhawatirkan bambu ini akan mengalami kepunahan karena dipanen. Berbeda dengan kayu, setelah ditebang akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk menggantinya dengan pohon baru.

2. Tebang Pilih

Bambu yang telah dewasa yakni umur 3-6 tahun dapat dipanen untuk digunakan dalam berbagai keperluan. Dalam memanen dapat melakukan dengan dua cara yaitu dengan metode tebang pilih dan tebang habis. Tebang habis yaitu menebang semua batang bambu dalam satu rumpun baik batang yang tua maupun yang muda. Metode ini kurang menguntungkan karena akan didapatkan kualitas bambu yang berbeda-beda dan tidak sesuai dengan yang diinginkan, selain itu akan memutuskan regenerasi bambu itu sendiri. Metode tebang pilih adalah metode penebangan berdasarkan umur bambu. Metode ini sangat efektif karena

(10)

akan didapatkan mutu bambu sesuai dengan yang diinginkan dan kelangsungan pertumbuhan bambu akan tetap berjalan.

3. Meningkatkan Volume Air Bawah Tanah

Tanaman bambu memiliki akar rimpang yang sangat kuat. Struktur akar ini menjadikan bambu dapat mengikat tanah dan air dengan baik. Dibandingkan dengan pepohonan yang hanya menyerap air hujan 35-40%. Bambu dapat menyerap air hujan hingga 90 %.

Kelemahan Bambu

Kelemahan bambu terdapat pada sifat dari keawetan/ketahanannya. Keawetan/ketahanan bambu adalah daya tahan bambu terhadap berbagai faktor perusak bambu terhadap serangan rayap, bubuk kayu kering dan jamur perusak bambu. Ketahanan alami bambu lebih rendah dibandingkan dengan kayu. Ketahanan bambu tergantung pada kondisi iklim dan lingkungan. Bambu tanpa perlakuan khusus dapat bertahan antara satu sampai tiga tahun jika berinteraksi dengan tanah dan udara. Jika berinteraksi dengan air laut usianya kurang dari satu tahun. Jika diawetkan usianya biasa mencapai 4-7 tahun dan dalam kondisi tertentu biasa mencapai 10-15 tahun (Swara, 1997).

Pemanfaatan Bambu

Bambu merupakan salah satu tanaman ekonomi yang digolongkan dalam hasil hutan non kayu, meskipun demikian manfaat bambu dalam kegiatan konservasi sangat baik untuk menahan erosi dan sedimentasi, terutama didaerah bantaran sungai. Dalam konteks tata air, bambu juga efektif untuk menahan run

(11)

off air, sehingga banyak berfungsi di daerah tangkapan air. Bambu juga memiliki

kemampuan peredam suara yang baikdan menghasilkan banyak oksigen sehingga dapat ditanam dipusat pemukiman dan pembatas jalan raya (Diniaty dan Sofia, 2000).

Bambu merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi kehidupan, semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, kelopak, bahkan rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Menurut Departemen Kehutanan, (2004), manfaat bambu ditinjau dari setiap bagian tanamannya antara lain :

a. Akar

Akar tanaman bambu dapat berfungsi sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya banjir, takheran bila beberapa jenis bambu yang banyak tumbuh di pinggir sungai atau jurang sesungguhnya berperan penting mempertahankan kelestarian tempat tersebut. Bambu juga dapat berperan menangani limbah beracun akibat keracunan merkuri, bagian tanaman ini menyaring air yang terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akarnya. Selain itu akar bambu melakukan penampung mata air sehingga bermanfaat sebagai sumber penyediaan air sumur (Departemen Kehutanan, 2004).

b. Batang

Batang bambu memang merupakan bagian yang paling banyak diusahakan untuk dibuat berbagai macam barang untuk keperluan sehari-hari, batang bambu baik yang masih muda maupun yang sidah tua dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, namun ada juga jenis bambu yang dapat dan tidak dapat dimanfaatkan (Departemen Kehutanan, 2004).

(12)

c. Daun

Daun bambu dapat digunakan sebagai alat pembungkus, misalnya makanan kecil seperti uli dan wajik, selain itu di dalam pengobatan tradisional daun bambu dapat dimanfaatkan sebagai ramuan untuk mengobati demam panas pada anak-anak. Hal ini disebabkan daun bambu mengandung zat yang bersifat mendinginkan, dengan demikian panas dalam dapat dengan mudah dihalau, dari hasil penelitian diketahui cairan bambu juga dapat menyembuhkan lumpuh badan sebelah yang diakibatkan darah tinggi (Departemen Kehutanan, 2004).

d. Rebung

Rebung merupakan tunas bambu atau disebut uga trubus bambu merupakan kuncup bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar rhizome maupun buku-bukunya, rebung dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang tergolong kedalam jenis-sayur-sayuran. Namun tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan rebungnya untuk pangan, karena rasanya ada yang pahit (Departemen Kehutanan, 2004).

e. Tanaman Hias

Tanaman bambu banyak pula yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias, mulai dari jenis bambu kecil, batang kecil, lurus, dan pendek yang banyak ditanam sebagai tanaman pagar dipekarangan. Selain itu terdapat jenis-jenis bambu hias lain yang dapat dimanfaatkan untuk halaman pekarangan yang luas, halaman terbatas, danuntuk pot (Departemen Kehutanan 2004).

(13)

Produk olahan Bambu

Menurut Batubara (2002), bambu dapat menghasilkan beberapa produk olahan dari bambu antara lain :

1. Bambu Lapis

Seperti halnya kayu diolah menjadi kayu lapis maka bambu juga digunakan sebagai bahan baku kayu lapis. Berbagai macam produk bambu lapis dibuat baik dari sayatan bambu maupun pelepuh bambunya. Jenis yang umum dipakai untuk bambu lapis adalah bambu tali (Gigantocloa apus). Kadang-kadang bambu lapis ini dicampur dengan veneer kayu meranti untuk lapisan dalamnya, atau sebaliknya lapisan luarnya berupa veneer kayu.

2. Bambu Lamina

Bambu lamina adalah produk olahan bambu dengan cara merekatkan potongan-potongan dalam panjang tertentu menjadi beberapa lapis yang selanjutnya dijadikan papan atau bentuk tiang. Lapisannya umumnya 2-5 lapis. Banyaknya lapisan tergantung ketebalan yang diinginkan dan penggunaannya. Kualitas bambu lamina ini sangat ditentukan oleh bahan perekatnya. Dengan bahan perekat yang baik maka kekuatan bambu lamina dapat disejajarkan dengan kekuatan kayu kelas III.

3. Papan Semen

Papan semen bambu terbuat dari bambu, semen dan air kapur. Bambu terlebih dahulu diserut, kemudian direndamkan dalam air selama dua hari. Selanjutnya dicampur ketiga bahan tersebut dan kemudian dibentuk papan pada suhu 56

0

(14)

4. Arang bambu

Pembuatan arang dari bambu dilakukan dengan cara destilasi kering dan cara timbun skala semi pilot. Bambu yang sudah dicobakan adalah bambu tali (Gigantochloa apus), bambu ater (Gigantochloa atter), bambu andong dan bambu betung (Dendrocalamus asper). Nilai kalor arangnya rata-rata 6602 kal/gr, dan yang paling baik dijadikan arang adalah bambu ater dimana sifat arangnya yang dihasilkan relatif sama dengan sifat arang dari kayu bakau.

5. Pulp

Pabrik kertas sangat potensial dalam memanfaatkan bambu sebagai bahan kertas. Cara pembuatan bahan kertas dari bambu mula-mula bambu dipotong dan diserpih dengan ukuran 25 mm x 25 mm x 1 mm. Dengan tekanan dan suhu tertentu serpihan bambu tersebut dimasak selama 1,5 jam. Kemudian pulp dicuci dan disaring. Kemudian pulp diurai dengan pengaduk 3-4 jam. Hasil uraian disaring, dicuci dan diputihkan. Setelah dicuci pulp dibuat lembaran sebagai bahan pembuatan kertas. Bambu memiliki kandungan selulosa yang sangat cocok untuk dijadikan bahan kertas dan rayon. Pemanfaatan bambu sebagai bahan kertas di Indonesia telah diterapkan pada industri di Gowa dan Banyuwangi. Namun industri ini memiliki kendala dari segi bahan baku sehingga dibuat modifikasi yaitu campuran pulp bambu dengan perbandingan 70 % : 30 %.

6. Kerajinan dan Handicraft

Berbagai kerajinan dan handycraft dibuat dari bambu antara lain : tempat pulpen, gantungan kunci, cup lampu, keranjang, tas, topi dan lain-lain. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah keterampilan dan kreativitas dalam memanfaatkan bambu.

(15)

7. Sumpit

Pengembangan bahan bambu sebagai bahan industri telah pula mencakup kebutuhan peralatan makan berupa supit, tusuk sate dan tusuk gigi. Perkembangannnya sangat cepat karena mudah dalam pengerjaan apalagi bila dikerjakan dengan mesin secara otomatis. Bambu yang bagus untuk dijadikan supit adalah bambu mayan dan bambu andong. Bambu yang bagus untuk supit bambu yang berumur 3 tahun dimana untuk meningkatkan kualitasnya setelah ditebang sebaiknya jangan langsung diproses tetapi dikeringkan terlebih dahulu selama kurang lebih 4 hari.

8. Furniture dan Perkakas Rumah Tangga

Bambu yang dipergunakan untuk mebel harus memenuhi beberapa syarat. Selain warna yang menarik juga dapat dibentuk secara istimewa dengan nilai seni yang tinggi tetap memenuhi kekokohannya. Olesan pengawet dan penghias, seperti pernis meningkatkan keawetan dan penampilan dengan tetap berkesan alami.

9. Komponen Bangunan Rumah

Bambu yang digunakan sebagai bahan bangunan sebaiknya diawetkan lebih dahulu dengan cara perendaman dalam air selama beberapa minggu kemudian dikeringkan. Kadang-kadang juga dilakukan pengasapan belerang agar hama yang ada mati dan tidak dikunjungi oleh hama perusak. Bambu banyak digunakan pada pembangunan rumah rakyat di pedesaan. Dengan perkembangan harga bahan dasar dan kebutuhan perumahan rakyat yang sederhana. Maka pengembangan rumah berbahan bambu sesuai untuk membantu rakyat yang berpenghasilan rendah, terutama di daerah yang mempunyai ketersediaan bambu.

(16)

Penggunaan bambu oleh masyarakat sebagai bahan bangunan perumahan selain mudah didapat, bahan bambu dipercaya oleh masyarakat sebagai bahan yang kuat dan awet dengan catatan penggunaan terhindar untuk berhubungan langsung dengan air.

10. Rebung

Bambu dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dalam bentuk rebung. Jenis-jenis tertentu rebungnya dapat dimakan karena kadar HCN kecil atau sama sekali tidak ada, rasanya memenuhi selera, lunak dan warnanya menarik. Kandungan gijinya cukup memadai sebagai sumber mineral dan vitamin.

11. Bahan Alat Musik Tradisional

Sesuai dengan ketebalan dinding, diameter dan panjang buluh, bambu dapat dibuat alat musik tradisional yang menghasilkan nada dan alunan suara yang khas. Faktor ketepatan memilih jenis dan tingkat pengeringan diperlukan guna memperoleh kualitas yang memadai. Bambu dapat dibuat alat musik tiup, alat musik gesek maupun alat musik pukul. Contoh yang terkenal adalah seruling, angklung, gambang, calung, kentongan, dll. Pembuatan alat musik dari bambu dituntut pengetahuan nada dan ketelatenan penanganan pekerjaan. Misalnya pada pembuatan angklung, bambu dipilih dari jenis bambu tertentu. Bambu hitam

(Bambusa lako), bambu lengka (Gigantochloa apus) dan bambu tali (Gigantochloa apus) cocok dipergunakan untuk membuat kerangka angklung.

Waktu penebangan bambu harus cukup umur (2-3 tahun) tepat waktunya yakni pada musim kemarau.

(17)

Jenis –Jenis Bambu

1. Bambu hijau (Gigantochloa apus)

Bambu hijau secara umum berbuluh tegak, batang berwarna hijau kekuning-kuningan, tingginya mencapai 15 m, diameter batang 6-12 cm, tebal dinding batang mencapai 10 mm, dengan panjang ruas (jarak buku) 40-60 cm. Klasifikasi Bambu hijau menurut Widjaja (2001) adalah sebagai berikut :

Nama daerah : Buluh hijau (Melayu), Buluh regen (Karo), Buluh Yakyak (Gayo)

Indonesia : Bambu hijau Genus : Gigantochloa Spesies : Gigantochola apus

2. Bambu talang (Schizostachyum brachycladum)

Bambu talang berbentuk rumpun dan punya ranting banyak (manggarai), bela (jawa), berwarna hijau. Bambu talang dapat tumbuh didaerah tropis yang lembab dan juga di daerah kering, baik didataran rendah dan dataran tinggi. Dicirikan oleh kotornya pelepah buluh yang melekat pada bulunya. Tinggi buluh bias mencapai 10 meter – 15 meter, dengan diameter mencapai 7 meter, dengan panjang ruas 30 – 40 cm dengan dinding tipis, dan tebal 6 milimeter.

Klasifikasi Bambu talang menurut Widjaja (2001) adalah sebagai berikut : Nama daerah : Bambu talang sering disebut awi buluh, pereng buluh Indonesia : Bambu Talang

Genus : Schizostachyum

(18)

3. Bambu betung (Dendromus calamus asper)

Bambu ini memiliki buluh beludru cokelat pada bagian bawah buluh yang muda sedangkan bagian atasnya tertutup lilin putih yang akan hilang ketika tua. Buluh : Tinggi mencapai 30 meter dengan ujung melengkung, diameter 8-15 cm, panjang ruas 30-40 cm, tebal dinding 1 cm. buluh muda bagian bawah tertutup beludru cokelat.

Klasifikasi Bambu betung menurut Widjaja (2001) adalah sebagai berikut :

Nama daerah : Bambu betung memiliki nama daerah yaitu betung, beto (manggarai), bheto (bajawa), oopatu (bima), patung (tetun).

Indonesia : Bambu betung Genus : Dendromus

Spesies : Dendromus calamus asper 4. Bambu kuning (Bambusa vulgaris )

Dicirikan oleh buluh yang tegak, hijau atau kuning bergaris hijau mengkilat, dengan percabangan horizontal di permukaan tanah. Tinggi buluh mencapai 30 meter dengan diameter 5-10 cm dan panjang ruas 20-40 cm. Di Indonesia terdiri dari 3 varietas yaitu berbulu hijau, berbulu kuning.

Klasifikasi Bambu kuning menurut Widjaja (2001) adalah sebagai berikut : Nama daerah : Bambu Kuning

Indonesia : Bambu Kuning

Genus : Bambusa

(19)

Nilai Ekonomi Hasil Hutan

Nilai (Value) merupakan persepsi manusia tentang makna /manfaat/kegunaan yang diberikan kepada sesuatu pada tempat dan waktu tertentu. Persepsi itu sendiri merupakan ungkapan, pandangan seseorang induvidu tentang terhadap sesuatu benda, dengan proses pemahaman melalui panca indera yang diteruskan ke otak untuk proses pemikiran, kemudian disini berpadu dengan harapan atau norma-norma kehidupan yang melekat pada induvidu atau masyarakat tersebut (Ichwandi, 1996).

Dalam melakukan penilaian ekonomi suatu barang atau jasa dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode nilai pasar, metode nilai relative dan biaya metode pengadaan. Metode nilai pasar digunakan jika barang atau jasa yang ditetapkan penjual dan pembeli di pasar. Penilaian ekonomi dengan metode nilai pasar akan dianggap paling baik dengan catatan nilai pasar itu tetap tersedia (Affandi dan Patana, 2002).

(20)

Kondisi Umum Penelitian a. Desa Sembahe

Secara administrarif, Sembahe termasuk dalam Desa Sembahe, Kecamatan sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan letak geografis, Desa sembahe berada pada koordinat 3º20’29’’ LU- 98º35’6’’ BT.

Adapun batas-batas wilayah Desa Sembahe antara lain : - Sebelah Utara : Desa Bingkawan

- Sebelah Selatan : Desa Buah Nabar / Sibolangit - Sebelah Timur : Desa Buah Nabar

- Sebelah Timur : Desa Batu Mbelin

Desa Sembahe terletak ± 800 meter diatas permukaan laut (mdpl) dengan jarak sekitar 35 km dari kota Medan dan dapat ditempuh dengan perjalanan sekitar satu jam dari Medan. Desa sembahe memiliki iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di desa Sembahe. Jenis tanah

b. Desa Sibolangit

Secara administrarif, Desa Sibolangit berada pada 45°14 - 6°18 LU dan 110°33 - 120°48 BT.

Adapun batas-batas wilayah Desa Sibolangit antara lain : - Sebelah Utara : Desa Pancur batu

- Sebelah Selatan : Desa Barus Jahe - Sebelah Timur : Desa Sibiru-biru - Sebelah Timur : Desa Kutalimbaru

(21)

Desa Sibolangit Kabupaten Deli Serdang ini berjarak sekitar 50 km dari kota Medan Desa ini berada pada ketinggian 500-1000 meter dari permukaan laut. Iklim dmerupakan faktor penting yang mempengaruhi tanah maupun tanaman. Faktor iklim yang paling penting adalah curah hujan dan temperatur yang keduanya saling mempengaruhi. Lokasi penelitian ini termasuk daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi setiap tahunnya. Tanah lokasi penelitian termasuk tanah Inseptisol dan memiliki bahan induk Andesit yang subur karena mengandung mika dan kaya kalium sebagai unsur makro.

c. Desa Tongkoh

Secara administratif Desa Tongkoh berada di titik koordinat 116 ’16 “- 019 ‘

37 LU dan 9812 ‘ 16 “ BT. Desa Tongkoh berada diantara jalan raya Berastagi-Medan, jarak dari Ibukota Kabupaten ke desa ini lebih kurang sekitar 26 km, sedangkan dari kota Berastagi hanya berkisar 5 km, sebaliknya jika berangkat dari Ibukota Propinsi menuju lokasi ini jarak yang harus ditempuh berkisar lebih kurang 59 km. Letak wilayah desa ini dikelilingi dan dibatasi oleh beberapa desa serta pegunungan.

Adapun batas-batas wilayah Desa Tongkoh antara lain :

- Sebelah Barat berbatasan dengan desa Peceren Kecamatan Berastagi. - Sebelah Timur berbatasan langsung dengan Gunung Barus yang dikelola

oleh Dinas Kehutanan sebagai hutan lindung Bukit Barisan.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Basam Kecamatan Barus Jahe. - Sebelah Utara desa ini dibatasi oleh Gunung Singkut yang juga merupakan

(22)

Iklim wilayah ini dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Bulan hujan terjadi pada selang bulan Januari sampai dengan April, sedangkan bulan kering rata-rata terjadi pada selang bulan Mei sampai dengan Agustus. Kondisi ini berpengaruh terhadap karakteristik vegetasi dan satwa yang ada di dalam kawasan dan pola pengelolaan lahan pertanian oleh masyarakat sekitar kawasan. Jenis tanah pada kawasan ini meliputi tanah Aluvial, Latosol dan Andosol, Organosol dan Gley, Regosol, Podsolik Merah Kuning serta Regosol dan Andosol.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa peserta merasa puas terhadap inovasi-inovasi metode pembelajaran yang dijalankan instruktur dalam menyampaikan

berdasarkan hasil penelitian terakhir yang dilakukan oleh Surono,dkk seperti yang tersaji dalam bukunya berjudul “Publikasi Khusus Geologi Lengan Tenggara Sulawesi”

Membuat laporan rekapitulasi kartu inventaris barang semester I,semester II dan tahunan.. Membuat laporan rekapitulasi barang ke neraca semester I,semester II

Investasi pada entitas asosiasi dicatat di laporan posisi keuangan konsolidasian sebesar biaya perolehan dan selanjutnya disesuaikan untuk perubahan dalam bagian

Bunga dalam berbagai tipe perbungaan simosa atau rasemosa; biseksual, jarang uniseksual, umumnya 3, 5, 10; lobus calix imbrikatus; corolla membentuk tabung, lobus valvatus,

Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang

… nakita na ang mga BSU sa mga simpleng sitwasyunal na sentens na hindi imperatib ay maaaring samahan ng mga berbal na panlapi ng walang pagbabago sa gramatikal at istruktura