• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusuaian Diri Terhadap Pernikahan pada Pasangan Yang Bekerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penyusuaian Diri Terhadap Pernikahan pada Pasangan Yang Bekerja"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENYESUAIAN DIRI DALAM PERNIKAHAN PADA PASANGAN YANG BEKERJA

Ayu Tifani

Leni Armayati, S.Psi. M.Si

Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau

Jl. Kaharudin Nasution No, 113 Perhentian Marpoyan Pekanbaru

ABSTRACT

To work and to love are two things that remark the maturity of any individuals. In this stage of life they will involve actively in career, marriage, and family life. Marriage demands adaptation on the roles and new responsibilities of each spouse. The research was aimed to let couples know that any problems and obstacles have the solution and way out and to lead them to the thought of not giving up to divorce. The subjects in this research were two, a couple of working-married spouses. It was a qualitative-descriptive research which to figure out the behavior of adjustment between them by interviewing, observation, and psychology test as the technique of data collecting. Through this research, it was found that the both spouses could adjust themselves in their marriage by adapting themselves into the happiness of each, get satisfaction in sexual adjustment, economy issue, and each other’s family and relatives.

Keywords :Marriage, Adjustment, Couple LATAR BELAKANG

Masa dewasa biasanya dimulai sejak usia 18 tahun hingga kira-kira usia 40 tahun, biasanya ditandai dengan selesainya pertumbuhan puberitas, organ kelamin anak telah berkembang dan mampu berproduksi. Pada masa ini, individu akan mengalami perubahan fisik dan psikologis tertentu, bersama dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan harapan-harapan terhadap perubahan (Jahja, 2011).

Diantara sekian banyak tugas perkembangan orang dewasa dini, tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerjaan dan hidup keluarga merupakan tugas yang sangat banyak, sangat penting dan sangat sulit diatasi (Hurlock, 1980). Menurut pakar psikologi termasyhur, Sigmund Freud, ada dua hal yang menandai kedewasaan seseorang, yaitu bekerja dan mencintai (Hadi, 2005).

Pernikahan adalah suatu ikatan janji setia antara suami dan istri yang didalamnya terdapat suatu tanggung jawab dari kedua belah pihak. Pernikahan yang dilandasi rasa saling cinta, kasih sayang, menghormati, pengorbanan merupakan suatu anugerah bagi setiap insan didunia ini (Karetamuda, 2009).

(2)

masalah penyesuaian diri yang harus dihadapi oleh pasangan suami istri, yaitu: Penyesuaian dengan pasangan, Penyesuaian seksual, Penyesuaian keuangan, Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan. Penyesuaian perkawinan yang baik adalah kesanggupan dan kemampuan sang suami dan istri untuk berhubungan dengan mesra dan saling memberi dan menerima cinta.

Hampir semua orang mengharapkan kebahagiaan dan ikatan pernikahan yang langgeng. Perkawinan menuntut adanya menyesuaikan diri terhadap tuntutan peran dan tanggung jawab baru dari kedua pasangan, pada sebagian orang harapan-harapan tersebut sering kandas ditengah jalan dan tidak menjadi kenyataan (Desmita,2010).

Berdasarkan data yang didapatkan dari Pengadilan Agama Kelas 1A Pekanbaru, diketahui jumlah perceraian pada tahun 2012 berjumlah 1421 kasus. Gagalnya penyesuaian diri dalam pernikahan yang berujung pada perceraian, juga dialami oleh pasangan yang bekerja.

FOKUS PENELITIAN

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fokus penelitian yaitu:

1. Bagaimana penyesuaian perkawinan pada periode tertentu akan lebih mudah selama hidup perkawinan daripada masa-masa lainnya?

2. Bagaimana cara menyesuaian diri terhadap pasangan yang bekerja? Bekerja diluar rumah, dan mempunyai pasangan bekerja yang bekerja diluar rumah terikat dalam suatu Instansi tertentu.

3. Bagaimana penyesuaian diri yang baik dalam wujudkan keberhasilan dalam perkawinan

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan karena aktifitas orang dewasa yang semakin banyak ingin berkarir, setelah itu mereka akan menikah. Dalam pernikahan tentu mereka terlibat konfik pernikahan. Setiap permasalahan tentu ada jalan keluar, dengan harapan pasangan dapat menyesuaikan diri dimasa pernikahan sehingga terhidarlah keputusan untuk bercerai.

MANFAAT PENELITIAN Manfaat Teoritik

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif pada pengembangan ilmu psikologi, utamanya pada teori-teori di bidang psikologi keluarga dan perkawinan, psikologi perkembangan dan sosial.

Manfaat praktis

Bagi informan sendiri

(3)

diri mereka sendiri. Selain itu, dari hasil penelitian ini diharapkan informan dapat mempelajari diri masing-masing dan memahami pasangan dengan kaitan penikahan, karir dan sosial lainnya.

Bagi Pemerintah dan pihak lain yang terkait

Dari pihak organisasi tempat pasangan bekerja sampai keluarga masing-masing pasangan, dan pada pasangan-pasangan bekerja lainnya yang akan menikah, semoga menjadi referensi untuk mereka sebelum memasuki dunia pernikahan.

TINJAUAN PUSTAKA

Penyesuaian Diri

Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut (dalam Hartono & Sunarto, 2008), Adaptasi, Konformitas, Penguasaan, dan Kematangan Emosional: Pertama, penyesuaian berarti adaptasi, dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa “survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Kedua, penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaiakan sesuatu dengan standar atau prinsip. Ketiga, penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasikan respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekuat atau memenuhi syarat. Keempat, penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi.

Penyesuaian Perkawinan

Perkawinan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Perkawinan juga memerlukan penyesuaian secara terus menerus. Setiap perkawinan, selain cinta juga diperlukan saling pengertian yang mendalam, kesediaan untuk saling menerima pasangan masing-masing dengan latar belakang yang merupakan bagian dari kepribadiannya. Hal ini berarti mereka juga harus bersedia menerima dan memasuki lingkungan sosial budaya pasangannya dan karenanya diperlukan keterbukaan dan toleransi yang sangat tinggi, serta saling penyesuaian diri yang harmonis (Suryanto dan Anjani, 2006).

Pasangan Bekerja

(4)

rumah, memungkinkan timbulnya konflik dengan pasangan perkawinan (Sriningsih dan Yanuarti, 2012).

Teori Penyesuaian Diri dalam Perkawinan

Menurut Hurlock (1980) penyasuaian diri dalam perkawinan, ada empat pokok yang paling umum dan paling penting bagi kebahagiaan perkawinan dalam penyesuaian diri pasangan adalah Penyesuaian dengan pasangan, Penyesuaian seksual, Penyesuaian keuangan dan Penyesuaian dengan keluarga dari pihak masing-masing pasangan.

Pertama, Penyesuaian dengan Pasangan. Masalah penyesuaian yang paling pokok yang pertama kali dihadapi oleh keluarga baru adalah penyesuaian terhadap pasangan atau istri-suami. Hubungan interpersonal memainkan peran yang penting dalam perkawinan yang pentingnya sama dengan hubungan persahabatan dan hubungan bisnis. Bagaimana juga dalam kasus perkawinan, hubungan interpersonal jauh lebih sulit untuk disesuaikan daripada dalam kehidupan bisnis, sebab dalam perkawinan terdapat keruwetan oleh berbagai faktor yang tidak biasa timbul dalam bidang kehidupan individual.

Kedua, Penyesuaian Seksual. Masalah penyesuaian utama yang kedua dalam perkawinan adalah penyesuaian seksual. Masalah ini merupakan salah satu masalah yang paling sulit dalam perkawinan dan salah satu penyebab yang mengakibatkan pertengkaran dan ketidakbahagiaan perkawinan apabila kesepakatan ini tidak dapat dicapai dengan memuaskan. Biasanya pasangan tersebuat belum mempunyai cukup pengalaman awal, yang berhubungan dengan penyesuaian ini dari pada orang-orang lain dan mereka mungkin tidak mampu mengendalikan emosi mereka.

Ketiga, Penyesuaian Keuangan. Penyesuaian yang ketiga adalah keuangan. Uang dan kurangnya uang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penyesuaian diri orang dewasa dengan perkawinan.

Keempat, Penyesuaian dengan Keluarga dari Pihak Masing-masing Pasangan. Masalah penyesuaian penting yang keempat dalam hidup perkawinan adalah penyesuaian diri dengan keluarga dan anggota keluarga pasangan. Suami istri tersebut harus mempelajarinya dan menyesuaikan diri dengannya bila dia atau ia tidak menginginkan hubungan yang tegang dengan sanak saudara mereka.

METODE PENELITIAN

Tipe Analisis

(5)

Unit Analisis

Individu akan berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara tertentu secara refleksif melalui proses belajar. Penyesuaian diri melalui proses belajar berakibat pada adanya perubahan perilaku yang bersifat aktual dan potensial (Radhiani, 2008).

Subjek Penelitian

Dengan menggunakan purposive sampling kita bisa mengambil sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah pasangan bekerja, usia pernikahan 1-5 tahun. Jumlah sampel yang diambil 2 orang (pasang suami istri).

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara semi terstruktur, observasi partisipatif dan tes psikologi (BAUM, DAP, HTP, WARTEGG, dan SSCT).

Teknik Analisis Data

Menurut Ghony dan Almanshur, (2012) analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan dalam suatu pola, kategori, dan suatu uraian dasar. Pada bagian ini akan dibahas beberapa prinsip pokok, yaitu :

1. Konsep dasar. Pekerjaan analisis data dalam hal ini adalah mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorikannya.

2. Menemukan tema dan merumuskan hipotesis. Teliti hasil catatan lapangan anda, susunlah menurut tipologi.

3. Bekerja dengan hipotesis. Mencari dan menemukan apakah hipotesis kerja itu didukung atau ditunjang oleh data, dan apakah hal itu benar.

Pengujian Kredibilitas Data

Menurut Ghony dan Almanshur, (2012) ada lima teknik utama untuk mengecek kredibilitas data hasil penelitian kualitatif, yakni:

1. Memperpanjang keterlibatan pengamatan dan trianguasi. 2. Pengecekan eksternal pada proses inkuiri

3. Suatu kegiatan yang mendekati perbaikan hipotesis kerja karena semakin banyak informasi yang tersedia.

4. Mengecek temuan dan interpretasi awal terhadap data-data mentah.

(6)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penyesuaian Perkawinan

Peneliti menganalisa empat bentuk penyesuaian diri dalam pernikahan yaitu Penyesuaian dengan pasangan, Penyesuaian seksual, Penyesuaian keuangan dan Penyesuaian dengan keluarga dari pihak masing-masing pasangan. Adapun bentuk perilaku penyesuaian diri dalam perkawinan ditemukan oleh peneliti pada informan penelitian yaitu :

Penyesuaian dengan pasangan

Informan melakukan hubungan interpersonal memainkan peran yang penting dalam perkawinan, hubungan mesra atau saling memberi dan menerima cinta, bekerja sama dan komunikasi. Pasangan suami-istri mengkomunikasikan kegiatan mereka sehari-hari dikantor, menanyakan keadaan, memanfaatkan media komunikasi dan menyatukan pendapat.

“Adalah lah, ya abang juga kadang pergi pagi pulang besok pagi,, kapan ada waktulah yu.(subjek berpikir),, yaa kapan ada waktulah gak pula pas ketemu, kadang abang sedang dikantor Telpon kak T,, Nanya-nanya kegiatan, ya memanfaatkan media komunikasilah.”(W1.S2.14Juni2013.D3)

“Ya pasti udah dibialng, sebelum ditanya juga udah dibilang nanti kerja,ya palingan nanya anak-anak, rumah, kaya mana situasi ya gituu” (W2.S2.21Juni2013.D15)

Hubungan interpersonal antar pasangan

Pasangan suami istri dalam penyesuaian pasangan mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai pasangannya baik makanan, benda, sifat dan hobi dari pasangan.

“Ooo,, kak T tuh milih dalam makanan, tapi yang menurut kak T enak,, enak semuaalah (subjek tertawa),, makanan yang berbau rempah-remah, cengkeh gitulah yang bau gitu gak suka Kak T,, haa,, klo sifat yang gak disukai (berpikir),,, Perajuknya Kak T yang gak disukai (subjek tertawa)”(W1.S2.14Juni2013.D8)

“Kalo makanan apa ya, yang disukainya yang selalu permintaan masak gitu ya (subjek tertawa) nasi goreng hantunya tuh (subjek tertawa), terus asam pedas, ha itu suka kali dia tuh.”(W1.S1.11Juni2013.D4)

Kerjasama

pasangan suami istri melakukan kegiatan mengurus rumah dan anak, melakukan kerja sama yang baik dalam melakukan hal tersebut.

“Ada,,, contohnya ya, (subjek serius) tadi Kak T nyucikan, nanti kakT jemur kain, abang yang angkat.. Cuci piring,, kadang-kadang mau, kadang-kadang nggak,, (subjek tersenyum dan tertawa)”(W1.S2.14Juni2013.D9)

(7)

terbantu, yang ngerawat neneknya sendiri jadi gak was-was”(W2.S2.21Juni2013.D23)

hubungan mesra atau saling memberi cinta

Pasangan suami istri tetap menunjukan rasa kasih sayang mereka lewan perbuatan dan lisan.

“Hmm nonton tv dirumah ya kalo anak-anak dah tidur,, ngajak makan..”(W1.S2.14Juni2013.D20)

“Ya kita gak nyangka, kita gak perhatiin itu, kaya celana dinas, kak T tuh dibuatkan nya baju dinas abg, dijahit sendiri, ujung-ujungnya salah. Kak T tuh gak bilang, kaget aja. Tapi kadang gak baju aja kadang dompet, apa lah”(W2.S2.21Juni2013.D41)

“Ya klo dah bedua ni kan susah juga,apa lagi A(panggilan nama anaknya K) kecilkan, tapi ada juga sih nyelip-nyelip kami, (suara burung) kadang dari dia jumput Kak T kerja gtu kan, dianya bilang nanti kerjanya diantarin ya gtukan? Atau Kak T bilang nanti antarin kerja gtu,, ya udah nanti pulang kerja sambil duduk bentarkan minum apa.” (W1.S1.11Juni2013.D24)

“(subjek tertawa) Heheheeh ya gitulah, syair-syair lagu yang gak penting masi ada ada dapat kiriman (subjek tertawa).”(W1.S1.11Juni2013.D26)

Penyesuaian seksual

Informan mengetahui hubungan seksual suami-istri, dicapai dengan memuaskan dan dapat mengendalikan emosi.

a. Pengetahuan hubungan seksual

Sebelum menikah pasangan suami istri tahu bagaiman cara melakukan hubungan suami-istri.

“Udah, udah tau. Tapi ya sekedarnya aja. Emang kita sebelum menikah itu ya harus taukan gitu.”(W1.S1.11Juni2013.D37)

“Ya mama terutama, (subjek tertawa) dari mama kak tia. Dari mama, baca buku.”(W1.S1.11Juni2013.D38)

“Ya bagaimana hubungan suami istri, kayak mana hubungan selayaknya agama, lagian pas kita sidang di Kua kita dikasi tau penataran doanya kaya mana, mandi wajib, kaya gitu-gitu.”(W3.S1.25Juni2013.D32)

b. Kepuasan hubungan seksual

Pasangan suami istri mencapai kepuasan dalam hubungan suami istri.

“Masi muda, masi kuat jadi gak ada masalah,, (subjek tertawa) kalo udah tau gak tau”(W1.S2.14Juni2013.D32)

“Gak, insyaalah gak, bang D tuh orangnya pengertian sangat, mudah-mudahan sampe tua. Amin. Misalnya kak T udah tidurkan diapun gak mau ganggu kak T.”(W3.S1.25Juni2013.D35)

(8)

Pasangan suami-istri dapat menunjukkan afeksi terhadap pasangan, cemburu terhadap pasangan, marah, emosi dan menghadapi konflik.

“Gak ada sih sebenarnya yang bikin marah besar, paling, ya kayak-kaya baru ini gak sesuai dengan keinginan kita yaa marah, dalam hati aja, diam aja.”(W2.S2.21Juni2013.D18)

“Kalo kita semprot langsungkan gak mungkin, ya paling sih marahnya didalam hati juga, ada juga sih kadang2 emosi naik, ya karena kurang istrirahat” (W2.S2.21juni2013.D21)

“Gak ada,, kamii gak ada, paling.. gak sampe, ya kak Tnya,, ya apa namanya. Kak T tuh kalo berdebat sebentar aja, pertamanya aja, ya gitulah” (W2.S2.21Juni2013.D38)

Penyesuaian keuangan

Informan melakukukan mengatur keuangan, memenuhi kebutuhan, penggabungan pendapatan.

a. Mengatur ekonomi/keuangan

Pasangan suami istri mengatur ekonomi keluaga adalah istri.

“Semuanya, tapi kalo kita butuh minta juga,, heheeheheh bodo aye (bahasa jawa) kalo dimanta ya seperlunya contohnya kaya beli bensin motor” (W1.S2.14Juni2013.D33)

“Berdua,, soalnya kami sama-sama gak pande ngatur ekonomi. Apa teringat itu yang dibeli, tapi gak gitu juga”(W1.S2.14Juni2013D34)

“Prinsip abang yaa, gak ada nanya-nanya biar dia ngomong sendiri, abang berapa gajinya aja gak tau,, palingan nanti dia ngomong untuk ini-ini” (W2.S2.21Juni2013.D36)

“Sama aja, Atm kan Kak T yang megang, emang buat keluargalah yu, lebih tepat untuk keluarga.”(W1.S1.11Juni2013.D41)

“Ya misalnya ni takaran untuk belanja anak 800 sama itunya dah, misalnya ada lebihnya berapa itulah buat hari-harian, buat besok-besoknya gitu”(W4.S1.25Juni2013.D11)

b. Memenuhi kebutuhan

Pasangan suami istri mengatur kebutuhan keluarga untuk anak dan rumah tangga.

“Kalo udah bangun kaya gini gak cukuplah yu (subjek tertawa) tapi gaklah cukuplah sehari-hari.”(W1.S1.11Juni2013.D45)

“Biasanya buat anak no satu yu, dapur, tuh kaya cucian gitu gitu,, kalo kami kan jarang juga masak kan, atau pas apa baru beli gitu aja,, kalo bulanan memang untuk anak didahulukan,, kebutuhan anaklah semuanya ntah sabun, ntah susu, makanan, bedaknya apanya”(W4.S1.25Juni2013.D9)

(9)

ini belik itu gitukan, tapi ndaklah.”(W4.S1.25Juni2013.D14) c. Penggabungan pendapatan

Pasangan memiliki kesepakatan dalam penggabungan pendapatan.

“Fleksibellah,, kayak bangun rumah ni kan yaa uang siap ada duluan ya itu dulu nutupin kebutuhan rumah. Kalo perlu mendadak, fleksibel aja.”(W1.S2.14Juni2013.D36)

“Sekarangkan lagi bangun kan? gaji Bang D, Kak T matikan buat rumah gitu, gaji Kak T buat harian buat beli susu, buat beli apa gaji Kak T,, nantikan harian Bang D dapat-dapat rezeki itu kan itu buat dia, dia gak ada minta lagi, kalo misalnya lebih nanti dikasinya Kak T lagi, kadang kalo mepetkan dek bantu dulu duit dek ha ya udah sama aja sebenarnya kan.”(W1.S1.11Juni2013.D43)

“Biasanya untuk, sekarang untuk kebutuhan anak lagi gitu haa, kebutuhan rumah kan rumah kan”(W4.S1.25Juni2013.D21)

d. Mobilitas sosial

Pasangan suami-istri dapat menerima keadaan ekonomi saat keadaan pengeluaran yang besar, menerima istri bekerja.

“Ya dah siap nanti hidupnya kaya gini gitu haa (subjek tertawa) gajinya”(W4.S1.25Juni2013.D18)

“Pake gaji adek gitu, gak papa tuh? Kan kepake gaji kamukan kaya gitulah, sama ajapun kak T bilangg gitu”(W4.S1.25Juni2013.D20)

“Dulu-dulunya waktu kak T kedokter pake duit kak T, gak ada pake-pake duit Bang D do,, (*rekaman terputus dikarenakn tidak tau tiba-tiba lanjut ke)”(W4.S1.25Juni2013.D22)

“Kadang, apa namanya, kita pulang dinas, istri gak ada dirumah, ya masi baik-baik aja, gak masalah, yang pentingkan kerjanya gak seharian full, kecuali benar-benar full keberatan juga sih.”(W2.S2.21Juni2013.D35)

Penyesuaian dengan keluarga dari pihak masing-masing pasangan

Informan menjalin hubungan harmonis dengan keluarga pasangannya, mengenal keluarga pasangan sebelum menikah, dan melakukan kegiatan sosial bersama.

a. Hubungan harmonis dengan keluarga pasangan

Suami atau Istri menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua pasangan, saudara pasangan, saudara lain pasangan.

“Bang D tuhkan 5 orang, Bang D paling besar, 4 orang. 3 orang cowok, 1 orang cewek paling kecil, Alhamdulilah gak ada emang kayak adek juga, mereka jaga kayak yang cowok-cowok tuh curhat ada pacar, malah nelpon kak tia gitu pacar-pacarnya gitu, cerita-cerita apa kan, kalo yang cewek ni baru taman SM, SD kan jadi belum ada yang diceritakannya, paling cerita kawan-kawan sekolah kalo Kak T kesana, hmm apa lagi yaa.”(W1.S1.11Juni2013.D48)

(10)

mana kerja tadi katanya, malahan nanya, cerita-cerita. Karena dia udah pensiun jadi dirumah aja.”(W1.S1.11Juni2013.D54)

“Gak ada do.. adapun biasa-biasa aja kan emang gak mencampuri urusan anaknya, ndak lah”(W4.S1.25Juni2013.D28) Gak ada, Cuma “perkembangan anak-anak ajanyo. N (anak-anak pertama subjek) main ama N , A (anak-anak kedua subjek) gitu-gitu ajanyo”(W4.S1.25Juni2013.D29)

“Ayahnya? Sekarang udah pensiunkan jadi dirumah aja,. Jadi karena udah pensiun dirumah aja, dia buka swalayankan, ya ayah tuh lah duduk-duduk situ walau ada kariawannyakan tapi dia duduklah dikasir.(sepanjang pembicaraan ini ada suara ibu subjek)”(W4.S1.25Juni2013.D33)

b. Mengenal keluarga pasangan sebelum menikah

Mengenal orang tau pasangan sebelum menikah.

“Ya baiklah, abang sering juga mainkan, mama kak T juga tau” (W1.S2.14Juni2013.D51)

“Mereka udah taukan dari anaknya yang ntah gak ada dirumah tiap sebentar diluar aja, tau kan sama Kak T, Cuma pas Kak T datang kerumahnya gitu yaa, tanya-tanya standarlah gitu mama bapaknya tanya-tanya-tanya-tanya standarlah, dimana kampung, jangan-jangan awak sesuku, apaa, kaya-kaya gitulahkan, datang ibuknya datang darimana sesukunya orang ini aja keturunan apa, kayak-kayak gitulah,” (W1.S1.11Juni2013D68)

c. Melakukan kegiatan sosial

Suami-istri melakukan kegiatan bersama dengan keluarga pasangan, baik hari libur dan makan bersama.

“Yaalah, kak T juga dirumah mama, kayak ginikan malam abang kerumah mama.”(W1.S2.14Juni2013.D54)

“Kalo misalnya Bang D lepas dinas, atau gak hari senin atau kamis, senin kamiskan nenek uyut tuh puasa, sayang pula kesana gak bisa nagapa-ngapain, gak bisa makan, bawa makanan apakan, jadi dapat hari selasa Bang D lepas dinaskan kesana kami bawa anak-anak gitu”(W1.S1.11Juni2013.D69)

“Ndak sampe, kadang, misalnya kayak Bang D lepas dinas besokkan pas kak T libur kan kami selain senin ama kamis malas kesana karena orang-orang puasa jadi gak bisa bawakan makan,,, karena kamis puasa rata-rata orang tuh nenek buyut.”(W4.S1.25Juni2013.D35)

Perkembangan dan kematanagan, khususnya kematangan intelektual, sosial, moral dan emosional.

Pola peneysuaian diri akab bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapai.

(11)

saling menghargai melawan juga sih”(W2.S2.21juni2013.D8)

“Baek-baek aja, ya sekedar-sekedarnya aja, biasa-biasa aja sih yu, ya kayak waktu makan siang atau istirahat sore solat ashar, duduk cerita-cerita tentang siswa gitukan dia keyboad juga kan nanti cerita siswanya kayak mana, kayak mana anaknya tuh bisa gak kita bikin dia konser sekalian vokal gitu”(W3.S1.25Juni2013.D9)

Hasil Analisis Data

1. Informan 1 (Istri)

Hasil wawancara dengan informan tentang penyesuaian diri terhadap pernikahan pada pasangan bekerja, informan dapat menyesuaikan diri dengan pasangannya terlihat informan melakukan komunikasi dengan suaminya baik ketika bertemu dirumah maupun melalui media komukasi (telpon), membicarakan kegiatan mereka dikantor, keadaan rumah dan anak-anak. Pasangan ini memahami apa yang disukai dan tidak disukai satu sama lain, baik itu sifat, makanan dan hobi. Seperti, informan menyukai sifat suaminya yang penyabar dan dapat menempatkan diri jika berada dirumah dan dikantor. Informan tidak menyukai hobi suaminya yang memelihara binatang yaitu anjing luar namun informan berusaha menerima hobi suaminya dikarenakan hobi tersebut tidaklah menyimpang, sementara subjek tahu lingkungan teman-teman kantor suaminya memiliki hobi yang kurang baik, selain itu informan tidak suka sifat suaminya yang kasar, galak dan sombong jika berada diluar rumah.

Informan dan suami memiliki kerja sama yang baik dalam mengatur kegiatan rumah tangga dan mengurus anak. Suami Informan mau membantunya dalam hal membersihkan rumah dan mengurus anak dirumah. Jika mereka bekerja, mereka sepakat bahwa anak-anak akan diasuh oleh ibu informan dan ibu informan merasa senang dan tidak keberatan. Meskipun mereka memiliki kesibukan masing-masing, informan dan suami tetap menunjukkan rasa kasih sayang mereka berdua dengan menyempatkan makan berdua disela-sela pulang kantor dan menunjukkan kasih sayang secara lisan lewat pesan singkat.

Penyesuaian seksual informan mengetahuai cara melakukan hubungan suami istri baik segi agama, seperti apa yang yang dilakukan, doa, mandi sesuai dengan tatanan Islam. Informasi tersebut informan ketahui dari Orang Tua, Buku dan Organisasi (KUA) saat subjek mengikuti penataran di Kua. Selama ini subjek tidak ada masalah dengan hubungan tersebut. Informan dan suami memiliki pengertian yang cukup dalam mengenai hubungan ini, terkadang informan sudah tertidur dan suami pengertian tidak menggangu informan.

(12)

konflik adalah keadaan yang tidak sesuai dengan informan inginkan antara lain ketika rencana yang telah dibuat gagal, terkadang hal spele seperti menunda pekerjaan (angkat galon) informan merasa kesal dengan suami. Akibat dari hal tidak sesuai tadi informan menunjukkan rasa marah dengan merajuk sehingga sifat itu membuat suami merasa tidak nyaman. Meskipun demikian suami informan berusaha mengontrol egonya untuk menghadapi informan dengan lembut dan akhirnya informan sadar apa yang dilakukannya itu salah. Selain itu ketika suami informan menceritakan ada wanita cantik dikantornya, informan merasa cemburu namun hanya dibawa bercanda.

Pengaturan keuangan diserahkan suami kepada informan, dalam bentuk ATM, kemudian informan mengaturnya untuk memenuhi kebutuhan anak dan rumah tangga. Dalam penggabungan pendapatan rumah tangga, penghasilan informan digunakan untuk menutupi kebutuhan rumah tangga dan anak, sementara penghasilan suami informan untuk membangun rumah. Sebelumnya penghasilan informan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri. Dan ini semua telah mereka sepakati, termasuk menerima keadaan pengeluaran yang kini tambah membesar dikarenakan sedang membangun. Dari itu pengertian merupakan konsep dasar dalam pengolahan keuangan mereka.

Sebelum menikah informan sudah mengenal keluarga dari suaminya, orang tua suaminya tahu bahwa informan adalah teman dekat anaknya. Semasa pacaran informan merasa grogi dan takut salah tingkah bertemu dengan orang tua suaminya. Setelah menikah informan menjalin hubungan yang baik dengan orang tua suaminya, dengan ibu mertua informan menjalin komunikasi yang baik, seperti membicarakan perkembangan anak. Ayah mertua memiliki sifat humoris, baik bertukar cerita tentang dunia kerja, nasehat seperti meminta informan untuk mengingatkan anaknya dan sewajarnya. Kedua orang tua suaminya tidak memasuki area rumah tangga anaknya dengan informan.

Informan juga menjalin hubungan yang baik dengan saudara-saudara suaminya, mereka sudah menganggap informan sebagai kakak sendiri meskipun adik ipar informan bermasalah dengan adik kandungnya, namun informan dan suami tidak mau ikut campur dalam urusan tersebut. Dan juga informan menjalin hubungan baik dengan saudara lain suaminya, seperti bersilaturahmi saat lebaran dan acara keluarga. Saat informan dan suami libur mereka selalu menyempatkan main kerumah orang tua suaminya untuk bersilatuhrahmi melihat keadaan orang tua, nenek uyut dan juga mengajak anak-anaknya.

2. Informan 2 (Suami)

(13)

masalah-masalah yang terjadi di kantor kepada istrinya seperti pekerjaan yang tidak siap, kesal dengan teman kantor, namun hanya bercerita saja karena informan dapat mengontol emosinya sehingga orang rumah tidak terkena imbasnya. Jika terjadi perbedaan pendapat informan akan merayu istrinya untuk menyatukan pendapatnya.

Pasangan ini memahami apa yang disukai dan tidak disukai oleh pasangannya. Seperti informan mengetahui istrinya tidak menyukai makanan berbau rempah-rempah dan informan menyukai sifat super pengertian istrinya, selain itu ada sifat yang tidak disukai informan yaitu sifat perajuk istrinya.

Dalam hal mengerjakan pekerjaan rumah tangga informan memiliki kesepakatan kerja sama seperti jika istri mencuci informan yang mengangkat kain serta kesepakatan mengurus anak, informan jarang dalam mengasuh anaknya karena istri yang kurang percaya kalau informan mengurus anak takut tidak teliti, serta informan tidak keberatan jika anak-anaknya dititipkan kepada Ibu mertua.

Menunjukkan rasa kasih sayang informan menyempatkan untuk makan berdua disela kesibukan mereka pulang dari kantor dan dirumah nonton tv berdua serta informan tidak menyangka bahwa istrinya memperhatikan keperluaan informan serinci itu seperti menjahitkan baju dinas, membelikan dompet dan memperhatikan kerapihan pakaian informan.

Penyesuaian seksual, informan mengetahui bagaimana cara melakukan hubungan suami-istri yaitu sesuai dengan tatanan Islam, yang didapatnya dari lingkungan, pergaulan, internet dan media sosial. Selama ini tidak ada masalah dalam hubungan tersebut dikarenakan informan dan istri masi muda dan kuat sehingga tidak ada permasalahan serius dalam hal tersebut.

Informan cemburu jika melihat istrinya berinteraksi dengan lawan jenis dikantor, tetapi jika tidak melihat informan tidak cemburu namun akhirnya informan memberikan kepercayaan kepada istrinya. Dalam mengendalikan emosi jika informan marah dan mengakibatkan perkelahian informan akan diam dan memikirkan bagaimana cara menyelesaikannya karena jika dibawa berdebatpun istri informan akan merajuk. Hal-hal yang menyebabkan informan marah karena keadaan yang tidak sesuai ditambah dengan keadaan fisk yang kurang istrirahat. Disini informan dapat mengontrol egonya untuk tidak memperpanjang perkelahian dengan menegur istrinya, menanyakan permasalahan dengan lembut dan akhirnya kondisi kembali membaik.

(14)

Informan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga istrinya, semasa pacaran informan sering bermain kerumah istrinya dan ibu istrinya mengetahui informan adalah teman dekat anaknya. Setelah menikah informan menjalin komunikasi yang baik dengan ibu dan ayah mertua, orang tua istrinya ini memiliki sifat yang sama dalam memandang perikahan anak-anaknya yaitu tidak ikut campur diarea pernikahan anak-anaknya sebatas nasehat yang masih wajar. Dengan adik ipar informan menjalin komunikasi yang baik dan menjalin hubungan yang baik dengan saudara lain istrinya. Informan melakukan kegiatan bersama dengan keluarga istrinya seperti makan malam bersama dan main kerumah orang tua istrinya.

Pembahasan

Penyesuaian diri pada pasangan pernikahan peran ganda memiliki sisi-sisi keuntungan dan kerugian bagi individu. Salah satu keuntungan utama tentu saja dari segi keuangan, pernikahan dengan peran ganda juga dapat memberikan kontribusi pada hubungan yang lebih setara antara suami dan istri, serta meningkatkan harga diri bagi wanita. Sebaliknya, kerugian yang mungkin terjadi pada peran ganda adalah tuntutan adanya waktu dan tenaga ekstra, konflik antara peran pekerjaan dan peran keluarga, adanya persaiangan antara suami dan istri, dan jika keluarga itu memiliki anak perhatian terhadap mereka menjadi berkurang. Hal tersebut membuat potensi angka perceraian meningkat disebabkan oleh pertentangan suami dan istri yang keduanya bekerja (Desmita, 2010).

Perkawinan menuntut adanya menyesuaiakan diri terhadap tuntutan peran dan tanggung jawab baru dari kedua pasangan, pada sebagian orang harapan-harapan tersebut sering kandas ditengah jalan dan tidak menjadi kenyataan. Berdasarkan data yang didapatkan dari Pengadilan Agama Kelas 1A Pekanbaru, diketahui jumlah perceraian pada tahun 2012 berjumlah 1421 kasus. Gagalnya penyesuaian diri dalam pernikahan yang berujung pada perceraian, juga dialami oleh pasangan yang bekerja (Pengadialan Agama Kelas 1A Pekanbaru, 2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku penyesuaian diri pernikahan, penyesuaian diri terhapad pernikahan pada pasangan bekerja dan penyesuaian diri yang baik dalam wujudkan keberhasilan dalam perkawinan mempunyai pengaruh kuat terhadap adanya kepuasan hidup perkawinan, mencegah kekecewaan dan perasaan-perasaan bingung, sehingga memudahkan seseorang untuk menyesuaikan diri dalam kedudukannya dikehidupan rumah tangga. Dari hasil penelitian yang didapat peneliti dilapangan informan telah menjalankan proses penyesuaian diri perkawinan dengan pasangan bekerjanya.

(15)

Perkawinan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Perkawinan juga memerlukan penyesuaian secara terus menerus. Setiap perkawinan, selain cinta juga diperlukan saling pengertian yang mendalam, kesediaan untuk saling menerima pasangan masing-masing dengan latar belakang yang merupakan bagian dari kepribadiannya. Hal ini berarti mereka juga harus bersedia menerima dan memasuki lingkungan sosial budaya pasangannya dan karenanya diperlukan keterbukaan dan toleransi yang sangat tinggi, serta saling penyesuaian diri yang harmonis (Suryanto dan Anjani, 2006).

Pentingnya penyesuaian dan tanggung jawab sebagai suami atau istri dalam sebuah perkawinan akan berdampak pada keberhasilan hidup berumah tangga. Keberhasilan dalam hal ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap adanya kepuasan hidup perkawinan, mencegah kekecewaan dan perasaan-perasaan bingung, sehingga memudahkan seseorang untuk menyesuaikan diri dalam kedudukannya sebagai suami atau istri dan kehidupan lain di luar rumah tangga (Hurlock, dalam suryanto dan Anjani, 2006).

Pasangan yang menyesuaikan diri didalam perkawinan adalah pasangan saling berkomunikasi satu sama lain, saling sepakat terhadap berbagai persoalan keluarga dan pernikahan dan menyelesaikan masalah secara konstruktif. Perkawinan sebagai penyatuan yang diakui secara hukum dan sosial, idealnya sepanjang hayat, yang membawa hak dan kewajiban seksual, ekonomi, dan sosial bagi pasangan. Menjalani kehidupan perkawinan sama halnya dengan belajar berjalan, yang akan tersandung dan terjatuh. Jika masing-masing pasangan bertahan untuk berusaha, maka pasangannya akan terus mengalami pertumbuhan secara emosional maupun sosial (Elfinda, 2011).

Hubungan yang baik antara anak dengan orang tuanya mencerminkan keberhasilan penyesuaian perkawinan terhadap masalah tersebut. Jika hubungan antara anak dengan orang tuanya buruk, maka suasana rumah tangga akan diwarnai oleh perselisihan yang menyebabkan penyesuaian perkawinan menjadi sulit (Hurlock, 1980).

Keberhasialn dan kegagalan perkawinan cenderung selalu ada dalam keluarga. Anak-anak dari keluarga bahagia, kecil kemungkinannya untuk ditinggal cerai daripada keluarga yang tidak bahagia (Hurlock, 1980).

Pasangan yang menyesuaiakan diri dengan baik mempuyai nilai yang lebih serupa daripada mereka yang penyesuaian dirinya buruk. Barangkali latar belakang yang sama menghasilkan nilai yang sama pula (Hurlock, 1980).

Informan juga mengatahkan bahwa inti dari pernikahan yang mereka jalani yaitu sebagai pasangan bekerja adalah pengertian. Berusaha menerima kondisi sebagai pasangan bekerja baik istri dan suami dan ketika berada dirumah.

(16)

yang bisa dideteksi oleh kalangan yang konsen di bidang pernikahan atau perkawinan. Gambaran Penyesuaian diri terhadap pernikahan pada pasangan bekerja dapat dilihat pada skema berikut :

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan :

1. Penyesuaian diri terhadap pasangan yang bekerja yaitu, baik dalam berkomunikasi dalam pekerjaan dan rumah tangga, saling bekerja sama dalam rumah tangga dan mengurus anak, memberikan sikap toleransi kepada pasangan dan keterbukaan, dapat menempatkan diri sebagai pekerja dan sebagai suami atau istri dirumah, dapat mengontrol ego dan mengendalikan emosi ketika menghadapi konflik dengan pasangan dan menyelesaikan persoalan secara produktif mewujudkan kebahagian bersama.

2. Keluarga yang bahagia saling pengertian dalam hal keuangan dan pengertian dalam hubungan seksual, menyayangi, menerima kelebihan dan kekurangan, memperioritaskan kebahagian keluarga.

SARAN

1. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik pada persoalan yang sama, peneliti menyarankan memakai metode kuantitatif (menggunakan angket) sebagai perbandingan, sehingga hasilnya dapat memberikan masukan yang semakin lengkap.

2. Bagi subjek penelitian yaitu Istri diharapkan dapat memperbaiki sifat-sifat yang tidak disukai suami dan merubah diri menjadi lebih baik lagi. Pasangan Suami-Istri harus dapat mengendalikan atau mengkontrol emosi dengan lebih baik lagi serta harus lebih banyak mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa.

DAFTAR PUSTAKA

Anjani, C., & Suryanto. (2006). Pola penyesuaian perkawinan pada periode awal. Jurnal Insan Vol. 8 No. 3.Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas airlangga.

Desmita. (2010). Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Elfida, D. 2011. Penyesuaian perkawinan ditinjau dari beberapa faktor demografi. Jurnal Psikologi Vol.7 No.2. Pekanbaru: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.

Ghoni, D., & Almanshur, F. (2012). Metode penelitian kualitatif. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hadi, S. (2005).7 Langkah mudah meraih pekerjaan. Yogyakarta: Cinta Pena.

(17)

kehidupan edisi lima. Jakarta: Erlangga.

Jahja, Y. (2011).Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grop. Radhiani, A. (2008). Penyesuaian diri dan orientasi nilai pada remaja yang bertempat

tinggal di ruko (rumah toko) pekanbaru. Jurnal Psikologi Vol.4 No. 2. Pekanbaru: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Sunarto, H., & Hartono, A. B. (2008). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Gambar

figure out the behavior of adjustment between them by interviewing,

Referensi

Dokumen terkait

Cukup puas, karena berita mengenai Intermilan membuat saya lebih mengetahui perkembangan Intermilan Apa saja informasi mengenai Intermilan di Goal.com Hasil pertandingan,

1) Identifikasi jenis aset keuangan pada laporan keuangan perbankan. 2) Mengidentifikasi aset keuangan yang terkena impairment (penurunan nilai), baik dari jenis maupun

Pembukaan dan Evaluasi Penawaran No.26 Butir 26.4 Apabila Penawaran yang Masuk Kurang dari 3 (tiga) maka Pelelangan dinyatakan Gagal. dan

Pembatasan adalah bahwa dalam menggunakan keterampilan ini konselor menjadi acuan ke dalam bingkai konseli sendiri, sehingga memaksa konselor untuk berurusan dengan mereka (atau

Dan untuk mengoptimalkan stabilitas elektrokimia baterai, elektrolit dibantu dengan elemen yang memiliki sifat keterbasahan baik, yaitu separator yang dapat mencegah

Yogurt merupakan salah satu bentuk produk minuman hasil pengolahan susu yang memanfaatkan mikroba dalam proses fermentasi susu segar menjadi bentuk produk emulsi

Pada Musrenbang Kecamatan Gunungpati ada 4 usulan yang berasal dari Kelurahan Nongkosawit, namun dari ke empat usulan tersebut hanya ada 3 usulan paling

Menurut Khomsan (2003) selera makan anak di rumah yang memiliki kebiasaan jajan biasanya berkurang karena sudah terlalu kenyang dengan konsumsi makanan jajanan.. Konsumsi jajan