• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membuat krim tipe M/A dari ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membuat krim tipe M/A dari ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat krim tipe M/A dari ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dengan bahan pembasah (humektan) gliserin dan propilen glikol. Dipilih tipe krim M/A karena tipe krim ini memiliki daya sebar yang baik pada kulit, efek dingin yang ditimbulkan akibat lambannya penguapan air pada kulit, mudah dicuci dengan air, memungkinkan pemakaiannya pada bagian tubuh berambut dan pelepasan obatnya baik (Ansel, 2008). Gliserin dan propilen glikol merupakan bahan pembasah (humektan) sediaan krim yang ditambahkan untuk mengurangi penguapan air baik dari kemasan produk ketika tutupnya terbuka atau dari permukaan kulit pada saat digunakan dan akan mempertahankan kandungan air dalam sediaan sehingga sifat fisik dan stabilitas sediaan dalam penyimpanan dapat dipertahankan.

Krim yang dibuat kemudian disimpan pada tiga suhu yang berbeda yaitu suhu kamar (27-30⁰C), suhu kulkas (2-8⁰C) dan suhu oven (40⁰C) Pemilihan suhu kulkas berdasarkan anggapan masyarakat yang menganggap bila disimpan di kulkas lebih awet sedangkan pemilihan suhu oven karena termasuk suhu hangat saat krim didistibusikan ketempat yang lebih panas. Dengan perlakuan perbedaan suhu tersebut krim cukup mendapat tekanan sehingga akan merubah sifat fisik maupun kimia krim. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui humektan yang digunakan pada formula dapat mempertahankan kestabilan sifat fisik krim pada suhu penyimpanan yang berbeda, untuk mengetahui humektan

(2)

commit to user

yang lebih baik dalam mempertahankan kestabilan sifat fisik sediaan krim dan mengetahui suhu penyimpanan yang dapat menjaga kestabilan krim selama penyimpanan.

A. Identifikasi Rimpang Temulawak

Identifikasi tanaman merupakan salah satu hal yang penting dalam penelitian dengan bahan alam. Identifikasi bertujuan untuk memastikan kebenaran tanaman atau bagian dari tanaman yang akan digunakan untuk penelitian, sehingga dapat menghindari kesalahan dalam pengumpulan tanaman. Identifikasi tanaman dilakukan di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, berdasarkan acuan buku flora of java karangan C.A. Backer dan R.C. Bakhuizen van den Brink menyatakan rimpang yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar-benar rimpang yang berasal dari tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Hasil identifikasi rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dapat dilihat pada Lampiran 1.

B. Pembuatan Ekstrak Rimpang Temulawak

Rimpang temulawak yang berasal dari Petani Tawangmangu, Karanganyar kemudian dikeringkan. Pengeringan ini bertujuan untuk meminimalkan kandungan air sehingga simplisia lebih stabil secara mikrobiologi dan tidak ditumbuhi jamur maupun bakteri. Sebanyak 400 gram simplisia kering dimaserasi menggunakan etanol 96% selama 5 hari. Sebelumnya simplisia dihaluskan dan diayak menggunakan ayakan 4/18, hal ini dilakukan untuk memperluas

(3)

commit to user

tetapi serbuk simplisia tidak boleh terlalu halus karena mengakibatkan zat yang tidak diinginkan ikut tersari. Pemilihan metode maserasi karena maserasi merupakan proses paling tepat untuk obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam menstrum sampai meresap ke dalam sel, sehingga zat – zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1989). Penggunaan etanol 96% karena senyawa yang akan diambil adalah kurkumin yang bersifat non polar. Etanol dipilih sebagai panyari karena sifatnya yang netral, tidak beracun, lebih selektif, absorbsinya baik, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, etanol dapat bercampur dalam air dalam segala perbandingan (Anonim, 1986). Ekstrak kental yang didapat sebanyak 28,12 gram, setelah dilakukan perhitungan didapat rendemen sebesar 7,03 %. (Perhitungan rendemen dan uji organoleptis ekstrak dapat dilihat pada Lampiran 2).

C. Pemeriksaan Kandungan Kimia Ekstrak

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan kimia dalam ekstrak. Hasil pemeriksaan dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel IV. Hasil Pemeriksaan Kandungan Kimia Ekstrak

Keterangan : + : Ada kandungan Senyawa Hasil Fenol + Flavonoid - Saponin -

(4)

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut diketahui ekstrak rimpang temulawak yang dihasilkan mengandung senyawa fenol (gambar hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 3).

D. Pembuatan Krim Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma

xanthorrhiza Roxb.)

Sediaan krim yang dibuat terdiri dari dua fase yaitu fase minyak (asam stearat, vaselin album, cetil alkohol dan nipasol) dan fase air (natrium lauryl sulfat, aquades, gliserin, propilen glikol dan nipagin) kedua fase ini dipanaskan di atas waterbath. Kedua fase ini dicampur di dalam mortir panas. Fase air dimasukkan dalam mortir panas, kemudian ditambahkan fase minyak yang telah lebur sedikit demi sedikit sambil diaduk perlahan-lahan secara kontinyu. Ekstrak rimpang temulawak dimasukkan diakhir setelah terbentuk emulsi krim dan dihomogenkan. Pencampuran dilakukan di dalam mortir panas untuk mempermudah homogenitas dan mencegah pendinginan secara tiba-tiba dari kedua fase. Pengadukan yang terlalu cepat dan bertekanan akan mengakibatkan krim berbusa sehingga pengadukan dilakukan secara perlahan-lahan dan kontinyu. Kemudian krim disimpan pada tiga suhu berbeda yaitu suhu oven (40⁰C), suhu kulkas (2-8⁰C), dan suhu kamar (27-30⁰C) kemudian dilakukan uji sifat fisik dan kimia krim yang meliputi organoleptis, uji kemampuan proteksi, uji daya sebar, uji susut pengeringan, uji kelengketan, uji viskositas, uji tipe emulsi, serta uji sifat kimia yaitu uji pH selama 4 minggu penyimpanan.

(5)

E. Hasil Pengujian Sifat Fisik dan Kimia Krim 1. Uji organoleptis

Pengamatan organoleptis krim bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan organoleptis selama 4 minggu penyimpanan. Pengamatan organoleptis meliputi bau, warna, homogenitas yang dapat diamati secara visual. Uji organoleptis dilakukan pada minggu 0, minggu 1, minggu 2, minggu 3 dan minggu 4. Hasil pengamatan organoleptis dari minggu 0, minggu ke-1, minggu ke-2, minggu ke-3 dan minggu ke-4 dapat dilihat pada tabel V.

Tabel V. Hasil Pengamatan Organoleptis

Keterangan :

KRT : Khas Rimpang Temulawak * : Homogen ** : Kurang Homogen ++ : Kuning Cerah +++ : Kuning Tua Para- Meter Min-ggu Suhu

Suhu oven Suhu kulkas Suhu kamar

F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 Bau 0 KRT KRT KRT KRT KRT KRT KRT KRT KRT 1 KRT KRT KRT KRT KRT KRT KRT KRT KRT 2 KRT KRT KRT KRT KRT KRT KRT KRT KRT 3 KRT KRT KRT KRT KRT KRT KRT KRT KRT 4 KRT KRT KRT KRT KRT KRT KRT KRT KRT Warna 0 ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ 1 ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ 2 +++ +++ +++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ 3 +++ +++ +++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ 4 +++ +++ +++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ Homo- genitas 0 * * * * * * * * * 1 ** ** ** * * * * * * 2 ** ** ** * * * * * * 3 ** ** ** * * * * * * 4 ** ** ** * * * * * *

(6)

Hasil pengamatan menunjukkan ada perbedaan pada ketiga suhu penyimpanan, yaitu pada panyimpanan suhu oven terjadi perbedaan warna kuning yang menjadi lebih tua dan kurang homogen. Ketidakhomogenan ini disebabkan oleh pemisahan fase yang terjadi pada penyimpanan suhu oven. Pada krim yang tidak stabil menunjukkan suatu pemisahan terhadap fase lemak dan fase air karena viskositasnya yang rendah (Malik dkk, 2010). Pada pengujian susut pengeringan juga menunjukkan penyusutan volume dan massa setiap minggunya (dapat dilihat di Lampiran 14 ), dari hasil uji susut pengeringan ini kemungkinan terdapat bahan krim yang rusak atau menguap pada saat penyimpanan di oven, sehingga dapat mengakibatkan krim kurang stabil. Perubahan warna yang terjadi pada krim yang disimpan di oven menjadi kuning tua kemungkinan disebabkan karena perubahan pH yang terjadi pada penyimpanan selama 4 minggu di suhu oven, pH cenderung mengalami kenaikan dari pH awal sediaan, kurkumin stabil pada pH asam sehingga kenaikan pH yang semakin basa akan menganggu kestabilan kurkumin dan mengakibatkan perubahan warna. Perubahan pada penyimpanan suhu oven ini terjadi pada krim dengan humektan gliserin dan propilen glikol maupun pada krim kontrol.

2. Uji kemampuan proteksi

Uji kemampuan proteksi dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim dalam melindungi kulit atau memberikan proteksi terhadap kulit. Uji dilakukan pada minggu ke-0, minggu ke-1, minggu ke-2, minggu ke-3 dan minggu ke-4.

(7)

Hasil uji dari minggu ke-0, minggu ke-1, minggu ke-2, minggu ke-3 dan minggu ke-4 dapat dilihat pada Tabel VI dibawah ini :

Tabel VI. Hasil Uji Kemampuan Proteksi

Minggu

Suhu

Suhu Oven Suhu Kulkas Suhu Kamar

F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3

0 - - - -

1 > 2 menit > 2 menit - - - - 2 > 2 menit > 1 menit > 1 menit - - - - 3 > 2 menit > 1 menit > 1 menit - - - - 4 > 15 detik > 1 menit > 15 detik - - - - Keterangan :

- : Tidak/belum muncul bercak warna pink-keunguan

Dari hasil uji ini dapat diketahui krim yang disimpan dalam suhu oven memiliki waktu proteksi yang lebih singkat daripada krim yang disimpan dalam suhu kulkas dan suhu oven, hal ini ditunjukkan dengan munculnya noda pink-keunguan pada kertas saring selama waktu yang ditentukan. Perbedaan waktu proteksi sediaan krim ini kemungkinan terjadi karena krim yang disimpan pada suhu oven kurang stabil, sediaan krim sendiri kurang stabil, maka kemampuan proteksi krim menjadi menurun. Semakin lama penyimpanan semakin singkat waktu memproteksi krim, hal ini sebanding dengan sediaan krim yang semakin tidak stabil selama 4 minggu penyimpanan.

(8)

3. Uji daya sebar

Hasil uji daya sebar krim selama 4 minggu penyimpanan dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Gambar 3. Grafik Daya Sebar Beban 100 g

Keterangan :

F1 : Krim dengan humektan gliserin F2 : Krim dengan humektan propilen glikol

0 1.5 3 4.5 6 0 1 2 3 4 Da y a Seba r (cm ) Minggu

ke-Daya Sebar F1

suhu oven suhu kulkas suhu kamar

0 1.5 3 4.5 6 0 1 2 3 4 Da y a Seba r (cm ) Minggu

ke-Daya Sebar F2

(9)

Pengujian daya sebar ini digunakan untuk mengetahui kecepatan penyebaran krim pada kulit. Semakin luas daya sebar, maka akan semakin luas pula kontak zat aktif di dalam krim dengan kulit (Ansel, 2008). Pengujian daya sebar menggunakan 5 beban yang berbeda yaitu tanpa beban, 50 g, 100 g, 150 g, dan 200 g. Grafik diatas adalah untuk beban 100 gram Formula 1 (humektan gliserin) dan Farmula 2 (humektan propilen glikol) (Data lebih lengkap dapat dilihat di Lampiran 7 dan 8)

Dilihat dari gambar grafik diatas daya sebar krim mengalami perubahan nilai diameter selama 4 minggu penyimpanan. Untuk Formula 1 (humektan gliserin) yang di simpan di suhu oven pada minggu ke-1 dan minggu ke-2 diameter daya sebar yaitu nilainya naik sedangkan pada minggu ke-3 dan minggu ke-4 nilai diameter daya sebar cenderung turun. Untuk Formula 1 (humektan gliserin) yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu ruang cenderung mengalami kenaikan diameter daya sebar selama 4 minggu penyimpanan.

Formula 2 (humektan propilen glikol) yang disimpan pada suhu oven pada minggu ke-1 diameter daya sebarnya naik dan diameter mengalami penurunan nilai mulai minggu ke-2 hingga minggu ke-4. Formula 2 (humektan propilen glikol) yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu kamar pada minggu ke-1 nilai daya sebarnya mengalami penurunan dan pada minggu ke-2 hingga minggu ke-4 diameter daya sebarnya naik.

Dari grafik daya sebar dapat dilihat bahwa daya sebar krim yang disimpan di oven mengalami penurunan sampai minggu ke-4 penyimpanan. Hal ini diduga karena emulsi krim yang kurang stabil dan menjadi tidak homogen, hal ini

(10)

mengakibatkan adanya penggabungan partikel fase terdispersi yang mengakibatkan ukuran partikel mengalami pembesaran sehingga kemampuan krim untuk menyebar turun (Indrawati dan Sari, 2011).

Hasil uji daya sebar selama 4 minggu penyimpanan dilakukan uji statistik berupa uji one way ANOVA dan T-Test. Sebelumnya data diuji menggunakan Kolmogorov-Smirnov untuk memastikan data terdistribusi normal.

Uji one way ANOVA dilakukan pada diameter daya sebar krim terhadap 3 perbedaan suhu penyimpanan. Hasil untuk Formula 1 (humektan gliserin) diperoleh nilai Sig. 0,094. Nilai Sig. ini > 0,05 sehingga H0 diterima, hal ini berarti pada Formula 1 tidak terdapat perbedaan diameter daya sebar yang bermakna dengan penyimpanan pada suhu yang berbeda. Hasil untuk Formula 2 (humektan propilen glikol) diperoleh nilai Sig. 0,195. Nilai Sig. ini > 0,05 sehingga H0 diterima, hal ini berarti pada Formula 2 tidak terdapat perbedaan diameter daya sebar yang bermakna dengan penyimpanan pada suhu berbeda.

Uji T-Test dilakukan pada nilai diameter daya sebar krim terhadap perbedaan humektan yang digunakan. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai Sig. 0,170. Nilai Sig. > 0,05 sehingga H0 diterima, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan diameter daya sebar krim yang bermakna dengan humektan yang berbeda (Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 9).

Dari hasil uji one way ANOVA dan uji T-Test membuktikan bahwa naik atau turunnya diameter daya sebar krim selama 4 minggu penyimpanan ternyata tidak signifikan perubahannya. Daya sebar berkaitan dengan sifat penyebaran krim ketika digunakan. Semakin besar daya sebar, luas permukaan kulit yang

(11)

kontak dengan krim akan semakin luas dan zat aktif akan terdistribusi dengan baik. Peningkatan daya sebar selama penyimpanan disebabkan karena viskositas krim tersebut semakin menurun selama penyimpanan sehingga tahanan cairan untuk mengalir semakin berkurang sehingga daya sebar krim meningkat (Swastika dkk, 2013).

4. Uji derajat keasaman (pH)

Hasil uji pH selama 4 minggu penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini: 6 6.5 7 0 1 2 3 4 pH K rim Minggu

ke-pH F1

(12)

commit to user

Gambar 4. Grafik Hasil Pengujian pH

Keterangan :

F1 : Krim dengan humektan gliserin F2 : Krim dengan humektan propilen glikol

Pemeriksaan pH adalah salah satu bagian dari kriteria pemeriksaan sifat kimia dalam memprediksikan kestabilan sediaan krim. Dimana profil pH menentukan stabilitas bahan aktif dalam suasana asam atau basa (Lachman dkk, 1994).

Bila dilihat pada grafik di atas terjadi perubahan nilai pH krim selama 4 minggu penyimpanan. Untuk Formula 1 (humektan gliserin) yang disimpan pada suhu oven nilai pH mengalami perubahan setiap minggunya, pada minggu ke-1 dan minggu ke-2 nilai pH cenderung naik, pada minggu ke-3 nilai pH turun dan pada minggu ke-4 nilai pH naik. Untuk krim yang disimpan di suhu kulkas mengalami perubahan nilai pH yang cenderung mengalami kenaikan setiap minggunya sedangkan krim yang disimpan di suhu kamar pada minggu ke-1 dan minggu ke-2 naik sedangkan pH turun lagi pada minggu ke-3 dan pada minggu

6 6.5 7 0 1 2 3 4 pH K rim Minggu

ke-pH F2

(13)

Untuk Formula 2 (humektan propilen glikol) yang disimpan di suhu oven mengalami perubahan pH yang cenderung mengalami kenaikan setiap minggu penyimpanan. Untuk krim yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu kamar memiliki kesamaan yaitu pada minggu ke-1 dan minggu ke-2 nilai pH naik sedangkan pada minggu ke-3 mengalami penurunan dan pada minggu terakhir penyimpanan nilai pH naik.

Data hasil uji pH yang diperoleh selama 4 minggu penyimpanan diuji statistik yaitu menggunakan uji one way ANOVA dan uji T-Test sebelumnya data diuji menggunakan Kolmogorov-Smirnov untuk memastikan data terdistribusi normal.

Uji one way ANOVA dilakukan pada nilai pH krim terhadap perbedaan suhu penyimpanan. Hasil untuk Formula 1(humektan gliserin) diperoleh nilai Sig. 0,784. Nilai Sig. ini > 0,05 sehingga H0 diterima, hal ini berarti pada Formula 1 tidak terdapat perbedaan nilai pH krim yang bermakna dengan penyimpanan pada suhu yang berbeda. Hasil untuk Formula 2 (humektan propilen glikol) diperoleh nilai Sig. 0,623. Nilai Sig. ini > 0,05 sehingga H0 diterima, hal ini berarti Formula 2 tidak terdapat perbedaan nilai pH krim yang bermakna dengan penyimpanan pada suhu yang berbeda.

Kemudian dilakukan uji T-Test pada nilai pH krim terhadap perbedaan humektan yang digunakan, diperoleh hasil nilai Sig. 0,868. Nilai Sig. ini > 0,05 sehingga H0 diterima, hali ini berarti tidak ada perbedaan nilai pH yang bermakna dengan perbedaan humektan yang digunakan pada formula krim (Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 6).

(14)

Sediaan kosmetik harus memikili pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu antara 4,5-7,0 (Wasitaatmadja, 1997). Apabila sediaan krim memiliki pH lebih besar atau lebih kecil dari kulit ada kemungkinan dapat menyebabkan iritasi (Padmadisastra dkk, 2007). Nilai pH mengalami perubahan setiap minggu penyimpanannya baik naik atau turun, rentang pH selama 4 minggu penyimpanan ini berkisar 6,34 - 6,83. rentang ini masih masuk dalam rentang pH kulit sehingga aman untuk kulit dan tidak menimbulkan iritasi. Jika krim memiliki pH yang terlalu basa dapat menyebabkan kulit bersisik, sedangkan pH yang terlalu asam dapat menyebabkan iritasi kulit.

5. Uji daya lekat

Hasil uji daya lekat krim selama 4 minggu penyimpanan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 0 1 2 3 4 Da y a L ek a t Minggu

ke-Daya Lekat F1

(15)

commit to user

Gambar 5. Grafik Daya Lekat Krim

Keterangan :

F1 : Krim dengan humektan gliserin F2 : Krim dengan humektan propilen glikol

Pengujian daya lekat bertujuan untuk mengetahui kemampuan krim untuk melekat atau menempel pada permukaan kulit sewaktu digunakan agar berfungsi maksimal. Semakin lama daya lekat dari krim maka semakin baik karena kontak krim dengan kulit juga semakin lama, sehingga zat aktif dapat terlepas secara maksimal dan dapat diabsorbsi oleh kulit (Ansel, 2008).

Dapat dilihat dari Gambar 4. di atas daya lekat krim selama 4 minggu penyimpanan terjadi perubahan waktu lekat. Krim Formula 1 (humektan gliserin) yang disimpan pada suhu oven pada minggu ke-1 dan minggu ke-2 waktu melekat krim lebih singkat/turun dari minggu awal pembuatan, pada minggu ke-3 waktu lekat krim lebih lama daripada waktu lekat minggu ke-2 sedangkan untuk minggu terakhir penyimpanan krim memiliki waktu lekat paling singkat dari minggu-minggu sebelumnya. Untuk Formula 1 yang disimpan pada suhu kulkas pada

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 0 1 2 3 4 Da y a L ek a t Minggu

ke-Daya Lekat F2

(16)

singkat dari waktu melekat pada minggu ke-0 dan pada minggu ke-4 memiliki waktu lekat lebih lama daripada minggu ke-3 sedangkan untuk krim yang disimpan pada suhu kamar pada minggu ke-1 waktu melekatnya turun, pada minggu ke-2 waktu lekatnya lebih lama dari minggu ke-1, pada minggu ke-3 terjadi penurunan waktu melekat krim dan pada minggu ke-4 waktu melekat krim lebih lama dari minggu ke-3.

Untuk Formula 2 (humektan propilen glikol) pada penyimpanan suhu oven memiliki waktu lekat lebih lama untuk minggu ke-1 dan minggu ke-2 jika dibandingkan dengan waktu lekat minggu ke-0, sedangkan pada minggu ke-3 dan minggu ke-4 waktu lekat krim lebih singkat dari minggu sebelumnya. Hal ini berhubungan dengan viskositas krim yang semakin menurun, sehingga kemampuan krim untuk melekat juga menurun. Krim Formula 2 pada penyimpanan suhu kulkas dan suhu kamar memiliki kesamaan, yaitu waktu melekat krim setiap minggu penyimpanan cenderung mengalami peningkatan atau krim memiliki waktu melekat yang lebih lama dari minggu sebelumnya.

Hasil uji daya lekat selama 4 minggu penyimpanan dianalisis menggunakan one way ANOVA dan T-Test. Sebelumnya data dianalisis menggunakan Kolmogorov-Smirnov untuk memastikan data terdistribusi normal.

Uji one way ANOVA dilakukan pada daya lekat krim terhadap suhu penyimpanan yang berbeda. Untuk Formula 1 (humektan gliserin) diperoleh nilai Sig. 0,670. Nilai Sig. > 0,05 sehingga H0 diterima, hal ini berarti pada Formula 1 tidak terdapat perbedaan waktu lekat yang bermakna dengan suhu penyimpanan yang berbeda. Untuk Formula 2 (humektan propilen glikol) diperoleh nilai Sig.

(17)

0,011. Nilai Sig. < 0,05 sehingga H0 ditolak, hal ini berarti terdapat perbedaan waktu lekat yang bermakna dengan suhu penyimpanan yang berbeda. Karena terdapat perbedaan yang bermakna kemudian dilakukan uji lanjut menggunakan Post Hoc Test dengan uji Tukey untuk mengetahui bagian yang berbeda, ditandai dengan tanda * pada rata-rata yang berbeda, hasilnya terdapat perbedaan pada penyimpanan suhu oven dan suhu kamar dengan nilai Sig. 0,009.

Uji T-Test dilakukan pada daya lekat krim terhadap perbedaan humektan yang digunakan dalam formula diperoleh hasil nilai Sig 0,594. Nilai Sig. > 0,05 sehingga H0 diterima, hal ini berarti tidak ada perbedaan waktu daya lekat yang bermakna dengan perbedaan humektan yang digunakan (Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 11).

6. Uji Viskositas

Pengujian viskositas dapat memberikan informasi mengenai sifat fisik sediaan. Hasil uji viskositas selama 4 minggu penyimpanan dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini :

0 200 400 600 800 1000 0 1 2 3 4 Vis k o sit a s (dp a s) Minggu

ke-Viskositas F1

(18)

Gambar 6. Grafik Hasil Viskositas

Keterangan :

F1 : Krim dengan humektan gliserin F2 : Krim dengan humektan propilen glikol

Hasil uji viskositas selama 4 minggu penyimpanan terjadi perubahan nilai viskositas. Viskositas krim Formula 1 (humektan gliserin) yang disimpan pada tiga suhu berbeda yaitu suhu oven, kulkas dan kamar memiliki kecenderungan yang sama selama 4 minggu penyimpanan, yaitu semakin lama disimpan maka viskositasnya juga semakin turun, tetapi tingkat penurunannya berbeda-beda yang paling rendah adalah krim yang disimpan di oven. Begitupula dengan krim Formula 2 (humektan propilen glikol) yang disimpan di suhu oven, kulkas dan kamar juga memiliki kecenderungan yang sama yaitu nilai viskositas krim semakin turun selama penyimpanan dan pada penyimpanan di suhu oven penurunannya lebih rendah dari suhu kulkas dan kamar. Hasil uji viskositas juga menunjukkan nilai viskositas krim Formula 2 lebih rendah dari viskositas krim Formula 1. 0 200 400 600 800 1000 0 1 2 3 4 Vis k o sit a s (dp a s) Minggu

ke-Viskositas F2

(19)

Hasil uji viskositas selama 4 minggu penyimpanan diuji statistik dengan one way ANOVA dan T-Test, sebelumnya data dianalisis menggunakan Kolmogorov-Smirnov untuk memastikan data terdistribusi normal.

Uji one way ANOVA dilakukan pada viskositas krim terhadap perbedaan suhu penyimpanan. Hasil untuk Formula 1 (humektan gliserin) diperoleh nilai Sig. 0,05 nilai Sig. = 0,05. Setelah dilakukan lanjut yaitu Post Hoc Test dengan uji Tukey menunjukkan ada perbedaan yang bermakna ditandai dengan tanda * pada penyimpanan di suhu kamar dengan suhu oven dengan nilai Sig. sebesar 0,041 sehingga H0 dtolak karena < 0,05, hal ini berarti pada krim Formula 1 terdapat perbedaan nilai viskositas yang bermakna pada penyimpanan pada suhu kamar dan suhu oven. Hasil untuk Formula 2 (humektan propilen glikol) diperoleh nilai Sig. 0,1. Nilai Sig. > 0,05 sehingga H0 diterima, hal ini berarti pada Formula 2 tidak terdapat perbedaan nilai viskositas yang bermakna pada penyimpanan dengan suhu yang berbeda.

Uji T-Test dilakukan pada viskositas krim terhadap perbedaan humektan. Hasil menunjukkan nilai Sig. 0,000. Nnilai Sig. < 0,05 sehingga H0 ditolak, hal ini berarti terdapat perbedaan viskositas krim yang bermakna dengan perbedaan humektan yang digunakan (Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 13).

Hasil viskositas krim menunjukkan bahwa viskositas krim Formula 2 (humektan propilen glikol) memiliki nilai viskositas lebih rendah daripada viskositas krim Formula 1 (humektan gliserin) hal ini diduga disebabkan oleh humektan yang digunakan. Propilen glikol memiliki bentuk lebih cair daripada gliserin, karena konsentrasi propilen glikol dan gliserin yang digunakan sama

(20)

maka tidak menutup kemungkinan akan mempengaruhi kekentalan sediaan krim. Hal ini juga ditunjukkan oleh hasil uji T-Test yang menunjukkan ada perbedaan bermakna viskositas krim dengan perbedaan humektan.

Selama 4 minggu penyimpanan baik Formula 1 (humektan gliserin) dan Formula 2 (humektan propilen glikol) dengan disimpan pada tiga suhu berbeda memiliki kecenderungan yang sama yaitu mengalami penurunan nilai selama penyimpanan. Penurunan viskositas tersebut kemungkinan dapat disebabkan oleh menurunnya stabilitas emulsi dari waktu ke waktu. Penurunan stabilitas ditandai dengan meningkatnya ukuran globul internal dan berkurangnya kerapatan globul sehingga tahanan cairan untuk mengalir semakin berkurang. Semakin tinggi penurunan atau kenaikan viskositas selama penyimpanan maka dapat dikatakan bahwa krim tersebut semakin tidak stabil (Swastika dkk, 2013). Pada viskositas krim yang disimpan di suhu oven memiliki nilai viskositas yang lebih rendah daripada krim yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu ruang, maka dapat dikatakan krim yang disimpan pada suhu oven paling tidak stabil.

7. Uji Tipe Emulsi Krim

Uji tipe krim dilakukan untuk mengetahui tipe emulsi krim dari sediaan. Uji tipe emulsi krim dilakukan dengan metode pengenceran dan pemberian warna dengan metilen blue selama 4 minggu penyimpanan. Hasil pengenceran menunjukkan krim dapat larut dalam aquades. Hasil pemberian warna, krim dapat bercampur homogen dengan metilen blue menghasilkan warna biru-kehijauan, warna ini juga dipengaruhi warna sediaan yang berwarna kuning. Dari kedua

(21)

pengujian tersebut dapat diketahui bahwa tipe emulsi krim ekstrak temulawak ini adalah M/A. Selama pengujian sampai 4 minggu penyimpanan tidak terjadi perubahan tipe krim. Gambar uji pengenceran dapat dilihat pada Lampiran 15.

(22)

commit to user

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan penelitian, humektan gliserin dan propilen glikol mampu mempertahankan kestabilan sifat fisik dan kimia krim, ditunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada pengujian sifat fisik dan kimia meliputi uji organoleptis, kemampuan proteksi, uji daya sebar, uji pH, uji daya lekat dan uji viskositas. Perbedaan suhu penyimpanan berpengaruh pada stabilitas pengujian organoleptis, kemampuan proteksi, daya sebar, daya lekat dan viskositas krim.

2. Krim dengan humektan gliserin stabil pada pengujian organoleptis, kemampuan proteksi, daya sebar, pH, daya lekat dan viskositas

3. Penyimpanan pada suhu kulkas (2-8⁰C) dan suhu kamar (27-30⁰C) menunjukkan hasil krim yang stabil selama 4 minggu penyimpanan.

B. Saran

1. Penulis menyarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh humektan dalam mempertahankan kestabilan sediaan dengan menggunakan krim yang basisnya telah dioptimasi.

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi humektan yang paling baik dalam mempertahankan kestabilan sediaan.

(23)

Daftar Pustaka

Afifah E. dan Tim Lentera, 2005, Khasiat dan Manfaat Temulawak : Rimpang Penyembuh Aneka Penyakit, 4-11, Agromedia Pustaka, Jakarta.

Allen, L.V.Jr., 2002, The Art Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding, 2nd Ed, 301-324, American Pharmaceutical Association, Washington D.C.

Anief, M., 1993, Farmasetika, 169, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anief, M., 2000, Ilmu Meracik Obat, 71-73, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anief, M., 2007, Farmasetika, 114-115, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 8, 9, 57-58, 271-273, 378, 534, 633, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 13-14, 30, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 413, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2000, Inventaris Tanaman Obat Indonesia I Jilid Pertama, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, Jakarta.

Anonim, 2007, Pemastian Mutu Obat Vol 1 : Kumpulan Kompendium Pedoman dan Bahan-bahan Terkait, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anonim, 2014, The Pharmaceutics and Compounding Laboratory-Emulsion, http:// phamlabs.unc.edu/labs/emulsions/hlb.html, diakses 31 Mei 2014.

Ansel, HC., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat, 382, 506-509, 605-608, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, UI Press, Jakarta.

(24)

Aulton, M.E., 1988, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, Chrucill Livingstone, London, Melbrourne & New York

Ditjen POM, 1985, Formularium Kosmetik Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Djajadisastra, J., Adbul M., Dessy, NP., 2009, Formulasi Gel Topikal dari Ekstrak Nerii Folium dalam Sediaan Anti Jerawat, Jurnal Farmasi Indonesia, Volume 4, Nomor 4, 210-216.

Dwiastuti, R., 2010, Pengaruh Penambahan CMC (Carboxymethyl Cellulose) sebagai Gelling Agent dan Propilen Glikol sebagai Humektan dalam Sediaan Gel Sunscreen Ekstrak Kering Polifenol Teh Hijau (Camellia sinensis L.), Jurnal Penelitian, Volume 13, Nomor 2, 227-240.

Indrawati T. dan Sari Y.H., 2011, Pengaruh butter alpukat (avocado butter) terhadap stabilitas krim pelembut avocado. Majalah Farmasi Indonesia, Volume 22, Nomor 2, 101.

Kiswanto, 2005, Perubahan Kadar Senyawa Bioaktif Rimpang Temulawak Dalam Penyimpanan (Curcuma xanthorrizha Roxb.), Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian Institusi Pertanian (INTAN), Yogyakarta.

Kristina, N.V., Noveriza, R., Syahid, S.F., Rizal M., Peluang Peningkatan Kadar Kurkumin Pada Tanaman Kunyit Dan Temulawak, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.

Lachman, L., Lieberman HA., Kanig J.L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi Ketiga, UI Press, Jakarta.

Lachman, L., Lieberman HA., Kanig J.L., 2008, Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi Ketiga, UI Press, Jakarta.

Malik, M., Anggraini D., Susiladewi M., 2010, Formulasi Krim Serbuk Getah Buah Pepaya (Carica papaya L) Sebagai Antijerawat, Jurnal Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Volume 10, 46. Mangunwardoyo, W., Deasywaty, Usia, T., 2012, Antimicrobial and

Identification of Active Compound Curcuma xanthorrhiza Roxb., International Journal of Basic & Applied Sciences IJBAS-IJENS, Volume 12, Nomor 01, 69-78.

Martin, A., 1993, Farmasi Fisik, Jilid I Edisi III, UI Press, Jakarta.

(25)

Gel Carbopol ETD 2020, Majalah Farmasi Airlangga, Volume 5, Nomor 1, 1-6.

Naibaho, O.H., Yamlean P.V.Y., Wiyono, W., 2013, Pengaruh Basis Salep terhadap Formula Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi (Ocimim sanctum L.) pada Kulit Punggung Kelinci yang Dibuat Infeksi Staphylococcus aureus, Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT, Volume 2, Nomor 02, 27-33.

Padmadisastra, Y., Syaugi, A., Anggia, S., 2007, Formulasi Sediaan Salep Antikeloidal Yang Mengandung Ekstrak Terfasilitasi Panas Microwave Dari Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Seminar Kebudayaan Indonesia Malaysia, Kuala Lumpur.

Parrot, E.L., 1978, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, Burgess Publishing Company, Mineapolis.

Rowe, C.R., Sheskey, J.P., and Weller, J.P., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th edition, 283, 651, American Pharmaceutical Association, London, Chicago.

Rukmana, R., 1995, Temulawak Tanaman Rempah dan Obat , 14, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Sipahutar, R., S., 2008, Pengaruh Konsentrasi Humektan Dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Keripik Biji Durian (Durio zibethinus Murr), Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Soebagio, B., Soeryati, S., K. Fauziah, 2006, Pembuatan Krim Antiakne Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Jurnal Penelitian, Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD.

Soeratri, W., Ifansyah, N., Fitrianingrum, D., 2005, Penentuan Stabilitas Sediaan Krim Tabir Surya dari Bahan Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.), Penelitian Hayati, Volume 10, 103-105. Swastika, A., Mufrod, Purwanto, 2013, Antioxidant Activity Of Cream Dosage

From Of Tomato Extract (Solanium iycopersicum L.), Traditional Medicine Journal, Volume 18, Nomor 3, 135-139.

Syamsuni, HA., 2006, Ilmu Resep, 74-75, EGC, Jakarta.

Taufik, H., 2014, Cream, http//:www.x3-prima.com/2009/05/cream.html, diakses 06 Mei 2014.

(26)

Wasitaatmadja, S.M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Widyaningrum, N., Murrukmihadi, M., Ekawati, S.K., 2012. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanolik Daun Teh Hijua (Camellia sinensis L.) dalam Sediaan Krim terhadap Sifat Fisik dan Aktivitas Antibakteri, Jurnal Penelitian, Volume 4, Nomor 2, 147-156.

Voigt, 1995, Buku Pelajaran Tehnologi Farmasi, 434-437,577, Diterjemahkan oleh : Mathilda, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Gambar

Tabel IV. Hasil Pemeriksaan Kandungan Kimia Ekstrak
Tabel V. Hasil Pengamatan Organoleptis
Tabel VI. Hasil Uji Kemampuan Proteksi
Gambar 3. Grafik Daya Sebar Beban 100 g  Keterangan :
+4

Referensi

Dokumen terkait

An hour later, the Doctor, Zoe, Jamie, Isobel, Captain Turner and the Brigadier all climbed out of a UNIT jeep parked beside a gate leading into a field. ‘Here, Doctor?’

Pemanfaatan Tulang Ikan Nila ( Oreochromis niloticus ) sebagai Pengganti Gelatin dan Karakteristik Sifat Fisika Kimianya.. Di bawah bimbingan WIRANTI SRI RAHAYU dan

Isolated of Endophytic bacteria from red betel root, produced a supernatant to test the inhibitory effect on 4 test bacteria that are pathogenic, Two (2)

[r]

TEGOEH WYNARNO HAROENO, MM Pembina Utama Muda

Transaksi leasing dalam bentuk sale and lease back ini pada prisipnya adalah pihak lessee sengaja menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian dilakukan kontrak sewa guna

Pendekatan yang dilakukan peneliti pada saat wawancara berlangsung adalah peneliti menjadi pendengar yang baik pada saat informan bercerita, sehingga data yang diperoleh

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial melalui metode bermain peran dengan tema pekerjaan pada anak kelompok B TK