• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODIFIKASI TATA GUNA LAHAN DAS SUMANI UNTUK MEMPERKECIL EROSI BERDASARKAN METODE USLE DALAM RANGKA MENJAMIN SUMBERDAYA AIR DANAU SINGKARAK YANG BERKELANJUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODIFIKASI TATA GUNA LAHAN DAS SUMANI UNTUK MEMPERKECIL EROSI BERDASARKAN METODE USLE DALAM RANGKA MENJAMIN SUMBERDAYA AIR DANAU SINGKARAK YANG BERKELANJUTAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MODIFIKASI TATA GUNA LAHAN DAS SUMANI UNTUK MEMPERKECIL EROSI BERDASARKAN METODE USLE DALAM RANGKA MENJAMIN

SUMBERDAYA AIR DANAU SINGKARAK YANG BERKELANJUTAN

ARTIKEL

Oleh :

ARY PERMADI NIM 0910018112018

(2)

MODIFIKASI TATA GUNA LAHAN DAS SUMANI UNTUK MEMPERKECIL EROSI BERDASARKAN METODE USLE DALAM RANGKA MENJAMIN

SUMBERDAYA AIR DANAU SINGKARAK YANG BERKELANJUTAN

Ary Permadi, Isril Berd, John Nurifdinsyah

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Peraiaran Pesisir, dan Kelautan Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

ABSTRAK

Danau Singkarak ini merupakan sumberdaya air yang mempunyai nilai yang sangat penting dari fungsi ekologi, hidrologi serta fungsi ekonomi. Lajunya perkembangan degradasi hutan dan lahan disekitar Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Singkarak dan tingginya tingkat erosi tentunya akan membawa konsekuensi terhadap menurunya kuantitas air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar yang mencakup masyarakat wilayah Kabupaten maupun Kota Solok, Kabupaten Tanah Datar dan Kota Padang Panjang. Laju perubahan pemanfataan lahan di sekitar Daerah Tangkapan Air (DTA) Singkarak khususnya di DAS Sumani tentunya akan membawa konsekuensi terhadap menurunnya kuantitas air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya. Dari hasil analisis citra tahun 2000, 2006 dan 2011 di wilayah DAS Sumani terjadi perubahan tataguna lahan, antara lain perubahan fungsi hutan primer, hutan skunder dan sawah mengalami mengalami penurunan luasan, sementara penggunanaan lahan untuk pemukiman, pertanian lahan kering campur semak dan semak belukar semakin bertambah luasannya. Perubahan lahan tersebut menyebabkan terjadinya volume aliran permukaan (run off), degradasi lahan dan erosi di wilayah DAS Sumani yang akhirnya berpengarur terhadap sumberdaya air Danau Singkarak.

Kata kunci : erosi, perubahan lahan

I. Pendahuluan

Danau Singkarak ini merupakan sumberdaya air yang mempunyai nilai yang sangat penting dari fungsi ekologi, hidrologi serta fungsi ekonomi. Dimana Danau Singkarak mempunyai arti penting bagi daerah sekitarnya. Air danau ini menjadi pembangkit tenaga listrik PLTA Singkarak yang berkapasitas 175 MW untuk melayani kebutuhan listrik bagi 4,4 juta jiwa di Sumatera Barat dan Riau (Aflizar, 2008 dalam BPDAS Agam Kuanta, 2012), selain itu Danau Singkarak memiliki potensi plasma nuftah ikan Bilih yang cukup besar dan

hanya satu di dunia serta terbatas hidup di Danau Singkarak.

Lajunya perkembangan degradasi hutan dan lahan disekitar Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Singkarak dan tingginya tingkat erosi tentunya akan membawa konsekuensi terhadap menurunya kuantitas air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar yang mencakup masyarakat wilayah Kabupaten maupun Kota Solok, Kabupaten Tanah Datar dan Kota Padang Panjang.

(3)

Singkarak khususnya di DAS Sumani tentunya akan membawa konsekuensi terhadap menurunnya kuantitas air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya. Selain itu daerah bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui alur hidrologi. Oleh karena itu perubahan penggunaan lahan di daerah hulu akan memberikan dampak di daerah hilir dalam bentuk fluktuasi debit air, kualitas air dan transport sedimen bahan-bahan terlarut di dalamnya.

Melalui penggunaan citra satelit pada waktu yang berbeda dapat di deteksi perubahan yang terjadi di wilayah DAS Sumani tersebut pada setiap waktu. Citra satelit yang akan digunakan pada penelitian ini adalah series tahun 2000, 2006 dan 2011, sehingga dapat dapat dianalisis perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada lokasi penelitian selama rentang waktu tersebut.

DAS Sumani merupakan salah satu bagian dari daerah tangkapan air (DTA) Danau Singkarak. Sebagai DTA Danau Singkarak letak DAS Sumani yang berada di bagian hulu berperan sebagai daerah resapan yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan fungsi hidrorologi.

Penggunaan lahan yang kurang sesuai dengan kemampuannya akan mengakibatkan terjadinya kerusakan lahan sehingga mengganggu fungsi hidrorologi daerah hulu dan pada akhirnya akan menyebabkan kekeringan dan banjir di daerah hilir yaitu Kota Solok dan di daerah sekitar Danau Singkarak serta terjadinya erosi dan degradasi lahan.

tujuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang 1) identifikasi bentuk-bentuk penggunaan lahan atau tutupan lahan saat ini yang berpotensi menyebabkan erosi, 2) Penentuan pola tata guna lahan yang ideal untuk mengurangi

erosi dan meningkatkan ketersediaan sumberdaya air

II. Telaahan Pustaka

Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (definisi berdasarkan UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air).

Model USLE (Universal Soil Loss Equation) merupakan model prediksi erosi empirik yang paling popoler dan secara luas digunakan sebagai referensi/acuan dalam perencanaan konservasi tanah dan air telah dikembangkan oleh Wesmeier dan Smith dalam Asdak (2007) . Model tersebut dikembangkan berdasarkan pengamatan erosi jangka panjang pada skala plot dan dirancang untuk memprediksi erosi rata-rata tahunan dari suatu lahan dengan penggunaan dan pengolahan tertentu. Model USLE disajikan sebagai berikut :

A = R x K x LS x C x P Keterangan :

A = Jumlah erosi dalam ton/ha/tahun

R = Faktor erosivitas hujan (cm/bulan)

(4)

LS = Faktor panjang dan kemiringan lereng

C = Faktor pengelolaan tanaman

P = Faktor tekhnik konservasi

III. Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian terletak di DAS Sumani. Secara administratif DAS Sumani berada di Kecamatan Bukit Sundi, Kecamatan IX Koto Sungai Lasi, Kecamatan Kubung dan Kecamatan X Koto Singkarak Kabupaten Solok, Kecamatan Lubuk Sikarah dan Kecamatan Tanjung Harapan Kotamadya Solok, serta Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat.

a. Alat dan Bahan

1. Peta rupa bumi Indonesia

2. Peta administrasi Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar 3. Peta jenis tanah Kabupaten Solok

dan Kabupaten Tanah Datar 4. Peta kelerengan Kabupaten Solok dan

Kabupaten Tanah Datar

5. Peta penggunaan lahan Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar

6. Seperangkat komputer dengan perangkat lunak: Arc View GIS 3.3; LCLP (Land Clasification and Landuse Planning); dan MS Office (Program Solver pada Excel, dan Word).

7. Global Possitioning System (GPS), untuk penentuan titik-titik koordinat geografis sampel di lapangan.

8. Soil test kit dan peralatan lainnya untuk survey tanah.

9. Kamera digital, untuk pengambilan dokumentasi di lapangan.

10. Bor tanah, untuk pengambilan sampel tanah.

11. Abney level, untuk mengukur lereng di lapangan

12. Alat tulis menulis. b. Tahapan Penelitian :

- Tahap Persiapan

- Tahap Pelaksanaan Lapangan - Tahap Pengolahan Data

IV. Hasil dan Pembahasan

4.1 Perubahan Penggunaan lahan

(5)

Tabel 1 luasan penggunaan lahan DAS Sumani tahun 2000, 2006 dan 2011 serta perubahannya.

2000 2006 2011 2000– 2006 2006 - 2011 2000 - 2011 Penggunaan lahan

Ha Ha Ha Ha % Ha % Ha %

Hutan Primer 8603.1 8595.03 8405.08 -8.07 -0.09 -189.95 -2.21 -198.02 -2.36

Hutan Skunder 8049.46 7857.53 7322.48 -191.93 -2.38 -535.05 -6.81 -726.98 -9.93

Perkebunan 4612.6 4612.6 4612.6 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Pemukiman 3404 3504 3652 100.00 2.94 148.00 4.22 248.00 6.79

Pertanian lahan kering 6334 6334 6843 0.00 0.00 509.00 8.04 509.00 7.44

Pertanian lahan kering campur semak

9758 9858 9891 100.00 1.02 33.00 0.33 133.00 1.34

Sawah 10364 10364 10349 0.00 0.00 -15.00 -0.14 -15.00 -0.14

Semak belukar 320 320 370 0.00 0.00 50.00 15.63 50.00 13.51

Tubuh air 175 175 175 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Luas Total 51620.16 51620.16 51620.16

Keterangan

% perubahan 2000 – 2006 = (luas 2006 –

2000)/luas 2000 X 100 %

% perubahan 2006 – 2011 = (luas 2011 –

2006)/luas 2006 X 100 %

% perubahan 2011 – 2000 = (luas 2011 –

2000)/luas 2000 X 100 %

Penggunaan lahan yang juga terus mengalami peningkatan adalah pada periode 2000-2011 adalah pertanian lahan kering sebesar 401,30 ha (0,33%), semak belukar sebesar 347 ha (5,30%) dan pemukiman sebesar 56,92 Ha (2,58). Peubahan penggunaan lahan tersebut diduga akan berpengaruh terhadap volume aliran permukaan (run off) di wilayah DAS Sumani dan sekitarnya.

Penggunaan lahan yang mengalami pengurangan luas paling besar sejak periode 2000 hingga 2011 adalah penggunaan lahan hutan primer

263, 34 ha (3,16%), pertanian lahan kering campur semak 77,09 (1,36%) dan sawah 15,09 ha (0,15%). Pengurangan luas penggunaan lahan hutan tersebut diperkirakan akan berpengaruh terhadap kondisi hidrologis DAS. Berdasarkan analisis spatial dapat diketahui bahwa pengurangan luas hutan tersebut diakibatkan oleh konversi lahan hutan menjadi penggunaan lahan lain, yaitu pemukiman, semak belukar, dan pertnaian lahan kering.

4.2.

Erosi

4.2.1. Laju Erosi aktual

Perkiraan erosi aktual rata-rata yang terjadi di DAS Sumani pada tahun 2011 rata-ratanya adalah 35,65 ton/ha/tahun atau 14.331,64 ton/tahun. Laju Erosi tersebut lebih besar dari pada laju erosi yang diperbolehkan yaitu sebesar 16,65/ton/ha/tahun atau 6.233,01 ton/tahun. Dari hasil perhitungan laju erosi actual pada masing-masing unit lahan, terdapat 66 unit lahan yang laju erosinya diatas laju erosi yang diperbolehkan (Edp). Sebagian besar unit lahan yang laju erosinya diatas Edp adalah unit lahan untuk penggunaan pertanian lahan kering bersemak, 25 unit lahan, pertanian lahan kering 17 unit lahan, perkebunan 10 unit lahan, hutan skunder 9 unit lahan dan hutan primer 5 unit lahan.

(6)

pada wilayah curah hujan tinggi serta lereng yang agak curam, maka satuan lahan ini memberikan kontribusi erosi yang paling besar.

4.2.2. Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Klasifikasi tingkat bahaya erosi (TBE) merupakan klasifikasi besarnya laju erosi aktual atau kehilangan tanah maksimum dengan faktor kedalaman solum tanah pada setiap unit lahan apabila teknik pengelolaan tanaman dan konservasi tanah tidak mengalami perubahan. Pada dasarnya jumlah laju erosi aktual atau kehilangan tanah maksimum ini harus lebih kecil atau sama dengan proses pembentukan tanah, sehingga produktivitas lahan tetap berkelanjutan.

Nilai laju erosi aktual dalam penelitian ini merupakan nilai erosi aktual (A) yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan persamaan USLE, sedangkan data solum tanah diperoleh dari hasil pengamatan profil tanah di lapangan.

Kelas TBE di DAS Sumani secara umum tergolong sangat rendah hingga sangat berat. Namun apabila dilihat dari luasan DAS, maka kelas TBE di DAS Sumani terdiri dari sangat ringan yaitu 16.287,34 ha (31,46 %), ringan yaitu 9.285,43 ha (17,93 %), sedang yaitu 1.876,73 ha (3,62 %), berat 24.101,14 ha (46,55 %) dan sangat berat 225,41 ha (0,44 %).

5. Modifikasi Tata Guna Lahan

untuk Memperkecil Erosi

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan modifikasi tata guna lahan adalah arahan untuk perubahan penggunaan lahan saat ini dengan mempertimbangkan kemampuan/potensi lahan, kesesuaian penggunaan lahan aktual, pengelolaan tanaman dan teknik konservasi tanah standar, tingkat bahaya erosi, indeks bahaya erosi, dan potensi air. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut diperkirakan akan diperoleh suatu penggunaan lahan yang

mampu mengendalikan atau

meminimalkan laju erosi sehingga laju erosinya bisa di bawah laju erosi yang di diperbolehkan (Edp) dan mampu meningkatkan produktifitas lahan yang berkelanjutan. Arahan penggunaan lahan dengan mempertimbangkan nilai C standar, diharapkan memperoleh jenis penggunaan lahan dengan laju erosi yang setara atau tidak melebihi laju erosi yang diperbolehkan. Selain menggunakan nilai C standar, untuk mendapatkan jenis konservasi tanah ideal maka dihitung indeks konservasi tanah standar (P).

(7)

Sumani disajikan pada tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Arahan Modifikasi penggunaan lahan di DAS Sumani

Luas

Modifikasi

penggunaan Luas Luas Selisih

No

Penggunaan

lahan actual (Ha) Lahan Ha ha Ha

1 Hutan Primer 8,795.03 Hutan Primer 8,795.03 8,795.03 0.00

2

Hutan

Skunder 7858.09 Hutan Skunder

7858.09 8,913.22

1,055.13

3 Perkebunan 4612.6 - perkebunan 3557.47 3,557.47 -1,055.13

- hutan skunder 1055.13

4 Pemukiman 3,404.59 Pemukiman 3,404.59 3,404.59 0.00

5

7 Sawah 10,364.97 Sawah 10,364.97 10,364.97 0.00

8

9 Tubuh air 175.82 Tubuh air 175.82 175.82 0.00

10 Agoroforestry 0 0 0 10,078.08 10,078.08

Luas Total 51,620,16 51,620,16 51,620,16

Untuk mengendalikan atau meminimalkan laju erosi secara umum, modifikasi tata guna lahan lebih ditekankan pada konversi lahan yang tidak mempunyai kayu-kayuan (pertanian lahan kering/ladang dan semak belukar) menjadi hutan dan agroforestry. Pola penggunaan lahan yang sebelumnya berupa pertanian lahan kering atau ladang diarahkan menjadi pola penggunaan lahan agroforestry. Pola agroforestry memiliki beberapa keunggulan (ICRAF, 2003), yaitu:

1. Agroforestry merupakan sistem yang menggabungkan pola tanaman pertanian dan kehutanan, sehingga secara ekonomi mampu memberikan keuntungan ganda yaitu dari tanaman pertanian dan tanaman kehutanan. 2. Pola tanam dalam agroforestry yaitu

kombinasi tanaman kayu-kayuan dan

tanaman semusim mampu

membentuk struktur tajuk yang berlapis-lapis sepanjang tahun, sehingga mampu mengurangi energi kinetik air hujan yang akan menghancurkan tanah sebagai bahan tererosi.

3. Tanaman kayu-kayuan dalam agroforestry juga mampu untuk mengurangi erosi dengan cara memperbesar infiltrasi dan memperkecil limpasan. Selain itu juga perakaran tanaman berkayu mampu memperbesar porositas tanah, serta serasahnya mampu menambah kandungan bahan organik tanah, sehingga tanah menjadi subur.

Selain agroforestry, dengan arahan penggunaan lahan tersebut berarti adanya tambahan berupa hutan seluas 1.055,33 ha yang diharapakan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. Konversi menjadi hutan ini karena penggunaan lahan sebelumnya berupa semak belukar dan kebun campuran yang berada di dalam kawasan hutan suaka alam dan hutan lindung.

(8)

terserap di dalam serasah, humus dan perlahan-lahan akan dilepas lagi selama serasah dan humus tersebut mengandung air di atas titik jenuh, sehingga air yang terserap dalam serasah merupakan simpanan air yang tersedia lama setelah hujan jatuh. Dengan demikian, walaupun hutan mengurangi jumlah total air tersedia, tetapi hutan akan mendistribusikan air tersebut sepanjang tahun, sehingga banjir dalam musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau dapat dihindari. (Dephut, 1991).

Pada lahan dengan kelerengan yang curam hingga sangat curam dengan indeks bahaya erosi tinggi, penanaman dilakukan dengan teknik konservasi tanah dan air (P) yaitu pembuatan teras bangku dan penanaman menurut kontur untuk mengendalikan laju erosi. Tujuan dari praktek konservasi tanah dan air ini adalah untuk mencegah terjadinya erosi agar produktifitas tanah dapat dipertahankan, upaya-upaya tersebut dapat ditempuh meliputi memperdek lereng, menurunkan volume dan kecepatan aliran permukaan.

Berdasarkan arahan modifikasi tataguna lahan tersebut, maka prediksi erosi aktual dapat dihitung kembali dengan mempertimbangkan nilai C dan P hasil modifikasi tataguna lahan, seperti disajikan pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Prediksi upaya penekanan erosi dengan modifikasi tata guna lahan di DAS Sumani dengan metode USLE

No Modifikasi Penggunaan

Lahan ton/ha/tahun ton/Tahun 1 Erosi yang di perbolehkan

(Edp)

16.65 6,223.01 2 Sebelum, dilakukan

modifikasi

35.64

14,336,40 3 modifikasi hanya dengan

melakukan tindakan konservasi tanah (P)

13.35 5,209.12

4 modifikasi hanya dengan melakukan tindakan modifikasi pengelolaan lahan/tanaman ( C )

6.53 2,911.45

5 modifikasi hanya dengan melakukan

mengkombinasikan tindakan modifikasi pengelolaan lahan/tanaman ( C ) dan konservasi tanah (P)

3.30 1,393.39

Dari hasil prediksi erosi dengan modifikasi tataguna lahan sebagaimana pada tabel 3 diatas, dimana dengan melakukan modifikasi terhadap tata guna lahan yang lebih baik akan menekan laju erosi menjadi laju erosinya dibawah laju erosi yang diperbolehkan yaitu sebesar 16,65 ton/ha/tahun atau 6.223,01 ton/tahun, sementara dengan kondisi actual saat berdasarkan prediksi dengan metode USLE sebesar 35, 64 ton/ha/tahun atau sebesar 14.336, 40 ton/ha/tahun atau lebih besar dengan erosi yang diperbolehkan pertahunnya.

(9)

lahan terpilih tanpa melakukan modifikasi pengelolalaan lahan/tanaman (C) dapat memperkecil erosinya menjadi rata-rata 13,35 ton/ha/tahun atau 5.209, 12 ton/tahun. Faktor konservasi tanah (P) merupakan perlakukan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk emngurangi aliran permukaan dan erosi. Berdasarkan pengamatan Sembiring et al (1989), lahan yang di teras bangku tetapi tidak dikelola dengan baik akan memberikan erosi yang lebih tinggi daripada lahan yang di teras gulud yang dikelola dan di desain dengan baik. Semakin kecil nilai P, menunjukan semakin baik kualitas dari usaha konservasi yang dilakukan.

.

Kegiatan hanya melakukan modifikasi pengelolalan lahan/tanaman tanpa merubah faktor konservasi tanah saja pada unit-unit lahan terpilih dapat memperkecil erosinya menjadi rata-rata 6,53 ton/ha/tahun atau 2.911,45 ton/tahun. Untuk penggunaan lahan pemukiman dan pekarangan, serta sawah irigasi tidak berubah karena hal ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat yang sebagian besar menggantungkan diri dari sawah, dan Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar dan Kota Solok merupakan daerah-daerah lumbung padi di Sumatera Barat, namun diusahakan tidak ada penambahan sawah baru.

6. Besarnya erosi pada DAS Sumani yang mengalir ke Danau Singkarak

Besarnya erosi atau sedimen yang mengalir ke Danau Singkarak dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. Pengamatan erosi pada DAS Sumani

Dengan dilakukannya modifikasi tataguna lahan di DAS Sumani sehingga jumlah erosinya masih dibawah erosi yang diperbolehkan, maka kualitas airnya menjadi baik, bersih dan jernih, yang akhirnya muara sungai Sumani dapat menjadi tempat pemijahan ikan bilih, sehingga keberadaan ikan bilih dapat terhindar dari kepunahahan.

7. Dampak Erosi Pada DAS Sumani

Dampak erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak sangat besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang terbawa bersama sedimen menimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar dalam kehidupan. antara lain:

a. Pelumpuran dan pendangkalan waduk b. Tertimbunnya lahan pertanian dan

bangunan

c. Memburuknya kualitas air, dan d. Kerugian ekosistem perairan

(10)

Hasil pengambilan sampel di lokasi penelitian, diperkirakan laju erosi di DAS Sumani mencapai 31,20 ton/ha/tahun, dimana laju erosi tersebut sangat tinggi akan mengancam keberlangsungan kehidupan ikan bilih dan bisa berpontensi menyebabkan kepunahan populasi ikan bilih di Danau Singkarak, akibatnya akan berpengaruh terhadap tingkat perekonomian masyarakat sekitar danau Singkarak, dimana terdapat 1.135 kepala keluarga berprofesi sebagai nelayan yang sebagian besar pendapatannya bergantung pada ikan bilih hasil tangkapannya (Syandri, 2008).

IV. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. hasil analisis citra penutupan lahan,

perubahan penggunaan lahan dari tahun 2000 sampai dengan 2011 terus mengalami peningkatan. Penggunaan lahan yang mengalami pengurangan luas paling besar adalah penggunaan lahan hutan skunder sebesar 726 ha, hutan primer 198,02 ha (2,36% dan ) sawah yaitu sebesar 15 ha (0,14). Sedangkan penggunaan lahan yang bertambah luas adalah pertanian lahan kering seluas 509,00 ha (7,44%), pemukiman 248 ha (6,79%), pertanian lahan kering campur semak 133 ha (1,34%) dan semak belukar sebesar 50 ha (13,51%). Perubahan penggunaan lahan tersebut diperkirakan akan berpengaruh terhadap volume aliran

permukaan (run off) dan kondisi hidrologis DAS Sumani.

2. Dari hasil perhitungan laju erosi dengan menggunakan metode USLE, prediksi laju erosi mengalami peningkatan mulai dari tahun 2000, 2006 dan 2011. Laju erosi pada tahun 2011 mencapai 35,65 ton/ha/tahun. Angka tersebut lebih besar dari angka erosi yang diperbolehkan (Edp) yaitu 16,65 ton/ha/tahun.

3. Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran sampel yang dilakukan pada tahun 2012, erosi sedimentasi rata-rata di DAS Sumani mencapai 31,20 ton/ha/tahun.

4. Untuk memperkecil laju erosi tersebut perlu dilakukan modifikasi penggunaan lahan di DAS Sumani dengan hasil prediksi laju erosi sebagai berikut :

• Modifikasi hanya merubah konservasi tanah (faktor P) tanpa merubah pengelolaan tanaman (faktor C), laju erosinya sebesar 13,35 ton/ha/tahun

• Modifikasi hanya merubah pengelolaan (faktor C) tanpa merubah konservasi tanah (faktor P), laju erosinya sebesar 6,53 ton/ha/tahun.

• Modifikasi denagan kombinasi merubah pengelolaan (faktor C) dan konservasi tanah (faktor P), laju erosinya sebesar 3,30 ton/ha/tahun

(11)

kurang baik, terlihat dari air sungai Sumani yang keruh dan berwarna kecoklatan, sehingga di muara Sungai Sumani bukan merupakan tempat pemijahan ikan bilih yang cocok. 6. Untuk mengendalikan erosi, maka

arahan penggunaan lahannya dengan tetap mempertahankan hutan primer dan hutan skunder dan membangun hutan baru dalam bentuk agroforestry

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air, IPB Press, Bogor.

Berd, I. 2008. Rekayasa Biofisik DAS untuk Mitigasi Banjir, Longsor dan Kekeringan Guna Kelestarian Sumberdaya Air Berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Ilmu Teknik Tanah dan Air. Universitas Andalas. Padang.

BPDAS Agam Kuantan. 2011. Rencana Pengelolaan DAS Antokan Terpadu. Balai Pengelolaan DAS Agam Kuantan. Padang

Farida dan Meinar. 2004. Analisa Debit Sungai Akibat Alih Guna Lahan dan Aplikasi Model Genriver pada DAS Wai Besai, Sumberjaya. Jurnal Agrivita Vol. 26 No 1. Maret 2004. Hal 39-47. ISSN : 0216-0537

Menteri Kehutanan RI. 2005. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

36/Menhut-V/2005 tentang Kreteria Penetapan Urutan DAS Prioritas, Departemen Kehutanan RI. Jakarta

Syandri, H.2008. Ancaman Terhadap Plasma Nuftah Ikan Bilih (Mytacoleucus padangensis Blkr) dan Upaya Pelestariannya di Danau Singkarak. Pidato Upacara Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta. UBH. Padang

Kodoatie, R dan Syarif R. 2010. Tata Ruang Air. PT Andi Yogyakarta

Gambar

Tabel 1 luasan penggunaan lahan
Tabel 2.  Arahan Modifikasi penggunaan
Tabel 3.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil observasi pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa ada 8 atau 32% siswa apat menunjukan pengidentifikasian dan pemeriksaan hubungan antar fakta yang sesuai dengan

Hasil analisis data menunjukan bahwa program wajar dikdas dilihat dari dimensi konteks mempunyai kesiapan yang tinggi dengan tingkat keterpenuhan/kesesuaian diatas 80% baik

” setelah Kepala Sekolah melakukan supervisi pelaksanaan pembelajaran dengan masuk kelas, guru dipanggil ke ruang Kepala Sekolah untuk menyampaikan hasil supervisi, kemudian guru

Penelitian bersifat kualitatif, dengan pendekatan studi kasus ( case study ). Hasil penelitian ditemukan sebagai berikut : 1) Perencanaan, (a) dalam melakukan supervisi

Hubungan kerjasama China dengan Pakistan, Bangladesh dan Sri Lanka dalam strategi Peaceful Development yang pada kenyataannya ketiga negara

Sebagai sebuah teori, tugas utama analisis gender adalah memberi makna, konsepsi, asumsi, ideologi, dan praktik hubungan antara laki-laki dengan perempuan serta implikasinya

Tujuan penelitian dalam perancangan komunikasi visual ini adalah bagaimana membuat animasi pendek yang terinspirasi dari cerita tradisi jepang yaitu Ubasuteyama

Meningkatkan pengungkapan dan pemanfaatan wilayah keprospekan serta status potensi sumber daya mineral, panas bumi dan energi fosil untuk percepatan investasi