Masyarakat Adat di Indonesia dan
Perjuangan untuk Pengakuan Legal
“Pandangan dan Pengalaman AMAN”
Mina Susana Setra
Deputi untuk Advokasi, Hukum dan Politik - AMAN GCF TaskForce REDD+ Training
Perkembangan Hubungan Masyarakat
Adat dengan Negara
2007: dari konfrontasi menata hubungan untuk
menciptakan peluang reformasi kebijakan hukum
Kolaborasi resmi antara Masyarakat Adat dengan Pemerintah : MoU AMAN dengan KOMNASHAM tentang HAM (implementasi UU No. 39/1999); MoU AMAN dengan Kementrian Lingkungan Hidup (implementasi UU No. 32/2009) dan MoU AMAN dengan Badan Pertanahan Nasional
Membantu pemerintah untuk identifikasi siapa Masyarakat Adat di Indonesia. Ini terkait dengan catatan penting dari Pemerintah Indonesia ketika mengadopsi Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat tahun 2007.
Pernyataan Presiden dalam peringatan the World International IPs Day tahun 2006.
Membentuk Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA) - diresmikan pada peringatan 11 tahun AMAN.
Lanjutan -- Peluang Reformasi Kebijakan…
LoI Norway-Indonesia: moratorium hutan, penyelesaian
konflik dsb;
Satuan Tugas (Satgas) REDD+ di bawah Presiden dan
adanya Strategy Nasional REDD+
• Integrasi peta komunitas dalam “kebijakan satu peta”
• FPIC menjadi issue penting dan mulai menjadi bagian dalam berbagai aturan dan kebijakan
• Masyarakat Adat mendapat tempat dalam pembuatan kebijakan
Peta Jalan untuk reformasi kebijakan terkait hak atas
tanah dan hutan (usulan bersama dengan CSOs)
Lanjutan – Peluang Reformasi Kebijakan..
PROLEGNAS 2010-2014:
RUU Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Adat (RUU
PPHMA)
Prioritas tahun 2012 (berlanjut tahun 2013)
AMAN menyediakan Naskah Akademik dan RUU
PPHMA, Desember 2011
RUU PPHMA Usulan AMAN diadopsi oleh DPR RI (April
2013) dan sekarang diserahkan kepada Pemerintah
untuk mendapatkan masukan
Revisi UU No. 41/1999 tentang Kehutanan (masih dalam
proses di DPR RI), sayangnya belum jadi prioritas)
Uji Materi di Mahkamah Konstitusi : menghasilkan
Keputusan MK No. 35/PUU-X/2012 pada tanggal 16 Mei
2013.
RUU Pengakuan dan Perlindungan Hak-Hak
Masyarakat Adat (RUU PPHMA) -- (Isi Rancangan
Final di DPR RI)
(1) Definisi dan Kriteria Masyarakat Adat: Kriteria Utama –
Wilayah Adat, Kelembagaan dan Hukum Adat
(2) Administrasi Masyarakat Adat
(3) Mekanisme untuk pengakuan dan perlindungan Masyarakat
Adat secara legal
(4) Partisipasi politik Masyarakat Adat
(5) Partisipasi dalam pembangunan di wilayah masyarakat Adat
dan dalam pembangunan yang berdampak terhadap
Masyarakat Adat
(6) Pemberdayaan Masyarakat Adat untuk mengatur kekayaan
kolektif mereka (tanah, wilayah, budaya dsb)
Wilayah Adat
53.542
HaHutan Lindung
21.750,933 Ha
Konsesi Logging (HGU)
PT. Trimadu Murni Asri 3.026 Ha Konsesi Tambang Luas Wilayah yang Tersisa 409 Ha
KASUS: WILAYAH MASYARAKAT ADAT LUSAN DI MUARA KOMAM, PASER, KALIMANTAN TIMUR
Companies Ha PT. RIZKI KACIDA REANA 18043,16 PT. TELAGA MAS KALIMANTAN 9639,43 Companies Ha PT. RAHAYANA INDONESIA 3081,48
PT. INTEREK SACRA RAYA 6683,06
PT. HAMISAH 21997,2
PT. SATRIA PRATAMA BERLIAN 258,9
PT. TAMINDO BUMI LESTARI 10158,07
Keputusan Mahkamah Konstitusi (No. 35/PUU-X/2012) Uji
Materi UU No. 41/1999 tentang UU Kehutanan
• Mengakui bahwa Negara telah mengabaikan hak
Masyarakat Hukum Adat atas tanah di kawasan hutan
dengan menyatakan bahwa “Hutan Adat adalah Hutan
Negara”
• Hak Negara untuk “mengontrol” tidak boleh merampas
hak bawaan dari Masyarakat Adat untuk mengontrol
tanah, wilayah dan sumber daya mereka. Dengan
demikian, Putusan MK adalah terkait :
– “Hutan Adat BUKAN Hutan Negara” tetapi masuk dalam kategori kepemilikan secara kolektif (hutan hak) Masyarakat Adat.
Hutan Adat Bukan Lagi Hutan Negara
Hutan Negara (hutan adat bagian dari hutan negara) Hutan Hak UU Kehutanan Hutan Negara Hutan Hak Hutan Adat Permohonan Hutan Negara Hutan hak (hutan hak terdiri dari hutan adat dan hutan perseorangan /badan hukum) Putusan MKKeputusan Mahkamah Konstitusi (No. 35/PUU-X/2012) Uji
Materi UU No. 41/1999 tentang UU Kehutanan
Sambungan…
–Hutan Adat adalah HUTAN yang berada di wilayah Masyarakat Adat –Otoritas Negara dibatasi untuk memastikan fungsi dan distribusi
sumber daya hutan. Kewenangan diletakkan sbg bagian dari pemenuhan HAM & kelestarian Lingkungan Hidup
–Free Prior Informed Consent (FPIC)
–Masyarakat (Hukum) Adat di Indonesia adalah “Indigenous Peoples”
Tantangan dalam Implementasi Keputusan MK35:
–Membutuhkan Peraturan Pemerintah tentang Hak Masyarakat Adat atas Hutan Adat
–Membutuhkan Peraturan Pemerintah untuk memastikan adanya pengakuan dari Pemerintah Daerah tentang Masyarakat Adat.
REKOMENDASI
1. Rekomendasi Politis-Paradigmatis
• Pemerintah menyatakan permohonan maaf kepada Masyarakat Hukum Adat yang wilayah adatnya dimasukkan dalam Kawasan Hutan Negara.
• Menindaklanjuti permohonan maaf dengan membuat nomenklatur tentang Hutan Hak yang terdiri dari Hutan Adat dan Hutan
Perseorangan/Badan Hukum, dalam statistik dan kebijakan kehutanan.
• Melakukan pemulihan hak Masyarakat Hukum Adat
Mengembalikan hutan adat dalam kerangka restorative justice. • Pemerintah (Presiden) memberikan amnesti kepada anggota
Masyarakat Hukum Adat yang divonis bersalah karena mempertahankan hutan/wilayah adatnya.
REKOMENDASI
2. Rekomendasi untuk Pembaruan Hukum
• Pemerintah dan DPR RI perlu mensegerakan proses pengesahan RUU tentang Pengakuan dan Perlindungan Hak-Hak Masyarakat Adat.
• Pemerintah dan DPR RI perlu mempercepat proses amandemen UU No. 41/1999 tentang Kehutanan (penyesuaian dengan Putusan
MK35).
• Singkronisasi RUU Pertanahan dengan Putusan MK35
• Perlu mengeluarkan Peraturan Pemerintah tentang Hutan Adat
dengan mengacu pada Putusan MK35. Draft PP Hutan Adat yang ada sekarang masih mengacu pada UU Kehutanan sebelum keluarnya Putusan MK35. PP ini Akan mengatur mengenai tata cara
pengakuan/penetapan/sertifikat hutan adat, pemulihan, rehabilitasi, penyelesaian konflik hutan adat, pembentukan lembaga dan
mekanisme yang menangani penyelesaian konflik dalam
pengembalian hutan adat serta tanggungjawab masyarakat hukum adat dalam pengelolaan hutan adat
REKOMENDASI
3. Perbaikan Program Kehutanan yang sedang Berjalan
• Pengembalian hutan adat sebagai bagian dari rencana makro tenurial kehutanan. Khususnya : pengukuhan kawasan hutan dan
penyelesaian konflik tenurial.
• Program percepatan pengukuhan kawasan hutan yang sedang
dilaksanakan oleh Kementerian Kehutanan dan Nota Kesepahaman Bersama (NKB) 12 Kementerian dan Lembaga untuk Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan Indonesia perlu memastikan
keberadaan hutan adat dan melibatkan masyarakat hukum adat dalam tahapan-tahapan pengukuhan kawasan hutan.
• One Map Policy harus terintegrasi dengan peta-peta yang dibuat oleh Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA).
• Menindaklanjuti Moratorium Hutan berdasarkan Perpres No. 6 tahun 2013 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut
REKOMENDASI
4. Program Pengembalian Hutan Adat
• Pemerintah membuat kebijakan tentang Program
Pengembalian Hutan Adat.
• Pelaksanaan program harus dilakukan dengan pelibatan dan
partisipasi penuh dari masyarakat hukum adat dalam setiap
tahapannya.
• Koordinasi antar berbagai instansi pemerintah, pusat maupun
daerah.
• Menyusun kebijakan untuk mendukung masyarakat hukum
adat dalam pengelolaan hutan adat yang meliputi
pemberdayaan dan pelayanan serta mempromosikan kearifan
lokal.
Kerjasama Pemerintah dengan
Masyarakat Adat
• Masyarakat Adat dan para
pendukungnya
– Memberi tanda-tanda lapangan keberadaan hutan adat
(“plangisasi”)
– Melakukan pemetaan
partisipatif wilayah adat dan mendaftarkannya di BRWA – Menyampaikan peta-peta
wilayah ada ke Pemerintah dan Pemda untuk dicacatkan
sebagai “klaim” sepihak
– Rehabilitasi hutan di wilayah adat
– Memfasilitasi legislasi daerah
• Pemerintah mengeluarkan kebijakan
transisional: PERPRES/KEPRES/INPRES – membangun mekanisme dan
penugasan untuk menerima dan
memverifikasi “klaim” wilayah adat dari masyarakat adat (BPN dan BIG)
– Wilayah adat yang bebas ijin-ijin segera diproses legalisasinya (pengakuan hukum)
– Wilayah adat yang sudah dibebani ijin tapi belum dilaksanakan maka ijin-ijinnya harus dicabut
– Memperkuat fungsi mediasi Komnas HAM untuk menyelesaikan tumpang-tindih hak adat dengan ijin-ijin
• Pemda mengeluarkan Perda dan
Proses yang sedang berlangsung oleh
Masyarakat Adat
• Pemetaan Wilayah Adat. Saat ini luas wilayah yang sudah
dipetakan mencapai total 6,69 juta Hektar
• 3,4 juta hektar sudah merupakan peta kartographi :
– 425 wilayah adat, luasan masing-masing sekitar 10.100 Ha
– Tumpang tindih wilayah adat dengan wilayah negara : 2,6 juta hektar (76,5%)