• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

44 A.Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Penelitian

a. Deskripsi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang Program pelatihan kerja dilaksanakan di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang, Institusi pemerintah ini beralamat di Jl. Jend. Ahmad Yani No. 319 Magelang 56114. Telp (0293) 362860, 362538. Fax. 362860. Demi kelancaran aktivitas organisasi agar dapat terlaksana dan mencapai hasil yang baik, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang merumuskan tupoksi dan struktur organisasi, visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, dan kebijakan sebagai berikut:

1) Tupoksi dan Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Magelang No. 4 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang mempunyai tugas pokok “Membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan, ketransmigrasian dan sosial”.

Adapun struktur organisasi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang adalah sebagai berikut:

(2)
(3)

2) Visi

“Terwujudnya Pelayanan Ketenagakerjaan, Ketransmigrasian dan Kesejahteraan Sosial yang mandiri, sejahtera dan berkeadilan” Keterangan:

Pelayanan Ketenagakerjaan : Upaya pemberian kemudahan administrasi dan birokrasi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku kepada tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.

Pelayanan Ketransmigrasian : Upaya pemerintah memberikan kemudahan administrasi dan birokrasi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku untuk calon transmigran pada waktu sebelum, selama dan sesudah pemberangkatan transmigrasi. Pelayanan Kesejahteraan

Sosial

: Upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat guna memenuhi kebutuhan dasar yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial.

Mandiri : Membangun daya pikir kita untuk tidak tergantung pada orang lain/pemerintah dengan sepenuhnya. Sejahtera : Tercukupinya kebutuhan dasar

manusia sehingga dapat hidup layak yang mengarah pada peningkatan kualitas hidup, bermartabat dan mampu memberdayakan diri.

Berkeadilan : Tidak membedakan antara satu dengan lainnya dan dapat memberikan hak yang sesuai dengan kebutuhannya

(4)

tanpa merugikan yang lainnya. 3) Misi

a) Meningkatkan kualitas SDM yang cerdas, terampil, kreatif, inovatif dan memiliki etos kerja yang tinggi;

b) Meningkatkan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja dan masyarakat;

c) Mendorong perluasan kesempatan kerja dan penempatan tenaga kerja;

d) Mewujudkan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat;

e) Mewujudkan jaminan kepastian hukum di bidang ketenagakerjaan menjadi institusi andalan untuk menciptakan suasana nyaman dan produktif;

f) Mewujudkan masyarakat transmigran yang sejahtera dan mandiri; g) Mewujudkan kesejahteraan sosial melalui pencegahan dan

pengendalian permasalahan sosial;

h) Meningkatkan pelestarian nilai-nilai kepahlawanan dan kesetiakawanan sosial.

4) Tujuan

a) Meningkatnya kualitas dan produktivitas SDM di bidang ketenagakerjaan, ketransmigrasian dan kesejahteraan sosial sehingga ada peningkatan kualitas pembinaan manajemen dan dukungan administrasi dinas;

b) Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pelatihan kerja dan produktivitas;

c) Menciptakan kesempatan kerja yang seluas-luasnya bagi pencari kerja dan mewujudkan penempatan tenaga kerja di dalam dan ke luar negeri secara tertib, baik dan efisien;

d) Menciptakan ketenangan bekerja dan berusaha;

e) Mewujudkan pengawasan ketenagakerjaan secara mandiri, tidak memihak dan professional;

f) Meningkatkan kualitas calon transmigran, memberikan kepastian daerah tujuan layak huni, layak berkembang dan layak usaha;

g) Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan sosial bagi penyandang masalah sosial melalui pencegahan dan pengendalian, sehingga terjadi peningkatan kemandirian;

h) Melestarikan nilai-nilai kepahlawanan dan kesetiakawanan sosial, serta mengembangkan prakarsa dan peranan masyarakat.

5) Sasaran

a) Peningkatan kualitas dan produktivitas SDM di bidang ketenagakerjaan, ketransmigrasian dan kesejahteraan sosial;

b) Terwujudnya peningkatan kualitas penyelenggaraan pelatihan kerja dan produktivitas;

(5)

c) Terciptanya kesempatan kerja yang seluas-luasnya bagi pencari kerja dan mewujudkan penempatan tenaga kerja di dalam dan ke luar negeri secara tertib, baik dan efisien;

d) Terciptanya ketenangan bekerja dan berusaha;

e) Terwujudnya pengawasan ketenagakerjaan secara mandiri, tidak memihak dan professional;

f) Terwujudnya peningkatan kualitas pembinaan manajemen dan dukungan administrasi dinas;

g) Terwujudnya taraf hidup dan kesejahteraan sosial bagi penyandang masalah sosial, meningkatnya kemandirian penyandang masalah sosial;

h) Terwujudnya kesejahteraan sosial melalui pencegahan dan pengendalian permasalahan sosial;

i) Terwujudnya nilai-nilai kepahlawanan dan kesetiakawanan sosial; j) Terwujudnya pengembangan prakarsa dan peranan masyarakat. 6) Strategi

a) Penerapan sistem standarisasi dan kompetensi yang kompatibel; b) Penerapan sistem pelatihan kerja nasional yang mengacu kepada

kebutuhan dunia kerja (Competensy Based Training);

c) Menjalin kerjasama bidang standarisasi, sertifikasi dan pelatihan di tingkat propinsi;

d) Memberdayakan lembaga pelatihan tenaga kerja swasta dan lembaga pelatihan kerja di perusahaan;

e) Menciptakan iklim investasi yang ramah ketenagakerjaan;

f) Mengembangkan dan memfasilitasi peningkatan pelayanan penciptaan dan perluasan kerja yang berbasis masyarakat dan penerapan prinsip jiwa dan semangat kemandirian sistem padat kerja dan teknologi tepat guna;

g) Menyelenggarakan dan memfasilitasi penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri melalui mekanisme AKL, AKAD, AKSUS dan Luar Negeri melalui mekanisme AKAN;

h) Menyelenggarakan pembinaan teknis lembaga pelayanan ketenagakerjaan di Dalam Negeri dan Luar Negeri;

i) Mengembangkan Sistem Informasi Pasar Kerja;

j) Memberdayakan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas lembaga bursa kerja;

k) Menyusun dan menerapkan analisis jabatan dan informasi jabatan; l) Mewujudkan penyelenggaraan transmigrasi yang produktif dan

inovatif;

m) Mengembangkan sistem perencanaan, pemrograman dan penganggaran berbasis kinerja;

n) Meningkatkan kualitas pendayagunaan SDM; o) Mengefektifkan sarana dan prasarana yang tersedia;

p) Mewujudkan dukungan kelembagaan yang efektif dan efisien; q) Melaksanakan pendidikan perburuhan;

(6)

r) Mengintensifkan dialog sosial; s) Pengaturan syarat-syarat kerja; t) Pengaturan pengupahan;

u) Pengaturan perlindungan sosial;

v) Pembinaan dan pelaksanaan hubungan industrial yang sesuai peraturan perundang-undangan;

w) Peningkatan kerjasama dengan instansi terkait; x) Pengembangan budaya dan etos kerja;

y) Pemantapan Sistem Pengawas Ketenagakerjaan;

z) Pengembangan strategi dan program dalam rangka pencapaian Program Substansi Teknis Pengawas Ketenagakerjaan;

aa) Terwujudnya taraf hidup dan kesejahteraan sosial bagi penyandang masalah sosial;

bb) Meningkatnya kemandirian penyandang masalah sosial. 7) Kebijakan

a) Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja; b) Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha;

c) Penerapan dan upaya peningkatan mobilitas tenaga kerja pada sektor industri dan jasa;

d) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat miskin dan memperoleh hak ekonomi, sosial, politik dan budaya;

e) Meningkatkan kualitas dan professionalism SDM aparatur dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik;

f) Peningkatan sarana dan prasarana pemerintah daerah;

g) Menata hubungan industrial yang kondusif dan mencerminkan asas keadilan;

h) Memberdayakan kelembagaan Bipatrit dan Tripatrit serta peningkatan kesadaran berbagai pihak untuk mengupayakan kesejahteraan dan perlindungan bagi para pekerja;

i) Melindungi hak-hak dan keselamatan tenaga kerja; j) Kebijakan dari Kantor Kesejahteraan Sosial adalah:

a) Peningkatan kesejahteraan penyandang masalah sosial

b) Memelihara kebersihan, kerapian dan keindahan TMP I dan II c) Peningkatan SDM generasi muda dan pekerja sosial

k) Mendorong/motivasi penyandang masalah sosial dengan memberikan pembinaan, pengarahan melalui bimbingan mental, sosial dan pemberian keterampilan;

l) Memfasilitasi kegiatan kepada penyandang masalah sosial dengan memberikan bantuan dana/barang yang dibutuhkan.

Pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dilaksanakan oleh Bidang Ketenagakerjaan yaitu Sub Bagian Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (PENTA).

(7)

Adapun tugas pokok dan fungsi (tupoksi), serta rincian tugas Sub Bagian PENTA adalah sebagai berikut:

1) Tupoksi

Kepala Bidang PENTA mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dalam bidang penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja. Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud diatas, Kepala Bidang PENTA mempunyai fungsi:

a) Perencanaan penyusunan program dan kegiatan Bidang PENTA; b) Pengkoordinasian pelaksanaan program dan kegiatan Bidang

PENTA;

c) Pelaksanaan kegiatan Bidang PENTA;

d) Pembinaan dan pengendalian program dan kegiatan Bidang PENTA. 2) Rincian Tugas

a) Menyusun rencana program dan kegiatan Bidang PENTA;

b) Mengumpulkan dan mengkaji data dan informasi lainnya sebagai bahan perumusan kebijakan teknis di Bidang PENTA;

c) Mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data Bidang PENTA; d) Menyelenggarakan bursa kerja dan menyebarluaskan informasi pasar

kerja/lowongan kerja lokal, antar daerah dan antar negara;

e) Melaksanakan pelayanan perizinan Bidang Penempatan Tenaga Kerja yang meliputi izin operasional Bursa Kerja Khusus (BKK), Penampungan Pra Pemberangkatan Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI), Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh dan memberikan rekomendasi izin pendirian Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta (LPTKS), Cabang Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), rekomendasi pengurusan paspor CTKI dan rekomendasi Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA); f) Melaksanakan pembinaan BKK, penampungan pra pemberangkatan

CTKI, perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh, LPTKS dan PPTKIS;

g) Melaksanakan pemagangan, penempatan tenaga kerja Angkatan Kerja Lokal (AKL), Angkatan Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Angkatan Kerja Antar Negara (AKAN);

(8)

h) Menyelenggarakan dan melaksanakan kegiatan padat karya bagi penganggur dan setengah penganggur, mengembangkan, menyebarluaskan dan menerapkan teknologi tepat guna;

i) Mendayagunakan tenaga kerja pemuda, wanita, penyandang cacat dan lanjut usia;

j) Menyelenggarakan pendayagunaan tenaga kerja mandiri;

k) Mengkoordinasikan dan mengendalikan target pendapatan yang bersumber dari retribusi Bidang PENTA;

l) Member petunjuk, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan;

m) Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan sebagai bahan masukan;

n) Melaksanakan tertib administrasi dan menyusun laporan pelaksanaan tugas/kegiatan Bidang PENTA;

o) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan. b. Deskripsi Program Pelatihan Kerja

Masalah ketenagakerjaan dari waktu ke waktu masih diwarnai dengan tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi, serta terbatasnya kesempatan kerja yang tersedia. Jumlah pengangguran Indonesia menurut Survey Angkatan Kerja Nasional bulan Agustus 2012 masih mencapai 7,7 juta orang atau sekitar 6,56 persen dari total angkatan kerja. Kondisi demikian juga terjadi di Kota Magelang, jumlah angkatan kerja di Kota Magelang hingga Agustus 2012 tercatat sebanyak 63.170 orang dan jumlah bukan angkatan kerja tercatat sebanyak 27.775 orang. Angkatan kerja tersebut terdiri dari penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja maupun pengangguran. Jumlah angkatan kerja yang bekerja tercatat sebanyak 57.669 orang, sedangkan pengangguran tercatat sebanyak 5.501 orang.

(9)

Jumlah angkatan kerja yang mencari pekerjaan sampai dengan akhir Desember 2011 secara kumulatif sebanyak 869 orang terdaftar di Disnakertrans Kota Magelang sebagai pemegang Kartu AK.I (Kartu Kuning). Sebanyak 869 orang yang terdaftar di Disnakertrans Kota Magelang tersebut berhasil disalurkan untuk bekerja sebanyak 574 orang pada tahun 2012. Dengan demikian, hingga akhir Desember 2012 masih terhitung sebanyak 295 orang yang tercatat sebagai pencari kerja belum memperoleh pekerjaan atau berstatus sebagai pengangguran. Hal ini disebabkan karena tidak sesuainya kualifikasi tenaga kerja yang diminta perusahaan, jenis jabatan dan lokasi penempatan yang kurang diminati oleh para pencari kerja, maupun kompetensi tenaga kerja yang kurang sesuai dangan jabatan yang tersedia.

Kebijakan menekan angka pengangguran melalui program pelatihan kerja termasuk dalam kebijakan publik yang bersifat makro. Penyelenggaraan program tersebut mengacu pada UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan PP No. 32 Tahun 2006 tentang sistem pelatihan kerja nasional. Kebijakan tersebut bersifat makro karena dasar hukum yang menjadi acuan tersebut bersifat umum dan mendasar. Melalui penyelenggaraan program tersebut, pemerintah bermaksud untuk memberikan kemudahan bagi pencari kerja untuk memperoleh kesempatan kerja dengan cara menyesuaikan keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerjanya dan kebutuhan pasar kerja. Pasar kerja tidak hanya

(10)

mempertimbangkan tingkat pendidikan tenaga kerjanya, namun juga menuntut tenaga kerja untuk memiliki keterampilan khusus. Pendidikan pada program pelatihan kerja bukan dengan cara mempersiapkan SDM sebagai mesin yang dapat bekerja dengan baik, namun mendidik tenaga kerja untuk terampil dan kreatif sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru.

Pada praktiknya, kebijakan menekan angka pengangguran dalam penelitian ini mengandung lebih dari satu tujuan kebijakan. Kebijakan menekan angka pengangguran termasuk dalam kebijakan regulatif karena adanya batasan-batasan setiap jenjang pemerintahan dalam pengelolaan bidang ketenagakerjaan. Selain itu termasuk dalam kebijakan distributif dengan memberikan kewenangan pada daerah-daerah untuk menguasai dan mengelola sumber daya manusia yang tersedia sebagai tenaga kerja, didukung dengan kebijakan redistributif salah satunya yaitu kebijakan pemerintah tentang pelatihan kerja. Kebijakan menekan angka pengangguran juga memperkuat peran pemerintah, karena tingginya jumlah pengangguran berdampak pada berbagai aspek sehingga tidak mampu diselesaikan hanya dengan melibatkan peran masyarakat saja. Kebijakan tersebut didukung adanya kepastian anggaran negara untuk mengadakan pelatihan kerja, walaupun di sisi lain terdapat peran masyarakat yang membantu program pelatihan tersebut.

(11)

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam mengatasi pengangguran, namun belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Pada sisi lain, laju peningkatan kesempatan kerja tidak sebanding dengan laju peningkatan angkatan kerja, lapangan kerja yang tersedia pun tidak dapat menampung tenaga kerja dengan optimal. Cukup banyak kesempatan kerja tidak dapat terpenuhi karena berbagai hal, salah satu di antaranya adalah kurangnya bekal keterampilan yang dimiliki oleh para pencari kerja. Oleh karena itu, kebijakan ketenagakerjaan secara umum diarahkan pada perluasan lapangan kerja, antara lain melalui kegiatan penyaluran dan penempatan tenaga kerja secara lokal di Jawa Tengah maupun antar daerah (di luar Provinsi Jawa Tengah). Sedangkan upaya peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dilakukan melalui Program Pelatihan Kerja yang diadakan di wilayah Kota Magelang, dengan menggunakan dana APBD TA. 2012. Dasar hukum pelaksanaan Program Pelatihan Kerja ini adalah Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) No. 900/23/DPA/290/2013 tanggal 4 Januari 2013.

Guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya para pencari kerja sekaligus sebagai upaya untuk mengatasi masalah pengangguran tersebut, maka Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang bekerjasama dengan Lembaga Pelatihan Kerja

(12)

(LPK), beberapa Universitas maupun SMK baik di wilayah Kota Magelang maupun di luar Kota Magelang untuk menempuh upaya yaitu dengan diadakannya Program Pelatihan Kerja. Orientasi dari LPK, Universitas maupun SMK tersebut ialah memberikan dukungan dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dalam hal persiapan tenaga kerja dengan melatih para pencari kerja di berbagai jenis pelatihan kerja agar menjadi tenaga kerja yang lebih terampil, berkualitas, dan produktif. Dengan demikian, diharapkan dapat mengisi lapangan pekerjaan yang tersedia, maupun menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

Sumber dana untuk penyelenggaraan program pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang ini berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dengan dasar hukum DPA. Sumber Pendanaan dari APBD berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Magelang yang termasuk dalam Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT), sehingga peserta pelatihan kerja yang dibiayai oleh dana APBD tidak dipungut biaya (gratis). Jenis pelatihan kerja ini adalah pelatihan berbasis masyarakat (Community Based Training), sehingga program pelatihan yang dilaksanakan masih berskala daerah. Kurikulum pelatihan kerja dibuat oleh para instruktur berdasarkan analisis kebutuhan masyarakat Kota Magelang akan pelatihan kerja dan analisis kebutuhan industri/pasar kerja baik di Kota Magelang maupun lingkup nasional. Banyak keuntungan yang diperoleh

(13)

peserta yang mengikuti program pelatihan kerja, masing-masing peserta akan diberikan peralatan kerja sesuai dengan jenis pelatihan kerja yang ditekuni, uang transport, snack dan makan siang selama kegiatan berlangsung. Keseluruhan biaya yang digunakan sejak awal hingga akhir kegiatan tersebut merupakan dana APBD Kota Magelang.

Pelatihan kerja yang diselenggarakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang pada tahun 2013 memiliki tujuan dan sasaran sebagai berikut:

1) Tujuan

a) Memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan khususnya bagi pengangguran;

b) Membangun atau menciptakan usaha baru yang bersifat produktif dan mempunyai nilai tambah secara ekonomi, serta dibutuhkan oleh masyarakat;

c) Melaksanakan kegiatan proses alih pengetahuan dan ketrampilan teknis kepada masyarakat agar mampu mengolah bahan baku / bahan mentah menjadi barang jadi melalui sentuhan teknologi tepat guna dengan memanfaatkan sumber daya lokal;

d) Membentuk kelompok wirausaha baru dengan kegiatan ekonomi produktif berkelanjutan;

e) Membuka lapangan kerja baru, serta kesempatan berusaha bagi warga masyarakat perkotaan.

2) Sasaran

a) Mendayagunakan tenaga kerja, khususnya pengangguran; b) Kelompok wirausaha yang sudah ada di Kota Magelang; c) Kelompok home industri yang sudah ada di Kota Magelang.

Program Pelatihan Kerja ini terdiri dari sebelas jenis pelatihan kerja, dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

(14)

Tabel 4.Jenis, pengajar dan tempat pelaksanaan pelatihan kerja tahun 2013 di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang.

Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang, 2013

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang mengadakan sebelas jenis pelatihan kerja pada tahun 2013. Jumlah dan jenis pelatihan kerja yang ditawarkan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota No. Jenis Pelatihan

Kerja

Asal Pengajar Tempat

1 Bordir Pengajar LPK

Amaliya

LPK Amaliya 2 Menjahit Pengajar LPK Nink

Modiste

LPK Nink Modiste 3 Bahasa Inggris Pengajar English

Institute

English Institute 4 Tata Boga Pengajar Ria Cake Ria Cake

5 Tata Rias Pengajar LPK Kartika Griya

LPK Kartika Griya 6 Batik Jumputan Dosen ISI Yogyakarta Rumah Makan Jadoel 7 Teknisi Handphone Pengajar BLK

Kabupaten Magelang

Karangwuni Resto 8 Teknisi Komputer Pengajar BLK

Kabupaten Magelang

Karangwuni Resto 9 Batik Kayu Dosen ISI Yogyakarta Rumah Makan Jadoel 10 Fiber Cenderamata Pengajar Kerajinan

Fiber Tetesindo Yogyakarta Karangwuni Resto 11 Montir Sepeda Motor Dosen Fakultas Teknik UMM Universitas Muhammadiyah Magelang (UMM)

(15)

Magelang dalam setiap tahun anggaran tidak selalu sama. Terkadang jenis pelatihan kerja yang telah diadakan pada tahun sebelumnya tidak diadakan lagi pada tahun anggaran berikutnya. Pemilihan jenis pelatihan kerja tertentu yang akan dibuka didasarkan pada pertimbangan berbagai hal, diantaranya trend keterampilan yang banyak dibutuhkan pada saat itu, jumlah peminat, dan kebutuhan kompetensi pada pasar kerja. Begitu pula dengan pengajar pelatihan kerja, dikarenakan wilayah Kota Magelang belum memiliki Badan Latihan Kerja (BLK) sehingga Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang mengundang pengajar dari LPK, Universitas, maupun SMK yang sesuai dengan bidang keahlian yang dikuasai. Selain itu, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang juga belum memiliki tempat khusus yang tersedia untuk praktek pelatihan kerja, sehingga menyewa tempat yang layak dan memungkinkan untuk digunakan sebagai tempat praktek pelatihan kerja.

2. Hasil Penelitian

a. Peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dalam Penyelenggaraan Program Pelatihan Kerja.

Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial merupakan salah satu lembaga pemerintahan yang terletak di Kota Magelang. Dinas tersebut memiliki peran sebagai penyelenggara urusan Pemerintah Daerah Kota Magelang, khususnya di Bidang Ketenagakerjaan. Seperti yang tercantum pada visi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi

(16)

dan Sosial Kota Magelang yaitu “Terwujudnya Pelayanan Ketenagakerjaan, Ketransmigrasian, dan Kesejahteraan Sosial yang mandiri, sejahtera, dan berkeadilan”. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang berusaha mengoptimalkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja, salah satunya dengan memberdayakan masyarakat lokal.

Pada struktur organisasi yang ada di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang terdapat bidang yang secara khusus menangani masalah ketenagakerjaan terkait penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja yaitu Bidang Penta. Bidang ini secara umum berfungsi dalam perencanaan, pengkoordinasian, pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian mulai dari penyusunan program hingga akhir kegiatan yang telah direncanakan. Bidang Penta menjalankan perannya sesuai dengan visi dan misi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang. Misi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang antara lain:

1) Meningkatkan kualitas SDM yang cerdas, terampil, kreatif, inovatif dan memiliki etos kerja yang tinggi;

2) Meningkatkan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja dan masyarakat;

3) Mendorong perluasan kesempatan kerja dan penempatan tenaga kerja;

4) Mewujudkan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat;

5) Mewujudkan jaminan kepastian hukum di bidang ketenagakerjaan menjadi institusi andalan untuk menciptakan suasana nyaman dan produktif;

(17)

6) Mewujudkan masyarakat transmigran yang sejahtera dan mandiri;

7) Mewujudkan kesejahteraan sosial melalui pencegahan dan pengendalian permasalahan sosial;

8) Meningkatkan pelestarian nilai-nilai kepahlawanan dan kesetiakawanan sosial.

Program pelatihan kerja merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh Bidang Penta Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang setiap tahun. Program ini memberikan kesempatan kepada masyarakat Kota Magelang untuk meningkatkan kualitas dan produktivitasnya melalui pengetahuan, keterampilan, dan fasilitas-fasilitas yang diberikan. Fasilitas yang diberikan kepada peserta selama program pelatihan kerja berlangsung ialah uang transport, snack, makan siang, dan alat tulis yang dibutuhkan. Sampai saat ini, banyak masyarakat yang hanya berorientasi pada fasilitas yang diberikan saat mengikuti pelatihan kerja, tanpa menyadari bahwa tujuan pelatihan kerja itu sebenarnya ialah untuk membekali pengetahuan dan keterampilan bagi pencari kerja. Hal-hal tersebut menjadi salah satu aplikasi peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang sebagai stabilisator, innovator, modernisator, pelopor, dan pelaksana.

b. Penyelenggaraan Program Pelatihan Kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang Tahun 2013

Fokus dalam penelitian ini adalah Program Pelatihan Kerja yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kota Magelang melalui Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang tahun 2013,

(18)

dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada berupa instruktur maupun sarana dan prasarana yang tersedia. Program ini menggunakan dana dari APBD untuk TA.2012. Pelatihan kerja tersebut adalah pelatihan berbasis masyarakat (Community Based Training) dengan kurikulum pelatihan kerja yang dibuat oleh para instruktur sesuai jenis pelatihan kerja.

Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang mengajukan Rencana Kerja (Renja) SKPD kepada Pemerintah Kota Magelang. Pengajuan tersebut diantaranya berisi permohonan jenis pelatihan kerja yang dibutuhkan berdasarkan analisis kebutuhan keterampilan di wilayahnya. Penyelenggaraan program pelatihan kerja ini berdasarkan atas permintaan dan kebutuhan tenaga kerja oleh pihak pengguna tenaga kerja khususnya di wilayah Kota Magelang. Tim pelaksana teknis di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang membuat perencanaan tenaga kerja dengan melakukan identifikasi kebutuhan-kebutuhan pelatihan dengan cara menganalisa kebutuhan masyarakat dan pasar kerja akan kualifikasi keterampilan yang banyak dibutuhkan. Selain itu, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang juga selalu mengamati persyaratan tenaga kerja yang diajukan oleh perusahaan-perusahaan pengguna tenaga kerja sebagai upaya pemerintah untuk membantu agar para pencari kerja dapat diterima di perusahaan.

(19)

Permohonan jenis pelatihan kerja yang ditawarkan tersebut diserahkan ke Pemerintah Kota Magelang, kemudian dilaksanakan terlebih dahulu penyusunan Pra-RKA sebelum dilaksanakannya penyusunan RKA yang telah matang. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan tertib administrasi dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), sehingga setiap kegiatan yang direncanakan tetap dalam koridor yang telah ditetapkan menurut Rencana Strategi (Renstra) SKPD. Persetujuan Pemerintah Kota Magelang selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk DPA yang diikuti dengan penetapan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPPKAD) Magelang, kemudian diserahkan kepada Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang. Berikut alur penyelenggaraan program pelatihan kerja pada periode tersebut:

Gambar 3. Alur Penyelenggaraan Kegiatan dan Anggaran untuk Program Pelatihan Kerja tahun 2013

DPA Penyusunan RKA Penyusunan Pra-RKA Penyusunan Renja SKPD SK Penyelenggaraan Implementasi Program Rekruitmen Peserta Sosialisasi Program Evaluasi Program Penetapan DPPKAD

(20)

Setelah dilaksanakan penetapan DPPKAD Magelang, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang membuat Surat Keputusan (SK) tentang penunjukan dan penetapan panitia pelaksana dan instruktur pelatihan kerja untuk segera dilaksanakan sesuai dengan jenis pelatihan kerja yang telah direncanakan. Dalam kegiatan ini ditunjuk Panitia Pelaksana Kegiatan, antara lain Pengarah, Penanggungjawab, Ketua, Sekretaris, Bendahara, Penyusun Makalah dan Penyusun Laporan Daerah yang ditunjuk/ditetapkan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja. Dalam SK tersebut juga termaktub beberapa ketentuan, diantaranya adalah susunan keanggotaan dan rincian tugas panitia, honorarium panitia per kegiatan, daftar peserta, serta hak dan kewajiban peserta pelatihan kerja.

Pasca penyerahan SK, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang melakukan penyuluhan/sosialisasi program kepada masyarakat terutama para pencari kerja untuk mengikuti Program Pelatihan Kerja. Sosialisasi program ini dilakukan dalam rangka memberikan bekal pemahaman kepada calon peserta tentang kegiatan yang akan dilaksanakan. Media sosialisasi tersebut antara lain:

1) Media cetak

Cara sosialisasi dengan media ini ialah melalui leaflet dan banner yang diletakkan di papan-papan pengumuman Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang, serta spanduk yang diletakkan di depan Kantor Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang.

(21)

2) Media elektronik

Cara sosialisasi dengan media ini ialah melalui radio di wilayah Kota Magelang.

3) Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)

Cara sosialisasi dengan media ini ialah melalui kegiatan musyawarah yang dilaksanakan di kantor-kantor kelurahan se-Kota Magelang, dengan mengundang perangkat-perangkat desa setempat, sehingga diharapkan informasi dapat langsung diterima oleh warga masyarakat.

Sosialisasi program tersebut dilakukan sebagai upaya untuk menarik minat para pencari kerja, kemudian selanjutnya akan dilaksanakan proses perekrutan peserta. Proses perekrutan peserta terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut:

Gambar 4. Tahapan Perekrutan Peserta Program Pelatihan Kerja tahun 2013

Tahap-tahap tersebut dilaksanakan oleh tim pelaksana yaitu pegawai Bidang PENTA dari Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang. Diawali dengan tahap pendaftaran di Kantor Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang, yang beralamat di Jl. Jend. Ahmad Yani No. 319 Magelang 56114. Kriteria calon pendaftar adalah usia maksimal 30 tahun, pendidikan diutamakan minimal Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat, sehat jasmani rohani. Setelah memenuhi kriteria tersebut, para calon peserta pelatihan harus memenuhi syarat pendaftaran pelatihan kerja dengan mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan persyaratan sebagai berikut:

PENGUMUMAN SELEKSI

(22)

a. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Surat Keterangan Domisili Kota Magelang sebanyak 1 lembar;

b. Fotocopy Ijazah Terakhir sebanyak 1 lembar; c. Pas photo berwarna ukuran 3X4 sebanyak 3 lembar.

Tahap kedua adalah tahap seleksi. Tahap seleksi dilaksanakan apabila jumlah pendaftar melebihi kapasitas yang dibutuhkan dalam suatu jenis pelatihan kerja. Dalam kata lain, seleksi dilakukan karena animo masyarakat terhadap penyelenggaraan pelatihan kerja selama ini dinilai cukup tinggi, sedangkan kuota penerimaan peserta pelatihan kerja masing-masing jenis pelatihan kerja telah dibatasi. Proses ini diperlukan untuk mengetahui calon peserta yang benar-benar bersungguh-sungguh dan memiliki komitmen mengikuti program pelatihan kerja.

Proses seleksi dilaksanakan pada minggu sebelum jadwal pelatihan kerja dimulai, tergantung pada jenis pelatihan yang akan dilaksanakan. Seleksi dilaksanakan dalam rangka memperoleh calon peserta pelatihan yang benar- benar sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan yaitu calon peserta yang berkemauan maju dan mempunyai motivasi untuk mengembangkan usahanya. Seleksi akan dibagi dalam dua tahapan, yaitu tes tertulis psikotes (intelegensi) dan tes wawancara. Tes psikotes dilakukan dengan bertujuan untuk menganalisa kecenderungan minat dan bakat dari calon peserta, sementara tes wawancara dilakukan dengan bertujuan untuk memilah-milah calon peserta yang kurang memiliki minat dan bakat pada salah satu jenis pelatihan kerja yang dipilih, kemudian akan diprioritaskan

(23)

masuk ke dalam jenis pelatihan kerja lainnya yang lebih sesuai dengan kemampuan dasarnya. Tes wawancara ini terdiri dari sikap mental, perilaku, dan pengetahuan umum. Dengan diadakannya tahap seleksi tersebut, diharapkan mampu meminimalisir adanya kesalahan peserta masuk pada jenis pelatihan kerja yang tidak sesuai dengan minat, bakat, maupun kemampuan dasar peserta tersebut.

Animo masyarakat terhadap penyelenggaraan pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang cukup tinggi bahkan mengalami peningkatan setiap tahunnya, terutama pada jenis-jenis pelatihan kerja tertentu seperti: menjahit, tata boga, dan tata rias. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah satu staff di Bidang PENTA Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang, yang dikutip sebagai berikut:

“Peminat pelatihan kerja disini termasuk banyak, bahkan banyak orang yang domisili luar Kota Magelang pingin ikut daftar, tapi kan kami tidak bisa menerima karena program ini menggunakan dana APBD Kota Magelang. Jumlah pendaftar pelatihan menjahit, tata boga, atau tata rias selalu lebih dari kuota peserta setiap tahunnya. Jadi, supaya ada keseimbangan jumlah peserta nanti setelah mengikuti seleksi, peserta yang diumumkan tidak lolos tadi akan kami tawarkan untuk masuk jenis pelatihan lain yang kuota pesertanya belum penuh.” (Wawancara, 20 Januari 2014)

Data jumlah pendaftar dan jumlah peserta pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang tahun 2013 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

(24)

Tabel 5. Data jumlah anggota pelatihan kerja tahun 2013

No. Jenis Pelatihan Kerja Jumlah

Pendaftar Peserta

1 Bordir 33 orang 10 orang

2 Menjahit 55 orang 20 orang

3 Bahasa Inggris 139 orang 6 periode x 15 orang = 90 orang

4 Tata Boga 44 orang 10 orang

5 Tata Rias 53 orang 10 orang

6 Batik Jumputan 25 orang 20 orang

7 Teknisi Handphone 13 orang 10 orang

8 Teknisi Komputer 15 orang 10 orang

9 Batik Kayu 25 orang 20 orang

10 Fiber Cenderamata 24 orang 20 orang 11 Montir Sepeda Motor 24 orang 20 orang

Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang, 2013

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa antusiasme masyarakat selalu melebihi jumlah target yang dibutuhkan. Hal itu berarti bahwa jenis-jenis pelatihan tersebut banyak diminati masyarakat. Menurut hasil seleksi, diperoleh sejumlah 240 orang peserta yang mengikuti 11 jenis pelatihan kerja pada tahun 2013. Dari hasil seleksi, motivasi peserta mengikuti program ini berbeda-beda. Berikut ini adalah pernyataan salah satu peserta pelatihan Bahasa Inggris yang berinisial ANH (mahasiswi) tentang motivasinya mengikuti pelatihan ini:

“Saya dapat informasi tentang pelatihan kerja itu dari kakak saya pas lagi libur semesteran. Saya ikut pelatihan Bahasa Inggris karena memang dari dulu saya suka dengan pelajaran

(25)

Bahasa Inggris. Selain itu, untuk mengisi waktu liburan dengan mengembangkan kemampuan saya berbahasa inggris, sekalian cari pengalaman.” (Wawancara, 5 Februari 2014)

Berdasarkan temuan di lapangan, latar belakang siswa mengikuti pelatihan ini adalah karena ingin mengisi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat, mengembangkan kemampuan diri sendiri, dan mencari pengalaman untuk bekal di masa yang akan datang. Setelah tahap seleksi dilaksanakan, maka tim memberikan pengumuman penerimaan peserta pelatihan kerja. Pengumuman akan disampaikan dengan cara menghubungi peserta melalui nomor telepon yang dicantumkan pada formulir data diri peserta pada saat mendaftar. Tim mencoba menghubungi melalui SMS maupun telepon.

Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan program pelatihan kerja. Waktu dan tempat pelaksanaan berbeda-beda, tergantung pada jenis pelatihan kerja masing-masing. Pembatasan jumlah peserta pada masing-masing jenis pelatihan kerja juga harus sesuai dengan yang telah tercantum di SK Kepala Dinas. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan dana pelatihan kerja yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Kota Magelang. Jangka waktu dari tahap sosialisasi, tahap rekruitmen, hingga tahap implementasi program pelatihan kerja tahun 2013 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

(26)

Tabel 6.Waktu sosialisasi, pendaftaran, dan pelaksanaan kegiatan pelatihan kerja tahun 2013

Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang, 2013

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa jangka waktu antar tahapan dimulai rata-rata ialah satu minggu. Hal itu juga beralasan untuk mematangkan setiap tahapan yang sedang berjalan. Tahap sosialisasi membutuhkan waktu rata-rata satu minggu agar informasi dapat diterima secara merata ke seluruh penduduk Kota Magelang, sedangkan antara tahap pendaftaran dan tahap pelaksanaan juga membutuhkan waktu rata-No. Jenis Pelatihan

Kerja

Sosialisasi Pendaftaran Pelaksanaan 1 Bordir 21 Januari 28 Januari 4 Februari – 9 Maret 2 Menjahit 25 Januari 31 Januari 4 Februari – 16 Februari 3 Bahasa Inggris 21 Januari 28 Januari Periode I : 4 Feb – 2 Mar

Periode II : 5 Mar – 2 Apr Periode III : 8 Apr – 4 Mei Periode IV : 3 Jun – 1 Jul Periode V : 30 Sep – 28 Okt Periode VI : 12 Nov – 9 Des 4 Tata Boga 14 Januari 21 Januari 11 Februari – 5 Maret 5 Tata Rias 20 Februari 25 Februari 4 Maret – 2 April 6 Batik Jumputan 11 Maret 19 Maret 2 April – 24 April 7 Teknisi Handphone 1 April 8 April 16 April – 14 Mei 8 Teknisi Komputer 22 April 25 April 29 April – 22 Mei 9 Batik Kayu 22 April 29 April 6 Mei – 30 Mei 10 Fiber Cenderamata 30 Mei 3 Juni 21 Juni – 8 Juli 11 Montir Sepeda

Motor

(27)

rata satu minggu yang digunakan untuk mematangkan proses seleksi sekaligus pengumuman hasil seleksi calon peserta pelatihan kerja.

Dalam upaya penyelenggaraan program, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Aspek-aspek penyelenggaraan program pelatihan tersebut antara lain adalah: tujuan pelatihan, peserta pelatihan, materi pelatihan, metode pelatihan, serta manfaat pelatihan. Berikut beberapa hal yang mendukung kelancaran penyelenggaraan program pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang:

1) Tujuan Pelatihan Kerja

Hingga saat ini, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang belum memiliki Unit Pelaksana Teknis berupa Badan Latihan Kerja. Dengan demikian, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang secara langsung bertugas dalam mempersiapkan tenaga kerja untuk memperoleh keterampilan atau keahlian tertentu agar lebih siap memenuhi kualifikasi pasar kerja. Salah satu upayanya adalah melalui pelaksanaan program pelatihan kerja yang diagendakan setiap tahunnya. Pelatihan kerja ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Magelang melalui Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang untuk meningkatkan kompetensi dan produktivitas kerja dengan cara membekali pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja untuk meningkatkan daya saing dalam memasuki pasar kerja maupun

(28)

sebagai bekal untuk berwirausaha secara mandiri (membuka usaha sendiri) demi menekan angka pengangguran di Kota Magelang.

Pelatihan kerja yang diselenggarakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang pada tahun 2013 memiliki tujuan dan sasaran sebagai berikut:

a) Memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan khususnya bagi pengangguran;

b) Membangun atau menciptakan usaha baru yang bersifat produktif dan mempunyai nilai tambah secara ekonomi, serta dibutuhkan oleh masyarakat;

c) Melaksanakan kegiatan proses alih pengetahuan dan ketrampilan teknis kepada masyarakat agar mampu mengolah bahan baku / bahan mentah menjadi barang jadi melalui sentuhan teknologi tepat guna dengan memanfaatkan sumber daya lokal;

d) Membentuk kelompok wirausaha baru dengan kegiatan ekonomi produktif berkelanjutan;

e) Membuka lapangan kerja baru, serta kesempatan berusaha bagi warga masyarakat perkotaan.

Harapan dari output program pelatihan kerja ini adalah lulusan yang siap memasuki lowongan-lowongan pekerjaan khususnya di Kota Magelang, baik bekerja di perusahaan, mengikuti industri-industri kecil yang didirikan perorangan, maupun menciptakan usaha sendiri. Selain itu, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang juga berperan dalam perbaikan-perbaikan kondisi sosial, politik, dan ekonomi, serta turut serta membantu masyarakat agar dapat mengikuti kemajuan zaman berupa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan terciptanya tujuan pelatihan tersebut, maka diharapkan Pemerintah Kota Magelang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam jumlah yang

(29)

sesuai dengan kebutuhan pembangunan untuk memenuhi pasar kerja, sehingga dapat meminimalisir angka pengangguran di Kota Magelang. 2) Peserta Pelatihan Kerja

Mengingat meningkatnya animo pendaftar, serta pentingnya kedudukan peserta dalam penyelenggaraan pelatihan kerja, maka dilaksanakan proses rekruitmen yang terdiri dari tahap pendaftaran, seleksi, dan pengumuman penerimaan peserta pelatihan kerja. Pada program pelatihan kerja yang diadakan tahun 2013, jumlah peserta pelatihan berbeda-beda, dibatasi menurut masing-masing jenis pelatihan yang dibuka. Ketentuan peserta ini juga telah tercantum di SK penyelenggaraan program.

Berdasarkan data pada tabel 3 diperoleh sejumlah 240 siswa untuk mengisi 11 jenis pelatihan kerja yang dibuka Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang. Pendaftar yang lolos pada proses seleksi adalah tenaga usia produktif yang memiliki minat dan bakat sesuai jenis pelatihan kerja yang dipilih. Berdasarkan hasil seleksi yang dilakukan oleh tim rekruitmen, diperoleh data-data peserta yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir yang berbeda-beda, mulai dari tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga Sarjana Strata 1 (S1). Data pendidikan terakhir peserta pelatihan kerja tahun 2013 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

(30)

Tabel 7. Pendidikan terakhir peserta pelatihan kerja tahun 2013

Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang, 2013

3) Materi Pelatihan Kerja

Pembagian jam pelajaran pelaksanaan program pelatihan kerja didasarkan pada ketentuan pelaksanaan yaitu 25% teori dan 75% praktek. Pemberian materi berupa teori diberikan pada awal pelatihan kerja sebagai dasar dan pengantar peserta untuk menguasai materi pada saat praktek. Baik dalam penguasaan pengetahuan umum, bahan-bahan yang No. Jenis Pelatihan

Kerja Tidak Terdefinisi SD SMP SMA D1 D2 D3 S1 1 Bordir 10 - - - - 2 Menjahit 7 - 1 11 - - 1 - 3 Bahasa Inggris Periode I Periode II Periode III Periode IV Periode V Periode VI 2 2 15 13 3 6 9 10 1 9 10 1 2 1 3 3 4 Tata Boga 4 - - 3 - - 2 1 5 Tata Rias - - 1 7 1 - - 1 6 Batik Jumputan 6 1 6 6 1 - - - 7 Teknisi Handphone - 1 2 6 - - 1 - 8 Teknisi Komputer - 1 2 5 - - - 2 9 Batik Kayu 6 2 2 10 - - - - 10 Fiber Cenderamata 20 - - - - 11 Montir Sepeda Motor 2 2 8 8 - - - -

(31)

digunakan, maupun peralatan kerja. Kegiatan pelatihan kerja ini mengacu pada kurikulum masing-masing jenis pelatihan kerja yang telah dibuat oleh para instruktur berdasarkan analisis kebutuhan masyarakat Kota Magelang akan pelatihan kerja dan analisis kebutuhan industri/pasar kerja baik di Kota Magelang maupun lingkup nasional. Kurikulum tersebut berisi materi pelatihan berupa unit-unit kompetensi sesuai jenis pelatihan kerja masing-masing yang harus dikuasai oleh peserta pelatihan. Materi pada salah satu jenis pelatihan kerja yaitu pelatihan bordir sesuai dengan SK penyelenggaraan program tahun 2013 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 8. Materi pelatihan bordir tahun 2013

NO TEMPAT MATERI

1 2 3

1. LPK AMALIYA

Perum Tidar Indah III No. 105 Magelang

 Pelatihan dalam kelas  Praktek Proses Produksi

Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang, 2013

Berdasar tabel di atas, materi pelatihan dalam kelas berisi teori-teori dasar beserta pengenalan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktek proses produksi. Materi praktek proses produksi pun dilaksanakan dengan memberikan improvisasi-improvisasi sesuai kebutuhan peserta pelatihan kerja untuk menambah pengetahuan mengenai kewirausahaan agar menumbuhkan jiwa kemandirian berwirausaha. Berikut adalah kutipan wawancara dengan Instruktur Pelatihan Menjahit:

(32)

“Materi untuk peserta selalu diperbarui sesuai perkembangan kebutuhan pasar kerja. Kalau ada peserta yang minta diajarkan tentang materi yang tidak dicantumkan dalam pelatihan kerja ini, selama masih ada waktu ya tetap akan saya ajarkan mbak. Di awal kegiatan, peserta juga sudah ikut AMT selama dua hari, kegiatannya itu berisi pembekalan mengenai dunia kewirausahaan sekaligus diberi motivasi untuk masuk dunia kerja.” (Wawancara, 13 Februari 2014)

Pelatihan kerja yang dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang memang merupakan pendidikan non formal, namun dalam pelaksanaannya tetap ditegakkan tata tertib untuk menjaga kedisiplinan dan kepatuhan peserta. Salah satu tata tertib yang ditanamkan pada peserta adalah kewajiban untuk selalu menghadiri kegiatan selama pelatihan kerja tersebut berlangsung. Apabila berhalangan hadir, maka wajib memberikan surat izin yang sah. Kemampuan peserta dalam penguasaan materi serta kepatuhannya terhadap tata tertib akan menentukan penilaian akhir dalam kelulusan peserta tersebut.

4) Metode Pelatihan Kerja

Metode dasar yang digunakan dalam pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang ini adalah pelatihan berbasis masyarakat, dengan hasil dari pelatihan tersebut adalah untuk memberdayakan masyarakat itu sendiri. Demi terwujudnya tujuan tersebut, pembelajaran di kelas lebih banyak digunakan untuk praktek kerja. Metode pembelajaran dengan praktek kerja yaitu instruktur memberikan contoh langsung pada bidang kerja yang tersedia, kemudian mempersilahkan peserta untuk mengikuti langkah-langkah yang

(33)

diajarkan. Dikarenakan komposisi jumlah jam pelajaran untuk praktek lebih besar daripada teori, maka metode pembelajaran tidak hanya diisi dengan ceramah lisan dan demonstrasi saja melainkan juga dilaksanakan komunikasi dua arah seperti diskusi, sehingga pembelajaran baik teori maupun praktek dapat terserap dengan baik oleh peserta pelatihan. Kegiatan dilaksanakan dengan penuh keterbukaan, sehingga peserta bebas bertanya kapan saja pada saat jam pelajaran berlangsung. Keterbukaan antara instruktur dengan peserta ini dilakukan untuk meningkatkan keaktifan peserta, serta mendorong peserta untuk memahami dan mengerti materi yang diajarkan agar mereka memiliki bekal yang matang setelah pelatihan kerja tersebut selesai.

Berikut ini adalah pernyataan salah satu peserta pelatihan menjahit yang berinisial RE tentang metode pembelajaran pada pelatihan menjahit:

“Kegiatannya selama 12 hari, tapi hari pertama dan kedua diisi dengan AMT yang diadakan di ruang pertemuan Disnakertransos, jadi cuma sisa 10 hari yang efektif untuk pembelajaran teori maupun praktek. Sebelum praktek, kami diberi modul lalu diajarkan teori-teori dasar menjahit sekaligus pengenalan alat dan bahan. Satu kelas cuma ada 10 peserta dan satu pengajar, jadi pelajaran yang disampaikan sudah cukup jelas dan membuat kami tidak malu bertanya.” (Wawancara, 5 Februari 2014)

Berdasarkan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa peserta merasa puas terhadap inovasi-inovasi metode pembelajaran yang dijalankan instruktur dalam menyampaikan materi pelatihan kerja. Dengan demikian, metode pembelajaran tersebut telah membantu instruktur menghadapi keterbatasan waktu pelajaran.

(34)

Beberapa jenis pelatihan kerja juga didukung dengan adanya program pemagangan. Beberapa siswa terbaik akan diprioritaskan untuk magang pada perusahaan yang telah ditentukan. Proses pemagangan tersebut memberikan peluang atau kesempatan pada peserta yang telah lolos mengikuti pelatihan kerja untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama masa pelatihan kerja berlangsung, sehingga dapat menerapkan pada dunia kerja yang sesungguhnya. Pengkalkulasian jumlah peserta yang akan diikutkan dalam program pemagangan bukan berdasarkan jumlah peserta pada setiap jenis-jenis pelatihan kerja, namun dipilih berdasarkan kebutuhan jumlah pekerja pada jenis pekerjaan yang berpeluang banyak di perusahaan.

Perusahaan yang menjadi tempat pemagangan telah bekerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang memiliki tujuan agar peserta dapat belajar di dunia kerja secara langsung, mempelajari pengoperasian alat pada industri, adaptasi terhadap situasi dan kondisi tempat kerja, mempelajari manajemen kerja, sehingga diharapkan dapat menjadi bekal untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi diri sendiri bahkan membuka kesempatan kerja untuk orang lain. Berdasarkan hasil pengamatan dan monitoring terhadap pelaksanaan program pemagangan pada tahun-tahun anggaran sebelumnya, pasca selesainya proses magang tersebut kemudian para peserta diangkat

(35)

sebagai karyawan perusahaan. Salah satu perusahaan yang bekerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dalam program pemagangan montir sepeda motor tahun 2013 yaitu PT. Armada Tunas Jaya Group.

5) Media Pelatihan Kerja

Untuk mendukung peserta menguasai materi baik teori maupun praktek, maka akan disediakan alat dan bahan yang dibutuhkan sesuai jenis pelatihan kerja yang dilaksanakan. Instruktur juga akan memberikan modul sebagai pedoman untuk memudahkan peserta dalam mengikuti materi yang sedang diajarkan. Modul adalah sumber pembelajaran yang berisi materi-materi pembelajaran. Modul tersebut diserahkan pada peserta sebelum kegiatan dimulai. Tersedianya media pembelajaran dalam penyelenggaraan program sangat membantu proses pelatihan kerja. Dengan demikian, diharapkan peserta semakin mudah untuk memahami dan menguasai materi yang diajarkan.

6) Manfaat Pelatihan Kerja

Keberhasilan program pelatihan kerja dapat dilihat dari manfaat program yang diselenggarakan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang, baik yang diharapkan penyelenggara maupun perubahan yang diinginkan oleh para peserta pelatihan kerja setelah selesainya program tersebut. manfaat program pelatihan kerja bagi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang sebagai pelaksana ialah ikut berperan serta dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas

(36)

tenaga kerja (SDM) untuk menekan angka pengangguran khususnya di Kota Magelang. Adapun manfaat yang dirasakan peserta pelatihan tata rias tahun 2013 yang berinisial BP sebagai berikut:

“Saya senang mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan pemerintah seperti ini. Pelatihan ini memberikan manfaat terutama bagi pengangguran seperti saya karena bisa praktek secara langsung. Sebelum ikut pelatihan, saya cuma belajar merias wajah sendiri karena saya memang suka. Setelah ikut pelatihan, saya dapat pengetahuan dan keterampilan yang lebih banyak. Jadi, sekarang saya lebih percaya diri untuk merias anak-anak yang ingin pentas seni atau lomba kartini, lumayan bisa untuk tambahan penghasilan.” (Wawancara, 6 Februari 2014)

Berdasar hasil wawancara terhadap peserta pelatihan tata rias tahun 2013 tersebut, dapat diketahui terdapat manfaat positif yang diterima berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Pelatihan kerja ini bermanfaat bagi organisasi juga bagi individu, dalam hal ini ialah para peserta pelatihan kerja tahun 2013 yang telah berhasil mengikuti program pemerintah tersebut dengan baik.

c. Faktor Penghambat Program Pelatihan Kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang Tahun 2013

Selain unsur-unsur yang mendukung pelaksanaan program, terdapat beberapa unsur yang menghambat atau menjadi kendala bagi keberlangsungan program tersebut. Bidang Penta Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dalam melaksanakan program pelatihan kerja menghadapi beberapa hambatan sebagai berikut:

(37)

1) Waktu

Program pelatihan kerja tahun 2013 di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dilaksanakan berdasarkan waktu pada masing-masing jenis pelatihan kerja yang telah ditentukan. Kegiatan pelatihan dilaksanakan enam hari dalam seminggu, libur pada Hari Minggu kecuali pelatihan batik jumputan yang berdasar kesepakatan diliburkan pada Hari Jumat. Waktu istirahat, shalat, dan makan setiap harinya adalah pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00, sedangkan pada Hari Jumat istirahat dimulai pukul 11.00 sampai dengan pukul 13.00. Daftar jam pelajaran masing-masing jenis pelatihan kerja yang telah ditetapkan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 9. Jam pelajaran masing-masing jenis pelatihan kerja tahun 2013 No. Jenis Pelatihan Kerja Jam Pelajaran

(WIB)

Rentang Waktu

1 Bordir 08.00-13.00 30 hari

2 Menjahit 08.00-13.00 12 hari

3 Bahasa Inggris 08.00-14.00 24 hari

4 Tata Boga 08.00-12.00 20 hari

5 Tata Rias 08.00-14.00 24 hari

6 Batik Jumputan 08.00-13.30 20 hari 7 Teknisi Handphone 07.30-14.00 24 hari 8 Teknisi Komputer 07.30-14.00 21 hari

9 Batik Kayu 08.00-14.00 21 hari

10 Fiber Cenderamata 07.30-14.30 15 hari 11 Montir Sepeda Motor 08.00-13.00 48 hari pelatihan

kerja + 24 hari pemagangan =

72 hari Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang,

(38)

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata jam pelajaran untuk masing-masing jenis pelatihan kerja mencapai tujuh jam pelajaran per hari, dengan hitungan 45 menit untuk satu jam pelajaran. Sehingga, pencapaian pelaksanaan pada setiap minggunya ialah maksimal 42 jam pelajaran. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut, pencapaian penguasaan materi bagi peserta baik teori maupun praktek belum sepenuhnya dapat mengakomodir keinginan peserta untuk menguasai jenis pelatihan yang dijalani. Berikut pernyataan dari salah satu peserta pelatihan tata rias yang beinisial DIS:

“Waktu kegiatannya masih kurang, sebenarnya masih pingin ditambah lagi jamnya karena disana kami tidak hanya belajar teori tapi langsung praktek. Kalau ada kesempatan periode pelatihan yang berikutnya pun rasanya pingin ikut lagi mbak.” (Wawancara, 6 Februari 2014)

Berdasar hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa jumlah waktu yang disediakan masih terasa kurang. Jam pelajaran tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan peserta akan pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan. Keterbatasan waktu tersebut menjadikan para instruktur hanya mengutamakan materi pelatihan berupa pengetahuan dan keterampilan dasar saja, sedangkan untuk memasuki dunia usaha mandiri para wirausaha harus mampu bersaing dan memberikan inovasi-inovasi pada keterampilannya. Namun demikian, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang selalu memaksimalkan waktu yang tersedia untuk

(39)

mengatasi keterbatasan waktu tersebut. Tim pelaksana beserta instruktur memberikan pengetahuan dan keterampilan, serta mendayagunakan atau mengeksplor kreativitas mereka melalui metode dan media pembelajaran.

2) Instruktur

Program pelatihan kerja tahun 2013 di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang mengundang instruktur yang berpengalaman di bidangnya masing-masing. Instruktur berasal dari LPK, Universitas, maupun SMK baik yang berada di wilayah Kota Magelang maupun di luar Kota Magelang. Belum ada syarat pendidikan minimal secara khusus dalam pemilihan instruktur, hanya merupakan penilaian sebagai pengajar yang berkualitas dan berkompeten, dan sering diundang untuk memberikan pelatihan-pelatihan. Instruktur yang terpilih kemudian ikut memberikan pelatihan kerja selama waktu yang telah ditentukan.

Materi yang diberikan selama program ini berlangsung pun disusun oleh para instruktur sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kurikulum pelatihan berbasis masyarakat tidak mengacu pada SKKNI sehingga materi pelatihan kerjanya pun tidak sama secara nasional. Dengan demikian, masih dapat dilihat bahwa kualifikasi SDM di setiap daerah tidak akan sama, sehingga tenaga kerja yang akan bekerja di luar daerah belum mampu menyesuaikan iklim kerja di kota-kota yang telah lama menggunakan prinsip pelatihan berbasis

(40)

kompetensi seperti di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dengan tidak menggunakan acuan kurikulum SKKNI inilah tim pelaksana beserta instruktur harus lebih jeli menganalisa kebutuhan masyarakat maupun kualifikasi kompetensi pekerjaan yang dibutuhkan di pasar kerja dalam menentukan kurikulum, membuat silabus, dan modul.

Keterbatasan instruktur dan kurikulum pelatihan kerja tersebut dikarenakan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang belum memiliki BLK sendiri untuk wilayah Kota Magelang, sehingga tidak dapat menyediakan pengajar-pengajar yang direkrut melalui tes CPNSD. Dengan demikian, instruktur juga tidak dapat diajukan untuk mengikuti Diklat Dasar (Dikdas) yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat untuk mengembangkan kompetensi instruktur. Selain itu, kurikulum yang digunakan juga harus terlebih dahulu disusun oleh tim pelaksana beserta para instruktur mengingat bahwa program pelatihan kerja ini hanya tergolong pada pelatihan berbasis masyarakat, yaitu program pelatihan yang berskala daerah, sehingga kurikulum dan materi pelatihan tidak dapat mengacu pada SKKNI.

Untuk mengatasi keterbatasan instruktur, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang telah mengajukan permohonan personel tenaga pengajar kepada BLK Kabupaten Magelang untuk beberapa jenis pelatihan kerja. Solusi jangka pendek untuk mengatasi kekurangan instruktur ialah memaksimalkan

(41)

kemampuan instruktur yang tersedia, mengkaryakan tim pelaksana dari Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dengan ketentuan memiliki kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan pada suatu bidang tertentu, serta bekerjasama dengan LPK, Universitas, maupun SMK yang mampu menyediakan pengajar yang berkualitas. Solusi jangka panjang Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang ialah mengusulkan dibentuknya BLK untuk wilayah Kota Magelang sebagai Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang.

3) Fasilitas

Fasilitas atau sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan kerja masih sangat terbatas. Fasilitas yang paling utama dan sampai saat ini belum tersedia ialah gedung atau bangunan tempat pelaksanaan pelatihan kerja. Satu ruangan yang layak dan memungkinkan untuk kegiatan praktek pelatihan kerja pun belum tersedia, apalagi untuk 11 macam jenis pelatihan kerja yang dibuka. Hanya terdapat satu ruang pertemuan yang hanya memungkinkan digunakan sebagai ruang kelas khusus penyampaian teori/materi saja. Sementara itu, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang membutuhkan lahan khusus untuk penyampaian teori sekaligus melakukan praktek kerja. Untuk mengatasi hal tersebut,

(42)

Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang menyewa tempat seperti rumah makan yang berada di tempat terbuka, atau menyewa tempat di lokasi LPK yang telah ditunjuk. Ruangan yang layak dan memungkinkan tersebut setidaknya memiliki sirkulasi udara yang baik, meja dan kursi, listrik, air, maupun alat-alat yang dibutuhkan sesuai jenis pelatihan yang dilaksanakan.

Proses pemeliharaan peralatan dan mesin-mesin sebagai bidang kerja praktek, menjadi tanggungjawab dari Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang beserta LPK yang bersangkutan. Jumlah peralatan yang tersedia untuk pelatihan kerja tahun 2013 sudah memadai untuk menunjang siswa melaksanakan pelatihan per individu, namun kondisi beberapa peralatan yang tersedia terkadang menjadi kendala dalam kegiatan ini. Terdapat beberapa peralatan yang berkarat atau mengalami kerusakan, namun untuk kegiatan pelatihan kerja tahun berikutnya peralatan yang rusak tersebut akan diganti.

Berikut hasil wawancara dari seorang instruktur berinisial S yang mendukung pernyataan di atas:

“Masing-masing peserta bisa praktek dengan peralatan yang sudah tersedia. Saya juga sudah memberikan contoh pengoperasian alat dan cara menggunakannya. Hanya saja kadang ada beberapa peralatan yang rusak, berkarat atau patah, tapi untuk pelatihan kerja tahun selanjutnya sudah mau diganti yang baru karena kami sudah lapor.” (Wawancara, 13 Februari 2014)

(43)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap pernyataan informan tersebut, dapat diketahui bahwa ketersediaan peralatan baik dari segi kuantitas maupun kualitas mengalami sedikit hambatan dalam mencapai efektifitas kegiatan, namun Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang senantiasa memenuhi kebutuhan akan peralatan praktek dan pembaharuan sesuai perkembangan teknologi dan industri apabila ada laporan, karena dana yang tersedia juga cukup untuk memperbarui peralatan tersebut. pengajuan pengadaan peralatan telah diusulkan melalui dana APBD, sehingga diharapkan sarana dan prasarana yang disediakan telah maksimal.

B. Pembahasan

1. Peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dalam Penyelenggaraan Program Pelatihan Kerja

Secara garis besar, peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang adalah menjalankan tugas dan fungsi lembaga pemerintahan dalam mengelola bidang ketenagakerjaan pada wilayah Kota Magelang. Secara spesifik, peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang terkait penyelenggaraan program pelatihan kerja adalah mengembangkan kualitas dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Dengan demikian, perlu peran aktif agar tujuan yang disampaikan melalui visi dan misi lembaga pemerintahan ini dapat memberikan sumbagsih yang berarti dalam pengembangan

(44)

ketenagakerjaan di Kota Magelang, khususnya dalam memberdayakan masyarakat lokal Kota Magelang.

Peran pemerintah dalam pembangunan nasional dikemukakan oleh Siagian (2000:142-150), pemerintah memainkan peranan yang dominan dalam proses pembangunan. Peran yang disoroti adalah selaku stabilisator, innovator, modernisator, pelopor, dan pelaksana suatu kegiatan pembangunan tertentu. Secara lebih jelas, peran tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Stabilisator

Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang berperan sebagai stabilisator dalam program pelatihan kerja, karena bertujuan untuk menekan angka pengangguran sehingga diharapkan mampu mewujudkan perubahan pada kondisi sosial masyarakat, supaya masalah pengangguran tidak menjadi ancaman bagi kesejahteraan masyarakat. Peran stabilisator tersebut dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah: merencanakan jenis pelatihan kerja dengan menganalisa dan menyeleksi kemampuan tenaga kerja dengan kebutuhan pasar kerja, serta mengajarkan pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga kerja secara bertahap dan berkesinambungan.

Kerjasama maupun keterlibatan pihak swasta dan masyarakar pun sangat mempengaruhi peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang sebagai stabilisator, karena pemerintah

(45)

tidak dapat bekerja sendiri dalam upaya menekan angka pengangguran apabila tanpa campur tangan pihak-pihak lain. Keterlibatan pihak swasta dan masyarakat sangat penting mulai dari penyusunan regulasi, dalam hal ini ialah rencana kerja program pelatihan kerja, karena sangat membantu pemerintah untuk menganalisa dan menyeleksi kemampuan tenaga kerja dengan kebutuhan pasar kerja. Selain itu, mereka juga terlibat secara langsung pada pelaksanaan program pelatihan kerja, karena masyarakat pula yang menjadi sasaran utama dalam program ini.

b. Innovator

Dalam memainkan peran selaku innovator, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang sebagai pencetus program-program baru yang mendukung visi dan misi lembaga pemerintahan. Misi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang untuk meningkatkan kualitas, kompetensi, dan produktivitas tenaga kerja, serta mewujudkan kesejahteraan sosial melalui pencegahan dan pengendalian permasalahan sosial telah mendukung perencanaan program pelatihan kerja yang bertujuan untuk menekan angka pengangguran. Innovasi dilakukan dengan merencanakan metode yang digunakan dalam penyelenggaraan program pelatihan kerja. c. Modernisator

Segala macam bentuk pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kota Magelang dilatarbelakangi karena

(46)

pemerintah menginginkan Kota Magelang menjadi kota yang kuat, mandiri, dan diperlakukan baik oleh daerah-daerah lainnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan adanya sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran, sehingga mampu mengolah sumber daya yang dimiliki. Dengan demikian, tenaga kerja dari Kota Magelang mampu bersaing dengan tenaga kerja dari daerah-daerah lainnya untuk mendapatkan posisi di pasar kerja, khususnya yang tersedia di Kota Magelang.

Melalui penyelenggaraan program pelatihan kerja, para pencari kerja akan dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan, sehingga Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang berharap dapat menghasilkan output sumber daya manusia yang produktif. Landasan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dalam penyelenggaraan program ini ialah adanya visi dan misi yang jelas tentang harapan tenaga kerja di masa depan, sehingga Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang selalu berorientasi pada masa depan.

d. Pelopor

Selaku pelopor, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang menjadi panutan (role model) bagi seluruh masyarakat. Pelopor yang dimaksud ialah dalam bentuk hal-hal positif yang diajarkan saat program pelatihan kerja berlangsung, seperti memberikan panutan untuk bekerja seproduktif mungkin, berlaku adil

(47)

dan selalu mengajarkan kedisiplinan kerja pada setiap peserta, serta membiasakan peserta untuk peduli terhadap lingkungan.

Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dalam menjalankan perannya sebagai pelopor sudah cukup baik. Namun, masyarakat kurang menyadari dan memahami tujuan pelatihan kerja tersebut, sehingga rasa kedisiplinan dan kepedulian yang tertanam pada masing-masing peserta pelatihan saat mengikuti kegiatan belajar mengajar masih kurang. Sementara itu, masyarakat merupakan komponen pokok dalam penyelenggaraan program, sehingga keberadaannya akan mempengaruhi kelancaran dari pencapaian tujuan program tersebut.

e. Pelaksana

Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang sebagai tim pelaksana dalam penyelenggaraan program pelatihan kerja bekerjasama dengan pihak swasta karena Kota Magelang belum memiliki UPTD BLK sebagai pelaksana teknis untuk kegiatan latihan kerja. Pihak swasta yang mendukung program pelatihan kerja ini ialah LPK, perusahaan maupun universitas swasta yang terdapat di Kota Magelang. Program pelatihan kerja menggunakan dana dari APBD, Pemerintah Daerah Kota Magelang sebagai penguasa dana dan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang sebagai pengelola dana. Dalam penyelenggaraan program pelatihan kerja, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang

Gambar

Gambar 3. Alur Penyelenggaraan Kegiatan dan Anggaran untuk Program  Pelatihan Kerja tahun 2013
Tabel 5. Data jumlah anggota pelatihan kerja tahun 2013
Tabel 6.Waktu sosialisasi, pendaftaran, dan pelaksanaan kegiatan pelatihan  kerja tahun 2013
Tabel 7. Pendidikan terakhir peserta pelatihan kerja tahun 2013
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Informasi Laboratorium Klinik Keperawatan merupakan bagian dari sistem yang ada di institusi pendidikan keperawatan, dimana dalam pembuatan aplikasi sistem

Kegiatan rutin yang dikoordinir oleh mahasiswa antara lain pengajian anak-anak empat hari seminggu yang dikelola oleh para mahasiswa (PAPIKA) dan para Muadzin

(3) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dari

Dengan mengetahui proses pembinaan Pramuka di SD Negeri Pangen Gudang, diharapkan dapat menjadi contoh bagi sekolah- sekolah lain yang kegiatan Pramukanya masih

a) Fungsi informatif, yaitu organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Bermakna seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang

Padahal di DKI Jakarta Sendiri, terdapat 3(tiga) Instansi Badan Narkotika Nasional yaitu Badan Narkotika Nasional Pusat, Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta,

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam mengembangkan strategi komunikasi pada

Penilaian ditujukan dan menjadi masukan bagi sumber (source) agar berusaha memperbaiki kualitas data profil desa dan kelurahannya. Berdasarkan uraian di atas, dapat