• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PROFIL KEMAMPUAN SPASIAL SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI DITINJAU DARI PERBEDAAN GAYA KOGNITIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of PROFIL KEMAMPUAN SPASIAL SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI DITINJAU DARI PERBEDAAN GAYA KOGNITIF"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Diah Indrawati Ningrum & Didik Hermanto : Profil Kemampuan Spasial Iswa.... 16

PROFIL KEMAMPUAN SPASIAL SISWA SMP DALAM

MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI DITINJAU DARI

PERBEDAAN GAYA KOGNITIF

Diah Indrawati Ningrum1), Didik Hermanto, M.Pd2)

1), 2)

Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan

diahindrawati9.di@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan spasial siswa SMP yangbergaya kognitif

Field Dependent(FD) danField Independent(FI) dalam menyelesaikan masalah geometri. Dari hasil analisis data diperoleh deskripsi bahwa: dalam memahami masalah, subjek menggunakan kemampuan spasial dengan pengimajinasian dan pengkonsepan. Dalam merencanakan penyelesaian masalah, subjek FI menggunakan kemampuan spasial dengan pengimajinasian, pengkonsepan, dan pencarian pola, sedangkan subjek FD menggunakan kemampuan spasial dengan pengimajinasian dan pengkonsepan saja.. Dalam melaksanakan rencana penyelesaian masalah, subjekmenggunakan kemampuan spasial dengan pengimajinasian, pengkonsepan, dan pencarian pola. Dalam memeriksa kembali hasil penyelesaian, subjek FD menggunakan kemampuan spasial dengan pengkonsepan saja,, sedangkan subjek FI menggunakan kemampuan spasial denganpengimajinasian dan pengkonsepan tetapi tidak melalui pencarian pola.

Kata Kunci: Kemampuan Spasial, Penyelesaianan Masalah, Gaya Kognitif

Abstract

The objectiveof this research is to describe junior high school students’ spatial abilitywith cognitive style Field Dependent (FD) and Field Independent (FI) in solving geometry problems. The results of data analysis showedthat at the stage of understanding the problems, subjects used their spatial ability through imaging and conceptualizing. At the phase of problem solving, FI subject used their spatial abilities through imagining and conceptualizing but FD subject was not through pattern-seeking while FI subject through pattern-seeking. At the stage of implementing the problem solving plan, subjects used the spatial abilities through imagining, conceptualizing and pattern-seeking. At the re-examining stage, FD subject used the spatial abilities through conceptualizing but not through imagining and pattern-seeking while FI subject through imagining and conceptualizing but not through pattern-seeking.

Keywords: Problem Solving, Spatial Ability, Cognitive Style

PENDAHULUAN

Gardner mengidentifikasi 8 tipe kecerdasan, salah satunya adalah kecerdasan spasial. Kecerdasan spasial memuat kemampuan sese-orang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang, membayangkan dunia ruang secara akurat, serta mampu melaku-kan perubahan melalui penglihatan dan menciptakan bayangan dari benda. Kemampuan-kemampuan itu disebut kemampuan spasial. Menurut Ristontowi (2013), kemampuan spasial (pandang ruang) yaitu kemampuan untuk mempersepsi yakni menangkap dan

memahami sesuatu melalui panca indra, kemam-puan mata khususnya warna dan ruang, kemampuan untuk mentrans-formasikan yakni mengalihbentukkan hal yang ditangkap mata ke dalam bentuk wujud lain, misalnya mencermati, merekam, menginter-pretasikan dalam pikiran lalu me-nuangkan rekaman dan interpretasi tersebut ke dalam bentuk lukisan, sketsa dan kolase. Menurut Haas (2013) karakteristik pelajar yang memiliki kemampuan spasial adalah (1)

imaging/pengimajinasian yaitu siswa

(2)

Diah Indrawati Ningrum & Didik Hermanto : Profil Kemampuan Spasial Iswa.... 17 berdasarkan dari apa yang dilihat, (2)

conceptualizing/pengkon-sepan yaitu

siswa memahami konsep yang lebih baik daripada siswa-siswi yang lain, (3)

problem solving/pe-mecahan masalah

yaitu siswa lebih memilih solusi yang tidak umum dan strategis yang bermacam-macam untuk menyelesaikan masalah, dan (4) pattern

seeking/pencarian pola yaitu siswa

mampu menemukan pola dalam menyelesaikan masalah keruangan. Kemampuan spasial dalam penelitian ini adalah kemampuan keruangan atau kemam-puan berpikir visual dalam konteks ruang dengan indikator imaging

(pengimajinasian), concepttualizing

(pengkonsepan), dan patternseeking

(pencarian pola).

Kemampuan spasial sangat penting dalam pembelajaran, karena kemampuan tersebut dapat membantu siswa dalam mengenali lingkungan sekitarnya terutama untuk mata pelajaran matematika. Menurut Tambunan (2006), dengan kemam-puan spasial yang baik dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep matematika. Misalnya kemampuan hubungan keruangan yang merupakan bagian yang sangat penting di bidang geometri.

Geometri adalah salah satu cabang matematika yang menempati posisi khusus dalam pembelajaran matematika, karena banyaknya konsep yang termuat di dalamnya. Dalam geometri terdapat unsur penggunaan visualisasi, penalaran spasial dan pemodelan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan spasial harus dimiliki siswa dan perlu dikembangkan dalam pembelajaran geometri di kelas. National

Academy of Science (dalam Widiyanto

dan Rofiah, 2012) mengemukakan bahwa setiap siswa harus berusaha mengembangkan kemampuan spasial-nya yang sangat berguna dalam me-mahami relasi dan sifat-sifat dalam geometri untuk menyelesaikan masalah

matematika dan masalah dalam kehi-dupan sehari-hari.

Dalam kurikulum pendidikan, konsep-konsep geometri sudah diajarkan kepada siswa sejak tingkat SD. Dalam pembelajaran, siswa dituntut untuk menguasai materi geometri bidang dan geometri ruang. Berdasarkan hal tersebut, seharusnya geometri memiliki peluang lebih besar untuk dipahami siswa. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan adalah sebaliknya. Seperti hasil penelitian Yohanes dkk (2016) menunjukkan bahwa ada beban kognitif dalam mempelajari materi geometri salah satunya adalah kesulitan dalam membayangkan objek secara visual, memahami keseba-ngunan, dan menentukan besar sudut. Soedjadi (dalam Syahputra, 2012) mengatakan bahwa unit geometri merupakan unit dari pelajaran matematika yang tergolong sulit, antara lain terlihat bahwa murid sukar menentukan apakah suatu sudut siku-siku atau tidak, sukar mengenali dan memahami bangun-bangun geometri, terutama bangun ruang serta unsur-unsurnya. Kondisi seperti ini ditemui di semua jenjang pendidikan, baik pendidikan dasar maupun pendidikan menengah.

(3)

Diah Indrawati Ningrum & Didik Hermanto : Profil Kemampuan Spasial Iswa.... 18 dari lingkungannya.Perbedaan gaya

kognitif menunjukkan adanya perbedaan kemampuan individu dalam hal berpikir.Hal tersebut dapat diartikan bahwa tiap siswa memiliki kemampuan spasial yang berbeda-beda.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana profil kemampuan spasial siswa SMP dengan gaya kognitif field dependent

dalam menyelesaikankan masalah geometri? dan bagaimana profil kemampuan spasial siswa SMP dengan gaya kognitif field independent dalam menyelesaikan masalah geometri?.

METODE

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan spasial siswa SMP dalam menyelesaikan masalah geomeri ditinjau dari perbedaan gaya kognitif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Shabilush Sholihin Socah pada bulan Maret 2017 Tahun Pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian ini adalah 2 siswa kelas VIII SMP Sabilush Sholihin Socah yang dipilih berrdasarkan hasil tes gaya kognitif. Instrumen dalam penelitian ini terdiri atas instrumen utama (peneliti) dan instrumen pendukung yang terdiri dari instrumen gaya kognitif dan instrumen kemampuan spasial dalam menyelesaikan masalah geometri yang berupa Tugas Penyelesaian Masalah (TPM) dan pedoman wawancara. Instrumen gaya kognitif yang digunakan adalah GEFT (Group Embedded Figure Test) yang dikembangkan oleh Witkin

et.al(1977) yang telah teruji

kevalidannya. TPM dan pedoman wawancara dibuat sendiri oleh peneliti kemudian divalidasikan kepada dua validator ahli. Berikut adalah TPM yang digunakan dalam penelitian ini.

TPM 1

Perhatikan gambar di bawah ini!

a) adalah gambar kubus dengan luas permukaan 1536 cm2 dan tersusun dari kubus-kubus kecil. Setelah diambil beberapa kubus kecil, hasilnya menjadi seperti gambar b).

a. Berapa volume 1 kubus kecil? b. Berapa volume bangun ruang

yang ditunjukkan pada gambar b)?

c. Berapa luas permukaan bangun ruang yang ditunjukkan pada gambar b)?

TPM 2

Perhatikan gambar di bawah ini!

a) adalah gambar kubus dengan luas permukaan 1350 cm2 dan tersusun dari kubus-kubus kecil. Setelah diambil beberapa kubus kecil, hasilnya menjadi seperti gambar b).

a. Berapa volume 1 kubus kecil?

b. Berapa volume bangun ruang yang ditunjukkan pada gambar

a) b)

(4)

Diah Indrawati Ningrum & Didik Hermanto : Profil Kemampuan Spasial Iswa.... 19 a

b)?

c. Berapa luas permukaan bangun ruang yang ditunjukkan pada gambar b)?

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan teknik wawancara berbasis tugas. Teknik tes dilakukan dalam rangka pemilihan subjek penelitian sedangkan teknik wawancara berbasis tugas digunakan dalam rangka pengumpulan data. Teknikwawancara berbasis tugas ini dimulai dengan pemberian Tugas Penyelesaian Masalah (TPM) dan selanjutnya dilakukan wawancara secara mendalam yaitu sesaat setelah subjek selesai menyelesaikan tugas penyelesaian masalah geometri dan pengamatan terhadap subjek saat wawancara. Untuk memperoleh data yang kredibel dan valid akan dilakukan triangulasi waktu, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dengan cara membandingkan dua data yang diperoleh dari sumber dan metode yang sama dengan waktu yang berbeda.

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis model Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2015) yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sebelum dilakukan reduksi, terlebih dahulu dipaparkan transkripsi hasil wawancara dan hasil pekerjaan subjek. Paparan data disajikan sesuai dengan kategorisasi subjek penelitian dan tahap Polya dalam penyelesaian masalah ma-tematika.Berdasarkan paparan data tersebut dilakukan reduksi sebagai proses seleksi, pemusatan, dan penyederhanaan data mentah hasil rekaman lapangan selama kegiatan penelitian berlangsung. Data-data hasil reduksi diorganisir, disusun dan dieksplorasi secara mendalam se-hingga menjadi informasi bermakna kearah simpulan penelitian. Penarikan

kesimpulan adalah memberikan makna dan memberikan penjelasan terhadap hasil penyajian data.

BAHASAN UTAMA

Dalam penelitian ini, penyelesaian masalah yang dilakukan siswa didasarkan pada 4 langkah penyelesaian masalah menurut Polya. Dalam memahami masalah, subjek mengamati gambar yang disajikan pada soal sambil membayangkan gambar kubus. Ketika mengamati gambar a), subjek membayangkan ada sebuah kubus yang tersusun dari beberapa kubus-kubus kecil. Dan ketika mengamati gambar b), subjek membayangkan bahwa kubus-kubus kecil pada gambar a) diambil sehingga hasilnya adalah gambar b). Dari proses membayangkan, melihat gambar dan membaca kalimat pada soal subjek memperoleh informasi tentang gambar a) dan b). Gambar a) adalah kubus dan gambar b) adalah gambar a) yang sudah diambil beberapa kubus kecilnya. Hal ini menunjukkan bahwa, subjekmenggunakan kemampuan spasial dengan imaging

(5)

Diah Indrawati Ningrum & Didik Hermanto : Profil Kemampuan Spasial Iswa.... 20 ruang b), dan berapa luas permukaan

gambar b). Ini berarti, subjek meng-gunakan kemampuan spasial denganconceptualizing (pengkon-sepan) untuk memahami masalah.

Dalam merencanakan pemeca-han masalah, subjek menggunakan kemampuan spasial denganimaging

(pengimajinasian). Subjek FDmengamati gambar sambil membayangkan gambar bangun ruang yang disajikan pada soal yakni membayangkan bagian dari bangun ruang pada gambar untuk membuat rencana perhitungan. Subjek FD membayangkan bagian sisi atau permukaan kubus kecil pada gambar b) dari beberapa arah (atas, bawah, samping kiri dan kanan). Pengima-jinasian dilakukan subjek FD untuk perhitungan pada poin c yakni mencari luas permukaan bangun ruang pada gambar b).Sedangkan subjek FI menggunakan kemampuan spasial denanimaging

(pengi-majinasian) dengan mengamati gambar pada soal sambil memba-yangkan gambar b) yang tersusun dari kubus-kubus kecil untuk membuat rencana perhitungan. Subjek FI membayangkan jumlah kubus kecil pada gambar b). Dengan proses membayangkan sisi-sisi kubus kecil pada gambar b) dengan melihat informasi pada soal subjek FI membuat rencana perhitungan untuk menentukan luas permukaannya. Subjek FD dan subjek FI menunjukkan kemampuan spasialnya melalui conceptualizing

(pengkonse-pan) dalam merencanakan penyelesaian masalah. Subjek FDmempersiapkan rumus-rumus untuk membuat rencana perhitungan yaitu rumus luas permukaan dan volume. Rumus-rumus tersebut adalah rumus yang berkaitan dengan bangun ruang. Dalam hal ini subjek FD menggunakan pemahaman konsep yang ia miliki sehingga subjek FDdapat menuliskan rumus-rumus tersebut. Subjek FD menyatakan rumus luas permukaan

adalah 6 x rusuk x rusuk dan rusuk x rusuk x rusuk adalah rumus volume bangun ruang pada gambar b). Sedangkan subjek FI tidak hanya menggunakan geometri bangun ruang tetapi dihubungkan dengan rumus bangun datar yaitu persegi. Pemahaman konsep subjek FI tampak dengan penggunaan rumus persegi untuk rencana menentukan luas permukaan yaitu dengan menghitung terlebih dahulu luas persegi kemudian dikali dengan banyak sisi pada bangun ruang b).Subjek FD dapat menjelaskan dan menuliskan langkah-langkah rencana pemecahan masalah mulai dari awal sampai akhir disertai dengan penerapan rumus. Subjek menggunakan informasi pada soal untuk membuat rencana penyelesaian masalah, menghubungkan konsep yang dimiliki dengan informasi gambar serta kalimat soal untuk membuat rencana perhitungan setiap poin pertanyaan. Subjek FD tidak menemukan dan menggunakan pola dalam merencanakan perhi-tungan meskipun telah melihat gambar pada soal. Subjek FD menyatakan bahwa semua penjelasan yang diberikan adalah cara yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. Apa yang telah ditulis, rumus yang digunakan, itulah yang akan dilaksanakan untuk menyele-saikan soal. Dari pernyataan subjek FD tersebut menunjukkan bahwa subjek FD dalam menggunakan kemampuan spasialnya tidak melalui proses

pattern-seeking(pencarian pola) sebab tidak

(6)

Diah Indrawati Ningrum & Didik Hermanto : Profil Kemampuan Spasial Iswa.... 21 Dalam membuat rencana

penyelesaian masalah, subjek menggunakan kemampuan spasial denganimaging (pengimajinasian),

conceptualizing (pengkonsepan), dan

pattern-seeking (pencarian pola).

Melalui imaging (pengimajinasian), subjek FDmelihat sambil membayangkan gambar yang disajikan pada soal. Subjek FD membayangkan unsur-unsur pemben-tuk bangun ruang atau bagian dari bangun ruang untuk membuat rencana perhitungan. Salah satu bagian pada bangun ruang tersebut adalah sisi atau permukaan kubus kecil pada gambar b). Subjek FD membayangkan sisi kubus-kubus kecil pada gambar b) ditinjau dari beberapa arah sehingga subjek FD dapat menghitung banyak sisi kubus-kubus kecil pada bangun ruang yang ditunjukkan pada gambar b) baik yang tampak ataupun yang tidak tampak pada gambar. Sedangkan subjek FI dalam melak-sanakan rencana penyelesaian masalah ditunjukkan melalui imaging

(pengi-majinasian) dengan membayangkan bagian-bagian yang tidak terlihat pada gambar. Membayangkan setiap bagian bangun ruang baik sisi samping, depan, bawah maupun belakang. Dapat menunjukkan bagian yang tidak terlihat itu dengan menggunakan tanda-tanda pada gambar. Tanda-tanda itu digunakan dalam melakukan proses perhitungan. Melalui

conceptualizing (pengkon-sepan) subjek

FDdan subjek FI menuliskan cara atau proses mengerjakan soal dan perhitungannya dari awal sampai akhir dengan menerapkan konsep-konsep yang ia ketahui. Subjek FDdan subjek FI dapat menjelaskan langkah-langkah penyelesaian masalah secara berurutan mulai dari poin a sampai poin c. Subjek FDdan FI menerapkan beberapa rumus matematika, diantaranya rumus luas permukaan (6 x rusuk x rusuk) dan rumus volume bangun ruang (rusuk

(7)

Diah Indrawati Ningrum & Didik Hermanto : Profil Kemampuan Spasial Iswa.... 22 Subjek FD menggunakan

kemampuan spasialnya pada tahap memeriksa kembali yaitu melalui pengkonsepan, subjek merasa yakin dengan jawabannya karena rumus yang digunakan dianggap sudah benar. Subjek FD memeriksasetiap rumus yang ia gunakan pada proses perhitungan. Subjek FD dalam menggunakan kemampuan spasialnya tidak melalui pengimajinasian dan pencarian pola. Subjek FD tidak membayangkan gambar hanya melihat rumus yang digunakan dan tidak melalui pencarian pola karena tidak menemukan dan menggunakan pola dalam memeriksa jawaban. Subjek FD yakin dengan jawabannya hanya dengan memeriksa rumus yang ia gunakan dalam menyelesaikan soal. Sedangkan subjek FI menghitung dari awal kembali sambil melihat gambar dan membayang-kannya kemudian mencocokkan antara proses penyelesaiannya atau jawaban dengan gambar pada soal. Hal ini menunjukkan bahwa subjek FI menggunakan kemampuan spasialnya melalui proses

imaging (pengima-jinasian). Selain itu

subjek FI melalui conceptualizing

(pengkonsepan) dengan memeriksa rumus yang digunakan, ketepatan antara rumus yang digunakan dengan bangun ruangnya, juga melakukan perhi-tungan kembali dan melakukan pemeriksaan terhadap hasilnya. Namun dalam memeriksa kembali jawabannya, subjek FI tidak mene-mukan pola dalam memeriksa jawabannya. Tidak ada penggunaan pola dalam memeriksa proses penyelesaian dari awal sampai akhir. Itu artinya subjek FI menggunakan kemampuan spasialnya tidak melalui pattern-seeking (pencarian pola).

I. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa pada tahap memahami masalah subjek

menggunakan kemampuan spasialdengan pengimajinasian

(imaging) dan pengkonsepan

(conceptualizing). Dalam merencanakan

penyelesaian masalah, subjek FI menggunakan kemampuan spasialnya dengan pengimajinasian (imaging), peng-konsepan (conceptualizing), dan pencarian pola (

pattern-seeking).Sedangkan subjek FD

menggunakan kemampuan spasialnya dengan pengimajinasian (imaging), peng-konsepan (conceptualizing).Dalam melaksanakan rencana penyelesaian masalah, subjek menggunakan kemampuan spasialdengan pengimajinasian (imaging), pengkonsepan (concepttuallizing), dan pencarian pola (pattern-seeking). Dalam memeriksa kembali, subjek FD menggunakan kemampuan spasial dengan pengkonsepan (conceptualizing), tetapi tidak melalui pengimajinasian

(imaging) dan pencarian pola (

pattern-seeking), sedangkan subjek FI dengan

pengimajinasian (imaging) dan peng-konsepan (conceptualizing) tetapi tidak melalui pencarian pola (pattern-seeking).

DAFTAR PUSTAKA

Aldarmono, A. (2012). Identifikasi Gaya Kognitif (Cognitive Style) Peserta Didik dalam Belajar. Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial, III

(1), 63-69.

Gardner, H. (1993). Frames of Mind:

The Theory of Multiple

Intelligence. New York: Basic

Books.

Haas, S.C. (2013). Algebra for Gifted Visual Spatial Learners, Gifted

Education Communicator

(Spring), 34 (1), 30-31; 42-43.

(8)

Diah Indrawati Ningrum & Didik Hermanto : Profil Kemampuan Spasial Iswa.... 23 Ristontowi. (2013). Kemampuan Spasial

Siswa Melalui Pende-katan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dengan Media Geogebra. Prosiding.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Syahputra, E. (2012). Kemampuan Persepsi Ruang dan Hubu-ngannya dengan USIA Seko-lah Siswa. Paradikma Jurnal

Pendidikan Matematika, V (2).

Tambunan, S. M. (2006). Hubungan Antara Kemampuan Spasial dengan Prestasi Belajar Matematika. Makara, Sosial,

Humaniora, X (1), 27-32.

Widiyanto, M. R., & Rofiah, B. (2012). Pentingnya Kecerdasan Spasial dalam Pembelajaran Geometri. http://rendikwidiyanto.wordpress. com/2012/11/07/pentingnya-

kecerdasan-spasial-dalam-pembelajaran-geometri/. Diakses pada Tanggal 26 November 2016.

Witkin, H. A., Moor, C. A., Goodenough, D. R., & Cox, P. W. (1977). Field-Dependent and Field-Independent Cognitive Styles and Their Educational Implications. Review of

Educational Research, XL (1),

1-64.

Yohanes, B., Subanji, S., & Sisworo, S. (2016). Beban Kognitif Siswa dalam Pembelajaran Materi GeometrI. Jurnal Pendidikan:

Teori, Penelitian, dan

Referensi

Dokumen terkait

Solusi untuk permasalahan yang dihadapi dalam menentukan penempatan barang saniter yang tepat yaitu dengan membangun sebuah program bantu penempatan barang saniter yang

Jika Tuhan kehendaki, Tim Diakonia GSRI Tamansari bekerja sama dengan Biomedika, akan mengadakan Pemeriksaan Laboratorium, pada Minggu, 30 Oktober 2011-. Pemeriksaan

Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya (Tyastuti, 2017). Seorang

Abstract : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan pembelajaran fisika berbasis multirepresentasi dalam melatih keterampilan proses sains fisika

Setelah memasukkan Login NPSN dan Password akan masuk ke menu Beranda yang menampilkan data Informasi User yang meliputi menu yaitu Data Prasarana, E-Proposal dan

Pemetaan penelitian menggunakan sejumlah dimensi pembentuk ekosistem TIK antara lain: Kebutuhan dan Keselarasan, Proses dan Tata Kelola Penyelenggaraan

Dengan demikian hasil penelitian ini memberikan kesimpulan ada hubungan rendah antara sikap ibu hamil dalam pemeriksaan kehamilan dengan keteraturan kunjungan

Bahwa anak Tito Hermawan bin Budi Sumarto yang belum beumur 10 Tahun sesuai Kutipan Akta Kelahiran Nomor: 77/P/1999 tanggal 06 Januari 1999 lahir pada tanggal