• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

5

A. Pengertian Administrasi, Kearsipan, dan Administrasi Kearsipan

Administrasi Kearsipan mengandung tiga unsur pengertian dasar di dalamnya, yakni: Administrasi, Kearsipan, dan Administrasi Kearsipan. Untuk selanjutnya diuraikan lebih rinci mengenai pengertian kata masing-masing.

1. Administrasi

a. Pengertian Administrasi

Administrasi didefinisikan oleh beberapa ahli antara lain; Menurut Sondang P. Siagian (1992 : 267)

“Administrasi berarti keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang didasarkan pada rasional tertentu oleh dua orang atau lebih dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan menggunakan sarana dan prasarana tertentu pula”.

The Liang Gie (1986 : 18)

“Administrasi adalah segenap rangkaian pembuatan penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Menyelenggarakan berarti melaksanakan, menunaikan, memelihara, mengatur, mengurus, atau dengan singkat kegiatan- kegiatan menata”.

Prajudi Admosudirdjo (1982 : 43) memberi pernyataan bahwa Administrasi adalah fungsi utama yang harus dijalankan administrator. Sedangkan pengertian administrator menurut Ninik Widiyanti (1988 : 3) adalah setiap “kepala organisasi”, yang harus membuat orang yang dipimpinnya itu hidup, tumbuh bergerak.

Dari pengertian administrasi diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa administrasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dua orang atau lebih guna mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan sebelumnya. Kegiatan tersebut tentunya mengunakan sarana prasarana tertentu agar kegiatan tersebut berjalan secara efektif dan efisien.

(2)

b. Unsur-Unsur Administrasi

Untuk membangun suatu administrasi sebagai sistem diperlukan berbagai unsur (elements, elementen), baik berupa faktor-faktor situasionil dan kondisionil maupun sumberdaya–sumberdaya (resources) tertentu (Prajudi Admosudirdjo, 1982 : 44-46) :

1) Organisasi

Organisasi ini dicipta secara konstitusionil oleh Pimpinan Tertinggi daripada badan-usaha, dan akan menjadi wahana (wadah), struktur, dan rangka dasar (framework) daripada Administrasi.

2) Lingkungan

Lingkungan yang mengelilingi administrasi yang berada di dalam organisasi terdiri atas berbagai lapis: geografis fysik, biologis (flora, fauna), Sosial, budaya, ekonomis, psikilogis, politik, teknologis. Administrasi (Organisasi) akan bergerak sambil berpindah-pindah lapis setiap kali berganti persoalan atau urusan. Sebagian (besar) daripada lingkungan tersebut akan merupakan lingkungan ekologis.

3) Situasi

Situasi berada di dalam Lingkungan dan berada dalam keadaan bergerak serta berubah secara terus-menerus. Situasi adalah seperangkat faktor-faktor lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap peri keadaan, peri kehidupan, dan gerak-gerik Administrasi (organisasi).

4) Lokasi

Lokasi adalah bagian daripada lingkungan terdiri atas semua faktor yang mempunyai relevansi (hubungan kepentingan) dengan Administrasi (organisasi) dan mempunyai arti letak dengan diukur menurut jarak transportasi dan komunikasi.

5) Wilayah Operasi atau Yuridiksi

Wilayah operasi atau wilayah yuridiksi adalah bagian dari pada lingkungan yang dijadikan atau merupakan sasaran kegiatan atau tindakan daripada

(3)

Administrasi (Organisasi). Terdiri tiga unsur, yakni :

a) Wilayah personil, terdiri atas semua orang-orang dan badan-badan yang mempunyai kepentingan dengan Administrasi (Organisasi).

b) Wilayah materiil, terdiri atas semua urusan-urusan dan persoalan- persoalan yang menjadi tugas atau kewajiban Administrasi (Organisasi). c) Wilayah territorial, yakni wilayah geografis dengan batas-batas tertentu

yang tidak boleh dilampaui.

6) Persil (Site) Persil terdiri atas tanah halaman dan gedung dimana kegiatan-kegiatan utama dan Pimpinan Administrasi (Organisasi) berada.

7) Mesin dan Peralatan (equipment)

Terdiri atas semua barang modal yang merupakan “hardware” dari pada Administrasi (Organisasi).

8) Program-Usaha (Software) dan Mission

Terdiri atas peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur konstitusionil, dirakit dengan suatu Filosofi Bisnis dan Filosofi Administrasi yang merupakan kerangka dan rangka dasar berfikir dan berusaha.

9) Legitimitas

Kekuatan sosial-politik-yuridis yang berasal dari undang-undang atau konsessi, lisensi, patent, dan sebagainya.

10) Pimpinan

Pimpinan itu terdiri atas semua Manager dan Staffer yang ditanamkan oleh para pemilik badan-usaha untuk bertindak sebagai kader.

11) Personil

Personil terdiri atas semua orang warga Organisasi (Administrasi) yang secara bersama-sama merupakan kekuatan manusiawi daripada Administrasi (Organisasi). Masalah pokok daripada Administrasi adalah bagaimana secara terus-menerus mengendalikan, merakit, dan memanfaatkan unsur-unsur Administrasi tersebut di atas secara seefektif-efektifnya dan seefisien-efisiennya.

(4)

c. Proses-Proses Administrasi

Administrasi sebagai proses menurut Prajudi Admosudirdjo (1982 : 178) ialah keseluruhan proses yang terdiri atas kegiatan-kegiatan, pemikiran- pemikiran, pengaturan-pengaturan, mulai dari penentuan tujuan sampai dengan penyelenggaraan sehingga tercapai tujuan tersebut. Dalam bentuk ikhtisar, proses administrasi sebagai persiapan dan pelaksanaan kebijaksanaan politik meliputi kegiatan;

1) Merencanakan (mempersiapkan)

a) Merencanakan (dalam arti memikirkan) b) Merumuskan

2) Mengorganisasikan (menyusun organisasi) a) Menetapkan tujuan

b) Menetapkan jangka-waktu c) Menetapkan metode bekerja

d) Menghimpun alat-alat (tenaga perlengkapan) e) Menyusun alat-alat (“arrangement”)

f) Menggerakkan

g) Mengadakan pemeriksaan (“controle”) h) Mengadakan perbaikan

3) Memimpin (memimpin organisasi) a) Memelihara secara struktural b) Memelihara secara fungsional c) Memajukan secara struktural d) Memajukan secara fungsional

2. Kearsipan

a. Pengertian Kearsipan

Pengertian Kearsipan di definisikan oleh beberapa ahli. Pengertian Kearsipan menurut Ig. Wursanto (1995:19-20) adalah

(5)

“suatu proses kegiatan yang berhubungan dengan pengurusan atau pengaturan arsip dengan mempergunakan suatu sistem tertentu, sehingga arsip-arsip dapat ditemukan kembali dengan mudah dan cepat apabila sewaktu-waktu diperlukan”.

Sedangkan pengertian Kearsipan menurut MC Maryati (2008:114) adalah suatu kegiatan (replacing) dokumen-dokumen penting dalam tempat penyimpanan yang baik dan menurut aturan tertentu sehingga setiap diperlukan dapat menemukan kembali (finding) kembali dengan mudah dan cepat.

Jadi penulis memberi kesimpulan bahwa kearsipan adalah suatu proses pengelolaan arsip yang baik dan sesuai aturan tertentu sehingga arsip dapat ditemukan kembali dengan cepat apabila diperlukan.

b. Tujuan Arsip dan Kearsipan

Arsip mempunyai tujuan yang dikemukakan oleh beberapa Ahli. Mc Maryati (2008:115) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perkantoran Efektif mengemukakan bahwa tujuan arsip:

1) Sebagai referensi atau bukti legalitas sewaktu-waktu arsip dibutuhkan. 2) Sebagai sumber data yang berarti arsip merupakan sumber informasi yang

sangat diperlukan dalam mendukung pengambilan keputusan.

3) Sebagai data historis yang dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan sejarah atau dinamika organisasi di masa lalu.

Menurut Bank Dunia (dalam Badri Munir Sukoco, 2007:82) tujuan arsip adalah:

1) Untuk menjaga dokumen maupun arsip agar dapat diakses dan digunakan sepanjang ada nilai gunanya.

2) Untuk membuat informasi dari dokumen dan arsip, tersedia dalam format yang tepat, digunakan oleh orang yang tepat, dan dapat digunakan pada saat yang tepat.

Pendapat lain mengatakan tujuan arsip ialah untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan

(6)

penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta untuk menyediakan bahan pertanggungjawaban tersebut bagi kegiatan Pemerintah. (Basir Barthos, 1990:12)

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan arsip adalah untuk menjaga dokumen dan arsip agar dapat diakses dan digunakan sepanjang ada nilai gunanya, mengetahui informasi arsip organisasi di masa lalu, dan sebagai bahan pertanggungjawaban.

Fungsi Kearsipan Menurut Undang-Undang Dasar Pasal 3 No. 7 tahun 1971 adalah:

1) Untuk menjamin keselamatan bahan-bahan pertanggung jawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan, dan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan;

2) Menyediakan bahan pertanggung jawaban tersebut bagi kegiatan pemerintah;

3) Menyediakan bahan bukti untuk keperluan ilmiah yaitu untuk penelitian dan pengembangan teknologi.

Jadi penulis memberi kesimpulan bahwa kearsipan mempunyai tujuan yang sangat berperan penting dalam setiap instansi. Baik instansi pemerintah maupun instansi swasta. Arsip-arsip tersebut nantinya dapat dijadikan pedoman utama dalam pengengambilan keputusan maupun bukti legalitas apabila diperlukan. Selain itu karena arsip mempunyai nilai historis, arsip nantinya dapat dijadikan bahan untuk keperluan ilmiah yaiut untuk penelitian dan pengembangan tehnologi.

c. Jenis Arsip

Arsip mempunyai berbagai jenis arsip. Ig. Wursanto (1991: 21-28) membagi jenis arsip dilihat dari beberapa segi diantaranya :

1) Menurut subjek atau isinya : a) Arsip Keuangan

(7)

Jenis arsip yang berhubungan dengan masalah keuangan seperti laporan keuangan, surat perintah membayar tunai, surat penagihan, dan daftar gaji.

b) Arsip Kepegawaian

Jenis arsip yang berhubungan dengan masalah kepegawaian seperti daftar riwayat hidup pegawai dan absensi pegawai.

c) Arsip Pemasaran

Jenis arsip yang berhubungan dengan masalah-masalah pemasaran seperti surat penawaran, surat pesanan, daftar harga barang, surat permintaan kebutuhan barang.

d) Arsip Pendidikan

Jenis arsip yang berhubungan dengan masalah-masalah pendidikan seperti garis-garis besar program pengajaran (GBPP), satuan pelajaran, program pengajaran, daftar absensi siswa dan guru.

2) Arsip menurut bentuk dan wujudnya a) Surat

Setiap lembaran kertas yang berisi informasi atau keterangan yang berguna bagi penyelenggara kehidupan organisasi seperti naskah perjanjian atau kontrak, akte pendirian perusahaan, notulen rapat, kuitansi, naskah berita acara, kartu pegawai, dan bon penjualan.

b) Pita rekaman

Setiap kotak pita rekaman yang berisi informasi atau keterangan yang berguna bagi penyelenggara kehidupan organisasi.

c) Piringan hitam

Setiap Piringan hitam yang berisi informasi atau keterangan yang berguna bagi penyelenggara kehidupan organisasi.

d) Mikro film

Film yang memuat rekaman bahan tertulis, tercetak, dan tergambar dalam ukuran yang sangat kecil untuk memudahkan penyimpanan dan penggunaan. Cetakan microfilm tersebut disebut hard copy.

(8)

3) Arsip menurut sifat kepentingannya

a) Arsip non essensial, yaitu arsip yang tidak memerlukan pengolahan dan tidak mempunyai hubungan dengan hal-hal yang penting sehingga tidak perlu disimpan dalam waktu yang terlalu lama (tidak penting). Contohnya antara lain : Surat atau kartu undangan, pengumuman hari libur, memo atau nota tentang hal-hal yang tidak penting, dan lain-lain.

b) Arsip yang diperlukan (useful archives), yaitu arsip yang masih mempunyai nilai kegunaan, tetapi sifatnya sementara dan kadang- kadang masih dipergunakan atau dibutuhkan (arsip ini masih disimpan antara 2 atau 3 tahun). Contohnya antara lain : surat perintah jalan, surat keterangan pegawai, surat telegram, dan lain-lain.

c) Arsip penting (important archives), yaitu arsip yang mempunyai nilainhukum, pendidikan, keuangan, dokumentasi, sejarah dan sebagainya. Apabila arsip ini hilang maka sulit untuk mencari penggantinya karena masih diperlukan atau dipergunakan dalam membantu kelancaran pekerjaan. Contohnya antara lain : surat keputusan (penangkatan, pemindahan, pemberhentian), daftar sensus pegawai, laporan keuangan, berita acara pemeriksaan keuangan, dan lain-lain.

d) Arsip Vital (vital archives), yaitu arsip yang bersifat permanen, langgeng, disimpan untuk selama-lamanya. Contohnya antara lain : akte pendirian perusahaan, daftar hasil ujian dinas pegawai, daftar hasil ujian jabatan pegawai, dokumen-dokumen kepemilikan tanah (gedung), buku induk pegawai dan lain-lain.

4) Arsip menurut fungsinya

a) Arsip dinamis, yaitu arsip yang masih dipergunakan secara langsung dalam kegiatan perkantoran sehari-hari. Arsip ini dapat dibedakan menjadi 3 macam menurut fungsi dan kegunaannya yaitu : Arsip aktif yaitu arsip yang masih sering dipergunakan bagi kelangsungan kerja. Arsip semi aktif yaitu arsip yang frekuensi penggunaannya sudah

(9)

mulai menurun. Arsip In-aktif yaitu arsip yang jarang sekali dipergunakan dalam proses pekerjaansehari-hari.

b) Arsip statis yaitu arsip yang sudah tidak dipergunakan secara langsung dalam kegiatan perkantoran sehari-hari.

Dari penjelasan diatas penulis memberikan kesimpulan bahwa menurut I.g Wursanto arsip memiliki berbagai jenis yang dilihat dari beberapa segi. Mulai dari arsip menurut subjek atau isinya, arsip menurut bentuk dan wujudnya, arsip menurut sifat kepentinganya, sampai arsip menurut fungsinya. Tentunya dari jenis-jenis arsip tersebut dapat membantu dalam kegiatan administrasi kearsipan.

d. Fasilitas Kearsipan

Agar dapat melaksanakan kegiatan kearsipan tentunya memerlukan berbagai alayt-alat fasilitas penunjang untuk kelancaran kegiatan kearsipan tersebut. Menurut Ig. Wursanto (1991:32) Alat-alat yang dipergunakan dalam bidang kearsipan misalnya map, folder, guide, filing cabinet, almari, rak, dan rotary filing:

1) Map

Menurut Ig. Wursanto (1991:32), Map adalah lipatan kertas atau karton (kertas manila) yang dipergunakan untuk menyimpan arsip. Map mempunyai macam-macam bentuk dan ukuran. Sesuai dengan fungsi dan cara mempergunakannya, map dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu map biasa, map tali, map jepitan, map tebal dengan memakai jepitan.

a) Map biasa disebut juga stopmap atau stofmap atau lebih lengkap disebut stopmap folio. Disebut stopmap folio karena hanya dapat dipergunakan untuk menyimpan arsip yang paling luas ukuran folio (21 X 34 cm). Gunanya untuk menyimpan sementara arsip.

(10)

Sumber: Wursanto (1991:33)

b) Stopmap tali adalah stopmap yang memakai tali pengikat sebagai alat merapatkannya. Stopmap tali disebut juga portapel. Stopmap tali atau portapel terbuat dari karton dan diberi tali dari kain atau pita. Pada bagian belakang diberi catatan dengan huruf yang jelas dan teratur sehingga dari jauh dapat diketahui isinya.

Gambar 2. 2 Stopmap tali

Sumber: Wursanto (1991:34)

c) Map jepitan adalah map yang memakai jepitan dari logam untuk memegang arsip dengan kuat sehingga arsip di dalamnya tidak mudah terlepas. Dalam praktek perkantoran, map jepitan lebih dikenal dengan nama Snelhechter. Seperti halnya dengan stopmap folio, map jepitan atau Snelhechter terbuat dari kertas tebal atau karton (karton manila) dengan ukuran yang sama dengan stopmap folio. Warna mapjepitan bermacam-macam. Warna ini sangat penting untuk membedakan tiap persoalan.

(11)

atau Snelhechter

Sumber: Wursanto (1991:35)

d) Map tebal atau map besar dengan jepitan adalah map dengan memakai jepitan khusus dan bentuknya kokoh atau kuat sehingga dapat disimpan secara vertikal atau berdiri/tegak. Map jenis ini sering disebut Briefordner atau dalam praktek perkantoran lebih dikenal dengan nama ordner saja.

Gambar 2. 4 Map tebal atau Briefordner

Sumber: Wursanto (1991:36)

2) Folder

Folder merupakan lipatan kertas tebal/karton manila berbentuk segi empat panjang untuk menyimpan atau untuk menempatkan arsip atau sekelompok arsip di dalam file/filing cabinet. Folder juga dapat merupakan bentuk wadah dari file atau berkas apabila di dalamnya berisikan satu himpunan arsip dari suatu persoalan yang tunggal. Dapat

(12)

terjadi bahwa satu file persoalan tertentu terdiri dari beberapa folder karena banyaknya arsip, sehingga diperlukan beberapa folder untuk menempatkannya. Bentuk folder seperti stopmap folio, tetapi tidak dilengkapi daun penutup, atau seperti map jepitan tetapi tidak dilengkapi dengan jepitan. Biasanya folder dilengkapi dengan tab, yaitu bagian yang menonjol dari folder. Lengkapnya disebut tab folder atau folder tab. Fungsi tab folder adalah untuk menempatkan kode-kode, tanda-tanda, atau indeks yang menunjukkan isi folder yang bersangkutan. (Ig. Wursanto 1991:36)

Gambar 2.5 Folder

Sumber: Wursanto (1991:37)

3) Guide

Guide adalah lembaran kertas tebal atau karton manila yang dipergunakan sebagai penunjuk atau sekat/pemisah dalam penyimpanan arsip. Guide terdiri dari dua bagian, yaitu: bagian yang menonjol yang disebut tab atau tab guide. Tab guide berguna untuk menempatkan atau mencantumkan kode-kode, tanda-tanda atau indeks-indeks klasifikasi; dan badan guide. Satu guide hanya mempunyai satu tab. Jumlah guide yang diperlukan dalam sistem filing adalah sebanyak pembagian subjek dalam pola klasifikasi (main subjek, sub subjek dan sub-sub subjek). Guide pertama dinamakan main guide untuk menempatkan main subjek; guide kedua untuk mencantumkan sub subjek atau sub heading yang disebut sub guide; dan guide ketiga disebut sub-sub guide untuk

(13)

menempatkan sub-sub heading atau sub-sub main subjek. (Ig. Wursanto 1991:38)

Gambar 2. 6 Guide

Sumber: Wursanto (1991:41)

4) Filing Cabinet

Filing cabinet, ada juga yang menyebut file cabinet, adalah perabot kantor berbentuk segi empat panjang yang diletakkan secara vertical (berdiri) dipergunakan untuk menyimpan berkas-berkas atau arsip. Pada umumnya filling cabinet terdiri dari 4 laci, tetapi ada pula yang terdiri dari 5 atau 6 laci tersusun ke bawah. Setiap laci dapat memuat warkat atau arsip sebanyak 3500-4000 lembar, yang dihimpun di dalam folder-folder. Filing cabinet dapat dibuat dari kayu, logam atau ada pula yang dibuat dari metal (stell filing cabinet). (Ig. Wursanto 1991:41)

Gambar 2. 7 Filing cabinet

Sumber: Wursanto (1991:41)

(14)

Dinamakan almari arsip, karena dipergunakan untuk menyimpan berkas-berkas atau arsip. Almari arsip ada yang terdiri dari satu pintu, dan ada pula yang terdiri dari dua pintu. Berkas-berkas atau arsip di dalam almari arsip sebaiknya disusun atau ditata secara vertical lateral (vertikal berderet ke samping), sehingga susunan arsip di dalam almari arsip sama dengan susunan arsip yang disusun atau ditata didalam rak arsip. Almari ada yang dibuat dari kayu, dan ada pula yang dibuat dari besi atau baja. Almari yang dibuat dari baja lebih aman dalam menghadapi tindak kejahatan dan kebakaran. (Ig. Wursanto 1991:47)

Gambar 2.8 Almari Arsip

Sumber: Wursanto (1991:48)

6) Rak Arsip

Rak arsip adalah sejenis almari tidak berpintu, yang merupakan rakitan dari beberapa keping papan, kemudian diberi tiang untuk menaruh atau menyimpan berkas-berkas atau arsip. Arsip-arsip disusun secara vertical lateral (vertikal berderet ke samping). Arsip-arsip ditempatkan di rak, selalu dimulai dari kiri paling atas ke kanan, dan seterusnya; seterusnya ke bawah dimulai dari paling kiri seterusnya ke kanan dan seterusnya. Demikian seterusnya sampai dengan rak yang paling bawah. (Ig. Wursanto 1991:54)

(15)

Sumber: Wursanto (1991:56)

7) Rotary Filing

Menurut Ig. Wursanto (1991:58), Rotary filing adalah peralatan yang dapat berputar, dipergunakan untuk menyimpan warkat-warkat atau arsip (terutama yang berupa kartu). Sedangkan menurut Sedarmayanti (2008:76), Rotary filing adalah sistem file bertingkat (vertikal) yang dilengkapi dengan sistem kode, angka, abjad dan warna, serta berpola tingkatan bentuknya bundar dan dapat berputar, serta dapat mendeteksi lebih awal bila terjadi kekeliruan (karena tampak dari sistem nada/harmoni yang terpotong). Memakai sistem retracting door (pintu bergeser ke dalam), sehingga tidak menyita tempat.

(16)

Sumber: Sedarmayanti (2008:76)

8) Meja Arsip

Menurut Sedarmayanti (2008:76) meja arsip digunakan untuk menaruh arsip-arsip yang besrifat sementara. Arsip-arsip-arsip yang ditaruh diatas meja biasanya menunggu diproses ditindak lanjuti. Baik itu proses penandatanganan, proses pengagendaan, maupun proses yang lainnya.

Gambar 2.11 Meja arsip

Sumber: Sedarmayanti (2008:76)

(17)

Menurut Sedarmayanti (2008:76) alat tulis disini adalah sebagai penunjang keberlangsungan kearsipan yang masih bersifat manual. Alat tulis dapat berupa bulpoint, pensil, penghapus, pengaris, solatip, perekat kertas, stapler, stabilo.

Gambar 2.12 Alat tulis kantor

Sumber: Sedarmayanti (2008:76)

Penyelenggaraan kegiatan kearsipan suatu kantor tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak didukung oleh peralatan untuk menata/menyimpan arsip. Dalam pengadaan peralatan arsip, peralatan yang dipilih dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Perusahaan yang baik selalu memperhatikan kerapian arsip, sebagai asset perusahaan. Arsip tersebut disimpan dengan baik dan menggunakan peralatan arsip yang jumlahnya cukup dan berkualitas. Di setiap kantor peralatan yang digunakan harus sesuai dengan ruang lingkup perusahaan, sesuai dengan luas ruang yang tersedia dan sesuai dengan bentuk dan ukuran arsip. Semakin besar kantor dan arsip yang dikelola, maka semakin banyak dan beragam pula peralatan yang digunakan. Peralatan arsip penting agar arsip-arsip terlindungi dari bahaya yang dapat menyebabkan kerusakan arsip, seperti bahaya banjir, kebakaran, pencurian dan sebagainya.

e. Ruang Kearsipan

Ruang untuk menyimpan arsip hendaknya diatur sedemikian rupa sesuai teori ilmu kearsipan. Hal ini untuk menghindari arsip cepat rusak sebelum masa

(18)

gunanya habis. Menurut Ig. Wursanto (1991 : 221- 223) ruang kearsipan hendaknya diatur sebagai berikut:

1) Ruang penyimpanan arsip dijaga tetap kering dan tidak terlalu lembab. Oleh karena itu, kelembaban udara diatur sekitar 50% dan 65%. Apabila kelembaban udara melebihi 65%, dalam waktu yang relatif singkat arsip-arsipuserakan rusak/lapuk. Untuk mengatur kelembaban udara dapat dipasang Air Conditioner (AC), yang dihidupkan 24 jam terus menerus. 2) Ruangan harus terang, dan sebaiknya mempergunakan penerengan alam,

yaitu sinar matahari. Sinar matahari disamping untuk memberi penerangan ruangan, dapat pula membantu membasmi musuh-musuh kertas arsip.

3) Ruangan harus diberi ventilasi cukup. Ventilasi dapat membantu mengatur suhu dalam ruangan, sehingga ruangan tidak terlalu lembab. 4) Ruangan harus terhindar dari kemungkinan serangan api.

5) Ruangan harus terhindar dari kemungkinan serangan air (banjir).

6) Dalam hal-hal tertentu (semisal hujan) ruangan diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya talang, saluran air, atau atap gedung yang bocor. Apabila terjadi kebocoran harus segera diperbaiki pada saat itu juga.

7) Ruangan hendaknya terhindar dari kemungkinan serangan perusak/pemakan kertas arsip.

8) Lokasi ruang/gedung penyimpanan arsip hendaknya bebas dari tempat-tempat industri, sebab polusi udara sebagai hasil pembakaran minyak sangat berbahaya bagi kertas-kertas arsip. Untuk mengatasi hal semacam itu sebaiknya ruang kearsipan dilengkapi dengan filter untuk menyaring udara.

9) Ruangan penyimpanan arsip sebaiknya terpisah dari ruangan- ruangan kantor yang lain.

10) Ruangan penyimpanan arsip hendaknya disesuaikan dengan bentuk arsip yang akan disimpan di dalamnya.

(19)

f. Pegawai Kearsipan

Meskipun sistem penyimpanan arsip tepat, fasilitas dan ruangan memadai dan memenuhi syarat tetapi pelaksanaan administrasi kearsipan tidak dapat berjalan baik jika tidak didukung oleh pegawai kearsipan yang cakap dengan beberapa persyaratan lainnya yang harus dipenuhi oleh petugas (A.W. Widjaja, 1993 : 104) :

1) Memiliki pengetahuan dibidang :

 Pengetahuan umum, terutama yang menyangkut pengurusan surat menyurat dan arsip.

 Pengetahuan tentang seluk beluk instansi tempat bekerja, yakni struktur organisasi beserta tugas-tugasnya dan pejabat- pejabatnya.  Pengetahuan khusus tentang tata kearsipan.

2) Memiliki keterampilan untuk melaksanakan teknik tata kearsipan yang sedang dijalankan

3) Berkepribadian baik, yakni memiliki ketekunan, kesabaran, ketelitian, kerapian, kecekatan, kejujuran, serta loyal dan dapat menyimpan rahasia organisasi.

Pegawai kearsipan merupakan aspek penting dalam berjalannya kegiatan administrasi kearsipan. Pegawai kearsipan perlu kemampuan umum maupun khusus dalam bidang kearsipan. Pegawai kearsipan juga perlu diberi kemapuan atau keahlian khusus agar pelaksanaan kearsipan dapat berjalan secara efisien dan efektif. Berjalannya kearsipan yang efektif dan efisien disini dapat dilihat apabila arsip dapat ditemukan kembali dalam waktu secepat-cepatnya.

3. Administrasi Kearsipan

a. Pengertian Administrasi kearsipan

Menurut The Liang Gie (1986 : 28), Administrasi Kearsipan adalah segenap rangkaian perbuatan yang menyelenggarakan arsip sejak saat dimulainya

(20)

pengumpulan warkat-warkat sampai penyingkirannya. Saiman (2002 : 104) juga memberikan pendapatnya bahwa Administrasi Kearsipan adalah suatu pekerjaan menghasilkan arsip yang terdapat pada perencanaan, pelaksanaan, sampai pada pengawasan.

Ig. Wursanto (1995 : 16), menjelaskan Administrasi Kearsipan adalah suatu proses kegiatan pengaturan arsip dengan mempergunakan sistem tertentu, sehingga arsip arsip dapat ditemukan kembali sewaktu diperlukan.

Menurut A. W. Widjaja (1986 : 7-8), Administrasi Kearsipan adalah

“Pekerjaan menyimpan surat atau dokumen-dokumen yang didalamnya terdapat kegiatan kegiatan yang berkenaan dengan penerimaan, pencatatan, pengiriman, penyingkiran, maupun pemusnahan surat menyurat atau berbagai macam warkat lainnya”.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis mengambil kesimpulkan bahwa pengertian Administrasi Kearsipan dalam pengamatan ini mengacu pada pengertian Administrasi Kearsipan menurut A. W. Widjaja (1986: 7–8) adalah pekerjaan menyimpan surat atau dokumen-dokumen yang didalamnya terdapat kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan penerimaan, pencatatan, pengiriman, penyingkiran, maupun pemusnahan surat menyurat atau berbagai macam warkat lainnya.

Hal-hal yang berkaitan dengan administrasi kearsipan berdasarkan pengertian administrasi kearsipan yang telah dikemukakan sebelumnya, yakni :

1) Penerimaan dan Pencatatan arsip, 2) Penyimpanan arsip,

3) Pemeliharaan arsip,

4) Penyusutan dan Pemusnahan arsip. 1) Penerimaan dan Pencatatan arsip.

Kegiatan penerimaan dan pencatatan berada pada jajaran awal dalam pengelolaan arsip, khususnya untuk pengurusan arsip berbentuk surat.

(21)

Dalam hal ini, penanganan surat terbagi menjadi dua macam, yakni surat masuk dan surat keluar. Untuk lebih jelasnya, diuraikan perihal prosedur pengurusan surat masuk terlebih dahulu, baru kemudian surat keluar. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), sebagai lembaga pemerintah non-Departemen yang merupakan lembaga tertinggi dalam pengurusan arsip Negara Republik Indonesia, dalam Buku Petunjuk Teknis Tata Kearsipan Dinamis Sutarto menguraikan tata aliran surat masuk sebagai berikut. Tata aliran surat masuk;

a. Penerimaan surat masuk

Surat-surat dinas masuk diterima oleh pegawai pengelola arsip (baik surat yang datang melalui pos maupun melalui kurir). Kemudian surat-surat tersebut disortir untuk dikelompokkan surat-surat mana yang boleh dibuka dan mana yang tidak boleh dibuka (surat rahasia), dan surat-surat pribadi.

b. Membuka surat / menstempel

Surat-surat rahasia diberi stempel jam dan tanggal terima surat pada amplop bagian belakang, sedangkan surat-surat yang dapat dibuka distempel pada bagian belakang surat. Selanjutnya petugas meneliti kesesuaian antara jumlah lampiran dengan apa yang tertulis pada surat, ada atau tidaknya tembusan dan lain-lain. Apabila surat tidak tercantum alamat pengirim, amplop diklip menjadi satu dengan surat tersebut.

c. Mengelompokkan surat.

Surat-surat masuk dikelompokkan menjadi satu berdasarkan susunan kronologis tanggal surat, kemudian diserahkan kepada petugas pencatat surat.

Sedarmayanti (2008:100) mengemukakan, sistem kronologis adalah salah satu sistem penataan berkas berdasarkan urutan tanggal, bulan dan tahun yang mana pada umumnya tanggal yang dijadikan pedoman

(22)

termasuk diperhatikan dari datangnya surat, akan lebih baik bila berpedoman pada cap datangnya surat. Surat atau berkas yang datangnya paling akhir ditempatkan di bagian paling akhir pula, tanpa memperhatikan masalah surat atau berkas tersebut. Akhirnya surat atau berkas yang defile tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan bulan-bulan setiap tahunnya.

d. Menilai surat

Petugas pencatat surat menilai dan menentukan penggolongan surat-surat penting dan surat-surat rutin/biasa. Jika surat-surat sudah ditentukan golongannya, masing-masing dikelompokan menurut asal surat dan disusun secara kronologis. Perihal menilai surat ini, Siwi Kadarmo (1994 : 75) menyatakan bahwa sumber surat dapat dilihat dari nama pengirim, alamat, atau stempel pos. Dari tanda-tanda sumber surat tersebut, pegawai pengelola arsip dapat dengan segera menyimpulkan penting atau tidaknya suatu surat, baik yang bersifat dinas maupun pribadi.

e. Mencatat surat

1) Keterangan-keterangan yang perlu dicatat dibuku agenda, antara lain:

 Tanggal penerimaan surat masuk  Nomor urut surat

 Mencoret huruf K (Keluar), karena yang sedang diproses surat masuk.

 Isi ringkas, diambil dari isi yang terkandung dalam surat masuk  Memberi kode klasifikasi

 Memberi indeks/pengenal  Asal surat masuk

 Alamat yang dituju surat masuk  Tanggal dan nomor surat masuk  Pengolahan surat masuk

(23)

 Tanggal dan nomor urut

Mencatat tanggal datangnya surat, dan mencatat nomor urut dari surat masuk tersebut. Karena merupakan surat masuk, maka kode K (Keluar) yang dicoret.

 Isi ringkas

Menentukan isi surat secara ringkas, sedapat mungkin tidak lebih dari lima kata.

 Kode

Penentuan kode harus disesuaikan dengan isi ringkasan surat. Setiap instansi tentu memiliki daftar klasifikasi arsip yang berisi kode dan masalah. Setiap surat masuk diberi kode sesuai dengan daftar klasifikasi tersebut.

 Indeks

Penentuan indeks diambil dari keterangan dalam isi surat, yang dapat digunakan sebagai tanda pengenal surat. Antara indeks dan isi surat harus saling berkaitan. Indeks dapat berupa masalah, nama orang, nama organisasi, atau nama tempat.

 Lampiran

Diisi sesuai jumlah berkas yang dilampirkan.  Dari/Kepada

Merupakan alamat surat dan alamat yang dituju dari surat yang bersangkutan.

 Pengolah

Pihak yang nantinya akan menangani surat yang bersangkutan  Tunjuk Silang

Terkadang pada surat masuk terdapat obyek lebih dari satu masalah, lebih dari satu macam organisasi, lebih dari seorang nama, atau lebih dari satu tempat. Namun karena obyek yang satu telah dicatat pada indeks, maka obyek yang lain dicatat pada kolom Tunjuk Silang dan kemudian dibuatkan Lembar Tunjuk

(24)

Silang. Berikut ini contoh format Kartu Kendali dan Lembar Tunjuk Silang:

Gambar 2.13 Kartu Kendali

INDEKS: TGL: NO.URUT M/K KODE: ISI RINGKAS: LAMPIRAN: DARI: KEPADA:

TANGGAL: NO. SURAT:

PENGOLAH: PARAF:

TUNJUK SILANG:

(Sutarto, 1992 :234)

Gambar 2.14 Lembar Tunjuk Silang

INDEKS: KODE: TGL: NO: ISI RINGKAS: DARI: KEPADA: Lihat Berkas INDEKS: TGL: NO: (Sutarto, 1992 : 235) f. Mengarahkan surat

Setelah surat masuk dicatat pada Kartu Kendali rangkap tiga, kemudian surat diserahkan kepada Unit Pengolah, bersama Kartu Kendali II berwarna hijau dan Kartu Kendali III berwarna merah. Kartu Kendali I berwarna putih ditinggal di petugas pengarah (pengendali). Apabila Kartu Kendali II dan III telah diparaf oleh Unit Pengolah, maka selanjutnya :

1) Kartu Kendali II disampaikan ke petugas pengarah untuk dicek, lalu disimpan oleh pinata arsip. Kartu Kendali II ini berfungsi

(25)

sebagai arsip pengganti selama surat tersebut masih aktif digunakan oleh Unit Pengolah.

2) Kartu Kendali III diklip menjadi satu dengan suratnya.

Pada waktu mendistribusikan surat-surat masuk, perlu menggunakan Buku Ekspedisi sebagai bukti tertulis atau tanda terima surat-surat yang disampaikan kepada pejabat maupun Unit kerja yang dituju. Selain menggunakan Kartu Kendali, pencatatan dan pengendalian surat dapat mempergunakan fasilitas lain semacam Buku Agenda dan Tata Naskah. Pencatatan dengan Buku Agenda biasanya dilakukan oleh organisasi atau kantor yang belum menerapkan Kartu Kendali, tetapi dapat juga dilakukan pada lembaga yang sudah besar, karena adanya Buku Agenda memberikan manfaat yang besar dalam pengendalian catatan kantor. Berikut ini contoh Buku Agenda Surat Masuk dan Buku Ekspedisi Internal :

Gambar 2.15 Buku Agenda Surat Masuk No Urut Tgl. Surat Terima dari Tgl. Surat Nomor Surat

Perihal Lampiran Ket.

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

(Sutarto, 1992 : 236)

Gambar 2.16 Buku Ekspedisi Internal No. Urut Tgl. Surat No. Surat Banyak -Nya Lamp Bagian Penerima an Paraf Penerima Catatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (Sutarto, 1992 : 236)

Berbeda dengan pengurusan surat masuk yang harus melalui beberapa prosedur yang cukup panjang, pada pengelolaan surat keluar prosedurnya

(26)

lebih sederhana dan ringkas. Berikut ini tata aliran surat keluar menurut Sutarto dalam Buku Petunjuk Teknis Tata Kearsipan Dinamis. Tata aliran surat keluar;

a) Mencatat surat keluar

Surat keluar yang akan dikirim dicatat terlebih dahulu oleh petugas pengolah pada Kartu Kendali rangkap tiga, setelah ditangda tangani oleh Pimpinan pengelola. Cara-cara pencatatan dalam Kartu Kendali surat keluar tidak berbeda dengan pencatatan pada Kartu Kendali surat masuk. Seperti pada pencatatan surat masuk, ada pula prosedur selain penggunaan Kartu Kendali, yaitu dengan fasilitas Buku Agenda. Berikut ini contoh Buku

Gambar 2. 17 Buku Agenda Surat Keluar

(Sutarto, 1992 : 238) b) Penyampaian

 Setelah surat dicatat pada Kartu Kendali rangkap tiga, maka arsip surat keluar serta Kartu Kendali I dan II disampaikan kepada Unit Kearsipan untuk distempel, sedangkan surat aslinya untuk dikirim.  Kartu Kendali I berwarna putih diserahkan kepada pengarah

/pengendali.

 Arsip surat diberi cap jam dan tanggal pengirimannya, dibagian belakang arsip surat.

 Arsip surat dan Kartu Kendali II berwarna hijau kemudian disampaikan kepada Unit Pengolah.

 Oleh Unit Pengolah, Kartu Kendali II diparaf dan dikembalikan kepengarah dan selanjutnya diserahkan kepada pinata arsip untuk No. Urut Tgl. Surat No. Surat Perihal Hubungan dengan nomor surat Lampiran Paraf Penerima (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

(27)

disimpan sebagai pengganti arsip, karena arsip surat disimpan oleh Unit Pengolah.

 Surat tersebut selanjutnya diklip menjadi satu dengan Kartu Kendali III berwarna merah oleh pengolah.

c) Penyimpanan arsip surat

Arsip surat keluar disimpan bersama-sama dengan konsep surat dan Kartu Kendali III. Arsip surat jawaban disimpan menjadi satu map dengan surat masuk.

Dari buku Petunjuk Teknis Tata Kearsipan Dinamis karangna Sutarto dapat disimpulkan bahwa aliran surat masuk meliputi; penerimaan surat, membuka surat dan menstampel, mengelompokan surat, menilai surat (apakah surat penting, biasa, atau rahasia), mencatat surat (mencatat dibuku agenda, mencatat di kartu kendali). Aliran surat ini harus berjalan berurutan karena didalam pencatatan nantinya data dan kode yang harus sama antara buku agenda dan kartu kendali.

Sedangkan aliran surat keluar hanya melalui proses pencacatan (mencatat dibuku agenda dan kartu kendali), dan penyimpanan arsip. Pencatatan dan penyimpanan ini bertujuan agar nantinya diketahui apakah surat masuk sudah diberi balasan atau belum, dan juga bertujuan agar mengetahui berapa jumlah surat keluar yang telah dibuat oleh instansi selama periode yang ditentukan.

2) Penyimpanan arsip

Arsip-arsip yang diterima atau dihasilkan oleh suatu organisasi diselesaikan oleh pengelola arsip, maka kegiatan selanjutnya ialah melaksanakan penataan arsip yang menuju pada penyimpanan benda-benda arsip, karena arsip merupakan sumber informasi atau data yang membantu melancarkan tugas pekerjaan dan menjadi dasar pertimbangan bagi pimpinan dalam mengambil suatu keputusan secara tepat mengenai suatu permasalahan yang sedang dihadapi, maka arsip

(28)

tersebut perlu disimpan secara sistematis sehingga apabila diperlukan dapat diketemukan kembali dengan cepat.

Tujuan dari penataan arsip tersebut menurut A. W. Widjaja (1986 :104) adalah sebagai berikut :

 Menyimpan bahan arsip atau dokumen yang masih mempunyai nilai guna pakai yang sewaktu-waktu diperlukan bagi pemecahan suatu persoalan atau proses pekerjaan.

 Menyimpan bahan arsip atau dokumen dengan sistem tertentu sehingga apabila diperlukan dengan cepat dapat ditemukan kembali.

 Menjaga dan memelihara fisik arsip atau dokumen agar terhindar dari kemungkinan rusak, terbakar, atau hilang.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan arsip adalah sebagai berikut :

a. Asas Penyimpanan Arsip

Kebutuhan akan arsip dan penyelenggaraan bagi setiap instansi atau lembaga tentu berbeda-beda. Ada tiga macam asas yang dapat dipergunakan oleh instansi atau lembaga yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing seperti yang dikemukakan oleh Ig. Wursanto (1991:172), asas arsip adalah:

1) Asas Sentralisasi

Asas Sentralisasi adalah penyimpanan arsip yang dipusatkan (central filing) pada unit tertentu. Jadi, penyimpanan arsip dari setiap unit yang ada di dalam organisasi (kantor) dipusatkan pada unit tertentu.

2) Asas Desentralisasi

Asas Desentralisasi adalah dengan memberikan kewenangan kepada tiap-tiap unit satuan kerja untuk mengurus penyelenggaraan penyimpanan arsip sendiri-sendiri. Dalam hal demikian unit kearsipan secara sentral dalam bentuk apapun tidak ada. Sebaliknya di masing-masing unit satuan kerja dipasang unit kearsipan yang bertugas menyelenggarakan kegiatan kearsipan di unit satuan kerja masing-masing.

(29)

3) Asas Campuran

Asas Campuran adalah asas kombinasi antara desentralisasi dengan sentralisasi. Dalam asas campuran tiap-tiap unit satuan kerja dimungkinkan menyelenggarakan sendiri-sendiri penyelenggaraan penyimpanan arsipnya karena mempunyai spesifikasi tersendiri; sedangkan penyimpanan arsip untuk unit-unit satuan kerja yang tidak mempunyai spesifikasi tersendiri disentralisasikan. Tujuan penyimpanan arsip dengan asas campuran ini adalah untuk mengatasi kekurangan kekurangan yang terdapat dalam asas sentralisasi dan asas desentralisasi.

Dalam perusahaan untuk menentukan asas yang akan dipakai, ada pertimbangan misalnya lokasi dari setiap unit kerja apa berada dalam satu atap atau tidak,volume surat yang besar, jumlah pegawai dan pertimbangan lainnya.

b. Sistem Penyimpanan Arsip

Surat, naskah, dokumen atau warkat lainnya yang diterima suatu organisasi setelah dilakukan pencatatan oleh suatu pengolah, maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan penataan yang mengarah pada penyimpanan arsip-arsip yang bersangkutan. Hal ini sesuai pengertian filing dalam ilmu kearsipan.

Menurut The Liang Gie (1986 : 18) “filing adalah pengaturan dan penyimpanan berkas/warkat atau record atas dasar sistem serta prosedur tertentu secara sistematis dan konsisten”.

Moekijat (1992 : 31) menguraikan “filing adalah proses pengaturan dan penyimpanan bahan-bahan secara sistematis, sehingga bahan-bahan tersebutto dapat dengan mudah dan cepat dapat ditemukan kembali setiap kali diperlukan.”

Berdasarkan beberapa definisi filing ini, Penulis mengambil kesimpulan bahwa pengelolaan arsip harus memperhatikan sistem atau prosedur penyimpanan arsip yang telah ditentukan suatu organisasi, menurut Ig.

(30)

Wursanto (1991:87-88) penyimpanan arsip hendaknya dilakukan dengan mempergunakan suatu sistem tertentu yang memungkinkan :

1) Penemuan kembali dengan mudah dan cepat apabila sewaktu-waktu diperlukan

2) Pengambilan arsip dari tempat penyimpanan dapat dilakukan dengan mudah

3) Pengambilan arsip dari tempat penyimpanan dapat dilakukan dengan mudah

Oleh sebab itu sebelum suatu organisasi menetapkan sistem penyimpanan yang akan dipakai hendaknya direncanakan terlebih dahulu dengan matang. Karena perencanaan merupakan suatu persiapan untuk tindakan tindakan selanjutnya.

Penyimpanan arsip merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pelaksanaan administrasi kearsipan. Aktivitas pokok dalam bidang kearsipan berupa penyimpanan warkat-warkat. Warkat-warkat itu harus disimpan menurut suatu sistem yang memungkinkan penemuan kembali dengan cepat apabila diperlukan.

Menurut Ig. Wursanto (1991:215) pada pokoknya sistem penyimpanan warkat atau arsip ada lima macam, yaitu:

1) Sistem Abjad (alphaberical filing)

Penyimpanan arsip dengan menggunakan sistem abjad berarti arsip yang dihasilkan atau diterima oleh suatu instansi didalamnya termuat nama-nama orang, nama organisasi, nama tempat atau wilayah, nama pokok soal. Disimpan menurut tata abjad huruf pertama dari suatu nama setelah nama-nama itu diindeks menurut aturan atau ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk masing-masing nama.

(31)

Dalam sistem ini arsip-arsip disimpan menurut pokok soal yang terdapat dalam arsip.Oleh karena itu arsip-arsip dikelompokan menurut pokok soalnya, kemudian disusun menurut urut-urutan abjad pokok soal arsip tersebut.Pokok soal ini sekaligus dapat digunakan sebagai kode dari arsip tersebut. Surat yang berisi atau berhubungan dengan kredit misalnya, diberi kode kredit. Jadi semua surat yang berhubungan dengan kredit dihimpun dalam suatu berkas yang diberi tanda berupa perkataan ”kredit”.

3) Sistem Wilayah (geograpichal filing)

Dalam sistem wilayah arsip-arsip disimpan menurut pembagian wilayah tertentu, misalnya: pulau, propinsi, kabupaten, kota, kecamatan, dan lain-lain. Setelah pembagian wilayah ditentukan, kemudian disusun menurut susunan abjad agar penemuan kembali dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

4) Sistem nomor (numerical filing)

Penyimpanan arsip dengan sistem nomor, berarti arsip disimpan dengan mempergunakan kode nomor. Arsip disimpan menurut urut - urutan angka dari 1, 2, 3, terus meningkat sampai bilangan yang lebih besar.

5) Sistem tanggal (chronological filing)

Dalam sistem tanggal disimpan menurut tanggal yang tercantum dalam surat. Sistem ini sebenarnya lebih tepat digunakan untuk menyimpan arsip-arsip yang berhubungan dengan jangka waktu tertentu, misalnya, surat-surat perjanjian kontrak kerja, surat-surat tagihan, dan sebagainya.

c. Proses Penyimpanan Arsip

Setiap kegiatan tentunya mempunyai urutan - urutan langkah untuk menyelesaikan pekerjaan yang bersangkutan dari permulaan sampai selesai.Hal ini digunakan agar pekerjaan lebih terarah dan mudah

(32)

dilaksanakan. Tahapan - tahapan tersebut satu sama lain saling berkaitan sehingga merupakan suatu rangkaian kegiatan. Prosedur mengarsip ini menurut Basir Barhos (1990:49) meliputi kegiatan - kegiatan : pembuatan tanda pelepas, pembinaan kode, pembuatan kartu tunjuk silang, menggolong - golongkan, penyimpanan. Pendapat ini dikemukakan oleh Ig. Wursanto (1995:16-18) yang menyebutkan bahwa proses penyimpanan arsip meliputi kegiatan sebagai berikut :

1) Memisah-misahkan (segregating) arsip

Memisah-misahkan arsip berarti mengadakan pensortiran terhadap arsip-arsip yang akan disimpan, untuk dikelompokan menurut subjek- subjek seperti yang dicantumkan dalam kartu kendali atau menurut daftar indek yang telah ditentukan.

2) Meneliti (examining) arsip

Meneliti arsip-arsip yang disimpan perlu untuk mengetahui apakah arsip yang disimpan (di file) itu sudah ada tanda - tanda persetujuan (disposisi) dari pejabat yang berwenang membenarkan bahwa arsip tersebut boleh disimpan.

3) Memadukan (assembling) arsip

Arsip yang merupakan bagian-bagian langsung atas persoalan yang sama dijadikan satu dan disusun menurut susunan kronologis tanggal surat.

4) Mengklasifikasi (classification) arsip

Mengklasifikasikan arsip berarti menggolongkan arsip atas dasar perbedaan- perbedaan yang ada, serta pengelompokan arsip atas dasar persamaan- persamaan yang ada untuk menentukan kelasnya (sub-sub subjek) beserta kodenya secara cermat. Kode dicantumkan pada ujung kanan bawah surat.

5) Mengindeks (indexing) arsip

Kegiatan mengindeks meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:  Membaca secara cermat untuk menentukan inti surat

(33)

 Memberikan tanda - tanda (keterangan) lain yang dapat menjadi petunjuk (indeks) arsip yang bersangkutan

6) Mempersiapkan tunjuk silang (cross reference)

Tunjuk silang digunakan apabila terdapat dua caption.Caption pertama digunakan sebagai caption utama, sedangkan caption yang kedua dicantumkam pada arsip yang bersangkutan.

7) Menyusun arsip

Arsip-arsip yang sudah diberi judul atau caption disusun sesuai dengan sistem susunan yang digunakan dalam sistem penyimpanan. 8) Memfile arsip

Memfile arsip berarti mengatur pembentukan arsip - arsip sesuai pola klasifikasi dan mengatur penyusunan arsip - arsip didalam file – file atau folder-folder pada tempatnya yang benar. Oleh karena itu perlengkapan yang digunakan dalam filing dan penenmpatannya dalam penyimpanan harus disiapkan lebih dahulu.

d. Penemuan Kembali Arsip

Informasi yang terkandung dalam arsip sering digunakan sebagai bahan pertimbangan atau pengingat untuk melakukan berbagai kegiatan operasional. Oleh karena itu penemuan kembali arsip atau sering disebut dengan istilah pencarian dokumen, perlu diperhatikan oleh personal kearsipan.Penemuan kembali arsip secara tepat dan cepat, merupakan tujuan dari penyimpanan arsip.

Menurut Ig. Wursanto (1991 : 187) “pencarian dokumen merupakan salah satu kegiatan dalam bidang kearsipan, yang bertujuan menemukan kembali warkat atau arsip karena akan dipergunakan dalam proses penyelenggaraan administrasi.”

Menurut A.W Widjaja (1993 : 171) penemuan kembali dokumen atau arsip bukan sekedar menemukan berkas-berkas dari tempat penyimpanannya, akan tetapi yang lebih penting ialah informasi yang terkandung dalam dokumen itu dapat ditemukan, sehingga tindakan pengambilan keputusan

(34)

yang didasarkan dari sumber informasi dari arsip tersebut dapat dipenuhi. Pengelolaan arsip yang memperhatikan sistem atau prosedur kearsipan akan memudahkan dalam proses penemuan kembali.

3) Pemeliharaan arsip

Menurut Ig. Wursanto (1991: 220-224), yang dimaksud dengan pemeliharaan arsip adalah

“Usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga arsip- arsip dari segala kerusakan dan kemusnahan.Usaha pemeliharaan arsip berupa melindungi, mengatasi, mencegah dan mengambil langkah-langkah tindakan yang bertujuan untuk menyelamatkan arsip-arsip berikut informasinya serta menjamin kelangsungan hidup arsip dari pemusnahan yang sebenarnya tidak diinginkan”.

Pemeliharaan arsip dapat dilakukan dengan usaha-usaha sebagai berikut:

a. Pengaturan Ruangan

Yang dimaksud dengan ruangan dalam hal ini adalah ruangan penyimpanan arsip, yang harus diperhatikan dalam pengaturan ruangan yaitu :

 Suhu dalam ruangan

 Pencahayaan yang terdapat pada ruangan  Ruangan harus memiliki ventilasi secukupnya

 Ruangan harus terhindar dari kemungkinan serangan api, banjir, hujan, dan perusak arsip lainya

b. Kebersihan

Kebersihan yang dimaksud disini meliputi kebersihan ruangan penyimpanan arsip dan kebersihan kertas-kertas arsip. Pemeliharaan Tempat Penyimpanan Arsip Tempat yang digunakan untuk menyimpan arsip antara lain rak arsip dan lemari arsip.

4) Penyusutan atau Pemusnahan arsip

Pada setiap unit yang ada di dalam suatu organisasi tentunya memiliki arsip. Arsip-arsip tersebut akan selalu bertambah dan berkembang sejalan dengan perkembangan organisasi tersebut. Tidak semua arsip itu mempunyai nilai guna

(35)

abadi. Arsip-arsip yang sudah tidak mempunyai nilai kegunaan, apabila disimpan terus-menerus akan menimbulkan masalah tersendiri, baik bagi pegawai pada umumnya maupun bagi pegawai kearsipan khususnya, dan pimpinan organisasi itu sendiri, karena arsip-arsip tersebut membutuhkan tenaga, biaya, peralatan yang tidak sedikit bagi perawatannya. Untuk mangatasi masalah tersebut antara lain perlu diadakan penyusutan terhadap arsip-arsip yang sudah tidak memiliki nilai kegunaan. Penyusutan arsip dengan cara (Ig Wursanto, 1995:208)

 Memindahkan arsip inaktif dari Unit Pengolah ke Unit Kearsipan dalam lingkungan Lembaga-lembaga Negara atau Badan-badan Pemerintahan masing - masing.

 Pemusnahan arsip sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.  Menyerahkan arsip-arsip statis oleh unit kearsipan kepada arsip nasional.

Dengan demikian dalam penyimpanan arsip terdapat dua kegiatan pokok yaitu pemindahan dan pemusnahan arsip. Dalam kegiatan pemindahan arsip dilakukan dari tempat penyimpanannya untuk arsip aktif ke arsip inaktif. Meskipun disebut dengan arsip inaktif tetapi dalam jenis ini masih ada yang masih digunakan tetapi sebagian lagi sudah benar-benar tidak digunakan lagi bagi organisasi. Untuk arsip inaktif yang masih diperlukan, maka sebaiknya dilakukan penyingkiran untuk sementara atau dipisahkan dari arsip aktif, sedang arsip inaktif yang memang sudah tidak bermanfaat langsung dimusnahkan.

Disini penulis jelaskan kembali apa itu arsip dinamis dan arsip statis menurut Ig. Wursanto (1991: 21-28)

1) Arsip dinamis, yaitu arsip yang masih dipergunakan secara langsung dalam kegiatan perkantoran sehari-hari. Arsip ini dapat dibedakan menjadi 3 macam menurut fungsi dan kegunaannya yaitu : Arsip aktif yaitu arsip yang masih sering dipergunakan bagi kelangsungan kerja. Arsip semi aktif yaitu arsip yang frekuensi penggunaannya sudah mulai menurun. Arsip In-aktif yaitu arsip yang jarang sekali dipergunakan dalam proses pekerjaansehari-hari.

(36)

2) Arsip statis yaitu arsip yang sudah tidak dipergunakan secara langsung dalam kegiatan perkantoran sehari-hari.

Dalam rangka penyusutan arsip biasanya kantor membentuk tim khusus dan dibuatkan Jadwal Retensi Arsip. Tim ini mula-mula menentukan dan memilah-milah nilai guna arsip yang sudah layak untuk dimusnahkan. Ketentuan dalam menentukan nilai suatu jenis arsip tergantung dari organisasi masing - masing yang disesuaikan dengan bidang kerja, kebutuhan, ciri khusus dari organisasi tersebut. Adapun yang dimaksud dengan Jadwal Retensi Arsip menurut Basir Barthos (1990:103) adalah daftar yang berisi tentang jangka waktu penyimpanan arsip yang dipergunakan sebagai pedoman penyusutan arsip.Pemusnahan atau disposal arsip menurut (Ig Wursanto, 1995:207) adalah tindakan atau kegiatan menghancurkan secara fisik arsip yang sudah berakhir fungsinya serta yang tidak memiliki nilai guna. Penghancuran tersebut harus dilakukan secara total, yaitu dengan cara membakar habis, dicacah, dihancurkan dengan bahan commitpulping (dijadikan bubur), atau dengan cara lain sehingga tidak dapat lagi dikenal baik isi maupun bentuknya.

Sedangkan menurut Maryati (2008 : 129), metode pemusnahan arsip ada beberapa, antara lain :

1) Perajangan

Dokumen yang akan dimusnahkan dirajang atau dicacah dengan menggunakan mesin perajang kertas.

2) Pembakaran

Cara pembakaran memang paling mudah tanpa biaya, tetapi cara ini jarang dilakukan karena kurang bersahabat dengan lingkungan karena asapnya akan menjadi polusi udara. Selain itu jika ada kertas yang melesat dari api dan belum hangus maka dokumen rahasia masih bisa terbaca.

3) Pemusnahan kimiawi menggunakan bahan kimiawi untuk melenyapkan tulisan dan melunakkan kertas.

(37)

Dokumen yang akan dimasukkan suatu tempat dan diisi air lalu dihancurkan sampai seperti bubur.

Keuntungan dengan dilakukan kebijakan penyusutan dan pemusnahan menurut Basir Barthos (1990 : 111) sebagai berikut :

1) Arsip-arsip aktif yang secara langsung masih dipergunakan tidak akan tersimpan menjadi satu dengan arsip-arsip inaktif.

2) Memudahkan pengelolaan dan pengawasan baik arsip aktif maupun inaktif.

3) Memudahkan penemuan kembali arsip.

4) Mudahnya penemuan kembali arsip akan meningkatkan efisiensi kerja. 5) Memudahkan pemindahan arsip-arsip yang bernilai permanen/abadi ke

arsip Nasional RI.

6) Menyelamatkan arsip-arsip yang bersifat permanen sebagai bahan bukti pertanggungjawaban di bidang pemerintahan.

B. Metode Pengamatan

Metode pengamatan merupakan faktor penting dalam sebuah pengamatan, disamping untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan, metode pengamatan mempermudah mengembangkan dan guna kelancaran penulisan Tugas Akhir. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data sebagai berikut:

1. Lokasi Pengamatan

Pengamatan ini berlangsung di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali yang beralamatkan di Jalan. Ahmad Yani, Komplek Perkantoran Terpadu, Kemiri, Mojosongo, Boyolali. Pemilihan tersebut berdasarkan berbagai pertimbangan, antara lain sebagai berikut:

a. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali adalah tempat magang penulis.

(38)

b. Aktivitas dalam kearsipan yang berada di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali sesuai dengan bidang ilmu penulis, sehingga penulis dapat dengan mudah untuk mendapatkan data-data, informasi, dan referensi yang dibutuhkan oleh penulis.

c. Lokasinya mudah terjangkau dan strategis. 2. Jenis Pengamatan

Pengamatan ini mengunakan jenis pengamatan Deskriptif kualitatif yaitu data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau frekuensi. Penulis menekankan catatan yang menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data. Penulis menganalisis data dengan semua kekayaan wataknya yang penuh nuansa, sedekat mungkin dengan bentuk aslinya seperti pada waktu dicatat. (Sutopo, 2002:35)

Dalam melaksanakan pengamatan, penulis mengunakan pendekatan Deskriptif dengan observasi berperan aktif yaitu penulis memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu situasi yang berkaitan dengan pengamatannya, dengan mempertimbangkan akses yang bisa diperolehnya yang bisa dimanfaatkan bagi pengumpulan data. Penulis bahkan bisa berperan yang tidak hanya dalam bentuk berdialog atau bercakap-cakap yang mengarah pada pendalaman dan kelengkapan datanya, tetapi juga bisa mengarahkan peristiwa-peristiwa yang sedang dipelajari demi kemantapan datanya. (Sutopo, 2002:67)

Jenis pengamatan yang penulis gunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, penulis mendeskripsikan, memaparkan dan menganalisa sejumlah data. Dengan pengamatan observasi berperan aktif, penulis mengamati secara langsung selama magang di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali dan mengumpulkan data yang diperlukan.

(39)

Penulis menentukan sampel dan sumber data yang tepat untuk dimanfaatkan bagi pengamatan ini. Yang dimaksud dengan teknik penentuan sampel dan sumber data adalah;

a. Teknik Penentuan Sampel

Purposive sampling adalah teknik cuplikan dengan kecenderungan pengamat untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (Sutopo, 2002:56). Pengambilan sampel dalam pengamatan ini menggunakan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara sengaja. Penulis menentukan sendiri sampel yang diambil.

b. Sumber Data :

Sutopo (2002:49-54) dalam bukunya metodologi penelitian kualitatif berpendapat, pemahaman mengenai berbagai macam sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi pengamat karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh. Adapun jenis sumber data secara menyeluruh dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Narasumber (informan)

Pengamat dan narasumber di sini memiliki posisi yang sama, dan narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta penulis, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. Penulis mendapatkan sumber data yang khususnya di bidang kearsipan dari pegawai di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali yaitu bapak Budi Suprapto, SE.

(40)

Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan pengamat juga merupakan salah satu jenis sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh penulis. Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan bisa digali lewat sumber lokasinya baik yang merupakan tempat maupun lingkungannya. Lokasi yang strategis dan mudah dijangkau Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali dapat memudahkan penulis untuk melakukan pengamatan.

3) Benda, beragam gambar dan rekaman

Sumber data yang berupa benda dan gambar ini bisa juga dalam posisi sebagai arsip dari suatu peristiwa atau kegiatan tertentu. Dalam pengamatan ini diperoleh data berupa benda,gambar dan rekaman di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali yang berhubungan dengan Administrasi Kearsipan.

4) Dokumen dan arsip

Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia merupakan rekaman tertulis (tetapi juga berupa gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktivitas atau peristiwa tertentu). Bila ia merupakan catatan rekaman yang lebih bersifat formal dan terencana dalam organisasi, ia cenderung disebut arsip. Selama magang penulis memperoleh data dari beberapa arsip dan dokumen yang berhubungan dengan pengamatan ini.

4. Teknik Pengumpulan Data:

Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua cara, yaitu metode atau teknik pengumpulan data yang bersifat interaktif dan noninteraktif (Goetz & Le Compte dalam Sutopo 2002:58). Metode interaktif meliputi wawancara mendalam, observasi berperan dalam beberapa tingkatan dan focus group discussion. Sedang yang noninteraktif meliputi kuesioner, mencatat

(41)

dokumen atau arsip (content analysis) dan juga observasi tak berperan. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis mengumpulkan data dengan metode:

a. Wawancara

Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan. Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan teknik wawancara, yang dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam (Sutopo 2002:58). Penulis melakukan wawancara dengan kepala sub bagian umum dan kepegawaian yaitu bapak Budi Suprapto, SE. yang dilakukan pada tanggal 23 dan 24 Mei 2016 di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali. Berdasarkan wawancara penulis mendapatkan hasil wawancara antara lain;

1. Langkah-langkah pembuatan surat keluar

kepala bidang/kepala sub bagian memuat konsep surat, surat diketik staff, dimintakan paraf kepala bidang/kepala sub bagian, dimintakan tandatangan kepala dinas, dimintakan nomor dan digandakan untuk arsip, surat diberi cap, surat asli dimasukan arsip surat fotocopy dikirim ke instansi tujuan.

2. Langkah-langkah pengelolaan surat masuk

surat masuk diterima satpam, kemudian diberikan ke sub bagian umum dan kepegawaian untuk diproses, diberikan kepala dinas dan sekretaris untuk ditindaklanjuti, dimasukan buku agenda, diedarkan ke bidang/sub bagian, surat diterima staff dan dimasukan buku agenda milik bidang/sub bagian, diserahkan kepala bidang/kepala sub bagian, dikembalikan ke staff untuk diarsipkan.

3. Jumlah surat yang diterima Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali kurang lebih 5-20 surat dan kurang lebih 3-15 surat yang dikirimkan untuk instansi lain tiap harinya.

(42)

4. Surat yang biasanya diterima adalah Surat Pengajuan Pensiun, Permohonan Bantuan dana hibah, Dansos, Laporan Pertanggungjawaban dan laporan BOS.

5. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali menggunakan asas campuran untuk mengelola arsipnya.

6. Kendala mengunakan asas campuran adalah kendala tempat untuk menyimpan arsip. Karena tiap bidang/sub bagian tidak mempunyai tempat khusus untuk menyimpan arsipnya sehingga terjadi penumpukan.

7. Untuk sistem penyimpanan arsip surat masuk dan surat keluar sama yaitu mengunakan sistem tanggal. Surat yang diterima dari instansi lain maupun arsip surat yang dikirim kepada instansi lain disimpan dalam filing cabinet. 1 filing cabinet berisi arsip surat yang diklasifikasikan dalam bulan per bulan.

8. Prosedur penyimpanan arsip dilakukan dalam 4 tahap yaitu: memisah-misahkan arsip/menyortir arsip berdasarkan pokok masalah, meneliti lampiran dan desposisi arsip, mengklasifikasi arsip berdasarkan tanggal, mengfile arsip/memasukan arsip pada filing cabinet.

9. Pemeliharaan arsip surat masuk dan surat keluar sama yaitu meliputi pemeliharaan fisik arsip dan pemeliharaan lingkungan arsip. Pemeliharaan fisik yang dimaksud adalah pemeliharaan isi arsip agar tidak dipergunakan tangan-tangan yang tidak berkepentingan. Sedangkan pemeliharaan lingkungan yaitu menjaga memelihara lingkungan sekitar arsip agar arsip tidak mudah rusak dan masih memiliki nilai guna dalam jangka waktu panjang.

10. Penyusutan dan pemusnahan arsip dilakukan oleh petugas kearsipan masing-masing bidang/sub bagian. Penyusutan dilakukan dengan cara dipindahkan keruangan lain atau dapat langsung dimusnahkan. Arsip-arsip yang akan disusutkan yaitu arsip-arsip

(43)

yang nilai gunanya sudah mulai menurun dan arsip-arsip yang jarang digunakan. Pelaksanaan kegiatan penyusutan arsip rata-rata dilakukan setiap 5 tahun sekali dan pelaksanaan tersebut biasanya dilakukan waktu mendekati tahun ajaran baru. Pada jangka 5 tahun petugas arsip akan melakukan penyortiran arsip. Sesudah dilakukan penyortiran kemudian panitia membuat berita acara pemusnahan arsip. Pemusnahan arsip dilakukan dengan cara dibakar sampai tidak tersisa. Pembakaran dilakukan oleh panitia dan staff yang ditunjuk oleh panitia untuk membantu proses pemusnahan arsip tersebut.

11. Fasilitas kearsipan:

a. Alat penerimaan surat : meja tulis, alat pelubang kertas, steples, penggaris, gunting.

b. Alat penyimpanan arsip : sneilbox, stopmap, boxfile, filing cabinet, almari.

c. Alat korespondensi : mesin ketik manual, Komputer, kertas, stampel, buku agenda, lembar desposisi, kartu kendali surat masuk, dan kartu kendali surat keluar.

b. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar (Sutopo 2002:64). Penulis mengumpulkan data dengan mengamati langsung atau magang di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali bagian kearsipan.

c. Mengkaji dokumen dan arsip

Dokumen tertulis dan arsip merupakan sumber data yang sering memiliki potensi penting dalam penelitian kualitatif. Terutama bila sasaran kajian mengarah pada latar belakang atau berbagai peristiwa yang terjadi di masa lampau yang sangat berkaitan dengan kondisi atau peristiwa masa kini yang sedang diamati (Sutopo, 2002:69). Dalam pengamatan ini dokumen dan arsip sangat penting, penulis banyak

(44)

mengkaji dokumen dan arsip di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali yang berkaitan dengan Administrasi Kearsipan.

5. Teknik Analisis Data

Sutopo (2002:86), analisis data dilakukan sejak awal bersamaan dengan proses pengumpulan data. Proses analisisnya dilakukan terus dan berkelanjutan selama perjalanan pengamatannya. Sutopo (2002:91-93) mengemukakan 3 komponen utama dalam proses analisis yang harus benar-benar dipahami oleh pengamat, komponen tersebut adalah:

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data terdiri dari wawancara, observasi dan analisa dokumen. Pengumpulan data terus dilakukan selama data yang diperlukan belum memadai dan akan dihentikan apabila data yang diperlukan telah memadai untuk pengambilan keputusan.

b. Reduksi data

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan pengamatan. Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Artinya, reduksi data sudah berlangsung sejak pengamat mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan khusus, menyusun pertanyaan pengamatan dan juga waktu menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan. Pada waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh di lapangan. Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan.

(45)

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan pengamatan dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan bisa mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan pengamat untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamanya tersebut. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap masalah yang ada.

d. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Dari awal pengumpulan data, pengamat harus sudah memahami apa arti dari berbagai hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pertanyaan-pertanyaan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab-akibat dan berbagai proposisi. Simpulan perlu di verifikasi agar cukup benar-benar bisa dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat pikiran kedua yang timbul melintas oleh peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan. Pada dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya simpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih bisa dipercaya.

Bagan 2.1 Model Analisis Interaktif

Pengumpulan data Sajian data Reduksi data Penarikan simpulan dan

(46)

Gambar

Gambar 2. 2 Stopmap tali
Gambar 2. 4 Map tebal   atau Briefordner
Gambar 2.5 Folder
Gambar 2. 7  Filing cabinet
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tuliskan ulasan serta rekomendasi anda mengenai produk Jadi Expert Tanpa Ribet (InstanX.com) dengan tujuan agar pembaca tertarik mengunjungi web instanx.com dan kemudian

Dalam teori interaksi simbolik peneliti menggunakan pandangan emik (pandangan lokal dari masyarakat yang diteliti), dengan maksud agar sesuatu yang dimaknai dari

Pelaksanaan kebijakan pendidikan gratis secara umum di SMP Negeri 4 Biak Timur sudah dapat berjalan dengan cukup baik, meskipun demikian masih ditemui beberapa kendala

Dalam menentukan narasumber tentunya ada persyartaan yang harus terpenuhi adapun syarat untuk menjadi narasumber yaitu: pertama: narasumber sertifikasi adalah

Skripsi berjudul ” Hubungan Antara Konsumsi Lemak, Natrium Dan Kadar Kolesterol LDL Dalam Darah Terhadap Hipertensi (Studi Di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Daerah dr.

Dampak perubahan guna lahan akibat pembangunan Kampus Terpadu UII yang terbesar adalah dampak ekonomi yang positif, yaitu: penduduk setempat dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari

Arium Core Finance merupakan solusi dengan fitur yang lengkap serta menyeluruh dan dapat mencakup berbagai jenis bisnis pembiayaan, seperti Pembiayaan Konsumen (KPR, KKB,

Penyelesaian kasus khalwat dengan menggunakan Qanun Khalwat masih tetap diberlakukan dalam praktik pada Mahkamah Syar’iyah meskipun sebenarnya Qanun Khalwat secara