KABUPATEN LANGKAT
OLEH:
MUHAMMAD IQBAL 110100127
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KABUPATEN LANGKAT
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
OLEH:
MUHAMMAD IQBAL 110100127
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG FAKTOR
RISIKO SERTA PENANGANAN AWAL DIARE AKUT PADA ANAK DI KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT
Nama : Muhammad Iqbal NIM : 110100127
Pembimbing, Penguji I,
(dr. Emil Azlin Sp.A(K)) (Dr. dr. Oke Rina Sp. A) NIP:196609272000121002 NIP: 19740201 200501 2 001
Penguji II,
(dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med.Ed) NIP: 19630523 1992032 001
Medan, Januari 2015 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Setiap tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000 anak dibawah 5 tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak dan menjadi penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang faktor risiko serta penanganan awal diare akut pada anak di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Jumlah subjek pada penelitian ini yaitu 376 orang subjek. Subjek pada penelitian ini terdiri dari ibu rumah tangga di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat dan memiliki anak yang bermumur lebih dari 2 bulan dan kurang dari 18 tahun.
Pada penelitian ini ditemukan tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang faktor risiko dan penanganan awal diare akut pada anak sebanyak 190 orang (50,5%) dalam katagori sedang.
Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa responden kurang mengetahui hubungan tidak lengkapnya imunisasi sebagai faktor risiko terjadinya diare. Selain itu, yang menjadi permasalahan adalah responden kurang mengetahui indikasi pemberian obat antidiare pada konsep penanganan awal diare akut.
ABSTRACT
Every year there are about 1.7 billion cases of diarrhea with mortality 760,000 children under 5 years old. In developing countries, children aged under 3 years average experienced 3 episodes of diarrhea per year. Each episode of diarrhea will cause loss of nutrients needed to grow, therefore diarrhea is a major cause of malnutrition in children and become the second leading cause of death in children under 5 years old.
The research design used was descriptive research with cross sectional design to find out the mother's level of knowledge about risk factors and treatment of early acute diarrhea in children in district of Langkat Regency Tanjung Pura. The number of subjects in this study were 376 person.The subject of this research consisted of housewives in Langkat Regency Tanjung Pura District who had children over 2 months years old and less than 18 years old.
Tthis study found the level of knowledge of mothers about risk factors and initial treatment of acute diarrhea in children as much as 190 people ( 50.5%) in the moderate categories.
The results in this study suggest that respondents were less aware about the relationshipof incomplete immunization as a risk factor for acute diarrhea. In addition, the problem is the respondents have lack of knowledge about the indications of Antidiarrheal in the concept of initial treatment on acute diarrhea.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan kemudahan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Faktor Risiko serta Penanganan Awal Diare Akut Pada Anak Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat“. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat strata 1 kedokteran umum di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar, meningkatkan ilmu pengetahuan dan keahlian.
2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan keahlian.
3. dr. Emil Azlin Sp. A (K) selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan dan dengan sabar membantu pelaksanaan penelitian ini.
4. Dr. dr. Oke Rina Sp. A dan dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med.Ed selaku dosen penguji yang selalu memberi saran, kritik, dan masukan yang baik guna menyempurnakan proposal ini.
6. Kepada Rizky Indah Soraya’ yang selalu memberi dukungan semangat, tenaga, dan perhatian lebih kepada saya dalam menyelesaikan penelitian ini.
7. Teman satu kelompok yaitu Muhammad Hendy yang selalu memberikan semangat dan masukan kepada penulis dalam menyempurnakan karya tulis ini.
8. Kepada sahabat penulis yaitu Muhammad Ikhsan Chaniago yang selalu memberikan motivasi, semangat dan masukan dalam penulisan karya tulis ini.
9. Teman-teman Team KTI (Mukhamad Faried, Tesar Akbar Nugraha, M. Gusti Haryandi, M. Dana Arwanda, Alvin Rinaldi Rambe, M. Catur Fariadhy, Fakhri Amin Nasution, Ikrar Rananta, dan Muhammad Ihsan Nasution) seperjuangan dalam pembuatan karya tulis ilmiah segenap angkatan 2011.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini banyak kekurangan, mengharapkan saran serta kritik demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, amin.
Medan, 8 Desember 2014
2.1.7.2. Pemeriksaan Fisik ... 9
2.1.7.3. Pemeriksaan Laboratorium ... 10
2.1.8. Penentuan Derajat Dehidrasi dan Tatalaksana ... 12
2.1.8.1. Penentuan Derajat Dehidrasi ... 12
2.1.8.2. Tatalaksana ... 13
2.1.9. Pencegahan Diare ... 17
2.1.10. Komplikasi ... 21
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI PERASIONAL ... 24
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 24
3.2.Definisi Operasional... 24
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 27
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 32
5.1.3. Hasil Data Penelitian ... 34
5.1.3.1. Tingkat Pengetahuan ... 34
5.2. Pembahasan ... 39
5.2.2. Tingkat Pengetahuan ... 39
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 43
6.1. Kesimpulan ... 43
6.2. Saran ... 43
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi Diare 8
Tabel 2.2. Penentuan Derajat Dehidrasi Menurut MMWR 2003 12 Tabel 2.3. Penentuan Derajat Dehidrasi Menurut WHO 1995 13 Tabel 2.4. Komposisi Oralit Baru 15 Tabel 5.5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 32 Tabel 5.6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan 32
Pendidikan Terakhir
Tabel 5.7. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Suku 33 Tabel 5.8. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan 34
Pekerjaan
Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan
Responden Tiap Pertanyaan Pengetahuan Mengenai 35 Diare Akut, Faktor Risiko Diare, dan Penanganan Awal Diare Akut
Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan IbuTentang 36 Faktor Risiko Serta Penanganan Awal Diare Akut
Pada Anak
Tentang Faktor Risiko Diare Akut
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Algoritma PencapaianPasien dengan Diare Akut 11 Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian 24 Gambar 5.3. Peta Kecamatan Tanjung Pura 31
DAFTAR SINGKATAN
AAP : American Association of Pediatric ASI : Air Susu Ibu
BAB : Buang Air Besar BB : Berat Badan
BPS : Badan Pusat Statistik CFR : Case Fatality Rate
EHEC : Enterohemorrhagic Eschericia coli EIEC : Enteroinvasive Eschericia coli ETEC : Enterotoxigenic Escherechia coli
Gr : Gram
HIV : Human Immunodeficiency Virus I.V. : Intravena
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia IR : Incidence Rate
K : Kalium
KCl : Kalium Klorida
KemenKes : Kementrian Kesehatan
Kg : Kilogram
KLB : Kejadian Luar Biasa mEq : Mili Equivalent
mg : Milligram
ml : Mililiter
MMWR : Morbidity and Mortality Weekly Report
Na : Natrium
RI : Republik Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 : Lembar Penjelasan dan Persetujuan Penelitian Lampiran 3 : Kuesioner
Lampiran 4 : Surat Izin Survei Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian
ABSTRAK
Setiap tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000 anak dibawah 5 tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak dan menjadi penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang faktor risiko serta penanganan awal diare akut pada anak di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Jumlah subjek pada penelitian ini yaitu 376 orang subjek. Subjek pada penelitian ini terdiri dari ibu rumah tangga di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat dan memiliki anak yang bermumur lebih dari 2 bulan dan kurang dari 18 tahun.
Pada penelitian ini ditemukan tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang faktor risiko dan penanganan awal diare akut pada anak sebanyak 190 orang (50,5%) dalam katagori sedang.
Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa responden kurang mengetahui hubungan tidak lengkapnya imunisasi sebagai faktor risiko terjadinya diare. Selain itu, yang menjadi permasalahan adalah responden kurang mengetahui indikasi pemberian obat antidiare pada konsep penanganan awal diare akut.
ABSTRACT
Every year there are about 1.7 billion cases of diarrhea with mortality 760,000 children under 5 years old. In developing countries, children aged under 3 years average experienced 3 episodes of diarrhea per year. Each episode of diarrhea will cause loss of nutrients needed to grow, therefore diarrhea is a major cause of malnutrition in children and become the second leading cause of death in children under 5 years old.
The research design used was descriptive research with cross sectional design to find out the mother's level of knowledge about risk factors and treatment of early acute diarrhea in children in district of Langkat Regency Tanjung Pura. The number of subjects in this study were 376 person.The subject of this research consisted of housewives in Langkat Regency Tanjung Pura District who had children over 2 months years old and less than 18 years old.
Tthis study found the level of knowledge of mothers about risk factors and initial treatment of acute diarrhea in children as much as 190 people ( 50.5%) in the moderate categories.
The results in this study suggest that respondents were less aware about the relationshipof incomplete immunization as a risk factor for acute diarrhea. In addition, the problem is the respondents have lack of knowledge about the indications of Antidiarrheal in the concept of initial treatment on acute diarrhea.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000 anak dibawah 5 tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak dan menjadi penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun (WHO, 2013).
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB (Kejadian Luar Biasa) yang sering disertai dengan kematian. KLB diare terjadi di 15 provinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara masing-masing sebanyak 292, 274 dan 241 penderita. Hal ini terjadi pada umumnya karena penderita terlambat memperoleh pertolongan, antara lain akibat letak geografis yang sulit dan biasanya jauh dari sarana pelayanan kesehatan. Penanganan diare sesuai standar di fasilitas kesehatan pada tahun 2012 sebesar 36,6% dengan capaian tertinggi di Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur yang masing-masing sebesar 100% (Kemenkes RI, 2012).
Dari data Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2012, dari 559.011 perkiraan kasus diare yang ditemukan dan ditangani adalah sebanyak 216.175 atau 38,67%, sehingga angka kesakitan (IR) diare per 1.000 penduduk mencapai 16,36%. Capaian ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%. Pencapaian IR ini jauh di bawah target program yaitu 220 per 1.000 penduduk. Rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata (underreporting cases)(Kemenkes RI, 2012).
Menurut Purbasari (2009); Assidiqi (2010); dan Purwanti (2013); tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit dan cara penanganan awal diare akut pada balita masih didominasi dengan tingkat pengetahuan yang cukup bahkan kurang. Dan berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa masih banyak ibu di Indonesia yang berpengetahuan rendah sehingga hal inilah yang mungkin dapat menyebabkan banyaknya kasus diare yang tidak terdata atau underreporting cases.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
Bagaimana tingkat pengetahuan ibu terhadap faktor risiko serta penanganan awal diare akut pada anak di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat tahun 2014?
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui gambaran karakteristik usia, pekerjaan dan tingkat pendidikan ibu yang memiliki anak dengan riwayat diare di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.
2. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang diare akut pada anak. 3. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang beberapa faktor risiko
yang dapat menyebabkan kejadian diare meliputi anak-anak, malnutrisi, pemberian ASI eksklusif yang singkat,defisiensi imunitas, serta keadaan lingkungan yang buruk.
4. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan awal yang dilakukan terhadap kejadian diare akut pada anak yang berdasarkan dengan prinsip lima langkah tuntas diare (Lintas Diare).
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : a. Sebagai pengalaman dan tambahan pengetahuan bagi peneliti.
b. Dapat menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat untuk evaluasi dalam promosi kesehatan mengenai diare pada masyarakat. c. Dapat membuat masyarakat khususnya para ibu agar meningkatkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Diare 2.1.1. Definisi
World Gastroenterology Organization Global Guidelines
2012mendefinisikan diare akut adalah sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, dan berlangsungnya kurang dari 14 hari(WGO, 2012).
Diare akut pada anak adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Akan tetapi, terkadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair, keadaan seperti ini sudah dapat disebut diare (Subagyo dan Santoso, 2012).
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar, biasanya berhubungan dengan peningkatan kandungan air dalam feses. Untuk bayi dan anak-anak jumlah feses yang dikeluarkan >10g/kgBB/24 jam, atau lebih dari batas pada orang dewasa yaitu 200g/24 jam (Sreedharan dan Liacouras, 2011).
2.1.2. Epidemiologi
(5,5%) dan tinggal di daerah pedesaan (5,3%) (KemenKes RI, 2013). Di Langkat (2013), didapati sekitar 15.247 kasus anak yang terjangkit penyakit diare, yang terdiri dari 2.186 kasus anak<1 tahun, 4.771 kasus anak pada rentang umur 1-4 tahun dan 8.290 kasus pada umur >5 tahun (DinKes Kab. Langkat, 2014 ).
Pada tahun 2009, tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam penanganan awal diare pada balita di puskesmas Kecamatan Ciputat, Tanggerang selatan, Banten, adalah 6 % berpengetahuan baik, 48% berpengetahuan cukup, dan 46% berpengetahuan kurang (Purbasari, 2009). Kemudian pada tahun 2010, tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan diare pada balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, adalah 10.1% dengan pengetahuan baik, 66.7% dengan pengetahuan sedang, dan 23.2% berpengetahuan kurang (Assidiqi, 2010). Pada tahun 2013, tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit diare pada balita di Desa Nglebak Tawangmangu Karanganyar, adalah 8.3% berpengetahuan baik, 69.4% berpengetahuan cukup, dan 22.3% berpengetahuan kurang (Purwanti, 2013).
2.1.3. Etiologi
Secara keseluruhan penyebab diare dibagi dalam dua kelompok yaitu diare infeksius dan diare non infeksius. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe dasar diare akut oleh karena infeksi adalah non inflamatori dan inflamatori. Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2012, etiologi diare akut dibagi atas tiga penyebab:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas
2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus 3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum,
Penyebab diare non infeksius
Yang menjadi penyebab diare non infeksius adalah kesukaran makan, cacat anatomis, malabsorbsi, endokrinopati, keracunan makanan, neoplasma, dan lainnya (Subagyo dan Santoso, 2012).
2.1.4. Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya diare adalah kontaminasi lingkungan dan meningkatnya paparan terhadap enteropatogen. Faktor risiko lainnya yaitu anak-anak, defisiensi imunitas, measles, malnutrisi, dan pemberian ASI eksklusif yang singkatserta tidak memadainya penyedian air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik (Subagyo dan Santoso, 2012).
Mortalitas dan morbiditas terjadinya infeksi dari patogen yang menyerang saluran pencernaan terbanyak terjadi pada anak berumur < 5 tahun. Risiko terjadinya diare meningkat secara drastis ketika anak mulai bisa memakan makanan yang padat. Pada bayi dan anak-anak kejadian paling sering diare disebabkan oleh infeksi dari rotavirus, sementara anak yang umurnya lebih tua dan dewasa sering terkena infeksi dari norovirus pada kejadian diare (Calderwood, 2011).
Risiko terjadinya diare akut lebih tinggi dengan malnutrisi mikronutrien, pada anak dengan defisiensi vitamin A, risiko menderita diare, measles, dan malaria meningkat sekitar 20-24%. Defisiensi Zinc juga sebagai faktor risiko terjadinya diare, pneumonia, dan malaria sekitar 13-21%. Frekuensi terjadinya diare akut akibat dari pemberian nutrisi yang inadekuat yang menyebabkan diare yang persisten, malnutrisi energy protein, dan infeksi sekunder (Bhutta, 2011).
kejadian diare. Sebuah studi yang dilakukan di Indonesia khususnya pada masyarakat dengan sosioekonomi rendah pada tahun 2013 menunjukan adanya hubungan higienitas makanan yang buruk yang disajikan oleh ibu kepada anaknya menyebabkan terjadinya diare pada anak < 2 tahun (Agustina et al, 2013).
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada anak mempunyai hubungan dengan angka kejadian diare akut. Dari penelitian di dapatkan hasil bahwa pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare akut pada bayi usia 0-1 tahun lebih banyak kejadian diare pada bayi yang tidak diberi ASI eksklusif daripada yang diberi ASI eksklusif (Rahmadhani, Lubis, dan Edison, 2013). Pemberian nutrisi yang baik serta pemberian ASI memberikan proteksi terhadap diare yang disebabkan rotavirus dan diare non rotavirus (Salim, Karyana, Sanjaya-Putra, Budiarsa, Soenarto, 2014).
Mikronutrien berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu, mikronutrien juga sebagai faktor protektif pada berbagai penyakit. Faktor risiko diare cenderung tinggi disebabkan oleh defisiensi mikronutrien. Adapun mikronutrien seperti zinc, vitamin A, dan asam folat merupakan mikronutrien yang berperan penting dalam terjadinya diare akut pada anak (Manger et al, 2011).
2.1.5. Klasifikasi Diare
Ditinjau dari Klasifikasi diare
Lama waktu diare Diare akut Diare kronik Mekanisme patofisiologis Diare osmotik Diare sekretorik Berat ringan Diare kecil Diare besar Penyebab infeksi Diare infektif Diare non-infektif Penyebab organik atau
tidak Diare organik Diare fungsional Tabel 2.1. Klasifikasi diare (Simadibrata, 2009)
2.1.6. Manifestasi Klinis
Gastroenteritis dapat timbul bersamaan dengan gejala sistemik seperti demam, letargi, dan nyeri abdomen. Diare akibat virus memiliki karakteristik diare cair (watery stool), tanpa disertai lendir ataupun darah. Dapat disertai gejala muntah dan dehidrasi yang tampak jelas. Bila ada demam, umumnya ringan (Hegar dan Juffrie,2014).
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2012).
2.1.7. Penegakan Diagnosis 2.1.7.1. Anamnesis
Jawaban dari beberapa pertanyaan dapat secara cepat mempersempit cakupan dari penyebab diare dan membantu kita menentukan penanganan yang kita butuhkan, beberapa pertanyaan yang penting yang harus kita tanyakan kepada pasien akan ditunjukkan pada diagram dibawah (Calderwood, 2011).
2.1.7.2. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda dari pasien pada pemeriksaan fisik yang menunjukkan tanda-tanda dehidrasi merupakan informasi yang sangat kita butuhkan tentang keparahan dari penyakit diare dan untuk kebutuhan terapi secara cepat. Dehidrasi ringan ditunjukkan dengan adanya haus, mulut kering, penurunan produksi keringat, penurunan pengeluaran urin, dan sedikit kehilangan berat badan. Tanda dari dehidrasi sedang yaitu turunnya tekanan darah ortostatik, menurunnya tekanan turgor pada kulit, dan mata cekung( atau pada bayi cekungnya ubun-ubun). Tanda tanda dari dehidrasi yang berat mencakup dari jatuhnya tekanan darah (hipotensi) dan takikardi sampai terjadinya kebingungan dan syok (Calderwood, 2011).
membran mukus mengindikasikan adanya dehidrasi. Dehidrasi ini meupakan faktor penyebab terbesar dari morbiditas dan mortalitas pada penyakit diare akut , khususnya bayi dan pada usia lanjut (Trier, 2012).
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam menentukan beratnya diare pada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh, dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang perting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan ada atau tidaknya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan petunjuk bagi penentuan etiologi (Simadibrata, 2009).
2.1.7.3. Pemeriksaan Laboratorium
Diare akut
Infeksius Non infeksius
Demam lebih dari
Follow up dalam 48-72 jam
Pertimbangan
Gambar 2.1. Algoritma diatas menunjukkan apa yang
2.1.8. Penentuan Derajat Dehidrasi dan Tatalaksana 2.1.8.1. Penentuan Derajat Dehidrasi
Simptom Minimal atau tanpa dehidrasi kehilangan BB > 9 %
Kesadaran Baik Normal, lelah, gelisah, irritable
Pernapasan Normal Normal – cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung Air mata Ada Berkurang Tidak ada Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering Cubitan kulit Segera kembali Kembali <2 detik Kembali >2 detik Capillary refill
time
Normal Memanjang Memanjang, minimal
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin, mottled, sianotik
Kencing Normal Berkurang Minimal
Penilaian A B C
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Kering
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering Rasa haus Minum biasa
tidak haus
Haus, ingin minum banyak
Malas minum atau tidak bisa minum Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
lambat Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi
ringan / sedang
Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B
Rencana Terapi C
Tabel 2.3. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995 dalam buku ajar IDAI gastroenterologi-hepatologi (2012).
2.1.8.2. Tatalaksana
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru 2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut 3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif 5. Nasihat kepada orang tua
1. Rehidrasi dengan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi diare. Oralit formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan yang terutama disebabkan karena disenteri, yang menyebabkan berkurangnya lebih banyak elektrolit tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebabkan oleh karena virus. Diare karena virus tersebut tidak menyebabkan kekurangan elektrolit seberat pada disenteri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru lebih mendekati osmolaritas plasma, sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya hipernatremia (Subagyo dan Santoso, 2012).
Oralit baru osmolaritas rendah Mmol/liter
Natrium 75
Klorida 65
Glucose, anhydrous 75
Kalium 20
Sitrat 10
Total osmolaritas 245
Tabel 2.4 Komposisi Oralit Baru (WHO, 2006).
Ketentuan pemberian oralit formula baru : a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan 24 jam
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan sebagai berikut :
Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB Untuk anak 2 tahun lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB
d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus dibuang.
2. Zinc Diberikan Selama 10 hari Berturut-Turut
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir karena memiliki evidence based yang bagus (Black, 2013). Pemberian zinc yang dilakukan di awal masa diare selama 10 hari kedepan secara signifikan menurunkan mortalitas dan morbiditas pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa pemberian zinc pada pasien anak penderita kolera dapat menurunkan durasi dan jumlah tinja /cairan yang dikeluarkan (Subagyo dan Santoso, 2012).
perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi (Subagyo dan Santoso, 2012).
Dasar pemikiran penggunaaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran ceran dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dari usus. Pengobatan dengan zinc cocok diterapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc didalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitas yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrai pada anak (Subagyo dan Santoso, 2012).
Dosis zinc untuk anak-anak:
Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet ) per hari Anak diatas umur 6 bulan : 20 mg ( 1 tablet ) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Menurut Qadir, Arshad, dan Ahmad (2013) pemberian zinc pada anak dapat mengurangi risiko berulangnya penyakit diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit (Subagyo dan Santoso, 2012).
3. ASI dan Makanan Tetap Diteruskan
yang hilang. Pada diare yang berdarah, nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan (Subagyo dan Santoso, 2012).
4. Antibiotik Selektif
Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare yang sulit untuk disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik, serta menambah biaya pengobatan yang tidak perlu. Pada penelitian multipel ditemukan bahwa telah terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotik yang sering dipakai seperti ampisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, dan trimetropim sulfametoksazole dalam 15 tahun ini. Resistensi terhadap antibiotik ini terjadi melalui mekanisme berikut: inaktivasi obat melalui degradasi enzimatik oleh bakteri, perubahan struktur bakteri yang menjadi target antibiotik dan perubahan permeabilitas membran terhadap antibiotik (Subagyo dan Santoso, 2012).
5. Nasihat Pada Ibu atau Pengasuh
Berikan nasihat pada ibu atau pengasuh apabila terjadi demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari (Subagyo dan Santoso, 2012).
2.1.9. Pencegahan Diare
Perilaku Sehat 1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif) (KemenKes RI, 2011).
Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk (KemenKes RI, 2011).
2. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan (KemenKes RI, 2011).
a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.
b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
c. Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih.
d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Fecal-Oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar (KemenKes RI, 2011).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga : a. Ambil air dari sumber air yang bersih
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan cukup.
4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%) (KemenKes RI, 2011).
5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban (KemenKes RI, 2011).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar (KemenKes RI, 2011).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
a. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban
b. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau olehnya.
c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun.
7. Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan (KemenKes RI, 2011).
Selain pencegahan yang telah disebutkan diatas, Infeksi rotavirus sering menjadi penyebab pada kasus gastroenteritis akut pada manusia dan merupakan penyebab yang sangat penting terjadinya dehidrasi berat pada diare anak di negara maju dan negara berkembang (Temu et al, 2011). Maka dari itu pemberian vaksinasi rotavirus sangat penting untuk mencegah terjadinya diare. Penelitian membuktikan bahwa pemberian vaksinasi tersebut menurunkan angka kejadian diare secara signifikan (Desai et al, 2012).
2.1.10. Komplikasi
Gangguan elektrolit Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan – lahan. Penurunan kadar natrium yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman (Subagyo dan Santoso, 2012).
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan dengan menggunakan cairan 0,45% saline – 5% dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam. Bila normal lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline – 5% dektrosa, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infus setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan. Lanjutkan pemberian oralit 10 ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti (Subagyo dan Santoso, 2012).
Hiponatremia
Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% 0,5 – 1 ml/kgBB i.v. pelan-pelan dalam 5-10 menit dengan monitor detak jantung (Subagyo dan Santoso, 2012).
Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar K : jika kalium 2,5 – 3,5 mEq/L diberikan per-oral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila <2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip ( tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam. Dosisnya : (3,5 – kadar K terukur × BB × 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam ) diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 – kadar K terukur × BB × 0,4 + 1/6 × 2 mEq × BB) (Subagyo dan Santoso, 2012).
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional
• Definisi operasional penelitian ini mencakup dua hal yaitu, pengetahuan, dan usia reponden.
- Pengetahuan
Pengetahuanpada penelitian ini saya akan membahas pengetahuan tentang definisi, faktor risiko dan penanganan awal diare akut.
- Faktor Risiko Diare Akut
Faktor risiko diare akut adalah segala bentuk kebiasaan atau keadaan seseorang yang dapat mengakibatkan diare akut. Pada penelitian ini faktor risiko yang dibahas adalah anak-anak, malnutrisi, pemberian ASI eksklusif yang singkat ,defisiensi imunitas, serta keadaan lingkungan yang buruk.
- Penanganan awal Diare Akut
Diare Akut pada Anak
Penanganan awal diare akut adalah segala bentuk usaha pertama kali yang dilakukan seseorang untuk mengatasi diare akut sebelum membawa anaknya ke rumah sakit atau praktisi kesehatan yang berdasarkan dengan prinsip lima langkah tuntas diare (Lintas Diare)
- Usia
Usia responden dalam penelitian ini diukur dalam satuan tahun
• Alat ukur dengan menggunakan kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 25 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban dengan range skor 1-4. • Setelah seluruh pertanyaan dinilai maka tingkat pengetahuan dapat
dikelompokkan berdasarkan katagori buruk, kurang, sedang, dan baik. Penilaian tersebut berdasarkan perhitungan total skor. Dengan demikian penilaian terhadap pengetahauan responden adalah:
a) Pengetahuan tentang faktor risiko serta penanganan awal dibagi dalam 4 katagori yaitu:
- Pengetahuan baik : total skor 80-100 - Pengetahuan sedang : total skor 60-79 - Pengetahuan kurang : total skor 41-59 - Pengetahuan buruk : total skor 25-40.
b) Pengetahuan tentang diare akut diabagi dalam 4 katagori yaitu : - Pengetahuan baik : total skor 13-16
- Pengetahuan sedang : total skor 10-12 - Pengetahuan kurang : total skor 7-9 - Pengetahuan buruk : total skor 4-6
c) Pengetahuan tentang faktor risiko diare akut dibagi dalam 4 katagori yaitu: - Pengetahuan baik : total skor 43-52
- Pengetahuan sedang : total skor 33-42 - Pengetahuan kurang : total skor 23-32 - Pengetahuan buruk : total skor 13-22
- Pengetahuan baik :total skor 26-32 - Pengetahuan sedang : total skor 20-25 - Pengetahuan kurang : total skor 14-19 - Pengetahuan buruk : total skor 8-13
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang faktor risiko dan penanganan awal diare akut pada anak.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Hal ini dikarenakan masyarakat di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat mayoritas masyarakatnya tinggal di bantaran sungai dengan sanitasi yang buruk, serta mengambil sumber air untuk kehidupan sehari-hari dari sungai tersebut yang menyebabkan tingginya prevalensi diare akut pada tahun 2013 yang berjumlah 1.528 kasus (10,1%) dari keseluruhan kasus diare yang terjadi di Kabupaten Langkat. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret-Desember 2014. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Oktober - November 2014. 4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang memiliki anak yang pernah mengalami diare di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.
4.3.2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang memiliki anak yang berumur lebih dari 2 bulan dan kurang dari 18 tahun dan pernah mengalami diare serta berdomisili di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat pada tahun 2014.
4.3.3. Kriteria Inklusi
1. Semua ibu rumah tangga di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat dan memiliki anak yang bermumur lebih dari 2 bulan dan kurang dari 18 tahun.
2. Subjek yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 3. Subjek yang sehat jasmani dan rohani.
4.3.4. Besar Sampel
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: � =
d: Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan, biasanya 5%
�1−∝ 2
p: Proporsi untuk sifar tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi. Apabila tidak diketahui proporsi atau sifat tertentu tersebut, maka p=0.5 N: Besarnya populasi
n: Besarnya sampel
� =
Jumlah sampel umum yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 376 orang.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
4.5.Pengolahan dan Analisa Data
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa desa dan kelurahan di Kecamatan Tanjung Pura yaitu Desa Lalang, Dusun 1 dan Dusun 2 Desa Pematang Cengal, dan dilakukan di Kelurahan Tanjung Pura Pekan. Dibawah ini adalah peta Kecamatan Tanjung Pura tempat penelitian ini dilakukan.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Deskripsi Karakteristik responden mencakup usia, pendidikan terakhir, pekerjaan dan suku. Responden dalam penelitian ini berjumlah 376 orang, yaitu responden yang memiliki anak berusia lebih dari 2 bulan dan kurang dari 18 tahun yang berdomisili di Kecamatan Tanjung Pura.
Tabel 5.5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Responden Frekuensi (n) Persentase (%)
20 – 30 158 42
31 – 40 148 39.4
41 – 50 53 14.1
51 – 60 17 4.5
Jumlah 376 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan karakteristik usia mayoritas responden berada pada rentang usia 20-30 tahun yaitu sebanyak 158 orang (42%) dan responden dengan rentang usia 31 - 40 tahun sebanyak 148 orang (39,4%). Kelompok umur kedua yang terbawah yang diteliti adalah rentang umur 41 – 50 tahun dan 51 – 60 tahun yaitu sebanyak 53 orang (14,1%) dan 17 orang (4,5%)
Tabel 5.6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)
SD 75 19,9
SMP 141 37,5
SMA/Sederajat 143 38
D3 4 1,1
S1 13 3,5
Data tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan responden yang menjadi subjek penelitian ini memiliki pendidikan terakhir tingkat SMA/sederajat yang berjumlah 143 orang (38%), diikuti responden yang memiliki pendidikan terakhir yaitu SMP yang berjumlah 141 orang(37,5%). Sedangkan sisanya memiliki pendidikan terakhir pada tingkat SD yang berjumlah 75 orang(19,9%). Untuk pendidikan diatas SMA/sederajat yaitu responden yang memiliki pendidikan terakhir berupa D3 dan S1 berjumlah 4 orang(1,1%) dan 13 orang (3,5%).
Tabel 5.7. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Suku
Suku Frekuensi (n) Persentase (%)
Aceh 1 0,3
Banjar 2 0,5
Batak 18 4,8
Jawa 145 38,6
Melayu 204 54,3
Minang 3 0,8
Rao 3 0,8
Jumlah 376 100
Tabel 5.8. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)
Bidan 2 0,5
Guru 3 0,8
Ibu Rumah Tangga 280 74,5
Karyawan 64 17
Pedagang 3 0,8
Pegawai Negeri Sipil 13 3,5
Wiraswasta 1 0,3
Wirausaha 10 2,7
Jumlah 376 100
Dari data diatas menunjukkan bahwa 280 ibu (74,5%) mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Ibu yang memiliki pekerjaan sebagai karyawan berjumlah 64 orang (17%). Selain itu ada ibu yang memliki pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 13 orang(3,5%), diikuti ibu yang memiliki pekerjaan sebagai wirausaha sebanyak 10 orang (2,7%). Sedangkan hanya sedikit ibu yang memiliki pekerjaan sebagai bidan, guru, dan wiraswasta yang menjadi subjek dalam penelitian ini yang berjumlah 3 orang (0,8%), 2 orang (0,5%) , dan 1 orang (0,3%)
5.1.3 Hasil Data Penelitian 5.1.3.1 Tingkat Pengetahuan
jawaban angket responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap Pertanyaan Pengetahuan Mengenai Diare Akut, Faktor Risiko Diare, dan
Penanganan Awal Diare Akut
No. Pertanyaan Pengetahuan Benar Salah
n % n % 8. Hubugan kebersihan
lingkungan dengan diare
154 41 222 59
9. Penggunaan air sebagai kebutuhan
209 55,6 167 44,4
10. Syarat air yang sehat 198 52,7 178 47,3 11. Hubungan kekurangan nutrisi
dengan diare
127 33,8 249 66,2
12. Status imunisasi tidak lengkap sebagai faktor risiko diare
110 29,3 266 70,7
13. Lama pemberian ASI 252 67 124 33 14. ASI sebagai pencegahan diare 165 43,9 211 56,1 15. Menjaga kebersihan tangan 245 65,2 131 34,8 16. Manfaat menjaga kebersihan
alat masak
222 59 154 41
18. Tindakan pertama pemberian oralit
146 38,8 230 61,2
19. Masalah pemberian minum pada saat diare
172 45,7 204 54,3
20. Manfaat pemberian oralit 169 44,9 227 55,1 21. Pemberian ASI dan makanan
pada bayi lebih dari 6 bulan
160 42,6 216 57,4
22. Pemilihan obat antidiare 97 25,8 279 74,2 23. Manfaat pemberian zinc 99 26,3 277 73,3 24. Lama pemberian zinc 60 16 316 84 25. Nasihat pada ibu 128 34 248 66
Berdasarkan tabel 5.4. pertanyaan yang paling banyak dijawab responden dengan jawaban benar adalah pertanyaan nomor 1, pertanyaan nomor 13, dan pertanyaan nomor 15, yaitu mengenai definisi diare sebanyak 283 responden (75,3%), mengenai lama pemberian ASI sebanyak 252 reponden (67%), dan mengenai menjaga kebersihan tangan sebanyak 245 responden (65,2%). Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah pertanyaan nomor 24 yaitu: tentang lama pemberian zinc dalam penanganan awal diare akut, dimana pertanyaan tersebut dijawab salah oleh 316 responden (84%).
Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan IbuTentang Faktor Risiko Serta Penanganan Awal Diare Akut Pada Anak
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)
Buruk 0 0
Kurang 44 11,7
Sedang 190 50,5
Baik 142 37,8
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori sedang memiliki persentase yang paling besar, yaitu sebanyak 190 orang (50,5%), tingkat pengetahuan baik sebanyak 142 orang (37,8%), dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 44 orang (11,7%). Berdasarkan data tersebut tidak dijumpai responden yang memiliki pengetahuan tentang faktor risiko dan penanganan awal diare akut pada anak yang tergolong dalam katagori buruk.
Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Diare Akut Tingkat Pengetahuan
Data diatas menunjukkan bahwa kebanyakan responden memiliki pengetahuan dengan katagori baik tentang diare akut yaitu sebanyak 167 orang (44,4%). Diikuti oleh responden yang memiliki katagori sedang sebanyak 150 orang (39,9%). Responden yang memiliki penegetahuan kurang tentang diare akut berjumlah 50 orang (13,3%). Tetapi, ada juga responden yang memiliki pengetahuan yang termasuk dalam katagori buruk tentang diare akut sebanyak 9 orang (2,4%).
Tabel 5.12.Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Faktor Risiko Diare Akut
Tingkat Pengetahuan Faktor Risiko Diare
Frekuensi (n) Persentase (%)
Buruk 0 0
Kurang 65 17,3
Baik 165 43,9
Jumlah 376 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan tentang faktor risiko diare banyak dengan katagori baik yaitu 165 orang (43,9%) dan diikuti dengan katagori sedang yang berjumlah 146 orang (38,8%). Tetapi masih ada beberapa responden dengan pengetahuan tentang faktor risiko diare yang termasuk katagori kurang dengan jumlah 65 orang (17,3%). Tidak dijumpai responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang buruk tentang faktor risiko terjadinya diare.
Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Penanganan Awal Diare Akut Pada Anak
Tingkat Pengetahuan Penanganan awal diare akut
Frekuensi (n) Persentase (%)
Buruk 2 0,5
Kurang 150 39,9
Sedang 166 44,1
Baik 58 15,4
Jumlah 376 100
5.2 Pembahasan
5.2.1 Berdasarkan Karakteristik
Dari hasil penelitian berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 376 ibu yang menjadi responden ditemukan mayoritas ibu berusia 20-30 tahun sebanyak 158 orang (42 %). Hal tersebut sesuai dengan data BPS Kabupaten Langkat (2014) dimana rentang usia 20-30 tahun merupakan rentang usia terbanyak yang terdapat di daerah tempat penelitian.
Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas responden berada pada tingkat pendidikan SMA hal ini sesuai dengan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (2012). Mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu SMA (38%) dan SMP (37,5%)(SDKI,2012).
Berdasarkan karakteristik suku pada penelitian ini mayoritas responden memiliki suku Melayu (54,3%). Hal tersebut sesuai dengan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat (2014) yang menyatakan bahwa memang suku Melayu merupakan suku mayoritas di Kecamatan Tanjung Pura yaitu sebanyak 80% dari jumlah penduduk (BPS Kabupaten Langkat, 2014).
Pada penelitian ini kebanyakan responden memiliki pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga. Hal ini dapat terjadi karena penelitian ini dilaksanakan pada saat jam kerja, baik jam kerja pada lembaga kerja milik pemerintahan ataupun jam kerja milik swasta yaitu dimulai dari jam 08.00-12.00 WIB. Namun ada pula responden yang bekerja sebagai guru, karyawan, bidan, wiraswasta, dan yangwirausaha yang saat ditanyakan mereka izin atau tidak dalam jam kerja pada saat itu.
5.2.2 Tingkat Pengetahuan
kurangsebanyak 44 orang (11,7%), serta tidak dijumpai responden yang memiliki pengetahuan yang buruk.
Berdasarkan pembagian kuesioner, mayoritas responden sudah mengetahui tentang penyakit diare akut. Analisis hasil pembagian angket diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik tentang diare akut. Hal ini tergambar dari jawaban per item pertanyaan. Sebanyak 283 responden (75,3%) dapat menjawab dengan benar pertanyaan nomor 1 mengenai definisi diare, dan sebanyak 151 responden (40,2%) dengan benar menjawab pertanyaan nomor4 mengenai tanda-tanda dehidrasi pada anak. Peneliti berpendapat hal tersebut dapat terjadi mungkin dikarenakan para responden sudah belajar dari pengalaman ketika anak terkena penyakit diare, dan seperti yang kita ketahui bahwa diare adalah salah satu penyakit yang lazim terjadi pada usia balita ataupun anak-anak. Sedangkan untuk pertanyaan yang paling banyak dijawab salah tentang diare akut yaitu pertanyaan nomor 3 mengenai batasan waktu diare akut yang dijawab salah oleh responden sebanyak 282 orang (75%). Pada saat penelitian masih banyak responden yang masih asing dengan kata akut bahkan ada yang sama sekali tidak mengetahui apa maksud dari kata akut tersebut. Menurut Subagyo dan Santoso (2012) diare akut diberi batasan waktu kurang dari satu minggu. Hal tersebut terjadi mungkin karena para responden tidak pernah mendapatkan penjelasan secara jelas tentang penyakit tersebut sebelumnya.
Pengetahuan mengenai faktor risiko terjadinya diare akut secara keseluruhan responden sudah bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Hal tersebut terlihat dari tingkat pengetahuan responden tentang faktor risiko terjadinya diare tergolong dalam kategori baik. Akan tetapi, masih ada pokok bahasan dalam faktor risiko terjadinya diare dimana responden masih menjawab salah. Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden yaitu mengenai hubungan status imunisasi yang tidak lengkap dengan terjadinya diare. Para responden beranggapan bahwa tidak ada hubungan antara status imunisasi yang tidak lengkap dengan terjadinya diare. Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk membentuk sitem kekebalan tubuh atau sistem imun seseorang. Apabila status imunisasi tidak lengkap maka sistem kekebalan tubuh juga tidak terbentuk secara sempurna. Sebagai contoh, pada anak penderita campak sering disertai dengan diare (KemenKes RI, 2011). Hal tersebut tidak banyak diketahui oleh responden mungkin karena jarang atau hampir tidak ada yang membahas atau memberikan informasi tersebut atau tentang hubungan antara status imunisasi dengan terjadinya diare.
Hasil pada penelitian ini mengenai faktor risiko terjadinya diare sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Kelurahan Tanjung Sari menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang faktor risiko diare akut termasuk dalam katagori baik (Fediani, 2011). Akan tetapi, hasil yang berbeda ditunjukkan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Mwambette dan Joseph (2010) yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang faktor risiko diare buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat pendidikan ibu. Pengetahuan yang kurang bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang kompleks dan saling mempengaruhi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tersebut salah satu diantaranya adalah tingkat pendidikan ( Notoadmodjo, 2010).
responden (25,8%) yang mengetahui bahwa tidak perlu dilakukan pemberian obat anti diare pada anak. Obat-obatan anti diare tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal (Kemenkes, 2011). Hal berikutnya yang menjadi perhatian yaitu masalah manfaat dan lama pemberian zinc. Pada saat penelitian, banyak yang masih belum mengerti apa itu sebenarnya zinc dan apa hubungannya terhadap kejadian diare. Pemberian zinc termasuk dalam program Lima Langkah Tuntas Diare yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan Indonesia. Banyak responden yang tidak mengetahui kedua masalah tersebut mungkin dikarenakan karena kurang diberikannya penyuluhan tentang penanganan awal diare dengan konsep Lintas Diare secara jelas dan mendalam.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a) Dari 376 sampel yang diteliti, tingkat pengetahuan responden di Kecamatan Tanjung Pura tentang faktor risiko dan penanganan awal diare akut pada anak termasuk dalam katagori sedang .
b) Tingkat pengetahuan responden di Kecamatan Tanjung Pura tentang pengetahuan diare akut termasuk dalam katagori baik.
c) Tingkat pengetahuan responden di Kecamatan Tanjung Pura berdasarkan pengetahuan tentang faktor risiko diare akut termasuk dalam katagori baik. d) Tingkat pengetahuan responden di Kecamatan Tanjung Pura berdasarkan pengetahuan tentang penanganan awal diare akut termasuk dalam katagori sedang.
6.2 Saran
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat mengadakan sosialisasi atau penyuluhan tentang faktor risiko diare akut serta penanganannya pada masyarakat khususnya pada responden di Kecamatan Tanjung Pura.
2. Pihak tokoh masyarakat ikut serta dalam menghimbau masyarakatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan serta melakukan perilaku hidup yang bersih dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, R., Sari, T.P., Satroamidjojo, S., Bovee-Oudenhoven, I.M.J., Feskens, E.J.M., Kok, F.J., 2013. Association of Food-Hygiene Practices and Diarrhea Prevalence Among Indonesian Young Children from Low
Socioeconomic Urban Areas. BMC Public Health. Available
from:
March 2014]
Akoua-Koffi, C., Kouadio, V.A., dan Atteby, J.J.Y., 2013. Hospital-based surveillance of rotavirus gastroenteritis among children under 5 years o
age in the republic of ivory Coast: a cross-sectional study. BMJ Open. Available from
.
[Accesed 3 April 2014].
Assidiqi, M.H., 2010. Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Penanganan Diare pada Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. Available from:
Bhutta, Z.A., 2011. Acute Gastroenteritis in Children. In: Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. USA: Elsevier, 1323-1332.
Dahlan, M.S., 2009. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.
Desai, R. et al, 2012. All-Cause Gastroenteritis and Rotavirus-Coded Hospitalizations Among US Children, 2000-2009. Oxford University
Press. Available from:
Fauci, A.S., Braunwald, E., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Longo, D.L., Jameson, J. L., Loscalzo, J., 2011. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. New York: Mc Graw Hill Medical Book.
Fediani, T., 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Tindakan ibu terhadap Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2011. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. Available from: Greenberger, N.J., Blumberg, R.S., Burakoff, R., 2012. Current Diagnosis &
Treatment Gastroenterology, Hepatology, & Endoscopy. 2nd ed. New York: Lange Medical Book.
Guarino, A., and Branski, D., 2011. Acute Gastroenteritis in Children. In: Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. USA: Elsevier, 1339-1340.
Hegar, B., and Juffrie, M., 2014. Gastroenteritis Akut. In: Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial 6th ed. Indonesia: Elsevier, 484.
Hunter, P.R. et al., 2013. Water Source and Diarrhoeal Disease Risk in Children Under 5 Years Old in Cambodia: a Prospective Diary Based Study. BMJ Public Health. Available from: http://www.biomedcentral.com/1471-2458/13/1145
Idris et al. 2010. Intestinal Parasitic Infection of Immunicompromised children with diarrhoea: clinical profile and therapeutic response. Departements of Child Health and parasitology, Faculty of Medicine, university of Indonesia. Available from:
[Accesed 10 April 2014].
Kementrian Kesehatan Indonesia, 2011. Buku Panduan Manajemen Terpadu Bayi Sakit (MTBS). Available from:
[Accesed 2 April 2014].
2014].
Kementrian Kesehatan Indonesia, 2011. Buku Panduan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Available from: 2014].
Kementrian Kesehatan Indonesia, 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia,
Kementrian Kesehatan Indonesia. Available
from:
Kementrian Kesehatan Indonesia, 2012. Profil Data Kesehatan Sumatera Utara,
Kementrian Kesehatan Indonesia. Available from:
Lamberti, L.M., Walker, C.L.F., Chan, K.Y., Jian, W., Black, R.E.. 2013. Oral Zinc Supplementation for the Treatment of Acute Diarrhea in Children:
A systematic Review and Meta-Analysis. Nutrients. Available from:
Langkat, Badan Pusat Statistik, 2014. Data Statistik Kecamatan Tanjungpura Kabupaten Langkat. BPS. Langkat.
Langkat. Dinas Kesehatan Kabupaten, 2014. Jumlah Penderita Diare pada tahun 2010-2013. DinKes. Langkat.
Manger, M.S. et al. 2011. Poor Folate Status Predicts Persistent Diarrhea in 6- to 30-Month-Old North Indian Children. American Society for Nutrition. Available from
Manger, M.S. et al., 2010. Cobalamin Status Modified the Effect of Zinc Supplementation on the Incidence of Prolonged diarrhea in 6-to 30
Month-old North Indian Children. The Journal of Nutrition community and international Nutrition. Available from:
[Accesed 3 April 2014].
[Accesed 3 April 2014].
Mattioli, M.C., Boehm, A.B., Davis, J., Harris, A.R., Mrisho, M., Pickering, A.J., 2014. Enteric Pathogens in Stored Drinking Water and on Caregiver’s Hands in Tanzanian Households with and without Reported Cases of
Child Diarrhea. Plos One. Available from: journal.pone.0084939
Mukhtar, Z., Haryuna, T.S.H., Effendy, E., Rambe, A.Y.M., Betty, Zahara, D., 2011. Desain Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran. Medan: USU Press.
. [Accesed 9 April 2014].
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Manado. Available from: Jurnal e-Biomedik (eBM).ac.id. [Accesed 8 December 2014].
Mwambete, K.D., Joseph, R., 2010. Knowledge and perception of mothers and caregivers on childhood diarrhoea and its management in Temeke
Municipality, Tanzania. Available from
[Accesed 8 December 2014]
Notoadmojo, S., 2005. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Notoadmojo, S., 2010. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Olakunle et al., 2012. Assesment Of Mother’s Knowledge Of Home Management Of Childhood Diarrhea In A Nigerian Setting. Available from:
Owen, L., 2013. Understanding The New Version of Bloom’s Taxonomy.
Available from:
http://www4.uwsp.edu/education/lwilson/curric/newtaxonomy.htm (2005), revised 2013. [Accesed 8 December 2014].
Purbasari, B., 2009. Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu dalam Penanganan Awal Diare pada Balita di Puskesmas Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten pada Bulan September Tahun 2009. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Purwanti, A., 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Diare Pada balita Di Desa Nglebak Tawangmangu Karanganyar. Sekolah Tinggi ilmu Kesehatan Kusuma Husada. Surakarta.
Qadir, M.I., Arshad, A., Ahmad, B.. 2013. Zinc: Role in The Management of Diarrhea and Cholera. World Journal of Clinical Cases. Available from:
Rahmadhani, E.P., Lubis, G., Edison. 2013. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare Akut pada Bayi Usia 0-1 Tahun di
Puskesmas Kuranji Kota Padang. FK UNAND. Available from:
Salim, H., Karyana, I.P.G., Sanjaya-Putra, I.G.N., Budiarsa, S., Soenarto, Y.. 2014. Risk Factors of Rotavirus Diarrhea in Hospitalized Children in Sanglah Hospital, Denpasar: a Prospective Cohort Study. BMC Public Health. Available from [Accesed 3 April 2014].
Shrestha, S., Aihara, Y., Yoden, K., Yamagata, Z., Nishida, K., Kondo, N.. 2013. Access to Improved Water and Its Relationship with Diarrhoea in
Kathmandu Valley, Nepal: A Cross-Sectional Study. BMJ Open. Available from:
Simadibrata, M.K., Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., , Setiati, S.. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
[Accesed 3 April 2014].
Sreedharan, R., Liacouras, C.A., 2011. Major Symptoms and Signs of Digestive Tract Disorders. In: Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. USA: Elsevier, 1243-1244.
Subagyo, B., Santoso, N.B., 2012. In: Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 87-118.
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012. Kementerian Kesehatan. Available from: kebijakankesehatanindonesia.net/images/2013/9/SDKI-2012.pdf . [Accesed 8 December 2014].
Suryawan, A. et al. 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Essensial. Edisi 6. Indonesia: Elsevier.
Temu et al., 2012. Prevalence and Factor Associated with Group A rotavirus Infection among Children with Acute Diarrhea in Mwanza, Tanzania.
Departemen of pediatric and child health Bugando Medical centre
Mwanza Tanzania. Available from
[Accesed 2 April 2014].
from: 15 April 2014].
World Health Organization, 2006. Oral rehidration salt production of The New ORS. WHO, UNICEF. Geneva.
World Health Organization, 2013. Diarrhoeal Disease. World Health
Organization. Available
from:
Lampiran 1
CURRICULUM VITAE
Nama : Muhammad Iqbal
Tempar / Tanggal Lahir : Kisaran / 23November 1993
Agama : Islam
Alamat : Jalan Abdul Hakim Komplek Classic III Setiabudi Residence No. 56B Tanjungsari Medan
Riwayat Pendidikan :
1. TK Aisyah Bengkulu 1998-1999
2. SD Swasta Panca Karya Kabupaten Langkat 1999 -2005
3. SMP N 1 Stabat Kabupaten Langkat 2005-2008
4. SMA N 1 Stabat Kabupaten Langkat 2008-2011
5. Universitas Sumatera Utara Pendidikan Dokter
Umum Fakultas Kedokteran 2011-Sekarang
Riwayat Pelatihan : -
-Lampiran 2: Lembar Penjelasan dan Persetujuan
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Kepada Yth. Calon Responden Penelitian
Masyarakat Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Muhammad Iqbal
Nim : 110100127
Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Faktor Risiko serta Penanganan Awal Diare Akut pada Anak di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat”
Penelitian tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara/i sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudara/i tidak bersedia menjadi responden maka tidak ada ancaman bagi saudara/i serta memungkinkan untuk mengundurkan diri dari mengikuti penelitian ini.
Apabila saudara/i setuju, maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya telah saya buat. Atas perhatian dan kesedian saudara/i menjadi responden, saya mengucapkan terima kasih.