• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 49% berusia tahun, 33,8% berusia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 49% berusia tahun, 33,8% berusia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia mengungkapkan, pengguna internet di Indonesia tahun 2014 mencapai 88,1 juta orang dari total penduduk Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 49% berusia 18-25 tahun, 33,8% berusia 26-35 tahun, 14,6% berusia 36-45 tahun, 2,4% berusia 46-55 tahun, dan 0,2% berusia 56-65 tahun. Sebanyak 84% pengguna internet di Indonesia mengakses internet setidaknya sekali sehari, 13% mengakses sekali seminggu, dan 3% mengakses kurang dari dari sekali seminggu. Sebanyak 35,3% dari total pengguna internet di Indonesia menggunakan 1 jam per hari untuk mengakses internet. Pengguna internet di Indonesia mayoritas mengenal internet pertama kali pada rentang tahun 2006 sampai 2010 yaitu sebesar 59,3% (Indonesia, 2015).

Berdasarkan temuan tersebut dapat diketahui bahwa pengguna internet di Indonesia sebagian besar berusia antara 18 sampai 25 tahun. Rentang usia ini merupakan masa dewasa awal di mana individu mengalami transisi dari tahap remaja menuju tahap dewasa. Individu berfokus pada diri sendiri dan mulai memiliki kewajiban sosial, mulai memiliki komitmen dengan orang lain sehingga mendorong individu untuk menjalani hidup sesuai keinginannya (Arnett, 2006 dalam Santrock, 2010).

Masa dewasa awal juga merupakan transisi dari status siswa menjadi mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa saat ini mengikuti kegiatan perkuliahan sebanyak kurang lebih 28 sampai 32 jam per minggu. Di luar waktu itu, mahasiswa melakukan hobi, berolahraga, belajar, mengikuti kegiatan mahasiswa (pecinta alam,

(2)

kerohanian, kesenian, dan lain-lain) dan atau menjalin pertemanan di dunia nyata. Akan tetapi, ada sebagian mahasiswa yang tidak melakukan kegiatan-kegiatan tersebut dan hanya menggunakan waktunya untuk berselancar di dunia maya (Sipal & Bayhan, 2010).

Jarak hubungan antara orang tua dan anak yang semakin merenggang, tidak adanya batas usia minimal dalam mengakses internet, dan waktu luang yang banyak, menjadi faktor pendorong bagi mahasiswa untuk menggunakan internet secara berlebihan. Mahasiswa juga terdorong untuk menggunakan internet karena adanya dukungan dari universitas berupa adanya layanan Wi-Fi gratis. Faktor pendorong lain juga dapat berasal dari lingkungan kampus yang berbeda dari lingkungan sekolah.

Penggunaan internet secara berlebihan atau problematic internet use tidak secara langsung menyebabkan seseorang mengalami gangguan psikologis. Akan tetapi, kegiatan ini mendorong seseorang untuk menunda pekerjaan dan terdistraksi oleh internet yang kemudian menyebabkan masalah personal, sosial, atau profesional serta dapat menyebabkan prestasi akademik menurun (Skues, Williams, Oldmeadow, & Wise, 2016). Problematic internet use juga menyebabkan berkurangnya waktu olahraga, kecenderungan mengalami depresi dan stres pada dewasa muda (Derbyshire, et al., 2013). Rae (2016) menyebutkan bahwa problematic internet use dapat menyebabkan masalah dalam pertemanan di dunia nyata, kesulitan tidur dan kelelahan, menurunnya kondisi fisik (kelebihan atau kekurangan berat badan), berkurangnya keterlibatan sosial, dan interaksi tatap muka yang terbatas.

Problematic internet use atau penggunaan internet bermasalah dapat diartikan sebagai penggunaan internet secara berlebihan yang dapat memberikan manfaat

(3)

bagi seseorang (menghindari masalah atau meregulasi mood) dan dapat menyebabkan konsekuensi negatif dalam kehidupan seseorang (menarik diri dari interaksi sosial atau prestasi akademik yang menurun) (Akin, 2014). Caplan (dalam Young & de Abreu, 2011) menyebutkan bahwa problematic internet use adalah ketertarikan individu terhadap internet, sering merasa mendambakan penggunaan internet, dan ketika individu sedang offline, ia merasa bahwa internet adalah hal yang mengasyikkan. Problematic internet use juga dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan individu untuk melakukan regulasi diri yang kemudian menghasilkan dampak negatif terhadap kehidupan individu tersebut (Young & de Abreu, 2011).

Problematic internet use juga merupakan penggunaan internet yang tidak semestinya dapat terjadi ketika individu menggunakan internet untuk mengelola perasaan negatif yang sedang dialami. Penggunaan internet yang tidak semestinya ini juga menjadikan individu merasa penggunaan internet lebih menguntungkan daripada komunikasi tatap muka. Individu yang mengalami problematic internet use merasa mengalami peningkatan kontrol sosial ketika menggunakan internet, misalnya ia menjadi lebih mudah mengekspresikan ketidaksukaannya kepada orang tertentu yang tidak dapat ia benci secara langsung di dunia maya (orang tua, dosen, rekan kerja, atasan). Individu mengalami problematic internet use kesulitan untuk tidak menggunakan internet atau menghentikan perilaku online yang diikuti dengan rasa bersalah tentang waktu yang dihabiskan ketika online. Pada titik tertentu, individu yang mengalami problematic internet use bahkan menjadi lupa waktu ketika online. Problematic internet use juga dapat terjadi ketika individu mengalami masalah dalam kehidupannya yang disebabkan oleh penggunaan internet (Caplan, 2003).

(4)

Faktor yang menyebabkan problematic internet use antara lain kesepian (loneliness) (Caplan, 2003), peningkatan kebutuhan akan interaksi sosial (Skues, Williams, Oldmeadow, & Wise, 2016), dan self-esteem yang rendah (Heron & Saphira, 2003). McKenna, Green, dan Gleason (2002) dalam Caplan (2003) berpendapat bahwa individu kesepian cenderung merasa bahwa mereka dapat lebih baik mengekspresikan jati diri mereka kepada orang lain di internet daripada ketika mereka berada di dunia nyata. Individu yang ingin mendapatkan teman baru tetapi memiliki kepribadian yang tertutup cenderung menggunakan internet untuk menghindari perasaan negatif yang muncul karena tidak adanya figur teman (Skues, Williams, Oldmeadow, & Wise, 2016). Individu yang memiliki self-esteem yang rendah cenderung menggunakan internet untuk memperoleh kesenangan dan mencoba hal baru yang tidak dapat mereka lakukan di dunia nyata. Hal ini kemudian menyebabkan individu lebih rentan untuk mengalami problematic internet use (Aydin & Sari, 2011).

Kesepian dapat didefinisikan sebagai pengalaman negatif yang muncul sebagai hasil dari evaluasi kognitif terhadap ketidaksesuaian antara hubungan yang sudah ada dengan standar hubungan yang telah ditetapkan oleh individu, baik secara kualitas maupun kuantitas (de Jong Gierveld, van Tilburg, & Dykstra, 2006). Standar hubungan yang ditetapkan individu dapat berupa tujuan seseorang dalam menjalin sebuah hubungan, misalnya tingkat keintiman (kualitas) atau frekuensi pertemuan (kuantitas). Selain itu, standar hubungan seseorang dapat berupa keinginan individu untuk menjalin sebuah hubungan yang spesifik, misalnya pasangan intim (suami, istri, pacar), sahabat, atau kolega yang suportif (de Jong Gierveld, et al., 2006). Kesepian meliputi keadaan di mana kualitas hubungan yang ada tidak sesuai dengan yang diharapkan, kesepian juga dapat berupa keadaaan di

(5)

mana tidak adanya keintiman sebagaimana yang diharapkan (de Jong Gierveld & van Tilburg, 1999).

Individu menggunakan internet antara lain untuk meredakan masalah psikososial yang dialami, seperti kesepian atau depresi. Akan tetapi, alih-alih dapat mengobati kesepian yang dirasakan, penggunaan internet secara berlebihan cenderung menyebabkan masalah lain. Individu yang kesepian tidak hanya mengalami kesulitan untuk mengelola hubungan sosial yang sehat di dunia nyata tetapi juga mengalami kesulitan untuk mengatur penggunaan internet mereka. Individu yang kesepian atau tidak memiliki kemampuan sosial yang memadai dapat terjerumus ke dalam penggunaan internet berlebihan yang dapat menyebabkan dampak negatif dalam kehidupan. Dampak negatif yang terjadi dapat berupa terganggunya aktivitas penting seperti kegiatan akademik atau pekerjaan dan berkurangnya kualitas dan kuantitas hubungan sosial dengan orang terdekat. Hal ini dapat menyebabkan individu semakin terisolasi dari aktivitas sosial yang sehat dan menjadikan individu semakin kesepian (Kim, LaRose, & Peng, 2009).

Individu yang mengalami kesepian cenderung menggunakan internet secara berlebihan yang kemudian mendorong individu tersebut mengalami problematic internet use (Odac & Kalkan, 2010). Sebuah penelitian menyebutkan, semakin tinggi kesepian yang dirasakan oleh mahasiswa, semakin tinggi pula kecenderungan mahasiswa tersebut untuk menggunakan internet secara berlebihan, yang kemudian hal ini mengakibatkan mahasiswa tersebut mengalami problematic internet use (Eroglu, Pamuk, & Pamuk, 2013). Mahasiswa yang merasa kesepian cenderung menggunakan lebih banyak waktu di internet untuk membangun pertemanan baru dan menghindar dari perasaan negatif yang diasosiasikan dengan kesepian (Skues, Williams, Oldmeadow, & Wise, 2016).

(6)

Berdasarkan temuan yang ada, penulis kemudian tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kesepian dengan problematic internet use pada dewasa awal, terutama mahasiswa.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara kesepian dan problematic internet use pada dewasa awal?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesepian dengan problematic internet use pada dewasa awal.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia psikologi terutama pada psikologi perkembangan dan psikologi sosial terkait kesepian dan penggunaan internet pada dewasa awal.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai pertimbangan dalam menangani persoalan-persoalan yang terjadi pada dewasa awal. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran mengenai kehidupan dewasa awal saat ini terkait dengan penggunaan internet.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian pertama dalam pengamatan titik kontrol Wall Station yang ada di tambang bawah tanah dengan menggunakan 2 metode pengamatan yaitu poligon

Dalam menggunakan metode transportasi, pihak manajemen mencari rute distribusi yang akan mengoptimumkan tujuan tertentu, misalnya tujuan meminimumkan total biaya

Teori Kuantitas, teori ini menyoroti masalah dalam proses inflasi dari (a) jumlah uang yang beredar, dan (b) psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan

Dalam iklan tersebut, Screamous berupaya mengungkap pesan kreatifnya dan mengembangkan identitas produk koleksi pakaian seri Animal Intelligence melalui sosok binatang

Lakukanlah apa yang diperitahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia

Yang dimaksud lengkap adalah menyediakan dokumen peraturan, keputusan dan/atau kebijakan yang telah ditetapkan/disahkan oleh Badan Publik Sdr dalam rentang waktu 5 tahun yakni

5(3) Akta tersebut, Pengawal sebelum meluluskan pemohonan pemaju tersebut, akan dapat mengetahui mengenai kedudukan pemaju perumahan tersebut sama ada sesuai dan wajar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “Pengaruh Arus Kas Dari Aktivitas Operasi, Investasi, dan Pendanaan terhadap Return Saham