• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP di Kota Salatiga Tahun Pelajaran 20142015 T2 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP di Kota Salatiga Tahun Pelajaran 20142015 T2 BAB II"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Evaluasi

2.1.1. Pengertian Evaluasi

(2)

Dari pendapat tiga pakar tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Evalasi merupakan kegiatan pengukuran dan penilaian yang bertujuan untuk menemukan apa yang benar dan apa yang salah sebagai feet-back atas pelaksanaan suatu kegiatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang.

2.1.2. Tujuan Evaluasi

(3)

mengambil keputusan mengenai program; (10) accountabilitas (pertanggungjawaban); (11) memberikan balikan kepada pimpinan dan staff program; (12) memperkuat posisi politik; (13) mengembangkan teori ilmu evaluasi atau riset evaluasi.

Tujuan evaluasi adalah mengumpulkan informasi untuk menentukan nilai dan manfaat objek evaluasi ( apa yang akan dievaluasi ), mengontrol, memperbaiki, dan mengambil keputusan mengenai objek tersebut. Informasi tersebut kemudian dibandingkan atau dinilai dengan indikator objek evaluasi. Hasil perbandingan dapat memenuhi atau tidak memenuhi tolok ukur keberhasilan. (Wirawan 2012).

2.1.3. Jenis Evaluasi

Wirawan (2012) memaparkan bahwa evaluasi dapat dikelompokkan berdasarkan objeknya dan menurut focus dalam suatu program.

(4)
(5)
(6)

evaluation) yaitu mengukur dan menilai keluaran dan akibat atau pengaruh dari program. Data yang dijaring antara lain mengenal : (a) hasil atau keluaran program apakah sesuai dengan yang direncanakan; (b) jumlah dan jenis orang yang dilayani apakah sesuai dengan yang direncanakan; (c) pengaruh atau akibat dari program terhadap orang yang mendapatkan layanan; apakah terjadi perubahan atau perbedaan dari sebelum dan sesudah mendapatkan layanan program; (d) evaluasi keluaran juga mengidentifikasi apa yang harus dilakukan agar pengaruh program dapat berlangsung terus-menerus. ; dan (4) evaluasi efisiensi (program efficiency evaluation). Sumber biaya terbatas, maka anggaran yang baik dan tepat adalah anggaran yang pas tidak kurang dan tidak lebih daripada yang dibutuhkan program. Cost yang digunakan untuk membiayai program perlu dievaluasi.

2.1.4. Evaluasi Kinerja

(7)

menstimulasi perbaikan kinerja; (6) mengembangkan cara untuk mengatasi hambatan dan penghambat kinerja; (7) mengidentifikasi kesempatan pengembangan dan pelatihan; (8) membentuk kesepakatan supervisor-karyawan mengenai ekspektasi kinerja.

Kedelapan tujuan spesifik tersebut dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yang lebih luas. Empat yang pertama memiliki orientasi pertimbangan, empat yang terakhir memiliki orientasi pengembangan. Evaluasi dengan orientasi pertimbangan memusatkan perhatian pada kinerja masa lalu dan menyediakan dasar untuk membuat pertimbangan mengenai karyawan mana yang seharusnya diberi penghargaan dan seberapa efektif program organisasi yang ada. Evaluasi dengan orientasi pengembangan lebih menaruh perhatian pada memperbaiki kinerja masa depan dengan memastikan ekspektasi dengan jelas dan dengan mengidentifikasikan cara untuk memfasilitasi kinerja karyawan. Kedua kategori ini tentu saja tidak saling terpisah.

(8)

berorientasi pertimbangan, sementara yang kedua lebih berorientasi pengembangan.

Pada umumnya, evaluasi seharusnya berfokus menerjemahkan tanggungjawab pekerjaan kedalam aktivitas sehari-hari karyawan. Tanggungjawab pekerjaan ditentukan atas dasar suatu analisis pekerjaan yang menyeluruh. Evaluasi seharusnya membantu karyawan memahami tanggungjawab pekerjaan tersebut, tujuan kerja yang dihubungkan dengan tanggungjawab tersebut, dan tingkat di mana tujuan telah dicapai. Evaluasi kinerja seharusnya memusatkan perhatian pada kinerja pekerjaan, bukan individu.

Jadi suatu evaluasi dikatakan evaluasi kinerja jika kita menilai seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan (Ivancevich JM, Konopaske R dan Matteson MT, 2005).

2.1.5. Evaluasi atau Penilaian Kinerja Kepala Sekolah

(9)

dilaksanakan oleh atasan langsung dengan mempertimbangkan penilaian kinerja oleh tim penilai yang terdiri dari pengawas sekolah/ madrasah, pendidik, tenaga kependidikan, dan komite sekolah/ madrasah dari tempatnya bertugas; (4) Hasil penilaian kinerja dikategorikan dalam tingkatan amat baik, baik, cukup, sedang atau kurang.

Dalam Buku Pedoman Penilaian Kinerja Kepala Sekolah/Madrasah (Kemendikbud.BPSDMPdanK dan PMPPPTK, 2012) dijelaskan bahwa :

Penilaian kinerja kepala sekolah meliputi (1) dimensi tugas utama manajerial; dan (2) supervisi. Dalam dua dimensi tersebut terkandung dua belas unsur tugas utama yang secara nyata harus kepala sekolah penuhi sebagai implementasi berbagai peraturan mendasari pemenuhan standar pelaksanaan tugasnya...

Penilaian kinerja guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah yang selanjutnya disebut penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data yang sesungguhnya kepala sekolah/madrasah kerjakan pada setiap indikator pemenuhan standar. Efektivitasnya ditentukan dengan mengukur keberhasilan mencapai target pada tiap indikator dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam program.

(10)

manajemen sumber daya, kewirausahaan, dan supervisi pembelajaran.

Penilaian Kinerja Kepala Sekolah khususnya terkait dengan kompetensi supervisi Pembelajaran, dalam buku Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan,2011) ditentukan ada tiga Kriteria Penilaian sebagai berikut :

Tabel 1. Kriteria Kompetensi sapervisi Pembelajaran Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS),

mengacu Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (Kem.dik.Nas. Dir.Jen. PMP dan TK,2011)

No. Kriteria Indikator 1. Menyusun

Mampu menyusun program tahunan supervisi akademik dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru yang meliputi.

1) Fokus pada perbaikan proses dan hasil belajar

2) Jadwal pelaksanaan dan instrumen supervisi akademik

3) Dikomunikasikan pada bulan pertama di awal tahun

4) Pendelegasian dan pemnbagian tugas supervisor kepada guru senior 2. Melaksana kan

supervisi

1) Mampu membagi tugas pelaksanaan supervisi akademik kepada wakil dan guru senior yang memenuhi syarat (contohmembuat tim pelaksana supervisi akademik, menugaskan wakil dan guru senior yang sesuai dengan mata pelajaran dan pangkatnya lebih tinggi) 2) Mampu menerapkan prosedur,

(11)

3) Mampu mengembangkan instrumen supervisi yang relevan dengan tuntutan perubahan dan sesuai dengan perkembangan kurikulum dari pemerintah (contoh ada muatan nilai-nilai karakter)

4) Mampu mengevaluasi pelaksanaan supervisi akademik.

1) Mampu memanfaatkan hasil

penilaian supervisi akademik dalam rangka evaluasi program sekolah dibidang akademik (contoh: evaluasi pengembangan silabus yang

terintegrasi dengan nilai karakter, alokasi dana menambahan alat peraga dan multimedia)

2) Mampu menindaklanjuti hasil penilaian supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru (contoh: efektivitas metode pembelajaran, relevansi media pembelajaran, efektivitas tehnik penilaian)

3) Mampu menindaklanjuti hasil

penilaian supervisi akademik dengan mengefektifkan dan lebih

mengaktifkan MGMP sekolah, mengirim guru dalam pelatihan-pelatihan

4) Mampu menindaklanjuti hasil

penilaian supervisi akademik dengan menyelenggarakan workshop dan mengundang nara sumber yang kompeten sesuai dengan hasil evaluasi supervisi akademik.

(12)

Tabel 2. Tugas Utama Supervisi dan Indikator Kinerja Kepala Sekolah/Madrasah, mengacu Pedoman Penilaian Kinerja Kepala

Sekolah/Madrasah

No. Tugas Utama

Supervisi No. Indikator Kinerja 1. Merencanakan

program

1. Kepala sekolah mengidentifikasi masalah pengelolaan.

2. Kepala sekolah merumuskan tujuan yang dilengkapi dengan target pencapaian yang terukur.

3. Kepala sekolah mengembangkan instrumen supervisi.

2. Melaksanakan supervisi

1. Kepala sekolah mengadakan pertemuan awal untuk menjaring data rencana pembelajaran dan menetapkan fokus kegiatan supervisi.

2. Kepala sekolah melaksanakan kegiatan pemantauan pembelajaran dan

membuat catatan yang objektif dan selektif sebagai bahan pemecahan masalah supervisi.

3. Kepala sekolah melakukan pertemuan refleksi, menganalisis catatan hasil observasi, dan menyimpulkan hasil observasi

4. Kepala sekolah memfasilitasi guru dalam merencanakan tindak lanjut perbaikan sistem penilaian hasil belajar. 3. Menindak

1. Kepala sekolah bersama guru menyusun rekomendasi tindaklanjut perbaikan dalam bentuk kegiatan analisis butir soal, remedial, dan pengayaan. 2. Kepala sekolah mengecek ulang

keterlaksanaan rekomendasi oleh guru 3. Kepala sekolah melaksanakan

pembinaan dan pengembangan guru sebagai tindaklanjut kegiatan supervisi. 4. Kepala sekolah menggunakan data hasil

supervisi sebagai bahan perbaikan perbaikan kinerja pelaksanaan program.

(13)

dan K dan PMPPPTK, 2012) menjelaskan bahwa setelah bukti-bukti kinerja diperoleh melalui pengamatan , wawancara dengan warga sekolah, penilai dapat menentukan nilai Kinerja Kepala Sekolah dengan langkah – langkah sebagai berikut:

(1) Penentuan Skor Indikator Kinerja, yang dinyatakan dengan nilai kualitatif “ya” atau “tidak”... “Ya“ diberikan apabila Kepala Sekolah /Madrasah mampu menunjukkan bukti-bukti yang lengkap dan sangat meyakinkan bahwa data otentik yang diperoleh oleh Kepala Sekolah/ Madrasah yang bersangkutan mencapai minimal 70 % dari data kinerja yang diharapkan. “Tidak”, diberikan apabila Kepala Sekolah / Madrasah tidak mampu menunjukkan bukti-bukti yang cukup bahwa data otentik yang diperoleh oleh Kepala Sekolah/ Madrasah yang bersangkutan tidak mencapai 70% dari data kinerja yang diharapkan. (2)Penentuan skor indikator, dengan rumus jumlah jawaban “ya” dibagi jumlah “ya”maksimal kali 100... (3) Penentuan Nilai Kinerja Kepala Sekolah, dinyatakan dalam rentang nilai 1 sampai dengan 100 dan dibedakan menjadi lima ketegori penilaian yaitu : Amat Baik (91 – 100) , baik (76 – 90) , Cukup (61 – 75), Sedang (51 - 60), Kurang ( kurang dari 51 ).

2.2. Dimensi Kompetensi Supervisi Kepala

Sekolah

2.2.1. Supervisi sebagai salah satu Kompetensi dan Tupoksi. Kepala Sekolah

(14)

merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru ; (2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat ; (3) menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

Selain itu ada lima Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) Kepala Sekolah/ Madrasah yang dipaparkan dalam buku kerja Kepala Sekolah yang diterbitkan oleh Pusat Pengembangan tenaga Kependidikan, Badan PSDM dan PMP Kementerian Pendidikan Nasional (2011), yaitu : (1) Perencanaan Program; (2) Pelaksanaan Rencana Kerja ; (3) Pengawasan dan Evaluasi ; (4) Kepemimpinan Sekolah; dan (5)Sistem Informasi Manajemen.

Berdasarkan Permendiknas. RI nomor 13 tahun 2007 serta uraian dalam Buku Kerja kepala Sekolah diatas, menunjukkan bahwa Supervisi atau pengawasan selain menjadi salah satu kompetensi Kepala Sekolah/ Madrasah, juga merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Kepala Sekolah/ Madrasah.

(15)

dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas satuan pendidikan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi.

2.2.2. Pengertian dan fungsi Supervisi Kepala Sekolah

Mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan merupakan salah satu tugas kepala sekolah. Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif (Mulyasa 2005).

Supervisi dapat berarti pengawasan yang dilakukan oleh seorang yang ahli atau profesional dalam bidangnya sehingga dapat memberikan perbaikan dan peningkatan atau pembinaan agar pembelajaran dapat dilakukan dengan baik dan berkualitas (Engkoswara, 2010).

Selanjutnya Mulyasa (2005) dalam buku Menjadi Kepala Sekolah Profesional menjelaskan :

(16)

ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya...

Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstra kurikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan, laboratorium, dan ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis, program supervisi nonklinis, dan program supervisi kegiatan ekstra kurikuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan, dan pemanfaatan hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah.

Berdasarkan uraian Mulyasa (2005) diatas, jelas bahwa fungsi supervisi Kepala Sekolah sebagai kontrol supaya kegiatan pendidikan di sekolah terarah ke tujuan, juga sebagai preventif atau pencegahan agar para guru tidak melakukan penyimpangan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

2.2.3. Tugas Kepala Sekolah sebagai supervisor

(17)

dengan rutin, serta memanfaatkan hasilnya untuk meningkatkan kinerja guru. Hal ini sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh Agung dan Yufridawati (2013) dalam buku Pengembangan Pola Kerja Harmonis dan Sinergis antara Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas

bahwa :

Kepala Sekolah senantiasa melakukan pemantauan (monitoring) dan pengawasan (supervisi) terhadap pelaksanaan kerja personil atau staf di sekolah secara rutin maupun berkala. Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran...

Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran – tingkat penguasaan kompetensi guru – selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.

(18)

2.2.4. Teknik dalam supervisi Kepala Sekolah

Mulyasa (2005) , Kepala Sekolah dalam melakukan tugasnya sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran.

Diskusi kelompok, merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bersama para guru untuk memecahkan berbagai masalah di sekolah, dalam mencapai suatu keputusan. Dalam hal supervisi, biasanya membicarakan masalah-masalah hasil temuan kepala sekolah pada kegiatan observasi di dalam atau di luar kelas. Diskusi dapat dilakukan di ruang guru atau ruang kelas pada saat anak-anak sudah pulang sekolah, sehingga tidak mengganggu kegiatan pembelajaran, atau bisa juga dilaksanakan setelah selesai rapat. Hendaknya kegiatan ini tidak dilakukan pada jam efektif, seandainya terpaksa dilaksanakan pada jam efektif, guru harus memberikan tugas kepada para peserta didik. Tugas yang diberikan harus menarik agar agar tidak menjadi beban.

(19)

guru dalam melaksanakan tugas pokoknya mengajar. Berdasarkan hasil kunjungan kelas, kepala sekolah bersama guru bisa mendiskusikan berbagai permasalahan yang ditemukan, mencari jalan keluar atas permasalahan yang ditemukan dan menyusun program- program pemecahan untuk masa yang akan datang, baik yang menyangkut peningkatan profesionalisme guru maupun yang menyangkut pembelajaran. Pelaksanaan kunjungan kelas dapat diberitahukan terlebih dahulu, tetapi dapat pula dilakukan secara mendadak sesuai dengan kebutuhan dan program kerja kepala sekolah, atau atas undangan guru.

Pembicaraan individual, dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk memberikan konseling kepada guru, baik berkaitan dengan kegiatan pembelajaran maupun masalah yang menyangkut profesionalisme guru. Pembicaraan individual dapat menjadi strategi pembinaan tenaga kependidikan yang sangat efektif, terutama dalam memecahkan masalah-masalah yang menyangkut pribadi tenaga kependidikan. Namun hal ini kadang-kadang dipandang negatif oleh sebagian guru, yang merasa terusik privasinya.

(20)

introspeksi diri, walaupun sebenarnya tidak ada cara mengajar yang paling baik. Kegiatan ini dapat dilakukan kepala sekolah secara terprogram, misalnya sebulan sekali dikelas-kelas tertentu ataupun tidak terprogram sesuai kebutuhan.

Selanjutnya Mulyasa (2005) menegaskan bahwa pada prinsipnya setiap tenaga kependidikan (guru) harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru senior untuk membantu melaksanakan supervisi. Keberhasilan kepada sekolah sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh (1) meningkatnya kesadaran tenaga kependidikan (guru) untuk meningkatkan kinerjanya, dan (2) meningkatnya keterampilan tenaga kependidikan (guru) dalam melaksanakan tugasnya.

2.3. penelitian yang relevan

Ada lima hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu :

Pertama, penelitian tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik oleh Kepala Sekolah di SMP Negeri

(21)
(22)

kegiatan supervisi sangat berperan dalam proses peningkatan kegiatan belajar dan mengajar siswa dalam mewujudkan siswa berprestasi, maka perlu adanya perbaikan dalam hal kegiatan supervisi.

Kedua, penelitian tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik oleh Kepala Sekolah dalam Upaya Pembinaan

Profesionalisme Guru di SMA oleh Lie , Radiana Usman,Djudin Tomo (2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan supervisi akademik oleh Kepala Sekolah dalam upaya pembinaan profesionalisme guru di SMA Santu Petrus Pontianak. Penelitian bersifat kualitatif, dengan pendekatan studi kasus (case study). Hasil penelitian ditemukan sebagai berikut : 1) Perencanaan, (a) dalam melakukan supervisi akademik Kepala Sekolah selalu menggunakan insrument pengamatan, (b) belum semua guru mengetahui tentang jadwal dan tujuan supervisi akademik, (c) penggunaan strategi/ metode sangat bervariasi dan ,(d) sasaran belum terarah ; 2) pelaksanaan supervisi akademik sering menggunakan teknik yang bersifat individual; 3) tindak lanjut yang dilakukan oleh Kepala Sekolah lebih banyak melalui pembinaan kelompok.

Ketiga, penelitian tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik oleh Kepala Sekolah di Sekolah Menengah

Atas dan Sekolah menengah Kejuruan se-Kecamatan

(23)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah di Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan se-kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman, meliputi supervisi akademik pada ; (1) perencanaan pembelajaran; (2) pelaksanaan pembelajaran; dan (3) evaluasi pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi 186 guru dari lima sekolah, yaitu dua SMA dan tiga SMK di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman. Pengumpulan data menggunakan metode angket dan wawancara. Uji validitas menggunakan validitas internal dengan uji validitas isi yang kemudian diteruskan dengan diujicobakan kepada 30 guru, sedangkan uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan hasil 0,978. Analisis data dalam penelitian mengunakan perhitungan persentase.

(24)

sedangkan di SMK dilakukan dengan memberikan arahan pada guru dalam pembuatan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); (2) supervisi akademik pada pelaksanaan pembelajaran di SMA berada pada kategori kurang baik (59,68%), sedangkan di SMK berada pada kategori baik (67,69%), supervisi akademik pada pelaksanaan pembelajaran di SMA dilakukan dengan cara kunjungan kelas, sedangkan di SMK dilakukan dengan mengajarkan pada guru dalam memanfaatkan media pembelajaran; (3) supervisi akademik pada evaluasi pembelajaran di SMA berada pada kategori kurang baik (57,37%), sedangkan di SMK berada pada kategori baik (67,43%), supervisi akademik pada evaluasi pembelajaran di SMA dilakukan dengan memeriksa perangkat penilaian yang dipersiapkan oleh guru, sedangkan di SMK dilakukan dengan pemberian arahan serta masukan mengenai instrumen penilaian yang dipersiapkan oleh guru.

Keempat, penelitian tentang Concerns of Teachers and Principals on Inctructional Supervision in

(25)

Thailand. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan kuesioner dan wawancara. Sekitar 100 orang guru dan 25 Kepala Sekolah dari tiga negara berpartisipasi dalam penelitian ini.

Pembahasan difokuskan pada empat tema yang terkait dengan masalah dalam penelitian yaitu supervision as a continuous, developmental and corporate process;

supervision as a specialists’ area, the role of principals

and teachers in instructional supervision and benefits to

the teachers through instructional supervision.(supervisi sebagai proses yang berkesinambungan, pengembangan dan korporasi; supervisi sebagai daerah khusus/spesifik, peran kepala sekolah dan guru dalam supervisi pembelajaran dan manfaat pembelajaran bagi guru melalui supervisi pembelajaran).

Hasil penelitian tercatat bahwa supervisi pembelajaran hanya untuk mencuci mata, penyelesaian tugas dan proses hukuman dan tidak menguntungkan bagi para guru. Para partisipan menekankan untuk melibatkan guru, kepala sekolah, guru mata pelajaran dan subyek khusus untuk melaksanakan praktik supervisi pembelajaran yang lebih bermakna. Temuan menganjurkan bagi supervisor untuk menjadi continuous development and corporate process .

Kelima, penelitian tentang Assessment of Principals’Supervisory Roles for Quality Assurance In

(26)

Peran pengawasan Kepala Sekolah untuk penjaminan mutu di Sekolah menengah di Ondo, Nigeria). oleh Adeolu Joshua Ayeni (2012).

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sifat peran pengawasan kepala Sekolah dan efektivitas yang dirasakan oleh pelaku dalam pengawasan tugas-tugas pembelajaran guru. Selain itu, meneliti kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas pengawasan dalam proses belajar mengajar. Penelitian ini dengan maksud untuk memberikan informasi mengenai pemanfaatan peran kepala sekolah dalam meningkatkan jaminan mutu di sekolah menengah. Penelitian menggunakan model survei deskriptif. Populasi sasaran terdiri dari kepala sekolah dan guru di sekolah menengah di negara bagian Ondo.

(27)

pada tujuan keterkaitan sinergis antara sekolah dan pemangku kepentingan terkait dalam lingkungannya.

Berdasarkan hasil penelitian dari lima penelitian diatas, walaupun metode, pendekatan maupun model penelitian berbeda-beda, diperoleh hasil yang hampir sama, yaitu Kepala Sekolah telah melaksanakan tugasnya sebagai supervisor, tetapi belum dapat melaksanakan tugas supervisi akademik secara sempurna (sesuai dengan ketentuan yang berlaku).

2.4. Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini menggunakan evaluasi kinerja, dengan kerangka pikir sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka pikir Penelitian

PERENCANAAN

SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH PELAKSANAAN

TINDAK LANJUT

(28)

Evaluasi kinerja supervisi akademik Kepala Sekolah, meliputi tiga tugas utama dalam supervisi akademik, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan tindak lanjut. Evaluasi kinerja dilakukan dengan melakukan penilaian kinerja masing-masing tugas utama tersebut, kemudian membandingkannya dengan indikator kinerja Kepala Sekolah mengacu Pedoman Penilaian Kinerja Kepala Sekolah/ Madrasah yang berlaku. Gap yang

ada diberikan usulan solusi atau rekomendasi untuk

Gambar

Tabel 1. Kriteria Kompetensi sapervisi Pembelajaran Penilaian
Tabel 2. Tugas Utama Supervisi dan Indikator Kinerja Kepala Sekolah/Madrasah, mengacu Pedoman Penilaian Kinerja Kepala
Gambar 1. Kerangka pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Methods : The methanol plant extracts were screened over three bioassays viz., cytotoxicity on HepG2 human hepatocellular carcinoma cell line assessed by MTT method,

Proses Pencarian Makna Hidup Lansia Lajang yang Tinggal di Panti Werdha Karitas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya faktor – faktor yang dapat mempengaruhi turnover intention. Karena pada perkembangan bisnis yang dinamis ini

Maka untuk kemudahan download dan pencarian nama Ilmubeton.com telah membagi-bagi file tersebut.. Tanpa mengubah, menambahi, mengurangi Isi dari

Praktik Pengalaman lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Hubungan dalam rumah tangga (dukungan suami, keluarga lain, lingkungan terhadap kehamilan)3. Dukungan psikologis: apakah

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Ilmu Pendidikan. © Asaretkha

Sesuai dengan Keputusan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 5 tahun 2009 tentang Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan Bagi Mahasiswa Program Kependidikan